Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB II dalam Kajian Pustaka ini dibahas beberapa hal sebagai berikut: A. Kajian
Teori, yang meliputi: 1. Kelompok sosial, 2. Peran Kelompok Sosial Dalam Bidang
Pendidikan, 3. Lingkungan Hidup, 4. Program Pemerintah Dalam Meningkatkan warga
Negara Sadar Lingkungan, B. Penelitian yang Relevan
A. Kajian Teori
1. Kelompok Sosial
Kajian teori dalam kelompok sosial meliputi: a. Pengertian kelompok sosial, b.
Ciri-ciri kelompok sosial, c. Pembentukan kelompok sosial, d. Klasifikasi kelompok
sosial.
a. Pengertian Kelompok Sosial
Kelompok merupakan kumpulan individu yang diberi kesamaan berdasarkan
sesuatu hal. Ciri esensial kelompok adalah anggotanya memiliki sesuatu yang dianggap
sebagai milik bersama. Terbentuknya kelompok harus melalui proses interaksi, seperti
kerjasama, kontak, akulturasi, asimilasi yang dilaksanakan untuk tujuan bersama.
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan orang perorang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorang dengan kelompok manusia dalam berinteraksi seseorang individu atau
kelompok sosial sedang berusaha atau belajar untuk memahami tindakan sosial seorang
individu ataupun kelompok sosial lain (Lestari, 2013:75).
Purwasih, dkk (2018:48) mengemukakan pengertian kelompok sosial adalah
kumpulan individu yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya dan saling
11
berinteraksi. Tiap-tiap anggota kelompok sosial saling memperhatikan dan berhubungan
satu sama lain.
Soekanto dalam Waluya (2009) mendefinisikan kelompok sosial adalah
himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, antar anggotanya saling
berhubungan, saling mempengaruhi dan mememiliki kesadaran untuk saling menolong.
Hendropuspito dalam Waluya (2009) kelompok sosial adalah suatu kumpulan nyata,
teratur, dan tetap dari orang-orang yang melaksanakan peranannya yang saling berkaitan
guna mencapai tujuan yang sama. Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling
berhubungan secara teratur. Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau
kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara anggota
kelompok. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling
memengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong (Soekanto dan
Sulistyowati, 2013:104).
Berdasarkan paparan di atas kelompok sosial adalah himpunan manusia yang
saling berinteraksi satu sama lain dengan memiliki latar belakang atau padangan yang
sama dan hubungan yang terjalin bersifat timbal balik.
b. Ciri-ciri Kelompok Sosial
Ciri-ciri kelompok sosial menurut Iver dan Page dalam Waluya (2009:88) adalah
sebagai berikut :
1) Kesatuan yang mempunyai organisasi atau tidak adanya organisasi. Kelompok
manusia yang dapat dikenali yang tergabung dalam organisasi formal atau informal.
12
2) Setiap individu sadar menjadi sebuah anggota kelompok. Individu dikukuhkan oleh
dirinya sendiri maupun orang lain bahwa individu tersebut anggota sebuah kelompok.
Gejala yang menunjukkan individu tersebut merupakan anggota kelompok adalah :
a) Adanya sikap imitasi terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam proses sosialisasi.
b) Mengidentifikasi diri terhadap kelompoknya.
c) Internalisasi, artinya perilaku individu yang sesuai dengan perilaku suatu kelompok
sosial.
d) Keinginan untuk membela dan mempertahankan kelompok.
3) Adanya hubungan timbal balik yang terjadi sesama anggota kelompok sosial.
4) Adanya kepentingan bersama yang dimiliki.
5) Memiliki struktur atau aturan yang mengikat untuk anggotanya.
Ciri-ciri kelompok sosial yang telah dipaparkan merupakan karakteristik sebuah
kelompok sosial pada umunya yang terorganisasi maupun tidak. Setiap individu yang
tergabung dalam kelompok akan memberikan identitas bahwa dirinya merupakan sebuah
anggota kelompok. Hubungan yang terjalin dalam sebuah kelompok bersifat teratur dan
timbal balik.
c. Pembentukan Kelompok Sosial
Pengelompokan manusia menurut Waluya (2009:89) umumnya dilatarbelakangi
oleh faktor sebagai berikut :
1) Keyakinan bersama akan perlunya pengelompokan.
