Upload
vodiep
View
237
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. PENGERTIAN JUDUL
Pengertian judul “Desain Interior Hotel Resort di Yogyakarta dengan
Konsep Zen”, adalah sebagai berikut :
1. Desain adalah sesuatu yang ditunjukan untuk menghasilkan produk
yang bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas
kehidupan manusia. (Imam Buchori Zainuddin, 1998)
Desain adalah kerangka bentuk; rancangan; motif; corak.
(http://kbbi.web.id/desain)
2. Interior adalah tatanan perabot di dalam ruang dalam dari sebuah
gedung. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan 3, 1990 )
Interior adalah bagian dalam dari bangunan apapun dan
bagaimanapun bentuk bangunan itu dibatasi oleh lantai, dinding dan
plafon. (Suptandar, 1999)
3. Desain interior pada prinsipnya merupakan upaya memecahkan
masalah kehidupan yang berkaitan dengan ruang bagian dalam dari
sebuah bangunan. (Santosa, 2005)
4. Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara
komersial. Disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh
pelayanan penginapan, berikut makan dan minum. (Surat Keputusan
Menteri Perhubungan R.I. No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12
Desember 1977)
5. Resort menurut Dirjen Pariwisata adalah suatu perubahan tempat
tinggal untuk sementara bagi seseorang di luar tempat tinggalnya
dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan
raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan
dengan kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga,
kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan usaha lainnya.
(1988; 13)
9
6. Hotel Resort adalah Hotel yang berlokasi di daerah pengunungan
(mountain hotel) atau di tepi pantai (beach hotel), di tepi danau atau
di tepi aliran sungai. Hotel seperti ini terutama diperuntukkan bagi
keluarga yang ingin beristirahat pada hari-hari libur atau bagi
mereka yang ingin berekreasi. (Tarmoezi ,2000)
7. Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia
yang merupakan peleburan Negara Kesultanan
Yogyakarta dan Negara Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa
Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan berbatasan
dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah
Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2ini terdiri atas satu
kotamadya, dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78
kecamatan, dan 438 desa/kelurahan.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta)
8. Zen adalah salah satu aliran Buddha Mahayana yang berarti
meditasi. Hal ini kadang-kadang disebut aliran atau ‘filsafat’, namun
inti dari Zen adalah adalah praktek. Konsep ini terinspirasi dari
konsep interior Jepang, yang memadukan antara kesederhanaan dan
keindahan tradisional. Walau istilah Zen ini sendiri berasal dari
Jepang, namun Zen ini berasal dari Cina. Inti dan tujuan keseluruhan
dari konsep ini adalah menciptakan ketenangan dan kedamaian di
dalam ruangan, yang dapat ‘menginspirasi’ rumah itu tanpa
aksesoris yang berlebihan.
(www.dreamhomedecorating.com/zen-interior-
design.html#elements)
B. TINJAUAN UMUM PARIWISATA
a. Pengertian Pariwisata
Untuk memperoleh kerangka acuan yang sama maka sebaiknya
digunakan pengertian yang telah diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Di sini dikutip
beberapa pengertian istilah yang berkaitan dengan kepariwisataan.
10
1) Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
objek dan daya tarik wisata.
2) Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3) Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha
yang terkait bidang tersebut.
4) Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
5) Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata, menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik
wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang
tersebut.
6) Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran
wisata.
7) Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun
atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
(Ni Wayan Suwithi dan Cecil Erwin Jr. Boham, Akomodasi Perhotelan
Jilid 1, 2008:16)
b. Manfaat dan Dampak Negatif Industri Pariwisata
Banyak sekali manfaat yang dapat diberikan oleh pengembangan
sektor industri pariwisata. Menurut buku Pegangan Penatar dan Penyuluh
Kepariwisataan Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata, sedikitnya manfaat dan dampak negative yang ditimbulkan
tersebut dapat ditinjau dari empat aspek: (a) aspek ekonomi, (b) aspek
social-budaya, (c) aspek berbangsa dan bernegara, dan (d) aspek
lingkungan.
Tabel ini memberikan ringkasan manfaat dari keempat aspek
tersebut. Disamping manfaat yang diberikan dari perkembangan dan
pertumbuhan industri pariwisata, juga perlu diantisipasi dampak-dampak
11
negatif yang mungkin ditimbulkan bila perlu mengurangi atau bahkan
dapat menghilangkannya.
1 Ekonomi
berusaha.
masyarakat dan pemerintah.
daerah.
pelayanan menjadi naik, karena
banyaknya pengunjung atau
wisatawan yang dianggap selalu
membawa uang banyak.
banyaknya para investor yang
memerlukan tanah untuk
pembangunan hotel dan sarana
penunjang industri pariwisata.
2 Sosial
Budaya adat.
mesyarakat.
jasmani dan rohani.
suka mengikuti pola hidup para
wisatawan yang tidak sesuai
dengan budaya dan kepribadian
bangsa kita sendiri.
3 Berbangsa
dan
Bernegara
kesatuan.
memiliki dan kecintaan
terhadap tanah air.
secara internasional.
pemanfaatan wisatawan juga
mengundang perilaku yang
tidak bertanggungjawab
misalnya : pemerasan,
perjudian, prostitusi, pencurian,
pengedaran barang-barang
terlarang, penipuan dan lain
sebagainya.
12
(Sumber : Ni Wayan Suwithi dan Cecil Erwin Jr. Boham, Akomodasi Perhotelan Jilid 1, 2008:24-26)
C. TINJAUAN UMUM HOTEL RESORT
1. Pengertian Hotel
Secara harfiah, kata Hotel dulunya berasal dari kata HOSPITIUM
(bahasa Latin), artinya ruang tamu. Dalam jangka waktu lama kata
hospitium mengalami proses perubahan pengertian dan untuk membedakan
antara Guest House dengan Mansion House (rumah besar) yang
berkembang pada saat itu, maka rumah-rumah besar isebut dengan
HOSTEL. Rumah-rumah besar atau hostel ini disewakan kepada masyarakat
umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, yang selama
menginap para penginap dikoordinir oleh seorang host, dan semua tamu-
tamu yang (selama) menginap harus tunduk kepada peraturan yang dibuat
atau ditentukan oleh host (HOST HOTEL). Sesuai dengan perkembangan
dan tuntutan orang-orang yang ingin mendapatkan kepuasan, tidak suka
dengan aturan atau peraturan yang terlalu banyak sebagaimana dalam
hostel, dan kata hostel lambat laun mengalami perubahan. Huruf “s” pada
kata hostel tersebut menghilang atau dihilangkan orang, sehingga kemudian
kata hostel berubah menjadi Hotel seperti apa yang kita kenal sekarang.
Menurut beberapa pengertian, hotel didefinisikan sebagai berikut.
1) Menurut Dirjen Pariwisata – Depparpostel
Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau
seluruh bangunan, untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan
minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial.
