Upload
lamcong
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Masalah Punggung Dalam duduk pada pekerja wanita.
Aktivitas duduk merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh
setiap individu. Duduk berarti diam atau usaha mempertahankan badan tetap
dalam keadaan tegak. Aktivitas duduk memang sangat penting bagi tubuh untuk
mengembalikan kebugaran fisik. Di sisi lain, duduk yang terlalu lama akan
menimbulkan kelelahan punggung dalam duduk. Dimana kelelahan Punggung
dalam duduk ini terjadi ketika duduk yang statis akan menyebabkan otot-otot
punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya, dan bila
ini berlanjut terus, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang
belakang yang akan menimbulkan penyakit baru seperti Hernia Nukleus Pulposus.
Bila tekanan pada bantalan saraf pada orang berdiri dianggap 100% maka pada
orang yang duduk tegak akan menyebabkan pada bantalan saraf tersebut sebesar
140%. Tekanan ini menjadi lebih besar lagi 190% apabila ia duduk dengan posisi
badan membungkuk ke depan.
Selain itu akibat dari posisi kerja yang kurang tepat dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman pada seluruh otot adakalanya tangan merasa kebas (kesemutan),
kehilangan kekuatan dan koordinasi akibat gerakan fisik yang salah berulang-
ulang dan terus menerus dalam jangka panjang. Misalnya, selama bekerja di
kantor dapat menimbulkan permasalahan pada otot, saraf, dan jaringan lunak lain.
Kegiatan yang selalu melibatkan keyboard dan mouse ini dapat
7
8
menimbulkan cedera pada tangan, lengan, bahu dan tanpa disadari bisa terjadi
akumulasi kerusakan pada badan secara keseluruhan. Semua resiko yang dialami
para pekerja kantor akibat dari kurang memperhatikan posisi duduk yang benar,
dan bisa juga disebabkan sarana kerja (meja kursi, komputer, lampu penerang
ruangan) kurang mendukung kenyamanan dan kesehatan. Salah satu kondisi ini
dapat menimbulkan sakit punggung karena tempat duduknya tidak memberi
kenyamanan pada tulang belakang atau penataan perangkat komputer yang kurang
tepat. Sikap duduk dengan posisi yang salah sangat berbahaya bagi kesehatan dan
mengurangi kenyamanan. Duduk dalam posisi statis dan sikap tubuh yang kurang
ergonomis seperti duduk dalam posisi membungkuk (kurang dari 90 derajat) dapat
memicu kerja otot yang kuat dan lama tanpa cukup pemulihan dan aliran darah ke
otot terhambat. Sehingga mengakibatkan keluhan pegal pada bagian punggung
bawah.
Posisi duduk yang tepat adalah duduk dengan posisi punggung rapat ke
sandaran kursi. Kursi sebaiknya cukup rendah agar kaki bisa menapak ke lantai
agar lutut lebih tinggi dari paha. Posisi kepala menghadap ke depan (tidak
menunduk). Posisi lutut sebaiknya membentuk sudut 110 derajat (untuk
megurangi tekanan pada diskus dan merelaksasi otot-otot punggung) (Anonim,
2006).
Sikap duduk yang benar dan model kursi yang tepat membantu mengatasi
masalah ini. keluhan pada punggung umumnya berkaitan dengan otot tulang
belakang. ada faktor ergonomi berperan dalam sindrom itu. Karena pada sikap
kerja statis terjadi kontraksi otot yang kuat dan lama tanpa cukup kesempatan
9
pemulihan, dan aliran darah ke otot terhambat. Akibatnya, timbul rasa lelah dan
nyeri pada otot tubuh. Yang paling sering dialami adalah rasa sakit, pegal pada
bagian belakang tubuh hingga leher, yang disebut juga varicose veins. Oleh
karena itu, perlu menerapkan duduk dinamis, yaitu sesering mungkin mengubah
posisi pada saat duduk.
Postur tubuh yang baik akan melindungi kita dari cedera sewaktu
melakukan gerakan karena beban disebarkan merata keseluruh bagian tulang
belakang. Postur tubuh yang baik akan diperoleh jika telinga, bahu dan pinggul
berada dalam satu garis lurus ke bawah. Otot punggung ditunjang oleh punggung,
perut, pinggang dan tungkai yang kuat dan fleksibel. Semua otot ini berfungsi
untuk menahan agar tulang belakang dan diskus tetap dalam posisi normal.
Kelemahan pada salah satu otot akan menambah ketegangan pada otot lain dan
akhirnya menimbulkan masalah punggung.
2.2. Anatomi dan Fisiologi pada duduk
2.2.1. Columna Vertebralis.
Columna vertebralis merupakan penyusunan rangka axial yang
utama, umumnya tersusun oleh 26 tulang yang masing-masing disebut
vertebrae dan terbagi menjadi lima regio yaitu tujuh vertebra cervikalis, 12
vertebra thoracalis, lima vertebra lumbalis dan satu vertebra sacral dan satu
tulang coccygeus. Pada orang dewasa, rata-rata tingginya adalah 75 sampai
72 cm, dimana seperempatnya merupakan bantalan antar tulang vertebra
yang disebut discus intervertebralis. Sudut yang terbentuk antara bagian
10
paling caudal dari vertebrae lumbalis dengan tulang sacral disebut angulus
lumbosacral (Seeley R.R., 2003).
Fungsi columna vertebrae yaitu (a) menyangga berat kepala dan
batang tubuh; (b) melindungi medulla spinalis; (c) memungkinkan
keluarnya nervi spinalis dari canalis vertebralis; (d) tempat untuk
perlekatan otot-otot; dan (e) memungkinkan pergerakan kepala dan batang
tubuh (Seeley R.R., 2003). Pergerakan hanya terjadi pada 24 vertebrae,
yaitu 7 cervical, 12 thoracalis dan 5 lumbalis. Kelima sacral berfusi
menjadi tulang sacral dan keempat segmen coccygeus berfungsi menjadi
tulang coccygeus. Ke-24 vertebrae tersebut, selain dihubungkan oleh DIV
juga dihubungkan oleh suatu persendian synovialis yang memungkinkan
fleksibilias tulang punggung. Stabilitas columna vertebrae ditentukan oleh
bentuk dan kekuatan masing-masing vertebrae, ligamenta, dan otot-otot.
Columna vertebralis orang dewasa mempunyai empat curvatura
(kelengkungan) pada bidang sagital tubuh, yaitu cervical, thoracal, lumbal
dan sacral. Pada regio thoracal dan sacral curvatura-nya cekung de depan
(kifosis), sedangkan regio cervical dan lumbal curvatura-nya cembung ke
depan (lordosis). Curvatura di regio thoracal dan sacral merupakan
curvatura primer yang terbentuk selama periode fetal. Curvatura sekunder
terbentuk disebabkan adanya perbedaan ketebalan antara DIV bagian
anterior dan posterior.
11
Gambar 2.1. Columna vertebralis (Sobota, 2006)
2.2.2. Struktur dan Fungsi Vertebrae
Vertebrae yang menyusun columna vertebralis secara umum
adalah corpus (badan), vertebrae, arcus vertebra dan 7 buah processus.
Corpus vertebra terletak di sebelah anterior, merupakan bagian yang besar
dan memberikan kekuatan pada columna vertebralis serta menopang berat
tubuh. Corpus vertebare, khususnya mulai VT4 ke bawah secara progresif
membesar sesuai dengan fungsinya sebagai penopang tubuh. Arcus
vertebralis terletak disebelah posterior dari corpus vertebrae dan
merupakan bagian dari vertebrae yang dibentuk oleh pedicle (kaki) serta
laminae (lempeng pipih) kanan dan kiri. Pedicle merupakan tonjolan
pendek yang menghubungkan arcus vertebra dengan corpus vertebrae.
Tujuh buah processus akan timbul dari arcus vertebralis dari vertebrae
pada umumnya, ke-7 tonjolan tersebut adalah sebuah processus spinosus,
dua buah processus transversus dan empat buah processus articularis
12
(zygapophyses) yang terdiri dari dua buah superior dan dua buah inferior
muncul dari pertemuan pedicle dan lamina. Tiga buah processus yaitu dua
buah processus (proc) transversus dan sebuah processus spinosus
diproyeksikan dari arcus vertebralis akan menjadi perlekatan otot-otot
profunda punggung dan membentuk pengungkit yang membantu otot-otot
menggerakan vertebrae. Keempat processus articulares diproyeksikan ke
atas dan bawah dari arcus vertebrae dan saling berhubungan antara proc.
Articularis superior dan proc. Articularis inferior vertebra di bawahnya.
Gambar 2.2. Lumbar Spine (Sobota, 2006)
2.2.3. Persendian di Columna Vertebralis Regio Lumbrosacral
Persendian yang ada di columna vertebralis, yaitu discus intervertebralis,
persendian di arcus vertebralis (zygapophysial joints/ facet joints), articulatio
sacroiliaca, articulatio atlantooccipitalis, articulatio atlantoaxial dan articulatio
costovertebralis. Tiga persendian yang disebutkan pertama terdapat di regio
lumbosacral.
Ligamenta yang memperkuat persendian di columna vertebralis regio
lumbal yaitu meliputi: a) Ligamentum longitudinale anterior; b) Ligamentum
13
longitudinale posterior; c) Ligamentum flavum; d) Ligamentum interspinosus;
e) Ligamentum supraspinosus; dan f) Ligamentum intertransversus.