2) Harapan yang dihayati oleh kelompok.
3) Idelologi yang mengikat seluruh anggota.
4) Setiap angota kelompok sadar bahwa dia bagian dari anggota kelompoknya
13
5) Adanya hubungan timbal balik antara anggota
6) Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan yang terjalin menjadi
semakin erat.
Selain pengelompokan di atas, Waluya (2009:89) mengelompokkan manusia
didasarkan melalui hasil pengalaman praktis, intelektual, dan emosional. Penjelasannya
sebagai berkut :
1) Pengalaman praktis adalah pengelompokan yang didasarkan oleh aktivitas yang
dilakukan oleh manusia guna memenuhi hasrat dan keinginnanya.
2) Pengalaman intelektual adalah pengelompokan yang didasarkan pada keterbatasan
akal yang dimiliki sehingga memerlukan arahan orang lain.
3) Pengalaman emosional adalah pengelompokan yang didasarkan keinginan manusia
untuk bersatu dengan yang lain.
Berdasarkan pengelompokan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok
sosial terbentuk karena adanya persamaan ideologi antar anggota, sehingga kelompok
terbentuk untuk menyalurkan aspirasi yang telah dimiliki. Selanjutnya faktor-faktor lain
dalam pembentukan kelompok sosial juga memperkuat terbentuknya kelompok sosial.
Kelompok sosial Argowayang terbentuk karena adanya keinginan semua anggota
kelompok untuk menanamkan nilai kesadaran terhadap masyarakat dan memajukan Desa
Galengdowo.
d. Klasifikasi Kelompok Sosial
Bierstedt dalam Sunarto (2004:126) pengklasifikasian kelompok sosial
berdasarkan 2 macam. Klasifikasi menurut Bierstedt dan berdasarkan kepentingan
14
bersama dengan pengorganisasian. Penjelasan mengenai pembagian kelompok tersebut
telah diuraikan sebagai berikut :
1) Klasifikasi Bierstedt
Bierstedt dalam Sunarto (2004:126), menyebutkan pengklasifikasian kelompok
sosial didasarkan pada ada atau tidak adanya organisasi, hubungan sosial antara
anggotanya, dan kesadaran jenis. Berdasarkan kriteria tersebut, Bierstedt membagi
menjadi 4 jenis kelompok, yaitu :
a) Kelompok Asosiasi
Kelompok ini terbentuk karena semua anggotanya memiliki kesadaran jenis,
adanya persamaan kepentingan, adanya ikatan organisasi.
b) Kelompok Jenis Kedua-Kelompok Sosial
Kelompok yang memiliki kesadaran jenis dan saling berhubungan satu sama lain,
tetapi tidak terikat pada organisasi formal.
c) Kelompok Kemasyarakatan
Kelompok yang memiliki satu persyaratan dari ketiga persyaratan yang telah
dikemukakan oleh Bierstedt, yaitu adanya hubungan antara anggotanya.
d) Kelompok Statistik
Kelompok yang tidak memenuhi ketiga kriteria tersebut. Kelompok ini dibuat
oleh para ilmuwan sosial berdasarkan arti analitis.
Keempat kelompok tersebut merupakan pengelompokan menurut Bierstedt.
Pengelompokan tersebut berdasarkan dari beberapa hal, seperti kesadaran, kesamaan
jenin, maupun persamaan pekerjaan. Pengklasifikasian kelompok tersebut dibuat
berdasarkan kelompok-kelompok yang terbentuk dalam kehidupan masyarakat.
15
2) Pengelompokan berdasarkan Kepentingan Bersama dengan Pengorganisasian
(Kelompok Teratur)
Waluya (2009:94) mengemukakan, pengelompokan kelompok sosial berdasarkan
kepetingan dengan pengorganisasian yakni sebagai berikut :
a) Kelompok dasar (Basic Group)
Suatu kesatuan dapat dikatakan sebagai kelompok dasar apabila memnuhi kriteria
sebagai berikut :
(1) Kelompok dasar merupakan kelompok yang relatif kecil.