4 Lingkungan
tenag dan bersih.
dan mental.
lingkungan, baik karena
pembangunan prasarana dan
sarana pariwisata, maupun
13
2) Menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I. No. PM 10/PW –
301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977
Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial.
Disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan,
berikut makan dan minum.
3) Menurut Webster
Hotel adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan
kamar untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk
umum.
2. Jenis Hotel :
Menurut Tarmoezi (2000), penentuan jenis hotel tidak lepas dari
kebutuhan pelanggan, ciri, atau sifat khas yang dimiliki wisatawan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat dari lokasi di mana hotel
dibangun, sehingga dikelompokkan sebagai berikut.
1) City Hotel
Hotel yang berlokasi di perkotaan, biasanya diperuntukkan bagi
masyarakat yang bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka
waktu pendek). City Hotel disebut juga sebagai transit hotel karena
biasanya dihuni oleh para pelaku bisnis yang memanfaatkan fasilitas dan
pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut.
2) Residential Hotel
Hotel yang berlokasi di daerah pinngiran kota besar yang jauh dari
keramaian kota, tetapi mudah mencapai tempat-tempat kegiatan usaha.
Hotel ini berlokasi di daerah-daerah tenang, terutama karena
diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin tinggal dalam jangka waktu
lama .Dengan sendirinya hotel ini diperlengkapi dengan fasilitas tempat
tinggal yang lengkap untuk seluruh anggota keluarga.
3) Resort Hotel
Hotel yang berlokasi di daerah pengunungan (mountain hotel) atau di tepi
pantai (beach hotel), di tepi danau atau di tepi aliran sungai. Hotel seperti
14
ini terutama diperuntukkan bagi keluarga yang ingin beristirahat pada
hari-hari libur atau bagi mereka yang ingin berekreasi.
4) Motel (Motor Hotel)
Hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang
menghubungan satu kota dengan kota besar lainnya, atau di pinggiran
jalan raya dekat dengan pintu gerbang atau batas kota besar. Hotel ini
diperuntukkan sebagai tempat istirahat sementara bagi mereka yang
melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum atau
mobil sendiri. Oleh karena itu hotel ini menyediakan fasilitas garasi
untuk mobil.
3. Pengertian Resort Hotel
Resort Hotel didefinisikan sebagai hotel yang terletak dikawasan
wisata, dimana sebagian pengunjung yang menginap tidak melakukan
kegiatan usaha. Umumnya terletak cukup jauh dari pusat kota sekaligus
difungsikan sebagai tempat peristirahatan. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa resort hotel secara total menyediakan fasilitas untuk
berlibur, rekreasi dan olah raga. Juga umumnya tidak bisa dipisahkan dari
kegiatan menginap bagi pengunjung yang berlibur dan menginginkan
perubahan dari kegiatan sehari-hari.
D. TINJAUAN UMUM KOTA YOGYAKARTA
a. Geografis
Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan
dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari
luas wilayah Propinsi DIY. Dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi
menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, dan 2.531 RT, serta dihuni
oleh 428.282 jiwa (sumber data dari SIAK per tanggal 28 Februari 2013)
dengan kepadatan rata-rata 13.177 jiwa/Km²
Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan
merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4
daerah tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta
15
terletak ditengah-tengah Propinsi DIY, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut
Sebelah utara : Kabupaten Sleman
Sebelah timur : Kabupaten Bantul & Sleman
Sebelah selatan : Kabupaten Bantul
Sebelah barat : Kabupaten Bantul & Sleman
(Sumber: http://www.jogjakota.go.id/about/kondisi-geografis-kota-
yogyakarta)
b. Visi dan Misi Yogyakarta
Visi :
Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan
Berkualitas,Berkarakter dan Inklusif, Pariwisata Berbasis Budaya, dan
Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi
Kerakyatan.
Misi
1. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih
2. Mewujudkan Pelayanan Publik yang Berkualitas
3. Mewujudkan Pemberdayaan Masyarakat dengan Gerakan Segoro
Amarto
4. Mewujudkan Daya Saing Daerah yang Kuat
(Sumber : http://www.jogjakota.go.id/about/visi-dan-misi )
E. TINJAUAN PERANCANGAN
1. Hubungan Antar Ruang
a) Ruang di dalam ruang
Sebuah bangunan yang luas dapat melingkupi dan memuat sebuah
ruangan lain yang lebih kecil di dalamnya. Kontitunitas visual dan ruang di
antara kedua ruang tersebut dengan mudah mampu dipenuhi tetapi hubungan
16
dengan ruang luar dari ruang yang dimuat tergantung kepada ruang penutupnya
yang lebih besar. Misalnya ruang kelas dalam gedung sekolah.
b) Ruang-ruang yang saling berkaitan
Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan terdiri dari 2 buah ruang
yang kawasannya membentuk volume berkaitan seperti, masing-masing ruang
mempertahankan identitasnya dan batasan sebagai ruang. Tetapi, hasil
konfigurasi kedua ruang yang saling berkaitan akan tergantung pada beberapa
penafsiran.
c) Ruang-ruang bersebelahan
Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang yang paling umum. Hal
tersebut memungkinkan definisi dan respon masing-masing ruang menjadi
jelas terhadap fungsi dan persyaratan simbolis menurut cara masing-masing
simbolisnya.
d) Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama
Dua buah ruang yang terbagi oleh jarak dapat dihubungkan atau
dikaitkan satu sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang pertama. Hubungan akan
kedua ruang tersebut menempati satu ruang bersama-sama.
2. Organisasi Ruang
Penyusunan ruang-ruang dapat menjelaskan tingkat kepentingan
relatif dan fungsi serta peran simbolis ruang-ruang tersebut di dalam suatu
organisasi bangunan. Keputusan mengenai jenis organisasi yang harus
digunakan dalam situasi khusus akan tergantung pada: kebutuhan atas
program bangunan, seperti pendekatan fungsional persyaratan ukuran,
klasifikasi hirarki ruang-ruang dan syarat-syarat pencapaian, pencahayaan
atau pemandangan. Kondisi-kondisi eksterior dari tapak yang mungkin akan
membatasi bentuk atau pertumbuhan organisasi atau yang mungkin
merangsang organisasi tersebut untuk mendapatkan gambaran-gambaran
tertentu tentang tapaknya dan terpisah dari bentuk-bentuk lainnya. (Ching,
2000,188).
Menurut Francis D.K. Ching terdapat lima bentuk organisasi ruang, yaitu:
17
a. Organisasi Terpusat
Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri
dari sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang
pusat yang luas dan dominan.
Gambar II.1 Organisasi Terpusat
(Sumber : Ching, 2000:193)
Gambar II.2 Layout Organisasi Terpusat
(Sumber :Denah DI 4 Lyna Amalia)
Ruang pemersatu terpusat, dari suatu organisasi pada umumnya
berbentuk teratur dan ukurannya cukup besar untuk menggabungkan
sejumlah ruang sekunder di sekelilingya.
