22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Erosi Peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami dikenal sebagai erosi tanah. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat yang lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu air dan angin (Arsyad, 2007). Erosi merupakan proses alamiah yang tidak bisa atau sulit dihilangkan sama sekali atau tingkat erosinya nol, khususnya untuk lahan-lahan yang diusahakan untuk pertanian. Tindakan yang dapat dilakukan adalah mengusahakan supaya erosi yang terjadi masih di bawah ambang batas yang maksimum (soil loss tolerance), yaitu besarnya erosi tidak melebihi laju pembentukan tanah (Suripin, 2001). Menurut Suripin (2001) erosi terjadi melalui tiga tahap, yaitu tahap pelepasan partikel tunggal dari masa tanah dan tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin. Pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak lagi cukup untuk mengangkut partikel, maka akan terjadi tahap yang ketiga yaitu pengendapan. Erosi tanah dibagi menjadi dua kelas berdasarkan macam penyebabnya, yaitu:

BAB II Erodibilitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

erodibilitas tpta praktikum faktor K

Citation preview

Page 1: BAB II Erodibilitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Erosi

Peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah

dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami dikenal sebagai erosi tanah.

Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan

terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat yang lain. Pengangkutan

atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu air dan angin

(Arsyad, 2007). Erosi merupakan proses alamiah yang tidak bisa atau sulit

dihilangkan sama sekali atau tingkat erosinya nol, khususnya untuk lahan-lahan

yang diusahakan untuk pertanian. Tindakan yang dapat dilakukan  adalah

mengusahakan supaya erosi yang terjadi masih di bawah ambang  batas yang

maksimum (soil loss tolerance), yaitu besarnya erosi tidak melebihi laju

pembentukan tanah (Suripin, 2001).

Menurut Suripin (2001) erosi terjadi melalui tiga tahap, yaitu tahap

pelepasan partikel tunggal dari masa tanah dan tahap pengangkutan oleh  media

yang erosif seperti aliran air dan angin. Pada kondisi dimana energi  yang tersedia

tidak lagi cukup untuk mengangkut partikel, maka akan terjadi tahap yang ketiga

yaitu pengendapan. Erosi tanah dibagi menjadi dua kelas berdasarkan macam

penyebabnya, yaitu:

1. Erosi geologis atau alami adalah suatu kejadian pengikisan lapisan

permukaan tanah yang selalu akan terjadi, sinambung dan berlangsung

secara alami akibat bekerjanya sejumlah penyebab alami erosi, yaitu curah

hujan, limpasan dan lelehan es. Laju tanah tererosi secara geologis hanya

dikendalikan oleh faktor-faktor iklim, topografi, tumbuhan, dan tanah.

Dampak buruk erosi geologis ini dapat diabaikan karena masih berada

dalam batas-batas keseimbangan alami, yaitu laju kehilangan massa tanah

kurang atau sama dengan laju pembentukannya.

2. Erosi dipercepat adalah suatu kejadian pengikisan lapisan permukaan

tanah yang lajunya lebih besar laju erosi geologis akibat adanya kegiatan

manusia yang merusak kemantapan peranan faktor topografi, tanah, dan

Page 2: BAB II Erodibilitas

tumbuhan. Laju erosi tanah dipercepat ini dikendalikan oleh faktor-faktor

iklim, topografi, tumbuhan, tanah, dan manusia dan karena lajunya

melebihi laju pembentukannya maka dapat berdampak buruk pada

kelestarian potensi sumberdaya tanahnya.

Menurut Rahim (2003), erosi yang terjadi dapat dibedakan berdasarkan

produk akhir yang dihasilkan dan kenampakan lahan akibat erosi itu sendiri. Atas

dasar itu erosi dibedakan atas erosi percikan, erosi lembar, erosi alur, erosi

selokan, erosi tanah longsor, dan erosi pinggir sungai.

Erosi percikan terjadi pada awal hujan. Intensitas erosi percikan juga

meningkat dengan adanya air genangan tetapi setelah terjadi genangan dengan

kedalaman tiga kali ukuran butir hujan erosi percikan minimum. Pada saat inilah

proses erosi lembar dimulai. Erosi lembar akan kita temukan secara jelas di daerah

yang permukaannya relatif seragam.