2.2.4. Vaskularisasi Columna Vertebralis
Vertebra mendapatkan vaskularisasi dari arteri spinalis, yang
merupakan cabang dari (a) arteri vertebralis dan cervicalis aseendens leher, (b)
arteri intercostalis posterior dari regio thorax, (c) arteri subeostalis dan
lumbalis di abdomen dan (d) arteri iliolumbalis, saeralis lateralis dan medialis
di pelvis.
Arteri spinalis memasuki foramen intervertebralis dan bercabang
menjadi arteri radicularis terminalis yang memvaskularisasi radix dorsalis dan
ventralis nervus spinalis dan selubungnya. Beberapa arteri radicularis berlanjut
sebagai arteri segmentalis yang beranastomosis dengan arteri medulla spinalis.
Vena spinalis membentuk plexus venosus sepanjang columna vertebralis baik
di dalam maupun di luar canalis vertebralis, yaitu plexus venosus vertebralis
interna dan plexus venosus vertebralis externa. Vena basilaris terletak di
dalam corpus vertebralis, keluar dari suatu lubang kecil di permukaan corpus
vertebra (kebanyakan permukaan posterior) dan mengalirkan darahnya ke
plexus venosus vertebralis externa. Namun lebih banyak ke plexus venosus
vertebralis interna. Vena intervertebralis berjalan bersama nervus spinalis
melalui foramen intervertebralis dan menerima vena dari medulla spinalis dan
plexus vertebralis (Moore & Dalley, 1999).
14
2.2.5. Otot , Fisiologi dan Kontraksi otot pada duduk
Secara garis besar, otot-otot di regio punggung dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok superficial, intermediate dan
profunda. Kelompok superficial dan intermediat mencakup otot-otot
punggung ekstrinsik yang berperan dalam mengontrol gerakan extremitas dan
juga gerakan pernafasan. Kelompok profunda mencakup otot-otot punggung
intrinsik yang secara spesifik berperanan menggerakan columna vertebalis dan
mempertahankan postur tubuh tertentu.
2.2.5.1. Kelompok otot – otot superficial (ekstrinsik)
Otot-otot ekstrinsik superficial (trapezius, latissimus dorsi, levator
scapulae dan rhomboidei) menghubungkan extremitas superior dengan batang
tubuh dan berperanan dalam mengontrol gerakan extremitas superior. Otot-
otot tersebut mendapatkan suplai persyarafan dari rami ventralis nervus
cervicalis. Musculus trapezius mendapat persyarafan dari bervus accessorius
(N. XI). Otot-otot ekstrinsik intermediate (serratus posterior) merupakan otot
pernapasan superficialis. Musculus serratus posterior terletak di dalam
musculi rhomboidei dan musculus serratus posterior inferior terletak di dalam
musculus latissimus dorsi. Kedua musculi serrati tersebut diinervasi nervus
intercostalis, yang superior oleh 4 nervus intercostalis pertama dan yang
inferior oleh 4 yang terakhir.
2.2.5.2. Kelompok otot – otot profunda
Kelompok otot intrinsik diinversi oleh rami dorsalis nervus
spinalis. Fungsi otot-otot ini adalah mengontrol columna vertebralis. Otot-otot
15
tersebut terbentang mulai pelvis hingga tengkorak dan dibungkus oleh fascia
yang melekat di sebelah medial dari ligamentum nuchea, ujung dari proc.
Spinosus dan ligamentum supraspinosum dan crista sacralis mediana sacrum.
Fascia tersebut di lateral dari proc. Transversus vertebrae cervicalis dan
lumbalis dan di angulus costae. Fascia tersebut di daerah thoracal dam lumbal
dinamakan fascia thoracolumbalis yang membungkus kelompok otot-otot
profunda punggung. Fascia ini selanjutnya meluas ke lateral dari proc.
Spinosus dan membentuk pembungkus yang tipis untuk otot-otot profunda di
regio thorax serta membentuk pembungkus yang tebal dan kuat untuk otot-
otot di regia lumbal.
Kelompok otot-otot intrinsik dibagi menjadi:
a) Lapisan superficialis otot-otot intrinsik punggung
Kelompok ini adalah musculi splenii yang terletak di lateral dan posterior
dari leher. Otot ini berasal dari linea mediana kemudian meluas ke arah
superolateral vertebrae cervicalis (splenitis cervicis) dan tengkorak (splenium
capitis).
b) Lapisan intermediate otot-otot intrinsik punggung
Kelompok otot ini adalah musculus erctor spine (sacrospinalis) yang
terletak pada alur di tiap-tiap sisi columna vertebralis. Otot ini merupakan otot
extensor vertebrae yang utama, dibagi menjadi tiga columna : (1) iliocostalis
(columna lateralis), (2) longisimus (columna intermediet) dan (3) spinalis
(columna medialis).
16
c) Lapisan dalam otot-otot intrinsik punggung
Kelompok otot ini adalah otot-otot transversospinalis, yaitu semispinalis
(superficial), multifidus (intermediate) dan rotator (profunda). Otot-otot ini
berasal dari proc. Transversus vertebrae dan melewati proc. Spinosus
vertebrae di atasnya. Prinsip kerja otot yang menghasilkan gerakan di regio
thoracal dan lumbal.
Flexi Extensi Lateral Flexi Rotasi
Kerja bilateral
dari:
Rectus
Abdominalis
Psoas mayor
Gravitasi
Kerja
bilateral dari:
Erector spine
Multifidus
Semispinalis
thoracis
Kerja bilateral
dari:
Iliocostalis dan
lumborum
Longisimus
thoracis
Obliquus
abdominis
externus dan
internus
Quadratus
lumborum
Kerja bilateral
dari:
Rotator
Multifidus
Obliquus
abdomini
externus bekerja
dengan sinkron
dengan obliquus
abdominis
internus yang
berlawanan
Semispinalis
thpracis.
Sumber: Moore K.L, Dalley A.F, 1999
2.2.5.3. Fisiologi dan Kontraksi Otot
Otot merupakan kelompok jaringan terbesar dalam tubuh dan membentuk
sekitar separuh masa tubuh. Otot rangka itu sendiri membentuk sekitar 40% dari
berat tubuh pada pria dan 32% pada wanita.
Otot menggerakkan tubuh memungkinkan mengarahkan kekuatan untuk
menggerakkan skeletal. Ketika otot berkontraksi (memendek), tulang bergerak
dengan menarik tendon dan menempel pada tulang. Kontraksi otot yang terkontrol
17
memungkinkan terjadinya gerakan pada tubuh secara keseluruhan atau pada
bagian-bagian tubuh, manipulasi benda eksternal (mengambil benda yang terjatuh
kebawah), terdorongnya isi organ-organ berongga (misal, sirkulasi darah),
pengosongan isi organ tertentu ke lingkungan luar (misal, berkemih). Proses
terjadinya kontraksi otot apabila terjadi potensial aksi pada motor neuron
menimbulkan pelepasan asetikolin ke dalam celah sinaptik. Asetikolin berkaitan
dengan reseptor pada motor end-plate dan menghasilkan end-plate action
potentials yang akan dikonduksikan melalui transverse tubeles ke serabut otot.
Saat action potential ini mencapai sarcoplasmic reticulum, ca++ akan dilepas ke
dalam sarcoplasm yang kemudian berikatan dengan troponin dan menimbulkan
pergeseran tropomyosin untuk membuka sisi aktid dari aktin (filament tipis). ATP
dipecah menjadi ADP + Pi + energy, energy yang dihasilkan digunakan untuk
mengangkat myosin cross-bridge akan melepas ikatannya dengan aktin dan siklus
kontraksi berakhir. Siklus kontraksi dapat terulang selama masih ada Ca++ (Power
& Howley, 1990). Saat potensial aksi berhenti, sacroplasm reticulum akan
menghilangkan Ca++ dari sacroplasm dan tropomyosin kembali ke posisi
inhibisinya menutupi sisi aktif dari aktin.
Energi untuk kontraksi dihasilkan dari pemecahan ATP menjadi ADP yang
diperoleh dari hidrolisis glukosa menjadi air dan oksigen. Proses hidrolisis ini
membutuhkan oksigen, sehingga pada kondisi dimana pasokan oksigen berkurang
(misalnya saat latihan berat), menyebabkan glukosan dikonversikan menjadi asam
laktat sehingga energi yang dihasilkan lebih sedikit. Semakin tinggi konsentrasi
18
asam laktat, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan sisa
metabolism tersebut. Manifestasinya muncul kelelahan (Power & Howley, 1990).
Latihan kekuatan otot dapat meningkatkan ukuran dan jumlah myofibril,
sehingga serat otot menjadi lebih besar. Lebih besar serat otot berarti otot lebih
besar dan kuat.
2.2.5.4. Tipe Serabut Otot
Otot terdiri dari sel-sel otot atau serat otot (muscle fiber). Sebuah otot
rangka terdiri dari sejumlah otot yang terletak sejajar satu sama lain dan disatukan
oleh jaringan ikat. Serat otot terdiri dari protein yang lebih kecil strukturnya yang
disebut myofibril. Myofibril terdiri dari rangkaian unit kontraktil yang disebut
sarkomer, yang terdiri dari aktin dan myosin. Sel-sel otot berkontraksi ketika
molekul myosin berpindah ke molekul aktin. Setiap sel otot memiliki banyak inti
yang mengandung gen yang mengarahkan produksi enzim dan struktur protein
yang dibutuhkan untuk kontraksi otot.
Terdapat dua jenis serat otot atas dasar sentakan kontraksi dan kecepatan
daya hantar aksonnya yakni otot lambat (slow twitch fiber/ slow-axidative/SO) dan
otot cepat (fast twitch fiber/ fast-glycolitic/FG).