Ruang-ruang sekunder dari suatu organisasi mungkin setara satu sama lain
dalam fungsi, bentuk dan ukuran, serta menciptakan suatu konfigurasi
keseluruhan yang secara geometri teratur dan simetris terhadap dua sumbu
atau lebih.
18
Ruang-ruang sekunder mungkin berbeda satu sama lain dalam hal
bentuk atau ukurannya sebagai tanggapan terhadap kebutuhan-kebutuhan
individu akan fungsi, menunjukkan kepentingan relatif, atau lingkungan
suasana sekitarnya. Perbedaan antara ruang-ruang sekunder juga
memungkinkan bentuk dari organisasi terpusat untuk menanggapi kondisi
lingkungan tapaknya.
Apabila bentuk organisasi terpusat bersifat tidak berarah, kondisi-
kondisi pencapaian dan jalan masuk harus dikhususkan menurut tapak dan
ketegasan salah satu ruang sekunder sebagai gerbang masuk.
Pola sirkulasi dan pergerakan dalam suatu organisasi terpusat
mungkin berbentuk radial, lup atau spiral. Walaupun hampir dalam setiap
kasus pola tersebut akan berakhir di dalam atau di sekeliling ruang pusat.
Organisasi-organisasi terpusat yang bentuk-bentuknya relatif padat
dan secara geometric teratur dapat digunakan untuk menetapkan titik-titik
atau “tempat-tempat” di dalam ruangan, menghentikan kondisi-kondisi
aksial, dan berfungsi sebagai suatu obyek di dalam daerah atau volume ruang
yang tetap.
Kelebihannya adalah:
1) Memiliki pusat kegiatan atau orientasi dengan efisiensi dan efektivitas yang
tinggi.
2) Menciptakan kofigurasi keseluruhan ruang yang secara geometris teratur dan
simetris terhadap dua sumbu atau lebih.
Kelemahannya adalah:
1) bentuknya teratur harus cukup ruang untuk mengumpulkan sejumlah ruang
sekunder di sekitarnya.
b. Organisasi Linier
Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-
ruang ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau
dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah.
Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-ruang yang berulang
serupa dalam hal ukuran, bentuk dan fungsi. Organisasi ini juga dapat terdiri
19
dari ruang linier tunggal yang menurut panjangnya mengorganisir sederetan
ruang-ruang sepanjang bentangnya yang berbeda ukuran, bentuk atau fungsi.
Dalam kedua kasus di atas, tiap-tiap ruang di sepanjang rangkaian tersebut
memiliki hubungan dengan ruang luar.
Ruang-ruang yang secara fungsional atau simbolis penting
keberadaannya terhadap organisasi dapat terjadi di manapun sepanjang
rangkaian linier dan kepentingannya ditegaskan oleh ukuran maupun
bentuknya. Kepentingan juga dapat ditekankan menurut lokasinya: (1) pada
ujung rangkaian linier, (2) keluar dari organisasi linier, (3) pada titik-titik
belok bentuk linier yang terpotong-potong.
Gambar II.3 Bangunan Organisasi Linier
(remigius.staff.gunadarma.ac.id)
Gambar II.4 Layout Organisasi Linier
(remigius.staff.gunadarma.ac.id)
Karena panjang karakternya, organisasi linier menunjukkan satu arah,
dan menggambarkan gerak, perluasan dan pertumbuhan. Untuk membatasi
pertumbuhannya, organisasi-organisasi linier dapat dihentikan oleh suatu
bentuk atau ruang yang dominan, dengan adanya tempat masuk yang
20
menonjol dan tegas, atau penggabungan dengan bentuk bangunan lain atau
karena keadaan tipografi.
Bentuk organisasi linier bersifat fleksibel dan dapat menanggapi
terhadap bermacam-macam kondisi tapak. Bentuk ini dapat disesuaikan
dengan adanya perubahan-perubahan topografi, mengitari suatu badan air
atau sebatang pohon, atau mengarahkan ruang-ruangnya untuk memperoleh
sinar matahari dan pemandangan. Bentuknya dapat lurus, bersegmen, atau
melengkung. Konfigurasinya dapat berbentuk horisontal sepanjang tapaknya,
diagonal menaiki suatu kemiringan atau berdiri tegak seperti sebuah menara.
Bentuk organisasi linier dapat berhubungan dengan bentuk-bentuk
lain di dalam lingkupnya dengan: (1) menghubungkan dan mengorganisir
bentuk-bentuk di sepanjang bentangnya, (2) berfungsi sebagai dinding atau
penahan untuk memisahkan ruang menjadi daerah yang berbeda. (3)
mengelilingi dan melingkupi bentuk-bentuk ke dalam sebuah daerah ruang.
Bentuk-bentuk lengkung dan bersegmen pada organisasi-organisasi
linier melingkupi daerah ruang eksterior pada sisi cekungnya dan
mengarahkan ruang-ruangnya menghadap ke pusat daerah. Pada sisi
cembungnya, bentuk-bentuk ini tampak menghadang dan memisahkan ruang
di hadapannya terhadap lingkungannya.
Gambar II.5 Eksterior Dengan Organisasi Linier
(Sumber : Ching, 2000:235)
Kelebihannya adalah dapat bertukar fungsi sebagai penunjuk arah
sekaligus menggambarkan gerak pemekaran dan pertumbuhan karena
karakternya yang memanjang.
Kelemahannya adalah bentuk ruangnya kurang variatif tapi dapat
memaksimalkan pencapaian ukuran luas.
21
c. Organisasi Radial
Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur baik organisasi
terpusat maupun linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan
dimana sejumlah organisasi linier berkembang menurut arah jari-jarinya.
Apabila suatu organisasi terpusat adalah sebuah bentuk introvert yang
memusatkan pandangannya ke dalam ruang pusatnya, maka sebuah
organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembang
keluar lingkupya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas
dan menggabungkan dirinya pada unsur-unsur atau benda-benda tertentu
pada tapaknya.
Gambar II.6 Organisasi Radial pada Resort Hotel
(dimasseptiyanto.wordpress.com/2010/05/31/organisasi-ruang/)
Seperti pada organisasi-organisasi terpusat, ruang pusat pada suatu
organisasi radial pada umumnya bebentuk teratur. Lengan-lengan linier
dimana ruang pusat menjadi porosnya, mungkin mirip satu sama lain dalam
hal bentuk dan paniang dan mempertahankan keteraturan bentuk organisasi
secara keseluruhan.
Lengan-lengan radialnya juga dapat berbeda satu sama lain untuk
menanggapi kebutuhan-kebutuhan individu akan fungsi dan konteksnya.
