Upload
trinhminh
View
249
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
23
BAB II
ANALISIS DATA
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai pembahasan analisis data dari objek
material yang telah terkumpul berdasarkan kesesuaian dengan objek formal
dalam penulisan skripsi ini. Adapun bentuk penulisannya adalah sebagai berikut :
Bsu : (H-1/P-1/B-1)
ي ليف ي دلشرأةي و اءي اشرجيفي ي الشريف يف
Fi's syarqi tamsyi al-mar'atu warā'ar-rojuli.
Bsa : (H-1/P-1/B-1)
Di Timur, kaum wanita berjalan di belakang laki-laki.
Setelah data tersajikan seperti pola di atas, barulah analisis disajikan dengan
model deskriptif, yaitu dengan menjelaskan masalah yang terjadi pada
terjemahan tersebut dari bentuk penambahan dan pengurangannya serta menilai
tingkat keakuratan hasil terjemahan tersebut.
Bahasa Arab memiliki prinsip kesesuaian antara subjek dan predikat, baik
dari segi kata ganti orang (ضمري) , laki-laki dan perempuan (مذكشي يمؤنث ) , maupun
tunggal jamaknya. Bahasa Indonesia sendiri tidak memiliki aturan yang
sedemikian rupa, yaitu bahasa (Arab) yang memiliki kesesuaian antara subjek
dan predikatnya serta antara laki dan perempuan juga dibedakan didalamnya.
24
Sebagai contoh yang menunjukan bahwa bahasa Indonesia tidak seperti
bahasa Arab yaitu, pada kalimat “Dia sedang makan nasi goreng”. Dalam bahasa
Indonesia kata „dia‟ tidak memiliki perbedaan seperti dia (laki) atau dia
(perempuan) berbeda halnya dengan yang ada pada bahasa Arab yang
membedakan keduanya.
Pada kalimat tersebut tidak ada yang menunjukan kata „dia‟ disitu laki-laki
atau perempuan sebagai kata tunjuk yang lebih spesifik seperti dalam bahasa arab
yang menunjukan kalau “dia” (laki-laki) maka ditunjukan dengan kata ganti هو
sedangkan kalau untuk “dia” (perempuan) maka menggunakan ه. Oleh karena
itu sering kita jumpai dalam penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain, dalam
penelitian ini adalah penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, banyak
perubahan yang terjadi karena upaya untuk menyesuaikan ungkapan dari bahasa
sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa).
Adanya penambahan dan pengurangan dalam kegiatan penerjemahan sendiri
salah satunya karena faktor tersebut, selain itu juga untuk menciptakan rasa pada
hasil terjemahan agar mudah difahami dengan cara memberikan hasil terjemahan
yang gaya bahasanya sesuai dengan bahasa sasaran (Bsa) tentunya dengan tidak
menyalahi dari apa maksud yang akan disampaikan dalam bahasa sumber (Bsu).
Adanya teknik penambahan dan pengurangan dalam penerjemahan
berpengaruh juga pada nilai tingkat keakuratan dari hasil terjemahan itu sendiri.
Hasil dari pencarian data yang telah dilakukan terkait dengan teknik penambahan
25
dan pengurangan serta penilaian tingkat keakuratan hasil penerjemahan akan
dijelaskan pada pembahasan di bawah ini :
A. Penambahan
Pada bagian ini data yang didapatkan berjumlah 32 bentuk penambahan
dalam hasil terjemahan yang akan dibagi ke dalam tiga (3) kategori utama untuk
menilai tingkat keakuratannya yaitu kata, frasa dan klausa.
A.1 Kata
Kata adalah (1) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan
dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang
bebas; (2) Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terdiri dari morfem tunggal
atau gabungan morfem (Kridalaksana, 110: 2008).
Dalam kajiannya, kata terbagi ke dalam beberapa macam, di antaranya
adalah kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata
keterangan (adverbial), kata ganti (pronomina), kata sapaan, kata penunjuk, kata
bilangan (numeralia), kata penyangkal, kata depan (Preposisi), kata penghubung
(konjungsi), kata tanya, kata seru (interjeksi), kata sandang (artikula) dan partikel
penegas.
Namun bukanlah untuk membahas semua macam yang ada tersebut
melainkan membahas dari salah satu data dari objek material yang berbentuk
kata dan menyajikannya sebagai salah satu gambaran pembahasan pada kategori
ini.
26
A.1.1 Kata kerja (Verba)
Kata kerja (verba) adalah kata yang menyatakan tindakan (Putrayasa, 76:
2014). Kridalaksana menjelaskan pula dalam bukunya kata kerja adalah kelas
kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; sebagian besar verba mewakili
unsur semantik perbuatan, keadaan, atau proses (Kridalaksana, 254: 2008).
Penambahan dalam penerjemahan yang terjadi pada bentuk kata kerja dapat
dilihat pada contoh berikut ini :
1. Bsu : (H-4/P-4/B-3)
ءشرءأءيي دل ي اذيف ي ءلعيف ة ي ايف يف يف يف ء يفي يف سيف سء اءي ء ي اشءرةجيف ءعء ء يف
ء ضيف يرءرشء ي يف حء ي دلي دل ي الء ايف ي يف . ء
Wa fī'l ‘āmi'l mādhī ajarat ichdā'l majalāti al-injiliziati istiftā'an ‘ani'r rajuli
alladzī ya’jibu'l mar„ata.
Bsa : (H-8/P-1/B-6)
Tahun lalu ada sebuah majalah Inggris yang menceritakan kisah seorang laki-
laki beristri yang tergila-gila pada seorang wanita.