Erosi alur dimulai dengan adanya konsentrasi limpasan permukaan.

Konsentrasi yang besar akan mempunyai daya rusak yang besar. Bila ukuran alur

sudah sangat besar, maka erosi yang terjadi telah memenuhi kategori erosi

selokan. Pada proses erosi tanah longsor ditandai dengan bergeraknya sejumlah

massa tanah secara bersama-sama. Hal ini disebabkan karena kekuatan geser

tanah sudah tidak mampu untuk menahan beban massa tanah jenuh air di atasnya.

Adapun erosi pinggir sungai yang mirip erosi tanah longsor mengikis pinggir

sungai-sungai yang karena suatu hal mengalami longsor terutama bila pinggir

sungai ini vegetasi alaminya ditebang dan diganti dengan tanaman baru. Menurut

Rahim (2003), tahapan erosi meliputi benturan butir-butir hujan dengan tanah,

percikan tanah oleh butiran hujan ke segala arah, penghancuran bongkahan tanah

oleh butiran hujan, pemadatan tanah, penggenangan air di permukaan, pelimpasan

air karena adanya penggenangan dan kemiringan lahan, dan pengangkutan

partikel terpercik dan/atau massa tanah yang terdispersi oleh air limpasan. Hujan

akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam

waktu yang cukup lama. Ukuran-ukuran butir hujan juga sangat berperan dalam

menentukan erosi. Hal tersebut dikarenakan energi kinetik merupakan penyebab

utama dalam penghancuran agregat-agregat tanah.

Page 3: BAB II Erodibilitas

Erosi bisa terjadi apabila intensitas hujan turun lebih tinggi dibanding

kemampuan tanah untuk menyerap air hujan tersebut. Terjadinya erosi secara rinci

bisa dijelaskan melalui tiga tahapan. Pertama, penghancuran agregat tanah dan

pelepasan partikel. Kedua, pengangkutan tanah oleh aliran air. Ketiga,

pengendapan tanah akibat aliran air tidak mampu lagi mengangkut tanah.

Mekanisme percikan di lahan datar dan tidak ada dan tidak ada angin,

tidak menyebabkan kehilangan tanah yang serius, tetapi jika ada angin kuat yang

menyebabkan percikannya mengikuti arah angin, kemiringan lahan juga

mengarahkan percikan tanah dan menyebabkannya terkumpul ke arah kaki bukit.

Laju erosi karena pengaruh angin dan kemiringan lahan tergantung kepada

ketinggian dan jarak tempuh mendatar percikannya. Jika kapasitas angkut

percikan dan kemudahan diangkut massa tanah itu tinggi, maka faktor angin dan

lereng akan mengintensifkan laju erosi (Purwowidodo, 1999).

Menurut Rahim (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah

meliputi hujan, angin, limpasan permukaan, jenis tanah, kemiringan lereng,

penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya, dan ada atau tidaknya tindakan

konservasi.

Menurut Arsyad (2007), pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa erosi

adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, vegetasi, topografi, tanah

dan manusia, yang dapat dinyatakan dalam persamaan deskriptif di bawah ini.

E = ƒ ( iklim, topografi, vegetasi, tanah, manusia)

Persamaan tersebut di atas mengandung dua jenis peubah, yaitu:

1. Faktor-faktor yang dapat diubah oleh manusia, seperti: vegetasi yang

tumbuh di atas tanah, sebagian sifat-sifat tanah yaitu kesuburan tanah,

ketahanan agregat, dan kapasitas infiltrasi dan unsur topografi yaitu lereng.

2. Faktor- faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia, seperti: iklim, tipe

tanah dan kecuraman lereng.

Atas pertimbangan tersebut di atas, maka besarnya erosi dapat diperkecil

dengan cara mengatur faktor-faktor yang dapat diubah. Adapun uraian faktor-

faktor yang dapat menyebabkan erosi dan limpasan permukaan (iklim, topografi,

vegetasi, tanah dan manusia), adalah sebagai berikut:

Page 4: BAB II Erodibilitas

1. Iklim

Menurut Mohr dan Van Baren (1954) dalam Santosa (1985), angka hujan

di Indonesia relatif tinggi bila dibandingkan dengan daerah-daerah tropis lainnya.

