Upload
vuongmien
View
228
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Prestasi Belajar
Istilah ”prestasi belajar” berasal dari dua kata yaitu ”prestasi” dan ”belajar”. Kata
”prestasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya ”hasil yang telah dicapai (dari yang telah
dilakukan, dikerjakan dan sebagainya); secara akademis hasil pelajaran yang diperoleh dari
kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya melalui
pengukuran dan penilaian” (TPKBBI, 2005: 747).
Senada dengan pengertian di atas, Poerwadarminta, W.J.S. (2007:786) mengemukakan
bahwa ”prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan”. Sedangkan menurut
I.L. Pasaribu dan S. Simanjutak (2000:15) menyatakan bahwa ”prestasi” adalah ”hasil yang telah
dicapai setelah mengikuti pendidikan atau latihan”.
Adapun mengenai pengertian belajar, ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh
para tokoh pendidikan. Cronbach (dalam Suryabrata, 2008: 231) menyatakan bahwa belajar
adalah ”perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”. Senada dengan hal ini, Howard
L. Kingskey (dalam Djamarah, 2002: 13) mengatakan bahwa “learning is the process by which
behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training”, atau belajar
adalah “proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek
atau latihan”.
M. Ngalim Purwanto (1997:85) mengemukakan bahwa belajar adalah ”suatu perubahan
yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan
oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar”. Sedangkan Nana
Sudjana (1995:30) mengemukakan bahwa ”prestasi belajar merupakan bentuk-bentuk
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”.
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari
kegiatan belajar bidang akademik di sekolah yang berupa ranah pengetahuan, nilai dan sikap
serta keterampilan yang diperoleh siswa dari mengerjakan soal tes formatif yang dicatat pada
daftar nilai dan setiap akhir semester dilaporkan dengan rapor.
7
Selanjutnya dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun instruksional, bentuk atau hasil belajar siswa ini menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benjamin S. Bloom (dalam Sudijono, 2008: 49-52) yaitu: ”ranah kognitif (cognitive
domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psychomotor domain)”.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Ranah kognitif
merupakan salah satu ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan dan keyakinan. Ranah kejiwaan ini berpusat pada otak yang berhubungan dengan
konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap mental dan kesadaran siswa
yang diperoleh siswa melalui proses internalisasi yaitu proses menuju ke arah pertumbuhan
batiniah. Dalam kaitannya dengan hasil belajar, ranah afektif (sikap) dapat diungkapkan sebagai
kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku
siswa belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang
telah berubah lebih maju terhadap suatu objek yang dipelajarinya. Sedangkan hasil belajar
psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
Bertitik tolak dari ketiga bentuk prestasi belajar sebagaimana yang dijelaskan di atas,
ketiga bentuk ranah tersebut tidak ada yang dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu
kesatuan yang kompleks untuk membentuk suatu kepribadian dalam tingkah laku seseorang.
Meskipun pada kenyataannya bentuk evaluasi hasil belajar lebih mengutamakan pada ranah
kognitif, tetapi pada kenyataannya dalam setiap perubahan kognitif pada kadar tertentu
sebenarnya berubah pula ranah afektif (sikap) dan psikomotorik (perilakunya). Dengan demikian,
keberhasilan guru dalam mengembangkan ranah kognitif akan dapat membuahkan kecakapan
ranah afektif dan juga ranah psikomotorik.
Teknik Penilaian
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan
beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik pengumpulan
informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan
berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik erupa domain kognitif, afektif, maupun
8
psikomotor (balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum teknik penilaian dapat di kelompokkan menjadi
dua, yaitu teknik tes dan nontes.
1. Tes
Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan (menuntut jawaban
secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada
yang disusun dalam bentuk (a) objektif, ada juga yang disusun dalam bentuk (b) esai atau uraian.
a. Tes tertulis
Tes tertulis adalah jenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban pembahasan, atau
uraian kata-kata sehingga peserta didik dapat menganalisa dalam menjawab soal, dan dapat
menguraikan secara luas dengan soal yang diberikan oleh guru atau dosen mata pelajaran
dalam mengerjakan soal.
1. Soal uraian
Soal uraian adalah butiran soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban
atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran
peserta tes secara naratif.
