40
18 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORETIS, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Ada beberapa sumber pustaka yang penting untuk dicermati dalam konteks penelitian ini, agar posisi penelitian ini menjadi jelas di antara penelitian- penelitian terdahulu. Adapun beberapa sumber pustaka yang dimaksud dalam hal ini adalah sebagai berikut. Nitobe, Inazo「新渡戸稲造」dalam bukunya Bushido「武士道」(2004) menyatakan inti dari jalan seorang samurai sebagai berikut. 武士道 ぶしどう は文字通 もじどおり り武人 ぶじん あるいは騎士 の道であり、武士がその職 分 しょくぶん を尽 くすと きでも、日常生活の言行 げんこう においても、守もらなければならない道であって、言いか えれば、武士の 掟 おきて であり、武士階 級 かいきゅう の身分 みぶん に伴う義務 なのである。 Bushido adalah sesuai dengan tulisannya merupakan jalan samurai (bujin atau kishi) atau kesatria yakni jalan yang harus ditaati atau dijaga baik saat bushi melaksanakan tugas maupun dalam tingkah laku dan perkataan sehari-hari dengan kata lain peraturan bushi atau kewajiban yang disertai kasta atau identitas tingkat bushi. 武士道は武士の道徳的 どうとくてき な掟 おきて であって、武士はこれを守り、 行 おこな うことを教え られ、かつ要 求 ようきゅう されるものである。しかし、それは成文法 せいぶんほう ではない。あるいは先人 せんじん の口伝 くちづた えに、あるいは数人の名のある武士や学者の筆 ふで によって伝えられた、わずか の客言 きゃくこと があるにすぎない。むしろそれは、語 かた られもしない書かれもしない、(つま り不言 ふげん 不文 ふぶん の)道徳 どうとく の掟であって、だからこそ実行 じっこう を強く求める力があるのであり、 武士の心に刻 きざ みこまれている律法 りっぽう なのである。そしてそれは、一人のすぐれた頭脳 ずのう によって創造 そうぞう されたものでもなく、一人の高名 こうめい な人物 じんぶつ の生涯 しょうがい を基 もと としてつくられた ものでもない。それは、(わが国民が武 をもって国を建 てて以来)数百年 すうひゃくねん にわたる 武士の生活の間に、徐々 じょじょ に発達 はったつ をとげ、その形態 けいたい をつくってきたものである。 Bushido adalah peraturan moral bagi bushi dimana seorang bushi dianjurkan untuk menjaga dan melaksanakan jalan tersebut. Tetapi ini bukan merupakan hukum tertulis melainkan diteruskan dari mulut ke mulut secara turun temurun, atau hanya terdapat beberapa kata-kata berupa goresan kuas dari beberapa orang bushi yang terkenal. Bahkan itu merupakan suatu peraturan moral yang bersifat tidak diceritakan maupun tidak ditulis. Namun justru karena itu ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA KONSEP LANDASAN TEORETIS

DAN MODEL PENELITIAN

21 Kajian Pustaka

Ada beberapa sumber pustaka yang penting untuk dicermati dalam konteks

penelitian ini agar posisi penelitian ini menjadi jelas di antara penelitian-

penelitian terdahulu Adapun beberapa sumber pustaka yang dimaksud dalam hal

ini adalah sebagai berikut

Nitobe Inazo「新渡戸稲造」dalam bukunya Bushido「武士道」(2004)

menyatakan inti dari jalan seorang samurai sebagai berikut

武士道ぶ し ど う

は文字通もじどおり

り武人ぶ じ ん

あるいは騎士き し

の道であり武士がその職分しょくぶん

を尽つ

くすと

きでも日常生活の言行げんこう

においても守もらなければならない道であって言いか

えれば武士の掟おきて

であり武士階級かいきゅう

の身分み ぶ ん

に伴う義務ぎ む

なのである

Bushido adalah sesuai dengan tulisannya merupakan jalan samurai (bujin

atau kishi) atau kesatria yakni jalan yang harus ditaati atau dijaga baik saat bushi

melaksanakan tugas maupun dalam tingkah laku dan perkataan sehari-hari dengan

kata lain peraturan bushi atau kewajiban yang disertai kasta atau identitas tingkat

bushi

武士道は武士の道徳的どうとくてき

な掟おきて

であって武士はこれを守り行おこな

うことを教え

られかつ要求ようきゅう

されるものであるしかしそれは成文法せいぶんほう

ではないあるいは先人せんじん

の口伝くちづた

えにあるいは数人の名のある武士や学者の筆ふで

によって伝えられたわずか

の客言きゃくこと

があるにすぎないむしろそれは語かた

られもしない書かれもしない(つま

り不言ふ げ ん

不文ふ ぶ ん

の)道徳どうとく

の掟であってだからこそ実行じっこう

を強く求める力があるのであり

武士の心に刻きざ

みこまれている律法りっぽう

なのであるそしてそれは一人のすぐれた頭脳ず の う

によって創造そうぞう

されたものでもなく一人の高名こうめい

な人物じんぶつ

の生涯しょうがい

を基もと

としてつくられた

ものでもないそれは(わが国民が武ぶ

をもって国を建た

てて以来)数百年すうひゃくねん

にわたる

武士の生活の間に徐々じょじょ

に発達はったつ

をとげその形態けいたい

をつくってきたものである

Bushido adalah peraturan moral bagi bushi dimana seorang bushi

dianjurkan untuk menjaga dan melaksanakan jalan tersebut Tetapi ini bukan

merupakan hukum tertulis melainkan diteruskan dari mulut ke mulut secara turun

temurun atau hanya terdapat beberapa kata-kata berupa goresan kuas dari

beberapa orang bushi yang terkenal Bahkan itu merupakan suatu peraturan moral

yang bersifat tidak diceritakan maupun tidak ditulis Namun justru karena itu ada

19

kekuatan yang menggerakkan bahwa ditekankan untuk membuat seorang bushi

harus menjalankannya dan merupakan hukum atau peraturan yang telah terpatri

dalam jiwa para bushi masing-masing Juga bushido bukan sesuatu yang

diciptakan oleh seorang yang mempunyai otak yang cemerlang bukan juga

sesuatu yang diciptakan dengan landasan kehidupan seorang tokoh yang tenar

Bushido itu adalah sesuatu yang berkembang dan terbentuk sedikit demi sedikit

melalui kehidupan bushi selama beberapa ratus tahun (sejak bangsa Jepang

mendirikan negaranya dengan kekuatan ldquoburdquo dari bushi tersebut)

武士道の淵源えんげん

をたずねるにあたって私はまず仏教ぶっきょう

からはじめようと思う

仏教は(常つね

に心を案あん

じて)すべてを運命うんめい

にまかせるという平常へいじょう

の感覚かんかく

を武士道に与あた

えた避さ

けることができない運命に対しては冷静れいせい

に服徐ふくじょう

するという危険災難さいなん

に直面ちょくめん

したときのストイック的な落お

ちつきと生しょう

を軽かろ

んじて死に親した

しむ心を与えてきた

Dalam rangka mencari asal usul bushido saya bermaksud akan memulai

dari agama Buddha Agama Buddha memberikan rasa tenang dan sifat datar

kepada bushido dimana pasrah dengan nasib (dengan cara senantiasa

menenangkan hati) maka dengan demikian agama Buddha pun memberikan

ketenangan secara damai tanpa nafsu dalam menghadapi bahaya atau mala petaka

yaitu terhadap nasib yang tidak bisa dihindari mereka turuti dengan tenang hati

dan juga Buddha memberikan hati yang meringankan kehidupan seseorang dan

akrab dengan kematian

禅ぜん

とは(古代こ だ い

インド語の)ディヤーナの日本語訳であり(小泉こいずみ

八雲や く も

の説明

にあるように)「言葉による表現ひょうげん

の範囲は ん い

を超こ

えた思想し そ う

の領域りょういき

に瞑想めいそう

をもって自みずか

達たっ

しようとする人間の努力どりょく

をいう」という意味であるその方法は瞑想めいそう

でありそ

の目的とするところは私の理解り か い

するところによれば(この宇宙うちゅう

の)すべての

現象げんしょう

の底そこ

に存在そんざい

する原理げ ん り

を確認かくにん

しそれによって自己じ こ

を絶対的ぜったいてき

なるものと調和ちょうわ

しむることにあるこのように定義て い ぎ

すれば禅の教えは一宗いっしゅう

一派い っ ぽ

の教義きょうぎ

にとどまら

ず(その以上のものであって)人間は誰でもこの絶対的なるものを認識にんしき

できれば

俗世間ぞくせけん

のあらゆる現象を解脱げ だ つ

して「新しい天と新しい地」に目覚め ざ

めることができる

のである

Kata ldquoZenrdquo terjemahan dalam bahasa Jepang dari kata ldquoDhyanardquo (bahasa

India kuno) sebagaimana dalam penjelasan Koizumi Yakumo Zen bermakna

ldquosuatu upaya manusia yang berupaya dengan niat diri sendiri untuk mencapai

wilayah pemikiran yang melewati batas ekspresi dengan kata-kata dengan cara

meditasi Caranya dengan meditasi dan tujuannya adalah menurut pengertian saya

menyaksikan hukum alam yang berada pada dasar segala fenomena di alam

semesta dan dengan demikian memadukan diri sendiri dengan Yang Maha Kuasa

Apabila kita rumuskan arti Zen seperti ini maka ajaran Zen tidak terbatas pada

ajaran atau kewajiban daripada salah satu sekte dari salah satu agama dan

siapapun dia apabila kita menyadari atau mengakui sesuatu yang bersifat mutlak

maka manusia itu dapat melepaskan diri dari pada segala fenomena yang terjadi

pada dunia ini sehingga dapat bangkit pada ldquosurga baru dan dunia barurdquo

20

仏教が武士道に与えることができなかったものを神道しんとう

が豊ゆた

かに充み

たしてく

れた主君しゅくん

に対する忠節ちゅうせつ

祖先そ せ ん

に対する崇拝すうはい

および親に対する孝行こうこう

がこれである

この三つの教えは他のいかなる宗 教しゅうきょう

の信しん

条じょう

によっても教えられなかったもので

あるこれによって武士の(ややもすれば陥おちい

りやすい)傲慢ごうまん

な性格せいかく

は抑制よくせい

されて

服従性ふくじゅうせい

が加えられた

Apa yang tidak bisa diberi oleh agama Buddha sebelumnya kepada

bushido dipenuhi secara subur oleh Shinto Itu adalah kesetiaan kepada tuan

pemujaan terhadap leluhur dan balas budi terhadap orang tua Ketiga ajaran ini

sebelumnya belum pernah diajarkan oleh ajaran agama lainnya Dengan ajaran ini

telah ditekankan atau dikurangi sifat angkuh (yang sering mudah muncul) pada

bushi juga ditambah sifat menuruti

厳正げんせい

な意味における道徳的どうとくてき

教養きょうよう

に関しては孔子こ う し

の教える道が武士道のも

っとも豊かな淵源えんげん

であった孔子が説と

いた君臣くんしん

父子ふ し

夫婦ふ う ふ

長幼ちょうよう

朋友ほうゆう

のこの

五輪ご り ん

の道は中国よりこの聖人せいじん

の教義きょうぎ

が輸入ゆにゅう

される以前からわが国の民族みんぞく

的本能ほんのう

がこれを認みと

め重おも

んじていたことであって孔子の教えはこれを確認かくにん

したにすぎな

Mengenai pengetahuan moral dalam arti yang tepat adalah jalan yang

dianjurkan oleh pendiri ajaran Konfucuisme yaitu Kong Fu Chu merupakan

sumber asal mula yang paling subur bagi bushido Jalan ke lima lingkaran yang

terdiri dari tuan dan anak buah ayah dan anak suami dan istri tua dan muda

persahabatan yang dianjurkan Kong Fu Chu sebenarnya sudah ada dan disadari

oleh bangsa Jepang sebelum diimpornya dari orang suci dari Cina ini Ajaran

Kong Fu Chu hanya mengonfirmasi atau memastikan saja

Tulisan Nitobe mengenai bushido di atas memungkinkan untuk dimanfaatkan

dalam melakukan penelitian ini terutama dalam rangka memahami doktrin nilai-

nilai yang berlaku dalam bela diri Aikido

Ratti dan Westbrook dengan judul bukunya Secrets of the Samurai (2013)

menyatakan berbagai hal menyangkut samurai di antaranya kemunculan kaum

samurai pada zaman feodal Jepang yaitu periode akhir Heian「平安時代」abad

ke-10 sampai dengan abad ke-17 Struktur pemerintahan militer shogunat

Tokugawa pendidikan dan status kaum samurai ronin (samurai tanpa tuan) bela

diri dengan senjata bela diri tanpa senjata beberapa rahasia teknik bela diri yang

ditekuni samurai kekuatan dalam yang ada pada bela diri samurai (terdiri dari

21

kontrol dan kekuatan strategi-strategi prinsip dan moralitas dalam bela diri)

Pada bagian kontrol dan kekuatan (power) salah satu subbabnya menyebutkan

bela diri samurai yang berevolusi menjadi bela diri Aikido pada saat ini

Pada bagian akhir tulisan Ratti dan Westbrook menekankan moralitas yang

terkandung di dalam bela diri yang ditekuni samurai yang berevolusi melahirkan

beberapa bela diri modern Jepang saat ini seperti Kyuujitsu Kenjitsu Judo

Karate Aikido Jujitsu Kendo Kyudo Iaido dan bela diri lainnya Moralitas

yang mengalir pada bela diri Jepang modern bersumber pada jalan bushido

Tulisan Ratti dan Westbrook tersebut juga memungkinkan untuk dimanfaatkan

terutama dalam mendalami asal-usul keberadaan samurai teknik-teknik bela diri

yang dilakukan dan dikuasai oleh para samurai zaman feodal di Jepang yang

menjelma menjadi teknik-teknik gerakan dalam bela diri Aikido baik yang ada di

Jepang maupun di Bali

Ueshiba Moriteru「植芝守央」dalam bukunya yang berjudul Motto

Umakunaru Aikido「もっとうまくなる合気道 」 (2011) menguraikan

beberapa hal mengenai bela diri Aikido dimulai dari pengertian dan sejarah bela

diri Aikido cara mengenakan pakaian pada saat latihan sikap bersimpuh sikap

memasuki dojo dan cara menghormat ke altar guru besar pencipta bela diri

Aikido Dalam buku tersebut Ueshiba Moriteru juga menjelaskan dengan detail

mengenai teknik (waza) dimulai dari postur tubuh yang benar gerakan kaki arah

putaran pinggang dan gerakan tangan pada saat berlatih dengan tangan kosong

dan menggunakan senjata (pedang kayu tongkat dan pisau kayu) Teknik lainnya

yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya teknik lipatan bantingan cara

jatuh supaya badan tidak cedera pada saat berlatih Semua sikap dan gerakan

22

teknik diperagakan oleh peraga yang juga peserta bela diri Aikido Hal itu

ditampilkan melalui foto disertai keterangan postur yang benar dan yang salah

sehingga buku ini dijadikan pegangan dalam mempelajari teknik bela diri Aikido

yang standarnya ditetapkan oleh dojo pusat di seluruh dunia yang berada di

Tokyo-Jepang Pada bagian akhir dari buku yang ditulis oleh Ueshiba Moriteru

ditampilkan cara-cara menghadapi serangan lawan mematahkan serangan

tersebut melumpuhkan dan mengontrol lawan dengan beberapa jenis kuncian

sehingga lawan tidak bisa bergerak tetapi tidak mencederainya Buku yang ditulis

oleh Ueshiba Moriteru ini juga dijadikan sumber inspirasi terutama dalam

memahami istilah-istilah teknis yang terkait dengan bela diri Aikido

Diah Madubrangti (2004) menulis disertasi dengan judul ldquoMakna Festival

Olahraga (Undoukai) sebagai Kegiatan Kompetitif bagi Pembentukan

Kepribadian Anak Melalui Pendidikan Sekolah di Jepangrdquo Hasil penelitian Diah

menggambarkan implementasi spirit samurai sehingga menarik untuk dicermati

karena spirit samurai juga diusung dalam olahraga bela diri Aikido Disertasi Diah

menggambarkan spirit samurai yang menekankan pentingnya sikap pantang

menyerah kegigihan menghargai orang lain menghormati guru dan berlatih

secara terus menerus Ulasan dalam disertasi tersebut juga mengenai undoukai

yang dipandang berfungsi penting dalam pembentukan karakter anak-anak Jepang

sehingga tercermin pada sikap dan perilaku individu-individu anak Jepang dalam

kehidupan kesehariannya

Walaupun sama-sama membahas kegiatan olahraga yang berspirit samurai

judul dan masalah penelitian ini berbeda dengan judul dan masalah penelitian

Diah Diah menitikberatkan kegiatan undoukai sebagai salah satu aktivitas anak-

23

anak Jepang dan tempat kegiatan di Jepang olahraganya bukan bela diri dan

dilakukan oleh orang asli Jepang sehingga hal ini merupakan kegiatan

yang rdquorealitasrdquo bukan rdquoposrealitasrdquo Dalam penelitian ini fokusnya adalah

kegiatan latihan bela diri Aikido di Bali yang bernuansa posrealitas

Mugi Raharja (2013) menulis disertasi dengan judul ldquoRepresentasi

Posrealitas Desain Gedung Pusat Pemerintahan Kabupaten Badungrdquo Dalam

disertasi tersebut diungkapkan bahwa pengkajian terhadap bentuk representasi

posrealitas desain Gedung Puspem Badung dihasilkan oleh pencitraan kronoskopi

sebagai simulasi ruang dan waktu secara virtual di layar komputer yang

dilengkapi citra gerak Adanya citra gerak ini menyebabkan seseorang yang

melihat simulasi desain Gedung Puspem Badung dapat mengalami waktu dan

merasakan ruang secara virtual Kemudian simulasi diwujudkan menjadi fakta

sebagai realitas dapat mempresentasikan pencitraan terhadap Pemerintah Daerah

Badung merepresentasikan desain hibrid dan representasi semiotisasi desain

Pencitraan terhadap Pemda Badung merupakan pencampuran dari fakta sebagai

realitas dengan realitas semu atau citra Proses dekonstruksi representasi

posrealitas desain gedung Puspem Badung merepresentasikan terjadinya

dekonstruksi ruang dan kekuasaan Representasi posrealitas desain gedung

Puspem Badung menyiratkan makna politik ekonomi budaya ilmu pengetahuan

teknologi dan seni

Ulasan dalam disertasi Mugi Raharja sebagaimana dipaparkan di atas

dapat dipakai sebagai sumber inspirasi dalam mengimplementasikan konsep

posrealitas yaitu terlampauinya prinsip-prinsip realitas yang diambil alih oleh

24

substitusi-substitusi yang diciptakan secara artifisal melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang ldquoyang nyatardquo atau the real Disertasi Mugi

menyoroti fenomena posrealitas namun dalam konteks desain gedung sedangkan

penelitian ini menyoroti posrealitas dalam konteks pengembangan bela diri Aikido

di Bali

22 Konsep

Pengertian istilah-istilah penting yang tertera pada judul dan rumusan

masalah penelitian ini perlu dijelaskan secara konsepsional agar pelaksanaan

penelitian terarah Secara garis besar ada tiga unit istilah penting yang perlu

dijelaskan pengertiannya yaitu (1) posrealitas (2) spirit hidup samurai dan (3)

pengembangan bela diri Aikido di Bali

221 Posrealitas

Baudrillard (Kushendadewi 2019) menjelaskan bahwa kini realitas

merupakan sesuatu yang dapat disimulasikan direkayasa sedemikian rupa melalui

relasi tanda citra dan kode Semuanya tampak dapat ditangkap oleh panca indera

tetapi tidak memiliki eksistensi substansial Celakanya rekaan-rekaan tersebut

sebagai citraan simulasi bahkan diterima sebagai suatu realitas Dalam situasi

demikian terjadi obesitas (kegemukan) informasi dalam diri massa Obesitas

inilah yang menyebabkan terjadinya implosi (kecenderungan fenomena meledak

ke pusat ke dalam yang dapat menghancurkan dirinya sendiri)

Posrealitas merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu

tetapi karena proses pemanipulasian maka realitas buatan itu terputus

25

hubungannya dengan realitas aslinya Hiperrealitas yang berkembang melalui

proses simulasi mengikuti perkembangan ataupun revolusi hukum nilai Revolusi

tersebut mengakibatkan hanya pertukaran simbolis dan yang tertinggal adalah

hiperrealitas yakni tanda-tanda simbolis yang saling dipertukarkan petanda atau

maknanya dicari dalam relasi tanda tersebut dengan tanda lainnya dalam sistem

tanda

Secara singkat bisa dikemukakan bahwa posrealitas merupakan hasil dari

simulasi Media massa sangat berpengaruh dalam proses simulasi tersebut dengan

demikian media massa juga sangat berpengaruh dalam pembentukan hiperrealitas

Media massa yang dimaksud adalah media massa sebagai isi atau pesan yang

disampaikan dan media massa sebagai bentuk atau teknologi dan sistem kerjanya (

Kushendrawati 2011101)

Terbentuknya sebuah dunia baru sebagai akibat perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi mutakhir di dalamnya tercipta berbagai definisi dan

pemahaman baru mengenai apa yang disebut realitas Di dalamnya juga

dilukiskan metamorfosis yang dialami oleh manusia yang disebut kondisi realitas

ke arah kondisi posrealitas (post-reality) Kondisi posrealitas adalah kondisi yang

di dalamnya prinsip-prinsip realitas telah dilampaui diambil alih oleh substitusi-

substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu pengetahuan

teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-asumsi

konvensional tentang kenyataan (the real)

Perkembangan dunia posrealitas telah membentangkan persoalan filosofis

mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa yang disebut yang

nyata Pertama ada persoalan terminologis Awalan pos pada istilah posrealitas

26

(post-reality) sesungguhnya menawarkan ruang tafsiran yang terbuka dan bersifat

polisemi Istilah pos di sini dapat diartikan sebagai penentangan terhadap

pemisahan dari keterputusan dan (discontinuity) persimpangan dari (rupture)

titik balik dari melewati atau melampaui realitas (hyper) Meskipun demikian

awalan pos pada istilah posrealitas digunakan dalam pengertian yang khusus

yaitu sebagai padanan dari kata hiper (hyper) yang digunakan oleh Jean

Baudrillard untuk menjelaskan kondisi yang disebutnya melampaui realitas

(hyper-reality)

Posrealitas adalah kondisi matinya realitas diambilalihnya posisi realitas

oleh nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru mempesona

yang belum pernah dialami sebelumnya Namun dunia realitas artifisial banyak

merenggut dunia realitas alamiah seperti kedekatan manusia dengan aura

keaslian dan eksotisme alam warisan luhur kebudayaan serta kekuatan spiritual

yang merupakan magnet dunia kehidupan Ketika realitas alamiah telah lenyap

dan diambil alih oleh berbagai realitas yang artifisial manusia terkurung dalam

perangkap dunia artifisialitas yang serba permukaan imanen dan dangkal serta

tidak mampu menemukan jalan kembali ke arah realitas alamiah kekayaan

kultural dan kedalaman pengalaman transendental (Piliang 200954-55)

