Upload
truongthuan
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Malaria
2.1.1 Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan
oleh protozoa genus Plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan
pembesaran limpa. Penyakit ini adalah penyakit yang serius bahkan bisa
mematikan (Tapan, 2004 : 101).
Malaria adalah suatu infeksi sel darah merah oleh Plasmoduim (Mahdiana,
2010 : 120).
Menurut Najera-Morrondo, 1991 dalam buku Gould, 2003 : 321 Malaria
adalah suatu penyakit yang sudah ada sejak jaman dahulu dan disebabkan oleh
parasit protozoa yang termasuk dalam genus Plasmodium.
2.1.2 Epidemiologi Malaria
Epidemiologi malaria adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran
malaria dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam masyarakat. Dalam
epidemiologi selalu ada 3 faktor yang diselidiki : host (manusia sebagai host
intermediate dan nyamuk sebagai host definitive), agent (penyebab penyakit
malaria, plasmodium), environment (lingkungan).
7
8
Host
Agent Environment
Gambar 2.1
Segitiga Epidemiologi
1) Agent (Parasit Malaria)
Penyebab malaria adalah Genus Plasmodia Famili Plamodiidae dan Ordo
Coccidiida dan di Indonesia sampai saat ini ada 4 spesies parasit malaria yang
diketahui (Depkes RI, 2001) :
a) Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika yang sering
menyebabkan malaria yang berat hingga menyebabkan kematian.
b) Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana.
c) Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana.
d) Plasmodium ovale (jarang dijumpai), umumnya di Afrika.
2) Host (Pejamu)
a) Manusia (Host intermediate)
Penyakit malaria dapat mengidentifikasi setiap manusia, ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi manusia sebagai pejamu penyakit
malaria antara lain : usia atau umur, jenis kelamin, imunitas, rasa tau
suku bangsa, status gizi, sosial ekonomi (Susana, 2010 : 18).
9
b) Nyamuk (Host definitif)
Nyamuk Anopheles yang menghisap darah hanya nyamuk Anopheles
betina. Darah diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Perilaku
nyamuk sangat menentukan dalam proses penularan malaria.
3) Environment (Lingkungan)
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan
nyamuk berada sehingga memungkinkan terjadinya penularan malaria indigenous
(setempat) terjadinya penularan malaria disebabkan antara lain oleh faktor
lingkungan yang kondusif sebagai tempat perindukan nyamuk malaria (Susana,
2010 : 22).
Faktor lingkungan mempunyai peranan yang besar sesudah perilaku
manusia dalam memerankan kesehatan. Lingkungan vektor adalah keadaan
lingkungan dimana vektor dapat berkembang biak dengan baik (Susana, 2010 :
53).
a) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik dibedakan antara cuaca dan iklim. Cuaca
didefinisikan sebagai fluktasi yang besar di atmosfer dari jam ke jam
atau hari ke hari sedangkan iklim adalah rata-rata cuaca yang
dideskripsikan dalam hubungan dengan rata-rata dan kuantitas statistic
lainnya yang mengukur variasi selama satu periode waktu untuk suhu
daerah geografis. Unsur iklim antara lain suhu udara, suhu air,
kelembapan udara, hujan, angin, cahaya matahari, ketinggian, arus air
(Susana, 2010 : 53).
10
b) Lingkungan kimia
Sifat-sifat lingkungan kimia berpengaruh terhadap kepadatan vektor
antara lain derajat keasaman air, salinitas, kekeruhan/turbiditas bebas
(CO2), oksigen terlarut (DO) dan tegangan permukaan (Susana, 2010 :
61).
c) Lingkungan biologik
Berbagai jenis tumbuhan seperti bakau, lumut, ganggang, dan berbagai
jenis tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia
dapat mengahalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari
serangan makhluk hidup lain. Adanya berbagai jenis ikan pemakan
larva seperti ikan kepala timah, ikan nila, dll akan mempengaruhi
populasi nyamuk disuatu daerah (Susana, 2010 : 63).
d) Lingkungan sosial budaya
Faktor sosial memegang peranan yang penting dalam penularan
malaria. Pembangunan bendungan, penambangan timah, dan
pembukaan tempat pemukiman baru adalah beberapa contoh kegiatan
pembangunan yang sering menimbulkan perubahan lingkungan yang
menguntungkan bagi nyamuk Anopheles (Susana, 2010 : 65).