Kelebihan dan kelemahan soal uraian
a. Dapat mengungkap aspek-aspek pengetahuan atau penilaian yang kompleks secara
leluasa.
b. Menutut siswa untuk mengintegrasikan pengetahuan.
c. Menuntut kreativitas siswa untuk mengorganisasi sendiri jawabannya.
d. Dapat melihat jalan pikiran siswa dalam menjawab persoalan.
e. Ruang lingkup yang diungkap sangat terbatas.
f. Memungkinkan timbulnya keragaman dalam memberikan jawaban sehingga tak ada
rumusan jawaban yang pasti.
g. Lebih memberikan peluang untuk bersifat subjektif dan kurang reliabel dalam proses
penyekoran.
h. Proses penyekoran sering terganggu oeh faktor-faktor lain diluar maksud pengukuran,
misalnya keindahan dan kerapian tulisan.
2. Soal objektif
Soal objektif adalah soal yang sudah terstruktur dan jawaban juga tersusun dengan pasti.
Kelebihan dan kelemahan soal objektif
9
a. Waktu relatif singkat dan butir soal luas.
b. Banyak sedikitnya jumlah butir soal bisa berpengaruh terhadap kadar
reabilitas.
c. Proses penyekoran dapat dilakukan secara mudah, karena kunci
jawaban dapat dibuat secara pasti.
d. Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif
e. Terdapat kemungkinan untuk menebak jawaban dengan tepat.
b. Tes lisan
Tes lisan adalah jenis tes dimana soal dan jawaban dilakukan dalam komunikasi
langsung.
c. Tes tindakan
Tes tindakan adalah jenis tes yang memiliki dua unsur yang dijadikan bahan penilaian
yaitu proses dan produk. Proses merujuk pada kemahiran dan kegiatan sedangkan
produk merujuk pada kualitas hasil.
2. Bukan tes (nontes).
Bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala penilaian,
sosiometri, studi kasus.
a. Pengamatan atau Observasi
b. Interviews (wawancara)
c. Angket
d. Work Sample Analysis (Analisa sampel kerja)
e. Task Analysis (Analisis tugas)
f. Checklists dan Rating Scales
g. Portofolio
Bentuk Instrumen Penilaian
Penyusunan instrumen pada dasarnya adalah penyusunan alat evaluasi, karena mengevaluasi
adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang diperoleh dapat diukur dengan
menggunakan standar yang telah di tentukan sebelumnya. Bentuk instrument berkaitan dengan
metode pengumpulan data, misalnya metode wawancara yang instrumennya berupa pedoman
10
wawancara, metode tes, instrumennya berupa soal tes. Sesuai dengan teknik penilaian yang dipilih,
harus dibuat instrument penilaian yang sesuai. Berikut ini adalah berbagai bentuk instrument
penilaian (Poerwanti, 2008).
1. Tes tertulis
Tes tertulis adalah teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa tes
objektif dan uraian pada peserta didik di lembaga penyelenggara pendidikan keterampilan. Ujian
tertulis, untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan peserta didik berkenaan dengan
tugas/pekerjaan dengan cara merespon secara tertulis tentang aspek-aspek yang diujikan.
2. Tes kinerja/tindakan
Tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan
kemahirannya dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan tertentu, misalnya kemahiran
mengidentifikasi kerusakan pada alat-alat yang diperlukan untuk melakukan kinerja tertentu,
bersimulasi, ataupun melakukan pekerjaan yang sesungguhnya. Tes kinerja dapat dilakukan
untuk menilai proses, produk, serta proses dan produk. Tes kinerja, untuk memperoleh data
tentang kinerja atas bidang keterampilan tertentu yang dipertunjukkan oleh seseorang peserta
didik. Penilai mengajukan sejumlah tugas atau pekerjaan untuk dilakukan oleh peserta didik
dengan cara memperagakan secara psikomotor. Misal seorang peserta didik disuruh
memperagakan cara perambatan panas melalui zat padat.
3. Tes lisan
Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik
denganseorang atau beberapa penguji. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan dan
spontan. Ujian lisan, untuk memperoleh data tentang performansi tertentu, dengan cara
berkomunikasi dua arah antara penilai atau guru dengan peserta didik melalui tanya jawab atau
wawancara langsung, berkenaan dengan pemahaman, perilaku, kinerja, dan tugas tertentu
yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah dipelajari.