(2) Kelompok yang terbentuk secara spontan.
(3) Kelompok dasar dibentuk guna melindungi anggota kelompoknya dan secara umum
melindungi masyarakat luas.
(4) Kelompok dasar berguna sebagai pembaharu dalam masyarakat.
b) Kelompok Formal (Formal Group)
Kelompok formal adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan yang
tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengantur hubungan antara
anggota-anggotanya.
Pengklasifikasian kelompok ini merujuk pada kelompok sosial yang telah
memiliki sistem atau organisasi yang telah dibuat. Kelompok yang masuk dalam
pengklasifikasian ini memiliki peraturan yang mengikat para anggotanya, sehingga
menimbulkan hak dan kewajiban bagi para anggotanya.
2. Peran Kelompok Sosial Dalam Bidang Pendidikan
Marzuki (2012:100) mendefinisikan pendidikan luar sekolah sebagai bentuk
pembelajaran yang memang dirancang untuk menimbulkan dampak perubahan tingkah
16
laku pada sasaran didik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai seperti yang diinginkan oleh pendidiknya.
Salah satu jalan untuk pemberdayaan masyarakat tersebut, dengan membuat
program-program pemberdayaan yang sangat dibutuhkannya. Pendidikan luar sekolah
sebagai salah satu institusi yang memang dibuat oleh pemerintah untuk pemberdayaan
masyarakat, harus mampu membuat program pemberdayaan masyarakat secara
professional dan bertanggungjawab. Pendidikan luar sekolah ikut berperan dalam
pengembangan sumberdaya manusia di negeri ini (Syamsi, 2010:66).
Combs (1973:65) dalam Marzuki (2012) mendifinisikan pendidikan luar sekolah
sebagai “.. any systematic, organized intructional process designed to achieve specifik
learning objectives by particular group of learnes”. Definisi pembelajaran sistematik
adalah kegiatan yang teratur dan bersistem yang dibuat untuk tujuan tertentu.
Terorganisasi artinya pendidikan memiliki keteraturan dalam komponen-komponennya.
Kegiatan pendidikan yang dilakukan memiliki tujuan jelas yang memenuhi kebutuhan
peserta didik
Hasil dari paparan di atas, tujuan pendidikan luar sekolah adalah supaya individu
dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan alamnya dapat secara bebas dan
bertanggung jawab menjadi pendorong kearah kemajuan, gemar berpartisipasi
memperbaiki kehidupan mereka. Secara garis besar tujuan pendidikan luar sekolah
adalah untuk membekali pelajaran-pelajaran yang tidak didapatkan di sekolah.
3. Lingkungan Hidup
Fadli, dkk (2016:2) mengemukakan lingkungan hidup adalah bagian mendasar
dalam kehidupan manusia. Manusia pada dasarnya dapat bernafas dan mendapatkan
17
cahaya karena terdapat ruang udara dan matahari, demikian juga kebutuhan manusia
dalam hal memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sehari-hari, misalnya makan,
minum, bercocok tanam, membuat rumah, mandi dan berteduh merupakan bagian dari
hakikat lingkungan.
Soegianto (2010:1) mengemukakan lingkungan adalah seluruh faktor luar yang
memengaruhi suatu organisme; faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic
factor) atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic factor). Dari hal inilah kemudian
terdapat dua komponen utama lingkungan, yaitu: a) Biotik: Makhluk (organisme) hidup;
dan b) Abiotik: Energi, bahan kimia, dan lain-lain. Definisi lingkungan hidup menurut
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup adalah
“Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”.
Soemarwoto (2006) dalam Zulkifli (2014:11) mengemukakan lingkungan hidup
adalah “Jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang
mempengaruhi kehidupan kita”. Hastuti (2018:2) mengemukakan lingkungan hidup dapat
didefinisikan sebagai :
1. Daerah tempat suatu makhluk hidup berada
2. Keadaan atau kondisi yang melingkupi suatu makhluk hidup
3. Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu makhluk hidup atau sekumpulan makhluk
hidup
Salim (1982) dalam Neolaka (2008:26) menyatakan lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
18
didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan
kesejahteraan makhluk hidup lainnya (mengutip UU RI No. 4 Tahun 1982). Jonny Purba
dalam Kurniasih (2017:2) mengemukakan pengertian lingkungan hidup adalah “Wilayah
yang merupakan tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara
berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai”.