Faktor ini besar pengaruhnya dibandingkan dnegan faktor lainnya.
Kebiasaan berada diluar rumah sampai larut malam dimana vektornya
lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah
gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa pada rumah dan
penggunaan zat penolak nyamuk yang intensitasnya berbeda sesuai
11
dengan perbedaan status social masyarakat, akan mempengaruhi angka
kesakitan malaria. Faktor yang cukup penting adalah pandangan atau
persepsi masyarakat terhadap penyakit malaria, papabila malaria
dianggap sebagai suatu kebutuhan untuk diatasi, upaya untuk
menyehatkan lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat. Dampak
dari laju pembangunan yang kian cepat adalah timbulnya tempat
perindukan buatan manusia itu sendiri, seperti tempat pemukiman
baru, pembangunan bendungan, penambangan timah dan emas yang
menimbulkan perubahan lingkungan yang menguntungkan bagi
nyamuk malaria (Depkes RI, 1999).
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi
1. Tempat peristirahat vektor
Seperti halnya tempat perkembangbiakkan vektor, maka tempat
peristirahatan vektor juga secara tidak langsung akan berpengaruh
terhadap kejadian malaria. Pada umumnya vektor malaria akan lebih
senang beristirahat pada tempat yang teduh, lembab dan aman
(Depkes, 1999).
2. Tempat berkembang biak vektor
Tempat berkembang biak nyamuk Anopheles adalah genangan-
genangan air, baik air tawar, maupun air payau, tergantung dari jenis
nyamuknya, air itu tidak boleh tercemar atau terpolusi dan selalu
berhubungan dengan tanah (Depkes, 1999).
12
3. Tempat makan vektor
Ternak besar seperti sapi dan babi dapat mengurangi gigitan nyamuk
pada manusia, apabila kandang hewan tersebut diletakkan diluar
rumah tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah ((Depkes, 1999).
4. Perilaku masyarakat
Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan
mempengaruhi kesetiaan masyarakat untuk memberantas malaria
antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu,
kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk (Harijanto
P.H, 2000).
Menurut Budarja, perilaku penggunaan obat anti nyamuk pada saat
tidur malam dapat memberikan dampak atau pengaruh terhadap
kejadian malaria.
2.1.4 Gejala Malaria
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 10-35 hari setelah parasit
masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. Gejala awalnya seringkali
berupa demam ringan yang hilang-timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil,
bersamaan dengan perasaan tidak enak badan (Malaise). Kadang gejalanya
diawali dengan menggigil yang diikuti oleh demam. Gejala ini berlangsung
selama 2-3 hari dan sering diduga sebagi gejala flu (Mahdiana, 2010 : 122).
Gejala berikutnya dan pola penyakitnya pada keempat jenis malaria ini
berbeda :
13
Pada malaria falciparum bisa terjadi kelainan fungsi otak, yaitu yaitu suatu
komplikasi yang disebut malaria serebral. Gejalanya demam minimal 40°C, sakit
kepala hebat, mengantuk, mengigau (delirium) dan linglung (Mahdiana, 2010 :
122).
Gejalanya adalah apati, sakit kepala yang timbul secara periodik, merasa
tidak enak badan, nafsu makan berkurang, disertai serangan menggigil dan
demam. Gejala tersebut sifatnya lebih ringan dan serangannya berlangsung
pendek dari serangan pertama (Mahdiana, 2010 : 122).
Blackwater fever adalah suatu komplikasi malaria yang jarang terjadi.
Demam ini timbul akibat pecahnya sejumlah sel darah merah. Blackwater fever
hamper selalu terjadi pada penderita malaria falciparum menahun, terutama yang
mendapatkan pengobatan kuinin (Mahdiana, 2010 : 122).