2.2.5.4.1. Otot lambat/Tipe I/ Otot Tonik (slow twitch fiber/ slow-
axidative/SO).
Mempunyai daya tahan terhadap kelelahan, tetapi tidak berkontraksi secara
cepat atau kuat. Sistem energy yang digunakan adalah aerobic (oksidatif), disebut
red muscle karena berwarna lebih gelap dari otot lainnya, yang banyak
mengandung hemoglobin dan mitokondria (tahan lama terhadap tahanan). Yang
19
berfungsi untuk mempertahankan sikap, kelainan tipe otot ini cenderung tegang
dan memendek diantaranya adalah otot-otot postural seperti m.quadratus
lumborum, group ekstensor trunk yang terdiri diantaranya adalah m. erector spine,
m. longisimus thorakis, m. rotators, m. multifidus, group fleksor panggul yang
meliputi : m. Illiopsoas, m. tensor fascia latae, m. rektus femoris, group eksorotasi
panggul yang meliputi m. piriformis, m. adductor panggul, group hamsting dan m.
gastrocnemius dan soleus.
2.2.5.4.2. Otot cepat/ Tipe II/ Otot Fasik (fast twitch fiber/ fast-
glycolitic/FG).
Disebut juga white muscle karena berwarna lebih pucat, yang banyak
mengandng myofibril (tidak tahan lama terhadap tekanan) kontraksi lebih cepat
dan tegas tetapi lebih cepat lelah, sistem energi yang digunakan adalah an-aerobic
(non-oksidatif), berwarna putih, menghasilkan gerakan-gerakan halus dengan
ketrampilan gerak, yang berfungsi untuk gerakan cepat dan kuat, yang berasal dua
macam serabut yaitu serabut otot tipe 2A yang kelelahannya rata-rata intermediate
(sedang) dan serabut tipe 2B yang kelelahannya sangant cepat.
Kelainan tipe otot ini cendrung lemah dan lembek diantaranya adalah otot-
otot perut, otot gastrocnemius, otot gluteus maksimus dan minimus, otot peroneal,
otot tibialis anterior, otot extra ocular, dan otot-otot tangan.
Kandungan tipe otot tersebut tergantung dari fungsi kelompok otot tertentu.
Kelompok otot yang dibutuhkan untuk aktivitas dan gerakan kuat dan cepat akan
mengandung serat otot cepat (fast twitch fiber) yang lebih banyak , sedangkan
otot-otot yang memerlukan kontraksi lama banyak mengandung serat otot lambat
20
(slow twitch fiber) . perbedaan ini telah diteliti pada atlit, dimana atlit marathon
memiliki kandungan serabut otot tipe I sebesar 60 – 90% dan tipe II 10 – 40%
sedangkan atlit spinter memiliki serabut tipe I sebesar 25 – 45% dan tipe II
sebesar 55 – 75% (Power & Howley, 1990).
Latihan penguatan (Strengthening Exercise) dapat meningkatkan ukuran dan
kekuatan, baik serat otot lambat (slow twitch fiber) dan serat otot cepat (fast twitch
fiber). Ketika motor unit memerintahkan serat otot untuk berkontraksi, semua
serat otot berkontasi pada kapasitas penuh. Motor unit yang direkrut ketika
berkontraksi tergantung pada jumlah kekuatan, contoh bila mengambil benda
ringan, motor unit yang digunakan lebih sedikit dibandingkan ketika mengangkat
benda berat. Latihan kekuatan (strengthening exercise) dapat meningkatkan
kemampuan tubuh untuk merekrut motor unit, ini disebut muscle learning –
dimana dapat meningkatkan kekuatan bahkan sebelum ukuran otot meningkat.
2.3. Daya Tahan Punggung dalam Duduk
Daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam
waktu yang relative lama. Daya tahan duduk adalah kemampuan otot-otot
Vertbera untuk melakukan tugas gerakan duduk yang membebani otot dalam
waktu yang cukup lama, untuk aktivitas duduk. Bila profesi anda mengharuskan
anda duduk lama berjam-jam di tempat kerja, melakukan relaksasi dan
peregangan dapat menghindari anda dari rasa nyeri .
Di manapun anda bekerja, di kantor, di pabrik, di pasar, dan di rumah pasti
tidak terlepas dari posisi duduk. tukang jahit, tukang sayur, kasir, murid sekolah,
pegawai bank, pegawai perusahaan, pekerja di depan komputer, penjaga tol, sopir,
21
dan pedagang juga tidak terlepas dari bekerja dengan posisi duduk. Ada kaitannya
antara duduk dengan kesehatan, sekitar 60% orang dewasa mengalami nyeri
punggung bawah karena masalah duduk. Suatu penelitian di sebuah rumah sakit
menunjukkan bahwa pekerjaan dengan duduk lama (separuh hari kerja) dapat
menyebabkan hernia nukleus pulposus , yaitu saraf tulang belakang terjepit di
antara kedua ruas tulang belakang sehingga menyebabkan nyeri punggung juga
rasa kesemutan yang menjalar ke tungkai sampai ke kaki. Bahkan, bila parah,
dapat menyebabkan kelumpuhan. Mengapa duduk lama dapat menyebabkan nyeri
punggung bawah. Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-
otot punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya, bila
ini berlanjut terus menerus akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf
tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus. Bila tekanan pada
bantalan saraf pada orang yang berdiri dianggap 100%, maka orang yang duduk
tegak dapat menyebabkan tekanan pada bantalan saraf tersebut sebesar 140%.
tekanan ini menjadi lebih besar lagi 190% bila ia duduk dengan badan
membungkuk ke depan. namun, orang yang duduk tegak lebih cepat letih karena
otot-otot punggungnya lebih tegang.
Sementara orang yang duduk membungkuk kerja otot lebih ringan, namun
tekanan pada bantalan saraf lebih besar. Setelah duduk selama 15-20 menit, otot-
otot punggung biasanya mulai letih, mulai dirasakan nyeri punggung bawah.
Penelitian terhadap murid sekolah di Skandinavia menemukan 41,6 persen yang
menderita nyeri punggung bawah selama duduk di kelas, terdiri dari 30 persen
yang duduk selama satu jam, dan 70 persen yang duduk lebih dari satu jam.
22
Bila merasakan nyeri punggung bawah, hal pertama yang perlu dilakukan
adalah berdiri. Relaksasi setiap 20-30 menit sangat penting untuk mencegah
ketegangan otot. Berdiri dan meluruskan punggung bawah beberapa kali sangat
menolong. Jalan-jalan satu jam sekali juga sangat menolong mengurangi
ketegangan otot.
Hal-hal yang harus dihindari selama duduk supaya tidak terjadi nyeri
punggung bawah antara lain jangan duduk pada kursi yang terlalu tinggi, duduk
dengan membengkokkan punggung, atau duduk tanpa sandaran di punggung
bawah (pendukung lumbal). Selain itu, selama duduk perlu menghindari duduk
dengan mencondongkan kepala ke depan karena dapat menyebabkan gangguan
pada leher, duduk dengan lengan terangkat karena dapat menyebabkan nyeri pada
bahu dan leher, serta duduk tanpa sokongan lengan bawah karena dapat
menyebabkan nyeri pada bahu dan punggung. Sebaiknya duduk dengan punggung
lurus dan bahu berada di belakang serta bokong menyentuh belakang kursi.
Seluruh lengkung tulang belakang harus terdapat selama duduk. Caranya,
duduklah di ujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah
itu, tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin. Tahan untuk
beberapa detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan (sekitar 10
derajat). Posisi duduk seperti inilah yang terbaik. Duduklah dengan lutut tetap
setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki bila perlu) dan
sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak
menggantung. Hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit.
23
Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi atau meja, jaga
bahu tetap rileks. Bila duduk dengan kursi beroda dan berputar, jangan
memutarkan punggung selama duduk, sebaiknya putarkan seluruh tubuh. Bila
berdiri dari posisi duduk, usahakan berdiri dengan meluruskan kedua tungkai.
Hindari membungkukkan badan ke depan pinggang, segera luruskan punggung
dengan melakukan 10 kali gerakan membungkukkan badan selama
berdiri. Selain tindakan pencegahan tersebut di atas, yang terpenting adalah perlu
adanya program kegiatan olahraga sunam untuk mengurangi maupun mencegah
nyeri punggung bawah pada setiap pekerja sebelum memulai hari kerjanya. Di
samping itu, hal penting lain yang tidak boleh dilupakan adalah desain kursi yang
ergonomis. Sikap duduk yang benar adalah pertama duduk dengan sikap
membungkuk ekstrem. Kemudian setelah beberapa detik, secara perlahan
tegakkan punggung dan lengkungkan. (Jangan mempertahankan terlalu lama
posisi ini karena dapat menyebabkan ketegangan otot punggung). Kemudian,
relaksakan lengkung lumbal sekitar 10 persen agar sikap tubuh benar. Bekerjalah
dengan sikap seperti ini selama duduk.
2.4. Biomekanik vertebra lumbal dan biomekanik duduk.
2.4.1. Biomekanik vertebra lumbal
Biomekanik adalah studi tentang struktur dan fungsi dari system
biologis dengan mekanika. Ditinjau dari keluasan gerak sendinya, sendi tersebut
termasuk sendi amphiartrosis (hyaline joint). Adapun bidang geraknya antara lain
bidang gerak sagita, transversal dan frontal sedangkan gerakan yang terjadi yaitu
24
fleksi, ekstensi, rotasi, dan latero fleksi. Pada pemeriksaan gerakan dari columna
vertebralis ini mengambil titik pusat pada sendi lumbosaral (kapandji, 2010).