Bentuk penambahan jenis kata pada kategori penambahan ini termasuk pada
jenis kata kerja berimbuhan yang mendapatkan imbuhan „ber-„ pada kata dasar
istri yang merupakan bentuk nomina. Merupakan penjelas dari kata laki-laki,,
yang mana penambahan disitu dimaksudkan agar tidak menimbulkan banyak arti
yang di duga-duga oleh pembaca dari hasil terjemahan tersebut karena dalam
cerita tersebut sedang menceritakan kehidupan pasangan suami istri.
Bentuk yang seperti ini memiliki nilai keakuratan tiga (3) yaitu akurat.
Makna teks bahasa sumber (BSu) sudah dialihkan secara akurat meskipun terjadi
27
penambahan untuk memberi keterangan lebih jelas lagi pada bahasa sasaran
(BSa).
A.2 Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi
jabatan dalam kalimat dan bersifat non - predikatif (Prihantini, 33: 2015).
Sedangkan Kridalaksana menyebutkan dalam bukunya bahwa frasa (phrase)
adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu
dapat rapat, dapat renggang (Kridalaksana, 66: 2008). Berdasarkan jenis ini frasa
dibagi menjadi beberapa macam sebagai berikut,
A.2.1 Frasa nominal
Frasa nominal adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya berupa
kata benda (nomina) dan modifikatornya berupa nomina, verba, atau adjektiva
(Prihantini, 35: 2015). Penambahan dalam penerjemahan yang terjadi pada bentuk
frasa nominal dapat dilihat pada contoh berikut ini :
1. Bsu : (H-1/P-1/B-1)
ي ليف ي دلشرأةي و اءي اشرجيفي ي الشريف يف
Fi's syarqi tamsyi al-mar'atu warā'ar-rojuli.
Bsa : (H-1/P-1/B-1)
Di Timur, kaum wanita berjalan di belakang laki-laki.
Bentuk penambahan pada kategori ini merupakan bentuk frasa nominal
pada kategori penambahan nomor 1. Pada kalimat di atas terjadi penambahan
28
kata “kaum”. Dalam bentuk penerjemahan ini telah terjadi perubahan dari Bsu ke
Bsa yaitu dari bentuk tunggal دلشرأةي menjadi bentuk jamak “kaum wanita”.
Kata “kaum” sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memiliki arti, (1) suku bangsa, (2) sanak saudara, kerabat (3) golongan (4)lebai,
modin (5) keluarga garis matrilineal; jadi bentuk penambahan tersebut dapat
dikatakan sebagai bentuk penyesuaian arti ke bahasa sasaran yang menunjukkan
banyak atau sekumpulan. Dilihat dari segi bentuk penambahan yang terjadi,
penambahan tersebut memiliki fungsi sebagai klausa bilangan yang menunjukan
jumlah banyaknya wanita yang berhubungan dengan jalannya alur cerita.
Maksudnya yaitu untuk menunjukan bahwa dalam cerita ini tidak untuk
menjelaskan satu wanita saja, melainkan sekumpulan wanita pada suatu lokasi.
Bentuk penambahan ini pun sama sekali tidak mengubah ataupun mengurangi
informasi dari maksud apa yang ingin disampaikan dalam Bsu ke Bsa. Nilai
keakuratan dari terjemahan ini memiliki nilai 3 (tiga) yaitu, akurat.
A.2.2 Frasa adjektival
Frasa adjektival adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya
berupa kata sifat (adjektiva) dan modifikatornya berupa adverbia (Prihantini, 35:
2015). Penambahan dalam penerjemahan yang terjadi pada bentuk frasa
adjektival dapat dilihat pada contoh berikut ini :
1. Bsu : (H-6/P-3/B-3)
يصءوت ءهء يت ةهءذبة ي يفطشءهء ي،ي ء سء وة يتء يتةسءو يشءلشءهء ي ء ي اءتيف ي ء يتء بيفسة يرءني اشءرةجءي ة ءضجةي ا ءسء أي اءتيف يرءنء يرء شيففء ء
29
Wa anā a’rifa annar-rajula yufadh-dhilul fatāta 'allatī talbisu wa allatī
tusawwī sya’rahā wa takhtāru „ithrahā, wa tuhadzibu shautahā.
Bsa : (H-11/P-3/B-8)
Aku juga tahu bahwa laki-laki lebih menyukai wanita yang memakai gaun indah,
menjalin rambutnya yang ikal, memilih sendiri parfum kesukaanya dan
melembutkan suaranya.
Pada kategori penambahan ini berbentuk frasa adjektival yang termasuk pada
jenis frasa yang induknya berupa kata benda. Pada bentuk penambahan frasa
yang pertama yaitu dari kata تء بيفسةي yang arti sebenarnya adalah „mengenakan,
memakai‟ dari kata dasar اءبيفسءي (Munawir, 1997: 1249). Sementara pada bentuk
bahasa sasaran (Bsa) mendapatkan tambahan berupa frasa „gaun indah‟ yang
pada bahasa sumbernnya sendiri tidak ada. Penambahan ini adalah bentuk
maksud dari kata pakaian yang dikenakan oleh kaum wanita. Penggunaan frasa
ini untuk menunjukan ketegasan akan apa yang dipakai oleh kaum wanita.
Sejatinya frasa „gaun indah‟ itu sendiri jika diterjemahkan ke dalam bahasa
sumber (Bsu) adalah ء ني ةسسء نني .
Bentuk penambahan yang kedua adalah frasa „yang ikal‟ dari kata شءلشءهء. Kata
sendiri sebenarnya hanya berarti „rambutnya‟ saja, tidak ada arti yang شءلشءهء
menunjukan bentuk frasa „yang ikal‟ pada bahasa sumber (Bsu). Dalam bahasa
30
Arab sendiri yang berarti „ikal‟ adalah لعحني Frasa ini juga .(Munawir, 2007: 331) رلة
sama yaitu, untuk memberikan ketegasan bahwa yang sedang dijalin adalah
rambut wanita yang ikal.