Gejala dan pola malaria :
1) Malaria vivax dan ovale
Serangan bisa dimulai secara samar-samar dengan menggigil diikuti
berkeringat dan demam yang hilang-timbul. Dalam 1 minggu terjadi sakit kepala
atau rasa tidak enak badan yang diikuti menggigil. Demam berlangsung selama 1-
8 jam. Pada malaria vivax serangan berikutnya cenderung terjadi selama 48 jam.
2) Malaria falciparum
Serangan bisa diawali dengan menggigil. Suhu tubuh naik secara bertahap
kemudian tiba-tiba turun. Serangan bisa berlangsung selama 20-36 jam. Penderita
tampak lebih sakit dibandingkan malaria vivax serta sakit kepalanya hebat. Pada
malaria falciparum terjadi kelainan fungsi otak yang bisa berakibat fatal.
14
3) Malaria malariae
Serangan seringkali dimulai secara samar-samar. Seranganya menyerupai
malaria vivax dengan selang waktu antara 2 serangan adalah 72 jam (Mahdiana,
2010 : 123).
2.1.5 Cara Penularan Malaria
Cara penualaran diawali dari adanya nyamuk Anopheles yang menggigit
penderita malaria, menyebabkan parasit malaria (Gametosit) yang ada dalam
tubuh penderita. Nyamuk Anopheles yang menghisap darah (menggigit) adalah
nyamuk Anopheles betina. Nyamuk yang telah menghisap darah penderita akan
terinfeksi oleh parasit malaria. Selanjutnya nyamuk nyang mengandung parasit
tersebut kemudian menggigit orang sehat. Akibatnya orang sehat yang digigit
nyamuk yang sudah terinfeksi parasit akan sakit malaria karena pada saat digigit,
parasit malaria (sporozoit) yang ada dalam tubuh nyamuk akan masuk ke dalam
darah manusia yang digigit (Susana, 2010 : 25).
Anopheles 1 Menggigit penderita malaria
4 2
Anopheles 3 Anopheles
menggigit mengandung parasit
Orang sehat
Gambar 2.2
Cara Penularan Penyakit Malaria
15
Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara yaitu secara alamiah dan non
alamiah. Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk Anopheles
betina yang mengandung parasit malaria (Prabowo, 2004).
Malaria jarang bisa menyebar dengan onkulasi darah dari orang yang
terinfeksi ke orang sehat (Susana, 2010 : 29).
1) Penularan secara alamiah (natural infection)
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles. Saat menggigit
nyamuk mengeluarkan sporozoit yang masuk ke peredaran darah tubuh manusia
sampai sel-sel hati manusia. Setelah satu sampai dua minggu digigit, parasit
kembali masuk ke dalam darah dan mulai menyerang sel darah merah dan
memakan haemoglobin yang membawa oksigen dalam darah. Pecahnya sel darah
merah yang terinfeksi plasmodium ini menyebabkan timbulnya gejala demam
disertai menggigil dan menyebabkan anemia (Depkes, 2001).
2) Penularan yang tidak alamiah
a) Malaria bawaan (congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita
malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta.
Plasenta menjadi sangat penuh dengan parasit. Malaria congenital
lebih sering terjadi pada kehamilan pertama pada kelompok
masyarakat yang imunitasnya kurang (Susana, 2010 : 30).
Penularan secara non-alamiah terjadi jika bukan melalui gigitan
nyamuk anopheles melainkan dengan cara malaria bawaan
(kongenital). Hal ini merupakan malaria pada bayi baru lahir yang
16
ibunya menderita malaria penularannya terjadi karena adanya kelainan
pada sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak
ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Gejala pada bayi
baru lahir berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga
sering menangis dan rewel), pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak
mau makan atau minum, serta kuning pada selaput lendir. Keadaan ini
dibedakan dengan infeksi kongenital lainnya. Pembuktian pasti
dilakukan dengan deteksi parasit malaria pada darah bayi (Prabowo,
2004).
b) Secara mekanik
Terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Penularan melalui
jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang menggunakan
jarum suntik yang tidak steril.
Untuk transfusi darah, Cara ini sering terjadi di daerah-daerah
endemik. Setelah serangan malaria, donor mungkin tetap infektif
selama bertahun-tahun (1-3 tahun di P. Falciparum, 3-4 tahun di P.