Menurut Rahim (2003), makin tinggi curah hujan semakin tinggi juga penutupan

tanah oleh vegetasi, mengakibatkan semakin membaiknya proteksi terhadap

tanah. Demikian pula halnya dengan keadaan tanah. Dalam Purwowidodo (1999),

faktor-faktor iklim yang berperan penting dalam merangsang erosi tanah adalah

temperatur, angin, dan curah hujan.

Hujan mempengaruhi segala proses erosi mulai dari pemecahan agregat

tanah menjadi butir-butir primer sampai dengan pengangkutannya. Hujan tropis

adalah lebih erosif daripada hujan di daerah beriklim sedang. Hal ini disebabkan

oleh tingginya intensitas hujan. Menurut Arsyad (2007), ada tiga komponen

karakteristik hujan yang berpengaruh terhadap erosi yaitu jumlah, intensitas dan

distribusi hujan. Jumlah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu wilayah

tertentu dinyatakan dalam milimeter atau centimeter. Intensitas hujan menyatakan

besarnya atau jumlah hujan yang jatuh dalam waktu yang singkat, dinyatakan

dalam milimeter/jam atau centimeter/jam. Jumlah rata-rata curah hujan yang

tinggi mungkin tidak menyebabkan terjadinya erosi jika intensitasnya rendah.

Demikian juga suatu hujan yang intensitasnya besar yang terjadi dalam waktu

singkat mungkin tidak akan menimbulkan erosi karena tidak cukup air untuk

mengangkut tanah. Intensitas hujan banyak digunakan untuk menjelaskan

fenomena laju erosi yang terjadi.

Laju erosi di kawasan bercurah hujan < 250 mm th-1 adalah sangat kecil

atau dapat diabaikan. Laju erosi tanah oleh air akan cenderung meningkat sesuai

peningkatan curah hujannya sampai 750 mm th-1 tetapi pada peningkatan

selanjutnya tidak diikuti oleh peningkatan laju erosi tanahnya. Daerah bercurah

hujan < 750 mm th-1 umumnya merupakan daerah tropis kering sampai padang

pasir. Air hujan yang jatuh di kawasan ini hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan tanamannya. Untuk daerah dengan curah hujan > 750 mm th -1 banyak

mempunyai tumbuhan berupa hutan. Adanya hutan alami yang tumbuh baik akan

melindungi tanah dari erosivitas hujan yang tinggi. Jika tumbuh-tumbuhan di

Page 5: BAB II Erodibilitas

kawasan hutan ini ditebang, permukaan tanahnya terbuka maka laju erosi tanah

pada iklim tropika basah akan melebihi iklim lainnya.

2. Topografi

Pada umumnya suatu areal memiliki topografi yang berbeda, mulai dari

datar, landai sampai dengan curam. Faktor-faktor topografi yang mempengaruhi

besar kecilnya erosi dan limpasan permukaan ialah derajat kemiringan lereng

lapangan dan panjang lereng, dengan kata lain erosi dan limpasan permukaan

akan lebih besar pada tanah dengan lereng yang lebih curam dan lebih panjang.

Erosi tidak menjadi masalah pada daerah datar, akan tetapi apabila daerah mulai

miring maka masalah pencegahan erosi menjadi serius.

Kelerengan lapangan dapat diketahui berdasarkan melihat peta topografi

areal yang akan diamati atau bisa juga dengan melakukan pengukuran langsung di

lapangan dengan menggunakan alat bantu untuk mengukur kelerengan seperti

clinometer. Besarnya kelerengan ditentukan oleh jarak horizontal dan vertikal dari

dua titik yang akan dicari kelerengannya. Untuk kelerengan bernilai 100% adalah

kelerengan yang mempunyai sudut 45o.

3. Vegetasi

Beberapa pengaruh vegetasi terhadap erosi ialah sebagai intersep hujan

oleh kanopi tanaman, mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan

perusak air, pengaruh akar terhadap erositas dan kestabilan agregat tanah,

pengaruh kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan

vegetasi dan pengaruhnya terhadap porositas tanah, serta proses transpirasi yang

mengakibatkan keringnya tanah (Arsyad, 2007).