4. Observasi
Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat hasil pengamatan
terhadap objek tertentu. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara menggunakan
instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan jenis perilaku yang akan diamati
dan situasi yang akan diobservasi, misalnya dalam kelas, waktu bekerja dalam
bengkel/laboratorium. Metode pencatatan, berapa lama dan berapa kali observasi dilakukan
11
disesuaikan dengan tujuan observasi. Metode ini digunakan juga untuk memeriksa proses
melalui analisis tugas tentang beroperasinya suatu kegiatan/pekerjaan tertentu maupun produk
yang dihasilkannya. Penilaia atau guru dapat secara langsung mengamati dan mencatat
perilaku yang muncul, dan dapat juga menggunakan lembar observasi atau daftar ceklis
mengenai aspek-aspek tugas atau pekerjaan tertentu yang akan diamati.
5. Penugasan
Penugasan adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik menyelesaikan tugas di luar
kegiatan pembelajaran di kelas, laboratorium atau bengkel. Penugasan dapat diberikan dalam
bentuk individual atau kelompok dan dapat berupa tugas rumah atau projek. Tugas rumah
adalah tugas yang harus diselesaikan peserta didik di luar kegiatan kelas. Tugas projek adalah
tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis
maupun lisan dalam waktu tertentu. Proyek, untuk memperoleh data tentang kinerja atas suatu
tugas/pekerjaan tertentu yang dikerjakan dalam jangka waktu tertentu, baik melalui pengawasan
maupun tanpa pengawasan. Misalnya penilai mempersiapkan dan merancang suatu
tugas/pekerjaan tertentu untuk dikerjakaan peserta didik kemudian hasil dari pekerjaannya
dinilai.
6. Penilaian portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai hasil karya peserta
didik. Portofolio adalah kumpulan karya peserta didik dalam bidang tertentu yang
diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta didik.
Portofolio, untuk memperoleh data dengan cara mengumpulan bukti-bukti fisik yang bersifat
pribadi, atau hasil karya dan pencapaian dijadikan sebagai dasar untuk menilai kinerja
seseorang sebelum, dan setelah mengikuti pendidikan.
7. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya. Penilaian diri untuk memperoleh data
tentang kelebihan dan kekurangan yang dimiliki peserta didik dan bersumber dari peserta didik
sendiri. Dalam penilaian diri peserta didik menyampaikan sendiri secara jujur apa yang telah
dikuasai dan yang belum dikuasai setelah atau sebelum mengikuti pembelajaran. Bentuk
penilaian diri adalah laporan tentang keadaan diri peserta didik yang disusun sendiri oleh
12
peserta didik. Misal laporan tentang keterampilan yang telah dikuasai dan yang belum dalam
membuat tusuk rantai pada pelajaran keterampilan.
8. Penilaian antar teman
Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya. Teknik penilaian antar teman dilakukan
dengan melalukan observasi terhadap temannya sendiri. Instrumen observasi, skala penilaian,
dan daftar ceklist yang digunakan berisikan aspek-aspek kemampuan atau kelebihan dan
kesulitan atau kekurangan temannya dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Misal peserta didik
diberikan tugas untuk menilai kinerja temannya dalam merawat tanaman hias dengan
menyiraminya mempergunakan skala penilaian.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan paling banyak diaplikasikan dan digunakan
dalam pembelajaran Matematika, Bahasa, Ilmu Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) dikembangkan oleh
Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Slavin (2008:143) menjelaskan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
Pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang dengan struktur heterogen, heterogen dari prestasi belajar, jenis kelamin dan etnis. Materi dirancang untuk belajar kelompok, siswa bekerja menyelesaikan lembar kegiatan secara bersama-sama berdiskusi dan saling membantu dalam kelompoknya.
Dalam pelaksanaannya siswa dikelompokkan kedalam 4-5 orang tiap kelompoknya.
Setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasaladari berbagai suku,
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setiap anggota kelompok saling membantu satu
sama lain untuk memahami materi pelajaran. Selanjutnya secara individual setiap minggu atau
dua minggu siswa diberi kuis. Hasil kuis diberi skor dan dibandingkan dengan skor dasar untuk
menentukan skor peningkatan individu dan skor kelompok.
Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) merupakan salah satu tipe belajar kooperatif dalam kelompok kecil yang menekankan
13
pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi belajar yang maksimal.
Komponen Utama Model Pembelajaran STAD
Menurut Slavin (2008:143-146) ada lima komponen utama dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai individu dan
penghargaan kelompok.