Vivax dan 15-50 tahun di P. Malariae) (Susana, 2010 : 30).
Jarum suntik terkadang penularan dapat terjadi antara pecandu narkoba
dengan melalui jarum suntik yang bergantian (Susana, 2010 : 30).
Infeksi malaria yang di tularkan melalui transfusi darah dari donor
yang terinfeksi malaria pemakaian jarum suntik secara bersama-sama
pada pecandu narkoba atau melalui transplantasi organ (Prabowo,
2004).
17
c) Secara oral
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium
gallinasium), burung dara (Plasmodium relection) dan monyet
(Plasmodium knowlesi) (Rampengan, T.H, 1993).
2.1.6 Pengobatan Malaria
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan
radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan
rantai penularan (Depkes RI, 2009 : 10).
Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit
terhadap klorokuin. Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit
yang resisten terhadap klorokuin, bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara
intravena. Pada malaria lainnya jarang terjadi resistensi terhadap klorokuin,
karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin (Mahdiana, 2010 : 124).
Malaria dapat diobati dengan obat-obatan yang memerlukan resep dokter,
mulai dari Kinine, Klorokuin, Sulfadoxin, sampai Clindamycin. Jenis obat dan
lama waktu pengobatan tergantung dari status kekebalan penderita, status gizi,
jenis malaria yang di derita, usia pasien, dan seberapa parah penyakit tersebut
pada saat mulai diobati. Turut diperhatikan juga resistensi terhadap pengobatan
malaria seperti klorokuin atau kina (Tapan, 2004 : 109).
Yang termasuk obat-obat anti malaria adalah Amodiakuin, Artesunate,
Primakuin, Kina, Artemer, Dihydroartemisinin (DHA), Piperaquin, Atovaquone,
Progunil, Klorokuin (Depkes RI, 2009 : 32).
18
2.1.7 Pencegahan Malaria
Pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi gigitan nyamuk malaria adalah :
1. Menghindari gigitan nyamuk malaria
a. Kebiasaan menggunakan kelambu
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menggunakan kelambu
secara teratur pada waktu malam hari dapat mengurangi kejadian
malaria. Penduduk yang tidak menggunakan kelambu mempunyai
resiko 6,44 kali terkena malaria (Barodji, 2000).
Kelambu membantu menjaga nyamuk menjauh dari orang-orang dan
sangat mengurangi infeksi dan penularan malaria. Jaring bukan
penghalang sempurna dan mereka sering diperlakukan dengan
insektisida untuk membunuh nyamuk yang dirancang sebelum
memiliki waktu untuk mencari cara melewati net. Jaring insektisida
(ITN) diperkirakan akan dua kali lebih efektif sebagai jaring tidak
diobati (www.masbied.com, Diakses 17 Juni 2012).
Distribusi kelambu diresapi dengan insektisida seperti permetrin atau
deltametrin telah terbukti menjadi metode yang sangat efektif
pencegahan malaria, dan juga salah satu metode yang paling hemat
biaya pencegahan. ITN telah terbukti menjadi metode pencegahan
paling efektif-biaya terhadap malaria dan merupakan bagian dari WHO
Millenium Development Goals (MDGs) (www.masbied.com, Diakses
17 Juni 2012).
19
b. Kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk
Untuk menghindari gigitan nyamuk digunakan obat semprot, obat
poles atau obat nyamuk bakar sehingga memperkecil kontak dengan
nyamuk (Depkes RI, 1992).
Menurut Depkes RI (1999) bahwa zat penolak nyamuk repellent yang
intensitasnya berbeda sesuai dengan status sosial masyarakat akan
mempengaruhi angka kesakitan malaria.
c. Memasang kawat kasa
Kondisi fisik rumah berkaitan sekali dengan kejadian malaria,
terutama yang berkaitan dengan mudah atau tidaknya nyamuk masuk
ke dalam rumah adalah ventilasi yang tidak di pasang kawat kasa dapat
mempermudah nyamuk masuk kedalam rumah. Langit-langit atau
pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari
kayu, internit maupun anyaman bambu halus sebagai penghalang
masuknya nyamuk ke dalam rumah dilihat dari ada tidaknya langit-
langit pada semua atau sebagian ruangan rumah. Kualitas dinding yang
tidak rapat jika dinding rumah terbuat dari anyaman bambu kasar
ataupun kayu/papan yang terdapat lubang lebih dari 1,5 mm² akan
mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah (Darmadi, 2002).