Penambahan yang ketiga yaitu frasa „kesukaannya‟. Frasa „kesukaannya‟
menandakan bahwa yang menjadi pilihan parfumnya adalah yang disukai saja.
Merupakan bentuk penambahan dari kalimat yang sama dengan sebelumya yaitu
ي يفطشءهء „ سء وة ‟Sedangkan bentuk „-nya‟ sendiri pada kata „kesukaannya . „ تء
merupakan bentuk kata ganti empunya yang menggantikan kata ganti orang
dalam kedudukan sebagai pemilik atau pronomina possessiva.
Berdasarkan kategori ini, terkait penilaian akan keakuratan hasil terjemahan,
bentuk seperti ini memiliki nilai yang „akurat‟. Suatu terjemahan dapat dikatakan
sebagai suatu terjemahan yang akurat adalah apabila teks tersebut mempunyai
makna atau pesan yang sama dengan bahasa sumbernya (BSu). Meskipun terjadi
bentuk penambahan pada bahasa sasaran (Bsa) yang tidak ada pada bahasa
sumber (Bsu) namun, semua makna pada bahasa sumber (Bsu) telah dialihkan
secara sempurna ke dalam bahasa sasaran (Bsa) dan penambahan yang terjadi
bukan dimaksudkan untuk menambahi informasi sesuka hati, tetapi untuk
menghasilkan terjemahan yang mudah difahami oleh pembaca bahasa sasaran.
Berdasarkan instrument penilaian kualitas terjemahan yang terdiri atas tiga
bagian, yang mana bagian pertama menunjukkan kategori terjemahan yaitu
31
dikatakan akurat, kurang akurat atau tidak akurat. Bagian kedua merupakan poin
skor atau angka dengan skala 1 sampai 3, yang mana semakin tinggi poin yang
diperolehnya maka hasil terjemahan yang ditunjukkan juga semakin akurat.
Bagian ketiga merupakan parameter kualitatif yaitu berupa penjelasan dari
terjemahan tersebut untuk menentukan skor dan kategori pada hasil terjemahan
tersebut. Berdasarkan instrument tersebut maka di perolehlah poin tiga (3) yaitu
„akurat‟ pada hasil terjemahan ini.
A.2.3 Frasa verbal
Frasa verbal adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya berupa
kata kerja (verba) dan modifikatornya berupa partikel modal (Prihantini, 35:
2015). Penambahan dalam penerjemahan yang terjadi pada bentuk frasa verbal
dapat dilihat pada contoh berikut ini :
1. Bsu : (H-3/P-3/B-3)
ي ءشرءأةي ء ءي خلءطأيف،يرءمء ي دل ي يف ي الءشقيفىي اعذيف ي ءشء يرءني اشءرجءياءهةيكةجي حلةقةوريف ةعسءمءعيف
ي ء ي دل سء يففة ييء ةعسءمءعةي ألء وة بيف ء دل
يرء ءح ءي طيف ء يرءنيتة . ءيف ة
Falmujtama’u al-awrūbiyyu yakhtalifu ‘anil mujtama’i asy-syarqī alladzī
yarā an-arrajula lahu kullu alchuqūqi fīl khatha’i, ammā al-mar’atu falā
yajibu an tukhti’a abadān.
Bsa : (H-5/P-3/B-4)
32
Mereka sangat berbeda dengan masyarakat Timur yang berpandangan bahwa
laki-laki memiliki hak-hak tertentu bila melakukan kesalahan sedangkan
wanita sama sekali tidak boleh melakukan kesalahan.
Penambahan frasa verbal ini merupakan data pada kategori penambahan
frasa verbal „bila melakukan‟ ini adalah penambahan yang digunakan sebagai
kata sambung untuk menerangkan kalimat „ي خلءطأيفي ي يف Sejatinya apabila tidak .„ حلةقةوريف
dilakukan suatu penambahanpun bentuk terjemahan sudah menyampaikan
pesannya secara sempurna tanpa ada pesan yang dikurangi dari bahasa sumber.
Namun, pada bahasa sasaran (bahasa Indonesia) menghendaki demikian untuk
mencapai hasil terjemahan yang berkualitas. Penilaian terhadap keakuratan dari
terjemahan ini memiliki nilai „akurat‟ poin tiga (3) karena tidak terjadi distorsi
makna dan arti tersampaikan secara sempurna kedalam bahasa sasaran.
A.2.3 Frasa adverbial
Frasa adverbial adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya berupa
keterangan (adverbia) dan modifikatornya berupa adverbia lain atau partikel
(Prihantini, 35: 2015). Penambahan dalam penerjemahan yang terjadi pada
bentuk frasa adverbial dapat dilihat pada contoh berikut ini :
1. Bsu : (H-4/P-3/B-2)
نسيفقء ايفي ي خليف ء نء يفي ءاء يف يايف يف يايفشء ءبء ةي يف ي ء مء اءيرة ةونيف ء ءي.ي ء يف ء ي ء نءسهةي ء ء سء ي ء يفن ءهء يتءشتء يف ة نسيفقء ايف ي ايف ءشرءأةي يف ء ي ء عشء ي يف. ء دل
Wa idzā khānathu falaisa liraghbatin fīl khiyānati walakin lil intiqāmi. Wal
mar’atu idzā fakkarat fīl intiqāmi fainnahā tartakibu a’mālān junūniyatan.
Bsa : (H-7/P-3/B-3)
33
Hanya saja bila lelaki itu menghianatinya, ia akan membalas dendam
meskipun di dalam hatinya tidak ada niat untuk melakukan pembalasan. Bila
ia berpikiran untuk membalas perbuatan kekasihnya maka sesungguhnya ia
telah melakukan perbuatan yang paling gila dalam hidupnya.