1) Gerakan fleksi lumbal
Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis gerakan frontal.
Sudut yang normal gerakan fleksi lumbal sekitar 600. Gerakan ini
dilakukan oleh otot fleksor yaitu otot rectus abdominis dibantu oleh
otot-otot ekstensor spine (Kapandji, 2010).
2) Gerakan ekstensi lumbal
Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis frontal. Sudut
ekstensi lumbal sekitar 350. Gerakan ini dilakukan oleh otot spinalis
dorsi, otot longisimus dorsi dan iliocostalis lumborum (Kapandji,
2010).
3) Gerakan Rotasi
Terjadi di bidang horizontal dengan aksis melalui processus spinosus
dengan sudut normal yang dibentuk 450 dengan otot penggerak utama
m.iliocostalis lumborum untuk rotasi ipsi lateral dan kontra lateral,
bila otot berkontraksi terjadi rotasi ke pihak berlawanan oleh
m.obliqus eksternus abdominis. Gerakan ini dibatasi otot rotasi
samping yang berlawanan dan ligament interspinosus (Kapandji,
2010).
25
4) Gerakan lateral fleksi
Fleksi pada bidang frontal dan sudut normal yang dibentuk sekitar 300
dengan otot penggerak m.obliqus internus abdominis, m.rektus
abdominis (Hislop and Montgomery, 2013).
2.4.2. Biomekanik duduk
Dibandingkan berdiri, duduk mengurangi kinerja lumbal lordosis dan
menambah atau meningkatkan aktifitas otot-otot tulang belakang, tekanan pada
diskus, dan tekanan pada ischium tuberositas.
Pada posisi duduk berat badan akan terdistribusi pada tuberositas
ischium, peningkatan tekanan beban pada spinal, beban statis pada ligament pada
lumbal akan menyebabkan otot para spinal mengalami ketegangan otot dan
hyperexitabilitas. Akumulasi metabolit dari beban statis diduga mempercepat
degenarasi diskus intervertrebralis.
2.5. Ergonomi
Ergonomi adalah suatu ilmu tentang manusia dalam usahanya
meningkatkan kenyamanan dilingkungan kerja. Metode dengan pendekatan
dengan menganalisa hubungan fisik antara manusia dan fasilitas. Ergonomi
berasal dari bahasa latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum atau peraturan)
dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek – aspek manusia dalam
lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain atau perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan
optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat
kerja, rumah, dan tempat rekreasi (Nurmianto, 1996).
26
Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik pada sektor modern,
maupun pada sektor tradisional dan informal. Penerapan dalam pengaturan sikap,
tata cara, penerapan kerja, peralatan kerja, dan beban kerja yang keseluruhannya
harus disesuaikan dengan bentuk dan ukuran tubuh tenaga kerja (Santoso, 2001).
Manfaat dan tujuan penerapan ilmu ini untuk mengurangi ketidaknyamanan pada
saat bekerja. Dengan demikian ergonomi berguna sebagai media pencegah
terhadap keluhan nyeri punggung sedini mungkin sebelum nantinya berakibat
kronis dan fatal (Nurmianto, 1996). Berikut ini beberapa hal-hal penting yang
harus diperhatikan sebagai seorang pekerja agar memberikan kenyamanan,
kesehatan saat bekerja dengan memperhatikan beberapa tips duduk Ergonomi;
1. Posisi duduk
1.1. Posisi paha horizontal, sejajar dengan lantai posisi telapak kaki
menapak ke tanah. Bila tidak, berarti posisi duduk Anda terlalu
tinggi.
1.2. Bantalan kursi menopang punggung bagian bawah, sehingga
punggung tetap tegak
1.3. Rubah posisi duduk Anda secara berkala selama bekerja, karena
duduk dalam posisi yang tetap dalam jangka waktu lama bisa
menyebabkan ketidaknyamanan.
1.4. Punggung santai tapi tidak membungkuk.
1.5. Kepala tak membungkuk atau terlalu condong ke depan.
27
2. Monitor
2.1. Pastikan layar monitor dalam kondisi bersih, sehingga tak ada noda
yang menghalangi pandangan mata.
2.2. Atur setelan brighthness dan kontras layar secukupnya sehingga
nyaman. Atur posisi layar monitor agar tak memantulkan cahaya
yang menyilaukan mata
2.3. Atur posisi bagian atas layar sejajar atau sedikit di bawah pandangan
mata.
2.4. Jarak antara mata ke layar antara 50-60 cm
3. Posisi Meja
3.1. Letakkan keyboard pada posisi yang membuat lengan terasa rileks
3.2. Posisi siku dengan meja membentuk sudut 90 derajat.
3.3. Pergelangan tangan pada posisi netral, lurus dan nyaman.
Gambar 2.3. Ergonomi Posisi duduk (Dokumentasi Pribadi).
28
2.5.1. Sikap dan Posisi Duduk
Tulang punggung merupakan bagian tubuh yang memiliki peranan sangat
besar dalam menjaga kestabilan tubuh. sebagian besar aktivitas sehari-hari dapat
dilakukan dalam posisi duduk, sehingga penting untuk mengetahui posisi tubuh
saat duduk yang benar untuk menjaga kesehatan tulang punggung
Posisi Duduk Yang Benar :
1. Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu ke belakang. Paha
menempel di dudukan kursi dan bokong harus menyentuh bagian belakang
kursi. Tulang punggung memiliki bentuk yang sedikit melengkung ke
depan pada bagian punggung, sehingga dapat diletakkan bantal untuk
menyangga kelengkungan tulang punggung tersebut.
2. Pusatkan beban tubuh pada satu titik agar seimbang. Usahakan jangan
sampai membungkuk. Jika diperlukan, kursi dapat ditarik mendekati meja
agar posisi duduk tidak membungkuk.
3. Posisi lutut mempunyai peranan penting juga. Untuk itu tekuklah lutut
hingga sejajar dengan pinggul. Usahakan untuk tidak menyilangkan kaki.
4. Jika dudukan kursinya terlalu tinggi, penggunaan pengganjal kaki juga
membantu menyalurkan beban dari tungkai.
5. Jika ingin menulis tanpa meja, gunakanlah pijakan di bawah kaki namun
posisi kaki tetap sejajar dengan lantai. Akan tetapi hal ini sebaiknya tidak
dilakukan terlalu lama karena akan membuat tulang ekor menahan
sebagian beban yang berasal dari paha.
29
6. Usahakanlah istirahat setiap 2 jam sekali dengan cara berdiri, peregangan
sesaat, atau berjalan-jalan di sekitar ruangan untuk mengembalikan
kesegaran tubuh agar dapat tetap berkonsentrasi dalam belajar
7. Tangan dibuat senyaman mungkin di atas meja, namun jangan lupa untuk
mengistirahatkan lengan dan siku. Jika diperlukan, dapat menggunakan
sandaran tangan untuk membantu mengurangi beban pada bahu dan leher
Anda agar tidak mudah lelah.
8. Jika ingin mengambil sesuatu yang berada disamping atau di belakang,
jangan memuntir punggung. Putarlah keseluruhan tubuh sebagai satu
kesatuan.
2.5.2. Analisa singkat aktivitas KPDD.
Aktivitas yang sering dilakukan oleh wanita pekerja kantor adalah duduk.
Duduk adalah suatu posisi tubuh torso vertikal dengan beban badan bertumpu
pada bokong (the free dictionary, 2006). Dibanding dengan berdiri, duduk
memberikan kenyamanan dan kestabilan. Duduk dengan posisi yang baik adalah
duduk dengan sandaran dengan posisi kepala tegak, lengan dan tungkai rileks
serta dapat memberikan stabilitas yang baik. Posisi idealnya kursi yang baik untuk
duduk adalah yang dapat mendukung postur tubuh. Desain kursi terkadang
menjadi problema tersendiri karena pada kenyataannya postur tubuh yang
berbeda-beda sehingga sulit untuk mendesain kursi yang benar-benar
mengakomodasi kebutuhan masyarakat.
Berbagai pendapat telah dikemukakan tentang posisi duduk yang ergonomis
ketika duduk dikursi atau ditempat lain. Duduk yang benar yakni dengan
30
punggung lurus, bahu dan bokong di belakang menyetuh belakangan kursi. Lalu
bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah itu, tegakkan badan dan buat
lengkungan tubuh serta tahan beberapa detik lalu lepaskan posisi tersebut secara
ringan (sekitar 100). Duduklah dengan lutut tetap setinggi panggul dan kedua
tungkai sebaiknya tidak saling menyilang. Hindari duduk dan membungkukkan
badan kedepan dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit, segera luruskan
punggung dengan melakukan 10 kali gerakan membungkukkan badan selama
berdiri (Anonim, 2003). Bekerja dalam posisi duduk dengan sandaran yang tepat
memberikan keuntungan yakni kurangnya kelelahan pada kaki, terhindarnya
sikap-sikap yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi dan kurangnya
tingkat keperluan sirkulasi darah.
Arnita (2006), untuk kasus duduk dalam jangka waktu yang lama,
sebenarnya tubuh hanya bisa mentolerir tetap berdiri dengan satu posisi hanya
selama 20 menit. Jika lebih dari batas tersebut, perlahan-lahan elastisitas jaringan
akan berkurang dan akhirnya tekanan otot meningkat dan timbul rasa tidak
nyaman pada daerah punggung. Apabila otot-otot punggung tersebut menerima
beban statis saat duduk jangka waktu lama, maka dapat menyebabkan keluhan
berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon keluhan hingga kerusakan
inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculokeletal disorders
(MSDs) atau cidera pada sistem musculokeletal ( Lemasters,1996).