Variasi tertentu dari orgarisasi radial adalah pola baling-baling dimana
lengan-lengan liniernya berkembang dari sisi sebuah ruang pusat berbentuk
segi empat atau bujur sangkar. Susunan ini menghasilkan suatu pola dinamis
22
yang secara visual mengarah kepada gerak berputar mengelilingi ruang
pusatnya.
d. Organisasi Cluster
Untuk memperkuat dan menyatukan bagian-bagian organisasi dalam
bentuk kelompok atau cluster mempertimbangkan pendekatan fisik untuk
menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Sering kali organisasi
ini terdiri dari ruang-ruang selular yang berulang yang memiliki fungsi-fungsi
sejenis dan memiliki sifat visual yang umum seperti wujud dan orientasi.
Sebuah organisasi kelompok juga dapat menerima di dalam komposisinya,
ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya, tetapi
berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan atau alat penata
visual seperti kesimetrisan atau sebuah sumbu. Karena polanya tidak berasal
dari konsep geometri yang kaku, bentuk suatu organisasi kelompok bersifat
fleksibel dan dapat menerima pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa
mempengaruhi karakternya.
Gambar II.7 Organisasi Cluster Yang Bersifat Fleksibel
(dimasseptiyanto.wordpress.com/2010/05/31/organisasi-ruang/)
Ruang-ruang kelompok atau cluster dapat diorganisir terhadap suatu
titik tempat masuk ke dalam bangunan atau sepanjang alur gerak yang
rnelaluinya. Ruang-ruang dapat juga dikelompokkan berdasarkan luas daerah
atau volume ruang tertentu. Pola ini serupa dengan organisasi terpusat, tetapi
23
kurang dalam hal kepadatan dan keteraturan geometri akhirnya. Ruang-ruang
suatu organisasi kelompok dapat juga dimasukkan dalam suatu daerah atau
volume ruang yang telah dibentuk.
Gambar II.8 Organisasi Cluster Dengan Pola Berkelompok
(Sumber : Ching, 2000:255)
Karena tidak adanya tempat utama di dalam pola organisasi berbentuk
kelompok, maka tingkat kepentingan sebuah ruang harus ditegaskan lagi
melalui ukuran, bentuk atau orientasi di dalam polanya.
Kondisi simetris, atau aksial dapat dipergunakan untuk memperkuat
atau menyatukan bagian-bagian suatu organisasi kelompok dan membantu
menegaskan pentingnya suatu ruang sekelompok ruang atau dalam
organisasi.
Gambar II.9 Organisasi Cluster Dengan Sumbu Simetris
(dimasseptiyanto.wordpress.com/2010/05/31/organisasi-ruang/)
24
Kelebihannya adalah:
1) Organisasi cluster dapat menerima ruang yang berlainan ukuran bentuk
dan fungsinya tetapi berhubungan satu sama lainnya berdasarkan penempatan
dan ukuran visual seperti semetri atau menurut sumbunya.
2) Bentuknya luwes dapat menyesuaikan perubahan dan pertumbuhan
langsung tanpa mempengaruhi karakternya, karena polanya tidak berasal dari
konsep geometri yang kaku.
Kelemahannya adalah tidak adanya tempat utama yang terkandung di dalam
pola organisasi cluster signifikasi sebuah ruang harus ditegaskan pada ukuran,
bentuk atau orientasi di dalam polanya.
e. Organisasi Grid
Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang dimana
posisinya dalam ruangan dan hubungan antar ruang diatur oleh pola atau
bidang grid tiga dimensi.
Gambar II.10 Organisasi Grid
(dimasseptiyanto.wordpress.com/2010/05/31/organisasi-ruang/)
25
Gambar II.11 Organisasi Grid
(dimasseptiyanto.wordpress.com/2010/05/31/organisasi-ruang/)
Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis sejajar yang tegak lurus
yang membentuk sebuah pola titik-titik teratur pada pertemuannya. Apabila
diproyeksikan dalam dimensi ketiga, maka pola grid berubah menjadi satu set
ruang unit modular berulang.
Kekuatan yang mengorganisir suatu grid dihasilkan dari keteraturan
dan kontinuitas pola-polanya yang meliputi unsur-unsur yang diorganisir.
Pola-pola ini membuat menjadi satu set atau daerah titik-titik dan garis-garis
referensi yang stabil dalam ruang dimana ruang-ruang organisasi grid daerah
yang walaupun berbeda dalam hal ukuran, bentuk, atau fungsi, dapat
membagi hubungan bersama.
Suatu grid di dalam arsitektur paling sering dibangun oleh sistem
struktur rangka dari kolom dan balok. Dalam daerah grid ini, ruang-ruang
dapat terbentuk sebagai beberapa daerah-daerah terisolir atau sebagai
pengulangan modul grid. Tanpa melihat penempatannya dalam suatu daerah,
ruang-ruang ini, jika dipandang sebagai bentuk-bentuk positif, akan
menciptakan set kedua berupa ruang-ruang negatif.
Karena sebuah grid tiga dimensi terdiri dari unit-unit ruang modular
yang berulang, maka organisasi ini dapat dikurangi, ditambahkan, atau
dilapisi, dan identitasnya sebagai sebuah grid tetap dipertahankan dengan
kemampuan untuk mengorganisir ruang-ruang. Manipulasi bentuk demikian
dapat digunakan untuk rnenyewakan sebuah bentuk grid terhadap tapaknya,
26
menetapkan tempat masuk atau ruang keluar atau memungkinkan
pertumbuhan dan perluasan.
Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan khusus mengenai dimensi
ruang-ruangnya atau untuk menegaskan daerah ruang untuk sirkulasi atau
pelayanan, suatu grid dapat dibuat tidak teratur dalam satu atau dua arah.
Perubahan dimensi ini akan menimbulkan suatu hirarki rnodul-modul yang
dibedakan oleh ukuran, proporsi dan lokasinya.
Sebuah grid dapat mengalami perubahan-perubahan bentuk yang lain.
Bagian-bagian grid dapat bergeser untuk mengubah kontinuitas visual
maupun kontinuitas ruang melampaui daerahnya. Pola grid dapat diputus
untuk membentuk ruang utama atau menampung bentuk-bentuk alami
tapaknya. Sebagian dari grid dapat dipisahkan dan diputar terhadap sebuah
titik dalam pola dasarnya. Lewat dari derahnya, grid dapat mengubah
kesannya dari suatu pola titik ke garis, ke bidang, dan akhirnya ke ruang.
Gambar II.12 Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Organisasi Grid
(Sumber : Ching, 2000:2695)
Kelebihannya adalah:
1) Organisasi grid ini dapat memiliki hubungan bersama walau berbeda dalam
hal ukuran, bentuk, fungsi.
2) Suatu grid dapat juga mengalami perubahan bentuk yang lain dengan cara
pengurangan, penambahan kepadatan atau dibuat berlapis dan identitasnya
sebagai sebuah grid tetap dipertahankan oleh kemampuan mengorganisir
ruang.
