Upload
phunganh
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Koi
Ikan koi merupakan keturunan dari ikan karper hitam atau ikan mas yang
melalui proses perkawinan silang yang menghasilkan keturunan dengan bentuk
tubuh indah dan berwarna-warni. Beberapa varietas ikan koi tersebar di seluruh
dunia, lima golongan utama ikan koi yaitu Kohaku, Sanke, Showa Hirarinuji, dan
Kawariogoi. Ikan koi berasal dari kota jepang dan memiliki klasifikasi yang sama
dengan ikan mas (Effendy 1998), sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinoformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Gambar 2. Ikan KoiSumber : Dokumentasi penelitian
Nilai ikan koi tergantung dari ukuran, bentuk, serta keseimbangan pola dan
intensitas warna kulit. Ikan koi bernilai tinggi adalah yang memiliki intensitas,
keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Ikan koi yang terdapat di Kecamatan
9
Sumedang Utara merupakan hasil dari kelompok pembudidaya yang melakukan
kegiatan budidaya berawal dari telur hingga siap dipasarkan ke berbagai kota
besar.
2.2 Pemasaran
Pemasaran adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak
milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk, yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-
fungsi pemasaran (Sudiyono 2002). Pemasaran dapat juga diartikan suatu sistem
total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,
promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan
dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Pemasaran merupakan
kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan
melalui proses pertukaran. Program pemasaran itu dimulai dengan sebuah ide
tentang produk baru dan tidak berhenti sampai keinginan konsumen benar-benar
terpuaskan (Saladin 2003).
2.2.1 Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran
Lembaga pemasaran merupakan badan-badan yang menyelenggarakan
kegiatan ketika barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai ke pihak
konsumen (Hanafiah dan Saefudin 1983). Lembaga pemasaran yang terlibat
dalam pemasaran adalah sebagai berikut:
1. Produsen, yaitu mereka yang tugas utamanya menghasilkan barang-barang.
Petani ikan, nelayan, dan pengolah hasil perikanan termasuk kategori
produsen. Dimana selain berproduksi mereka juga aktif melakukan beberapa
fungsi tataniaga tertentu untuk menyalurkan hasil produksinya kepada
konsumen.
2. Pedagang Perantara, yaitu perorangan, perserikatan atau perseroan yang
berusaha dalam bidang tataniaga, dimana lembaga ini membeli dan
mengumpulkan barang-barang yang berasal dari produsen dan
menyalurkannya kepada konsumen.
10
3. Pedagang Besar, yaitu pedagang yang memperdagangkan barang dalam
jumlah lebih besar. Pedagang ini memperoleh barang dari pengumpul lokal
atau sering juga mendatangi pasar pelelangan di daerah produksi untuk
membeli barang dan kerap kali juga membeli barang secara langsung dari
produsen, kemudian barang dagangan itu dijual dalam jumlah lebih kecil
kepada pedagang eceran maupun kepada hotel, restoran, pabrik pengolahan,
dan lembaga lainnya.
4. Pedagang Pengecer merupakan perantara yang menjual barang-barang dalam
jumlah kecil secara langsung kepada para konsumen akhir. Biasanya lembaga
ini menerima barang dari pedagang besar dan terkadang dari pengumpul lokal
(tengkulak) atau produsen.
5. Lembaga-lembaga pemberi jasa, yaitu badan yang membantu memberi jasa
atau fasilitas untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan tata niaga.
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung
dan terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk
digunakan atau dikonsumsi. Saluran pemasaran mempunyai tugas menyalurkan
barang dari produsen ke konsumen yang mengatasi tiga macam jenjang penting
yaitu waktu, ruang dan pemikiran (Kotler 2005).
Penyaluran produk yang ditujukan untuk pasar konsumen ada beberapa
macam model penyaluran (Swastha 2002) diantaranya sebagai berikut:
1. Produsen Konsumen akhir
Saluran ini merupakan model saluran yang paling sederhana dan pendek,
seringkali disebut juga pemasaran langsung.