Menurut Santosa (1985) vegetasi hanya akan efektif melindungi tanah dari

erosi apabila tersusun oleh pohon-pohon yang membentuk strata tajuk, adanya

tumbuhan bawah dan lapisan serasah. Tanaman perkebunan yang terdiri dari

tanaman keras biasanya hanya membentuk satu stratum tajuk. Dengan demikian

peranannya terhadap pencegahan erosi sangat ditentukan oleh adanya tumbuhan

bawah.

4. Tanah

Tanah adalah suatu produk alami yang heterogen dan dinamis, maka sifat

dan perilaku tanah akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lain dan berubah dari

Page 6: BAB II Erodibilitas

waktu ke waktu. Setiap perbedaan sifat tanah akan menyebabkan perbedaan sifat

tanah akan menyebabkan perbedaan nilai kepekaan erosi. Berbagai tipe tanah

mempunyai kepekaan yang berbeda-beda terhadap erosi. Kepekaan tanah yaitu

mudah atau tidaknya tanah tererosi merupakan fungsi dari berbagai interaksi sifat-

sifat fisik dan kimia tanah. Sifat tanah yang penting pengaruhnya terhadap

permukaan erosi terhadap kepekaan erosi dan limpasan permukaan adalah tekstur,

struktur, kandungan bahan organik, kesarangan, kapasitas lapang, tebal dan sifat

horizon serta kadar air tanah (Hardjowigeno, 2007).

5. Manusia

Manusia dapat mengubah tanah menjadi lebih baik atau lebih buruk,

tergantung dari cara penggunaan dan pengolahannya. Pola tataguna lahan

merupakan pencerminan kegiatan manusia di atasnya. Pengusahaan lahan

tergantung pada tingkat penggunaan teknologi, tingkat pendapatan, hubungan

antara masukan dan keluaran pertanian, pendidikan, penyuluhan, pemilikan lahan,

dan penguasaan lahan. Oleh karena itu penggunaan lahan dapat bersifat

membangun dapat juga bersifat merusak (Arsyad, 2007).

2.2 Erodibilitas Tanah

Faktor erodibilitas tanah (K) menunjukkan resistensi partikel tanah

terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah tersebut oleh

adanya energi kinetik air hujan. Meskipun besarnya resistensi tersebut di atas akan

tergantung pada topografi, kemiringan lereng, dan besarnya gangguan oleh

manusia. Besarnya erodibilitas atau resistensi tanah juga ditentukan oleh

karakteristik tanah seperti tekstur tanah, stabilitas agregat tanah, kapasitas

infiltrasi, dan kandungan organik dan kimia tanah. Karakteristik tanah tersebut

bersifat dinamis, selalu berubah, oleh karenanya karakteristik tanah dapat berubah

seiring dengan perubahan waktu dan tata guna lahan atau sistem pertanaman,

dengan demikian angka erodibilitas tanah juga akan berubah. Perubahan

erodibilitas tanah yang signifikan berlangsung ketika terjadi hujan karena pada

waktu tersebut partikel-partikel tanah mengalami perubahan orientasi dan

karakteristik bahan kimia dan fisika tanah.

Page 7: BAB II Erodibilitas

Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan

jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman, tanpa usaha pencegahan erosi pada

lereng 9 % dan panjang 22 m. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh

tekstur tanah (terutama kadar debu + pasir halus), bahan organik, struktur dan

permeabilitas tanah (Hardjowigeno, 2003).