Kesimpulan dari pengertian lingkungan hidup merupakan suatu sistem yang
meliputi lingkungan hayati, lingkungan non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan
sosial. Lingkungan hidup saling berintegrasi menjadi satu kesatuan yang saling
mendukung kelangsungan kehidupan makhluk hidup maupun tidak hidup. Berdasarkan
definisi lingkugan hidup, Sodikin (2007:2-3) mendeskripsikan unsur lingkungan hidup
meliputi sebagai berikut :
a. Kesatuan Ruang
Maksud kesatuan ruang adalah ruang tempat yang digunakan oleh makhluk hidup
dalam melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi antar makhluk hidup yang berada
didalamnya.
b. Semua Benda
Benda dapat dikatakan juga sebagai materi atau zat. Materi atau zat merupakan
segala sesuatu yang berada pada suatu tempat dan pada suatu waktu. Benda dalam
lingkungan hidup meliputi segala sesuau yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
c. Daya
Daya atau biasanya disebut energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja.
Energi yang terdapat dalam lingkungan hidup yang mendukung kehidupan makhluk yang
ada didalmnya seperti energi listrik, energi cahaya, energi panas,dll
19
d. Keadaan
Keadaan merupakan situasi atau kondisi yang sedang dialami. Kondisi yang baik
akan mendukung interaksi yang terjadi satu sama lain. Begitu dengan sebaliknya kondisi
yang kurang baik akan menghambat proses interaksi atau kelangsungan kehidupan.
e. Makhluk hidup dan perilakunya
Makhluk hidup adalah kompoen lingkungan hidup yang sangat berpengaruh
terhadap lingkungan. Makhluk hidup seperti manusia, binatang, dan tumbuhan.
Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 1997, unsur lingkungan hidup terdiri dari 3
unsur. Pertama, unsur biotik yang meliputi hewan, tumbuhan, manusia. Kedua, unsur
sosial budaya yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan
sistem nilai, gagasan dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Ketiga, unsur
fisik (abiotik) yang meliputi tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa unsur-unsur lingkungan hidup ini adalah seluruh komponen yang ada
dalam kehidupan yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan (Kurniasih, 2017:3).
Unsur-unsur tersebut digunakan oleh makhluk hidup untuk mempertahankan
kehidupannya. Seperti contoh air yang digunakan manusia untuk minum, mandi, atau
irigasi sawah. Jika salah satu unsur yang ada dalam lingkungan hidup terganggu atau
tidak ada, maka kelangsungan kehidupan akan terganggu.
4. Upaya Pemerintah dalam Membangkitkan Sadar Lingkungan
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
menjaga kelestarian merupakan kewajiban semua warga negara. Demi terwujudnya
kelestarian lingkungan hidup, maka pemerintah menmbuat program-program yang dapat
meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan hidup. Program-program ini diharapkan
20
memberikan kesadaran terhadpa pentingnya memelihara kelestarian lingkunagn hidup.
Program-program sadar lingkungan yang telah dijalankan oleh pemerintah yakni sebagai
berikut :
a. Kampanye Sadar Lingkungan
Kampanye dengan tema “Lingkungan Bersih dan Asri Menentukan Masa Depan
Kita Semua” diselenggarakan oleh Western Java Enviromental Management Project-
Enviromental Awarenes Campaign (WJEMP-EAC). Kegiatan kampanye ini merupakan
agenda dari WJEMP-EAC yang diselenggarakan di kota/kabupaten di Jawa Barat,
Banten, dan DKI Jakarta. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 6 September 2005 di Taman
Mini Indonesia Indah (TMII). Tujuan diadakan kegiatan ini adalah menggerakkan
partisipasi dan mengendalikan kerusakan lingkungan hidup, dan berupaya untuk
meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan hidup terhadap
kesehatan. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup RI kegiatan utama yang
disosialisasikan dalam kampanye lingkungan hidup adalah (1) pengelolaan lingkungan
hidup perkotaan, (2) pengelolaan sampah padat, dan (3) partisipasi masyarakat dengan
pihak swasta.