Mereka yang tinggal di daerah endemis malaria, sebaiknya memasang
kawat nyamuk di jendela dan ventilasi rumah dengan jumlah lubang
pada kawat yang optimal 14-16 per inci (2,5 cm) (Yatim, 2002).
20
2. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria
a. Kebersihan lingkungan
Lingkungan fisik yang diperhatikan dalam kejadian malaria adalah
jarak rumah dari tempat istirahat dan tempat perindukan yang
disenangi nyamuk Anopheless seperti adanya semak yang rimbun akan
menghalangi sinar matahari menembus permukaan tanah, sehingga
adanya semak-semak yang rimbun berakibat lingkungan menjadi teduh
serta lembab dan keadaan ini merupakan tempat istirahat yang
disenangi nyamuk Anopheles, parit atau selokan yang digunakan untuk
pembuangan air merupakan tempat berkembang biak yang disenangi
nyamuk, dan kandang ternak sebagai tempat istirahat nyamuk sehingga
jumlah populasi nyamuk di sekitar rumah bertambah (Handayani dkk,
2008).
Masyarakat atau keluarga di daerah endemis malaria, yaitu daerah
yang seringkali terjangkit penyakit malaria juga sangat perlu menjaga
kebersihan lingkungan (Yati, 2002).
2.1.8 Pengendalian Penyakit Malaria
Tujuan pengendalian malaria di daerah-daerah yang endemik malaria
adalah menurunkan serendah-rendahnya dampak malaria terhadap kesehatan
masyarakat dengan menggunakan semua sumber daya yang tersedia. Tujuan
pengendalian malaria tidak untuk mengeliminasi malaria secara total karena kalau
demikian akan melakukan program eradikasi.
21
Pengendalian nyamuk secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan
insektisida, yaitu penyemprotan dalam rumah dan di sekitar rumah untuk
membunuh nyamuk dewasa atau membunuh jentik-jentik nyamuk dengan
larvasida (Sembel, 2009 : 104).
Aktivitas-aktivitas utama yang dapat dilakukan untuk intervensi
pengendalian malaria antara lain adalah pendidikan kesehatan terhadap komunitas
untuk diberi informasi tentang apa yang harus dibuat untuk mencegah dan
mengobati malaria (Sembel, 2009 : 105).
Penagulangan malaria seharusnya ditujukan untuk memutuskan rantai
penularan antara Host, Agent dan Environment, pemutusan rantai penularan ini
harus ditujukan kepada sasaran yang tepat, yaitu :
1. Pemberantasan Vektor
Penangulangan vector dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa
(penyemprotan rumah dengan Insektisida). Dengan di bunuhnya nyamuk
maka parasit yang ada dalam tubuh, pertumbuhannya di dalam tubuh
tidak selesai, sehingga penyebaran/transmisi penyakit dapat terputus
(Depkes RI, 2003).
Demikian juga kegiatan anti jentik dan mengurangi atau menghilangkan
tempat-tempat perindukan, sehingga perkembangan jumlah (Density)
nyamuk dapat dikurangi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya
transmisi penyakit malaria (Depkes RI, 2003).
Menurut Marwoto (1989) penangulangan vector dapat dilakukan dengan
memanfaatkan ikan pemakan jentik. Penelitian Biologik yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa prospek terbaik adalah ikan, karena
22
mudah dikembangbiakkan, ikan suka memakan jentik, dan sebagai
sumber protein bagi masyarakat.
Penggunaan ikan nila merah (Oreochromis Nilotis) sebagai pengendali
vektor telah dilakukan. Menurut Nurisa (1994), ikan nila memiliki
daya adaptasi tinggi diberbagai jenis air. Nila dapat hidup di air tawar,
air payau, dan di laut.