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru Realitas tersebut tidak bisa

27

dikatakan realitas Bali yang se asli-aslinya karena telah dimasuki nilai baru yang

berasal dari sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang

Realitas itu juga tidak bisa dikatakan realitas yang baru karena para aikidoka Bali

tetaplah kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya Berdasarkan

pengertian posrealitas di atas maka secara operasional posrealitas dalam

penelitian ini dikonsepsikan sebagai pengambilalihan posisi seni bela diri

tradisional Bali seperti Tengklung Setembak dan lain-lain oleh bela diri Jepang

yaitu bela diri Aikido

222 Spirit Hidup Samurai

Asal kaum samurai dimulai pada keluarga Yamato yang muncul sebagai

klan terkuat di Jepang pada abad ketujuh masehi Kata samurai berarti ldquoorang

yang melayanirdquo dan kata itu diberikan kepada mereka yang lahir pada keluarga

terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran Falsafah

pengabdian ini adalah akar dari keningratan kaum samurai baik dalam tatanan

sosial maupun spiritual (Kitami 2013xii)

Asal-usul kelas samurai (Shigesuke 1999ix) adalah spesialisasi dari

kalangan aristokrat Secara umum kalangan kelas atas yang berpoligami biasanya

menghasilkan lebih banyak anak yang bisa terserap ke dalam level yang sama di

dalam masyarakat Aturan tentang hak waris lebih jauh menetapkan bahwa

hanya satu putra yang secara penuh mewarisi semua keistimewaan yang dimiliki

ayahnya Faktor-faktor ini menciptakan tekanan sosial dan natural menuju

diferensiasi dalam pola-pola karier dari anak keturunan kelas-kelas atas ini

28

Sebagaimana di Eropa di Jepang dan di tempat lain dari ayah-ayah

birokrat yang tidak mewarisi keistimewaan paternal inilah yang menjadi prajurit

perang atau pengelola kuil atau biara Kedua spesialisasi ini dibentuk untuk

proteksi terhadap negara para pasukan perang era kuno ini semula disebut

ldquosamurairdquo atau terjemahan kasarnya adalah ldquopembanturdquo karena mereka

membentuk pasukan bersenjata untuk membantu aristokrasi Pada saat para

samurai ini mengambil alih kekuasaan negara dari tangan aristokrat sebagai salah

satu kelas independen salah satu cara mereka memanifestasikan status dan

martabat baru mereka Mereka menjauhkan diri dari label samurai sekedar

ldquopembanturdquo kemudian menyebut diri mereka sebagai bushi「武士」yang berarti

kesatria

Spirit hidup samurai disebut sebagai bushido「武士道」 adalah etika

yang dianut oleh para samurai Walaupun istilah tersebut baru digunakan pada

zaman Edo (1603-1868) konsep bushido telah terbentuk sejak zaman Kamakura

(1185-1333) yang berkembang dari adopsi neo-konfusianisme pada zaman Edo

hingga menjadi landasan moralitas nasional pasca restorasi Meiji (1868-1912)

Bushido tidak hanya meliputi semangat bela diri dan keterampilan menggunakan

senjata tetapi juga loyalitas absolut pada tuannya rasa yang kuat atas kehormatan

pribadi pengabdian pada tugas dan keberanian bahkan jika diperlukan

pengorbanan nyawa dalam pertempuran dan ritual (Davies amp Ikeno 2014 41)

Etika bushido (Shigesuke 199930-31) mensyaratkan ada tiga hal yang

dipertimbangkan yang esensial yaitu kesetiaan tugas dan keberanian Hal

tersebut memuat tentang kesatria yang bekerja dengan kesetiaan tinggi kesatria

29

yang bisa dipercaya dalam mengemban tugas kesatria yang kuat dan pemberani

Prajurit yang memiliki kombinasi tiga sosok baik kesetiaan pengembanan tugas

dan keberanian bisa dipertimbangkan sebagai kesatria dengan orde tertinggi

Secara umum keberanian bukanlah sesuatu yang tidak hanya tampak pada

saat seseorang mengenakan baju besi mengangkat senjata lalu bertempur dalam

peperangan Perbedaan antara sikap berani dan sikap pengecut sudah tampak

dalam kehidupan sehari-hari meski tidak ada perang Seseorang yang pemberani

akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang kepada majikannya dan orang

tuanya Jika ada waktu luang ia akan mempelajari literatur dan terus berlatih bela

diri Ia menghindari kemewahan personal tidak berfoya-foya Ia juga tidak tamak

dan membelanjakan uang apabila diperlukan

Spirit samurai yang mengalir dalam bela diri Aikido beberapa di

antaranya adalah spirit keberanian kesabaran kegagahan dan ketenangan dalam

menghadapi masalah Hal ini diungkapkan oleh Nitobe (200468) sebagai berikut

勇気我慢大胆だいたん

自若じじゃく

勇猛ゆうもう

などの心性しんせい

は少年武士の心に最も強く

訴うった

えられ実例じつれい

を模範も は ん

として幼おさな

いときから訓練され励はげ

みとされたい

わば最も人気のある徳性とくせい

であった彼らは母親のふところに抱かれた

幼児よ う じ

のころから軍記ぐ ん き

物語ものがた

りをくり返し聞かされもし何か苦痛く つ う

なことが

あって泣き出したりすれば「これくらいのことで泣くとはなんて臆病おくびょう

なんでしょう」と母親に叱しか

られ「もし戦場せんじょう

に出て腕うで

を切られるよう

なことがあったらどうしますかもし切腹せっぷく

を命めい

じられたときはどうし

ますか」と励はげ

まされた

Jiwa seperti keberanian kesabaran kegagahan ketenangan dalam menghadapi

bahaya keliaran dan sebagainya paling kental berpengaruh pada hati para kesatria

remaja Sejak masih kecil mereka ditanamkan jiwa-jiwa tersebut dengan contoh

nyata dan dilatih agar memilikinya yang dijadikan sumber semangatnya Sejak

masa balitanya yang masih dalam pangkuan ibunya mereka berulang kali

diceritakan dongeng kesatria dan pertempuran jika ada yang menangis karena

terjadi sesuatu yang menyedihkan dalam cerita tersebut maka ia dimarahi ibunya

dengan perkataan ldquoBetapa penakutnya engkau sampai menangis gara-gara hal

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

19

kekuatan yang menggerakkan bahwa ditekankan untuk membuat seorang bushi

harus menjalankannya dan merupakan hukum atau peraturan yang telah terpatri

dalam jiwa para bushi masing-masing Juga bushido bukan sesuatu yang

diciptakan oleh seorang yang mempunyai otak yang cemerlang bukan juga

sesuatu yang diciptakan dengan landasan kehidupan seorang tokoh yang tenar

Bushido itu adalah sesuatu yang berkembang dan terbentuk sedikit demi sedikit

melalui kehidupan bushi selama beberapa ratus tahun (sejak bangsa Jepang

mendirikan negaranya dengan kekuatan ldquoburdquo dari bushi tersebut)

武士道の淵源えんげん

をたずねるにあたって私はまず仏教ぶっきょう

からはじめようと思う

仏教は(常つね

に心を案あん

じて)すべてを運命うんめい

にまかせるという平常へいじょう

の感覚かんかく

を武士道に与あた

えた避さ

けることができない運命に対しては冷静れいせい

に服徐ふくじょう

するという危険災難さいなん

に直面ちょくめん

したときのストイック的な落お

ちつきと生しょう

を軽かろ

んじて死に親した

しむ心を与えてきた

Dalam rangka mencari asal usul bushido saya bermaksud akan memulai

dari agama Buddha Agama Buddha memberikan rasa tenang dan sifat datar

kepada bushido dimana pasrah dengan nasib (dengan cara senantiasa

menenangkan hati) maka dengan demikian agama Buddha pun memberikan

ketenangan secara damai tanpa nafsu dalam menghadapi bahaya atau mala petaka

yaitu terhadap nasib yang tidak bisa dihindari mereka turuti dengan tenang hati

dan juga Buddha memberikan hati yang meringankan kehidupan seseorang dan

akrab dengan kematian

禅ぜん

とは(古代こ だ い

インド語の)ディヤーナの日本語訳であり(小泉こいずみ

八雲や く も

の説明

にあるように)「言葉による表現ひょうげん

の範囲は ん い

を超こ

えた思想し そ う

の領域りょういき

に瞑想めいそう

をもって自みずか

達たっ

しようとする人間の努力どりょく

をいう」という意味であるその方法は瞑想めいそう

でありそ

の目的とするところは私の理解り か い

するところによれば(この宇宙うちゅう

の)すべての

現象げんしょう

の底そこ

に存在そんざい

する原理げ ん り

を確認かくにん

しそれによって自己じ こ

を絶対的ぜったいてき

なるものと調和ちょうわ

しむることにあるこのように定義て い ぎ

すれば禅の教えは一宗いっしゅう

一派い っ ぽ

の教義きょうぎ

にとどまら

ず(その以上のものであって)人間は誰でもこの絶対的なるものを認識にんしき

できれば

俗世間ぞくせけん

のあらゆる現象を解脱げ だ つ

して「新しい天と新しい地」に目覚め ざ

めることができる

のである

Kata ldquoZenrdquo terjemahan dalam bahasa Jepang dari kata ldquoDhyanardquo (bahasa

India kuno) sebagaimana dalam penjelasan Koizumi Yakumo Zen bermakna

ldquosuatu upaya manusia yang berupaya dengan niat diri sendiri untuk mencapai

wilayah pemikiran yang melewati batas ekspresi dengan kata-kata dengan cara

meditasi Caranya dengan meditasi dan tujuannya adalah menurut pengertian saya

menyaksikan hukum alam yang berada pada dasar segala fenomena di alam

semesta dan dengan demikian memadukan diri sendiri dengan Yang Maha Kuasa

Apabila kita rumuskan arti Zen seperti ini maka ajaran Zen tidak terbatas pada

ajaran atau kewajiban daripada salah satu sekte dari salah satu agama dan

siapapun dia apabila kita menyadari atau mengakui sesuatu yang bersifat mutlak

maka manusia itu dapat melepaskan diri dari pada segala fenomena yang terjadi

pada dunia ini sehingga dapat bangkit pada ldquosurga baru dan dunia barurdquo

20

仏教が武士道に与えることができなかったものを神道しんとう

が豊ゆた

かに充み

たしてく

れた主君しゅくん

に対する忠節ちゅうせつ

祖先そ せ ん

に対する崇拝すうはい

および親に対する孝行こうこう

がこれである

この三つの教えは他のいかなる宗 教しゅうきょう

の信しん

条じょう

によっても教えられなかったもので

あるこれによって武士の(ややもすれば陥おちい

りやすい)傲慢ごうまん

な性格せいかく

は抑制よくせい

されて

服従性ふくじゅうせい

が加えられた

Apa yang tidak bisa diberi oleh agama Buddha sebelumnya kepada

bushido dipenuhi secara subur oleh Shinto Itu adalah kesetiaan kepada tuan

pemujaan terhadap leluhur dan balas budi terhadap orang tua Ketiga ajaran ini

sebelumnya belum pernah diajarkan oleh ajaran agama lainnya Dengan ajaran ini

telah ditekankan atau dikurangi sifat angkuh (yang sering mudah muncul) pada

bushi juga ditambah sifat menuruti

厳正げんせい

な意味における道徳的どうとくてき

教養きょうよう

に関しては孔子こ う し

の教える道が武士道のも

っとも豊かな淵源えんげん

であった孔子が説と

いた君臣くんしん

父子ふ し

夫婦ふ う ふ

長幼ちょうよう

朋友ほうゆう

のこの

五輪ご り ん

の道は中国よりこの聖人せいじん

の教義きょうぎ

が輸入ゆにゅう

される以前からわが国の民族みんぞく

的本能ほんのう

がこれを認みと

め重おも

んじていたことであって孔子の教えはこれを確認かくにん

したにすぎな

Mengenai pengetahuan moral dalam arti yang tepat adalah jalan yang

dianjurkan oleh pendiri ajaran Konfucuisme yaitu Kong Fu Chu merupakan

sumber asal mula yang paling subur bagi bushido Jalan ke lima lingkaran yang

terdiri dari tuan dan anak buah ayah dan anak suami dan istri tua dan muda

persahabatan yang dianjurkan Kong Fu Chu sebenarnya sudah ada dan disadari

oleh bangsa Jepang sebelum diimpornya dari orang suci dari Cina ini Ajaran

Kong Fu Chu hanya mengonfirmasi atau memastikan saja

Tulisan Nitobe mengenai bushido di atas memungkinkan untuk dimanfaatkan

dalam melakukan penelitian ini terutama dalam rangka memahami doktrin nilai-

nilai yang berlaku dalam bela diri Aikido

Ratti dan Westbrook dengan judul bukunya Secrets of the Samurai (2013)

menyatakan berbagai hal menyangkut samurai di antaranya kemunculan kaum

samurai pada zaman feodal Jepang yaitu periode akhir Heian「平安時代」abad

ke-10 sampai dengan abad ke-17 Struktur pemerintahan militer shogunat

Tokugawa pendidikan dan status kaum samurai ronin (samurai tanpa tuan) bela

diri dengan senjata bela diri tanpa senjata beberapa rahasia teknik bela diri yang

ditekuni samurai kekuatan dalam yang ada pada bela diri samurai (terdiri dari

21

kontrol dan kekuatan strategi-strategi prinsip dan moralitas dalam bela diri)

Pada bagian kontrol dan kekuatan (power) salah satu subbabnya menyebutkan

bela diri samurai yang berevolusi menjadi bela diri Aikido pada saat ini

Pada bagian akhir tulisan Ratti dan Westbrook menekankan moralitas yang

terkandung di dalam bela diri yang ditekuni samurai yang berevolusi melahirkan

beberapa bela diri modern Jepang saat ini seperti Kyuujitsu Kenjitsu Judo

Karate Aikido Jujitsu Kendo Kyudo Iaido dan bela diri lainnya Moralitas

yang mengalir pada bela diri Jepang modern bersumber pada jalan bushido

Tulisan Ratti dan Westbrook tersebut juga memungkinkan untuk dimanfaatkan

terutama dalam mendalami asal-usul keberadaan samurai teknik-teknik bela diri

yang dilakukan dan dikuasai oleh para samurai zaman feodal di Jepang yang

menjelma menjadi teknik-teknik gerakan dalam bela diri Aikido baik yang ada di

Jepang maupun di Bali

Ueshiba Moriteru「植芝守央」dalam bukunya yang berjudul Motto

Umakunaru Aikido「もっとうまくなる合気道 」 (2011) menguraikan

beberapa hal mengenai bela diri Aikido dimulai dari pengertian dan sejarah bela

diri Aikido cara mengenakan pakaian pada saat latihan sikap bersimpuh sikap

memasuki dojo dan cara menghormat ke altar guru besar pencipta bela diri

Aikido Dalam buku tersebut Ueshiba Moriteru juga menjelaskan dengan detail

mengenai teknik (waza) dimulai dari postur tubuh yang benar gerakan kaki arah

putaran pinggang dan gerakan tangan pada saat berlatih dengan tangan kosong

dan menggunakan senjata (pedang kayu tongkat dan pisau kayu) Teknik lainnya

yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya teknik lipatan bantingan cara

jatuh supaya badan tidak cedera pada saat berlatih Semua sikap dan gerakan

22

teknik diperagakan oleh peraga yang juga peserta bela diri Aikido Hal itu

ditampilkan melalui foto disertai keterangan postur yang benar dan yang salah

sehingga buku ini dijadikan pegangan dalam mempelajari teknik bela diri Aikido

yang standarnya ditetapkan oleh dojo pusat di seluruh dunia yang berada di

Tokyo-Jepang Pada bagian akhir dari buku yang ditulis oleh Ueshiba Moriteru

ditampilkan cara-cara menghadapi serangan lawan mematahkan serangan

tersebut melumpuhkan dan mengontrol lawan dengan beberapa jenis kuncian

sehingga lawan tidak bisa bergerak tetapi tidak mencederainya Buku yang ditulis

oleh Ueshiba Moriteru ini juga dijadikan sumber inspirasi terutama dalam

memahami istilah-istilah teknis yang terkait dengan bela diri Aikido

Diah Madubrangti (2004) menulis disertasi dengan judul ldquoMakna Festival

Olahraga (Undoukai) sebagai Kegiatan Kompetitif bagi Pembentukan

Kepribadian Anak Melalui Pendidikan Sekolah di Jepangrdquo Hasil penelitian Diah

menggambarkan implementasi spirit samurai sehingga menarik untuk dicermati

karena spirit samurai juga diusung dalam olahraga bela diri Aikido Disertasi Diah

menggambarkan spirit samurai yang menekankan pentingnya sikap pantang

menyerah kegigihan menghargai orang lain menghormati guru dan berlatih

secara terus menerus Ulasan dalam disertasi tersebut juga mengenai undoukai

yang dipandang berfungsi penting dalam pembentukan karakter anak-anak Jepang

sehingga tercermin pada sikap dan perilaku individu-individu anak Jepang dalam

kehidupan kesehariannya

Walaupun sama-sama membahas kegiatan olahraga yang berspirit samurai

judul dan masalah penelitian ini berbeda dengan judul dan masalah penelitian

Diah Diah menitikberatkan kegiatan undoukai sebagai salah satu aktivitas anak-

23

anak Jepang dan tempat kegiatan di Jepang olahraganya bukan bela diri dan

dilakukan oleh orang asli Jepang sehingga hal ini merupakan kegiatan

yang rdquorealitasrdquo bukan rdquoposrealitasrdquo Dalam penelitian ini fokusnya adalah

kegiatan latihan bela diri Aikido di Bali yang bernuansa posrealitas

Mugi Raharja (2013) menulis disertasi dengan judul ldquoRepresentasi

Posrealitas Desain Gedung Pusat Pemerintahan Kabupaten Badungrdquo Dalam

disertasi tersebut diungkapkan bahwa pengkajian terhadap bentuk representasi

posrealitas desain Gedung Puspem Badung dihasilkan oleh pencitraan kronoskopi

sebagai simulasi ruang dan waktu secara virtual di layar komputer yang

dilengkapi citra gerak Adanya citra gerak ini menyebabkan seseorang yang

melihat simulasi desain Gedung Puspem Badung dapat mengalami waktu dan

merasakan ruang secara virtual Kemudian simulasi diwujudkan menjadi fakta

sebagai realitas dapat mempresentasikan pencitraan terhadap Pemerintah Daerah

Badung merepresentasikan desain hibrid dan representasi semiotisasi desain

Pencitraan terhadap Pemda Badung merupakan pencampuran dari fakta sebagai

realitas dengan realitas semu atau citra Proses dekonstruksi representasi

posrealitas desain gedung Puspem Badung merepresentasikan terjadinya

dekonstruksi ruang dan kekuasaan Representasi posrealitas desain gedung

Puspem Badung menyiratkan makna politik ekonomi budaya ilmu pengetahuan

teknologi dan seni

Ulasan dalam disertasi Mugi Raharja sebagaimana dipaparkan di atas

dapat dipakai sebagai sumber inspirasi dalam mengimplementasikan konsep

posrealitas yaitu terlampauinya prinsip-prinsip realitas yang diambil alih oleh

24

substitusi-substitusi yang diciptakan secara artifisal melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang ldquoyang nyatardquo atau the real Disertasi Mugi

menyoroti fenomena posrealitas namun dalam konteks desain gedung sedangkan

penelitian ini menyoroti posrealitas dalam konteks pengembangan bela diri Aikido

di Bali

22 Konsep

Pengertian istilah-istilah penting yang tertera pada judul dan rumusan

masalah penelitian ini perlu dijelaskan secara konsepsional agar pelaksanaan

penelitian terarah Secara garis besar ada tiga unit istilah penting yang perlu

dijelaskan pengertiannya yaitu (1) posrealitas (2) spirit hidup samurai dan (3)

pengembangan bela diri Aikido di Bali

221 Posrealitas

Baudrillard (Kushendadewi 2019) menjelaskan bahwa kini realitas

merupakan sesuatu yang dapat disimulasikan direkayasa sedemikian rupa melalui

relasi tanda citra dan kode Semuanya tampak dapat ditangkap oleh panca indera

tetapi tidak memiliki eksistensi substansial Celakanya rekaan-rekaan tersebut

sebagai citraan simulasi bahkan diterima sebagai suatu realitas Dalam situasi

demikian terjadi obesitas (kegemukan) informasi dalam diri massa Obesitas

inilah yang menyebabkan terjadinya implosi (kecenderungan fenomena meledak

ke pusat ke dalam yang dapat menghancurkan dirinya sendiri)

Posrealitas merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu

tetapi karena proses pemanipulasian maka realitas buatan itu terputus

25

hubungannya dengan realitas aslinya Hiperrealitas yang berkembang melalui

proses simulasi mengikuti perkembangan ataupun revolusi hukum nilai Revolusi

tersebut mengakibatkan hanya pertukaran simbolis dan yang tertinggal adalah

hiperrealitas yakni tanda-tanda simbolis yang saling dipertukarkan petanda atau

maknanya dicari dalam relasi tanda tersebut dengan tanda lainnya dalam sistem

tanda

Secara singkat bisa dikemukakan bahwa posrealitas merupakan hasil dari

simulasi Media massa sangat berpengaruh dalam proses simulasi tersebut dengan

demikian media massa juga sangat berpengaruh dalam pembentukan hiperrealitas

Media massa yang dimaksud adalah media massa sebagai isi atau pesan yang

disampaikan dan media massa sebagai bentuk atau teknologi dan sistem kerjanya (

Kushendrawati 2011101)

Terbentuknya sebuah dunia baru sebagai akibat perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi mutakhir di dalamnya tercipta berbagai definisi dan

pemahaman baru mengenai apa yang disebut realitas Di dalamnya juga

dilukiskan metamorfosis yang dialami oleh manusia yang disebut kondisi realitas

ke arah kondisi posrealitas (post-reality) Kondisi posrealitas adalah kondisi yang

di dalamnya prinsip-prinsip realitas telah dilampaui diambil alih oleh substitusi-

substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu pengetahuan

teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-asumsi

konvensional tentang kenyataan (the real)