Kelemahannya adalah dalam aspek bentuk, posisi, hubungan antar ruang
semua diatur oleh pola grid tiga dimensi atau bidang sehingga sifatnya tidak
fleksibel.
27
3. Pola Sirkulasi
a. Linier
Semua jalan pada dasarnya adalah linier. Jalan yang lurus dapat menjadi
unsur pengorganisir utama untuk satu deret ruang-ruang. Di samping itu, jalan
dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain,
bercabang-cabang, atau membentuk putaran (loop).
Gambar II.13 Pola Sirkulasi Linear
(Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.co.id/2010/02/sirkulasi-adalah-elemen-yang
sangat.html)
b. Radial
Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkermbang dari atau
berhenti pada sebuah pusat, titik bersama.
Gambar II.14 Pola Sirkulasi Radial
(Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.co.id/2010/02/sirkulasi-adalah-elemen-yang
sangat.html)
28
c. Spiral (berputar)
Sebuah konfigurasi spiral adalah suatu jalan tunggal menerus, yang berasal
dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang berubah.
Gambar II.15 Pola Sirkulasi Spiral
(Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.co.id/2010/02/sirkulasi-adalah-elemen-yang
sangat.html)
d. Grid
Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan
pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan
ruang segi empat.
Gambar II.16 Pola Sirkulasi Grid
(Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.co.id/2010/02/sirkulasi-adalah-elemen-yang
sangat.html)
e. Jaringan
Suatu konfigurasi jaringan terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-
titik tertentu di dalam ruang.
29
Gambar II.17 Pola Sirkulasi Jaringan
(Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.co.id/2010/02/sirkulasi-adalah-elemen-yang
sangat.html)
f. Komposisi (gabungan)
Pada kenyataannya, sebuah bangunan umumnya membuat kombinasi dari
pola-pola di atas. Hal terpenting dalam setiap pola adalah pusat kegiatan,
jalan masuk ke ruangan atau kamar, serta tempat untuk sirkulasi vertikal
berupa tangga-tangga, landaian, dan elevator. Semua bentuk titik pusat ini
memberikan kejelasan jalur pergerakan melalui bangunan dan menyediakan
kesempatan untuk berhenti sejenak, beristirahat, dan menentukan orientasi.
Untuk menghindari timbulnya orientasi yang membingungkan, suatu susunan
hirarkis di antara jalur-jalur dan titik bangunan dapat dibangun dengan
membedakan skala, bentuk, panjang, serta penempatannya.
Gambar II.18 Pola Sirkulasi Komposisi (gabungan)
(Sumber : http://helena-hapsari.blogspot.co.id/2010/02/sirkulasi-adalah-elemen-yang
sangat.html)
30
4. Elemen Pembentuk Ruang
Yang termasuk unsur pembentuk ruang antara lain adalah:
a. Lantai
Selain berfungsi sebagai penutup ruang bagian bawah, lantai
berfungsi sebagai pendukung beban dan benda-benda yang ada diatasnya
seperti perabot, manusia sebagai civitas ruang, dengan demikian dituntut
agar selalu memikul beban mati atau beban hidup berlalu lalang diatasnya
serta hal-hal lain yang ditumpahkan diatasnya (Mangunwijaya, 1980:329).
Dalam kelangsungan kegiatan, pemilihan jenis pelapis lantai akan ditinjau
dari macam atau jenis kegiatannya, dan pada umumnya dikenal beberapa
klasifikasi dari penyelesaian lantai seperti berikut: untuk lantai keras sifat
pemakaian lebih baik dan banyak menguntungkan, karena pembersihan
yang mudah. Sedangkan lantai yang jenisnya medium lebih bersifat hati-
hati. Syarat-syarat bentuk lantai antara lain: (1) Kuat, lantai harus dapat
menahan beban, (2), Mudah dibersihkan, (3) Fungsi utama lantai adalah
sebagai penutup ruang bagian bawah. lainnya adalah untuk mendukung
beban-beban yang ada di dalam ruang (Ching, 1996).
Lantai pada Hotel atau commercial space harus memenuhi
kebutuhan fungsional
maupun dekoratif, mendukung karakter serta tingkat intensitas penggunaan
terhadap areanya. Pertimbangan desain, pemilihan bahan dan finishing
lantai
meliputi faktor :
a) sub-floor : sifat dan kondisi konstruksi dasar dibawahnya.
b) Tampilan : berkaitan dengan fungsi ruang, ketahanan untuk menopang
sirkulasi, pemakaian, penumpahan makanan, cairan, lemak, noda dan
pengikisan.
c) Akustik, suhu dan kenyamanan : berhubungan dengan kelembutan, sifat
material lantai sebagai penyerap bunyi dan fungsinya sebagai elemen
dekorasi di dalam ruangan.
d) Kelicinan : penting pada area sirkulsai (area untuk pelayanan, tangga dan
pintu masuk), terutama apabila dalam kondisi basah atau terkena
31
tumpahan air dan lemak
e) Ketahanan : terhadap kerusakan dan penggunaan berkaitan dengan
pertimbanagn terhadap faktor keawetan (Lawson, 1994 :127).
b. Dinding
Dinding bangunan dari segi fisika bangunan memiliki fungsi antara
lain: 1) Fungsi pemikul beban di atasnya, dinding harus kuat bertahan
terhadap 3 kekuatan pokok yaitu tekanan horizotal, tekanan vertikal, beban
vertikal dan daya tekuk akibat beban vertikal tersebut. 2) Fungsi pembatas
ruangan, pembatasan menyangkut penglihatan, sehingga manusia terlindung
dari pandangan langsung, biasanya berhubungan dengan kepentingan–
kepentingan pribadi atau khusus. (Mangunwijaya, 1980)
Dinding dapat diolah melalui berbagai cara, misalnya dengan
mengolah menjadi masif (solid) dan berongga (void), memainkan tekstur
dengan membuat karakter lembut atau kasar, membuat dinding transparan,
membuat tinggi-rendah dinding, serta lain-lain. (Wicaksono, 2014)
c. Ceiling
Elemen utama arsitektur yang ketiga dari ruang interior adalah
langit-langit. Meskipun berada di luar batas jangkauan tangan kita dan tidak
digunakan seperti halnya lantai dan dinding, langit-langit memainkan peran
visual penting dalam pembentukan ruang interior dan dimensi vertikalnya.