2. Pengendalian Vektor
Pengendalian vector malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan,
Rasioanal, Efektif, Efisiensi, Sustainable, dan Acceptable yang sering
disingkat RESSA yaitu :
a) Rational : Lokasi kegiatan pengendalian vektor yang diusulkan
memang terjadi penularan (ada vektor) dan tingkat penularannya
memenuhi criteria yang ditetapkan, antara lain : Wilayah
pembebasan : desa dan ditemukan penderita indegenius dan
wilayah pemberantasan PR > 3%.
b) Effective : Dipilih salah satu metode / jenis kegiatan pengendalian
vektor atau kombinasi dua metode yang saling menunjang dan
metode tersebut dianggap paling berhasil mencegah atau
menurunkan penularan, hal ini perlu didukung oleh data
epidemiologi dan Laporan masyarakat.
c) Sustainable : Kegiatan pengendalian vektor yang di pilih harus
dilaksanakan secara berkesinambungan sampai mencapai tingkat
penularan tertentu dan hasil yang sudah di capai harus dapat
23
dipertahankan dengan kegiatan lain yang biayanya lebih murah,
antara lain dengan penemuan dan pengobatan penderita.
d) Acceptable : Kegiatan yang dilaksanakan dapat diterima dan
didukung oleh masyarakat setempat (Depkes RI, 2005).
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian vektor
adalah sebagai berikut :
a) Penyemprotan rumah, penyemprotan dilakukan pada semua
bangunan yang ada, pada malam hari digunakan sebagai tempat
menginap atau kegiatan lain, masjid, gardu ronda, dan lain-lain.
b) Larviciding adalah kegiatan anti larva yang dilakukan dengan cara
kimiawi, kegiatan ini di lakukan dilingkungan yang memiliki
banyak tempat perindukan yang potensial (Breeding Pleaces).
Yang dimaksud dengan tempat perindukan adalah genangan air
disekitar pantai yang permanen, genangan air dimuara sungai yang
tertutup pasir dan saluran dengan aliran air yang lambat.
c) Biological control, kegiatan anti larva dengan cara hayati
(pengendalian dengan ikan pemakan jentik), dilakukan pada desa-
desa di mana terdapat di mana terdapat banyak tempat perindukan
vektor potensial dengan ketersedian air sepanjang tahun, seperti
mata air, anak sungai, saluran air persawahan, rawa-rawa daerah
pantai dan air payau, dll.
d) Pengolahan lingkungan (Source reduction) adalah kegiatan-
kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan
24
pengamatan kegiatan modifikasi dan manipulasi faktor lingkungan
dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah dan membatasi
perkembangan vector dan mengurangi kontak antara manusia dan
Vektor (Depkes, 2005).
e) Kelambunisasi adalah pengendalian nyamuk Anopheles spp secara
kimiawi yang digunakan di Indonesia. Kelambunisasi adalah
pengunaan kelambu yang terlebih dahulu dicelup dengan
insektisida permanent 100EC yang berisi bahan aktif permethrin
(http://www.digilib.unimus.ac.id, Diakses 03 Juli 2012).
2.2 Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Johnson, 2010 : 2).
Keluarga merupakan sebuah subsistem yang saling berinteraksi dan
berhubungan diatur sedemikian rupa dalam berbagai posisi, peran dan norma yang
selanjutnya diorganisir dalam subsistem-subsistem dalam keluarga (Andarmoyo,
2012 : 57).
Menurut Bailon dan Maglaya dalam buku Setiadi, 2008 : 3 mengatakan
bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan
yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
25
2.2.2 Tujuan Dasar Keluarga
Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah :
1. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap
perkembangan individu.
2. Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota
keluarga dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
3. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota
keluarga dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosial-
ekonomi dan kebutuhan seksual.
4. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan
identitas seorang individu dan perasaan harga diri (Andarmoyo, 2012 :
5).
2.2.3 Fungsi Keluarga
Menurut Friedman dalam buku Setiadi, 2008 : 7, Secara umum fungsi
keluarga adalah :
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.