Selain itu tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat
duduk dari pada saat berdiri atau berbaring. Jika diumpamakan tekanan tersebut
100 %, maka cara duduk yang tegang atau kaku dapat menyebabkan tekanan
31
mencapai 140 % dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk kedepan
menyebabkan tekanan sampai 190 %. Sikap duduk yang tegang lebih banyak
memerlukan aktivitas kerja otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk
yang condong kedepan. Kenaikan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan
dalam lekukan tulang belakang yang terjadi pada saat duduk. Suatu keletihan dari
pinggul tidak akan timbul hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan
(Persendian Tulang Paha) sekitar 900 otot-otot lutut (hamstring) dan otot-otot
pada bagian belakang paha belakang dihubungkan sampai bagian belakang
pinggul dan menghasilkan suatu rotasi parsial dari pinggul (Pelvis) termasuk
tulang ekor (sacrum). Hal tersebut hanya menghasilkan sekitar 600 sampai 900
kelebihan putar pinggul dengan rotasi pada persendian tulang paha itu sendiri.
Oleh sebab itu perolehan 300 dari rotarsi pinggul (pelvis) searah dengan lekukan
tulang belakang kearah belakang (lordosis) dan bahkan memperkenalkan suatu
lekukan tulang belakang kearah depan (Kyposis). Dua bagian ruas tulang belakang
(lumbal) yaitu L4/L5 dan L5/S1 adalah yang paling sering dipengaruhi yang
termasuk dalam. Kiposis sering terjadi akibat sikap duduk terlalu kedepan.
Tekanan antar Stipped disc “ syndrome ruas tulang belakang akan meningkat pada
saat duduk jika dihubungkan oleh rata-rata degenerasi dari bagian tulang yang
saling bertekanan.
Peningkatan tekanan stressor pada punggung bawah (yakni pada kulit,
bantalan lemak, otot, ligamen, fasia, kapsul sendi, periosteum, tulang subkondral
dan dinding pembuluh darah) menimbulkan rangsangan pada nosiseptor. Dimana
nosiseptor akan melepaskan zat-zat kimia endogen yang akan mentransduksi
32
stimuli ini menjadi nyeri (nosiseptif) melalui mekanisme yang belum diketahui
dengan pasti. Ada 3 tipe kimia endogen untuk nyeri yakni : 1) yang menghasilkan
nyeri lokal secara langsung (misalnya bradiklinin, histamin, asetilkolin dan
kalium), 2) yang memfasilitasi nyeri dengan cara mensitisasi nosiseptor tanpa
menstimulasinya (misalnya prostaglandin, leukotrien, interleukin dan tromboksan)
dan 3) yang menghasilkan ekstravasasi neuropeptida misalnya bahan P dan
calsitonin generalated peptide (CGRP). Pelepasan bahan P dan neuropeptida
secara berlebihan akan membantu terjadinya efek priinflamasi di jaringan dan
akan menyebabkan inflamasi neurogenik yang dapat menjadi kontributor
terjadinya sindroma nyeri kronik (Tan JC, Horn SE, 1998).
Setelah melalui proses transduksi (rangsang noksius diubah menjadi
potensial listrik) dan transformasi (perubahan menjadi rentetan potensial aksi)
pada level reseptor, impuls nyeri akan ditransmisikan melalui serabut-serabut
yang berakhiran bebas dalam saraf tepi menuju ke kornu posterior / dorsalis
medula spinalis. Serabut afferent sensorik mencapai medula spinalis melalui
radiks posterior dan di sini serabut-serabut cenderung membentuk berkas-berkas
dan dimana berkas nyeri menempati bagian ventral dan akan membentuk sinaps.
Sinaps I berada di substansia gelati-nosa Rolandi (SG) dimana di daerah ini terjadi
suatu sistem rilei, yaitu suatu sistem kontrol yang disebut teori Kontrol Pintu
Gerbang / Gate Control Theory (Melzack and Wall, 1965). Menurut mereka
rangsangan terhadap serabut nosiseptor (A delta dan C) menyebabkan SG tidak
aktif sehingga gerbang terbuka dan ini memungkinkan impuls noksius diteruskan
ke sentral sehingga sensasi nyeri akan dirasakan. Apabila terjadi aktivitas pada
33
sel-sel interneuron di SG dengan kata lain SG menjadi aktif sehingga terjadi
peningkatan kontrol pre-sinapsis sehingga gerbang akan menutup yang berujung
terhinhibisinya transmisi impuls nyeri ke sistem sentral sehingga kualitas nyeri
akan menurun (Newton AR, 1990).
Kemudian dari medula spinalis, impuls nyeri selain ditransmisikan melalui
traktus spinotalamikus kontralateral ke nuklei talamikus lateralis dan medialis
juga melalui traktus spinoretikularis ke batang otak. Serat-serat yang bermielin (A
delta) me-relay stimuli nyeri ke neotalamus dan korteks somato-sensori dimana
kualitas nyeri mulai dapat didiskriminasikan dan letaknya dapat dilokalisasi
sehingga seseorang dapat segera menarik diri dari stimulus noksius. Di sisi lain
serta tipe C akan melakukan sejumlah kontak sinapsis di batang otak, otak tengah
dan sistem limbik kortikal. Karena sifatnya yang menetap serta tipe C terutama
bertanggung jawab atas perilaku yang terkondisi (conditioned behavior) dan
penghindaran yang dipelajari (learned avoidance). Tanggap rangsang afektif yang
bersifat negatif terhadap stimulus nyeri seringkali juga bisa terjadi seperti ansietas
yang meningkat, pelepasan stress hormone dan katekolamin (Tan JC dan Horn
SE, 1998). Serabut A delta dan C juga akan berhubungan dengan formatio
retikularis dimana dari sini akan muncul serabut efferent setrifugal ke arah bawah
yang memungkinkan terjadinya mekanisme inhibisi nyeri (descending pain
suppression system). Pusat-pusat di sini antara lain nukleus rafe, nukleus
retikularis dan periaquaductal grey matter (PAG) yang bisa dipacu untuk
menghasilkan endorfin dan enkepalin yang mempunyai pengaruh inhibisi
terhadap impuls nyeri.
34
Impuls nyeri yang menstimulasi sistem saraf simpatetik pada gilirannya
dapat meningkatkan kualitas nyeri, misalnya pada sympathetically maintened pain
(SMP) dan reflex sympathetic disthropy (RSD). Peningkatan tonus simpatik
menghasilkan vasokonstriksi perifer sehingga menimbulkan iskemik perifer yang
memperberat nyeri dan ini terjadi sebagai akibat impuls afferen nosiseptif yang
masuk secara terus menerus dan berulang-ulang sehingga sel-sel di kornu dorsalis
medula spinalis menjadi hipersensitif. Terminal saraf simpatetik akan melepaskan
norepinefrin yang mengaktivasi noiseptor sehingga memicu terjadinya impuls
nyeri (Tan HC, 1998). Selanjutnya impuls nyeri tersebut akan memicu respon
reflek spinal segmental yang menyebabkan spasme otot dan vasokonstriksi (Tan,
1998). Spasme otot yang terjadi di sini merupakan suatu mekanisme proteksi,
karena spasme otot akan membatasi gerakan sehingga dapat mencegah kerusakan
yang lebih ebrat, namun dengan adanya spasme otot ini, juga terjadi vasokontriksi
pembuluh darah yang menyebabkan iskemia dan sekaligus menjadi titik picu
(trigger point) terjadinya nyeri (Meliala & Pinzon, 2003). Nyeri gerak akibat
spasme otot punggung bawah ditandai dengan nyeri gerak seluruh daerah yang
bersangkutan, kehilangan ruang gerak kelompok otot yang bersangkutan (loss of
range of motion) dan terasa nyeri bila kelompok otot tersebut diregangkan
(Soedomo, 2002).
2.6. Reaksi Otot dan Bentuk Latihan
2.6.1. Cara Otot Melakukan Respon
Otot rangka manusia memiliki dua jenis syaraf penerima yang berbeda
urat syaraf receptors, yaitu muscle spindle dan Golgi tendon organs. Muscle
35
spindle merupakan struktur syaraf yang rumit terletak secara paralel di
sepanjang serat-serat otot. Muscle spindel dikenal sebagai otot intrafusal
karena letak struktur syaraf tertutup dalam perpaduan bentuk spindle yang
melebur. Golgi tendon organs (GTOs) terletak pada urat daging (tendons)
dekat dengan serat otot. Kedua syaraf otot tersebut merupakan inti dari
syaraf penerima yang berperan dalam peregangan. Muscle spindle berperan
dalam perubahan panjang ukuran otot dan mempengaruhi tingkat kecepatan
dari perubahan ukuran tersebut. Sedangkan GTOs berperan dalam
memberikan isyarat akan kekenyalan maupun kekuatan otot.
2.6.2. Refleks Meregang
Stretch Reflex (reflex meregang) merupakan suatu operasi dasar dari
sistem syaraf yang membantu menjaga kesehatan otot dan mencegah luka.
Stretch reflex dapat kita identifikasi pada saat otot diregangkan. Otot yang
sedang meregang, akan memanjang (menjadi lebih panjang) pada serat-serat
otot, yaitu serat-serat extrqfusal dan muscle spindles-nya. Perubahan bentuk
pada muscle spindles tersebut mengakibatkan terjadinya pembakaran pada
stretch reflex, kemudian terjadilah kontraksi pada otot.
