12
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Bell Gredler dalam Winaputra (2007:1.5) menyatakan bahwa belajar adalah “proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap“. Kemampuan, ketrampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Dengan belajar tindakan perilaku siswa akan berubah ke arah yang lebih baik. Berhasil baik atau tidaknya belajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar. a) Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi aspek fisiologis (kondisi tubuh dan panca indera), dan aspek psikologis antara lain: intelegensi dalam, sikap misalnya dalam beradaptasi dengan teman, bakat dalam mengerjakan soal, minat dalam mengikuti pelajaran serta punya kemauan besar untuk belajar dan mempunyai motivasi untuk belajar baik individu maupun dalam kelompok. b) Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa meliputi faktor lingkungan sosial (guru, teman, masyarakat, dan keluarga) dan faktor lingkungan non-sosial (gedung, sekolah, tempat tinggal, alat belajar, cuaca dan waktu belajar Untuk mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar, maka dibawah ini beberapa pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi pendidikan tentang balajar sebagai berikut: Gagne dalam Purwanto (2008:82) mengatakan bahwa “belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dan waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah mengalami situasi tadi”, sedangkan Higgard dan Sanjaya (2007:53) mengatakan bahwa belajar adalah “proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur, baik latihan di dalam 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Belajar

Bell Gredler dalam Winaputra (2007:1.5) menyatakan bahwa belajar adalah “proses

yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan,

keterampilan, dan sikap“. Kemampuan, ketrampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara

bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian

proses belajar sepanjang hayat. Dengan belajar tindakan perilaku siswa akan berubah ke

arah yang lebih baik. Berhasil baik atau tidaknya belajar tergantung dari faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal, eksternal dan

pendekatan belajar.

a) Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaan/kondisi jasmani

dan rohani siswa meliputi aspek fisiologis (kondisi tubuh dan panca indera), dan

aspek psikologis antara lain: intelegensi dalam, sikap misalnya dalam beradaptasi

dengan teman, bakat dalam mengerjakan soal, minat dalam mengikuti pelajaran

serta punya kemauan besar untuk belajar dan mempunyai motivasi untuk belajar

baik individu maupun dalam kelompok.

b) Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, yaitu kondisi lingkungan di sekitar

siswa meliputi faktor lingkungan sosial (guru, teman, masyarakat, dan keluarga) dan

faktor lingkungan non-sosial (gedung, sekolah, tempat tinggal, alat belajar, cuaca

dan waktu belajar

Untuk mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar, maka dibawah ini

beberapa pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi pendidikan tentang balajar

sebagai berikut:

Gagne dalam Purwanto (2008:82) mengatakan bahwa “belajar terjadi apabila suatu

situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi sedemikian rupa sehingga

perbuatannya berubah dan waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah

mengalami situasi tadi”, sedangkan Higgard dan Sanjaya (2007:53) mengatakan bahwa

belajar adalah “proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur, baik latihan di dalam

6

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

7

laboratorium maupun di lingkungan alamiah”. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan

pengetahuan.Sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku”. Djamarah dan Zain

(2002:28), menjelaskan belajar adalah “proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan” artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha

yang dilakukan seseorang dalam proses perubahan tingkah laku yang merupakan hasil

pengalaman sendiri, latihan dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sendiri

yang berlangsung sepanjang hayat, mulai dari masa bayi hingga akhir hayat.

2.1.2 Hasil belajar

Hasil belajar merupakan suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya

mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri

pribadi individu yang belajar (Nasution dalam Iskandar, 2009:128).

Amirin dan Irawan (2000:43), mengatakan “hasil belajar adalah kemajuan yang

diperoleh seseorang dalam segala hal akibat dan belajar”. Seseorang yang mempelajari

suatu melalui proses pembelajaran telah mernperoleh hasil dan apa yang telah

dipelajarinya, hasil maksimal yang diperoleh inilah yang dikatakan hasil belajar. Menurut

Dimyati dan Mudjiono (2002:95) “hasil belajar merupakan hasil dan suatu intruksi tindak

belajar dan tindak mengajar”. Hasil belajar menentukan tercapai tidaknya tujuan

pendidikan yang diaplikasikan dalam bentuk penilaian dalam rangka memberikan

pertimbangan apakah tujuan pendidikan tersebut tercapai. Penilaian hasil belajar tersebut

dilakukan terhadap proses belajar mengajar untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan

pengajaran dalam hal penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, selain itu penilaian

tersebut dilakukan untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang dilakukan

oleh guru. Dengan kata lain rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak hanya

disebabkan oleh kurang berhasilnya guru mengajar.