Penambahan berupa frasa adverbial ini merupakan data pada kategori
penambahan frasa adverbial yang kata induknya berupa kata keterangan.
Penambahan frasa adverbial yang pertama „meskipun di dalam hatinya tidak ada
niat‟ adalah bentuk penambahan yang menunjukan keadaan hati seorang wanita
akan sifat lelakinya. Penambahan frasa „perbuatan kekasihnya‟ adalah bentuk
penambahan yang menunjukan fungsi sebagai keterangan tambahan dari bentuk
tindakan yang akan dilakukan oleh wanita tersebut kepada lelakinya dalam
kalimat „ نسيفقء ايفي ي ايف Sedangkan penambahan „dalam hidupnya‟ merupakan .„ ء عشء ي يف
bentuk penambahan yang memiliki fungsi sebagai keterangan waktu yang telah
berangsur lama atau lampau dari keterangan perbuatan yang dilakukan
perempuan tersebut dalam kalimat „ jika ada tambahan kalimat . „ ء مء اءيرة ةونيف ء ءي
seperti itu pada bahasa sasaran seharusnya pada bahasa sumber juga tertulis
kalimat „ ء تهيفي „.
Berdasarkan pada penjelasan dari hasil terjemahan tersebut maka, dalam
penilaian keakuratan suatu terjemahan berdasarkan pada table instrument
penilaian keakuratan terjemahan dinilai sebagai terjemahan yang „akurat‟
meskipun masih terjadi penambahan pada bahasa sasaran namun tidak
34
menunjukan adanya distorsi makna yang terjadi pada bahasa sasaran. Maka nilai
yang diperoleh adalah „akurat‟ (3).
A.2.4 Frasa preposisional
Frasa preposisional adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya
berupa kata depan (preposisi) dan modifikatornya berupa nomina (Prihantini, 36:
2015). Penambahan dalam penerjemahan yang terjadi pada bentuk frasa
preposisional dapat dilihat pada contoh berikut ini :
1. Bsu : (H-3/P-3/B-1)
ي يف ء يفي ةعسءمءعةي ءليف ي ء ءىيوءرة ء يفءشرءأةي:ي ءرءصبء ءي دل
ي دل . اشءرةجةي ء
Wa ashbachal mujtama’u yamsyī ‘alā rajulaini itsnaini : ar-rajulu wal
mar’atu.
Bsa : (H-5/P-3/B-1)
Di Eropa, masyarakat berjalan dengan dua kakinya: laki-laki dan perempuan.
Penambahan berupa frasa preposisional ini merupakan data pada kategori
penambahan , „di Eropa‟ merupakan penambahan yang memiliki fungsi untuk
mejelaskan lokasi kejadian yang berlangsung dalam cerita tersebut yang tidak
tertulis pada bahasa sumber (Bsu). Jika, memang dalam terjemahan tertulis
seperti itu maka yang seharusnya juga ada dalam bahasa sumber tertulis
.‟ ي ير و „
35
Namun meskipun demikian hasil terjemahan tetap tersampaikan secara
sempurna. Nilai keakuratann dari terjemahan ini yaitu „akurat‟ yang bernilai tiga
(3) sebagaimana penjelasan yang telah ada pada contoh-contoh sebelumnya
yaitu, tidak terjadinya distorsi makna pada bahasa sasaran dan bahasa sumber
(Bsu) disampaikan secara sempurna ke dalam bahasa sasaran (Bsa).
A.2.5 Frasa endosentris
Frasa endosentris adalah bentuk frasa yang memiliki inti frasa (D) yaitu
unsur utama atau pokok yang diterangkan (Prihantini, 34: 2014). Penambahan
dalam penerjemahan yang terjadi pada bentuk frasa endosentris dapat dilihat pada
contoh berikut ini :
1. Bsu : (H-2/P-3/B-1)
.رنهي ش حيرني لودءي ا ه ي،يألنعهةييةيفبةه
Annahu yurīdu an ya’ūda ilaihā, liannahu yuchibbuhā.
Bsa : (H-1/P-2/B-3)
Ia ingin kembali lagi pada gadisnya karena cintanya yang mendalam,
Penambahan berupa frasa endosentris ini merupakan data pada kategori
penambahan frasa yang merupakan induk dari semua jenis frasa yang telah
disebutkan di atas yaitu bentuk frasa yang memiliki inti frasa diterangkan (D).
Bentuk penambahan pada kalimat ini merupakan bentuk frasa atributif, yaitu
frasa yang terdiri dari unsur yang tidak setara. Dalam frasa ini bisa disisipi
dengan kata „yang‟ seperti yang ada pada data pembahasan ini. Bentuk frasa
36
„cintanya yang mendalam‟ merupakan tambahan yang tidak tertulis dalam bahasa
sumber (Bsu). „ ةس ءلءم ةي adalah kalimat yang tepat apabila terjadi penambahan „ دل
pada bahasa sasaran (Bsa) yang berarti „mendalam‟. Berdasarkan penejelasan di
atas yang menunjukan adanya penambahan berupa frasa, namun penambahan
tersebut tidak menjadikan adanya bentuk distorsi makna yang terjadi maka nilai
keakuratannya menjadi „akurat‟ poin 3 (tiga).
A.3 Klausa
Klausa (clause) adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang
sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat, dan mempunyai potensi
untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 124: 2008). Klausa berdasarkan
kategorinya dibagi lagi menjadi beberapa kategori dalam pembahasannya.
Namun, hanya kategori yang sesuai dengan data sajalah yang akan dibahas
sebagai berikut :
A.3.1 Klausa verbal
Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri atas kata atau Frasa
golongan V (verba/kata kerja) (Putrayasa, 15: 2014). Data yang menunjukan
kategori ini yaitu,
1. Bsu : (H-2/P-3/B-3)
ي س ءشء رءعةي ياي س ءشء رءلةونءي.ي.ي يرنهةيك فء .رني اشيفرء اء
Tsumma annahu kaifa yatarāja’u annarrijāla la yatarāja’ūna.
