Upload
dangkien
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Kebiasaan
2.1.1.1 Definisi Kebiasaaan
Kebiasaaan adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Kebiasaan Mengkonsumsi
minuman beralkohol biasanya dimulai dengan kebiasaan merokok, seorang perokok
biasanya akan mudah menjadi seorang pengkonsumsi minuman keras. Jadi alangkah
baiknya kita juga menghindari kebiasaan merokok untuk kesehatan kita. Alkohol
sebenarnya memiliki pengertian yang sangat luas, namun kebanyakan jenis alkohol
yang dijadikan bahan dasar campuran berbagai minuman dan makanan adalah
alkohol jenis etanol, sehingga orang menyebutnya misal sebagai minuman
beralkohol.
Begitu banyaknya merek makanan ataupun minuman yang menggunakan
Alkohol membuat kita berpikir bahwa zat tersebut jamak dan wajar untuk di
konsumsi. Belum lagi begitu banyaknya minuman beralkohol yang diracik sendiri
alias oplosan, mencampur-campurnya dengan zat-zat lain untuk meningkatkan
"kekerenan" minuman tersebut. Sudah tidak aneh di masyarakat kita, terutama
remaja, mengkonsumsi alkohol adalah hal yang lumrah, baik itu untuk meningkatkan
kesan keren dan terlihat seperti macho. Padahal mengkonsumsi alkohol tidaklah
keren, karena efek mabuk/trance, halusinasi dan ketidakmampuan mengontrol diri
7
menunjukkan bahwa kita lemah, pengecut dan kekanak-kanakan. Padahal jika kita
tahu bahaya alkohol, sebagai mana zat-zat kimiawi lainnya, Alkohol memiliki
kemampuan destruktif yang mematikan terhadap organ-organ tubuh manusia, bahkan
lebih luas mampu mematikan fungsi-fungsi sosial moral etika manusia.
2.1.1.2 Faktor-Faktor Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Remaja Mengkonsumsi minuman beralkohol
Menurut Burhan arifin (2007) adalah sebagai berikut :
a. Faktor Individual
Kebanyakan penyalahgunaan minuman beralkohol terdapat pada usia remaja
sebab remaja sedang mengalami perubahan biologik, psikologik, maupun sosial.
Kepribadian individu sangat berpengaruh dalam hal ini antara lain yaitu rasa
kurang percaya diri, sifat mudah kecewa, rasa ingin tahu dan ingin coba-coba,
pelarian dari suatu masalah.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga, sekolah, teman sebaya dan masyarakat.
1. Lingkungan keluarga.
Dalam lingkungan keluarga factor-faktor yang mempengaruhi adalah komunikasi
orang tua dan anak kurang baik, hubungan kurang harmonis, orang tua yang
otoriter, serta disiplin orang tua yang tidak konsisten.
2. Lingkungan Sekolah
Dalam lingkungan sekolah faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sekolah
kurang disiplin/tidak tertib, sekolah terletak dekat tempat hiburan, sekolah
8
kurang memberi kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat dan adanya
siswa yang mengkonsumsi minuman beralkohol.
3. Lingkungan Teman Sebaya
Dalam lingkungan teman sebaya faktor-faktor yang mempengaruhi adalah,
terteman dengan penyalahguna, tekanan atau ancaman dari teman, bujukan teman
dan ikut-ikutan teman
4. Lingkungan Masyarakat
Dalam lingkungan masyarakat faktor-faktor yang mempengaruhi adalah mudah
diperolehnya minuman beralkohol kurang kepedulian masyarakat, kurangnya
ketegasan aparat pemerintah, kurang adanya penyuluhan tentang penyalahgunaan
minuman beralkohol.
2.1.1.3 Cara Mengatasi Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
Ada beberapa cara untuk mengatasi kebiasan minum minuman berakohol
adalah sebagai berikut :
1. Canangkan dua hari bebas alkohol setiap minggunya (khusus bagi para
pecandu).