Tanah yang mempunyai erodibilitas tinggi akan tererosi lebih cepat

dibandingkan dengan tanah yang mempunyai erodibilitas rendah, dengan

intensitas hujan yang sama. Juga tanah yang mudah dipisahkan (dispersive) akan

tererosi lebih cepat daripada tanah yang terikat (flocculated). Jadi, sifat-sifat fisik,

kimia, dan biologi tanah juga mempengaruhi besarnya erodibilitas. Pengaruh

usaha-usaha pengelolaan tanah sukar diukur, meskipun lebih penting dari sifat-

sifat tanah seperti tersebut diatas. Misalnya usaha-usaha pengelolaan tanah dengan

pembakaran jerami, dibandingkan dengan jerami tersebut ikut dibajak dan

tertimbun dibawah tanah; terasering sawah-sawah dibandingkan dengan

pembajakan tegalan yang sejajar dengan kemiringan medannya; tanaman yang

kurang dipupuk dibandingkan dengan tanaman yang cukup mendapat makanan;

dan tanaman yang penanamannya dengan menyebar bijinya, dibandingkan dengan

tanaman yang ditanam dengan cara berbaris. Sebagai tambahan terhadap sifat-

sifat tanah dan usaha-usaha pengelolaan tersebut diatas, erodibilitas juga

dipengaruhi oleh kemiringan permukaan tanah dan kecepatan penggerusan (scour

velocity).

Erodibilitas tanah (ketahanan tanah) dapat ditentukan dengan aturan rumus

menurut, perhitungan nilai K dapat dihitung dengan persamaan Weischmeier, et

all, 1971 dalam USU, 2011)

K={2,7 × 10−4 (12−OM ) M1,14+3,25 ( S−2 )+2,5 ( P−3 ) }

100

Dimana :

K = faktor erodibilitas tanah

OM = persentase bahan organik

S = kode klarifikasi struktur tanah (granular, platy, massive, dan lain-

lain)

Page 8: BAB II Erodibilitas

P = permeabilitas tanah

M = persentase pengukuran tanah

= (% debu + % pasir sangat halus) x (100 - % liat)

Erodibilitas tanah juga dapat dapat diduga dengan menggunakan

nomograph (Gambar 1). Sifat-sfat tanah yang menentukan besarnya nilai K

berdasarkan Nomograph tersebut adalah (1) Persen kandungan debu dan pasir

halus, (2) Persen Kandungan pasir, (3) Persen bahan kandungan bahan organik (4)

Struktur tanah, (5) Permeabilitas tanah. Untuk itu diperlukan angka hasil

penetapan sifat-sifat tanah seperti tekstur dengan 4 fraksi ( pasir kasar, pasir halus,

debu, dan liat) dan bahan organik tanah, sedangkan struktur dan permeabilitas

ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan pada profil tanah yang dapat digambar

dalam Nomograph.

Gambar 2.1. Nomograph Erodibilitas Tanah (K)

Sebagai keterangan untuk menghitung nilai K dengan nomograf, berikut

disajikan tabel pelengkapnya yaitu tipe Struktur Tanah pada Tabel 2.1, Klasifikasi

Butir-butir Primer Tanah pada Tabel 2.2, dan Penilaian Permeabilitas Tanah pada

Tabel 2.3.

Page 9: BAB II Erodibilitas

Tabel 2.1. Penilaian Struktur Tanah

Tipe struktur tanah (diameter) Kode penilaian

Granular sangat halus (< 1

mm)

1

Granular halus (1-2 mm) 2

Granular sedang dan besar

(2-10 mm)

3

Berbentuk gumpal, lempeng,

pejal

4

(Sumber: Suripin, 2004)

Tabel 2.2. Klasifikasi Butir-Butir Primer Tanah

Fraksi tanah Diameter (mm)

Kerikil > 2

Pasir

kasar

2,0 – 0,2

Pasir

halus

0,2 – 0,02

Debu 0,002 -0,02

Lia <0,002

(Sumber: Roth, 1994)

Tabel 2.3. Penilaian Permeabilitas Tanah

Kelas permeabilitas tanah

(kecepatan)

Kode Penilaian

Sangat lambat (< 0,5 cm/jam) 1

Lambat (0,5-2,0) 2

Lambat sampai sedang (2,0-

6,3)

3

Sedang (6,3-12,7) 4

Sedang sampai cepat (12,7-

25,4)

5

Cepat (> 25,4) 6

Adapun penetapan nilai erodibilitas (K) tanah- tanah yang ada di Indonesia

dapat disajikan pada Tabel 1.

Page 10: BAB II Erodibilitas

Tabel 2.4. Klasifikasi Kelas Erodibilitas Tanah-Tanah.