Ketinggian langit-langit memiliki pengaruh besar terhadap skala
ruang. Langit-langit yang tinggi cenderung menjadikan ruangan terasa
terbuka, segar dan luas. Sedangkan langit-langit rendah, sebaliknya
mempertegas kualitas ruangannya dan cenderung menciptakan suasana intim
dan ramah. (Francis D.K Ching,1996:192)
Dalam interior, ceiling didefinisikan sebagai bidang penutup atau
pembatas bagian atas sebuah dalam yang terbentuk dari bidang alas dan
dinding-dinding yang terletak pada keempat sisi. Fungsi ceiling sendiri antara
lain:
1) Sebagai pelindung kegiatan manusia
32
2) Sebagai pembentuk ruang bersama-sama dengan dindning dan lantai
membentuk suatu ruang dalam
3) Sebagai skylight yaitu meneruskan cahaya alamiah kedalam
bangunan
4) Sebagai penunjang unsur dekoratif ruang dalam
5) Sebagai perdam suara/akustik
(P. Suptandar, 1982:75-58)
5. Organisasi Ruang
Organisasi ruang yang dapat diterapkan pada sebuah Hotel Resort adalah
organisasi cluster.
Gambar II.19 Organisasi Cluster
Untuk memperkuat dan menyatukan bagian-bagian organisasi
dalam bentuk kelompok atau cluster mempertimbangkan pendekatan
fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Sering
kali organisasi ini terdiri dari ruang-ruang selular yang berulang yang
memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki sifat visual yang umum
seperti wujud dan orientasi. Kelebihannya adalah:
1) Organisasi cluster dapat menerima ruang yang berlainan ukuran
bentuk dan fungsinya tetapi berhubungan satu sama lainnya berdasarkan
penempatan dan ukuran visual seperti semetri atau menurut sumbunya.
2) Bentuknya luwes dapat menyesuaikan perubahan dan pertumbuhan
langsung tanpa mempengaruhi karakternya, karena polanya tidak berasal
dari konsep geometri yang kaku.
33
Kelemahannya adalah tidak adanya tempat utama yang terkandung di
dalam pola organisasi cluster signifikasi sebuah ruang harus ditegaskan
pada ukuran, bentuk atau orientasi di dalam polanya.
6. Sirkulasi
Sirkulasi yang dapat diterapkan pada sebuah Hotel Resort adalah
sirkulasi campuran. Suatu pola sirkulasi ruang yang terdiri dari gabungan
4 pola ( linier, Radial, Spiral dan Network ) untuk menciptakan suatu
pola yang berbeda menimbulkan kesan harmonisasi dari perpaduan
4 pola. (Ching. Francis, D.K. 1996)
Gambar II.20 Sirkulasi Campuran
7. Furniture
Furniture adalah benda dalam bangunan atau ruang yang berfungsi
membantu manusia beraktifitas. Juga berperan menghadirkan nilai
estetis dalam hunian. Bentuk, warna, detail rancangan furniture kini
menjadi faktor penting yang membuat hunian lebih enak dilihat. (Akmal,
2007)
8. Warna
Dalam bahasa Indonesia, warna merupakan fenomena yang
terjadi karena adanya tiga unsur yaitu cahaya, objek, dan observer
34
(Dameria, 2007). Warna sangat berpengaruh dalam perancangan sebuah
desain. warna sendiri memiliki pengertian corak, intensitas dan nada
pada permukaan suatu bentuk, warna merupakan atribut yang paling
mencolok yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya.
Setiap warna memberi kesan tersendiri. Perasaan hangat
ditimbulkan oleh warna-warna matahari, diantaranya warna kuning,
merah, kuning kemerahan, dan warna serumpun lainnya. Kesan dingin
diperoleh dari warna-warna musim dingin, yaitu biru, biru kehijauan,
putih dan hitam. Warna-warna muda musim semi seperti kuning muda,
hijau daun muda, merah jambu, dan coklat cerah memberi kesan hangat
dan berjiwa remaja. Warna musim gugur yang bercampuran abu-abu dan
hitam terasa tenang dan hangat. Kesan lain yang ditimbulkan oleh warna,
adalah kesan menonjol dan menjauh. Kesan dekat dan jauh dapat
dimanfaatkan untuk menimbulakan kesan ruang yang lebih luas atau
lebih sempit, menonjolkan atau mendesakkan dinding, langit-langit, atau
perabot. (Wilkening, 1987)
9. Interior Sistem
Di dalam sebuah karya penciptaan sebuah karya interior maupun
arsitek yang baik, ada baiknya selain memperhatikan keindahan juga
memperhatikan perancangan bangunan yang serba alami. Pencahayaan
alami, ventilasi atau penghawaan alami, dan akustik alami. Akan tetapi,
tuntutan kehidupan modern dan keterbatasan potensi alam telah
menuntut manusia beralih kehal-hal yang serba buatan, baik
pencahayaan buatan, ventilasi atau penghawaan buatan, dan akustik
buatan. Tetapi meski semua buatan, tidaklah keliru jika diterapkan secara
benar.
a. Pencahayaan
Pencahayaan alami memaksimalkan energi matahari. Jenis
pencahayaan ini akan dimaksimalkan penggunaannya pada ruangan
35
terbuka seperti lobby, lounge dan restoran sehingga memberikan kesan
natural pada ruangan.
Pencahayaan buatan lebih diefektifkan pada malam hari dengan
menggunakan jenis cahaya warm light untuk memberikan kesan nyaman
dan tenang. Terang cahaya suatu penerangan ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu:
1) Kondisi ruang (tertututp atau bukaan)
2) Letak penempatan lampu
3) Jenis dan daya lampu
4) Jenis permukaan benda-benda dalam ruang (memantulkan atau
menyerap).
5) Warna –warna dinding (gelap atau terang)
6) Udara dalam ruang (asap rokok , dapur, atu terang).
7) Pola diagram dari tiap lampu.
(P. Suptandar, 1982:68)
Macam tipe pencahayaan pada Hotel Resort :
1) Ambient Lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan
keseluruh ruangan dan biasanya dipasang pada langit - langit ruang.
biasanya lampu jenis ini merupakan satu - satunya pencahayaan yang
terdapat di ruangan tersebut.
2) Task Lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang
pegawai, misalnya meja kerja. Meskipun banyak menawarkan lebih
banyak kontrol bagi pegawai, namun jenis cahaya ini jarang
digunakan pada kantor - kantor di Indonesia.
3) accent ligthing, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area
yang akan dituju. Biasanya lampu ini di rancang pada lorong atau area
lain yang membutuhkan penerangan sehingga pegawai atau
pengunjung tidak tersesat.
4) natural lighting, biasanya berasal dari jendela, pintu kaca, dinding,
serta cahaya langit. jenis cahaya ini akan memberikan dampak positif
bagi pegawai dan pengunjung, namun cahaya ini tidak selalu tersedia
36
apabila cuaca kurang mendukung (mendung atau gelap).untuk itu,
perusahaan perlu menggunakan sitem penyimpanan cahaya matahari
(solar enegy saving system) sehingga jenis cahaya ini tetap dapat
digunakan.