2.6.3. Reciprocal Innervation
Otot-otot kita melakukan fungsinya secara berpasangan, oleh karena itu
pada saat kumpulan otot agonist dalam keadaan berkonstraksi maka otot
antagonist yang berlawanan dalam keadaan rileks. Pengelompokkan atau
penggolongan dari otot-otot yang saling berlawanan (agonist dan
antagonist) dinamakan Reciprocal Innervation. Contoh, pada saat
36
membengkokkan lengan pada daerah siku dengan mengkonstraksikan otot-
otot biceps, maka otot-otot triceps yang biasanya berperan meluruskan
lengan pada siku harus rileks. Apabila ini tidak terjadi, akibatnya kedua
bagian otot tersebut akan saling tarik-menarik dan akan menghambat
terjadinya gerakan. Demikian pula pada saat mencoba untuk meluruskan
(meregangkan) lengan, otot-otot biceps harus dalam keadaan rileks.
2.6.4. Inverse Myotatic Reflex
Inverse myotiatic reflex menyebabkan relaksasi pada otot-otot tak sadar
secara tiba-tiba ketika melakukan peregangan. GTOs diduga berperan
adanya reflex ini. Nama lain inverse myotatis reflex adalah autogenic
inhibition, lengthening raction, atau clasped-knife reflex.
Cara kerja GTOs adalah pada saat intensitas kontraksi otot atau kontraksi
peregangan pada tendon melampaui titik kritis tertentu, dengan segera
terjadi reflex untuk menghalangi kontraksi otot tersebut, sehingga saat itu
juga ketegangan otot menjadi berkurang. Reaksi tersebut hanya dapat terjadi
apabila rangsangan dari GTOs cukup memiliki kekuatan untuk menolak
rangsangan excitory dari muscle spindles. Relaksasi ini merupakan
mekanisme protektif, yaitu suatu instrumen pengaman yang digunakan
untuk mencegah cedera pada tendon dan otot.
Inverse myotatic reflex mempunyai dua implikasi dalam peregangan.
Pertama, ketika seseorang sedang mencoba mempertahankan posisi
meregang sehingga otot-otot benar-benar dalam keadaan tegang, sampai
mencapai titik batas yang dapat dijangkau di mana tegangan otot menyebar
37
pada daerah yang dapat dijangkau sehingga otot-otot dapat meregang lebih
jauh lagi. Kedua, dengan menggunakan strategi peregangan yang dinamakan
teknik contracr rilex, maka relaksasi dapat diperoleh pada otot yang sedang
diregangkan.
2.7. Back Exercise
Back exercise mempunyai manfaat untuk memperkuat otot-otot perut dan
otot-otot punggung sehingga tubuh dalam keadaan tegak secara fisiologis. Back
exercise yang dilakukan secara baik dan benar dalam waktu yang relatif lama
akan meningkatkan kekuatan otot secara aktif sehingga disebut stabilisasi aktif.
Peningkatan kekuatan otot juga mempunyai efek peningkatan daya tahan tubuh
terhadap perubahan gerakan atau pembebanan secara statis dan dinamis.
Back exercise juga akan memperbaiki sistem peredaran darah sehingga
mengatasi terjadinya pembengkakan yang dapat mengganggu gerakan dan fungsi
sendi. Back exercise juga akan mengurangi nyeri melalui mekanisme gerbang
kontrol dan pengurangan nyeri melalui Beta endorpin. Umumnya perbaikan nyeri
tidak terdapat pada keseluruhan latihan dan kemungkinan tidak dapat berperan
dalam pengurangan nyeri pada latihan punggung bawah (Borenstein & David,
1989).
Prinsip latihan pada penderita nyeri punggung bawah muskuloskeletal.
a. Memperbaiki postur tubuh, mengurangi hiper lordosis lumbal.
b. Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan
mekanik tulang belakang.
38
Sehingga sesuai dengan sikap standar yang didefinisikan oleh Posture
Committee of the American Academy of Orthopaedic Surgery (1947), "Skeletal
aligment sebagai bagian dari tubuh yang seimbang yang melindungi struktur
penyokong tubuh dari trauma dan deformitas yang progresif." Definisi skeletal
alignment adalah tidak hanya meliputi kolumna vertebralis saja tetapi juga semua
komponen muskuloskeletal yang berhubungan dengan kolumna vertebralis.
Tubuh yang tegak memiliki 4 kelengkungan yang harus seimbang pada pusat gaya
berat. Oleh karena itu komposisi fisiologi dan pengaturannya tubuh harus
disokong oleh tekanan dan pengeluaran energi yang minimal. Kepala harus
disokong pada pusat gaya berat struktur vertebra dan kedua kaki. Semua
kelengkungan kolumna vertebralis dan sudut yang dibentuk oleh struktur ekstra
vertebra harus dipusatkan pada pusat gaya berat hal ini diperoleh dengan kekuatan
otot yang berimbang.
Sedangkan secara operasional pemberian latihan penguatan otot punggung
bawah ditujukan untuk :
a. Memperkuat otot-otot fleksor lumbosakral terutama otot dinding abdomen dan
otot gluteus.
b. Mengurang ketegangan otot.
c. Meregangkan otot-otot yang memendek terutama otot-otot ekstensor
punggung, otot hamstring dan otot quadratus lumborum.
d. Mengurangi gaya yang bekerja pada tulang punggung dengan cara
mengurangi beban badan dan koreksi postur.
39
Back Exercise yang saya lakukan adalah konbinasi dari William Flexion
Exercise (latihan ini lebih banyak pengukuran punggung) dan Mc Kenzie Exercise
(latihan penguatan ekstensi).
Bentuk program latihan yang lazim diberikan kepada penderita dengan
keluhan nyeri punggung bawah di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lain
biasanya bersifat latihan gentle atau hati-hati, yaitu dilakukan secara "pasif",
artinya gerakan-gerakan tubuh dalam latihan tersebut dilakukan oleh terapis.
Namun program latihan dapat diberikan dan dilakukan secara aktif oleh penderita
sendiri seperti gerakan-gerakan dalam senam, di sini peneliti mengemukakan 2
metode latihan yang ditujukan secara khusus yang melibatkan otot-otot punggung
bawah yaitu latihan metode William dan latihan metode Mc.Kenzie. Untuk
mendapatkan hasil yang baik, Back Exercise sebaiknya dilakukan selamat 30
menit dengan 3 kali perminggu dan tidak boleh ada istirahat.
2.7.1. Latihan Metode William’s Flexion Exercise
2.7.1.1. Pengertian Metode William’s flexion exercie
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Dr. Paul William’s pada
tahun 1937 (Knudsen, 2003). Tujuan dari William’s flexion exercise ini adalah
untuk mengurangi tekanan oleh beban tubuh pada sendi faset (articular weight
bearing stress) dan meregangkan otot dan fasia di daerah dorsolumbal. Serta
bermanfaat mengkoreksi postur tubuh yang salah (Hills, 2006). William’s flexion
exercise ini juga dapat meningkatkan stabilitas lumbal karena secara aktif melatih
otot-otot abdominal, gluteus maksimus dan hamstring. Disamping itu William’s
flexion exercise dapat meningkatkan tekanan intra abdominal yang mendorong
40
kolumna vertebralis ke arah belakang, dengan demikian akan membantu
mengurangi hiperlordosis lumbal dan mengurangi tekanan pada diskus
intervertebralis (Hooper, 1999). Secara teoritis, William’s flexion exercise ini
dapat membantu mengurangi nyeri dengan cara mengurangi gaya kompresi pada
sendi facet, dan meregangkan flexor hip dan ekstensor lumbal (Weinsten, 1998).
Kontraindikasi dari William’s flexion exercise ini adalah sebagai berikut :
instabilitas atau hipermobilitas segmental dari kolumna vertebralis lumbal,
misalnya pada keadaan spondilosis, spondilolistesis dan disfungsi sendi facet,
hernia diskus; penjalaran nyeri ke tungkai bawah (nyeri radikuler). Latihan ini
meningkat tekanan intra abdominalis, maka sebaiknya latihan ini dilakukan secara
hati-hati bahkan dihindari pada pasien dengan gangguan kadiovaskuler seperti
hipertensi yang tidak terkontrol, riwayat infak miokard akut dan stroke (Tan,
2006). ;
2.7.1.2. Macam latihan William’s flexion exercise antara lain :
1. Pelving tilting
Posisi pasien berbaring terlentang dengan posisi kedua lutut fleksi dan
posisi kaki datar diatas matras. Tekan atau luruskan punggung ke arah matras.
Gerakan ini dipertahankan selama 10 detik. Latihan ini bertujuan untuk
menguatkan otot-otot abdominal dan memobilisasi lumbal bagian bawah.
41
Gambar 2.4. Pelvic tilting (Dokumentasi Pribadi)
2. Single knee to chest
Posisi pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi dan kedua kaki
datar di atas matras. Secara perlahan, tarik lutut kanan dengan kedua tangan
sejauh mungkin mendekati dada dan pertahankan selama 10 detik. Kemudian
kembali ke posisi semula secara perlahan lahan dan ulangi gerakan yang sama
untuk lutut kiri. Latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot abdominal dan untuk
rileksasi back muscle secara unilateral.
Gambar 2.5. Single knee to chest (Dokumentasi Pribadi)
42
3. Double knee to chest
Pada awal seperti pada gerakan pertama dan kedua, namun sekarang
gerakan kedua lutut ditarik bersama sama dengan kedua tangan kearah dada
semaksimal mungkin. Pertahankan selama 10 detik dan kemudian kembali ke
posisi awal secara perlahan lahan. Latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot
abdominal dan untuk rileksasi back muscle secara bilateral.