Kelas Nilai K Tingkat Erodibilitas1 0,00 -0,10 Sangat rendah2 0, 11 -

0,21Rendah

3 0,22- 0,32 Sedang4 0,33 -0,44 Agak tinggi5 0,45 -0,55 Tinggi6 0,56 -0,64 Sangat Tinggi

Sumber : Arsyad (2006)

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Erodibilitas

1. Tekstur tanah

Tekstur menunjukkan sifat halus atau kasarnya butiran-butiran tanah

Tekstur ditentukan oleh kandungan pasir, debu dan liat yang terdapat dalam

permukaan tanah. Tekstur tanah yang terlibat dalam butiran berjarak 200 mikron

sampai ukuran 0,01 mikron. Butir-butir liat yang lebih kecil dari ukuran 0,01

mikron wujudnya dalam bentuk koloid. Suatu gumpal tanah tidak pernah tersusun

hanya satu macam tekstur secara tersendiri. Langkah pertama untuk menentukan

tekstur ialah menganalisa fraksi-fraksi tanah tersebut (Rafi’i, 1990 dalam USU,

2011).

Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi karena selain

mempunyai ukuran yang relatif halus, fraksi ini juga tidak mempunyai ikatan

(tanpa adanya bantuan bahan perekat/pengikat) karena tidak mempunyai muatan.

Berbeda dengan debu, liat meskipun merupakan ukuran yang sangat halus, namun

karena mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat membentuk ikatan. Meyer dan

Harmon (1984) dalam USU (2011) menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur

halus (didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit dihancurkan.

Walaupun demikian bila kekuatan curah hujan atau aliran permukaan mampu

menghancurkan ikatan antar partikelnya maka akan timbul sedimen bahan

tersuspensi yang mudah untuk terangkut atau terbawa aliran permukaan.

2. Struktur tanah

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan

keruangan partikel-partikel tanah yang bergabung dengan satu dengan yang lain

Page 11: BAB II Erodibilitas

membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai

susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok (cluster) yang disebut

agregat yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang berbeda

dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam tinjauan edafologi,

sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting dari

sekedar bentuk agregat. Dalam hubungan tanah-tanaman, agihan ukuran pori,

stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali saat kering dan kekerasan

(hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu sendiri

(Suci dan Bambang, 2002 dalam USU, 2011).

Istilah struktur tanah merujuk cara butiran-butiran tanah saling

mengelompok secara bersama-sama diikat oleh koloida tanah. Tingkat

perkembangan struktur tanah ditentukan berdasarkan atas kemantapan dan

ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Tanah dikatakan tidak

berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain atau saling melekat

menjadi satu satuan yang padu dan disebut massive atau pejal. Tanah dengan

struktur yang baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah

tersedia dan mudah diolah (Hardjowigeno, 2003 dalam USU, 2011).

Bentuk dan stabilitas agregat serta persentase tanah yang teragregasi

sangat berperan dalam menetukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah

yang peka terhadap erosi adalah tanah yang paling rendah persentase agregasinya.

Tanah-tanah dengan tingkat agregasi yang tinggi, berstruktur kersai, atau granular

tingkat penyerapan airnya lebih tinggi dari pada tanah yang tidak berstruktur atau

susunan butir-butir primernya lebih rapat (Meyer dan Harmon, 1984 dalam USU,

2011).

Dalam menentukan erodibilitas tanah perlu memperhatikan keadaan

struktur tanah dalam ukuran diameter yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2.5. Penilaian Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter)

No

Struktur Kelas

1. Granuler sangat halus 12. Granuler halus 23. Granuler sedang sampai kasar 34. Masif kubus, lempeng 4

Sumber : Utomo (1989)

Page 12: BAB II Erodibilitas

3. Permeabilitas Tanah

Permeabilitas tanah adalah kecepatan air menembus tanah pada periode

tertentu dan dinyatakan dalam cm/jam (Foth, 1978 dalam USU, 2011). Sedangkan

menurut Hakim dkk (1986) dalam USU (2011) permeabilitas tanah adalah

menyatakan kemampuan tanah melalukan air yang bisa diukur dengan

menggunakan air dalam waktu tertentu.