Perkembangan dunia posrealitas telah membentangkan persoalan filosofis

mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa yang disebut yang

nyata Pertama ada persoalan terminologis Awalan pos pada istilah posrealitas

26

(post-reality) sesungguhnya menawarkan ruang tafsiran yang terbuka dan bersifat

polisemi Istilah pos di sini dapat diartikan sebagai penentangan terhadap

pemisahan dari keterputusan dan (discontinuity) persimpangan dari (rupture)

titik balik dari melewati atau melampaui realitas (hyper) Meskipun demikian

awalan pos pada istilah posrealitas digunakan dalam pengertian yang khusus

yaitu sebagai padanan dari kata hiper (hyper) yang digunakan oleh Jean

Baudrillard untuk menjelaskan kondisi yang disebutnya melampaui realitas

(hyper-reality)

Posrealitas adalah kondisi matinya realitas diambilalihnya posisi realitas

oleh nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru mempesona

yang belum pernah dialami sebelumnya Namun dunia realitas artifisial banyak

merenggut dunia realitas alamiah seperti kedekatan manusia dengan aura

keaslian dan eksotisme alam warisan luhur kebudayaan serta kekuatan spiritual

yang merupakan magnet dunia kehidupan Ketika realitas alamiah telah lenyap

dan diambil alih oleh berbagai realitas yang artifisial manusia terkurung dalam

perangkap dunia artifisialitas yang serba permukaan imanen dan dangkal serta

tidak mampu menemukan jalan kembali ke arah realitas alamiah kekayaan

kultural dan kedalaman pengalaman transendental (Piliang 200954-55)

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru Realitas tersebut tidak bisa

27

dikatakan realitas Bali yang se asli-aslinya karena telah dimasuki nilai baru yang

berasal dari sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang

Realitas itu juga tidak bisa dikatakan realitas yang baru karena para aikidoka Bali

tetaplah kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya Berdasarkan

pengertian posrealitas di atas maka secara operasional posrealitas dalam

penelitian ini dikonsepsikan sebagai pengambilalihan posisi seni bela diri

tradisional Bali seperti Tengklung Setembak dan lain-lain oleh bela diri Jepang

yaitu bela diri Aikido

222 Spirit Hidup Samurai

Asal kaum samurai dimulai pada keluarga Yamato yang muncul sebagai

klan terkuat di Jepang pada abad ketujuh masehi Kata samurai berarti ldquoorang

yang melayanirdquo dan kata itu diberikan kepada mereka yang lahir pada keluarga

terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran Falsafah

pengabdian ini adalah akar dari keningratan kaum samurai baik dalam tatanan

sosial maupun spiritual (Kitami 2013xii)

Asal-usul kelas samurai (Shigesuke 1999ix) adalah spesialisasi dari

kalangan aristokrat Secara umum kalangan kelas atas yang berpoligami biasanya

menghasilkan lebih banyak anak yang bisa terserap ke dalam level yang sama di

dalam masyarakat Aturan tentang hak waris lebih jauh menetapkan bahwa

hanya satu putra yang secara penuh mewarisi semua keistimewaan yang dimiliki

ayahnya Faktor-faktor ini menciptakan tekanan sosial dan natural menuju

diferensiasi dalam pola-pola karier dari anak keturunan kelas-kelas atas ini

28

Sebagaimana di Eropa di Jepang dan di tempat lain dari ayah-ayah

birokrat yang tidak mewarisi keistimewaan paternal inilah yang menjadi prajurit

perang atau pengelola kuil atau biara Kedua spesialisasi ini dibentuk untuk

proteksi terhadap negara para pasukan perang era kuno ini semula disebut

ldquosamurairdquo atau terjemahan kasarnya adalah ldquopembanturdquo karena mereka

membentuk pasukan bersenjata untuk membantu aristokrasi Pada saat para

samurai ini mengambil alih kekuasaan negara dari tangan aristokrat sebagai salah

satu kelas independen salah satu cara mereka memanifestasikan status dan

martabat baru mereka Mereka menjauhkan diri dari label samurai sekedar

ldquopembanturdquo kemudian menyebut diri mereka sebagai bushi「武士」yang berarti

kesatria

Spirit hidup samurai disebut sebagai bushido「武士道」 adalah etika

yang dianut oleh para samurai Walaupun istilah tersebut baru digunakan pada

zaman Edo (1603-1868) konsep bushido telah terbentuk sejak zaman Kamakura

(1185-1333) yang berkembang dari adopsi neo-konfusianisme pada zaman Edo

hingga menjadi landasan moralitas nasional pasca restorasi Meiji (1868-1912)

Bushido tidak hanya meliputi semangat bela diri dan keterampilan menggunakan

senjata tetapi juga loyalitas absolut pada tuannya rasa yang kuat atas kehormatan

pribadi pengabdian pada tugas dan keberanian bahkan jika diperlukan

pengorbanan nyawa dalam pertempuran dan ritual (Davies amp Ikeno 2014 41)

Etika bushido (Shigesuke 199930-31) mensyaratkan ada tiga hal yang

dipertimbangkan yang esensial yaitu kesetiaan tugas dan keberanian Hal

tersebut memuat tentang kesatria yang bekerja dengan kesetiaan tinggi kesatria

29

yang bisa dipercaya dalam mengemban tugas kesatria yang kuat dan pemberani

Prajurit yang memiliki kombinasi tiga sosok baik kesetiaan pengembanan tugas

dan keberanian bisa dipertimbangkan sebagai kesatria dengan orde tertinggi

Secara umum keberanian bukanlah sesuatu yang tidak hanya tampak pada

saat seseorang mengenakan baju besi mengangkat senjata lalu bertempur dalam

peperangan Perbedaan antara sikap berani dan sikap pengecut sudah tampak

dalam kehidupan sehari-hari meski tidak ada perang Seseorang yang pemberani

akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang kepada majikannya dan orang

tuanya Jika ada waktu luang ia akan mempelajari literatur dan terus berlatih bela

diri Ia menghindari kemewahan personal tidak berfoya-foya Ia juga tidak tamak

dan membelanjakan uang apabila diperlukan

Spirit samurai yang mengalir dalam bela diri Aikido beberapa di

antaranya adalah spirit keberanian kesabaran kegagahan dan ketenangan dalam

menghadapi masalah Hal ini diungkapkan oleh Nitobe (200468) sebagai berikut

勇気我慢大胆だいたん

自若じじゃく

勇猛ゆうもう

などの心性しんせい

は少年武士の心に最も強く

訴うった

えられ実例じつれい

を模範も は ん

として幼おさな

いときから訓練され励はげ

みとされたい

わば最も人気のある徳性とくせい

であった彼らは母親のふところに抱かれた

幼児よ う じ

のころから軍記ぐ ん き

物語ものがた

りをくり返し聞かされもし何か苦痛く つ う

なことが

あって泣き出したりすれば「これくらいのことで泣くとはなんて臆病おくびょう

なんでしょう」と母親に叱しか

られ「もし戦場せんじょう

に出て腕うで

を切られるよう

なことがあったらどうしますかもし切腹せっぷく

を命めい

じられたときはどうし

ますか」と励はげ

まされた

Jiwa seperti keberanian kesabaran kegagahan ketenangan dalam menghadapi

bahaya keliaran dan sebagainya paling kental berpengaruh pada hati para kesatria

remaja Sejak masih kecil mereka ditanamkan jiwa-jiwa tersebut dengan contoh

nyata dan dilatih agar memilikinya yang dijadikan sumber semangatnya Sejak

masa balitanya yang masih dalam pangkuan ibunya mereka berulang kali

diceritakan dongeng kesatria dan pertempuran jika ada yang menangis karena

terjadi sesuatu yang menyedihkan dalam cerita tersebut maka ia dimarahi ibunya

dengan perkataan ldquoBetapa penakutnya engkau sampai menangis gara-gara hal

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

20

仏教が武士道に与えることができなかったものを神道しんとう

が豊ゆた

かに充み

たしてく

れた主君しゅくん

に対する忠節ちゅうせつ

祖先そ せ ん

に対する崇拝すうはい

および親に対する孝行こうこう

がこれである

この三つの教えは他のいかなる宗 教しゅうきょう

の信しん

条じょう

によっても教えられなかったもので

あるこれによって武士の(ややもすれば陥おちい

りやすい)傲慢ごうまん

な性格せいかく

は抑制よくせい

されて

服従性ふくじゅうせい

が加えられた

Apa yang tidak bisa diberi oleh agama Buddha sebelumnya kepada

bushido dipenuhi secara subur oleh Shinto Itu adalah kesetiaan kepada tuan

pemujaan terhadap leluhur dan balas budi terhadap orang tua Ketiga ajaran ini

sebelumnya belum pernah diajarkan oleh ajaran agama lainnya Dengan ajaran ini

telah ditekankan atau dikurangi sifat angkuh (yang sering mudah muncul) pada

bushi juga ditambah sifat menuruti

厳正げんせい

な意味における道徳的どうとくてき

教養きょうよう

に関しては孔子こ う し

の教える道が武士道のも

っとも豊かな淵源えんげん

であった孔子が説と

いた君臣くんしん

父子ふ し

夫婦ふ う ふ

長幼ちょうよう

朋友ほうゆう

のこの

五輪ご り ん

の道は中国よりこの聖人せいじん

の教義きょうぎ

が輸入ゆにゅう

される以前からわが国の民族みんぞく

的本能ほんのう

がこれを認みと

め重おも

んじていたことであって孔子の教えはこれを確認かくにん

したにすぎな

Mengenai pengetahuan moral dalam arti yang tepat adalah jalan yang

dianjurkan oleh pendiri ajaran Konfucuisme yaitu Kong Fu Chu merupakan

sumber asal mula yang paling subur bagi bushido Jalan ke lima lingkaran yang

terdiri dari tuan dan anak buah ayah dan anak suami dan istri tua dan muda

persahabatan yang dianjurkan Kong Fu Chu sebenarnya sudah ada dan disadari

oleh bangsa Jepang sebelum diimpornya dari orang suci dari Cina ini Ajaran

Kong Fu Chu hanya mengonfirmasi atau memastikan saja

Tulisan Nitobe mengenai bushido di atas memungkinkan untuk dimanfaatkan

dalam melakukan penelitian ini terutama dalam rangka memahami doktrin nilai-

nilai yang berlaku dalam bela diri Aikido

Ratti dan Westbrook dengan judul bukunya Secrets of the Samurai (2013)

menyatakan berbagai hal menyangkut samurai di antaranya kemunculan kaum

samurai pada zaman feodal Jepang yaitu periode akhir Heian「平安時代」abad

ke-10 sampai dengan abad ke-17 Struktur pemerintahan militer shogunat

Tokugawa pendidikan dan status kaum samurai ronin (samurai tanpa tuan) bela

diri dengan senjata bela diri tanpa senjata beberapa rahasia teknik bela diri yang

ditekuni samurai kekuatan dalam yang ada pada bela diri samurai (terdiri dari

21

kontrol dan kekuatan strategi-strategi prinsip dan moralitas dalam bela diri)

Pada bagian kontrol dan kekuatan (power) salah satu subbabnya menyebutkan

bela diri samurai yang berevolusi menjadi bela diri Aikido pada saat ini

Pada bagian akhir tulisan Ratti dan Westbrook menekankan moralitas yang

terkandung di dalam bela diri yang ditekuni samurai yang berevolusi melahirkan

beberapa bela diri modern Jepang saat ini seperti Kyuujitsu Kenjitsu Judo

Karate Aikido Jujitsu Kendo Kyudo Iaido dan bela diri lainnya Moralitas

yang mengalir pada bela diri Jepang modern bersumber pada jalan bushido

Tulisan Ratti dan Westbrook tersebut juga memungkinkan untuk dimanfaatkan

terutama dalam mendalami asal-usul keberadaan samurai teknik-teknik bela diri

yang dilakukan dan dikuasai oleh para samurai zaman feodal di Jepang yang

menjelma menjadi teknik-teknik gerakan dalam bela diri Aikido baik yang ada di

Jepang maupun di Bali

Ueshiba Moriteru「植芝守央」dalam bukunya yang berjudul Motto

Umakunaru Aikido「もっとうまくなる合気道 」 (2011) menguraikan

beberapa hal mengenai bela diri Aikido dimulai dari pengertian dan sejarah bela

diri Aikido cara mengenakan pakaian pada saat latihan sikap bersimpuh sikap

memasuki dojo dan cara menghormat ke altar guru besar pencipta bela diri

Aikido Dalam buku tersebut Ueshiba Moriteru juga menjelaskan dengan detail

mengenai teknik (waza) dimulai dari postur tubuh yang benar gerakan kaki arah

putaran pinggang dan gerakan tangan pada saat berlatih dengan tangan kosong

dan menggunakan senjata (pedang kayu tongkat dan pisau kayu) Teknik lainnya

yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya teknik lipatan bantingan cara

jatuh supaya badan tidak cedera pada saat berlatih Semua sikap dan gerakan

22

teknik diperagakan oleh peraga yang juga peserta bela diri Aikido Hal itu

ditampilkan melalui foto disertai keterangan postur yang benar dan yang salah

sehingga buku ini dijadikan pegangan dalam mempelajari teknik bela diri Aikido

yang standarnya ditetapkan oleh dojo pusat di seluruh dunia yang berada di

Tokyo-Jepang Pada bagian akhir dari buku yang ditulis oleh Ueshiba Moriteru

ditampilkan cara-cara menghadapi serangan lawan mematahkan serangan

tersebut melumpuhkan dan mengontrol lawan dengan beberapa jenis kuncian

sehingga lawan tidak bisa bergerak tetapi tidak mencederainya Buku yang ditulis

oleh Ueshiba Moriteru ini juga dijadikan sumber inspirasi terutama dalam

memahami istilah-istilah teknis yang terkait dengan bela diri Aikido

Diah Madubrangti (2004) menulis disertasi dengan judul ldquoMakna Festival

Olahraga (Undoukai) sebagai Kegiatan Kompetitif bagi Pembentukan

Kepribadian Anak Melalui Pendidikan Sekolah di Jepangrdquo Hasil penelitian Diah

menggambarkan implementasi spirit samurai sehingga menarik untuk dicermati

karena spirit samurai juga diusung dalam olahraga bela diri Aikido Disertasi Diah

menggambarkan spirit samurai yang menekankan pentingnya sikap pantang

menyerah kegigihan menghargai orang lain menghormati guru dan berlatih

secara terus menerus Ulasan dalam disertasi tersebut juga mengenai undoukai

yang dipandang berfungsi penting dalam pembentukan karakter anak-anak Jepang

sehingga tercermin pada sikap dan perilaku individu-individu anak Jepang dalam

kehidupan kesehariannya

Walaupun sama-sama membahas kegiatan olahraga yang berspirit samurai

judul dan masalah penelitian ini berbeda dengan judul dan masalah penelitian

Diah Diah menitikberatkan kegiatan undoukai sebagai salah satu aktivitas anak-

23

anak Jepang dan tempat kegiatan di Jepang olahraganya bukan bela diri dan

dilakukan oleh orang asli Jepang sehingga hal ini merupakan kegiatan

yang rdquorealitasrdquo bukan rdquoposrealitasrdquo Dalam penelitian ini fokusnya adalah

kegiatan latihan bela diri Aikido di Bali yang bernuansa posrealitas

Mugi Raharja (2013) menulis disertasi dengan judul ldquoRepresentasi

Posrealitas Desain Gedung Pusat Pemerintahan Kabupaten Badungrdquo Dalam

disertasi tersebut diungkapkan bahwa pengkajian terhadap bentuk representasi

posrealitas desain Gedung Puspem Badung dihasilkan oleh pencitraan kronoskopi

sebagai simulasi ruang dan waktu secara virtual di layar komputer yang

dilengkapi citra gerak Adanya citra gerak ini menyebabkan seseorang yang

melihat simulasi desain Gedung Puspem Badung dapat mengalami waktu dan

merasakan ruang secara virtual Kemudian simulasi diwujudkan menjadi fakta

sebagai realitas dapat mempresentasikan pencitraan terhadap Pemerintah Daerah

Badung merepresentasikan desain hibrid dan representasi semiotisasi desain

Pencitraan terhadap Pemda Badung merupakan pencampuran dari fakta sebagai

realitas dengan realitas semu atau citra Proses dekonstruksi representasi

posrealitas desain gedung Puspem Badung merepresentasikan terjadinya

dekonstruksi ruang dan kekuasaan Representasi posrealitas desain gedung

Puspem Badung menyiratkan makna politik ekonomi budaya ilmu pengetahuan

teknologi dan seni

Ulasan dalam disertasi Mugi Raharja sebagaimana dipaparkan di atas

dapat dipakai sebagai sumber inspirasi dalam mengimplementasikan konsep

posrealitas yaitu terlampauinya prinsip-prinsip realitas yang diambil alih oleh

24

substitusi-substitusi yang diciptakan secara artifisal melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang ldquoyang nyatardquo atau the real Disertasi Mugi

menyoroti fenomena posrealitas namun dalam konteks desain gedung sedangkan

penelitian ini menyoroti posrealitas dalam konteks pengembangan bela diri Aikido

di Bali

22 Konsep

Pengertian istilah-istilah penting yang tertera pada judul dan rumusan

masalah penelitian ini perlu dijelaskan secara konsepsional agar pelaksanaan

penelitian terarah Secara garis besar ada tiga unit istilah penting yang perlu

dijelaskan pengertiannya yaitu (1) posrealitas (2) spirit hidup samurai dan (3)

pengembangan bela diri Aikido di Bali

221 Posrealitas

Baudrillard (Kushendadewi 2019) menjelaskan bahwa kini realitas

merupakan sesuatu yang dapat disimulasikan direkayasa sedemikian rupa melalui

relasi tanda citra dan kode Semuanya tampak dapat ditangkap oleh panca indera

tetapi tidak memiliki eksistensi substansial Celakanya rekaan-rekaan tersebut

sebagai citraan simulasi bahkan diterima sebagai suatu realitas Dalam situasi

demikian terjadi obesitas (kegemukan) informasi dalam diri massa Obesitas

inilah yang menyebabkan terjadinya implosi (kecenderungan fenomena meledak

ke pusat ke dalam yang dapat menghancurkan dirinya sendiri)

Posrealitas merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu

tetapi karena proses pemanipulasian maka realitas buatan itu terputus

25

hubungannya dengan realitas aslinya Hiperrealitas yang berkembang melalui

proses simulasi mengikuti perkembangan ataupun revolusi hukum nilai Revolusi

tersebut mengakibatkan hanya pertukaran simbolis dan yang tertinggal adalah

hiperrealitas yakni tanda-tanda simbolis yang saling dipertukarkan petanda atau

maknanya dicari dalam relasi tanda tersebut dengan tanda lainnya dalam sistem

tanda

Secara singkat bisa dikemukakan bahwa posrealitas merupakan hasil dari

simulasi Media massa sangat berpengaruh dalam proses simulasi tersebut dengan

demikian media massa juga sangat berpengaruh dalam pembentukan hiperrealitas

Media massa yang dimaksud adalah media massa sebagai isi atau pesan yang

disampaikan dan media massa sebagai bentuk atau teknologi dan sistem kerjanya (

Kushendrawati 2011101)

Terbentuknya sebuah dunia baru sebagai akibat perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi mutakhir di dalamnya tercipta berbagai definisi dan

pemahaman baru mengenai apa yang disebut realitas Di dalamnya juga

dilukiskan metamorfosis yang dialami oleh manusia yang disebut kondisi realitas

ke arah kondisi posrealitas (post-reality) Kondisi posrealitas adalah kondisi yang

di dalamnya prinsip-prinsip realitas telah dilampaui diambil alih oleh substitusi-

substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu pengetahuan

teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-asumsi

konvensional tentang kenyataan (the real)

Perkembangan dunia posrealitas telah membentangkan persoalan filosofis

mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa yang disebut yang

nyata Pertama ada persoalan terminologis Awalan pos pada istilah posrealitas

26

(post-reality) sesungguhnya menawarkan ruang tafsiran yang terbuka dan bersifat

polisemi Istilah pos di sini dapat diartikan sebagai penentangan terhadap

pemisahan dari keterputusan dan (discontinuity) persimpangan dari (rupture)

titik balik dari melewati atau melampaui realitas (hyper) Meskipun demikian

awalan pos pada istilah posrealitas digunakan dalam pengertian yang khusus

yaitu sebagai padanan dari kata hiper (hyper) yang digunakan oleh Jean

Baudrillard untuk menjelaskan kondisi yang disebutnya melampaui realitas

(hyper-reality)

Posrealitas adalah kondisi matinya realitas diambilalihnya posisi realitas

oleh nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru mempesona

yang belum pernah dialami sebelumnya Namun dunia realitas artifisial banyak

merenggut dunia realitas alamiah seperti kedekatan manusia dengan aura

keaslian dan eksotisme alam warisan luhur kebudayaan serta kekuatan spiritual

yang merupakan magnet dunia kehidupan Ketika realitas alamiah telah lenyap

dan diambil alih oleh berbagai realitas yang artifisial manusia terkurung dalam

perangkap dunia artifisialitas yang serba permukaan imanen dan dangkal serta

tidak mampu menemukan jalan kembali ke arah realitas alamiah kekayaan

kultural dan kedalaman pengalaman transendental (Piliang 200954-55)

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru Realitas tersebut tidak bisa

27

dikatakan realitas Bali yang se asli-aslinya karena telah dimasuki nilai baru yang

berasal dari sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang

Realitas itu juga tidak bisa dikatakan realitas yang baru karena para aikidoka Bali

tetaplah kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya Berdasarkan

pengertian posrealitas di atas maka secara operasional posrealitas dalam

penelitian ini dikonsepsikan sebagai pengambilalihan posisi seni bela diri

tradisional Bali seperti Tengklung Setembak dan lain-lain oleh bela diri Jepang

yaitu bela diri Aikido

222 Spirit Hidup Samurai

Asal kaum samurai dimulai pada keluarga Yamato yang muncul sebagai

klan terkuat di Jepang pada abad ketujuh masehi Kata samurai berarti ldquoorang

yang melayanirdquo dan kata itu diberikan kepada mereka yang lahir pada keluarga

terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran Falsafah

pengabdian ini adalah akar dari keningratan kaum samurai baik dalam tatanan

sosial maupun spiritual (Kitami 2013xii)