Sudjana (2001:82), mengatakan “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Bloom dalam Sudjana

(2001:82) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu :

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

8

a) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dan enam

aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sentesis,

dan evaluasi.

b) Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dan lima aspek yakni,

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

c) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak yang terdiri dan enam aspek yakni, gerakan refleksi, ketepatan, gerakan

keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah suatu akibat dari proses belajar

dengan menggunakan alat pengukur yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik

tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan pada materi perkalian.

2.1.3. Pengertian Matematika

2.1.3.1 Belajar matematika

Istilah matematika berasal dari kata latin Mathematica yang diambil dari bahasa

Yunani mathematike yang artinya bertalian dengan pengetahuan. Asal katanya mathema

yaitu ilmu, dan pada hakekatnya matematika merupakan ilmu yang berkenaan dengan

struktur-struktur dan hubunganyan yang teratur menurut aturan yang logis. Ide-ide dan

struktur dalam matematika merupakan konsep abstrak yang tersusun secara hieraskis dan

deduktif, Hamri (2004:6).

Menurut Jujun S (2007:190) “matematika merupakan bahasa yang eksak, cermat,

dan terbebas dari emosi”. Matematika sebagai bahasa merupakan bahasa yang

mengembangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Hudoyo

dalam Aisyah (2007:4) menyatakan bahwa “matematika berkenaan dengan ide atau

gagasan-gagasan, aturan-aturan, hubungan-hubugan yang diatur secara logissehingga

matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak”. Matematika merupakan

pengetahuan yang disusun secara deduktif dan dapat digunakan untuk mendidik dan

melatih untuk berpikir secara logik”. Menurut Subarinah dalam Wahyudi dan Kriswandani

(2013:9), “matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari stuktur yang

abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya”. Hal ini berarti belajar matematika pada

hakekatnya adalah belajar konsep dan mencari hubungan antar konsep dan stukturnya.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

9

Matematika sebagai ilmu yang berkenaan dengan ide-ide berupa konsep abstrak

yang tersusun secara teratur yang penalaranya deduktif. Sehingga belajar matematika

memerlukan suatu kegiatan mental yang tinggi yang harus dilakukan secara berharap dan

berkesinambungan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan evaluasi berupa tes,

yang dimaksudkan adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam studi tertentu dengan

menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan seorang siswa.

Hasil belajar matematika adalah merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa

setelah mengikuti proses belajar matematika dilihat dari segi perubahan dan segi

kemajuan yang telah terjadi pada kognitif, afektif dan keterampilan yang ditemukan melalui

evaluasi tertentu.

Dari uraian di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa matematika adalah

suatu ilmu yang sudah terstuktur dan tertata rapi yang logis, berpola deduktif, dan berupa

bahasa yang di lambangkan dengan simbol-simbol yang tumbuh dan berkembang melalui

proses pemikiran manusia guna untuk kepentingan sehari-hari.

2.1.3.2 Karakteristik pembelajaran matematika

a) Pembelajaran Matematika dilakukan secara berjenjang.

Dimulai dari konsep sederhana bergerak ke konsep yang lebih sukar. Berawal dari

hal konkret bergerak ke semi konkret beralih ke semi abstrak dan berakhir pada

abstrak.

b) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral

Konsep baru diperkenalkan dengan mengaitkannya pada konsep yang telah

dipahami peserta didik. Hal ini merupakan prinsip ”Belajar Bermakna” atau belajar

dengan pemahaman. Konsep baru merupakan perluasan dan pendalaman konsep

sebelumnya.

c) Pembelajaran Matematika menekankan penggunaan pola deduktif

Yaitu memahami suatu konsep melalui pemehaman definitif umum kemudian ke

contoh-contoh. Di sekolah dasar ditempuh pola pendekatan induktif yaitu mengenal

konsep melalui contoh-contoh. Hal ini disebabkan alasan psikologis yaitu peserta

didik sekolah dasar masih pada tingkat berpikir konkret.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

10

d) Pembelajaran Matematika menganut kebenaran konsistensi

Yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan

sebelumnya yang sudah dianggap benar.