2. Produsen Pengecer Konsumen akhir
Saluran ini melibatkan beberapa pengecer yang membeli secara langsung
dari produsen untuk dijual kembali kepada konsumen.
3. Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen akhir
Saluran pemasaran ini disebut juga saluran tradisional dan banyak
digunakan oleh produsen. Dimana produsen hanya melayani penjualan dalam
jumlah besar kepada pedagang besar.
11
4. Produsen Pengumpul lokal Pengecer Konsumen akhir
Pada saluran pemasaran ini selain melibatkan pedagang besar, produsen
juga menggunakan pengumpul lokal atau perantara lainnya untuk mencapai
konsumen akhir.
5. Produsen Pengumpul lokal Pedagang BesaR Pengecer Konsumen
akhir
Pada saluran pemasaran ini untuk mencapai konsumen akhir, produsen
sering menggunakan pengumpul lokal sebagai perantara dalam proses penyaluran
produknya kepada pedagang besar yang kemudian disalurkan kepada pengecer
kemudian konsumen akhir.
Pergerakan dari produsen sampai kepada konsumen akan membentuk rantai
berupa saluran pemasaran/saluran distribusi yang merupakan seperangkat lembaga
yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan
produk dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Saluran pemasaran
memiliki fungsi ( Saladin 2003) sebagai berikut:
1. Penelitian (research), yaitu pengumpulan informasi penting untuk
perencanaan dan melancarkan pertukaran
2. Promosi (promotion), yaitu pengembangan dan penyebaran komunikasi yang
persuasive mengenai penawaran.
3. Kontak (contact), yaitu mencari dan menjalin hubungan dengan calon pembeli
4. Penyesuaian (matching), yaitu menemukan penawaran sesuai dengan
permintaan pembeli.
5. Negosiasi (negotiation), yaitu usaha untuk mencapai persetujuan akhir
mengenai harga dan hal-hal lain sehubungan dengan penawaran, sehingga
perpindahan hak kepemilikan bisa dilaksanakan
6. Distribusi fisik (physical distribution), yaitu transportasi dan penyimpanan
barang.
7. Pembiayaan (financing), yaitu permintaan dan penyebaran dana untuk
menutup biaya dari saluran pemasaran tersebut.
12
2.2.2 Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran dapat menjelaskan seberapa baik sistem pemasaran
dapat memperlihatkan apa yang diharapkan konsumen dan pelaku pemasaran.
Beberapa syarat dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi pemasaran (Khols
dalam Widyatmoko 2007) yaitu:
1. Keuntungan pemasaran
2. Harga yang diterima konsumen
3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran
4. Kompetensi pasar yang sehat
Efisiensi pemasaran dapat ditujukan dengan mengukur margin pemasaran,
saluran pemasaran dan dapat digunakan sebagai tolak ukur tingkat efisiensi suatu
pemasaran (Bressler dalam Widyatmoko 2007). Efisiensi pemasaran didasarkan
pada hubungan antar biaya pemasaran dengan volume komoditi yang diusahakan,
sedang prinsip efisiensi dalam kegiatan pemasaran adalah meminimumkan
besarnya biaya tiap unit komoditi untuk periode waktu tertentu. Dengan demikian
untuk mencapai efisiensi pemasaran dalam mempertinggi laba harus dilakukan
usaha penekanan biaya dan margin pemasaran itu sendiri. Usaha-usaha tersebut
ditunjukkan untuk tercapainya efisiensi pemasaran dalam rangka mempertinggi
tingkat kepuasan dari semua pihak yang terlibat dalam proses pemasaran
(Hanafiah dan Saefudin 1983).