Asal-usul kelas samurai (Shigesuke 1999ix) adalah spesialisasi dari

kalangan aristokrat Secara umum kalangan kelas atas yang berpoligami biasanya

menghasilkan lebih banyak anak yang bisa terserap ke dalam level yang sama di

dalam masyarakat Aturan tentang hak waris lebih jauh menetapkan bahwa

hanya satu putra yang secara penuh mewarisi semua keistimewaan yang dimiliki

ayahnya Faktor-faktor ini menciptakan tekanan sosial dan natural menuju

diferensiasi dalam pola-pola karier dari anak keturunan kelas-kelas atas ini

28

Sebagaimana di Eropa di Jepang dan di tempat lain dari ayah-ayah

birokrat yang tidak mewarisi keistimewaan paternal inilah yang menjadi prajurit

perang atau pengelola kuil atau biara Kedua spesialisasi ini dibentuk untuk

proteksi terhadap negara para pasukan perang era kuno ini semula disebut

ldquosamurairdquo atau terjemahan kasarnya adalah ldquopembanturdquo karena mereka

membentuk pasukan bersenjata untuk membantu aristokrasi Pada saat para

samurai ini mengambil alih kekuasaan negara dari tangan aristokrat sebagai salah

satu kelas independen salah satu cara mereka memanifestasikan status dan

martabat baru mereka Mereka menjauhkan diri dari label samurai sekedar

ldquopembanturdquo kemudian menyebut diri mereka sebagai bushi「武士」yang berarti

kesatria

Spirit hidup samurai disebut sebagai bushido「武士道」 adalah etika

yang dianut oleh para samurai Walaupun istilah tersebut baru digunakan pada

zaman Edo (1603-1868) konsep bushido telah terbentuk sejak zaman Kamakura

(1185-1333) yang berkembang dari adopsi neo-konfusianisme pada zaman Edo

hingga menjadi landasan moralitas nasional pasca restorasi Meiji (1868-1912)

Bushido tidak hanya meliputi semangat bela diri dan keterampilan menggunakan

senjata tetapi juga loyalitas absolut pada tuannya rasa yang kuat atas kehormatan

pribadi pengabdian pada tugas dan keberanian bahkan jika diperlukan

pengorbanan nyawa dalam pertempuran dan ritual (Davies amp Ikeno 2014 41)

Etika bushido (Shigesuke 199930-31) mensyaratkan ada tiga hal yang

dipertimbangkan yang esensial yaitu kesetiaan tugas dan keberanian Hal

tersebut memuat tentang kesatria yang bekerja dengan kesetiaan tinggi kesatria

29

yang bisa dipercaya dalam mengemban tugas kesatria yang kuat dan pemberani

Prajurit yang memiliki kombinasi tiga sosok baik kesetiaan pengembanan tugas

dan keberanian bisa dipertimbangkan sebagai kesatria dengan orde tertinggi

Secara umum keberanian bukanlah sesuatu yang tidak hanya tampak pada

saat seseorang mengenakan baju besi mengangkat senjata lalu bertempur dalam

peperangan Perbedaan antara sikap berani dan sikap pengecut sudah tampak

dalam kehidupan sehari-hari meski tidak ada perang Seseorang yang pemberani

akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang kepada majikannya dan orang

tuanya Jika ada waktu luang ia akan mempelajari literatur dan terus berlatih bela

diri Ia menghindari kemewahan personal tidak berfoya-foya Ia juga tidak tamak

dan membelanjakan uang apabila diperlukan

Spirit samurai yang mengalir dalam bela diri Aikido beberapa di

antaranya adalah spirit keberanian kesabaran kegagahan dan ketenangan dalam

menghadapi masalah Hal ini diungkapkan oleh Nitobe (200468) sebagai berikut

勇気我慢大胆だいたん

自若じじゃく

勇猛ゆうもう

などの心性しんせい

は少年武士の心に最も強く

訴うった

えられ実例じつれい

を模範も は ん

として幼おさな

いときから訓練され励はげ

みとされたい

わば最も人気のある徳性とくせい

であった彼らは母親のふところに抱かれた

幼児よ う じ

のころから軍記ぐ ん き

物語ものがた

りをくり返し聞かされもし何か苦痛く つ う

なことが

あって泣き出したりすれば「これくらいのことで泣くとはなんて臆病おくびょう

なんでしょう」と母親に叱しか

られ「もし戦場せんじょう

に出て腕うで

を切られるよう

なことがあったらどうしますかもし切腹せっぷく

を命めい

じられたときはどうし

ますか」と励はげ

まされた

Jiwa seperti keberanian kesabaran kegagahan ketenangan dalam menghadapi

bahaya keliaran dan sebagainya paling kental berpengaruh pada hati para kesatria

remaja Sejak masih kecil mereka ditanamkan jiwa-jiwa tersebut dengan contoh

nyata dan dilatih agar memilikinya yang dijadikan sumber semangatnya Sejak

masa balitanya yang masih dalam pangkuan ibunya mereka berulang kali

diceritakan dongeng kesatria dan pertempuran jika ada yang menangis karena

terjadi sesuatu yang menyedihkan dalam cerita tersebut maka ia dimarahi ibunya

dengan perkataan ldquoBetapa penakutnya engkau sampai menangis gara-gara hal

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

21

kontrol dan kekuatan strategi-strategi prinsip dan moralitas dalam bela diri)

Pada bagian kontrol dan kekuatan (power) salah satu subbabnya menyebutkan

bela diri samurai yang berevolusi menjadi bela diri Aikido pada saat ini

Pada bagian akhir tulisan Ratti dan Westbrook menekankan moralitas yang

terkandung di dalam bela diri yang ditekuni samurai yang berevolusi melahirkan

beberapa bela diri modern Jepang saat ini seperti Kyuujitsu Kenjitsu Judo

Karate Aikido Jujitsu Kendo Kyudo Iaido dan bela diri lainnya Moralitas

yang mengalir pada bela diri Jepang modern bersumber pada jalan bushido

Tulisan Ratti dan Westbrook tersebut juga memungkinkan untuk dimanfaatkan

terutama dalam mendalami asal-usul keberadaan samurai teknik-teknik bela diri

yang dilakukan dan dikuasai oleh para samurai zaman feodal di Jepang yang

menjelma menjadi teknik-teknik gerakan dalam bela diri Aikido baik yang ada di

Jepang maupun di Bali

Ueshiba Moriteru「植芝守央」dalam bukunya yang berjudul Motto

Umakunaru Aikido「もっとうまくなる合気道 」 (2011) menguraikan

beberapa hal mengenai bela diri Aikido dimulai dari pengertian dan sejarah bela

diri Aikido cara mengenakan pakaian pada saat latihan sikap bersimpuh sikap

memasuki dojo dan cara menghormat ke altar guru besar pencipta bela diri

Aikido Dalam buku tersebut Ueshiba Moriteru juga menjelaskan dengan detail

mengenai teknik (waza) dimulai dari postur tubuh yang benar gerakan kaki arah

putaran pinggang dan gerakan tangan pada saat berlatih dengan tangan kosong

dan menggunakan senjata (pedang kayu tongkat dan pisau kayu) Teknik lainnya

yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya teknik lipatan bantingan cara

jatuh supaya badan tidak cedera pada saat berlatih Semua sikap dan gerakan

22

teknik diperagakan oleh peraga yang juga peserta bela diri Aikido Hal itu

ditampilkan melalui foto disertai keterangan postur yang benar dan yang salah

sehingga buku ini dijadikan pegangan dalam mempelajari teknik bela diri Aikido

yang standarnya ditetapkan oleh dojo pusat di seluruh dunia yang berada di

Tokyo-Jepang Pada bagian akhir dari buku yang ditulis oleh Ueshiba Moriteru

ditampilkan cara-cara menghadapi serangan lawan mematahkan serangan

tersebut melumpuhkan dan mengontrol lawan dengan beberapa jenis kuncian

sehingga lawan tidak bisa bergerak tetapi tidak mencederainya Buku yang ditulis

oleh Ueshiba Moriteru ini juga dijadikan sumber inspirasi terutama dalam

memahami istilah-istilah teknis yang terkait dengan bela diri Aikido

Diah Madubrangti (2004) menulis disertasi dengan judul ldquoMakna Festival

Olahraga (Undoukai) sebagai Kegiatan Kompetitif bagi Pembentukan

Kepribadian Anak Melalui Pendidikan Sekolah di Jepangrdquo Hasil penelitian Diah

menggambarkan implementasi spirit samurai sehingga menarik untuk dicermati

karena spirit samurai juga diusung dalam olahraga bela diri Aikido Disertasi Diah

menggambarkan spirit samurai yang menekankan pentingnya sikap pantang

menyerah kegigihan menghargai orang lain menghormati guru dan berlatih

secara terus menerus Ulasan dalam disertasi tersebut juga mengenai undoukai

yang dipandang berfungsi penting dalam pembentukan karakter anak-anak Jepang

sehingga tercermin pada sikap dan perilaku individu-individu anak Jepang dalam

kehidupan kesehariannya

Walaupun sama-sama membahas kegiatan olahraga yang berspirit samurai

judul dan masalah penelitian ini berbeda dengan judul dan masalah penelitian

Diah Diah menitikberatkan kegiatan undoukai sebagai salah satu aktivitas anak-

23

anak Jepang dan tempat kegiatan di Jepang olahraganya bukan bela diri dan

dilakukan oleh orang asli Jepang sehingga hal ini merupakan kegiatan

yang rdquorealitasrdquo bukan rdquoposrealitasrdquo Dalam penelitian ini fokusnya adalah

kegiatan latihan bela diri Aikido di Bali yang bernuansa posrealitas

Mugi Raharja (2013) menulis disertasi dengan judul ldquoRepresentasi

Posrealitas Desain Gedung Pusat Pemerintahan Kabupaten Badungrdquo Dalam

disertasi tersebut diungkapkan bahwa pengkajian terhadap bentuk representasi

posrealitas desain Gedung Puspem Badung dihasilkan oleh pencitraan kronoskopi

sebagai simulasi ruang dan waktu secara virtual di layar komputer yang

dilengkapi citra gerak Adanya citra gerak ini menyebabkan seseorang yang

melihat simulasi desain Gedung Puspem Badung dapat mengalami waktu dan

merasakan ruang secara virtual Kemudian simulasi diwujudkan menjadi fakta

sebagai realitas dapat mempresentasikan pencitraan terhadap Pemerintah Daerah

Badung merepresentasikan desain hibrid dan representasi semiotisasi desain

Pencitraan terhadap Pemda Badung merupakan pencampuran dari fakta sebagai

realitas dengan realitas semu atau citra Proses dekonstruksi representasi

posrealitas desain gedung Puspem Badung merepresentasikan terjadinya

dekonstruksi ruang dan kekuasaan Representasi posrealitas desain gedung

Puspem Badung menyiratkan makna politik ekonomi budaya ilmu pengetahuan

teknologi dan seni

Ulasan dalam disertasi Mugi Raharja sebagaimana dipaparkan di atas

dapat dipakai sebagai sumber inspirasi dalam mengimplementasikan konsep

posrealitas yaitu terlampauinya prinsip-prinsip realitas yang diambil alih oleh

24

substitusi-substitusi yang diciptakan secara artifisal melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang ldquoyang nyatardquo atau the real Disertasi Mugi

menyoroti fenomena posrealitas namun dalam konteks desain gedung sedangkan

penelitian ini menyoroti posrealitas dalam konteks pengembangan bela diri Aikido

di Bali

22 Konsep

Pengertian istilah-istilah penting yang tertera pada judul dan rumusan

masalah penelitian ini perlu dijelaskan secara konsepsional agar pelaksanaan

penelitian terarah Secara garis besar ada tiga unit istilah penting yang perlu

dijelaskan pengertiannya yaitu (1) posrealitas (2) spirit hidup samurai dan (3)

pengembangan bela diri Aikido di Bali

221 Posrealitas

Baudrillard (Kushendadewi 2019) menjelaskan bahwa kini realitas

merupakan sesuatu yang dapat disimulasikan direkayasa sedemikian rupa melalui

relasi tanda citra dan kode Semuanya tampak dapat ditangkap oleh panca indera

tetapi tidak memiliki eksistensi substansial Celakanya rekaan-rekaan tersebut

sebagai citraan simulasi bahkan diterima sebagai suatu realitas Dalam situasi

demikian terjadi obesitas (kegemukan) informasi dalam diri massa Obesitas

inilah yang menyebabkan terjadinya implosi (kecenderungan fenomena meledak

ke pusat ke dalam yang dapat menghancurkan dirinya sendiri)

Posrealitas merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu

tetapi karena proses pemanipulasian maka realitas buatan itu terputus

25

hubungannya dengan realitas aslinya Hiperrealitas yang berkembang melalui

proses simulasi mengikuti perkembangan ataupun revolusi hukum nilai Revolusi

tersebut mengakibatkan hanya pertukaran simbolis dan yang tertinggal adalah

hiperrealitas yakni tanda-tanda simbolis yang saling dipertukarkan petanda atau

maknanya dicari dalam relasi tanda tersebut dengan tanda lainnya dalam sistem

tanda

Secara singkat bisa dikemukakan bahwa posrealitas merupakan hasil dari

simulasi Media massa sangat berpengaruh dalam proses simulasi tersebut dengan

demikian media massa juga sangat berpengaruh dalam pembentukan hiperrealitas

Media massa yang dimaksud adalah media massa sebagai isi atau pesan yang

disampaikan dan media massa sebagai bentuk atau teknologi dan sistem kerjanya (

Kushendrawati 2011101)

Terbentuknya sebuah dunia baru sebagai akibat perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi mutakhir di dalamnya tercipta berbagai definisi dan

pemahaman baru mengenai apa yang disebut realitas Di dalamnya juga

dilukiskan metamorfosis yang dialami oleh manusia yang disebut kondisi realitas

ke arah kondisi posrealitas (post-reality) Kondisi posrealitas adalah kondisi yang

di dalamnya prinsip-prinsip realitas telah dilampaui diambil alih oleh substitusi-

substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu pengetahuan

teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-asumsi

konvensional tentang kenyataan (the real)

Perkembangan dunia posrealitas telah membentangkan persoalan filosofis

mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa yang disebut yang

nyata Pertama ada persoalan terminologis Awalan pos pada istilah posrealitas

26

(post-reality) sesungguhnya menawarkan ruang tafsiran yang terbuka dan bersifat

polisemi Istilah pos di sini dapat diartikan sebagai penentangan terhadap

pemisahan dari keterputusan dan (discontinuity) persimpangan dari (rupture)

titik balik dari melewati atau melampaui realitas (hyper) Meskipun demikian

awalan pos pada istilah posrealitas digunakan dalam pengertian yang khusus

yaitu sebagai padanan dari kata hiper (hyper) yang digunakan oleh Jean

Baudrillard untuk menjelaskan kondisi yang disebutnya melampaui realitas

(hyper-reality)

Posrealitas adalah kondisi matinya realitas diambilalihnya posisi realitas

oleh nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru mempesona

yang belum pernah dialami sebelumnya Namun dunia realitas artifisial banyak

merenggut dunia realitas alamiah seperti kedekatan manusia dengan aura

keaslian dan eksotisme alam warisan luhur kebudayaan serta kekuatan spiritual

yang merupakan magnet dunia kehidupan Ketika realitas alamiah telah lenyap

dan diambil alih oleh berbagai realitas yang artifisial manusia terkurung dalam

perangkap dunia artifisialitas yang serba permukaan imanen dan dangkal serta

tidak mampu menemukan jalan kembali ke arah realitas alamiah kekayaan

kultural dan kedalaman pengalaman transendental (Piliang 200954-55)

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru Realitas tersebut tidak bisa

27

dikatakan realitas Bali yang se asli-aslinya karena telah dimasuki nilai baru yang

berasal dari sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang

Realitas itu juga tidak bisa dikatakan realitas yang baru karena para aikidoka Bali

tetaplah kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya Berdasarkan

pengertian posrealitas di atas maka secara operasional posrealitas dalam

penelitian ini dikonsepsikan sebagai pengambilalihan posisi seni bela diri

tradisional Bali seperti Tengklung Setembak dan lain-lain oleh bela diri Jepang

yaitu bela diri Aikido

222 Spirit Hidup Samurai

Asal kaum samurai dimulai pada keluarga Yamato yang muncul sebagai

klan terkuat di Jepang pada abad ketujuh masehi Kata samurai berarti ldquoorang

yang melayanirdquo dan kata itu diberikan kepada mereka yang lahir pada keluarga

terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran Falsafah

pengabdian ini adalah akar dari keningratan kaum samurai baik dalam tatanan

sosial maupun spiritual (Kitami 2013xii)

Asal-usul kelas samurai (Shigesuke 1999ix) adalah spesialisasi dari

kalangan aristokrat Secara umum kalangan kelas atas yang berpoligami biasanya

menghasilkan lebih banyak anak yang bisa terserap ke dalam level yang sama di

dalam masyarakat Aturan tentang hak waris lebih jauh menetapkan bahwa

hanya satu putra yang secara penuh mewarisi semua keistimewaan yang dimiliki

ayahnya Faktor-faktor ini menciptakan tekanan sosial dan natural menuju

diferensiasi dalam pola-pola karier dari anak keturunan kelas-kelas atas ini

28

Sebagaimana di Eropa di Jepang dan di tempat lain dari ayah-ayah

birokrat yang tidak mewarisi keistimewaan paternal inilah yang menjadi prajurit

perang atau pengelola kuil atau biara Kedua spesialisasi ini dibentuk untuk

proteksi terhadap negara para pasukan perang era kuno ini semula disebut

ldquosamurairdquo atau terjemahan kasarnya adalah ldquopembanturdquo karena mereka

membentuk pasukan bersenjata untuk membantu aristokrasi Pada saat para

samurai ini mengambil alih kekuasaan negara dari tangan aristokrat sebagai salah

satu kelas independen salah satu cara mereka memanifestasikan status dan

martabat baru mereka Mereka menjauhkan diri dari label samurai sekedar

ldquopembanturdquo kemudian menyebut diri mereka sebagai bushi「武士」yang berarti

kesatria

Spirit hidup samurai disebut sebagai bushido「武士道」 adalah etika

yang dianut oleh para samurai Walaupun istilah tersebut baru digunakan pada

zaman Edo (1603-1868) konsep bushido telah terbentuk sejak zaman Kamakura

(1185-1333) yang berkembang dari adopsi neo-konfusianisme pada zaman Edo

hingga menjadi landasan moralitas nasional pasca restorasi Meiji (1868-1912)

Bushido tidak hanya meliputi semangat bela diri dan keterampilan menggunakan

senjata tetapi juga loyalitas absolut pada tuannya rasa yang kuat atas kehormatan

pribadi pengabdian pada tugas dan keberanian bahkan jika diperlukan

pengorbanan nyawa dalam pertempuran dan ritual (Davies amp Ikeno 2014 41)

Etika bushido (Shigesuke 199930-31) mensyaratkan ada tiga hal yang

dipertimbangkan yang esensial yaitu kesetiaan tugas dan keberanian Hal

tersebut memuat tentang kesatria yang bekerja dengan kesetiaan tinggi kesatria

29

yang bisa dipercaya dalam mengemban tugas kesatria yang kuat dan pemberani

Prajurit yang memiliki kombinasi tiga sosok baik kesetiaan pengembanan tugas

dan keberanian bisa dipertimbangkan sebagai kesatria dengan orde tertinggi

Secara umum keberanian bukanlah sesuatu yang tidak hanya tampak pada

saat seseorang mengenakan baju besi mengangkat senjata lalu bertempur dalam

peperangan Perbedaan antara sikap berani dan sikap pengecut sudah tampak

dalam kehidupan sehari-hari meski tidak ada perang Seseorang yang pemberani

akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang kepada majikannya dan orang

tuanya Jika ada waktu luang ia akan mempelajari literatur dan terus berlatih bela

diri Ia menghindari kemewahan personal tidak berfoya-foya Ia juga tidak tamak

dan membelanjakan uang apabila diperlukan

Spirit samurai yang mengalir dalam bela diri Aikido beberapa di

antaranya adalah spirit keberanian kesabaran kegagahan dan ketenangan dalam

menghadapi masalah Hal ini diungkapkan oleh Nitobe (200468) sebagai berikut

勇気我慢大胆だいたん

自若じじゃく

勇猛ゆうもう

などの心性しんせい

は少年武士の心に最も強く

訴うった

えられ実例じつれい

を模範も は ん

として幼おさな

いときから訓練され励はげ

みとされたい

わば最も人気のある徳性とくせい

であった彼らは母親のふところに抱かれた

幼児よ う じ

のころから軍記ぐ ん き

物語ものがた

りをくり返し聞かされもし何か苦痛く つ う

なことが

あって泣き出したりすれば「これくらいのことで泣くとはなんて臆病おくびょう

なんでしょう」と母親に叱しか

られ「もし戦場せんじょう

に出て腕うで

を切られるよう

なことがあったらどうしますかもし切腹せっぷく

を命めい

じられたときはどうし

ますか」と励はげ

まされた

Jiwa seperti keberanian kesabaran kegagahan ketenangan dalam menghadapi

bahaya keliaran dan sebagainya paling kental berpengaruh pada hati para kesatria

remaja Sejak masih kecil mereka ditanamkan jiwa-jiwa tersebut dengan contoh

nyata dan dilatih agar memilikinya yang dijadikan sumber semangatnya Sejak

masa balitanya yang masih dalam pangkuan ibunya mereka berulang kali

diceritakan dongeng kesatria dan pertempuran jika ada yang menangis karena

terjadi sesuatu yang menyedihkan dalam cerita tersebut maka ia dimarahi ibunya

dengan perkataan ldquoBetapa penakutnya engkau sampai menangis gara-gara hal

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

22

teknik diperagakan oleh peraga yang juga peserta bela diri Aikido Hal itu

ditampilkan melalui foto disertai keterangan postur yang benar dan yang salah

sehingga buku ini dijadikan pegangan dalam mempelajari teknik bela diri Aikido

yang standarnya ditetapkan oleh dojo pusat di seluruh dunia yang berada di

Tokyo-Jepang Pada bagian akhir dari buku yang ditulis oleh Ueshiba Moriteru

ditampilkan cara-cara menghadapi serangan lawan mematahkan serangan

tersebut melumpuhkan dan mengontrol lawan dengan beberapa jenis kuncian

sehingga lawan tidak bisa bergerak tetapi tidak mencederainya Buku yang ditulis

oleh Ueshiba Moriteru ini juga dijadikan sumber inspirasi terutama dalam

memahami istilah-istilah teknis yang terkait dengan bela diri Aikido

Diah Madubrangti (2004) menulis disertasi dengan judul ldquoMakna Festival

Olahraga (Undoukai) sebagai Kegiatan Kompetitif bagi Pembentukan

Kepribadian Anak Melalui Pendidikan Sekolah di Jepangrdquo Hasil penelitian Diah

menggambarkan implementasi spirit samurai sehingga menarik untuk dicermati

karena spirit samurai juga diusung dalam olahraga bela diri Aikido Disertasi Diah

menggambarkan spirit samurai yang menekankan pentingnya sikap pantang

menyerah kegigihan menghargai orang lain menghormati guru dan berlatih

secara terus menerus Ulasan dalam disertasi tersebut juga mengenai undoukai

yang dipandang berfungsi penting dalam pembentukan karakter anak-anak Jepang

sehingga tercermin pada sikap dan perilaku individu-individu anak Jepang dalam

kehidupan kesehariannya

Walaupun sama-sama membahas kegiatan olahraga yang berspirit samurai

judul dan masalah penelitian ini berbeda dengan judul dan masalah penelitian

Diah Diah menitikberatkan kegiatan undoukai sebagai salah satu aktivitas anak-

23

anak Jepang dan tempat kegiatan di Jepang olahraganya bukan bela diri dan

dilakukan oleh orang asli Jepang sehingga hal ini merupakan kegiatan

yang rdquorealitasrdquo bukan rdquoposrealitasrdquo Dalam penelitian ini fokusnya adalah

kegiatan latihan bela diri Aikido di Bali yang bernuansa posrealitas

Mugi Raharja (2013) menulis disertasi dengan judul ldquoRepresentasi

Posrealitas Desain Gedung Pusat Pemerintahan Kabupaten Badungrdquo Dalam

disertasi tersebut diungkapkan bahwa pengkajian terhadap bentuk representasi

posrealitas desain Gedung Puspem Badung dihasilkan oleh pencitraan kronoskopi

sebagai simulasi ruang dan waktu secara virtual di layar komputer yang

dilengkapi citra gerak Adanya citra gerak ini menyebabkan seseorang yang

melihat simulasi desain Gedung Puspem Badung dapat mengalami waktu dan

merasakan ruang secara virtual Kemudian simulasi diwujudkan menjadi fakta

sebagai realitas dapat mempresentasikan pencitraan terhadap Pemerintah Daerah

Badung merepresentasikan desain hibrid dan representasi semiotisasi desain

Pencitraan terhadap Pemda Badung merupakan pencampuran dari fakta sebagai

realitas dengan realitas semu atau citra Proses dekonstruksi representasi

posrealitas desain gedung Puspem Badung merepresentasikan terjadinya

dekonstruksi ruang dan kekuasaan Representasi posrealitas desain gedung

Puspem Badung menyiratkan makna politik ekonomi budaya ilmu pengetahuan

teknologi dan seni

Ulasan dalam disertasi Mugi Raharja sebagaimana dipaparkan di atas

dapat dipakai sebagai sumber inspirasi dalam mengimplementasikan konsep

posrealitas yaitu terlampauinya prinsip-prinsip realitas yang diambil alih oleh

24

substitusi-substitusi yang diciptakan secara artifisal melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang ldquoyang nyatardquo atau the real Disertasi Mugi

menyoroti fenomena posrealitas namun dalam konteks desain gedung sedangkan

penelitian ini menyoroti posrealitas dalam konteks pengembangan bela diri Aikido

di Bali

22 Konsep

Pengertian istilah-istilah penting yang tertera pada judul dan rumusan

masalah penelitian ini perlu dijelaskan secara konsepsional agar pelaksanaan

penelitian terarah Secara garis besar ada tiga unit istilah penting yang perlu

dijelaskan pengertiannya yaitu (1) posrealitas (2) spirit hidup samurai dan (3)

pengembangan bela diri Aikido di Bali

221 Posrealitas

Baudrillard (Kushendadewi 2019) menjelaskan bahwa kini realitas

merupakan sesuatu yang dapat disimulasikan direkayasa sedemikian rupa melalui

relasi tanda citra dan kode Semuanya tampak dapat ditangkap oleh panca indera

tetapi tidak memiliki eksistensi substansial Celakanya rekaan-rekaan tersebut

sebagai citraan simulasi bahkan diterima sebagai suatu realitas Dalam situasi

demikian terjadi obesitas (kegemukan) informasi dalam diri massa Obesitas

inilah yang menyebabkan terjadinya implosi (kecenderungan fenomena meledak

ke pusat ke dalam yang dapat menghancurkan dirinya sendiri)