Gambar 2.6. Double knee to chest (Dokumentasi Pribadi)
4. Partial sit up
Lakukan gerakan pelvic tilting dan pada saat bersamaan naikkan kepala,
leher, dan bahu dari matras. Pertahankan dalam waktu 10 detik dan kemudian
kembali perlahan ke posisi semula. Latihan ini bertujuan menguatkan otot-otot
abdominal.
43
Gambar 2.7. Partial sit up (Dokumentasi Pribadi)
5. Hamstring stretch
Berbaring telentang dengan kedua tungkai lurus, kemudian salah satu
tungkai diangkat dalam posisi lutut lurus mengarah lurus ke atas, kedua tangan
menopang pada bagian belakang paha, pertahankan selama 10 detik, kemudian
perlahan lahan tungkai turun ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama untuk
tungkai yang lain. Latihan ini bertujuan untuk meregangkan otot punggung bawah
dan hamstring yang memendek.
Gambar 2.8. Stretch Hamstring
44
6. Squat
Posisi berdiri dengan punggung lurus dan kedua lengan diluruskan ke
depan. Posisi kedua kaki sejajar. Kemudian perlahan-lahan jongkok, dengan
kedua lengan masih lurus ke depan. Pertahankan 10 detik. Latihan ini bertujuan
untuk menguatkan otot quadriceps.
Gambar 2.9. Squad (Dokumentasi Pribadi)
2.7.1.3. Mekanisme William’s flexion exercise dalam meningkatkan KPDD.
William’s flexion exercise merupakan suatu latihan dengan tujuan untuk
mengulur otot-otot bagian posterior dan juga meningkatkan kekuatan otot
abdominal. Dengan terulurnya golgi tendon dan muscle spindle maka diharapkan
terjadi efek rileksasi. Adanya rileksasi pada otot-otot daerah dorsal punggung
diharapkan akan mempermudah pasien dalam melakukan aktifitas yang dengan
kata lain ketika KPDD tidak terganggu, maka aktifitas fungsinya salah satunya
aktifitas duduk akan kembali normal.
45
2.7.2. Latihan Metode Mc. Kenzie
2.7.2.1. Pengertian Latihan Metode Mc.Kenzie
Latihan metode Mc.Kenzie merupakan suatu teknik latihan dengan
menggunakan gerakan badan terutama kebelakang/ekstensi, biasanya digunakan
untuk penguatan dan rileksasi otot-otot ekstensor dan fleksor sendi lumbosacralis
dan dapat mengurangi nyeri. Latihan ini diciptakan oleh Robin Mc.Kenzie, yang
terdiri dari 5 (lima) gerakan. Latihan Mc.Kenzie menekankan peranan aktif pasien
didalam melakukan program terapi guna mendapatkan perbaikan/penyembuhan
yang maksimal. Robin Mc.Kenzie memberikan argumentasi yang terkenal yaitu
“adanya kekuatan yang cukup untuk menimbulkan stress atau menyebabkan
terjadinya perubahan posisi pada mobile segment. Yang berujung pada terjadinya
ketengangan otot dan hambatan gerak hanya dapat diatasi apabila stress atau
perubahan posisi mobile segmen dapat dihilangkan”.
2.7.2.2. Macam latihan Metode Mc.Kenzie antara lain :
1. Prone lying
Posisi telungkup dengan kedua tangan sejajar badan dan kepala menoleh
kesamping. Atur pernafasan lalu pertahankan posisi selama 5-10 menit sampai
pasien rileks. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah sehingga
tercapai rileksasi otot-otot back ekstensor.
Gambar 2.10. Prone lying (Dokumentasi Pribadi)
46
2. Prone lying on elbows
Posisi telungkup dengan melipat kedua siku untuk bertumpuna badan,
pandangan lurus kedepan dan diikuti dengan mengatur pernapasan lalu
pertahankan posisi selama 5-10 menit sampai pasien merasa rileks. Latihan ini
bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah sehingga tercapai rileksasi otot
ekstensor.
Gambar 2.11 Prone lying on elbows (Dokumentasi Pribadi)
3. Prone press-ups
Posisi telungkup dengan posisi tangan seperti push up lalu gerakan tekan
matras atau lantai dengan pinggang badan terangkat ke atas, usahakan pelvis dan
kedua lutut tetap menempel pada lantai, pertahankan gerakan selama 6 detik.
Latihan ini bertujuan untuk menambah gerak sendi, memulihkan mobilitas dan
fungsi lumbal sehingga nyeri dapat berkurang.
47
Gambar 2.12. Prone press-ups (Dokumentasi Pribadi)
4. Progressive extension with pillows
Posisi ini hampir sama dengan latihan prone lying on elbows, untuk latihan
ada penambahan bantal di bawah bawah dada, jika tidak sakit tambahkan bantal
kedua setelah beberapa menit. Pertahankan gerakan selama 10 menit dan untuk
kembali ke posisi awal bantal kurangi bantal satu per satu. Latihan ini bertujuan
untuk menambah gerak sendi dan memulihkan mobilitas fungsi lumbal sehingga
nyeri berkurang.
Gambar 2.13. Progressive extension with pillows (Dokumentasi Pribadi)
48
5. Standing Ekstension
Posisi berdiri tegak, kaki agak terbuka dan kedua tangan diletakkan
dipinggang, jari terbuka kebelakang lalu ekstensikan badan kebelakang sejauh
pasien dan pertahankan posisi selama 6 detik. Latihan ini bertujuan untuk
mengambah gerak sendi dan memulihkan mobilitas dan fungsi lumbal.
Gambar 2.14. Standing ekstension
2.7.2.3. Mekanisme Mc.Kenzie dalam meningkatkan KPDD.
Aplikasi metode Mc.Kenzie dapat meningkatkan KPDD dikarenakan pada
posisi ekstensi akan diperoleh peregangan pada jaringan lunak bagian anterior
yaitu ligament longitudinal anterior sehingga akan mengembaikan posisi spine
pada posisi ekstensi. Hal ini merupakan suatu counter posisi yang menimbulkan
dorongan fiskus ke posterior. Pada otot yang mengalami ketegangan/spasme akan
terjadi rileksasi oleh peregangan yang intermiten dan kontinyu terhadap otot-
antagonis pelemasan ini terjadi karena adanya peregangan yang akan
49
merangasang golgi tendon sehingga terjadi reflek rileksasi otot yang bersangkutan
dan peregangan intermiten akan memperbaiki mikrosirkulasi oleh pumping action
sehingga mengurangi iritasi pada saraf afferent yang menimbulkan peningkatan
tonus otot. Selanjutnya akan terjadi penekanan diskus ke sisi posterior sehingga
akan didapat gaya tangensial yang mendorong nucleus ke ventral. Akibat adanya
gerakan dinamis ekstensi yang dilakukan berulang maka dapat meningkatkan
cairan diskus dan corpus yang kemudian akan menurunkan viscositas nucleus
pulposus yang dapat mobilisasi atau mereposisi nucleus ke posisi anterior dan
dapat mengurangi iritasi terhadap jaringan sekitarnya.
2.8. Senam Yoga
2.8.1. Definisi Yoga
Yoga adalah sebuah ilmu pengetahuan kuno yang berakar dari filosofi
Hindu dan bersifat pantheisme (kepercayaan bahwa seluruh alam semesta dan
isinya bersifat ilahi). Ilmu ini sangat kompleks dan membicarakan banyak aspek
dari manusia, mulai dari tataran fisikal hingga ke tataran spiritual. Praktisi
yoga (kerap disebut yogi) diharapkan menggapai pencerahan paripurna
(Brahman) yaitu pengetahuan manusia akan hakekat dirinya yang sejati dimana
dia menyadari dan menghidupi dirinya sebagai bagian dari continuum semesta.
Ketika seorang manusia telah hidup pada tataran spiritual maka ia disebut telah
mencapai Brahman (Universal Mind), telah menggapai pencerahan paripurna atau
Enlightenment (anneahira 2014).
Perlu juga diketahui bahwa ilmu pengetahuan ini telah mengalami fusi
dengan masyarakat dunia barat yang rata-rata menganut materialisme
50
(kepercayaan bahwa physical matter adalah satu-satunya keniscayaan) dan atheis
(tidak mengakui adanya konsep ketuhanan). Para yoga yang seperti ini bertujuan
mencapai kesempurnaan pengetahuan akan diri dan mendapatkan hidup yang
berkualitas, alih-alih mencapai Brahman. Hidup yang berkualitas adalah
mendapatkan tubuh yang sehat dan pikiran yang positif.
Ada banyak aliran dari yoga, namun ketika diperkenalkan di Amerika
Serikat, hatha yoga aliran yang lebih banyak diapresiasi dan kemudian
berkembang amat pesat. Menurut survei yang dilakukan The Wall Street Journal
dan NBC, pada 1998 ada 18 juta warga Amerika Serikat yang menjadi praktisi
yoga aktif. Jumlah yang terus berkembang hingga sekarang.
2.8.2. Jenis – jenis Yoga
Sejak awal pembentukannya, ada Sembilan bentuk aliran yoga yang
disesuaikan khusus dengan kebutuhannya, antara lain :
1) Jhana yoga (penyatuan melalui ilmu pengetahuan).
2) Karma yoga (penyatuan melalui pelayanan ssosial terhadap sesama
manusia).
3) Bhakti yoga (penyatuan melalui bakti terhadap Tuhan).
4) Yantra yoga (penyatuan melalui pembuatan bisual/mandala).
5) Mantra yoga (penyatuan melalui suara dan bunyi).
6) Kundalini yoga (penyatuan melalui pembangkitan energy kundalini –
the colling serpent chakra dasar).