2. Mempelajari berapa banyak minuman beralkohol standar yang anda minum.
3. Minum perlahan.
4. Mengganti minuman anda dengan air putih atau cairan nonalkohol lainnya.
5. Mulai mengurangi minum minuman beralkohol secara bertahap.
6. Pikirkanlah kerugian-kerugian yang ditimbulkan karena minuman beralkohol
seperti kerugian finansial, emosi, sosial dsb.
9
7. Mengetes sendiri dengan menggunakan mesin pemeriksa pernafsan berstandar
umum untuk mengetahui bagaimana jumlah alkohol dapat mempengaruhi
tingkat kadar alkohol dalam darah.
2.1.1.4 Efek Samping Berhenti Dari Kebisaan Mengkonsumsi Minuman
Beralkohol
Jika orang yang mengalami ketergantungan ini pada suatu saat
menghentikan kebiasaannya minum minuman beralkohol, akan timbul berbagai
gangguan fisik maupun psikis. Misalnya tangan, lidah, dan kelopak mata bergetar,
mual, lesu, detak jantung bertambah cepat, berkeringat, resah, sedih, mudah
tersinggung, penurunan kesadaran yang akut (delirium), kehilangan daya ingat
(amnesia), dan melihat atau mendengar sesuatu yang tidak ada (halusinasi).
Kebiasaan minum minuman beralkohol dalam jumlah banyak dan dalam
jangka panjang dapat pula menimbulkan kerusakan pada hati (kanker hati atau
cirrhosis hepatis), otak, jantung, pankreas, lambung, impotensi, dan pembesaran
payudara pada pria. Kerusakan permanen pada otak dapat menyebabkan gangguan
daya ingat, gangguan kemampuan belajar, dan gangguan jiwa tertentu.
2.1.2 Minuman Beralkohol
2.1.2.1 Definisi Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol
adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di
berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja,
umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu.
10
Yang dimaksud dengan minuman keras ialah segala jenis minuman yang
memabukan, sehingga dengan meminumnya menjadi hilang kesadarannya, yang
termasuk minuman keras seperti arak (khamar) minuman yang banyak mengandung
alkohol, seperti wine, whisky brandy, sampagne, malaga dan lain-lain, selain itu juga
ada benda padat yang bias memabukkan seperti ganja, morfin, candu, pil BK, nipan,
magadon, dan lain-lain atau biasa yang di sebut dengan narkoba dan lain-lain sama
termasuk kategori minuman keras (Zulvikar, 2008).
Dari pengertian di atas kita dapat melihat bahwa banyak di sekitar kita yaitu
jenis minum-minuman keras, bahkan di sekitar kita tanpa kita sadari sudah banyak
orang-orang yang telah mengkonsumsi minuman keras dan bisa saja orang itu adalah
keluarga, saudara atau teman-teman kita yang ada di sekeliling kita.
Dari pengertian di atas kita dapat melihat bahwa banyak di sekitar kita yaitu
jenis minman-minuman keras, bahkan di sekitar kita, tanpa kita sadari sudah banyak
orang-orang yang telah mengkonsumsi minuman keras,dan bisa saja orang itu adalah
keluarga,saudara atau teman-teman kita yang ada di sekeliling kita.
Dalam banyak kasus, alkohol dan khamar adalah identik.Namun sebenarnya
yang dimaksud dengan khamar di dalam Islam itu tidak selalu merujuk pada
alkohol.Yang disebut khamar adalah segala sesuatu minuman dan makanan yang bisa
menyebabkan mabuk.Perlu diingat bahwa alkohol hanyalah salah satu bentuk zat
kimia.Zat ini juga digunakan untuk berbagai keperluan lain seperti dalam
desinfektans, pembersih, pelarut, bahan bakar dan sebagai campuran produk-produk
kimia lainnya.Untuk contoh-contoh pemakaian tersebut, maka alkohol tidak bisa
11
dianggap sebagai khamar, oleh karenanya pemakaiannya tidak dilarang dalam Islam
(Obrolan Islam, 2008).