2.2.3 Struktur Pasar
Struktur pasar ditentukan oleh beberapa kriteria, yaitu (i) jumlah
perusahaan/agen/penjual yang beroperasi di pasar tersebut; (ii) ada tidaknya
hambatan bagi perusahaan/agen/penjual untuk masuk dan keluar dari pasar; dan
(iii) karakteristik dari komoditas yang diperdagangkan. Struktur pasar tersebut
berpengaruh terhadap kekuatan dari para agen/penjual di dalamnya untuk
mempengaruhi harga pasar. Secara teoritis, struktur pasar dapat berbentuk pasar
monopoli, oligopoli, persaingan monopolistik (monopolictic competition), dan
persaingan sempurna (perfect competition) (Soekartawi 2002). Suatu pasar
digolongkan ke dalam struktur pasar persaingan sempurna, jika memenuhi ciri-ciri
antara lain terdapat banyak jumlah pembeli maupun penjual. Pembeli dan penjual
13
hanya menguasai sebagian kecil barang atau jasa yang dipasarkan sehingga tidak
dapat mempengaruhi harga (penjual dan pembeli berperan sebagai penerima
harga), barang atau jasa yang dipasarkan bersifat homogen serta penjual dan
pembeli bebas keluar masuk pasar.
Pasar persaingan tidak sempurna dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi
pembeli dan sisi penjual. Dari sisi pembeli terdiri dari pasar monopsoni,
oligosponi dan lain sebagainya. Dari sisi penjual terdiri dari pasar monopolistik,
pasar monopoli, oligopoli dan sebagainya (Dahl dan Hammmond 1997).
Karakteristik masing-masing pasar dapat dilihat pada (Tabel 1).
Tabel 1. Karakteristik Struktur Pasar Berdasarkan Sudut Penjual dan Pembeli
No. Karakteristik Struktur pasarJumlah penjual-
pembeliSifat produk Sudut
penjualSudut
pembeli1. Banyak Standar/homogen Persaingan
murniPersaingan
murni2. Banyak Defferensiasi Persaingan
monopolistikPersaingan
monopolistik3. Sedikit Standar Oligopoli
murniOligopsoni
murni4. Sedikit Defferensiasi Oligopoli
defferensiasiOligopsoni
defferensiasi5. Satu Unik Monopoli Monopsoni
Sumber: Dahl dan Hammond 1977
Karakteristik pasar persaingan murni adalah jumlah penjual dan pembeli
relatif banyak dan seimbang dalam jumlah sehingga harga yang terbentuk
merupakan hasil akhir dari interaksi penawaran dan permintaan. Pembudidaya
secara individu tidak dapat mempengaruhi harga karena kecilnya pangsa pasar
yang dikuasai. Produk pasar persaingan murni bersifat homogen (Sudiyono 2001).
Pasar persaingan monopolistik memiliki ciri-ciri: (a) banyak penjual dan
banyak pembeli yang melakukan transaksi pada berbagai tingkat harga dan bukan
atas dasar satu harga pasar, (b) produk yang dipasarkan tidak homogen, (c) produk
dapat dibedakan menurut kualitas, perbedaan pengepakan, warna bungkus, harga,
14
maupun pelayannya, (d) penjual melakukan penawaran yang berbeda untuk
segmen pembeli yag berbeda dan bebas menggunakan merk.
Karakter utama dari pasar monopoli adalah produk yang diperdagangkan
bersifat unik dan penjual hanya satu, sehingga tidak terdapat perusahaan yang
mampu menggantikan produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Monopoli ini
dapat terjadi karena penetapan perundang-undangan, inovasi dan skala usaha
besar (Sudiyono 2001).
Pasar oligopoli memiliki ciri-ciri: (a) struktur pasar yang memiliki
karakteristik utama berupa adanya beberapa perusahaan yang menghasilkan
proudk homogen ataupun berbeda corak, sehingga aktivitas sebuah perusahaan
dapat menpengaruhi perusahaan lainnya, (b) menurut (Sukirno 1998) perusahaan
tidak bebas menentukan harga produknya karena harus memperhatikan tindakan
dari perusahaan pesaing yang dapat mempengaruhi perusahaan bersangkutan.
Bentuk pasar yang dekat keadaanya dengan monopoli adalah oligopoli dan
duopoli. Struktur pasar duopoli adalah bentuk pasar dimana hanya terdapat duai
penjual produk tertentu.