37
Bsa : (H-2/P-2/B-9)
Persoalan yang lain adalah bagaimana caranya memohon untuk kembali
karena seorang laki-laki tidak pernah melakukan hal seperti itu.
Bentuk penambahan pada kategori ini merupakan bentuk klausa verbal pada
kategori penambahan pada bentuk klausa „caranya memohon untuk‟ yang
letaknya berada pada kalimat „ي س ءشء رءعةي yang memiliki fungsi menunjukan suatu„ك فء
permohonan yang dilakukan oleh wanita kepada lelakinya. Sementara pada
klausa yang ada di awal kalimat „ persoalan yang lain adalah‟ merupakan bentuk
klausa depan yang pembahasannya ada pada bagiannya sendiri.
Bentuk penambahan yang seperti ini memiliki tingkat keakuratan tiga (3)
yaitu makna teks bahasa sumber (BSu) sudah dialihkan secara akurat ke dalam
bahasa sasaran (BSa) meskipun ada tambhan berupa klausa yang menerangkan
kata kerja dalam kalimat yang memiliki fungsi sebagai penjelas. Dalam fungsi
lainnya yaitu untuk menciptakan rasa yang pas dan nikmat untuk dibaca.
A.3.2 Klausa depan
Klausa depan adalah klausa yang P-nya terdiri atas frase depan, yaitu frase
yang diawali oleh kata depan sebagai penanda (Putrayasa, 15: 2014). Penambahan
dalam penerjemahan yang terjadi pada bentuk klausa depan dapat dilihat pada
contoh berikut ini :
1. Bsu : (H-2/P-3/B-3)
ي س ءشء رءعةي ياي س ءشء رءلةونءي.ي.ي يرنهةيك فء .رني اشيفرء اء
38
Tsumma annahu kaifa yatarāja’u annarrijāla la yatarāja’ūna.
Bsa : (H-2/P-2/B-9)
Persoalan yang lain adalah bagaimana caranya memohon untuk kembali
karena seorang laki-laki tidak pernah melakukan hal seperti itu.
Bentuk penambahan pada kategori ini merupakan bentuk klausa depan pada
kategori penambahan. Pada contoh pembahasan ini bentuk klausa „persoalan
yang lain adalah‟ merupakan klausa yang memiliki fungsi sebagai pemberi
penjelasan dari klausa „caranya memohon untuk‟ bahwa sedang ada persoalan
yang terjadi dalam alur cerita tersebut. Letaknya sendiri berada di awal kalimat
pada bahasa sasaran (Bsa) dan tidak ada dalam bahasa sumber (Bsu) yang
menunjukan artian tersebut. Jika memang terjadi penerjemahan seperti itu maka
seharusnya ada dalam bahasa sumber (Bsu) yang menunjukan arti seperti pada
bahasa sasaran (Bsa) seperti „ دلسل ي أل ش „.
Penambahan yang seperti ini pada umumnya juga sama seperti penambahan
yang ada pada pembahasan sebelum-sebelumnya. Pada terjemahan ini tidak
terjadi bentuk distorsi makna dan pesan tersampaikan secara sempurna, maka
bentuk yang seperti inipun mendapatkan penilaian keakuratan tiga (3) yaitu
„akurat‟.
B. Pengurangan
Data yang diperoleh pada kategori pengurangan dalam terjemahan berjumlah
20 data. Sama seperti pada bagian penambahan, untuk pembagiannya pada tiap
39
bagian hanya disertakan yang sesuai dengan data objek material yang ada.
Berikut pembahasan lengkapnya,
B.1 Kata
Pada bagian ini yang disertakan adalah contoh yang berupa kata benda
(Nomina). Selain ada itu juga disertakan pada bagianini bentuk pengurangan
yang utuh satu kalimat sebagai berikut pembahasannya,
B.1.1 Kata benda (Nomina)
Pada bentuk penguragan kategori kata benda ini merupakan data pada
kategori pengurangan, untuk penjelasannya sebagai berikut :
1. Bsu : (H-2/P-3/B-2)
ي ي رهيفهيفي ي ءطواياس نة ي ي يذلء ي ءسءسةصبيف ةيم ي دتيفء يرنيتءثووء لءىي ء ي دءي ا هء ي ء سءذءوء . ءحةه ا هةييء
Walakinnahu yachksyā idzā ‘āda ilaihā wā’tadzara lahā fasatushbichu min
‘ādatihā an tatsūra fī wajhihi wa yathūlu lisānuhā wa yaduhā.
Bsa : (H-2/P-2/B-5)
Namun ia khawatir bila kembali dan meminta maaf maka gadis itu akan
kembali kepada tabiatnya marah-marah di depan wajahnya, dan mencibirkan
lidahnya.
Pada bagian pengurangan ini yaitu dimana data yang kita peroleh menoleh
pada bahasa sumbernya (BSu) bukan lagi pada bahasa sasaran (BSa). Pada
bahasa sumber (BSu) kita dapati pada kategori kata benda (nomina) ini ada satu
kata yang dikurangi yaitu pada kata ءحةه telah dihilangkan dalam terjemahannya.