Posrealitas merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu

tetapi karena proses pemanipulasian maka realitas buatan itu terputus

25

hubungannya dengan realitas aslinya Hiperrealitas yang berkembang melalui

proses simulasi mengikuti perkembangan ataupun revolusi hukum nilai Revolusi

tersebut mengakibatkan hanya pertukaran simbolis dan yang tertinggal adalah

hiperrealitas yakni tanda-tanda simbolis yang saling dipertukarkan petanda atau

maknanya dicari dalam relasi tanda tersebut dengan tanda lainnya dalam sistem

tanda

Secara singkat bisa dikemukakan bahwa posrealitas merupakan hasil dari

simulasi Media massa sangat berpengaruh dalam proses simulasi tersebut dengan

demikian media massa juga sangat berpengaruh dalam pembentukan hiperrealitas

Media massa yang dimaksud adalah media massa sebagai isi atau pesan yang

disampaikan dan media massa sebagai bentuk atau teknologi dan sistem kerjanya (

Kushendrawati 2011101)

Terbentuknya sebuah dunia baru sebagai akibat perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi mutakhir di dalamnya tercipta berbagai definisi dan

pemahaman baru mengenai apa yang disebut realitas Di dalamnya juga

dilukiskan metamorfosis yang dialami oleh manusia yang disebut kondisi realitas

ke arah kondisi posrealitas (post-reality) Kondisi posrealitas adalah kondisi yang

di dalamnya prinsip-prinsip realitas telah dilampaui diambil alih oleh substitusi-

substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu pengetahuan

teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-asumsi

konvensional tentang kenyataan (the real)

Perkembangan dunia posrealitas telah membentangkan persoalan filosofis

mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa yang disebut yang

nyata Pertama ada persoalan terminologis Awalan pos pada istilah posrealitas

26

(post-reality) sesungguhnya menawarkan ruang tafsiran yang terbuka dan bersifat

polisemi Istilah pos di sini dapat diartikan sebagai penentangan terhadap

pemisahan dari keterputusan dan (discontinuity) persimpangan dari (rupture)

titik balik dari melewati atau melampaui realitas (hyper) Meskipun demikian

awalan pos pada istilah posrealitas digunakan dalam pengertian yang khusus

yaitu sebagai padanan dari kata hiper (hyper) yang digunakan oleh Jean

Baudrillard untuk menjelaskan kondisi yang disebutnya melampaui realitas

(hyper-reality)

Posrealitas adalah kondisi matinya realitas diambilalihnya posisi realitas

oleh nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru mempesona

yang belum pernah dialami sebelumnya Namun dunia realitas artifisial banyak

merenggut dunia realitas alamiah seperti kedekatan manusia dengan aura

keaslian dan eksotisme alam warisan luhur kebudayaan serta kekuatan spiritual

yang merupakan magnet dunia kehidupan Ketika realitas alamiah telah lenyap

dan diambil alih oleh berbagai realitas yang artifisial manusia terkurung dalam

perangkap dunia artifisialitas yang serba permukaan imanen dan dangkal serta

tidak mampu menemukan jalan kembali ke arah realitas alamiah kekayaan

kultural dan kedalaman pengalaman transendental (Piliang 200954-55)

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru Realitas tersebut tidak bisa

27

dikatakan realitas Bali yang se asli-aslinya karena telah dimasuki nilai baru yang

berasal dari sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang

Realitas itu juga tidak bisa dikatakan realitas yang baru karena para aikidoka Bali

tetaplah kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya Berdasarkan

pengertian posrealitas di atas maka secara operasional posrealitas dalam

penelitian ini dikonsepsikan sebagai pengambilalihan posisi seni bela diri

tradisional Bali seperti Tengklung Setembak dan lain-lain oleh bela diri Jepang

yaitu bela diri Aikido

222 Spirit Hidup Samurai

Asal kaum samurai dimulai pada keluarga Yamato yang muncul sebagai

klan terkuat di Jepang pada abad ketujuh masehi Kata samurai berarti ldquoorang

yang melayanirdquo dan kata itu diberikan kepada mereka yang lahir pada keluarga

terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran Falsafah

pengabdian ini adalah akar dari keningratan kaum samurai baik dalam tatanan

sosial maupun spiritual (Kitami 2013xii)

Asal-usul kelas samurai (Shigesuke 1999ix) adalah spesialisasi dari

kalangan aristokrat Secara umum kalangan kelas atas yang berpoligami biasanya

menghasilkan lebih banyak anak yang bisa terserap ke dalam level yang sama di

dalam masyarakat Aturan tentang hak waris lebih jauh menetapkan bahwa

hanya satu putra yang secara penuh mewarisi semua keistimewaan yang dimiliki

ayahnya Faktor-faktor ini menciptakan tekanan sosial dan natural menuju

diferensiasi dalam pola-pola karier dari anak keturunan kelas-kelas atas ini

28

Sebagaimana di Eropa di Jepang dan di tempat lain dari ayah-ayah

birokrat yang tidak mewarisi keistimewaan paternal inilah yang menjadi prajurit

perang atau pengelola kuil atau biara Kedua spesialisasi ini dibentuk untuk

proteksi terhadap negara para pasukan perang era kuno ini semula disebut

ldquosamurairdquo atau terjemahan kasarnya adalah ldquopembanturdquo karena mereka

membentuk pasukan bersenjata untuk membantu aristokrasi Pada saat para

samurai ini mengambil alih kekuasaan negara dari tangan aristokrat sebagai salah

satu kelas independen salah satu cara mereka memanifestasikan status dan

martabat baru mereka Mereka menjauhkan diri dari label samurai sekedar

ldquopembanturdquo kemudian menyebut diri mereka sebagai bushi「武士」yang berarti

kesatria

Spirit hidup samurai disebut sebagai bushido「武士道」 adalah etika

yang dianut oleh para samurai Walaupun istilah tersebut baru digunakan pada

zaman Edo (1603-1868) konsep bushido telah terbentuk sejak zaman Kamakura

(1185-1333) yang berkembang dari adopsi neo-konfusianisme pada zaman Edo

hingga menjadi landasan moralitas nasional pasca restorasi Meiji (1868-1912)

Bushido tidak hanya meliputi semangat bela diri dan keterampilan menggunakan

senjata tetapi juga loyalitas absolut pada tuannya rasa yang kuat atas kehormatan

pribadi pengabdian pada tugas dan keberanian bahkan jika diperlukan

pengorbanan nyawa dalam pertempuran dan ritual (Davies amp Ikeno 2014 41)

Etika bushido (Shigesuke 199930-31) mensyaratkan ada tiga hal yang

dipertimbangkan yang esensial yaitu kesetiaan tugas dan keberanian Hal

tersebut memuat tentang kesatria yang bekerja dengan kesetiaan tinggi kesatria

29

yang bisa dipercaya dalam mengemban tugas kesatria yang kuat dan pemberani

Prajurit yang memiliki kombinasi tiga sosok baik kesetiaan pengembanan tugas

dan keberanian bisa dipertimbangkan sebagai kesatria dengan orde tertinggi

Secara umum keberanian bukanlah sesuatu yang tidak hanya tampak pada

saat seseorang mengenakan baju besi mengangkat senjata lalu bertempur dalam

peperangan Perbedaan antara sikap berani dan sikap pengecut sudah tampak

dalam kehidupan sehari-hari meski tidak ada perang Seseorang yang pemberani

akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang kepada majikannya dan orang

tuanya Jika ada waktu luang ia akan mempelajari literatur dan terus berlatih bela

diri Ia menghindari kemewahan personal tidak berfoya-foya Ia juga tidak tamak

dan membelanjakan uang apabila diperlukan

Spirit samurai yang mengalir dalam bela diri Aikido beberapa di

antaranya adalah spirit keberanian kesabaran kegagahan dan ketenangan dalam

menghadapi masalah Hal ini diungkapkan oleh Nitobe (200468) sebagai berikut

勇気我慢大胆だいたん

自若じじゃく

勇猛ゆうもう

などの心性しんせい

は少年武士の心に最も強く

訴うった

えられ実例じつれい

を模範も は ん

として幼おさな

いときから訓練され励はげ

みとされたい

わば最も人気のある徳性とくせい

であった彼らは母親のふところに抱かれた

幼児よ う じ

のころから軍記ぐ ん き

物語ものがた

りをくり返し聞かされもし何か苦痛く つ う

なことが

あって泣き出したりすれば「これくらいのことで泣くとはなんて臆病おくびょう

なんでしょう」と母親に叱しか

られ「もし戦場せんじょう

に出て腕うで

を切られるよう

なことがあったらどうしますかもし切腹せっぷく

を命めい

じられたときはどうし

ますか」と励はげ

まされた

Jiwa seperti keberanian kesabaran kegagahan ketenangan dalam menghadapi

bahaya keliaran dan sebagainya paling kental berpengaruh pada hati para kesatria

remaja Sejak masih kecil mereka ditanamkan jiwa-jiwa tersebut dengan contoh

nyata dan dilatih agar memilikinya yang dijadikan sumber semangatnya Sejak

masa balitanya yang masih dalam pangkuan ibunya mereka berulang kali

diceritakan dongeng kesatria dan pertempuran jika ada yang menangis karena

terjadi sesuatu yang menyedihkan dalam cerita tersebut maka ia dimarahi ibunya

dengan perkataan ldquoBetapa penakutnya engkau sampai menangis gara-gara hal

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

23

anak Jepang dan tempat kegiatan di Jepang olahraganya bukan bela diri dan

dilakukan oleh orang asli Jepang sehingga hal ini merupakan kegiatan

yang rdquorealitasrdquo bukan rdquoposrealitasrdquo Dalam penelitian ini fokusnya adalah

kegiatan latihan bela diri Aikido di Bali yang bernuansa posrealitas

Mugi Raharja (2013) menulis disertasi dengan judul ldquoRepresentasi

Posrealitas Desain Gedung Pusat Pemerintahan Kabupaten Badungrdquo Dalam

disertasi tersebut diungkapkan bahwa pengkajian terhadap bentuk representasi

posrealitas desain Gedung Puspem Badung dihasilkan oleh pencitraan kronoskopi

sebagai simulasi ruang dan waktu secara virtual di layar komputer yang

dilengkapi citra gerak Adanya citra gerak ini menyebabkan seseorang yang

melihat simulasi desain Gedung Puspem Badung dapat mengalami waktu dan

merasakan ruang secara virtual Kemudian simulasi diwujudkan menjadi fakta

sebagai realitas dapat mempresentasikan pencitraan terhadap Pemerintah Daerah

Badung merepresentasikan desain hibrid dan representasi semiotisasi desain

Pencitraan terhadap Pemda Badung merupakan pencampuran dari fakta sebagai

realitas dengan realitas semu atau citra Proses dekonstruksi representasi

posrealitas desain gedung Puspem Badung merepresentasikan terjadinya

dekonstruksi ruang dan kekuasaan Representasi posrealitas desain gedung

Puspem Badung menyiratkan makna politik ekonomi budaya ilmu pengetahuan

teknologi dan seni

Ulasan dalam disertasi Mugi Raharja sebagaimana dipaparkan di atas

dapat dipakai sebagai sumber inspirasi dalam mengimplementasikan konsep

posrealitas yaitu terlampauinya prinsip-prinsip realitas yang diambil alih oleh

24

substitusi-substitusi yang diciptakan secara artifisal melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang ldquoyang nyatardquo atau the real Disertasi Mugi

menyoroti fenomena posrealitas namun dalam konteks desain gedung sedangkan

penelitian ini menyoroti posrealitas dalam konteks pengembangan bela diri Aikido

di Bali

22 Konsep

Pengertian istilah-istilah penting yang tertera pada judul dan rumusan

masalah penelitian ini perlu dijelaskan secara konsepsional agar pelaksanaan

penelitian terarah Secara garis besar ada tiga unit istilah penting yang perlu

dijelaskan pengertiannya yaitu (1) posrealitas (2) spirit hidup samurai dan (3)

pengembangan bela diri Aikido di Bali

221 Posrealitas

Baudrillard (Kushendadewi 2019) menjelaskan bahwa kini realitas

merupakan sesuatu yang dapat disimulasikan direkayasa sedemikian rupa melalui

relasi tanda citra dan kode Semuanya tampak dapat ditangkap oleh panca indera

tetapi tidak memiliki eksistensi substansial Celakanya rekaan-rekaan tersebut

sebagai citraan simulasi bahkan diterima sebagai suatu realitas Dalam situasi

demikian terjadi obesitas (kegemukan) informasi dalam diri massa Obesitas

inilah yang menyebabkan terjadinya implosi (kecenderungan fenomena meledak

ke pusat ke dalam yang dapat menghancurkan dirinya sendiri)

Posrealitas merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu

tetapi karena proses pemanipulasian maka realitas buatan itu terputus

25

hubungannya dengan realitas aslinya Hiperrealitas yang berkembang melalui

proses simulasi mengikuti perkembangan ataupun revolusi hukum nilai Revolusi

tersebut mengakibatkan hanya pertukaran simbolis dan yang tertinggal adalah

hiperrealitas yakni tanda-tanda simbolis yang saling dipertukarkan petanda atau

maknanya dicari dalam relasi tanda tersebut dengan tanda lainnya dalam sistem

tanda

Secara singkat bisa dikemukakan bahwa posrealitas merupakan hasil dari

simulasi Media massa sangat berpengaruh dalam proses simulasi tersebut dengan

demikian media massa juga sangat berpengaruh dalam pembentukan hiperrealitas

Media massa yang dimaksud adalah media massa sebagai isi atau pesan yang

disampaikan dan media massa sebagai bentuk atau teknologi dan sistem kerjanya (

Kushendrawati 2011101)

Terbentuknya sebuah dunia baru sebagai akibat perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi mutakhir di dalamnya tercipta berbagai definisi dan

pemahaman baru mengenai apa yang disebut realitas Di dalamnya juga

dilukiskan metamorfosis yang dialami oleh manusia yang disebut kondisi realitas

ke arah kondisi posrealitas (post-reality) Kondisi posrealitas adalah kondisi yang

di dalamnya prinsip-prinsip realitas telah dilampaui diambil alih oleh substitusi-

substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu pengetahuan

teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-asumsi

konvensional tentang kenyataan (the real)

Perkembangan dunia posrealitas telah membentangkan persoalan filosofis

mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa yang disebut yang

nyata Pertama ada persoalan terminologis Awalan pos pada istilah posrealitas

26

(post-reality) sesungguhnya menawarkan ruang tafsiran yang terbuka dan bersifat

polisemi Istilah pos di sini dapat diartikan sebagai penentangan terhadap

pemisahan dari keterputusan dan (discontinuity) persimpangan dari (rupture)

titik balik dari melewati atau melampaui realitas (hyper) Meskipun demikian

awalan pos pada istilah posrealitas digunakan dalam pengertian yang khusus

yaitu sebagai padanan dari kata hiper (hyper) yang digunakan oleh Jean

Baudrillard untuk menjelaskan kondisi yang disebutnya melampaui realitas

(hyper-reality)

Posrealitas adalah kondisi matinya realitas diambilalihnya posisi realitas

oleh nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru mempesona

yang belum pernah dialami sebelumnya Namun dunia realitas artifisial banyak

merenggut dunia realitas alamiah seperti kedekatan manusia dengan aura

keaslian dan eksotisme alam warisan luhur kebudayaan serta kekuatan spiritual

yang merupakan magnet dunia kehidupan Ketika realitas alamiah telah lenyap

dan diambil alih oleh berbagai realitas yang artifisial manusia terkurung dalam

perangkap dunia artifisialitas yang serba permukaan imanen dan dangkal serta

tidak mampu menemukan jalan kembali ke arah realitas alamiah kekayaan

kultural dan kedalaman pengalaman transendental (Piliang 200954-55)

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru Realitas tersebut tidak bisa

27

dikatakan realitas Bali yang se asli-aslinya karena telah dimasuki nilai baru yang

berasal dari sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang

Realitas itu juga tidak bisa dikatakan realitas yang baru karena para aikidoka Bali

tetaplah kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya Berdasarkan

pengertian posrealitas di atas maka secara operasional posrealitas dalam

penelitian ini dikonsepsikan sebagai pengambilalihan posisi seni bela diri

tradisional Bali seperti Tengklung Setembak dan lain-lain oleh bela diri Jepang

yaitu bela diri Aikido

222 Spirit Hidup Samurai

Asal kaum samurai dimulai pada keluarga Yamato yang muncul sebagai

klan terkuat di Jepang pada abad ketujuh masehi Kata samurai berarti ldquoorang

yang melayanirdquo dan kata itu diberikan kepada mereka yang lahir pada keluarga

terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran Falsafah

pengabdian ini adalah akar dari keningratan kaum samurai baik dalam tatanan

sosial maupun spiritual (Kitami 2013xii)

Asal-usul kelas samurai (Shigesuke 1999ix) adalah spesialisasi dari

kalangan aristokrat Secara umum kalangan kelas atas yang berpoligami biasanya

menghasilkan lebih banyak anak yang bisa terserap ke dalam level yang sama di

dalam masyarakat Aturan tentang hak waris lebih jauh menetapkan bahwa

hanya satu putra yang secara penuh mewarisi semua keistimewaan yang dimiliki

ayahnya Faktor-faktor ini menciptakan tekanan sosial dan natural menuju

diferensiasi dalam pola-pola karier dari anak keturunan kelas-kelas atas ini

28

Sebagaimana di Eropa di Jepang dan di tempat lain dari ayah-ayah

birokrat yang tidak mewarisi keistimewaan paternal inilah yang menjadi prajurit

perang atau pengelola kuil atau biara Kedua spesialisasi ini dibentuk untuk

proteksi terhadap negara para pasukan perang era kuno ini semula disebut

ldquosamurairdquo atau terjemahan kasarnya adalah ldquopembanturdquo karena mereka

membentuk pasukan bersenjata untuk membantu aristokrasi Pada saat para

samurai ini mengambil alih kekuasaan negara dari tangan aristokrat sebagai salah

satu kelas independen salah satu cara mereka memanifestasikan status dan

martabat baru mereka Mereka menjauhkan diri dari label samurai sekedar

ldquopembanturdquo kemudian menyebut diri mereka sebagai bushi「武士」yang berarti

kesatria

Spirit hidup samurai disebut sebagai bushido「武士道」 adalah etika

yang dianut oleh para samurai Walaupun istilah tersebut baru digunakan pada

zaman Edo (1603-1868) konsep bushido telah terbentuk sejak zaman Kamakura

(1185-1333) yang berkembang dari adopsi neo-konfusianisme pada zaman Edo

hingga menjadi landasan moralitas nasional pasca restorasi Meiji (1868-1912)

Bushido tidak hanya meliputi semangat bela diri dan keterampilan menggunakan

senjata tetapi juga loyalitas absolut pada tuannya rasa yang kuat atas kehormatan

pribadi pengabdian pada tugas dan keberanian bahkan jika diperlukan

pengorbanan nyawa dalam pertempuran dan ritual (Davies amp Ikeno 2014 41)