2.1.3.3 Tujuan pembelajaran matematika

Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut :

a) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat

dalam pemecahan masalah.

b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika.

c) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah.

e) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki

rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.3.4 Ruang lingkup pembelajaran matematika

Mata pelajaran matematika di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

a) Bilangan

b) Geometri dan pengukuran

c) Pengolahan data

2.1.3.5 Pendekatan pembelajaran matematika

a) Pendekatan Belajar Aktif

Pendekatan belajar aktif adalah pembelajaran yang menekankan aktivitas peserta

didik secara fisik, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang

maksimal, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

11

b) Pendekatan Terpadu

Pendekatan terpadu dimaksudkan agar peserta didik dapat mengetahui konsep dari

beberapa mata pelajaran yang dapat memberikan pengertian kebermaknaan dari

konsep yang bersangkutan. Pengertian kebermaknaan nilah yang dapat

menyebabkan peserta didik memahami suatau konsep secara mantap.

c) Pendekatan kontruktivisme

Pendekatan matematika secara kontruktivisme merupakan rangkaian kegiatan

pembelajaran di kelas melalui tiga fase yaitu fase ekplorasi, fase pengenalan

konsep, dan fase aplikasi konsep. Melalui tiga fase tersebut peserta didik dibimbing

membentuk pemahamannya.Selanjutnya peserta didik dikatakan memahami

matematika secara bermakna apabila ia memahami secara konseptual dan

prosedural. Kebermaknaan pemahaman tersebut akan dapat dicapai melalui

pembelajran konstrutifis.

d) Pendekatan Realistik

Pendekatan matematika realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

bertitik tolak dari hal-hal yang riil bagi peserta didik, menekankan ketrmapilan

proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas

sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan

matematika itu untuk menyelesaikan masalah, baik secara indvidual maupun

kelompok.

2.1.4 Metode Pembelajaran Kumon

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan

penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran

berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai

satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan yang telah dirumuskan dan

dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan. Metode pembelajaran dapat diartikan

sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

12

Menurut Sudjana (2005:76) metode pembelajaran adalah, “cara yang dipergunakan

guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya

pengajaran”. Sedangkan Sutikno (2009:88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah

cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses

pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.

Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam

proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman (2004 : 165), “guru yang

kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar”. Mengelola di

sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai

keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan,

memvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru

menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran

yang kondusif. Setiap guru harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap

perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang

menyangkut perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan

peningkatan prestasi belajar peserta didiknya.

Sesuai dengan pengertian-pengertian di atas maka peneliti menggunakan Motode

Pembelajaran Kumon. Metode pembelajaran Kumon merupakan suatu metode belajar dari

Jepang dan dikembangkan pertama kali oleh Toru Kumon, seorang guru matematika SMU

yang pada awalnya ingin membantu pelajaran matematika anaknya yang waktu itu masih

duduk di kelas 2 SD. ”Kumon adalah sistem belajar yang memberikan program belajar

secara perseorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang memungkinkan

anak menggali potensi dirinya dan mengembangkan kemampuannya secara maksimal”

(Miftahul Huda, 2013 : 189). Kumon tidak hanya membentuk kemampuan akademik saja,

akan tetapi juga membentuk karakter yang positif dan life-skills (ketrampilan hidup) yang

akan berguna bagi masa depan anak.