2.1.2.2 Jenis Minuman Beralkohol Dan Kandungan Minuman Beralkohol
Jenis minuman keras yang beralkohol yang beredar di masyarakat terbagi 3
golongan yaitu :
1. Golongan A berkadar alkohol 0,1% - 0,5% Contoh : Bir Bintang, Grand Sand, dll
2. Golongan B berkadar alkohol 0,5% - 20% Contoh : Anggur, Malaga, dll
3. Golongan C berkadar alkohol 20% - 50% Contoh : Brandy, Wisky, Jonovor, dll
( Hikmat, 2008 hal : 23)
Pengaturan minuman beralkohol yang pada umunnya disebut sebagai minuman
keras, terdapat dalam peraturan mentri kesehatan tentang minuman keras Nomor
86/Men/Kes/Per/IV/77. Di dalam peraturan tersebut, minuman keras digolongkan
sebagai berikut:
1) Golongan A : Kadar Etanol 1-5%
2) Golongan B : Kadar etanol 5-20%
3) Golongan C : Kadar etanol 20-55% (Sasangka dalam Ulfah, 2005).
Di bawah ini contoh-contoh minuman keras dengan kadar kandungannya.
1) Anggur : mengandung 10-15%
2) Bir : mengandung 2-6%
3) Brandy (Bredewijn) : mengandung 45%
4) Rum : mengandung 50-60 %
5) Likeur : mengandung 35- 40 %
12
6) Sherry/Port : mengandung 15-20%
7) Wine (anggur) : mengandung 10-15%
8) Wisky (Jenewer) : mengandung 35-40%
2.1.2.3 Jenis Minuman Beralkohol Dan Yang Tidak Mengandung Alkohol di
Gorontalo
Ada pun jenis minuman yang beralkohol dan yang tidak mengandung alcohol
yang ada di gorontalo yaitu :
a. Jenis minuman yang mengandung alcohol :
1. Pinaraci
2. Kase garam
3. Bir Valentin
4. Bir Bintang
5. Bir Itam
6. Bir Zero
7. Cap tikus
b. Minuman yang tidak mengandung alcohol :
1. Tuak (Bohito)
Dari prosentase alkohol yang terdapat dalam bermacam-macam minuman
tersebut diatas, dapat dikategorikan dari golongan mana minuman tersebut, apakah
golongan A, golongan B, golongan C. Pada umumnya seseorang yang minum-
minuman keras untuk bersantai dan akan berhenti minum tanpa kesukaran. Namun
13
apabila seseorang mualai tergantung pada minuman keras, maka timbulah apa yang
disebut alkoholisme.
2.1.2.4 Bahan Pembuat Minuman Beralkohol
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan minuman beralkohol adalah
bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Secara umum ada dua jenis
tanaman yang sering dipakai, yaitu perasan buah (jus) dan biji-bijian, meskipun
kadang-kadang nira atau tebu juga dipakai untuk minuman beralkohol tradisional.
Perasan buah yang paling banyak dipakai adalah anggur, sedangkan biji-bijian yang
banyak digunakan adalah barley, gandum, hope dan beras.
Dalam pembuatannya bahan-bahan tersebut kemudian difermentasi. Fermentasi
adalah proses pengolahan yang menggunakan peranan mikroorganisme (jasad renik),
sehingga dihasilkan produk-produk yang dikehendaki. Jasad renik adalah makhluk
hidup yang sangat kecil, sehingga mata biasa tidak mampu melihatnya.Ia hanya bisa
dilihat dengan menggunakan mikroskop.
Mikroorganisme ada di mana-mana di sekeliling kita, seperti pada tanah, air,
bahan makanan, bahkan melayang-layang di udara yang kita hirup setiap hari.Jenis
mikroorganisme ini sangat banyak.Dalam mikrobiologi pangan, kita mengenal tiga
jenis jasad renik, yaitu kapang (jamur), bakteri dan khamir (yeast).Jamur dan bakteri
lebih dikenal masyarakat karena juga berkaitan dengan penyakit. Kalau kita terserang
penyakit kulit, seperti panu, kadas dan kurap, maka penyebabnya adalah sejenis
jamur penyebab penyakit. Sedangkan bakteri banyak menyebabkan berbagai jenis
penyakit menular, seperti TBC, Thypus, Colera, Desentri, dan sebagainya.