Etika bushido (Shigesuke 199930-31) mensyaratkan ada tiga hal yang

dipertimbangkan yang esensial yaitu kesetiaan tugas dan keberanian Hal

tersebut memuat tentang kesatria yang bekerja dengan kesetiaan tinggi kesatria

29

yang bisa dipercaya dalam mengemban tugas kesatria yang kuat dan pemberani

Prajurit yang memiliki kombinasi tiga sosok baik kesetiaan pengembanan tugas

dan keberanian bisa dipertimbangkan sebagai kesatria dengan orde tertinggi

Secara umum keberanian bukanlah sesuatu yang tidak hanya tampak pada

saat seseorang mengenakan baju besi mengangkat senjata lalu bertempur dalam

peperangan Perbedaan antara sikap berani dan sikap pengecut sudah tampak

dalam kehidupan sehari-hari meski tidak ada perang Seseorang yang pemberani

akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang kepada majikannya dan orang

tuanya Jika ada waktu luang ia akan mempelajari literatur dan terus berlatih bela

diri Ia menghindari kemewahan personal tidak berfoya-foya Ia juga tidak tamak

dan membelanjakan uang apabila diperlukan

Spirit samurai yang mengalir dalam bela diri Aikido beberapa di

antaranya adalah spirit keberanian kesabaran kegagahan dan ketenangan dalam

menghadapi masalah Hal ini diungkapkan oleh Nitobe (200468) sebagai berikut

勇気我慢大胆だいたん

自若じじゃく

勇猛ゆうもう

などの心性しんせい

は少年武士の心に最も強く

訴うった

えられ実例じつれい

を模範も は ん

として幼おさな

いときから訓練され励はげ

みとされたい

わば最も人気のある徳性とくせい

であった彼らは母親のふところに抱かれた

幼児よ う じ

のころから軍記ぐ ん き

物語ものがた

りをくり返し聞かされもし何か苦痛く つ う

なことが

あって泣き出したりすれば「これくらいのことで泣くとはなんて臆病おくびょう

なんでしょう」と母親に叱しか

られ「もし戦場せんじょう

に出て腕うで

を切られるよう

なことがあったらどうしますかもし切腹せっぷく

を命めい

じられたときはどうし

ますか」と励はげ

まされた

Jiwa seperti keberanian kesabaran kegagahan ketenangan dalam menghadapi

bahaya keliaran dan sebagainya paling kental berpengaruh pada hati para kesatria

remaja Sejak masih kecil mereka ditanamkan jiwa-jiwa tersebut dengan contoh

nyata dan dilatih agar memilikinya yang dijadikan sumber semangatnya Sejak

masa balitanya yang masih dalam pangkuan ibunya mereka berulang kali

diceritakan dongeng kesatria dan pertempuran jika ada yang menangis karena

terjadi sesuatu yang menyedihkan dalam cerita tersebut maka ia dimarahi ibunya

dengan perkataan ldquoBetapa penakutnya engkau sampai menangis gara-gara hal

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

24

substitusi-substitusi yang diciptakan secara artifisal melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang ldquoyang nyatardquo atau the real Disertasi Mugi

menyoroti fenomena posrealitas namun dalam konteks desain gedung sedangkan

penelitian ini menyoroti posrealitas dalam konteks pengembangan bela diri Aikido

di Bali

22 Konsep

Pengertian istilah-istilah penting yang tertera pada judul dan rumusan

masalah penelitian ini perlu dijelaskan secara konsepsional agar pelaksanaan

penelitian terarah Secara garis besar ada tiga unit istilah penting yang perlu

dijelaskan pengertiannya yaitu (1) posrealitas (2) spirit hidup samurai dan (3)

pengembangan bela diri Aikido di Bali

221 Posrealitas

Baudrillard (Kushendadewi 2019) menjelaskan bahwa kini realitas

merupakan sesuatu yang dapat disimulasikan direkayasa sedemikian rupa melalui

relasi tanda citra dan kode Semuanya tampak dapat ditangkap oleh panca indera

tetapi tidak memiliki eksistensi substansial Celakanya rekaan-rekaan tersebut

sebagai citraan simulasi bahkan diterima sebagai suatu realitas Dalam situasi

demikian terjadi obesitas (kegemukan) informasi dalam diri massa Obesitas

inilah yang menyebabkan terjadinya implosi (kecenderungan fenomena meledak

ke pusat ke dalam yang dapat menghancurkan dirinya sendiri)

Posrealitas merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu

tetapi karena proses pemanipulasian maka realitas buatan itu terputus

25

hubungannya dengan realitas aslinya Hiperrealitas yang berkembang melalui

proses simulasi mengikuti perkembangan ataupun revolusi hukum nilai Revolusi

tersebut mengakibatkan hanya pertukaran simbolis dan yang tertinggal adalah

hiperrealitas yakni tanda-tanda simbolis yang saling dipertukarkan petanda atau

maknanya dicari dalam relasi tanda tersebut dengan tanda lainnya dalam sistem

tanda

Secara singkat bisa dikemukakan bahwa posrealitas merupakan hasil dari

simulasi Media massa sangat berpengaruh dalam proses simulasi tersebut dengan

demikian media massa juga sangat berpengaruh dalam pembentukan hiperrealitas

Media massa yang dimaksud adalah media massa sebagai isi atau pesan yang

disampaikan dan media massa sebagai bentuk atau teknologi dan sistem kerjanya (

Kushendrawati 2011101)

Terbentuknya sebuah dunia baru sebagai akibat perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi mutakhir di dalamnya tercipta berbagai definisi dan

pemahaman baru mengenai apa yang disebut realitas Di dalamnya juga

dilukiskan metamorfosis yang dialami oleh manusia yang disebut kondisi realitas

ke arah kondisi posrealitas (post-reality) Kondisi posrealitas adalah kondisi yang

di dalamnya prinsip-prinsip realitas telah dilampaui diambil alih oleh substitusi-

substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu pengetahuan

teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-asumsi

konvensional tentang kenyataan (the real)

Perkembangan dunia posrealitas telah membentangkan persoalan filosofis

mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa yang disebut yang

nyata Pertama ada persoalan terminologis Awalan pos pada istilah posrealitas

26

(post-reality) sesungguhnya menawarkan ruang tafsiran yang terbuka dan bersifat

polisemi Istilah pos di sini dapat diartikan sebagai penentangan terhadap

pemisahan dari keterputusan dan (discontinuity) persimpangan dari (rupture)

titik balik dari melewati atau melampaui realitas (hyper) Meskipun demikian

awalan pos pada istilah posrealitas digunakan dalam pengertian yang khusus

yaitu sebagai padanan dari kata hiper (hyper) yang digunakan oleh Jean

Baudrillard untuk menjelaskan kondisi yang disebutnya melampaui realitas

(hyper-reality)

Posrealitas adalah kondisi matinya realitas diambilalihnya posisi realitas

oleh nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru mempesona

yang belum pernah dialami sebelumnya Namun dunia realitas artifisial banyak

merenggut dunia realitas alamiah seperti kedekatan manusia dengan aura

keaslian dan eksotisme alam warisan luhur kebudayaan serta kekuatan spiritual

yang merupakan magnet dunia kehidupan Ketika realitas alamiah telah lenyap

dan diambil alih oleh berbagai realitas yang artifisial manusia terkurung dalam

perangkap dunia artifisialitas yang serba permukaan imanen dan dangkal serta

tidak mampu menemukan jalan kembali ke arah realitas alamiah kekayaan

kultural dan kedalaman pengalaman transendental (Piliang 200954-55)

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru Realitas tersebut tidak bisa

27

dikatakan realitas Bali yang se asli-aslinya karena telah dimasuki nilai baru yang

berasal dari sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang

Realitas itu juga tidak bisa dikatakan realitas yang baru karena para aikidoka Bali

tetaplah kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya Berdasarkan

pengertian posrealitas di atas maka secara operasional posrealitas dalam

penelitian ini dikonsepsikan sebagai pengambilalihan posisi seni bela diri

tradisional Bali seperti Tengklung Setembak dan lain-lain oleh bela diri Jepang

yaitu bela diri Aikido

222 Spirit Hidup Samurai

Asal kaum samurai dimulai pada keluarga Yamato yang muncul sebagai

klan terkuat di Jepang pada abad ketujuh masehi Kata samurai berarti ldquoorang

yang melayanirdquo dan kata itu diberikan kepada mereka yang lahir pada keluarga

terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran Falsafah

pengabdian ini adalah akar dari keningratan kaum samurai baik dalam tatanan

sosial maupun spiritual (Kitami 2013xii)

Asal-usul kelas samurai (Shigesuke 1999ix) adalah spesialisasi dari

kalangan aristokrat Secara umum kalangan kelas atas yang berpoligami biasanya

menghasilkan lebih banyak anak yang bisa terserap ke dalam level yang sama di

dalam masyarakat Aturan tentang hak waris lebih jauh menetapkan bahwa

hanya satu putra yang secara penuh mewarisi semua keistimewaan yang dimiliki

ayahnya Faktor-faktor ini menciptakan tekanan sosial dan natural menuju

diferensiasi dalam pola-pola karier dari anak keturunan kelas-kelas atas ini

28

Sebagaimana di Eropa di Jepang dan di tempat lain dari ayah-ayah

birokrat yang tidak mewarisi keistimewaan paternal inilah yang menjadi prajurit

perang atau pengelola kuil atau biara Kedua spesialisasi ini dibentuk untuk

proteksi terhadap negara para pasukan perang era kuno ini semula disebut

ldquosamurairdquo atau terjemahan kasarnya adalah ldquopembanturdquo karena mereka

membentuk pasukan bersenjata untuk membantu aristokrasi Pada saat para

samurai ini mengambil alih kekuasaan negara dari tangan aristokrat sebagai salah

satu kelas independen salah satu cara mereka memanifestasikan status dan

martabat baru mereka Mereka menjauhkan diri dari label samurai sekedar

ldquopembanturdquo kemudian menyebut diri mereka sebagai bushi「武士」yang berarti

kesatria

Spirit hidup samurai disebut sebagai bushido「武士道」 adalah etika

yang dianut oleh para samurai Walaupun istilah tersebut baru digunakan pada

zaman Edo (1603-1868) konsep bushido telah terbentuk sejak zaman Kamakura

(1185-1333) yang berkembang dari adopsi neo-konfusianisme pada zaman Edo

hingga menjadi landasan moralitas nasional pasca restorasi Meiji (1868-1912)

Bushido tidak hanya meliputi semangat bela diri dan keterampilan menggunakan

senjata tetapi juga loyalitas absolut pada tuannya rasa yang kuat atas kehormatan

pribadi pengabdian pada tugas dan keberanian bahkan jika diperlukan

pengorbanan nyawa dalam pertempuran dan ritual (Davies amp Ikeno 2014 41)

Etika bushido (Shigesuke 199930-31) mensyaratkan ada tiga hal yang

dipertimbangkan yang esensial yaitu kesetiaan tugas dan keberanian Hal

tersebut memuat tentang kesatria yang bekerja dengan kesetiaan tinggi kesatria

29

yang bisa dipercaya dalam mengemban tugas kesatria yang kuat dan pemberani

Prajurit yang memiliki kombinasi tiga sosok baik kesetiaan pengembanan tugas

dan keberanian bisa dipertimbangkan sebagai kesatria dengan orde tertinggi

Secara umum keberanian bukanlah sesuatu yang tidak hanya tampak pada

saat seseorang mengenakan baju besi mengangkat senjata lalu bertempur dalam

peperangan Perbedaan antara sikap berani dan sikap pengecut sudah tampak

dalam kehidupan sehari-hari meski tidak ada perang Seseorang yang pemberani

akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang kepada majikannya dan orang

tuanya Jika ada waktu luang ia akan mempelajari literatur dan terus berlatih bela

diri Ia menghindari kemewahan personal tidak berfoya-foya Ia juga tidak tamak

dan membelanjakan uang apabila diperlukan

Spirit samurai yang mengalir dalam bela diri Aikido beberapa di

antaranya adalah spirit keberanian kesabaran kegagahan dan ketenangan dalam

menghadapi masalah Hal ini diungkapkan oleh Nitobe (200468) sebagai berikut

勇気我慢大胆だいたん

自若じじゃく

勇猛ゆうもう

などの心性しんせい

は少年武士の心に最も強く

訴うった

えられ実例じつれい

を模範も は ん

として幼おさな

いときから訓練され励はげ

みとされたい

わば最も人気のある徳性とくせい

であった彼らは母親のふところに抱かれた

幼児よ う じ

のころから軍記ぐ ん き

物語ものがた

りをくり返し聞かされもし何か苦痛く つ う

なことが

あって泣き出したりすれば「これくらいのことで泣くとはなんて臆病おくびょう

なんでしょう」と母親に叱しか

られ「もし戦場せんじょう

に出て腕うで

を切られるよう

なことがあったらどうしますかもし切腹せっぷく

を命めい

じられたときはどうし

ますか」と励はげ

まされた

Jiwa seperti keberanian kesabaran kegagahan ketenangan dalam menghadapi

bahaya keliaran dan sebagainya paling kental berpengaruh pada hati para kesatria

remaja Sejak masih kecil mereka ditanamkan jiwa-jiwa tersebut dengan contoh

nyata dan dilatih agar memilikinya yang dijadikan sumber semangatnya Sejak

masa balitanya yang masih dalam pangkuan ibunya mereka berulang kali

diceritakan dongeng kesatria dan pertempuran jika ada yang menangis karena

terjadi sesuatu yang menyedihkan dalam cerita tersebut maka ia dimarahi ibunya

dengan perkataan ldquoBetapa penakutnya engkau sampai menangis gara-gara hal

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

25

hubungannya dengan realitas aslinya Hiperrealitas yang berkembang melalui

proses simulasi mengikuti perkembangan ataupun revolusi hukum nilai Revolusi

tersebut mengakibatkan hanya pertukaran simbolis dan yang tertinggal adalah

hiperrealitas yakni tanda-tanda simbolis yang saling dipertukarkan petanda atau

maknanya dicari dalam relasi tanda tersebut dengan tanda lainnya dalam sistem

tanda

Secara singkat bisa dikemukakan bahwa posrealitas merupakan hasil dari

simulasi Media massa sangat berpengaruh dalam proses simulasi tersebut dengan

demikian media massa juga sangat berpengaruh dalam pembentukan hiperrealitas

Media massa yang dimaksud adalah media massa sebagai isi atau pesan yang

disampaikan dan media massa sebagai bentuk atau teknologi dan sistem kerjanya (

Kushendrawati 2011101)

Terbentuknya sebuah dunia baru sebagai akibat perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi mutakhir di dalamnya tercipta berbagai definisi dan

pemahaman baru mengenai apa yang disebut realitas Di dalamnya juga

dilukiskan metamorfosis yang dialami oleh manusia yang disebut kondisi realitas

ke arah kondisi posrealitas (post-reality) Kondisi posrealitas adalah kondisi yang

di dalamnya prinsip-prinsip realitas telah dilampaui diambil alih oleh substitusi-

substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu pengetahuan

teknologi dan seni mutakhir yang telah menghancurkan asumsi-asumsi

konvensional tentang kenyataan (the real)

Perkembangan dunia posrealitas telah membentangkan persoalan filosofis

mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa yang disebut yang

nyata Pertama ada persoalan terminologis Awalan pos pada istilah posrealitas

26

(post-reality) sesungguhnya menawarkan ruang tafsiran yang terbuka dan bersifat

polisemi Istilah pos di sini dapat diartikan sebagai penentangan terhadap

pemisahan dari keterputusan dan (discontinuity) persimpangan dari (rupture)

titik balik dari melewati atau melampaui realitas (hyper) Meskipun demikian

awalan pos pada istilah posrealitas digunakan dalam pengertian yang khusus

yaitu sebagai padanan dari kata hiper (hyper) yang digunakan oleh Jean

Baudrillard untuk menjelaskan kondisi yang disebutnya melampaui realitas

(hyper-reality)

Posrealitas adalah kondisi matinya realitas diambilalihnya posisi realitas

oleh nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru mempesona

yang belum pernah dialami sebelumnya Namun dunia realitas artifisial banyak

merenggut dunia realitas alamiah seperti kedekatan manusia dengan aura

keaslian dan eksotisme alam warisan luhur kebudayaan serta kekuatan spiritual

yang merupakan magnet dunia kehidupan Ketika realitas alamiah telah lenyap

dan diambil alih oleh berbagai realitas yang artifisial manusia terkurung dalam

perangkap dunia artifisialitas yang serba permukaan imanen dan dangkal serta

tidak mampu menemukan jalan kembali ke arah realitas alamiah kekayaan

kultural dan kedalaman pengalaman transendental (Piliang 200954-55)

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru Realitas tersebut tidak bisa

27

dikatakan realitas Bali yang se asli-aslinya karena telah dimasuki nilai baru yang

berasal dari sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang

Realitas itu juga tidak bisa dikatakan realitas yang baru karena para aikidoka Bali

tetaplah kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya Berdasarkan

pengertian posrealitas di atas maka secara operasional posrealitas dalam

penelitian ini dikonsepsikan sebagai pengambilalihan posisi seni bela diri

tradisional Bali seperti Tengklung Setembak dan lain-lain oleh bela diri Jepang

yaitu bela diri Aikido

222 Spirit Hidup Samurai

Asal kaum samurai dimulai pada keluarga Yamato yang muncul sebagai

klan terkuat di Jepang pada abad ketujuh masehi Kata samurai berarti ldquoorang

yang melayanirdquo dan kata itu diberikan kepada mereka yang lahir pada keluarga

terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran Falsafah

pengabdian ini adalah akar dari keningratan kaum samurai baik dalam tatanan

sosial maupun spiritual (Kitami 2013xii)

Asal-usul kelas samurai (Shigesuke 1999ix) adalah spesialisasi dari

kalangan aristokrat Secara umum kalangan kelas atas yang berpoligami biasanya

menghasilkan lebih banyak anak yang bisa terserap ke dalam level yang sama di

dalam masyarakat Aturan tentang hak waris lebih jauh menetapkan bahwa

hanya satu putra yang secara penuh mewarisi semua keistimewaan yang dimiliki

ayahnya Faktor-faktor ini menciptakan tekanan sosial dan natural menuju

diferensiasi dalam pola-pola karier dari anak keturunan kelas-kelas atas ini

28

Sebagaimana di Eropa di Jepang dan di tempat lain dari ayah-ayah

birokrat yang tidak mewarisi keistimewaan paternal inilah yang menjadi prajurit

perang atau pengelola kuil atau biara Kedua spesialisasi ini dibentuk untuk

proteksi terhadap negara para pasukan perang era kuno ini semula disebut

ldquosamurairdquo atau terjemahan kasarnya adalah ldquopembanturdquo karena mereka

membentuk pasukan bersenjata untuk membantu aristokrasi Pada saat para

samurai ini mengambil alih kekuasaan negara dari tangan aristokrat sebagai salah

satu kelas independen salah satu cara mereka memanifestasikan status dan

martabat baru mereka Mereka menjauhkan diri dari label samurai sekedar

ldquopembanturdquo kemudian menyebut diri mereka sebagai bushi「武士」yang berarti

kesatria

Spirit hidup samurai disebut sebagai bushido「武士道」 adalah etika

yang dianut oleh para samurai Walaupun istilah tersebut baru digunakan pada

zaman Edo (1603-1868) konsep bushido telah terbentuk sejak zaman Kamakura

(1185-1333) yang berkembang dari adopsi neo-konfusianisme pada zaman Edo

hingga menjadi landasan moralitas nasional pasca restorasi Meiji (1868-1912)

Bushido tidak hanya meliputi semangat bela diri dan keterampilan menggunakan

senjata tetapi juga loyalitas absolut pada tuannya rasa yang kuat atas kehormatan

pribadi pengabdian pada tugas dan keberanian bahkan jika diperlukan

pengorbanan nyawa dalam pertempuran dan ritual (Davies amp Ikeno 2014 41)

Etika bushido (Shigesuke 199930-31) mensyaratkan ada tiga hal yang

dipertimbangkan yang esensial yaitu kesetiaan tugas dan keberanian Hal

tersebut memuat tentang kesatria yang bekerja dengan kesetiaan tinggi kesatria

29

yang bisa dipercaya dalam mengemban tugas kesatria yang kuat dan pemberani

Prajurit yang memiliki kombinasi tiga sosok baik kesetiaan pengembanan tugas

dan keberanian bisa dipertimbangkan sebagai kesatria dengan orde tertinggi

Secara umum keberanian bukanlah sesuatu yang tidak hanya tampak pada

saat seseorang mengenakan baju besi mengangkat senjata lalu bertempur dalam

peperangan Perbedaan antara sikap berani dan sikap pengecut sudah tampak

dalam kehidupan sehari-hari meski tidak ada perang Seseorang yang pemberani

akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang kepada majikannya dan orang

tuanya Jika ada waktu luang ia akan mempelajari literatur dan terus berlatih bela

diri Ia menghindari kemewahan personal tidak berfoya-foya Ia juga tidak tamak

dan membelanjakan uang apabila diperlukan

Spirit samurai yang mengalir dalam bela diri Aikido beberapa di

antaranya adalah spirit keberanian kesabaran kegagahan dan ketenangan dalam

menghadapi masalah Hal ini diungkapkan oleh Nitobe (200468) sebagai berikut

勇気我慢大胆だいたん

自若じじゃく

勇猛ゆうもう

などの心性しんせい

は少年武士の心に最も強く

訴うった

えられ実例じつれい

を模範も は ん

として幼おさな

いときから訓練され励はげ

みとされたい

わば最も人気のある徳性とくせい

であった彼らは母親のふところに抱かれた

幼児よ う じ

のころから軍記ぐ ん き

物語ものがた

りをくり返し聞かされもし何か苦痛く つ う

なことが

あって泣き出したりすれば「これくらいのことで泣くとはなんて臆病おくびょう

なんでしょう」と母親に叱しか

られ「もし戦場せんじょう

に出て腕うで

を切られるよう

なことがあったらどうしますかもし切腹せっぷく

を命めい

じられたときはどうし

ますか」と励はげ

まされた

Jiwa seperti keberanian kesabaran kegagahan ketenangan dalam menghadapi

bahaya keliaran dan sebagainya paling kental berpengaruh pada hati para kesatria

remaja Sejak masih kecil mereka ditanamkan jiwa-jiwa tersebut dengan contoh

nyata dan dilatih agar memilikinya yang dijadikan sumber semangatnya Sejak

masa balitanya yang masih dalam pangkuan ibunya mereka berulang kali

diceritakan dongeng kesatria dan pertempuran jika ada yang menangis karena

terjadi sesuatu yang menyedihkan dalam cerita tersebut maka ia dimarahi ibunya

dengan perkataan ldquoBetapa penakutnya engkau sampai menangis gara-gara hal

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

26

(post-reality) sesungguhnya menawarkan ruang tafsiran yang terbuka dan bersifat

polisemi Istilah pos di sini dapat diartikan sebagai penentangan terhadap

pemisahan dari keterputusan dan (discontinuity) persimpangan dari (rupture)

titik balik dari melewati atau melampaui realitas (hyper) Meskipun demikian

awalan pos pada istilah posrealitas digunakan dalam pengertian yang khusus

yaitu sebagai padanan dari kata hiper (hyper) yang digunakan oleh Jean

Baudrillard untuk menjelaskan kondisi yang disebutnya melampaui realitas

(hyper-reality)