Maksud dari hilangnya kata tersebut dalam terjemahan adalah karena kata
40
tersebut tidak memiliki fungsi apapun dalam artiannya. Berbeda dengan kata
yang sebelumnya yang memiliki fungsi untuk menerangkan karena kata tersebut
sudah berbentuk frase yaitu „mencibirkan lidahnya‟ pada kalimat „ ي ءطواياس نة „
Kata „ ءحةه „ sendiri yang jika diartikan menjadi „tangannya‟ sama sekali tidak
dapat menjelaskan apa-apa karena ia hanya berdiri sendiri tidak ada keterangan
lebih lanjut yang menjelaskan tangan tersebut. Terkait dengan rasa juga maka,
akan menimbulkan efek ketidak enakan ketika dibaca oleh penikmat cerita dan
serta akan menimbulkan kerancuan dalam cerita. Sehingga, penilaian terkait
keakuratan dengan model yang seperti ini memiliki nilai tiga (3) yaitu makna
kata telah diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran meski ada kata
yang dihilangkan namun tidak mengakibatkan maksud pada bahasa sumber
(BSu) tidak tersampaikan maka menjadi akurat.
B.2 Frasa
Pada kategori ini ditemukan ada empat (4) bentuk frasa yaitu, frasa verbal,
frasa adverbial, frasa preposisional dan frasa adjektival. Pembahasan lebih
lanjutnya sebagai berikut,
B.2.1 Frasa verbal
Pada bentuk penguragan kategori frasa verbal ini merupakan data pada
kategori pengurangan. Untuk penjelasan dari frasa verbal ini sebagai berikut :
1. Bsu : (H-3/P-2/B-2)
41
ي ءءحعدء يتءش علءتي ء ي اشء يف ء يفي ء ء ء صيف يفيرء ءىي دل ينء مءتي ءورء ي ء
Wa tarabba’at wa tamaddadat wa nāmat fauqa a’lāl-manāshibi ar-rasmiyati.
Bsa : (H-5/P-1/B-4)
Mereka menikmati kedudukan yang tinggi dan resmi.
Pada bentuk penguragan kategori frasa kita dapati bentuk frasa verbal yang
menjadi data dalam pengurangan pada bahasa sumber (BSu) yaitu „ ي ءءحعدء يتءش علءتي ء ي ء
„. Bentuk frasa yang telah dikurangi ini memiliki arti pada bahasa sasaran (BSa)
„menaiki dan berjalan‟.
Jika diartikan secara utuh kedalam bahasa sasaran maka terjemahan akan
kita dapati seperti ini „mereka menaiki dan berjalan serta menikmati kedudukan
yang tinggi dan resmi‟. Maka nilai keakuratannyapun menjadi kurang akurat atau
mendapatkan poin dua (2) karena telah terjadi pengurangan informasi yang ada
pada bahasa sumber (Bsu) yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran
(Bsa).
B.2.2 Frasa adverbial
Pada bentuk penguragan kategori frasa adverbial ini merupakan data pada
kategori pengurangan, untuk penjelasannya sebagai berikut :
1. Bsu : (H-2/P-3/B-1)
ي ء ب بة يأليف ح ءي ي ءثووة كة ه ي ي ء يفي اسء ه يفيكثريأةيريف
Wa yatsūru liasbābin katsīratin jidān wa kulluhā fī ghāyatit tafāhati.
Bsa : (H-2/P-1/B-10)
42
Pemuda itu juga gampang sekali marah hanya lantaran soal-soal sepele.
Bentuk pengurangan berupa frasa adverbial yang terletak pada frasa ح ءي كثريأةيريف
menunjukan bahwa sebenarnya ada banyak pemuda disitu yang seperti itu
sifatnya (gampang marah) akan tetapi penerjemah tidak menerjemahkan frasa
tersebut ke bahasa sasaran (BSa) sebagaimana yang disebutkan pada bahasa
sumber (BSu).
Jika terjadi pengurangan yang seperti ini maka pesanpun tidak tersampaikan
secara sempurna karena telah terjadi distorsi makna atau pengurangan informasi
yang ada pada bahasa sumber (Bsu) yang seharusnya bisa menjadi penjelas
jumlah para pemuda yang memiliki sifat seperti itu tadi. Hasilnya terjemahan ini
menjadi kurang akurat mendapatkan poin dua (2).
B.2.3 Frasa preposisional
Pada bentuk penguragan kategori frasa preposisional ini merupakan data
pada kategori pengurangan, untuk penjelasannya sebagai berikut :
1. Bsu : (H-5/P-1/B-2)
ي ي ألءمشيفكيف يف ء يرء نء ي ء ريف شكء يفي.يهةمةي ا يفس اةي ء ىي ايفط ء ي اليف يمةلعءميف . ء ا يفس اةيقءحي ء اء ءي يف
Wa aghnā al-ammrikiyiyna ‘alāl ithlāqi humunnisā’u. Fān-nisā’u qad
sāhamna fī mu’dzhamisy-syirkāti.
Bsa : (H-9/P-1/B-4)
43
Orang yang paling kaya di Amerika adalah wanita karena mereka memiliki
saham di beberapa perusahaan yang besar.
Pada bagian ini pengurangan yang terjadi pada bentuk diatas adalah ء ىي
ريفي yang merupakan bentuk frasa preposisional yang induknya berupa kata ايفط ء
depan dalam kalimat „ ي ي ألءمشيفكيف يف ء يرء نء ي ء ريف هةمةي ا يفس اةي ء ىي ايفط ء „. Pada bentuk pengurangan
itu sendiri memiliki arti „yang sebenarnya‟, dimana jika dimasukan ke dalam
bahasa sasaran (BSa) akan menjadi terjemahan yang memiliki nilai keakuratan
yang bernilai tiga (3) yaitu akurat.
Pengurangan itu telah menghilangkan artian yang menunjukan berita
sebenarnya bahwa sejatinya orang paling kaya itu adalah wanita. Bentuk
pengurangan tersebut juga memiliki fungsi sebagai penegas. Karena telah terjadi
bentuk pengurangan tersebut maka nilai keakuratannya pun berkurang menjadi
kurang akurat yang memiliki poin nilai dua (2).