14
Seseorang pecandu minuman beralkohol tidak dapat lagi berhenti minum tanpa
merasakan akibat yang buruk bagi dirinya. Ia menjadi tergantung pada minuman
keras, secara fisik maupun psikologis. Minuman beralkohol merupakan penekanan
(depresant) terdapat aktifitas di bagian susuan saraf pusat. Peminum minuman
beralkohol akan kekuranagn rasa pencegah atau sifat menghalangi. Ia merasa bebas
dari rasa tanggung jawab dan kegelisahan. pengawasan terhadap pikiran dan badan
terancam akibat dirinya mabuk.
Pemakai merasa tegas, euforia, hambatan dirinya kurang sehingga berbicara
lebih banyak dari biasanya, merasa lebih bebas dalam hubungan antar personal, muka
kelihatan kemerah-merahan karena tekanan darah dan denyut jantung meningkat.
Peminum akan gelisah, tingkah lakunya kacau, berjalan semponyongan.
2.1.2.5 Efek Samping Minuman Beralkohol
Adapun efek samping dari mengkonsumsi minuman beralkohol yaitu :
1. Bekurangnya kemampuan hati dalam mengoksidasikan lemak.
2. Bisa menimbulkan kanker.
3. Menyebabkan gangguan fungsi hati.
4. Kecendrungan melakukan tindakan kriminal.
5. Rentan terhadap infeksi.
6. Hipertensi atau tekanan darah tinggi. (Sofyan, 2007 Hal : 55)
Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan ganggguan
mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan
berprilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel
15
saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lama-kelamaan
tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk.
Mereka yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti
misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu
menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya. Perubahan
fisiologis juga terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap, muka merah, atau
mata juling. Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah
tersinggung, bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi.
Mereka yang sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala yang disebut
sindrom putus alkohol, yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol. Mereka akan
sering gemetar dan jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak
berhalusinasi.
2.1.2.6 Dampak Kalangan Remaja Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
1). Farmakologi
Bahwa minuman beralkohol larut dalam air sebagai molekul-molekul kecil
sehingga dengan waktu yang relatif singkat dapat dengan cepat di serap melalui
pencernaan kemudian disebarluaskan keseluruh jaringan dan cairan. Pada
jaringan otak, kadar minuman beralkohol lebih banyak dari pada yang berada
dalam darah sehingga dalam waktu 30 menit pertama penyerapan mencapai 58%
kemudian 88% dalam 60 menit pertama selanjutnya 935% dalam 90 menit
pertama.
16
2). Gangguan kesehatan fisik
a. Meminum minuman beralkohol dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu
yang lama menimbulkan kerusakan dalam hati, jantung pankreas, lambung dan
otot. Pada pemakaian kronis minuman keras dapat terjadi pergeseran hati,
peradangan pangkreas dan peradangan lambung.
b. Meminum minuman beralkohol banyak, akan menimbulkan kerusakan hati,
jantung, pangkreas dan peradangan lambung, otot syaraf, mengganggu
metabolisme tubuh, membuat penis menjadi cacat, impoten serta gangguan seks
lainnya.
3). Gangguan kesehatan jiwa
a. Meminum minuman beralkohol secara kronis dalam jumlah berlebihan dapat
menimbulkan kerusakan jaringan otak sehingga menimbulkan gangguan daya
ingatan, kemampuan penilaian, kemapuan belajar, dan gangguan jiwa tertentu.
b. Akibat minuman beralkohol, alam perasan seseorang menjadi berubah, orang
menjadi mudah tersinggung dan perhatian terhadap lingkungan terganggu yang
pada giliranya tersingkirkan dari lingkungan sosialnya dan atau dikeluarkan dari
pekerjaannya.
c. Dapat merusak secara permanen jaringan otak sehingga menimbulkan gangguan
daya ingatan, kemampuan penilaian, kemampuan belajar dan gangguan jiwa
tertentu.