b. Workshop Tingkat Pelajar Pengenalan Keanekaragaman Hayati
Memperingati Hari Cinta Puspa Satwa Nasional (HCPSN), Taman Margasatwa
Ragunan Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan workshop tingkat pelajar di daerah
Jakarta yang diselenggrakan di Gedung Serbaguna pada tanggal 24 November 2012.
Workshop ini dihadiri oleh siswa-siswi kelas V dan VI sekolah dasar yang berada
disekitar kawasan Taman Margasatwa Rangunan. Tema Workshop yang diselenggarakan
adalah Mengenal fungsi hutan mangrove dan kehidupan badak Sumatra”. Acara ini
21
dihadiri juga oleh panitia HCPSN. Workshop kali ini dibahas mengenai badak Sumatra
selain itu juga fungsi hutan mangrove bagi kehidpan manusia. Setelah acara ini selesai
siswa-siswi diajak berkeliling dan mengenalkan keanekaragaman hayati yang ada di
Taman Margasatwa Ragunan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
N
o
Judul Hasil Penelitian Relevansi
1 Nur Afifatul
Ilmiah
(2016)
dengan judul
Analisis
Peran Guru
Dalam
Menumbuhk
an Sikap
Peduli
Lingkungan
Pada Sekolah
Adiwiyata Di
SDN
Purwantoro 1
Malang.
Anisa Hari
Wasono
(2008)
Peran guru sebagai
pengelola dan pengarah
pembelajaran pada suatu
satuan pendidikan.
Dalam penelitian
tersebut membahas
bagaimana peran guru
dalam menumbuhkan
sikap peduli lingkungan
pada sekolah adiwiyata
di SDN Purwantoro 1
Malang. Menemukan
kendala yang dialami
oleh guru-guru dalam
menumbuhkan sikap
peduli lingkungan.
Menemukan solusi
terhadap kendala yang
ditemukan dalam
menumbuhkan sikap
peduli lingkungan.
Pertama, bentuk
partisipasi masyarakat
Desa Gedangsewu sudah
memenuhi tiga tahap
(perencanaan,
pelaksanaan, dan
evaluasi), namun belum
maksimal karena masih
Persamaan: Sama-sama
membahas
peran dalam
menumbuhk
an sikap
peduli
lingkungan
Perbedaan:
Skripsi ini
penelitian
dilaksanakan
di
lingkungan
sekolah,
sedangkan
penelitian
yang akan
dilaksanakan
di
lingkungan
masyarakat..
Persamaan :
Penelitian
terdahulu
dengan
penelitian
yang akan
2
22
dengan judul
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Pengelolaan
Dan
Pelestarian
Lingkungan
Hidup (Studi
Kasus
Pembanguna
n Pertamanan
Di Desa
Gedangsewu
Kecamatan
Pare).
tergolong partisipasi
terbujuk, kedua faktor
yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat
adalah faktor intern,
ekstern, pendidikan,
jenis kelamin, dan
usia/umur, dan 3)
hambatan DKP dalam
pemberdayaan/peningkat
an partisipasi masyarakat
ialah kurangnya
kesadaran masyarakat
untuk berpartisipasi,
terbatasnya anggaran
dana dan masih
rendahnya SDM petugas
pertamanan Kabupaten
Kediri. Sedangkan upaya
yang dilakukan adalah
meningkatkan
koordinasi dan
melakukan pelatihan
serta studi banding.
dilakukan
adalah
membahas
mengenai
peran
masyarakat
terhadap
lingkungan
Perbedaan :
Penelitian
terdahulu
dilaksanakan
di Desa
Gedangsewu
Kecamatan
Pare.
Sedangkan
penelitian ini
yang akan
dilakukan di
Desa
Galengdowo
Kecamatan
Wonosalam
Tabel 2.1 : Kajian Penelitian yang Relevan
23