(Sukoco, Tahun 2007 : 209)
b. Penghawaan
Secara klimatologis, wilayah Yogyakarta merupakan daerah beriklim
hujan tropis. Melihat kondisi tersebut, maka sistem tata udara yang
akan digunakan dalam bangunan hotel resort adalah :
a) Tata udara alami
Tata udara alami didasarkan pada pertimbangan untuk memanfaatkan
kondisi alam sekitar. Konsep ini akan diterapkan dengan membuat
ruangan yang bersifat terbuka, mengatur bukaan-bukaan antara
ruangan serta memperlancar aluran udara dengan membuat langit-
langit yang tinggi.
b) Tata udara buatan
Selain pemanfaatan penghawaan alami secara optimal, penghawaan
tetap harus mempertimbangkan kenyamanan pengguna, mengingat
lokasi hotel berada di daerah pantai yang relatif panas dan lembab.
Maka untuk kenyamanan, digunakan sistem air conditioning pada area
tertentu seperti area private .
Tujuan dari direncanakan penghawaan ini adalah terwujudnya
kenyamanan user dengan standar kenyamanan ruang, yaitu:
1. Temperatur Udara : 18o
– 26o
Celcius
2. Pergerakan Udara : 0,1 – 0,15 m/s
3. Kelembaban Relatif : 50% - 55%:
4. Kebutuhan Udara Bersih : 0,85 m3 / s / orang
Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif
seseorang terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kenyamanan tidak
37
dapat diwakili oleh satu angka tunggal. Beberapa faktor lain yang
sering dikaitkan dengan kenyamanan tertentu, yaitu:
1. Ras, sebenarnya tidak ditemukan bukti bahwa ras mempengaruhi
penilaian kenyamanan. Manusia mempunyai kemampuan
adaptasi terhadap iklim (aklimatisasi) dengan baik. Normalnya
orang dapat menyesuaikan diri dalam 2 minggu.
2. Jenis kelamin, perempuan pada umumnya menyukai lingkungan
yang 1o
C lebih hangat daripada laki-laki.
3. Usia, orang berusia lanjut lebih suka di lingkungan yang lebih
hangat dan tidak berangin. Hal ini disebabkan metabolisme pada
orang usia lanjut cenderung menurun.
c. Akustik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, akustik
merupakan ilmu fisika yang mempelajari suara. Sedangkan menurut
Satwiko (2004:124), akustik berarti ilmu tentang bunyi. Dengan
demikian, sistem akustik adalah ilmu yang mempelajari tentang mutu
suara dan bunyi yang dihasilkan. Akustik sendiri berhubungan dengan
organ pendengar, suara, atau ilmu bunyi. Sistem akustik dalam sebuah
ruangan merupakan keadaan sebuah ruang yang mempengaruhi mutu
bunyi yang terjadi di dalamnya. Akustik ruang ini sendiri banyak
dikaitkan dengan hal yang mendasar seperti perubahan suara karena
pantulan dan juga gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.
Banyak material penyerap yang sangat efektif untuk digunakan.
Material-material tersebut biasanya digunakan untuk memperjelas suara
yang dihantarkan dalam ruang atau juga mengurangi kejelasan suara
yang timbul. (Satwiko, 2004)
Dalam suatu perencanaan bangunan publik sistem akustik juga
salah satu faktor yang harus diperhatikan, karena apabila sistem akustik
itu tidak baik ataupun tidak ada maka kita akan merasa kurang nyaman
38
bila berada di ruangan tersebut. Sehingga kita dapat juga menyesuaikan
tingkat kebisingan dari lingkungan sekitar dengan ruangan yang kita
tempati. Menurut tempatnya akustik dibedakan menjadi 2 jenis akustik :
a. Akustik Ruang
Akustik ruang dalam arsitektur merupakan perencanaan dan
perancangan ruang dengan memperlihatkan sumber bunyi
yang mengganggu ruangan. Gelombang bunyi akan
menyebar luas dari sumbernya hingga memenuhi batasan-
batasan ruang, dimana secara umum beberapa energi bunyi
tersebut akan dipantulkan kembali ke ruangan, sebagian
diantaranya diserap dan dipindahkan melalui kisi-kisi bidang
yang membatasinya. Dalam perancangan desain akustik
sebuah ruangan ada beberapa faktor yang seharusnya kita
perhatikan untuk mendapatkan tingkat kenyamanan akustik,
diantaranya adalah:
o Bentuk bidang pembatas ruang yaitu dinding, lantai
ataupun langit-langit
o Bahan bidang pembatas ruang, terutama untuk
mengenal karakter bahan yang kita akan pergunakan
dalam ruang tersebut perlu untuk dimengerti.
Secara umum bahan dibedakan menjadi 2, yaitu:
Penyerap nada-nada tinggi yaitu bahan-
bahan yang mengandung banyak hawa udara
atau pori-pori lembut. Misalnya serabut
gelas, serabut kayu, serabut kelapa, merang
jerami dan bahan sintetis berbentuk busa
seperti novolan, stiropor, moltopren dan batu
apung, vermikulit perlit dan sebagainya.
Penyerap nada-nada menengah dan rendah
penyerap nada-nada menengah dan rendah
(gelombang panjang) bekerja pada prinsip
39
pengubahan energi bunyi ke energi mekanis,
yaitu gerak getaran suatu selaput, membran
atau pelat yang relatif tipis tetapi padat dan
karenanya bisa bergetar secepat mungkin
sehingga banyak energi bunyi diubah
menjadi getaran selaput / resonator.
o Memperhatikan metode konstruktif pemasangan
bahan, yaitu pemasangan pelat-pelat akustik yang
tepat. Misalnya absorptive material, anspace
gypsumboard dan furring.
o Memberi isolasi dinding, isolasi ini terbagi dalam
dua bentuk konstruksi yaitu :
Dinding berlapis tunggalDapat
direncanakan dengan tergantung 3 faktor:
Volume dinding dan beratnya
Jumlah pori-pori didalamnya
(kepadatan)
Kekakuan lentur
Dinding berlapis majemuk
Lazimnya terdiri dari 2 lapisan luar dengan
lapisan perantara ditengahnya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kemampuan isolasi
adalah:
Kepadatan dan berat bahan setiap
lapisan
Derajat kekakuan bahan dalam
hubungan
Kemampuan resonansinya
Jarak antar kedua lapisan luar
b. Akustik Lingkungan
Akustik lingkungan merupakan suatu akustik untuk
40
perpindahan bunyi dari suatu ruang ke ruang lain dalam
penanganan bunyi dari elemen-elemen bangunan, terutama
desain yang memperhatikan ruang majemuk dalam
bangunan seperti flat sekolahan ataupun rumah sakit. Ada
beberapa hal yang berhubungan dengan akustik lingkungan,
antara lain :
i. Mekanisme Sound Generation: Bunyi dapat menyebar
dalam bangunan lewat udara maupun struktur
bangunan. Mekanisme penghasil bunyi selanjutnya
dibagi menjadi dua kelompok umum. Kelompok
pertama terdiri dari sumber yang menghasilkan bunyi
secara langsung ke udara. Isolasi terhadap bunyi
semacam ini disebut isolasi bunyi udara (air borne
sound insulition). Kelompok kedua terdiri dari sumber
yang muncul secara langsung pada struktur bangunan
biasanya dengan pengertian dari dampak atau getaran
peralatan tersebut. Jenis kebisingan ini merupakan
kombinasi dari bunyi hawa udara dan dampak
kebisingan oleh akibat-akibat perpindahan bunyi yang
dihasilkan. Isolasi terhadap bunyi semacam ini
dinamakan isolasi dampak bunyi (impact sound
insulation).