4). Gangguan terhadap Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (KAMTIBMAS)
17
Akibat dari mengkonsumsi minuman beralkohol akan menekan pusat
pengendalian seseorang, sehingga yang bersangkutan menjadi berani dan agresif.
Karena keberaniannya dan keagresipan serta tertekannya pengendalian diri tersebut
seseorang melakukan gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(KAMTIBMAS) baik dalam bentuk pelanggaran norma-norma dan sikap moral
bahkan tidak sedikit melakukan tindakan pidana dan kriminal (Ulfah, 2005, hal. 14).
Perasaan seorang tersebut mudah tersinggung dan perhatian terhadap lingkungan
juga terganggu, menekan pusat pengendalian diri sehingga yang bersangkutan
menjadi berani dan agresif dan bila tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan-
tindakan yang melanggar norma-norma dan sikap moral yang lebih parah lagi akan
dapat menimbulkan tindakan pidana atau criminal.
Kerugian ekononomi akibat minuman beralkohol sangat luar biasa besarnya,
sebagai contoh di Amerika Serikat biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang berhubungan dengan dampak negatif minuman beralkohol di
negara tersebut mencapai 176 milyar USD (sekitar 1600 triliun rupiah) setiap tahun
[baca Health Care Costs of Alcohol]. Bayangkan, angka ini setara dengan dua kali
lipat besar seluruh pengeluaran APBN negara Indonesia (tahun 2008)
18
2.1.2.7 Hukum Minuman Beralkohol
1) Dalam Hukum Negara
Keppres No 3/1997 Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol (Z.fikri,
2007 hal ; 23):
Pasal 3 ayat (2) Produksi minuman beralkohol secara tradisional dilarang, kecuali
untuk keperluan masyarakat sesuai kebiasaan dan adat setempat berdasarkan izin
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.
Pasal 4 ayat (1) Dilarang mengedarkan dan atau menjual minuman beralkohol
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) di tempat umum, kecuali di hotel, bar,
restoran dan di tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I setelah mendengar pertimbangan Bupati/Walikotamadya.
Pasal 4 ayat (2) Tempat tertentu lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dilarang berdekatan dengan tempat peribadatan, sekolah, rumah sakit, atau lokasi
tertentu lainnya yang dilarang oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setelah
mendengar pertimbangan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.
Pasal 5 Dilarang mengedarkan dan atau menjual minuman beralkohol sebagai-
mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) kepada yang belum berusia 25 (dua puluh
lima) tahun.
2.1.3 Alkoholisme
2.1.3.1 Pengertian Alkoholisme
Alkoholisme adalah penyakit menahun yang ditandai dengan kecenderungan
untuk meminum lebih dari yang di rencanakan. Alkoholisme dapat diartikan sebagai
19
kekacauan dan kerusakan kepribadian yang disebabkan karna safsu untuk minum
yang bersifat kompulsif, sehingga penderita akan minum minuman beralkohol secara
berlebihan dan dijadikan kebiasaan (Chaplin, 2005) Pengertian alkoholisme tersebut
juga mencakup tidak dapat dikendalikannya kemampuan berpantang atau adanya
perasaan tidak dapat hidup tanpa minum.
2.1.3.2 Tahapan Dalam Alkoholisme
Penderita alkoholisme umumnya melewati empat tahap yang meliputi : Pra
Alkoholik, Prodormal, Gawat, Koronis. Steven Boyages dan Roz Townsend (2011)
a. Pra Alkoholik
Pada tahap ini individu minum-minum bersama-sama teman sebayanya dan
terkadang minum agak banyak untuk meredakan ketegangan dan melupakan
masalah yang dialaminya.
b. Prodormal
Pada tahap ini individu minum secara sembunyi-sembunyi. Ia masih tetap
sadar dan relatif koheren tetapi kemudian tidak lagi dapat mengingat
kejadian-kejadian yang pernah dialaminya.
c. Gawat
Pada tahap ini semua kendali hilang. Penderita akan minum dan
melanjutkannya sampai pingsan atau sakit. Pergaulan sosial menjadi makin
buruk dan ia terang-terangan minum di hadapan keluarga, teman-teman atau
kantor. Penderita pada tahap ini mulai minum pada pagi hari, lalu minum
terus-menerus sampai berhari-hari tanpa mengindahkan aturan makannya.