Posrealitas adalah kondisi matinya realitas diambilalihnya posisi realitas

oleh nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru mempesona

yang belum pernah dialami sebelumnya Namun dunia realitas artifisial banyak

merenggut dunia realitas alamiah seperti kedekatan manusia dengan aura

keaslian dan eksotisme alam warisan luhur kebudayaan serta kekuatan spiritual

yang merupakan magnet dunia kehidupan Ketika realitas alamiah telah lenyap

dan diambil alih oleh berbagai realitas yang artifisial manusia terkurung dalam

perangkap dunia artifisialitas yang serba permukaan imanen dan dangkal serta

tidak mampu menemukan jalan kembali ke arah realitas alamiah kekayaan

kultural dan kedalaman pengalaman transendental (Piliang 200954-55)

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru Realitas tersebut tidak bisa

27

dikatakan realitas Bali yang se asli-aslinya karena telah dimasuki nilai baru yang

berasal dari sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang

Realitas itu juga tidak bisa dikatakan realitas yang baru karena para aikidoka Bali

tetaplah kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya Berdasarkan

pengertian posrealitas di atas maka secara operasional posrealitas dalam

penelitian ini dikonsepsikan sebagai pengambilalihan posisi seni bela diri

tradisional Bali seperti Tengklung Setembak dan lain-lain oleh bela diri Jepang

yaitu bela diri Aikido

222 Spirit Hidup Samurai

Asal kaum samurai dimulai pada keluarga Yamato yang muncul sebagai

klan terkuat di Jepang pada abad ketujuh masehi Kata samurai berarti ldquoorang

yang melayanirdquo dan kata itu diberikan kepada mereka yang lahir pada keluarga

terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran Falsafah

pengabdian ini adalah akar dari keningratan kaum samurai baik dalam tatanan

sosial maupun spiritual (Kitami 2013xii)

Asal-usul kelas samurai (Shigesuke 1999ix) adalah spesialisasi dari

kalangan aristokrat Secara umum kalangan kelas atas yang berpoligami biasanya

menghasilkan lebih banyak anak yang bisa terserap ke dalam level yang sama di

dalam masyarakat Aturan tentang hak waris lebih jauh menetapkan bahwa

hanya satu putra yang secara penuh mewarisi semua keistimewaan yang dimiliki

ayahnya Faktor-faktor ini menciptakan tekanan sosial dan natural menuju

diferensiasi dalam pola-pola karier dari anak keturunan kelas-kelas atas ini

28

Sebagaimana di Eropa di Jepang dan di tempat lain dari ayah-ayah

birokrat yang tidak mewarisi keistimewaan paternal inilah yang menjadi prajurit

perang atau pengelola kuil atau biara Kedua spesialisasi ini dibentuk untuk

proteksi terhadap negara para pasukan perang era kuno ini semula disebut

ldquosamurairdquo atau terjemahan kasarnya adalah ldquopembanturdquo karena mereka

membentuk pasukan bersenjata untuk membantu aristokrasi Pada saat para

samurai ini mengambil alih kekuasaan negara dari tangan aristokrat sebagai salah

satu kelas independen salah satu cara mereka memanifestasikan status dan

martabat baru mereka Mereka menjauhkan diri dari label samurai sekedar

ldquopembanturdquo kemudian menyebut diri mereka sebagai bushi「武士」yang berarti

kesatria

Spirit hidup samurai disebut sebagai bushido「武士道」 adalah etika

yang dianut oleh para samurai Walaupun istilah tersebut baru digunakan pada

zaman Edo (1603-1868) konsep bushido telah terbentuk sejak zaman Kamakura

(1185-1333) yang berkembang dari adopsi neo-konfusianisme pada zaman Edo

hingga menjadi landasan moralitas nasional pasca restorasi Meiji (1868-1912)

Bushido tidak hanya meliputi semangat bela diri dan keterampilan menggunakan

senjata tetapi juga loyalitas absolut pada tuannya rasa yang kuat atas kehormatan

pribadi pengabdian pada tugas dan keberanian bahkan jika diperlukan

pengorbanan nyawa dalam pertempuran dan ritual (Davies amp Ikeno 2014 41)

Etika bushido (Shigesuke 199930-31) mensyaratkan ada tiga hal yang

dipertimbangkan yang esensial yaitu kesetiaan tugas dan keberanian Hal

tersebut memuat tentang kesatria yang bekerja dengan kesetiaan tinggi kesatria

29

yang bisa dipercaya dalam mengemban tugas kesatria yang kuat dan pemberani

Prajurit yang memiliki kombinasi tiga sosok baik kesetiaan pengembanan tugas

dan keberanian bisa dipertimbangkan sebagai kesatria dengan orde tertinggi

Secara umum keberanian bukanlah sesuatu yang tidak hanya tampak pada

saat seseorang mengenakan baju besi mengangkat senjata lalu bertempur dalam

peperangan Perbedaan antara sikap berani dan sikap pengecut sudah tampak

dalam kehidupan sehari-hari meski tidak ada perang Seseorang yang pemberani

akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang kepada majikannya dan orang

tuanya Jika ada waktu luang ia akan mempelajari literatur dan terus berlatih bela

diri Ia menghindari kemewahan personal tidak berfoya-foya Ia juga tidak tamak

dan membelanjakan uang apabila diperlukan

Spirit samurai yang mengalir dalam bela diri Aikido beberapa di

antaranya adalah spirit keberanian kesabaran kegagahan dan ketenangan dalam

menghadapi masalah Hal ini diungkapkan oleh Nitobe (200468) sebagai berikut

勇気我慢大胆だいたん

自若じじゃく

勇猛ゆうもう

などの心性しんせい

は少年武士の心に最も強く

訴うった

えられ実例じつれい

を模範も は ん

として幼おさな

いときから訓練され励はげ

みとされたい

わば最も人気のある徳性とくせい

であった彼らは母親のふところに抱かれた

幼児よ う じ

のころから軍記ぐ ん き

物語ものがた

りをくり返し聞かされもし何か苦痛く つ う

なことが

あって泣き出したりすれば「これくらいのことで泣くとはなんて臆病おくびょう

なんでしょう」と母親に叱しか

られ「もし戦場せんじょう

に出て腕うで

を切られるよう

なことがあったらどうしますかもし切腹せっぷく

を命めい

じられたときはどうし

ますか」と励はげ

まされた

Jiwa seperti keberanian kesabaran kegagahan ketenangan dalam menghadapi

bahaya keliaran dan sebagainya paling kental berpengaruh pada hati para kesatria

remaja Sejak masih kecil mereka ditanamkan jiwa-jiwa tersebut dengan contoh

nyata dan dilatih agar memilikinya yang dijadikan sumber semangatnya Sejak

masa balitanya yang masih dalam pangkuan ibunya mereka berulang kali

diceritakan dongeng kesatria dan pertempuran jika ada yang menangis karena

terjadi sesuatu yang menyedihkan dalam cerita tersebut maka ia dimarahi ibunya

dengan perkataan ldquoBetapa penakutnya engkau sampai menangis gara-gara hal

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

27

dikatakan realitas Bali yang se asli-aslinya karena telah dimasuki nilai baru yang

berasal dari sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang

Realitas itu juga tidak bisa dikatakan realitas yang baru karena para aikidoka Bali

tetaplah kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya Berdasarkan

pengertian posrealitas di atas maka secara operasional posrealitas dalam

penelitian ini dikonsepsikan sebagai pengambilalihan posisi seni bela diri

tradisional Bali seperti Tengklung Setembak dan lain-lain oleh bela diri Jepang

yaitu bela diri Aikido

222 Spirit Hidup Samurai

Asal kaum samurai dimulai pada keluarga Yamato yang muncul sebagai

klan terkuat di Jepang pada abad ketujuh masehi Kata samurai berarti ldquoorang

yang melayanirdquo dan kata itu diberikan kepada mereka yang lahir pada keluarga

terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran Falsafah

pengabdian ini adalah akar dari keningratan kaum samurai baik dalam tatanan

sosial maupun spiritual (Kitami 2013xii)

Asal-usul kelas samurai (Shigesuke 1999ix) adalah spesialisasi dari

kalangan aristokrat Secara umum kalangan kelas atas yang berpoligami biasanya

menghasilkan lebih banyak anak yang bisa terserap ke dalam level yang sama di

dalam masyarakat Aturan tentang hak waris lebih jauh menetapkan bahwa

hanya satu putra yang secara penuh mewarisi semua keistimewaan yang dimiliki

ayahnya Faktor-faktor ini menciptakan tekanan sosial dan natural menuju

diferensiasi dalam pola-pola karier dari anak keturunan kelas-kelas atas ini

28

Sebagaimana di Eropa di Jepang dan di tempat lain dari ayah-ayah

birokrat yang tidak mewarisi keistimewaan paternal inilah yang menjadi prajurit

perang atau pengelola kuil atau biara Kedua spesialisasi ini dibentuk untuk

proteksi terhadap negara para pasukan perang era kuno ini semula disebut

ldquosamurairdquo atau terjemahan kasarnya adalah ldquopembanturdquo karena mereka

membentuk pasukan bersenjata untuk membantu aristokrasi Pada saat para

samurai ini mengambil alih kekuasaan negara dari tangan aristokrat sebagai salah

satu kelas independen salah satu cara mereka memanifestasikan status dan

martabat baru mereka Mereka menjauhkan diri dari label samurai sekedar

ldquopembanturdquo kemudian menyebut diri mereka sebagai bushi「武士」yang berarti

kesatria

Spirit hidup samurai disebut sebagai bushido「武士道」 adalah etika

yang dianut oleh para samurai Walaupun istilah tersebut baru digunakan pada

zaman Edo (1603-1868) konsep bushido telah terbentuk sejak zaman Kamakura

(1185-1333) yang berkembang dari adopsi neo-konfusianisme pada zaman Edo

hingga menjadi landasan moralitas nasional pasca restorasi Meiji (1868-1912)

Bushido tidak hanya meliputi semangat bela diri dan keterampilan menggunakan

senjata tetapi juga loyalitas absolut pada tuannya rasa yang kuat atas kehormatan

pribadi pengabdian pada tugas dan keberanian bahkan jika diperlukan

pengorbanan nyawa dalam pertempuran dan ritual (Davies amp Ikeno 2014 41)

Etika bushido (Shigesuke 199930-31) mensyaratkan ada tiga hal yang

dipertimbangkan yang esensial yaitu kesetiaan tugas dan keberanian Hal

tersebut memuat tentang kesatria yang bekerja dengan kesetiaan tinggi kesatria

29

yang bisa dipercaya dalam mengemban tugas kesatria yang kuat dan pemberani

Prajurit yang memiliki kombinasi tiga sosok baik kesetiaan pengembanan tugas

dan keberanian bisa dipertimbangkan sebagai kesatria dengan orde tertinggi

Secara umum keberanian bukanlah sesuatu yang tidak hanya tampak pada

saat seseorang mengenakan baju besi mengangkat senjata lalu bertempur dalam

peperangan Perbedaan antara sikap berani dan sikap pengecut sudah tampak

dalam kehidupan sehari-hari meski tidak ada perang Seseorang yang pemberani

akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang kepada majikannya dan orang

tuanya Jika ada waktu luang ia akan mempelajari literatur dan terus berlatih bela

diri Ia menghindari kemewahan personal tidak berfoya-foya Ia juga tidak tamak

dan membelanjakan uang apabila diperlukan

Spirit samurai yang mengalir dalam bela diri Aikido beberapa di

antaranya adalah spirit keberanian kesabaran kegagahan dan ketenangan dalam

menghadapi masalah Hal ini diungkapkan oleh Nitobe (200468) sebagai berikut

勇気我慢大胆だいたん

自若じじゃく

勇猛ゆうもう

などの心性しんせい

は少年武士の心に最も強く

訴うった

えられ実例じつれい

を模範も は ん

として幼おさな

いときから訓練され励はげ

みとされたい

わば最も人気のある徳性とくせい

であった彼らは母親のふところに抱かれた

幼児よ う じ

のころから軍記ぐ ん き

物語ものがた

りをくり返し聞かされもし何か苦痛く つ う

なことが

あって泣き出したりすれば「これくらいのことで泣くとはなんて臆病おくびょう

なんでしょう」と母親に叱しか

られ「もし戦場せんじょう

に出て腕うで

を切られるよう

なことがあったらどうしますかもし切腹せっぷく

を命めい

じられたときはどうし

ますか」と励はげ

まされた

Jiwa seperti keberanian kesabaran kegagahan ketenangan dalam menghadapi

bahaya keliaran dan sebagainya paling kental berpengaruh pada hati para kesatria

remaja Sejak masih kecil mereka ditanamkan jiwa-jiwa tersebut dengan contoh

nyata dan dilatih agar memilikinya yang dijadikan sumber semangatnya Sejak

masa balitanya yang masih dalam pangkuan ibunya mereka berulang kali

diceritakan dongeng kesatria dan pertempuran jika ada yang menangis karena

terjadi sesuatu yang menyedihkan dalam cerita tersebut maka ia dimarahi ibunya

dengan perkataan ldquoBetapa penakutnya engkau sampai menangis gara-gara hal

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

28

Sebagaimana di Eropa di Jepang dan di tempat lain dari ayah-ayah

birokrat yang tidak mewarisi keistimewaan paternal inilah yang menjadi prajurit

perang atau pengelola kuil atau biara Kedua spesialisasi ini dibentuk untuk

proteksi terhadap negara para pasukan perang era kuno ini semula disebut

ldquosamurairdquo atau terjemahan kasarnya adalah ldquopembanturdquo karena mereka

membentuk pasukan bersenjata untuk membantu aristokrasi Pada saat para

samurai ini mengambil alih kekuasaan negara dari tangan aristokrat sebagai salah

satu kelas independen salah satu cara mereka memanifestasikan status dan

martabat baru mereka Mereka menjauhkan diri dari label samurai sekedar

ldquopembanturdquo kemudian menyebut diri mereka sebagai bushi「武士」yang berarti

kesatria

Spirit hidup samurai disebut sebagai bushido「武士道」 adalah etika

yang dianut oleh para samurai Walaupun istilah tersebut baru digunakan pada

zaman Edo (1603-1868) konsep bushido telah terbentuk sejak zaman Kamakura

(1185-1333) yang berkembang dari adopsi neo-konfusianisme pada zaman Edo

hingga menjadi landasan moralitas nasional pasca restorasi Meiji (1868-1912)

Bushido tidak hanya meliputi semangat bela diri dan keterampilan menggunakan

senjata tetapi juga loyalitas absolut pada tuannya rasa yang kuat atas kehormatan

pribadi pengabdian pada tugas dan keberanian bahkan jika diperlukan

pengorbanan nyawa dalam pertempuran dan ritual (Davies amp Ikeno 2014 41)

Etika bushido (Shigesuke 199930-31) mensyaratkan ada tiga hal yang

dipertimbangkan yang esensial yaitu kesetiaan tugas dan keberanian Hal

tersebut memuat tentang kesatria yang bekerja dengan kesetiaan tinggi kesatria

29

yang bisa dipercaya dalam mengemban tugas kesatria yang kuat dan pemberani

Prajurit yang memiliki kombinasi tiga sosok baik kesetiaan pengembanan tugas

dan keberanian bisa dipertimbangkan sebagai kesatria dengan orde tertinggi

Secara umum keberanian bukanlah sesuatu yang tidak hanya tampak pada

saat seseorang mengenakan baju besi mengangkat senjata lalu bertempur dalam

peperangan Perbedaan antara sikap berani dan sikap pengecut sudah tampak

dalam kehidupan sehari-hari meski tidak ada perang Seseorang yang pemberani

akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang kepada majikannya dan orang

tuanya Jika ada waktu luang ia akan mempelajari literatur dan terus berlatih bela

diri Ia menghindari kemewahan personal tidak berfoya-foya Ia juga tidak tamak

dan membelanjakan uang apabila diperlukan

Spirit samurai yang mengalir dalam bela diri Aikido beberapa di

antaranya adalah spirit keberanian kesabaran kegagahan dan ketenangan dalam

menghadapi masalah Hal ini diungkapkan oleh Nitobe (200468) sebagai berikut

勇気我慢大胆だいたん

自若じじゃく

勇猛ゆうもう

などの心性しんせい

は少年武士の心に最も強く

訴うった

えられ実例じつれい

を模範も は ん

として幼おさな

いときから訓練され励はげ

みとされたい

わば最も人気のある徳性とくせい

であった彼らは母親のふところに抱かれた

幼児よ う じ

のころから軍記ぐ ん き

物語ものがた

りをくり返し聞かされもし何か苦痛く つ う

なことが

あって泣き出したりすれば「これくらいのことで泣くとはなんて臆病おくびょう

なんでしょう」と母親に叱しか

られ「もし戦場せんじょう

に出て腕うで

を切られるよう

なことがあったらどうしますかもし切腹せっぷく

を命めい

じられたときはどうし

ますか」と励はげ

まされた

Jiwa seperti keberanian kesabaran kegagahan ketenangan dalam menghadapi

bahaya keliaran dan sebagainya paling kental berpengaruh pada hati para kesatria

remaja Sejak masih kecil mereka ditanamkan jiwa-jiwa tersebut dengan contoh

nyata dan dilatih agar memilikinya yang dijadikan sumber semangatnya Sejak

masa balitanya yang masih dalam pangkuan ibunya mereka berulang kali

diceritakan dongeng kesatria dan pertempuran jika ada yang menangis karena

terjadi sesuatu yang menyedihkan dalam cerita tersebut maka ia dimarahi ibunya

dengan perkataan ldquoBetapa penakutnya engkau sampai menangis gara-gara hal

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

29

yang bisa dipercaya dalam mengemban tugas kesatria yang kuat dan pemberani

Prajurit yang memiliki kombinasi tiga sosok baik kesetiaan pengembanan tugas

dan keberanian bisa dipertimbangkan sebagai kesatria dengan orde tertinggi

Secara umum keberanian bukanlah sesuatu yang tidak hanya tampak pada

saat seseorang mengenakan baju besi mengangkat senjata lalu bertempur dalam

peperangan Perbedaan antara sikap berani dan sikap pengecut sudah tampak

dalam kehidupan sehari-hari meski tidak ada perang Seseorang yang pemberani

akan menunjukkan loyalitas dan kasih sayang kepada majikannya dan orang

tuanya Jika ada waktu luang ia akan mempelajari literatur dan terus berlatih bela

diri Ia menghindari kemewahan personal tidak berfoya-foya Ia juga tidak tamak

dan membelanjakan uang apabila diperlukan

Spirit samurai yang mengalir dalam bela diri Aikido beberapa di

antaranya adalah spirit keberanian kesabaran kegagahan dan ketenangan dalam

menghadapi masalah Hal ini diungkapkan oleh Nitobe (200468) sebagai berikut

勇気我慢大胆だいたん

自若じじゃく

勇猛ゆうもう

などの心性しんせい

は少年武士の心に最も強く

訴うった

えられ実例じつれい

を模範も は ん

として幼おさな

いときから訓練され励はげ

みとされたい

わば最も人気のある徳性とくせい

であった彼らは母親のふところに抱かれた

幼児よ う じ

のころから軍記ぐ ん き

物語ものがた

りをくり返し聞かされもし何か苦痛く つ う

なことが

あって泣き出したりすれば「これくらいのことで泣くとはなんて臆病おくびょう

なんでしょう」と母親に叱しか

られ「もし戦場せんじょう

に出て腕うで

を切られるよう

なことがあったらどうしますかもし切腹せっぷく

を命めい

じられたときはどうし

ますか」と励はげ

まされた

Jiwa seperti keberanian kesabaran kegagahan ketenangan dalam menghadapi

bahaya keliaran dan sebagainya paling kental berpengaruh pada hati para kesatria

remaja Sejak masih kecil mereka ditanamkan jiwa-jiwa tersebut dengan contoh

nyata dan dilatih agar memilikinya yang dijadikan sumber semangatnya Sejak

masa balitanya yang masih dalam pangkuan ibunya mereka berulang kali

diceritakan dongeng kesatria dan pertempuran jika ada yang menangis karena

terjadi sesuatu yang menyedihkan dalam cerita tersebut maka ia dimarahi ibunya

dengan perkataan ldquoBetapa penakutnya engkau sampai menangis gara-gara hal

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

30

sepele ini rdquo Mereka pun disemangati dengan kata-kata ldquoBagaimana kalau maju

ke medan perang dan lenganmu terpotong Bagaimana kalau disuruh seppuku

(Harakiri) rdquo

Spirit samurai lainnya dalam bela diri Aikido adalah berlatih tiada henti

karena dalam berlatih bela diri Aikido tidak ada kata ldquotamatlulusrdquo Bagi aikidoka

hanya ada kata ldquoterus berlatihrdquo meskipun ada tingkatan dari sebelum menyandang

sabuk hitam (Kyuu) sampai dengan tingkatan sabuk hitam (Dan) Namun sampai

saat ini belum ada aikidoka yang bisa mencapai tingkatan paling tinggi dalam bela

diri Aikido (Dan X) bahkan ada beberapa guru (sensei) yang sudah berlatih bela

diri Aikido sampai selama 50 tahun

Berlatih terus menerus tanpa henti diungkapkan oleh guru besar pendiri

bela diri Aikido Morihei Ueshiba dalam buku Jurnal Demontrasi Aikido ke-40

(20037) bahwa

合気道あいきどう

の稽古け い こ

に終お

わりはありません稽古をはじめたら根気こ ん き

よく続つづ

けるこ

とですうまずたゆまず求もと

めてください稽古を続けることが進歩し ん ぽ

への

第一歩だいいちほ

であり稽古の大切たいせつ

な一面いちめん

でもあるのです

Latihan Aikido tidak ada akhirnya Kalau anda sudah mulai latihan janganlah

pernah berhenti Carilah ilmu dengan pantang menyerah Berlatih terus menerus

tanpa henti adalah langkah pertama untuk menuju kemajuan sekaligus satu sisi

yang sangat penting dalam keseluruhan latihan

Lebih lanjut Ueshiba (The Art of Peace 199285) mengatakan

Life itself is always a trial In training you must test and polish yourself in order

to face the great challenges of life Transcend the realm of life and death and

then you will be able to make your way calmly and safely through any crisis that

confronts to you

Kehidupan itu selalu merupakan suatu percobaan Dalam berlatih engkau harus

mengetes dan menghaluskan dirimu untuk berhadapan dengan tantangan

kehidupan yang besar Lampauilah dunia kehidupan dan kematian dan kemudian

anda akan bisa membuat jalan anda dengan tenang dan aman sepanjang krisis

yang anda hadapi

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

31

Spirit samurai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana para

aikidoka Bali bersikap dalam kehidupan berlatih bela diri Aikido dan dalam

kehidupan sehari-hari berlandaskan kepada jiwa total dalam mengerjakan sesuatu

Total dalam mengabdi terhadap kewajiban dalam kesetiaan dan dalam segala hal

Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti hidup yang sebenar-benarnya