ii. Sound Insulation dari elemen bangunan: Metode yang
dipakai untuk meminimize kebisingan didalam
bangunan baik yang ditimbulkan oleh airborne sound
ataupun struktur borne sound dapat ditempuh oleh
beberapa cara. Dengan mengetahui, sumber bunyi,
karakter perjalanan bunyi, perambatannya dan
pengaruh yang ditimbulkan dalam ruang maupun
bangunan secara makro dilingkungan site, maka kita
perlu untuk mempertimbangkan aspek pengendalian
kebisingan tersebut dalam konsep perencanaan interior
41
sistem yang baik.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji sebagai acuan atau
strategis desain adalah sebagai berikut :
i. Pertimbangan Site: Meninjau perletakan bangunan
atau site terhadap lingkungan sekitar sebagai sumber
kebisingan pada umumnya dan tinjauan jenis kegiatan
dalam ruang sebagai sumber internal yang dapat
menimbulkan noise.
ii. Penentuan Program Ruang: Memperhatikan prioritas
kebutuhan kegiatan yang terwadahi dalam suatu ruang
terhadap tingkat kenyamanan yang dituntut,
memperhatikan dampak kegiatan yang ada dan
selanjutnya menempatkannya pada zone yang dianalisa
merupakan zone tenang (jauh dari sumber bising) atau
memungkinkan penempatannya pada daerah yang
relatif bisingdengan ketentuan desain isolasi ruang.
iii. Penempatan Bukaan: Perencanaan bukaan sebaiknya
dihindarkan secara langsung dari sumber kebisingan,
karena akan memungkinkan terjadi perambatan bunyi
langsung lewat bunyi udara.
iv. Pemilihan Bahan Bangunan: Pada desain bangunan
tertentu yang menuntut kenyamanan akustik, seperti
pada bangunan publik dibutuhkan penutup bangunan
(building envelope) yang dapat mengolah bunyi.
Apakah bunyi akan diserap atau bunyi akan
dipantulkan tergantung pertimbangan kebutuhan ruang
tersebut. Bahan bangunan merupakan komponen yang
sangat membentu untuk mendapatkan kenyamanan
akustik, diantaranya pelapis akustik dinding, penutup
lantai dan plafon.
v. Pertimbangan Konstruksi dan Struktur Bangunan:
Tinjauan secara langsung biasanya terhadap bentuk
42
ceiling, kolom, balok atau ketebalan lantai cor beton
yang mampu mendistribusikan bunyi secara maksimal
dengan bentuk tertentu.
Suatu kebisingan tidaklah dapat kita hindari. Maka dari itu
pemilihan material unsur pembentuk ruang sebaiknya dari bahan yang
dapat meredam bunyi. Penanaman vegetasi sebagai akustik alami.
Suara adalah bentuk energi kinetik yang disebabkan oleh getaran.
Aliran gelombang yang dihasilkan mermbat keluar dengan lintasan
berbentuk bola dari sumber suara sampai gelombang tersebut
membentur penghalang atau permukaan dalam jalurnya. Material-
material yang keras, padat, dan kaku memantulkan suara, sedangkan
material-material yang lunak, berpori, dan lentur menyerap suara.
(Ching, 1996, hal 308)
10 Kebisingan yang Biasa Terdengar di Hotel Resort antara
lain Footstep noise, suara audio dan alat musik, suara kendaraan, suara
percakapan, saluran udara ducting AC, suara peralatan elektronik,
suara binatang peliharaan, suara mesin genset, pendingin, pompa, dan
sejenisnya, suara pemindahan furnitur seperti kursi, trolley, dan
sejenisnya, suara elevator dan pintu.
Setiap ruangan yang perlu dipasang bahan soundproofing,
memiliki standar ideal tingkat kebisingan masing-masing. Untuk
kamar tidur, memiliki standar tingkat kebisingan 34 – 42 dB. Untuk
koridor dan lobi, memiliki standar tingkat kebisingan 50 – 55 dB.
d. Sistem Keamanan
Sistem pengamanan terhadap kegiatan yang berlangsung
menggunakan sistem sekuriti, CCTV (Closed Circuit Television)
dan Heavy Duty Door Contact (sensor yang dipasang pada pintu).
CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi
43
untuk memonitor suatu ruang melalui layar televisi/monitor, yang
menampilkan gambar dari rekaman kamera yang dipasang pada
setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh
bagian keamanan.
Pada sistem pengamanan terhadap fisik bangunan berupa
pengamanan terhadap bahaya kebakaran.
Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran adalah:
1) Smoke detector
Alat ini bekerja bila suhu mencapai 700oC.
2) Fire alarm system
Alarm yang otomatis akan berbunyi jika ada api atau panas
pada suhu 1350oC - 1600oC
3) Fire estinguisher
4) Sprinkler
Penempatan titik – titik sprinkler harus disesuaikan dengan
standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap
sprinkler dapat melayani luas area 10-20m dengan
ketinggian ruang 3m. Ada beberapa cara pemasangan
sprinkler seperti dipasang di bawah plafon atau di pasang
pada dinding. Kepala sprinkler yang dipasang dekat dinding,
harus mempunyai jarak tidak boleh lebih dari 2,25m dari
dinding.
5) Hidrant Kebakaran
Hidrant kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan
kebakaran yang sudah terjadi dengan menggunakan alat
baku air.
Dalam usaha memadamkan kebakaran selain api faktor utama yang
harus diperhatikan adalah asap. Untuk mancegah mengalirnya asap
44
kemana-mana diperlukan alat-alat seperti:
1) Fire damper
Alat untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara
supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini
bekerja secara otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera
menutup pipa-pipa tersebut.
2) Smoke & heat ventilating
Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan
udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera
dapat mengalir keluar, sehingga para petugas pemadam
kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut.
3) Vent & exhaust
Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi
menghisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan
dibuka pintunya. Dapat pula dipasang di dalam tangga,
secara otomatis berfungsi memasukkan udara untuk
memberikan tekanan pada udara di dalam ruang tangga.
Sistem keamanan dari ancaman kejahatan manusia (pencurian)
diterapkan dengan security, CCTV (Close Circuit Television) dan
Heavy Duty Door Contact (sensor yang dipasang pada pintu).
45