Berangkat dari lima komponen utama model pembelajaran STAD, makan dalam
melaksanakan pembelajaran IPA pada kompetensi Dasar mengidentifikasi terjadinya perubahan
wujud benda melalui model pembelajaran STAD, guru IPA melaksanakan beberapa langkah-
langkah kegiatan, yaitu:
1. Presentasi kelas (class presentation)
Dalam STAD materi pelajaran mula-mula disampaikan dalam presentasi kelas. Dalam tahap
presentasi kelas ini, guru IPA menjelaskan macam-macam wujud benda. Metode yang
digunakan adalah dengan pembelajaran langsung atau diskusi kelas yang dipandu guru.
Selama presentasi kelas siswa harus benar-benar memperhatikan karena dapat membantu
mereka dalam mengerjakan kuis individu yang juga akan menentukan nilai kelompok.
2. Kerja kelompok ( Teams Works ).
Setelah guru IPA menyampaikan presentasi kelas kemudian guru membagi kelas menjadi 5
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang heterogen baik laki-laki dan perempuan,
berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan berbeda. Fungsi utama dari kelompok
adalah menyiapkan anggota kelompok agar mereka dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru menjelaskan materi perubahan wujud benda, setiap anggota kelompok
mempelajari dan mendiskusikan LKS, membandingkan jawaban dengan teman kelompok
dan saling membantu antar anggota jika ada yang mengalami kesulitan. Setiap saat guru
mengingatkan dan menekankan pada setiap kelompok agar setiap anggota melakukan yang
terbaik untuk kelompoknya dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang terbaik untuk
membantu anggotanya. Setelah kerja kelompok selesai, guru mempersilahkan setiap
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya masing-masing. Kedudukan
guru dalam presentasi kelompok ini adalah sebagai fasilitator.
3. Kuis (quizzes)
14
Setelah 1-2 periode presentasi dan 1-2 periode kerja kelompok, siswa diberi kuis individu.
Siswa tidak diperbolehkan membantu sama lain selama kuis berlangsung. Setiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari dan memahami materi yang telah disampaikan.
Sebelum kuis berlangsung, terlebih dahulu guru IPA menjelaskan tata cara permainan kuis.
Hasil kuis diberikan skor dan setiap siswa diberi skor peningkatan.
4. Peningkatan Nilai Individu (Individual Improvement Scores )
Peningkatan Nilai Individu dilakukan untuk memberikan tujuan prestasi yang ingin dicapai
jika siswa dapat berusaha keras dan hasil prestasi yang lebih baik dari yang telah diperoleh
sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum pada kelompoknya dan
setiap siswa mempunyai skor dasar yang diperoleh dari rata-rata tes atau kuis sebelumnya.
Selanjutnya siswa menyumbangkan nilai untuk kelompok berdasarkan peningkatan nilai
individu yang diperoleh.
5. Penghargaan kelompok (Team Recognation)
Kelompok mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain jika rata-rata skor kelompok
melebihi kriteria tertentu. Hari pertama pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru
menjelaskan pada siswa tentang arti kerjasama dalam kelompok. Sebelum menilai proses
pembelajaran kelompok, guru menjelaskan beberapa aturan kelompok yang harus
diterapkan yaitu: siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa anggota
kelompok telah mempelajari materi yang diberikan, tidak ada seorangpun anggota kelompok
yang boleh berhenti belajar sampai semua anggota kelompok telah menguasai materi, jika
mengalami kesulitan bertanyalah pada teman sekelompok sebelum bertanya kepada guru
dan setiap anggota kelompok boleh berbicara satu sama lain dengan suara pelan. Setelah
melakukan kegiatan pembelajaran kelompok, secara individu setiap dua atau tiga minggu
siswa diberi kuis.
Selanjutnya pemberian penghargaan kelompok jika skor rata-rata mereka mencapai kriteria
tertentu. Menurut Slavin (2008:160) dikategorikan sebagai kelompok baik, kelompok sangat
baik, dan kelompok super dengan kriteria sebagai berikut: (a) kelompok dengan skor rata-
rata 15 sebagai tim baik; (b) kelompok dengan skor rata-rata 16 sebagai tim sangat baik;
dan (c) kelompok dengan skor rata-rata 17 sebagai tim super.