Metode pembelajaran Kumon menggunakan bahan pelajaran berupa lembar kerja

yang disusun sedemikian rupa secara sistematis dan small step yang berisi materi

pelajaran. Bahan pelajarannya dirancang sehingga siswa dapat mengerjakan dengan

kemampuannya sendiri, bahkan memungkinkan bagi siswa untuk memperlajari bahan

pelajaran di atas tingkatan kelasnya di sekolah.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

13

Metode pembelajaran Kumon yang diberikan secara perorangan pada tingkatan dan

porsi yang tepat akan mengembangkan kemampuan matematika siswa. Selain itu belajar

dalam waktu yang singkat dan rutin setiap harinya, maka dalam diri siswa akan terbentuk

kemampuan berkonsentrasi, ketangkasan kerja, kemampuan berpikir, kebiasaan belajar

dan rasa percaya diri yang merupakan dasar untuk mempelajari hal-hal lainnya.

Metode Kumon bukan hanya meningkatkan penguasaan matematika, tapi juga

berbagai kemampuan belajar pada siswa, mulai dari konsentrasi dan ketangkasan kerja,

semangat kebiasaan belajar mandiri, kebiasaan belajar setiap hari. Bila ia bisa

menyelesaikan soal latihan matematika dari sekolah dengan cepat, maka ia bisa

menggunakan sisa waktu untuk mempelajari ilmu lain. Dalam penerapannya Lukman

(2008) merinci metode kumon ini kedalam 8 tahap, yaitu :

a) mula-mula, guru menyajikan konsep dan siswa memperhatikan penyajian tersebut

b) kemudian siswa mengambil buku saku yang telah disediakan, menyerahkan lembar

kerja PR yang sudah dikerjakannya di rumah, dan mengambil lembar kerja yang

telah dipersiapkan guru untuk dikerjakan siswa pada hari tersebut

c) siswa duduk dan mulai mengerjakan lembar kerjanya, karena pelajaran diprogram

sesuai dengan kemampuan masing-masing, biasanya siswa dapat mengerjakan

lembar kerja tersebut dengan lancar

d) setelah selesai mengerjakan, lembar kerja diserahkan kepada guru untuk diperiksa

dan diberi nilai. Sementara lembar kerjanya dinilai, siswa berlatih dengan alat bantu

belajar

e) setelah lembar kerja selesai diperiksa dan diberi nilai, guru mencatat hasil belajar

hari itu pada “Daftar Nilai”. Hasil ini nantinya akan dianalisa untuk penyusunan

program belajar berikutnya

f) bila ada bagian yang masih salah, siswa diminta untuk membetulkan bagian

tersebut hingga semua lembar kerjanya memperoleh nilai 100. Tujuannya, agar

siswa menguasai pelajaran dan tidak mengulangi kesalahan yang sama

g) jika siswa sampai mengulang 5 kali, maka guru melakukan pendekatan kepada

siswa dan menanyakan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

14

h) setelah selesai, siswa mengikuti latihan secara lisan. Sebelum pulang, guru

memberikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa hari itu dan memberitahu materi

yang akan dikerjakan siswa pada hari berikutnya.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Kumon

adalah sistem belajar yang memberikan program belajar secara perseorangan sesuai

dengan kemampuan masing-masing, yang memungkinkan siswa menggali potensi dirinya

dan mengembangkan kemampuannya secara maksimal. Selain itu, pembelajaran Kumon

adalah pembelajaran yang mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual dan

menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaknya yaitu: sajian konsep, latihan, tiap

siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk

diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing. Akan tetapi metode

pembelajaran Kumon juga memiliki kelemahan antara lain :

a) metode Kumon cenderung membosankan dan monoton karena aktifitas siswa

hanya diberi latihan secara terus menerus

b) tidak semua siswa dalam satu kelas memiliki kemampuan yang sama

c) anak belajar secara perorangan sehingga dimungkinkan tumbuh rasa individualisme

d) kedisiplinan kumon kadang membuat anak-anak menjadi tidak kreatif.

2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Tabel 2.1

Kajian Penelitian yang Relevan

Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian

Elsa Frida Siburian

(2012)

Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Melalui Variasi Metode

Kumon Pada Mata Pelajaran

Matematika Kelas IV SD Swasta

GKPS Menteng II Medan Tahun

Ajaran 2011/2012.