2. Fungsi sosialisasi
Fungasi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
26
3. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk memepertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemerliharaan kesehatan
Fungsi perawatan atau pemerliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
2.2.4 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
daintaranya adalah :
1. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah (Setiadi, 2008 : 6).
27
2. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga Kawin
Keluarga Kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri (Setiadi,
2008 : 7).
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penghindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting unutk
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2007 :143).
28
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental. Tiap jenis
pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan.
Secara Ontologis ilmu membatasi diri pada kajian obyek yang berada dalam
lingkup pengalaman manusia (http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id/).
Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan lain sebagainya).
2.3.2 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007 :144) Pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari suatu bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebanarnya).
29
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemapuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.4 Sikap
2.4.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007 : 146).
Sikap adalah kondisi mental yang relative untuk merespon suatu sobjek
atau perangsang tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat positif, netral, atau
negatif, menyangkut aspek-aspek kognisi, afeksi, dan kecenderungan untuk
bertindak (Syamsu Yusuf, 2005 : 169).
Menurut Liliweri (2007), Sikap merupakan predisposisi mental individual
untuk mengevaluasi suatu hal tertentu dalam beberapa derajat yang disukai atau
yang tidak disukai. Secara umum, setiap individu mempunyai sikap yang
difokuskan pada objek, orang atau institusi bahkan peristiwa. Demikianlah , sikap
30
juga menunjukkan kategori mental, bahwa orientasi mental terhadap konsep
secara umum, dapat mengacu pada nilai tertentu.
Menurut G.W. Allport (1935) mengemukakan sikap adalah keadaan
mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan
situasi yang berkaitan dengannya (http://id.shvoong.com).
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007 : 147).
2.4.2 Komponen Sikap
Menurut Allport (1954) dalam Buku Notoatmodjo, 2007 : 148
menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), idea tau konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berfikir,
keyakinan, dan emosi memegang peran penting (Notoatmodjo, 2007 : 148).
2.4.3 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo, 2007 : 148, Sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan, yakni :
31
1) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargi (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah sutau indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.5 Kerangka Berpikir
Gambar 2.3
Hubungan Pengetahuan(X1) dan Sikap (X2) Dengan Kejadian Malaria (Y)
Pengetahuan (X1)
Pengertian penyakit malaria
Penyebab penyakit malaria
Gejala penyakit malaria
Cara penularan penyakit malaria
Pengobatan penyakit malaria
Sikap (X2)
Kebiasaan menggunakan kelambu
Kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk
Memasang kawat kasa
Kebersihan lingkungan
Kejadian
Malaria (Y)
: Variabel Independent
: Variabel Dependent
32
2.6 Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka konsep
dari penelitian ini adalah :
Dari hasil penelusuran latar belakang dan kepustakaan dapat diidentifikasi
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Kejadian Malaria Di Desa
Moahudu Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hal tersebut
maka kerangka konsep penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :
Keterangan :
: Variabel Independent
: Variabel Dependent
Gambar 2.4
Hubungan Pengetahuan dan sikap Dengan Kejadian Malaria
Pengetahuan
Pengertian penyakit
malaria
Penyebab penyakit
malaria
Gejala penyakit
malaria
Cara penularan
penyakit malaria
Pengobatan penyakit
malaria
Sikap
Kebiasaan
menggunakan kelambu
Kebiasaan
menggunakan obat anti
nyamuk
Memasang kawat kasa
Kebersihan
lingkungan.
Kejadian
Malaria
33
2.7 Hipotesis
1. Hipotesis alternatif (Ha)
Hipotesis alternatif pada penelitian ini adalah :
a. Terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kejadian
malaria di Desa Moahudu Kecamatan Tabongo Kabupaten
Gorontalo.
b. Terdapat hubungan antara sikap keluarga dengan kejadian malaria
di Desa Moadhudu Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo.
2. Hipotesis nol (H0)
Hipotesis nol (H0) penelitian ini adalah :
a. Tidak Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kejadian
malaria di Desa Moahudu Kecamatan Tabongo Kabupaten
Gorontalo.
b. Tidak Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kejadian
malaria di Desa Moahudu Kecamatan Tabongo Kabupaten
Gorontalo.