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Model Pembelajaran STAD
15
Setiap penggunaan metode dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, begitu
pula dengan penggunaan pembelajaran kooperatif. Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Trianto, 2007: 5), yaitu: aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar
terjadi interaksi atau kerjasama, siswa cenderung aktif dalam pembelajaran, dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep, kemampuan kerjasama siswa dapat
terbangun, meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, dan menumbuhkan
siswa berpikir kritis.
Menurut Yurnetti (2002) ada beberapa kelebihan dari penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, yaitu: (a) meningkatkan pengetahuan siswa tentang materi yang
dipelajari; (b) terjadinya komunikasi di antara anggota kelompok dalam menemukan
konsepsi yang benar; (c) menumbuhkan semangat kerja kelompok dan semangat
kebersamaan di antara anggota kelompok; (d) menumbuhkan komunikasi yang efektif dan
semangat kompetisi di antara anggota kelompok.
Sedangkan kelemahan dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
hasil penelitian Amrius (2004) menyatakan bahwa siswa tidak terbiasa dengan penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD, alokasi waktu yang kurang mencukupi, guru mengalami
kesulitan dalam menciptkan pembelajaran yang kooperatif, siswa kurang dapat
bekerjasama, dan adanya dominasi dari siswa yang pandai.
2.3 Hakekat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar (Depdiknas, 2011: 3).
16
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan
secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan
ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang
diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui
penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Dalam Standar Kompetensi IPA (Depdiknas, 2011: 3) yang disajikan dalam lampiran 4,
Mata Pelajaran IPA SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah
dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah
satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Adapun ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek berikut.
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat
sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
2.4 Penelitian yang Relevan
17
Model pembelajaran kooperatif memiliki potensi untuk mengurangi kelas-kelas pasif ke
dalam kelas dinamis dan orientasi kelompok. Banyak penelitian yang telah dilaksanakan dalam
rangka menguji pembelajaran kooperatif (Isjoni, 2009: 125), di antaranya adalah yang
dilaksanakan oleh De Vries & Slavin dengan model “games-game tournament”, Aranson, Blaney,
Slavin (1983) dengan model “jigsaw dan jigsaw II”, Lindquist (1995) dengan model “group
investigation”. Hasil-hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan keinginan kelas, prestasi yang dipertahankan, dan prestasi aktual.
Kajian penelitian yang berkaitan dengan Model pembelajaran STAD ini pernah
dilaksanakan oleh Faindatin Nikmah (2000) Mahasiswa IKIP PGRI Semarang dengan judul
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penarapan Metode STAD Pada Pokok Bahasan
Himpunan Siswa Kelas VII A Semester II MTs Thowalib Pesagen Gunungwungkal Kabupaten Pati
Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari
tiga siklus. Hasil kajian dalam penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa model
pembelajaran STAD dapat meningkatkan prestasi hasil belajar matematika. Siswa menjadi lebih
berani dalam bertanya, berani berpendapat dan berani dalam beragumentasi.
2.5 Kerangka Berfikir
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
merupakan salah satu model yang dapat mengarahkan kepada siswa untuk memberikan
pengalaman belajar secara langsung. Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
yang menekankan adanya kerja sama antar siswa dengan kelompoknya untuk mencapai tujuan
belajar bersama. Model pembelajaran kooperatif ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan
memahami konsep-konsep yang dianggap sulit dengan cara bertukar pikiran atau diskusi dengan
teman-temannya melalui kegiatan saling membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Adanya permainan berupa kuis akan menjadikan pembelajaran dengan model STAD
menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Siswa akan lebih aktif dan semangat untuk
kegiatan pembelajaran sehingga prestasi hasil belajarnya akan menjadi meningkat. Penjelasan
lebih rinci disajikan dalam gambar 1 Hubungan antara model pembelajaran STAD dan prestasi
belajar di halaman berikut.
2.6 Hipotesis Tindakan
18
Hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Diduga
“Upaya penggunaan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Divisions) dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD Kertomulyo 02 Kecamatan Trangkil
Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Gambar 2.1 Hubungan antara Model Pembelajaran STAD
dan Prestasi Belajar
Pembelajaran
n
Model
Pembelajaran
STAD
Memonitoring Menyediakan
pengalaman belajar
Kegiatan
Presentasi
Kerja kelompok
Kuis
Nilai
Penghargaan
Mengevaluasi dari
hasil diskusi
kelompok
Memberikan umpan
balik
Menarik kesimpulan
Evaluasi
Perubahan Wujud Benda
PrestasiBelajar
Tuntas