20
d. Kronis
Pada tahap ini hidup penderita hanya untuk minum, minum terus-menerus
tanpa berhenti. Kondisi tubuhnya sudah terbiasa dengan alkohol, sehingga ia
mengalami gejala-gejala penarikan diri tanpa alkohol dan gejala-gejala
gangguan fisiologis.
2.1.3.3 Penyebab Alkoholisme
Penyebab seseorang menjadi pecandu alkohol belum diketahui secara pasti,
namun penggunaan alkohol bukan satu satunya faktor penyebab. Dari orang-orang
yang meminum alkohol, sekitar 10% menjadi pecandu. Pecandu alkohol memiliki
angka kejadian yang lebih tinggi dibandingkan pecandu zat lainnya. Alkoholisme
lebih sering diderita para anak-anak pecandu dari pada anak-anak yang diadopsi,
yang memperlihatkan bahwa alkoholisme melibatkan kelainan genetik atau biokimia.
Selain kemungkinan kelainan genetik, latar belakang dan kepribadian tertentu dapat
menjadi faktor pendukung seseorang menjadi pecandu. Pecandu sering berasal dari
keluarga yang pecah dan dari mereka yang hubungan dengan orang tuanya kurang
harmonis. Pecandu alkohol cenderung merasa terisolasi, sendiri, malu, depresi atau
bermusuhan. Mereka biasa memamerkan perilaku perusakan diri, dan mungkin secara
seksual tidak dewasa.
2.1.4 Remaja
2.1.4.1 Definisi Remaja
Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak–anak
ke masa dewasa, pada masa remaja terjadi kematangan secara kognitif yaitu interaksi
21
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas yang
memungkinkan remaja untuk berfikir abstrak (Komalasari, 2008 dalam Hutagalung
C, 2008 ).
Masa remaja telah didefinisikan oleh beberapa ahli seperti yang dijelaskan
dibawah ini:
Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak–anak
ke masa dewasa, pada masa remaja terjadi kematangan secara kognitif yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas yang
memugkinkan remaja untuk berfikir abstrak (Komalasari, 2008 dalam Hutagalung C,
2008 : 1).
Menurut knopka dalam Yusuf (2007 : 184) Fase remaja merupakan segmen
perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali matangnya organ-organ
fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
Slazman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap
tergantung (dependence) terhadap orangtua kearah kemandirian (independence),
minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian dan nilai-nilai estetika dan isu-
isu moral (Yusuf, 2007 :184).
Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting.
Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang amat kritis yang
mungkin dapat erupakan the best of time and the worst of time (Sudrajat, A. 2008)
22
2.1.4.2 Klasifikasi Remaja Menurut Umur
Masa remaja ini meliputi: remaja awal (12-15 tahun), remaja madya (15-18
tahun) dan remaja akhir (19-22 tahun) (Yusuf, 2007). Analisis cermat mengenai
semua aspek perkembangan masa remaja, yang secara global berlangsung antara
umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18
tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah masa remaja akhir, akan
mengemukakan banyak faktor yang masing-masing perlu mandapat tinjauan
tersendiri.
Pada rentangan periode ini terdapat beberapa indikator perbedaan yang
signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli
mengklasifikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian yaitu: remaja awal (11-13 th
s.d. 14-15 th), remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th) (Sudrajat, A. 2008).
Menurut Sarwono, S. W. dalam Ulfah (2005 : 27) Batasan umur kapan
diketahui atau dikatakan remaja dijelaskan sebagai berikut : Sebagai pedoman umur
dapat mengunakan batasan usia 11-24 tahun yang belum menikah, untuk remaja
Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1) Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual mulai
tampak.