Pembelajaran menggunakan

Metode Kumon:

- Meningkatkan ketuntasan

belajar dari semula hanya

31,81% menjadi 81,81%.

- Meningkatkan nilai rerata

dari 46,36 menjadi 85,45.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

15

Ema Fitriya

(2011)

Penerapan Metode Kumon untuk

Meningkatkan Motivasi dan

Kemampuan Siswa Kelas III

dalam Menyelesaikan Soal

Pembagian Bersusun di MI

Terpadu Ar Roihan Lawang.

Pembelajaran menggunakan

Metode belajar Kumon:

- Meningkatkan motivasi

belajar siswa terhadap

pembelajaran matematika

menjadi 93% ketuntasan

belajar menjadi 93%.

- Meningkatkan nilai rerata

menjadi 92,00.

Kajian penelitian yang relevan dalam penelitian tindakan kelas memiliki tujuan dan

fungsi tertentu. Tujuan dari adanya kajian penelitian yang relevan yaitu : membantu

peneliti untuk menyelesaikan masalah penelitiannya dengan mengacu pada teori dan

hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan. Sedangkan fungsinya antara lain :

(1) mengetahui sejarah masalah penelitian, berdasarkan sejarah masalah yang

berkaitan dengan masalah penelitiannya, peneliti akan mendapatkan informasi

tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, aspek-aspek

yang telah diteliti, prosedur-prosedur yang telah diterapkan, hasil dan hambatan

yang ditemukan di dalam penelitian, dan perbedaan antara masalah yang hendak

dipecahkan dengan masalah-masalah yang sudah dipecahkan orang lain.

(2) membantu memilih prosedur penyelesaiaan masalah penelitian, prosedur-prosedur

yang telah diterapkan oleh para peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

masalah penelitiannya, peneliti dapat memilih prosedur yang cocok atau membuat

prosedur baru berdasarkan kajian tentang kelebihan dan kekurangan dari prosedur-

prosedur yang ada.

(3) memahami latar belakang teori masalah penelitian, peneliti dapat memetakan

kedudukan masalah penelitiannya ke dalam perspektif cakupan pengetahuan yang

lebih luas, sehingga dapat membantu peneliti dalam menjelaskan pentingnya

penelitan itu dilakukan serta dampak dari hasil penelitiannya.

(4) mengetahui manfaat penelitian sebelumnya, peneliti dapat memperkirakan manfaat

hasil penelitian yang akan dilaksanakannya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

16

(5) menghindari terjadinya duplikasi penelitian, pengkajian pustaka dapat menghindari

duplikasi penelitian. Dalam batas-batas tertentu suatu penelitian boleh merupakan

duplikasi dari penelitian lain, sepanjang penelitian yang akan dilaksanakan memiliki

tujuan berbeda untuk melengkapi hasil penelitian sebelumnya atau mempunyai

alasan yang kuat untuk meragukan hasil penelitian sebelumnya (bukan plagiat), dan

(6) memberikan pembenaran alasan pemilihan masalah penelitian, Kajian pustaka

harus berfungsi sebagai kajian secara kritis tetapi singkat tentang kekhususan,

manfaat dan kelemahan dari penelitian sebelumnya (bukan sekadar senara teori

atau hasil penelitian yang relevan saja), sehingga peneliti dapat memberikan

pembenaran tentang pentingnya masalah tersebut diteliti.

2.3. Kerangka Pikir

Gambar 2.1

Kerangka Pikir

SIKLUS I

SIKLUS II

Pembelajaran sudah

menggunakan

Metode Kumon

Diduga pembelajaran

Matematika menggunakan

Metode Kumon dapat

meningkatkan hasil belajar

matematika

Hasil belajar

siswa rendah

Pembelajaran belum

menggunakan

Metode Kumon

Kondisi

Awal

TINDAKAN

Kondisi

Akhir

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7952/2/T1_262012071_BAB II.pdf · Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

17

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir, diduga penggunaan Metode Pembelajaran Kumon

dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 semester 1 SD Negeri

Jrakahpayung 01 Kecamatan Tulis Kabupaten Batang tahun pelajaran 2013/2014.