2.2.4 Marjin Pemasaran
Marjin merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan
harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli
terakhir. Umumnya margin pemasaran dapat berubah menurut waktu dan keadaan
ekonomi, juga bergantung kepada harga yang dibayar konsumen. Bila harga yang
dibayar rendah, maka produsen akan menerima harga relatif kecil, dan apabila
harga yang dibayar konsumen naik, maka produsen akan menerima harga relatif
besar (Hanafiah dan Saefudin 1983). Salah satu cara untuk mempelajari apakah
suatu sistem pemasaran telah bekerja secara efisien dalam suatu struktur pasar
tertentu adalah dengan melakukan analisis terhadap biaya dan margin.
2.2.5 Analisis Finansial
Informasi mengenai biaya sangat dibutuhkan dalam setiap usaha, karena
tanpa informasi biaya manjemen tidak dapat memiliki ukuran apakah input yang
dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah daripada nilai outputnya,
sehingga tidak memiliki informasi apakah kegiatan usahanya menghasilkan
15
keuntungan yang sangat diperlukan untuk mengembangkan dan mempertahankan
eksistensi usaha (Mulyadi 1992). Biaya adalah nilai dari ekonomi yang dapat
diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu produk (Mursid 1997).
Biaya adalah pengunaan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang
telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi 1992).
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang digunakan untuk
proses produksi serta sangat menetukan jumlah barang yang diproduksi dan yang
dijual dengan harga tertentu (Sukirno 1988). Biaya usaha dibedakan atas dua
mecam yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) :
a. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi
yang jumlah totalnya tetap tidak berubah berapapun tingkat outputnya.
Contohnya pajak, sewa tanah, dan penyusutan alat pengolahan yang tahan
lama.
b. Biaya tidak tetap atau biaya variable adalah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh faktor produksi yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding
dengan tinggi rendahnya dengan output yang diproduksi atau volume usaha
(Mulyadi 1992). Contohnya biaya sarana produksi, upah tenaga kerja, pupuk
dan sebagainya.
c. Biaya marjinal adalah tambahan biaya yang meningkatkan satuan-satuan
produk.
Metode yang sering digunakan untuk menilai kelayakan usaha, yaitu
meliputi R/C dan Break even point (BEP)
1. R/C merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat pendapatan relatif
suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan
tersebut. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai R/C lebih besar dari 1 (R/C
>1). Semakin tinggi nilai R/C, tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin
tinggi dan jika lebih kecil dari satu berarti belum memperoleh keuntungan
sehingga masih memerlukan pembenahan (Mursid 1997).
2. Break Even Point (BEP) Titik impas atau BEP tercapai apabila jumlah
pendapatan sama dengan jumlah biaya produksi atau jika keuntungan sama
16
dengan nol. Dilihat dari jangka waktu pelaksaan sebuah usaha, terjadi titik
impas tergantung pada lama arus sebuah permintaan dapat menutupi segala
biaya operasi dan pemeliharaan berserta modal lainnya. Semakin lama sebuah
perusahaan mencapai titik impas, semakin besar pula saldo rugi rugi karena
keuntungan yang diterima masih menutupi biaya yang telah dikeluarkan
(Mulyadi 1992).
2.3 Strategi Pengembangan Pemasaran
Pengembangan pasar (market development) adalah strategi dimana
perusahaan berusaha menjangkau pangsa pasar yang baru/memperluas pangsa
pasar dengan produk/jasa yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, perusahaan
berusaha ekspor ke wilayah baru, jalur distribusi baru, untuk membuat segmen
pasar yang baru.
Pengembangan pasar juga disebut Ansoff Matrix diciptakan oleh Igor
Ansoff sebagai alat bantu untuk menentukan strategi pertumbuhan bisnis. Ada
empat klasifikasi strategi pertumbuhan bisnis menurut Ansoff Matrix, yaitu:
1. Market Penetration
Penetrasi pasar (market penetration) adalah strategi dimana perusahaan
memfokuskan pada service/produk yang sudah ada di pasar-pasar yang sudah ada
sebelumnya. Di sini perusahaan berusaha memperkuat dan meningkatkan
penggunaan jasa oleh kostumer yang ada agar dapat berkompetensi secara unggul
dengan kompetitor.