2) Kebanyakan masyarakat Indonesia usia 12 tahun dianggap belum dewasa tapi
masyarakat tidak memperlakukan mereka sebagai anak-anak.
23
3) Batas usia 24 tahun merupakan batas usia maksimum untuk memberi peluang
bagi mereka yang batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang
lain.
4) Dalam definisi di atas status perkawinan sangat menentukan karena arti
perkawinan sangat penting di negara kita secara menyeluruh, seseorang yang
sudah menikah dalam usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai seorang
yang sudah dewasa, baik secara hukum.
2.1.4.3 Perkembangan Masa Remaja
1) Fase pubertas dan adolesensi
Arti adolesensi telah diterngakan diatas, sedangakan kata pubertas berasal dari
kata puber (pubescent). Kata lain pubescere berarti mendapatkan pubes atau rambut
kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukan perkembangan
seksual.(MÐnks/Knoers/S.R.Haditono, 2004 : 263). Remplein dalam
MÐnks/Knoers/S.R.Haditono (2004 : 264) masih menyisipkan apa yang disebutnya
”jugencrise” (krisis remaja) di antara masa pubertas daan adolesensi. Dengan begitu
maka usia antara 11-21 tahun dibaginya menjadi pra pubertas 10-13 tahun (wanita),
12-14 tahun (pria), pubertas 13-15 tahun (wanita), 14-16 (pria), krisis remaja 15-16
tahun (wanita), 16-17 tahun (pria), dan adolesensi 16-20 tahun (wanita), 17-21 tahun
(pria). Pecahan–pecahan tahun yang di ungkapkan Remplein diatas memberikan
kesan yang sukar dapat dibuktikan secara empiris. Menurut Remplein krisis remaja
adalah suatu masa dengan gejala-gejala krisis yang menunjukkan adanya pembelokan
dalam perkembangan suatu kepekaan dan labilitas yang meningkat.Usia yang
24
diungkapkan Remplein tidak dapat dipastikan bagi keadaan di Indonesia, meskipun
adanya krisis disalah satu titik dimasa remaja kemungkinannya ada. Hal ini sangat
tergantung pada keadaan lingkungan remaja.
2) Fase atau karakteristik perkembangan
a) Perkembangan fisik dan seksual
Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan kehidupan
individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat.Dalam perkembangan
seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri
seks sekunder. Yang diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:
(1) Ciri-ciri seks primer
Pada masa reamaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis,
yaitu pada tahun pertama dan kedua, kemudian
(2) Ciri-ciri seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja,baik pria maupun wanita adalah:
(wanita) tumbuh rambut pubik disekitar kemaluan, bertambah besar buah dada,
bertambah besar pingul; (pria) tumbuh rambut pubik disekitar kemaluan, terjadi
perubahan suara, tumbuh kumis, tumbuh gondok laki (jakun) (Yusuf, 2007 :
194).
b) Perkembangan kognitif
Berzonsky dalam Yusuf (2007 : 196) mengajukan suatu model cabang-cabang
yang membangun berpikir operasi formal. Menurut dia, berfikir formal itu memiliki
dua isi yang khusus, yaitu:
25
1. pengetahuan estetika: yang bersumber dari pengalaman main musik, membaca
literatur atau seni; dan
2. pengetahuan personal: yang bersumber dari hubungan interpersonal dan
pengalaman-pengalaman kongkrit. Lebih lanjut, kemampuan mengaplikasikan
operasi formal tidak hanya berkaitan dengan pengalaman belajar khusus, tetapi
juga dengan
(a) tingkah laku nonverbal: sikap, motif atau keinginan,
(b) simbolik: simbol-simbol tertulis,
(c) sistematik: gagasan dan makna, dan
(d) figural: representasi visual dari obyek-obyek konkrit.
c) Perkembangan emosi
Gessel dalam Yusuf (2007 : 197) mengemukakan bahwa remaja empat belas tahun
seringkali mudah marah, mudah terangsang, dan emosinya cenderung “meledak”,
tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun
mengatakan bahwa mereka “tidak mempunyai keprihatinan”.Jadi adanya badai
dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa
remaja.
d) Perkembangan sosial
Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta pemimpin dimasa depan sangat
diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti dia
memiliki penyesuaian sosial (social adjusment) yang tepat.