B.2.4 Frasa adjektival
Pada bentuk penguragan kategori frasa adjektival ini merupakan data pada
kategori pengurangan, untuk penjelasannya sebagai berikut :
1. Bsu : (H-6/B-1)
ي ءميفهء ي ءي ي يفأءنءيمءلءهء يوءرة ءيقءويف ءي ءضءعةي ا عء اءي يف يتءللةشة ي يف ةيرءن ءهء ياء يقءحيي.يميف ي يف ةي يف ء ء اشءرةجةي ألءمشيف يف يف.رءط ءقءهء ي يف ءرييفي يفء اةي
44
Wa annahā lā tasy’uru biana ma’ahā rajulān qawiyān yadha’u al-lajāma fī
famihā min hīnin ilā hīnin. Fār-rajulul amrīkīyi qad athlaqahā bighairi
lijāmin.
Bsa : (H-10/P-2/B-3)
Ia tidak merasakan ada laki-laki kuat di sampingnya yang dapat meletakkan
kekayaan di mulutnya karena semua laki-laki di Amerika telah
membebaskan wanitanya tanpa kekayaan.
Pengurangan bentuk frasa adjektival diatas memiliki arti „dari waktu ke
waktu‟ yang merupakan bentuk sifat yang menerangkan bahwa itu berangsur-
angsur, tidak hanya sekali waktu saja „ ي يف ةي Fungsinya sendiri untuk .„ ميف ي يف ةي يف ء
menerangkan dari kalimat „ ي ءميفهء ءي ي يفأءنءيمءلءهء يوءرة ءيقءويف ءي ءضءعةي ا عء اءي يف يتءللةشة رءن ءهء ياء „ bahwa
tidak adanya laki-laki yang bisa memberikan kekayaan kepada wanitanya di
Eropa sana. Bentuk pengurangan ini juga telah mengurangi ketersampaian pesan
secara sempurna ke dalam bahasa sasaran (Bsa). Maka nilai keakuratannya
sendiri menjadi kurang akurat (2).
B.3 Klausa
Pada bagian klausa ini ditemukan ada dua bentuk klausa saja sebagai
berikut,
B.3.1 Klausa verbal
45
Pada bentuk penguragan kategori klausa verbal ini merupakan data pada
kategori pengurangan, untuk penjelasannya sebagai berikut :
1. Bsu : (H-3/P-3/B-1)
أةي حء ي ء يف ليف ي يفشيفرجة ةعسءمءعةيرء شء ءي ءيرءصبءحءت.ي. ءي ءلةحي دل ي ء ي ةقةورن رءصبء ءيايف شعرةجيف
ير ض ايف مءشرءأيفي ةقةورن
Lam ya’ud al-mujtama’u a’raja yamsyī bi rijlin wāchidatin. Ashbacha lir-
rajuli chuqūqun wa ashbachat lilmar’ati chuqūqin aidhan.
Bsa : (H-5/P-2/B-3)
Laki-laki memiliki hak yang sama dengan wanita.
Pada bentuk pengurangan kategori klausa verbal „ ي ليف ي يفشيفرجة ةعسءمءعةيرء شء ءي ء ءي ءلةحي دل
حءأةي ini pada artian yang sebenarnya adalah „masyarakat yang tidak ingin „ ء يف
kembali masuk berjalan dengan pincang‟. Dihilangkannya frasa ini dimaksudkan
agar tidak adanya kerancuan dalam terjemahan atau memang karena sulitnya
menyepadankan kedalam bahasa sasaran istilah yang sama. Maka dihilangkanlah
pada terjemahan betuk terjemah tersebut dalam bahasa sasaran (BSu).
Nilai keakuratannya sendiri menjadi „kurang akurat‟ karena telah terjadi
pengurangan arti meskipun menghindari untuk tidak terjadinya timpang tindih
makna atau makna ganda pada bahasa sasaran (Bsa).
B.3.2 Klausa depan
46
Pada bentuk penguragan kategori klausa depan ini merupakan data pada
kategori pengurangan, untuk penjelasannya sebagai berikut :
1. Bsu : (H-4/P-4/B-2)
يرء وة ء ي آلني ءنهةي ي يف ي اشءرةجءي الءشقيف يأليف سةحة ي))مء ييء ي ءصء اةيدء ايفم ءيي((حءيفشن . ءأليفءنهةي ةسيف ة
Wa fī awrūbā al-ān man yachsudu ar-rajulasy-syarqī liannahu
(chamisyun) wa liannahu yumsiku ‘ashāhu dā‘imān.
Bsa : (H-8/P-1/B-4)
Ada juga yang iri terhadap kaum laki-laki Timur karena mereka “jantan” dan
selalu memegang tongkat komandonya.
Pengurangan bentuk klausa depan yang ada pada kalimat „ يرء وة ء ي آلن ي ي يف „
diatas memiliki arti „di Eropa saat ini‟ yang menunjukan suatu waktu keadaan
saat peristiwa itu terjadi, bisa menjadi penjelas dalam kalimat sebenarnya, namun
dihilangkan artiannya pada bahasa sasaran (Bsa). Pengurangan ini
mengakibatkan tidak tersampaikannya pesan secara utuh kepada pembaca yang
menyebabkan berkurangnya nilai keakuratan suatu hasil terjemahan
menjadikannya memperoleh hasil terjemahan yang „kurang akurat‟ dan memiliki
poin dua (2).