2. Market Development
Pengembangan pasar (market development) adalah strategi dimana
perusahaan berusaha menjangkau pangsa pasar yang baru/memperluas pangsa
pasar dengan produk/jasa yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, perusahaan
berusaha ekspor ke wilayah baru, jalur distribusi baru, untuk membuat segmen
pasar yang baru.
17
3. Product Development
Pengembangan produk (product development) adalah strategi pertumbuhan
dimana perusahaan/bisnis mengembangkan dan memperkenalkan produk/jasa
baru ke pasar yang sudah ada sebelumnya.
4. Diversification
Diversifikasi (diversification) yaitu strategi pertumbuhan dimana
perusahaan mengembangkan dan memperkenalkan produk/jasa baru dan
perusahaan juga berusaha mengembangkan pasar yang baru dan lebih luas
dibanding yang sudah ada sebelumnya. Strategi ini lebih beresiko dibanding yang
lainnya dan membutuhkan visi yang matang agar dapat berhasil.
2.4 Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strengths–Weakness – Opportunities – Threats)
merupakan tools dasar marketing dan merupakan keseluruhan evaluasi mengenai
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Analisis SWOT ini
adalah untuk menentukan strategi dan formulasi tujuan perusahaan untuk
menghadapi situasi bisnis tertentu.
2.4.1 Analisis Lingkungan Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
Kekuatan dan kelemahan (Strengths and weakness) adalah evaluasi bisnis
mengenai kekuatan dan kelemahan mereka sendiri dari sisi internal perusahaan.
2.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Perusahaan harus mampu mengevaluasi setiap peluang dan ancaman
(Opportunities and threats) yang terjadi di luar lingkungan perusahaan yang dapat
memberi pengaruh kepada bisnisnya. Pemasaran yang baik mampu memanfaatkan
dan mengembangkan peluang agar menjadi keuntungan.
2.4.3 Tahapan Analisis SWOT
Didalam analisis SWOT kita ingin memperoleh hasil berupa kesimpulan-
kesimpulan berdasarkan ke-4 faktor dimuka yang sebelumnya telah dianalisa :
a. Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Max-max)
Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah memanfaatkan kekuatan
atas peluang yang telah diidentifikasi. Misalnya bila kekuatan perusahaan adalah
18
pada keunggulan teknologinya, maka keunggulan ini dapat dimanfaatkan untuk
mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat teknologi dan kualitas yang
lebih maju, yang keberadaanya dan kebutuhannya telah diidentifikasi pada
analisis kesempatan.
b. Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Min-max)
Kesempatan yang dapat diidentifikasi tidak mungkin dimanfaatkan karena
kelemahan perusahaan. Misalnya jaringan distribusi ke pasar tersebut tidak
dipunyai oleh perusahaan. Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah
bekerjasama dengan perusahaan yang mempunyai kemampuan menggarap pasar
tersebut.
c. Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Max-min)
Pada analisa ancaman ditemukan kebutuhan untuk mengatasinya. Strategi
ini mencoba mencari kekuatan yang dimiliki perusahaan yang dapat mengurangi
atau menangkal ancaman tersebut.
d. Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Min-min)
Pada situasi menghadapi ancaman dan sekaligus kelemahan intern, strategi
yang umumnya dilakukan adalah “keluar” dari situasi yang terjepit tersebut.
Keputusan yang diambil adalah “mencairkan” sumber daya yang terikat pada
situasi yang mengancam tersebut, dan mengalihkannya pada usaha lain yang lebih
cerah. Siasat lainnya adalah mengadakan kerjasama dengan satu perusahaan yang
lebih kuat, dengan harapan ancaman di suatu saat akan hilang. Dengan
mengetahui situasi yang akan dihadapi, anak perusahaan dapat mengambil
langkah-langkah yang perlu dan bertindak dengan mengambil kebijakan-
kebijakan yang terarah dan mantap, dengan kata lain perusahaan dapat
menerapkan strategi yang tepat.