Nilai permeabilitas penting dalam menentukan penggunaan dan

pengelolaan praktis tanah. Permeabilitas mempengaruhi penetrasi akar, laju

penetrasi air, laju absorpsi air, drainase internal dan pencucian unsur hara

(Donahue, 1984 dalam USU, 2011).

Nilai permeabilitas dapat ditentukan dengan data lapangan dan data

analisis laboratorium. Penentuan kelas permeabilitas tanah dapat dilihat pada

Tabel 3 yang merupakan permeabilitas dalam menentukan erodibilitas tanah.

Tabel 2.6. Penilaian Kelas Permeabilitas Tanah- Tanah.

No

Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah Kelas

1. Sangat lambat (< 0,5 cm/jam) 62. Lambat (0,5-2 cm/jam ) 53. Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/ jam) 44. Sedang (6.3-12,7 cm/jam) 35. Sedang sampai cepat (12,7- 25,4 cm/jam) 26. Cepat (> 25, 4 cm/jam) 1

Sumber : Penuntun Praktikum Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah, FP-

USU(2003)

4. Bahan Organik

C-organik akan mempengaruhi kandungan bahan organik tanah, semakin

tinggi kandungan C- organik maka semakin meningkat kandungan bahan organik.

Kandungan bahan organik tanah dapat diketahui dari persamaan bahan organik =

% C organik x 1, 724 (Muklis, 2007 dalam USU, 2011).

Bahan organik didefinisikan sebagai sisa tanaman dan hewan di dalam

tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari baik masih hidup maupun mati. Di

dalam tanah berfungsi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah.

Bahan organik di dalam tanah jumlahnya tidak sama antara jenis tanah

yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan kandungan bahan organik ini

tergantung pada jenis tanah dan cara pengelolaan tanah. Menurut Puslitanak

Page 13: BAB II Erodibilitas

(2005) dalam USU (2011) Bogor ada beberapa kriteria dari bahan organik

sebagaimana disajikan pada Tabel 4.

Tabel 2.7. Kriteria Bahan Organik.

No

Kriteria Bahan Organik Nilai

1. Sangat tinggi > 6.002. Tinggi 4.30- 6.003. Sedang 2.10- 4.204. Rendah 1.00- 2.005. Sangat rendah < 1.00

Sumber : Puslitanak (2005)

Page 14: BAB II Erodibilitas

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Penanganan Erosi Dan Sedimentasi di Sub Das Cacaban Dengan Bangunan Check Dam. terdapat pada http://eprints.undip.ac.id/34588/6/2086_chapter_II.pdf iakses pada 16 Mei 2013 [10:50 WIB]

Arsyad, S. 2007. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Bafdal, Nurpilihan, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Teknik Pengawetan Tanah dan Air. Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian. FTIP Unpad

Hakim, Lukman, dkk. 2005. Dasar Teori. terdapat pada http://eprints.undip.ac.id/34554/6/1527_chapter_III.pdf diakses pada 16 Mei 2013 [10:53 WIB]

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Joko . 2012 . Pendugaan Erosi Dan kehilangan Hara . Terdapat pada http://goalterzoko.blogspot.com/2012/09/pendugaan-erosi-dan-kehilangan-hara.html diakses pada 16 Mei 2013 [13.28 WIB]

Purwowidodo. 1999. Konservasi Tanah di Kawasan Hutan. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.

Rahim, S.E. 2003. Pengendalian Erosi Tanah: Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara. Jakarta.

Santosa, W. 1985. Aliran Permukaan dan Erosi pada Tanah yang Tertutup oleh Tanaman Teh dan Hutan Alam di Gambung. Fakultas Pasca Sarjana IPB.

Sugeng. 2012. Studi Pustaka. terdapat pada http://eprints.undip.ac.id/34421/5/2020_chapter_II.pdf diakses pada 16 Mei 2013 [10:48 WIB]

Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit ANDI.Yogyakarta

USU. 2011. Penetapan Tingkat Erodibilitas Tanah. terdapat pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24548/3/Chapter%20II.pdf diakses pada 16 Mei 2013 [10:14 WIB]