Selain bentuk pengurangan yang disebutkan berdasarkan kategori diatas
dalam penerjemahan, terdapat satu data yang merupakan bentuk pengurangan
berupa kalimat untuk gambaran datanya sebagai berikut,
47
2. Bsu : (H-5/P-1/B-4)
يرة ء هةي يميف اء ءيرءاءفيف يت ءس ءقء ضيف ء ي ءةؤء ءسء يف
ي يف حء ي دل يميف ي ةمشيفه يتةحيف شة ي ألءو ءليف ء أنيرة شء ي يف ي ء حء يهة ء اء ي ء يفيتةصءجةي يف ءي ي اضء يف ء يفي اءتيف ة ء ء يف
ي دل ي ءلعء يرة ء هةيرة شء اسء ء يفي ء يرءاءفيف سيف ء ،يخء
Wa hunaka sayyidatun uchkra fil ‘arba’ina min ‘umriha tudiru ichdal
mu’assasati wa tataqadhiya miata alafi junaihin fis-sanati wa ba’dha al-
mukafatiddhailati allati tushalu ila khamsina alafi junaihin ukhra.
Bsa : (H-9/P-1/B-9)
Masih banyak lagi contoh yang lain.
Data diatas menggambarkan sebuah bentuk penerjemahan yang bernilai
tidak akurat karena, makna yang terkandung dalam kalimat tersebut atau teks
bahasa sumber telah dialihkan secara tidak akurat kedalam bahasa sasaran atau
dihilangkan.
Bentuk dari artian yang sebenarnya adalah „disana juga ada wanita lain
yang berumur 40 tahun memimpin sebuah yayasan yang memperoleh 100 ribu
pound Mesir setiap tahunnya dan sebagian keuntungan yang didapatkan untuk
disumbangkan mencapai 500 ribu pound Mesir’.
Dari hasil tidak diterjemahkannya bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa
sasaran (BSa) tersebut telah menghilangkan sebagian infoormasi yang ada di
dalam cerita. Penerjemah menerjemmahkan artian tersebut dengan artian yang
lain yang lebih singkat yaitu ‘masih banyak lagi contoh yang lain’. Nilai
keakuratannya sendiri menjadi tidak akurat dan mendapat poin satu (1).
48
C. Penambahan dan Pengurangan
Data yang diperoleh dari bentuk penambahan dan pengurangan yang terjadi
dalam terjemahan berjumlah 19 data. Sedikit berbeda dari pembahasan
sebelumnya yang ada pada bentuk penambahan dan pengurangan yang terbagi ke
dalam 4 kategori, pada pembahasan ini hanya di bagi menjadi dua kategori saja
sebagai berikut,
C.1. Penambahan dan pengurangan yang hanya ada „satu‟ jenis pada bentuk
penambahan dan pengurangan.
Pada kategori ini merupakan data pada kategori penambahan dan
pengurangan, untuk penjelasannya sebagai berikut :
1. Bsu : (H-3/P-2/B-1)
ي ي ء ءحء ويفسيفي دل ي يف ي اويف ء وءأيفي ء ميفلء يفي ء وء ي يف يرءوء ويفي اشءرةجيف ي ء نسيف ء ء يف ي ايف ي يصء ء ديف يف ءصء نيفعيف
.ي ي دل
Sarat ila jawarir rajuli fil madarisi wal jami’ati wal mashani’I wa shanadiqi
al-intikhabati wal wizarati.
Bsa : (H-5/P-2/B-1)
Setelah itu mereka berjalan di samping laki-laki dalam bidang pendidikan,
industri, pemungutan suara dan pemilihan menteri.
Penambahan dan pengurangan seperti contoh diatas termasuk yang hanya
ada satu kategori saja yaitu berupa nomina, baik pada bentuk pengurangan pada
kata „ء ميفلء يفي „ maupun pada bentuk penambahannya yang berupa kata „bidang„.
Pembahasannya sama seperti yang telah ada pada bentuk penambahan dan
pengurangan sebelumnya yang ada. Nilai keakuratannyapun sama seperti yang
49
telah ada pada kategori penambahan dan pengurangan yang serupa seperti
pembahasan sebelumnya yaitu karena masih ada terjadi bentuk distorsi makna
yang menyebabkan kurang ketersampaikannya pesan secara utuh maka
terjemahan ini memiliki nilai yang „kurang akurat‟ (2).
C.2. Penambahan dan pengurangan yang ada „lebih dari satu‟ jenis pada
bentuk penambahan dan pengurangan.
Pada kategori yang kedua ini merupakan kesatuan dari beberapa kategori
yang terdapat pada bentuk penambahan dan pengurangan dalam satu kalimat.
Kategori ini merupakan data pada kategori penambahan dan pengurangan, untuk
penjelasannya sebagai berikut :
1. Bsu : (H-1/P1/B-5)
يمعي أل ءفيفي ي اشرجةي الشقيف ي ي اة ي. اثق يفيي ة ءضجةي دلشرأءي اتيرءقءجيميف هةي ي–ياء . ي اسءعشيف ء يفي.ي.ي ال ص ع يفي
Wār-rajulu asy-syarqī lā yazālu ma’al asafi – yufaddhilul mar’ata allatī
aqalla minhu fītsaqāfati, fīssyakhshiyyati, fittajribati.
Bsa : (H-1/P1/B-6)
Laki-laki di Timur memilih wanita yang kurang pintar darinya ,baik dalam hal
kepribadian maupun pengalaman.
Pada kalimat diatas terjadi bentuk pengurangan pada klausa يمعي أل ءفيفي ي اة اء
yang tidak diterjemahkan ke dalam BSa. Sejatinya kata tersebut memiliki arti
“sayangnya masih” namun dihilangkan oleh penerjemah. Begitu juga dengan
kata “اثق يفي " yang dihilangkan artinya pada BSa. Adapun bentuk penambahan
50
juga terjadi pada BSa berupa kata “maupun” bentuk penambahan ini sendiri
dimaksudkan agar rasa dalam membaca hasil terjemahan menjadi enak untuk di
baca. Pada kasus seperti ini nilai keakuratan menjadi kurang akurat yang
memiliki nilai 2 (dua). Karena telah terjadi distorsi makna atau adanya makna
yang dihilangkan sehingga mengganggu keutuhan pesan yang akan disampaikan.