26
Penyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai “kemampuan untuk mereaksi secara
tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi”.Remaja dituntut untuk memiliki
kemampuan penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Karakteristik penyesuaian sosial remaja ditiga lingkungan tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Dilingkungan keluarga
a. Menjalin hubungan baik dengan anggota keluarga
b. Menerima otoritas oarang tua
c. Menerima tenggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga
d. Berusaha membantu anggota keluarga
2) Di lingkungan sekolah
a. Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah
b. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
c. Menjalin persahabatan dengan teman-teman disekolah
d. Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah dan staf
e. Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuan
3) Dilingkungan masyarakat
a. Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain
b. Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain
c. Bersikap simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain
d. Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan- kebijakan
masyarakat (Schneiders dalam Yusuf, 2007 : 198-199).
27
e) Perkembangan moral
Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor penentunya yang
beragam juga.Salah satu faktor faktor penentu atau mempengaruhi perkembangan
moral remaja itu adalah orang tua.
f) Perkembangan kepribadian
Ada empat alternatif bagi remaja dalam menguji diri dan plihan pilihannya,
yaitu:
(1) “Identity Achievement”, yang berarti bahwa setelah remaja memahami pilihan
yang realistik, maka dia harus membuat pilihan dan perilaku sesuai dengan
pilihannya.
(2) “Identity Foreclosure”, yang berarti menerima pilihan orang tua tanpa
mempertimbangkan plihan-pilihan.
(3) “Identity Diffusion ”, yaitu kebingunagn tentang siapa dirinya dan mau apa dalam
hidupnya.
(4) Mora torium yang berarti penundaan dalam komitmen remaja terhadap pilihan-
pilihan aspek pribadi atau okupasi (Yusuf, 2007 : 201-202).
Perkembangan identitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:
(1) Iklim keluarga, yaitu berkaitan dengan iteraksi sosio-emosional antara anggota
keluarga, sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak.
(2) Tokoh idola, yaitu orang-orang yang dipresepsi oleh remaja sebagai figur yang
memiliki posisi dimasyarakat.
28
Peluang pengembangan diri, yaitu kesempatan untuk melihat kedepan dan
menguji dirinya dalam setting (adegan) kehidupan yang beragam (Yusuf, 2007 : 202).
g) Perkembangan kesadaran beragama
Kemampuan berfikir abstrak remaja memungkinkannya untuk dapat
mentransformasikan keyakinan beragamanya. Dia dapat mengapresiasi kualitas
keabstrakan Tuhan sebagai yang Maha Adil, Maha Kasih Sayang (Yusuf, 2007 :
202).
29
2.2 Kerangka Berpikir
Kebiasaan mengkonsumsi
minuman beralkohol Factor-faktor :
1. Factor
Individu
2. Factor
lingkungan
a. Lingkungan
keluarga
b. Lingkungan
sekolah
c. Lingkungan
teman
sebaya
d. Lingkungan
masyrakat
(Burhan
arifin 2007)
alkoholisme
Tahap alkoholisme :
1. Pra alcohol
2. Prodormal
3. Gawat
4. Kronis
Steven Boyages dan
Roz Townsend
(2011)
Seseorang mengkonsumsi
minuman beralkohol
Remaja
30
2.3 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan modal konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang penelitian atau menghubungkan secara logis beberapa factor yang
dianggap sebagai masalah (Azis alimul Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini
dikembangkan kerangka konsep yang akan mengarahkan peneliti dalam melakukan
penelitian.
Skema 2.3 Kerangka Konsep
KET :
Di teliti
Faktor-faktor remaja dalam
mengkonsumsi minuman beralkohol
Faktor individu
- Situasi kepribadian
Faktor lingkungan :
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan sekolah
3. Lingkungan teman sebaya
4. Lingkungan masyrakat