7) Hatha yoga (penyatuan melalui penguasaan tubuh dan napas).
8) Raja yoga (penyatuan melalui penguasaan pikiran dan mental).
51
Yang paling banyak di lakukan saat ini ada Hatha yoga. Hatha yoga
berfokus pada teknik asana (postur), pranayama (olah napas), bandha (kuncian),
mudra (gestur), serta rileksasi yang mendalam. Hatha yoga sebenarnya
menyiapkan manusia di aspek fisikal agar aspek-aspek lain dari manusia dapat
dibenahi dengan mudah. Dengan mengolah tubuhnya, manusia memperoleh
kesehatan fisik juga ketajaman dan ketenangan bathin/pikiran Kombinasi dari
fisik yang sehat dan bathin yang terjaga menghasilkan watak dan karakter yang
kokoh dan mantap. Individu yang seperti inilah yang siap untuk hidup dalam
dimensi spiritualitas yang lebih tinggi. Namun proses untuk mencapai hal tersebut
tidak mudah. Selama tubuh seorang manusia belum berada pada keseimbangan
yang sempurna, maka energi bathin terus menerus terbuang percuma dan
kesadarannya selalu terjaga dalam tingkat energi yang rendah. Jadi Hatha
yoga mempersiapkan manusia agar harmonis di tingkat fisikal sehingga ia dapat
membawa dan mengarahkan dirinya sendiri ke level kesadaran yang lebih tinggi.
Berbagai macam gerakan yang disertai cara bernapas yang benar dipercaya dapat
meningkatkan kekuatan dan kelenturan, meredakan ketegangan, serta memberikan
energi baru pada tubuh.
2.8.3. Gerakan Yoga
Adapaun Gerakan Yoga untuk mengurangi nyeri punggung bawah adalah
sebagai berikut :
52
1. Supine Hamstring Stretch.
Tahap Pelaksanaan : berbaring terlentang lalu tekuk lutut kanan dan
ikatkan tali atau gulung handuk di telapak kaki kemudian luruskan kaki kanan ke
atas dan tahan selama 3-5 menit lakukan secara bergantian.
Gambar 2.15. Supine Hamstring Stretch (Dokumentasi Pribadi)
2. Cat Pose
Tahap pelaksanaan : Posisikan badan seperti merangkak, telapak tangan
sejajar dengan bahu lalu posisi kaki sejajar dengan kedua tangan dan telapak kaki
menghadap ke atas kemudian lengkungkan punggung dan tahan posisi selama 3
menit.
Gambar 2.16. Cat Pose (Dokumentasi Pribadi)
53
3. Sphinx
Tahap pelaksanaan : Berbaring dengan perut menempel di lantai atau
matras, sangga tubuh bagian atas dengan lengan tangan dan letakkan siku sejajar
dengan bahu dan tahan posisi ini selama 1-3 menit.
Gambar 2.17. Sphinx (Dokumentasi Pribadi)
4. Locust Post
Tahap pelaksanaan : Berbaring dan posisi kaki sejajar dengan punggung
sementara lengan letakkan di samping tubuh lalu angkat kaki dan kepala ke atas
dan lakukan setinggi yang Anda mampu. Tahan posisi ini 1 menit.
Gambar 2.18. Locust Post (Dokumentasi Pribadi)
54
5. Bow Post
Tahap pelaksanaan : Berbaring di lantai lalu tarik tangan ke belakang
sambil memegang telapak kaki, lalu Angkat dada sambil paha tetap menempel di
lantai. Tahan posisi ini selama 15-20 detik.
Gambar 2.19. Bow Post (Dokumentasi Pribadi)
6. Flank Stretch
Tahap pelaksanaan : Berdiri dengan kaki melebar lalu tekuk kaki kanan
membentuk sudut 90 derajat, kaki kiri tetap lurus mengikuti tuuh yang condong
ke kanan, Tarik napas dan angkat tangan kiri selaras dengan posisi kaki kiri lalu
tahan beberapa detik hingga merasakan peregangan di tubuh bagian kiri lalu
ulangi untuk sisi kanan.
55
Gambar 2.20. Flank Stretch (Dokumentasi Pribadi)
7. Pigeon Pose
Tahap pelaksanaan : Duduk dengan posisi bersila, luruskan kaki kiri ke
belakang dan kaki kanan tetap di depan lalu bungkukan badan sedikit ke depan,
Biarkan beban tubuh bertumpu pada kaki kanan.
Gambar 2.21. Pigeon Pose (Dokumentasi Pribadi)
56
8. Leg Up Wall
Tahap pelaksanaan : Rebahkan tubuh di lantai dan kedua tangan di sisi
tubuh lalu angkat kedua kaki ke atas dan sandarkan tembok, Tahan 2-3 menit.
Gambar 2.22. Leg Up Wall
2.8.4. Manfaat latihan senam yoga
Senam Yoga yang dilakukan diatas mengutamakan perbaikan, perbaikaan
kualitas struktur tubuh, mengurangi ketegangan, dan rileksasi. Latihan yoga yang
dilakukan secara rutin memang memberikan sensasi sedikit menyakitkan pada
beberapa bagian tubuh, namun sebenarnya membuat seseorang memiliki
kesadaran dan kemampuan untuk menguasai tubuhnya menjadi lebih baik. Untuk
mendapatkan hasil yang baik, yoga sebaiknya dilakukan selamat 30 menit dengan
3 kali perminggu dan tidak boleh ada istirahat.
Karena banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari berbagai postur
yoga inilah maka makin banyak dokter yang merekomendasikan yoga kepada para
pasiennya. Kemajuan ilmu kedokteran modern juga membantu yoga dengan
mengadakan penelitian intensif tentang efek therapeutic yoga dan hasilnya banyak
57
dipublikasikan di jurnal-jurnal medis. Senam Yoga juga dapat membantu proses
penyembuhan dari masalah-masalah emosional dan mental. Banyak sekali praktisi
yang melaporkan kondisi emosionalnya jauh membaik setelah ia rutin beryoga..
Yoga merupakan ilmu pengetahuan kuno yang melihat manusia sebagai mahluk
multi aspek/dimensi. Manusia tidak hanya eksis di tataran fisikal saja, ia juga
eksis di tataran mental, emosional, dan spiritual.
Keterkaitan tubuh dan jiwa dipengaruhi oleh kelenjar endokrin, yaitu
kelenjar yang mengatur efektivitas kerja tubuh yang rumit dengan mengaktifkan
kelenjar-kelenjar tertentu untuk mengeluarkan hormon ke dalam aliran darah.
Hormon-hormon ini mempunyai bermacam-macam efek, tidak hanya terhadap
fungsi-fungsi tubuh, seperti pertumbuhan, pencernaan, pemanasan, energi, seks
dan lain-lain, tetapi juga berpengaruh terhadap pikiran. Putus asa, rasa tak
berdaya, marah, atau cemburu adalah emosi-emsoi negatif yang dihasilkan dari
pikiran-pikiran negatif yang menciptakan ketidakseimbangan hormon dan
mengakibatkan bertambahnya produksi sel-sel abnormal. Inilah asal mula
timbulnya penyakit. Sebaliknya, perasaan yang positif akan menghasilkan hal-hal
positif pula. Karena itulah dalam yoga, selain mengolah aspek fisik, nafas pun
diolah karena nafas adalah jembatan antara tubuh dan pikiran. Pikiran juga tak
luput diolah dan diberdayakan melalui meditasi. Pada aspek emosi adalah buah
dari pikiran yang diolah dengan baik mampu menciptakan emosi yang baik dan
positif pula. Mendapatkan emosi yang baik maka nafas menjadi lebih dalam dan
relaks, tubuh pun merespon dengan mengeluarkan hormon-hormon dengan lancar
sehingga seluruh sistem tubuh bekerja dengan baik. Ini adalah manfaat yang dapat
58
diperoleh dari yoga dan akhirnya keseimbangan yang sempurna antara mind dan
body (Anneahira 2014).
2.8.5. Mekanisme latihan yoga dapat meningkatkan KPDD
Aplikasi latihan yoga dapat meningkatkan KPDD dikarenakan pada posisi
latihan ini akan diperoleh peregangan otot-otot bagian posterior yang akan
meningkatkan kekuatan otot abdominal dan ekstensor bagian anterior yaitu
ligament longitudinal anterior sehingga akan mengembalikan posisi spine pada
posisi ekstensi. Pada otot yang mengalami ketegangan/spasme akan terjadi
rileksasi oleh peregangan yang kontinyu terhadap otot antagonis pelemasan ini
terjadi karena adanya peregangan yang akan merangsang golgi tendon sehingga
terhadi reflek rileksasi otot yang bersangkutan dan peregangan kontinyu akan
memperbaiki mikrosirkulasi oleh pumping action sehinggka mengurangi iritasi
pada saraf afferent yang menimbulkan peningkatan tonus otot. Selanjutnya akan
terjadi penekanan diskus ke sisi posterior sehingga akan didapat gaya tangensial
yang mendorong nucleus ke ventral. Akibat adanya gerakan dinamis ekstensi yang
dilakukan berulang maka dapat meningkatkan cairan diskus dan corpus yang
kemudian akan menurunkan viscositas nucleus pulposus yang dapat mobilisasi
atau mereposisi nucleus ke posisi anterior dan dapat mengurangi iritasi terhadap
jaringan sekitarnya. Dengan adanya efek rileksasi yang terjadi diharapkan akan
mempermudah pasien dalam melakukan aktifitasnya. Dengan kata lain KPDD
tidak akan terganggu dan aktifitas duduk akan kembali normal (Jason & Malcoll,
2007).