Bushido mengajarkan untuk merasakan setiap nafas yang dihirup Setiap detik

hidup ini harus dijalani dengan sungguh-sungguh Segala bidang yang ditekuni

harus dijalani dengan segenap jiwa raga

223 Pengembangan Bela Diri Aikido di Bali

Pengembangan bela diri Aikido di Bali tidak bisa lepas dari sejarah awal

pelatihan tahun 1995 di Dojo Samurai kawasan Renon Denpasar Pada saat

pertama berlatih bela diri Aikido para peserta kebanyakan pada mulanya adalah

pengikut bela diri Karate Pencak Silat dan bela diri lainnya Setelah aktivitas

pelatihan berlangsung dua tahun tepatnya 07 Mei 1997 terbentuk induk organisasi

bela diri Aikido di Bali (Bari Aikikai) Setelah itu tumbuh dojo-dojo lainnya di

Bali sebagai tempat berlatih seperti Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja Dojo

Aora di Kuta dan Dojo Kami di Jimbaran Badung

Layaknya sebuah organisasi sosial organisasi bela diri Aikido sebagai

objek yang berkembang dengan sosiologi fungsional dipandang sebagai

hubungan sosial yang berkontribusi kepada entitas yang menjadi bagian di

dalamnya Dalam analisis fungsional terhadap organisasi elemen-elemen

organisasi dipandang memiliki kontribusi kepada integritas organisasi secara

keseluruhan Sejak awal para analis terkemuka menyadari bahwa di dalam

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

32

organisasi formal melekat praktik kekuasaan yang terutama dibentuk oleh

otoritas Hal tersebut memicu penolakan kelompok-kelompok yang ada dalam

organisasi sehingga organisasi tidak dapat berfungsi sebagaimana yang

diharapkan Oleh sebab itu para analis sistem meyakini bahwa organisasi sering

kali berfungsi secara suboptimal Para teoretisi konflik dengan menggunakan

konsep Marxian dan neo-Weberian menarik kesimpulan yang lebih ekstrem

Sebagian merespons kritik dan sebagian lagi sebagai proses pengembangan Arus

utama studi organisasi mulai meyakini bahwa perbedaan antara organisasi

kontemporer dengan tipe-tipe kelembagaan yang lain dapat diperluas Irasionalitas

dan penampilan yang suboptimal merupakan karakter normal organisasi

Walaupun memahami organisasi dari sisi penampilannya masih tampak umum

sekarang muncul kesadaran akan implikasi pendekatan tersebut dan kerelaan

untuk mempertimbangkan perspektif lain Organisasi sekarang dipahami sebagai

aktivitas dan sebagai objek

Arus utama analisis organisasi mendefinisikan dirinya dalam kerangka

kelembagaan yang berbeda dalam prinsip dengan yang ada dalam masyarakat

tradisional Ada perkembangan pemahaman yang penting yakni organisasi formal

bukan merupakan batas bagi organisasi Melalui beragam inspirasi intelektual

seperti etnometodologi dan fenomenologi perspektif baru terhadap organisasi

menjadi pusat perhatian Unsur penting itu tampak dalam era organisasi virtual

Organisasi tidak pernah nyata terbentuk sebagaimana dalam pengertian seluruh

partisipan dalam organisasi bertemu dalam suatu tempat dalam satu waktu

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

33

Sebagaimana dinyatakan oleh Robert Cooper Dalam pengertian mendasarnya

organisasi adalah penertiban terhadap yang tidak tertibrdquo (Scott 2011190-191)

Seperti halnya mesin yang terangkai dari berbagai komponen yang saling

terkait Tripomo (201412-14) menyatakan bahwa organisasi juga merupakan

rangkaian komponen berupa orang-orang yang saling berinteraksi satu dengan

yang lain Namun organisasi tidak sama dengan mesin karena organisasi

merupakan kesatuan sosial hubungan antara satu orang dengan orang yang lain

tidak hanya bersifat rasional dan mekanistik Menurut kodratnya manusia adalah

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat karena manusia selalu hidup bersama

dengan manusia lainnya sebagai kesatuan sosial

Kesatuan sosial adalah kelompok individu yang saling berhubungan dan

memengaruhi karena memiliki keterikatan nilai budaya aturan emosi dan

perantugas Keterikatan sosial sering kali tidak memperhitungkan kalkulasi

untung rugi rasionalfinansial Sebagai kesatuan sosial urusan rasa selera

keadilan dan solidaritas menjadi penting serta ukuran benar dan salah menjadi

tidak bersifat mutlak Pendapat keputusan reaksi seseorang tidak mutlak rasional

tetapi dipengaruhi oleh hubungan manusia dalam kesatuan sosial

Organisasi sebagai kesatuan sosial memiliki sifat saling terkait yang lebih

rumit daripada rangkaian mesin Dengan memencet tombol offrdquo pada saat jam

kerja berakhir maka mesin mati dan interaksi antar bagian-bagian mesin terhenti

Apakah interaksi antar orang berhenti Jawabannya tidak Setelah selesai jam

kerja orang-orang masih berhubungan satu sama lain bahkan setelah pensiunpun

orang masih berinteraksi satu sama lain Seorang anak yang tidak memiliki

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

34

keterkaitan dalam organisasi bisa memengaruhi keputusan karena bapaknya

pejabat Orang-orang yang pindah partai seperti kutu loncatpun tidak akan bisa

melepaskan relasinya dengan orang-orang di partai yang ia tinggalkan Inilah

keunikan organisasi sebagai kesatuan sosial

Organisasi yang berisi kumpulan manusia jelas berbeda dengan mesin yang

berisi kumpulan onderdil Organisasi adalah kesatuan dari individu-individu yang

dikoordinasikan secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu Bagaimana interaksi

di antara individu-individu dalam organisasi diatur oleh sebuah sistem yang

disebut struktur organisasi Struktur organisasi ibarat otak otot dan syaraf yang

mengkoordinasikan kerja organ indera dan anggota tubuh manusia

Bela diri Aikido di Indonesia tidak sepopuler Karate Kempo ataupun Judo

tetapi bela diri Aikido masuk ke Indonesia dalam waktu yang bersamaan dari

Jepang Ketidakpopuleran bela diri Aikido disebabkan oleh tidak adanya sistem

pertandingan sebagaimana yang ada dalam bela diri lainnya Oleh karena itu bela

diri Aikido hanya disebarkan melalui pembicaraan-pembicaraan saja Baru tahun

1984 mulai dipikirkan pengembangannya dengan membentuk organisasi bela diri

Sejak saat itu media elektronik dan cetak mulai memperkenalkannya dengan

metode atau peragaan (embukai)

Pada tahun 1993 didirikan yayasan Keluarga Bela Diri Aikido Indonesia

(KBAI) oleh sensei Ferdiansyah Secara umum perguruan ini berafiliasi kepada

pusat organisasi bela diri Aikido di Jepang (Honbu Aikikai) Dalam pertaliannya

dengan induk organisasi KBAI melaksanakan program kunjungan tahunan dari

para instrukstur pusat Aikikai - Jepang KBAI mengembangkan perguruannya

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

35

dalam bentuk tempat-tempat latihan umum atau club-club Pengembangan club-

club banyak dilakukan pada instansi dan perusahaan perguruan tinggi dan

sekolah

Secara tahunan atau dua tahunan KBAI mengadakan program kunjungan

instruktur dari Jepang sebagai motivator anggotanya dalam berlatih Secara

berkala pula dilakukan ujian kenaikan tingkat yang dilakukan empat bulan sekali

Secara umum KBAI mengembangkan perguruannya dengan hati-hati dengan

menjaga mutu teknis dan operasionalnya (diambil dari sumber httpkbaitripod

comhal_kbaihtm diakses 03 November 2014)

Organisasi bela diri Aikido di Bali dikonsepsikan sebagai organisasi sosial

yang ada di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Organisasi tersebut pada

penelitian ini secara keseluruhan berjumlah empat unit yang terhimpun ke dalam

satu organisasi induknya bernama Bari Aikikai「バリ合気会」 Keempat

organisasi yang tergabung ke dalam organisasi induknya ini adalah (1) Dojo

Samurai di Renon Denpasar (2) Dojo Dirgahayu di Desa Sumerta Kaja

Denpasar (3) Dojo Aora di Kuta Badung dan (4) Dojo Kami di Jimbaran

Badung Masing-masing organisasi mempunyai pengelola dojo bagian keuangan

dan pelatih

Dari uraian di atas tampak bahwa pengembangan bela diri Aikido di Bali

baik dari permulaan kemunculannya maupun selanjutnya ditopang oleh sistem

organisasi yang teratur memiliki struktur dan orang-orang yang duduk sesuai

fungsinya sehingga pengembangannya bisa terarah Pengembangan bela diri

Aikido di Bali dalam penelitian ini adalah proses setiap tahapan dilalui dengan

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

36

posrealitas kebudayaan sampai terjadinya implikasi bela diri Aikido ini berupa

identitas baru bagi para aikidoka Bali Kenyataan ini disebabkan oleh pelatihan

bela diri Aikido yang berkelanjutan dan dalam rentang waktu yang lama dan

membentuk aikidoka Bali sebagai manusia baru yang memiliki rdquolabelrdquo berbeda

dengan manusia Bali pada umumnya

23 Landasan Teoretis

Ada tiga teori yang relevan untuk diacu dalam penelitian ini yaitu teori

globalisasi teori relasi kuasapengetahuan dan teori identitas sosial Ketiga teori

ini digunakan secara eklektik seperti yang biasa digunakan dalam kajian budaya

Hal ini sesuai dengan pendapat Sanderson (Minawati 200936) bahwa eklektisme

merupakan suatu cara pandang yang mengatakan bahwa berbagai strategi teoretis

harus digunakan secara kombinasi agar diperoleh penjelasan yang dapat diterima

231 Teori Globalisasi

Globalisasi adalah ldquopenyebaran kebiasaan-kebiasaan yang mendunia

ekspansi hubungan yang melintasi benua organisasi dari kehidupan sosial pada

skala global dan pertumbuhan dari sebuah kesadaran global bersamardquo Ritzer

(200696) Membaca definisi ini tampaklah bahwa globalisasi mempunyai

cakupan yang luas Cakupan globalisasi yang luas itu secara lebih jelas dapat

dilihat dengan mencermati gagasan Appadurai sebagaimana dikutip oleh Steger

(200658) bahwa ada lima dimensi konseptual atau ldquolandscaperdquo yang dibentuk

dan sekaligus merupakan ciri-ciri arus budaya global Kelima ldquolandscaperdquo

danatau ciri arus budaya global itu adalah sebagai berikut

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

37

1 Ethnoscapes adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain

seperti wisatawan imigran pengungsi dan tenaga kerja

2 Technoscape mengacu kepada perkembangan teknologi yang kini

mengalir dengan kecepatan tinggi menembus batas-batas negara

3 Mediascape mengacu kepada kemampuan elektronik untuk menyebarkan

informasi ke berbagai belahan dunia

4 Finanscape adalah aspek finansial atau uang yang sulit diprediksi dalam

era globalisasi

5 Ideoscape terkait dengan masalah politik seperti kebebasan demokrasi

kedaulatan kesejahteraan hak seseorang ideologi-ideologi negara dan

gerakan sosial

Globalisasi dengan ciri-cirinya yang demikian itu telah mengakibatkan

dunia seakan-akan tidak lagi dibatasi oleh tembok-tembok penyekat yang

memisahkan negara yang satu dengan negara yang lain (Ardika 200713)

Dengan kata lain garis-garis batas budaya nasional ekonomi nasional dan

wilayah nasional semakin kabur (Hirst dan Thompson 19911) Sejalan dengan

proses itu tampaknya perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan budayanya sebagai dampak globalisasi sulit dihindari sehingga kini tidak

jarang realita kehidupan sosial budaya telah jauh berbeda dengan realitanya di

masa lampau

Globalisasi tidak begitu saja dapat menyebabkan perubahan budaya suatu

masyarakat tanpa reaksi masyarakat yang bersangkutan karena sebagaimana

dikemukakan oleh Ardika (200715) bahwa pengaruh budaya global juga dapat

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

38

menimbulkan hasrat untuk menegaskan keunikan kultur sendiri Dalam konteks

inilah di kalangan para ahli berkembang dua macam pandangan dasar dalam teori

globalisasi Pertama memandang globalisasi menimbulkan grobalisasi Kedua

memandang globalisasi menimbulkan glokalisasi Pandangan grobalisasi

menekankan semakin meningkatnya kemampuan organisasi-organisasi dan

negara-negara modern di seluruh dunia yang sebagian besar bersifat kapitalistik

untuk meningkatkan kekuasaan mereka dan menjangkau dunia (Ritzer 200699)

Sebaliknya pandangan glokalisasi sebagaimana dijelaskan oleh Steger (200657)

merupakan interaksi yang kompleks antara global dan lokal yang bercirikan

peminjaman budaya Lebih lanjut pandangan grobalisasi menekankan terjadinya

penyeragaman atau homogenisasi versus pandangan glokalisasi yang menekankan

terjadinya heterogenisasi atau penganekaragaman budaya masyarakat yang

merupakan percampuran antara yang global dan yang lokal (Ritzer 2006104

Steger 200657)

Terjadinya glokalisasi yang menghasilkan budaya campuran tidak lepas

dari adanya orang-orang yang bermaksud menentang globalisasi khususnya

grobalisasi Cara mereka dengan mendukung dan bersekutu dengan glokalisasi

sebagai bentuk globalisasi yang lain namun mereka tetap mengadopsi budaya

global yang telah berpengaruh kuat sehingga timbul budaya campuran (Ritzer

2006229) Gagasan ini tampak penting untuk dirujuk dalam penelitian ini karena

relevan dengan fokus kajian budaya sebagaimana dikatakan oleh Suastika

(200731) bahwa fokus kajian budaya terletak pada persoalan bagaimana praktik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

39

budaya memungkinkan berbagai budaya dan kelas berjuang melawan dominasi

budaya

Upaya orang-orang yang hendak menentang grobalisasi melalui glokalisasi

seperti itu identik dengan revitalisasi budaya mereka Dikatakan identik karena

sebagaimana dikemukakan oleh Adas (1988XIII) bahwa selain berjuang untuk

menghidupkan kembali adat tradisional atau kepercayaannya para partisipan

gerakan revitalisasi budaya juga bisa dirasuki oleh keinginan memperoleh barang-

barang asing dan mencontoh bentuk organisasi dan tingkah laku asing Barang

maupun organisasi dan tingkah laku asing bisa dilihat sebagai budaya global yang

masuk melalui proses globalisasi yang telah berpengaruh kuat kepada masyarakat

bersangkutan Sebagaimana dikemukakan oleh Ritzer (200699-100) bahwa sesuai

dengan penekanan teori Max Weber dan teori Karl Marx kekuatan pendorong

utama grobalisasi adalah rasionalisasi dan kebutuhan untuk memperlihatkan

kemampuan memperoleh keuntungan melalui imperialisme dan hegemoni Oleh

karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk menghidupkan kembali adat

tradisional pendorong globalisasi seperti itu berlaku juga bagi masyarakat yang

melakukan revitalisasi budaya sebagai suatu gerakan sosial

Berkenaan dengan motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam

konteks gerakan sosial teori rasionalitas mengasumsikan bahwa setiap manusia

pada dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan prinsip efisiensi dan

efektivitas dalam melakukan setiap tindakan termasuk tindakan dalam melakukan

gerakan sosial (Basrowi dan Sukidin 2003 dan Mustain 2007) Sementara itu

teori ldquotindakan individu yang rasionalrdquo menyatakan bahwa individu-individu

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

40

dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pertimbangan rasional dan kesadaran

akan adanya keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan-tindakannya

(Yunita 1986) Demikian juga ldquoteori insentif selektifrdquo menjelaskan bahwa

keikutsertaan seseorang dalam suatu gerakan sosial banyak dipengaruhi oleh jenis

bentuk dan isi harapan-harapan yang akan menguntungkan insentif selektif

(Mustain 200749) Dengan demikian motivasi dan prinsip-prinsip yang berlaku

dalam gerakan sosial bersifat materialistik atau ekonomistik yang mencerminkan

karakter ideologi pasar Mengikuti pendapat Habermas (Thompson 2007)

motivasi dan prinsip-prinsip gerakan sosial menunjukkan ldquorasio instrumentalrdquo

dalam arti objek-objek dalam gerakan sosial dilihat dan diperlakukan sebagai alat

untuk memenuhi kepentingan yang bernuansa ideologi pasar

Foucault (Adlin 20065) melukiskan manusia postmodern yang terserap

ke dalam discourse sedang Jean Baudrillard melukiskan manusia postmodern

yang terhisap ke dalam dunia objek yang di dalamnya ia mempunyai peran

minimalis dalam menentukan objek itu tetapi sebaliknya dibentuk olehnya Ada

sekelompok elit yang memproduksi objek-objek tetapi mayoritas manusia

menjadi konsumen objek-objek Mereka tidak sekedar manusia konsumen tetapi

manusia dengan konsep diri dan subjektivitas yang dibentuk atau didefinisikan

berdasarkan kepemilikan objek-objek Di dalam dunia yang dikuasai objek

eksistensi manusia ditentukan oleh kepemilikan objek Manusia terserap ke dalam

logika objek ke dalam irama pergantian bentuk gaya dan citranya Manusia

mempunyai hasrat tetapi kini objek yang (aktif) merayu manusia Objek yang

menjadi pusat dunia bukan subjek (cogito) seperti yang dikatakan Descartes

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

41

Rayuan objek mendahului hasrat Objek yang memproduksi hasrat bukan hasrat

yang memproduksi objek Kekuasaan subjek telah dijungkirbalikkan dan yang

tersisa adalah subjek yang rapuh rentan dan tidak berdaya yang hanya dapat

secara pasif berhasrat sementara objek yang aktif merayunya Dalam kerapuhan

kerentanan dan ketidakberdayaannya subjek harus menyesuaikan diri dengan

objek-objek bukan objek yang menyesuaikan subjek Kemudian tercipta

paradoks karena kedaulatan subjek tidak dapat lagi dipertahankan dan satu-

satunya kedaulatan yang ada adalah kedaulatan objek Satu-satunya strategi yang

tersedia adalah strategi objek Subjek lenyap di dalam horizon objek-objek inilah

strategi fatal

Tiga perspektif utama budaya konsumen diungkapkan oleh Featherstone

(2005) Pertama pandangan bahwa budaya konsumen dipremiskan dengan

ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-

besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat

belanja dan konsumsi Hal ini mengakibatkan tumbuhnya kepentingan aktivitas

bersenang-senang dan konsumsi dalam masyarakat Barat kontemporer Kedua

pandangan yang lebih sosiologis bahwa kepuasan berasal dari benda-benda

berhubungan dengan akses benda-benda yang terstruktur secara sosial dalam suatu

peristiwa yang telah ditentukan kepuasan dan status tergantung pada penunjukan

dan pemeliharaan perbedaan dalam kondisi inflasi Ketiga masalah kesenangan

emosional untuk konsumsi mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam

bentuk tamsil budaya konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara

beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

42

Tumbuh suburnya budaya konsumen tidak sekadar memandang konsumsi

sebagai sesuatu yang berasal dari produksi tanpa mengakibatkan adanya

problematika (Featherstone 2005) namun lebih jauh dari itu budaya konsumen

juga memengaruhi perilaku seseorang untuk memutuskan pembelian produk suatu

barang yang dikendalikan oleh kekuatan media massa seperti iklan Periklanan

secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberikan image

pencitraan eksotika nafsu kecantikan pemenuhan kebutuhan komunalitas serta

kehidupan yang baik untuk menyebarkan benda-benda konsumen seperti sabun

mesin cuci mobil serta minuman beralkohol Budaya konsumen akan mendorong

orang untuk berperilaku sesuai tingkatan kelas sosialnya dalam kehidupan

bermasyarakat

Konsumerisme bukan semata-mata bertalian dengan panutan pada nilai

simbolik melainkan berkaitan pula dengan persoalan identitas Hal ini sejalan

dengan gagasan Clammer (Atmadja 201092) bahwa konsumsi bukanlah semata-

mata urusan belanja atau pengambilalihan benda-benda untuk menjadi milik

sendiri atas dasar nilai guna melainkan juga pembelian identitas Oleh karena itu

konsumsi menjadi sarana bagi seseorang untuk memahami dan berkomunikasi

secara simbolik antara orang yang satu dan yang lain menciptakan dan

mereproduksi identitas mereka serta menjadi sarana dalam memahami diri

mereka dalam berhubungan dengan individu dan kelompok lain Orang tidak lagi

hanya mengonsumsi material dari suatu produk tetapi juga efek simbolik yang

dihasilkan produk tersebut sehingga tepat gagasan Simmel (Atmadja 201092)

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

43

bahwa ldquoproduct consumpted are not seen from their function but from symbols

related to identity and statusrdquo

Dengan mengikuti Fromm (Atmadja 201093) kondisi ini mengakibatkan

pola hidup masyarakat Bali berubah secara mendasar Zaman dahulu mereka

berpegang pada gagasan bahwa tua adalah indah namun sekarang orang

menganut gagasan bahwa baru adalah indah Ketertarikan manusia dengan

sesuatu yang baru berkaitan pula dengan kemampuan desainer mengembangkan

desain yang baru dengan daya pesona yang lebih kuat daripada sebelumnya

Sering terjadi pada mulanya suatu barang dengan desain tertentu harganya mahal

sehingga konsumennya hanya orang-orang kaya

Gaya hidup telah menjadi ciri dalam dunia modern (Chaney 2004)

sehingga masyarakat modern akan menggunakan gaya hidup untuk

menggambarkan tindakannya sendiri dan orang lain Dalam kaitannya dengan

budaya konsumen gaya hidup dikonotasikan dengan individualitas ekspresi diri

serta kesadaran diri yang stylistic Tubuh busana gaya pembicaraan aktivitas

rekreasi adalah beberapa indikator dari individualisme selera konsumen Gaya

hidup juga salah satu bentuk budaya konsumen Gaya hidup seseorang dilihat dari

apa yang dikonsumsinya baik barang ataupun jasa Konsumsi tidak hanya

mencakup kegiatan membeli sejumlah barang atau materi seperti televisi dan

telepon genggam Akan tetapi juga mengonsumsi jasa seperti rekreasi Beberapa

contoh gaya hidup yang tampak menonjol pada saat ini adalah nge-mall hang out

fitness

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

44

Masyarakat konsumen dengan budaya konsumsi yang dipegangnya

melihat tujuan dan totalitas hidupnya dalam kerangka atau logika konsumsi

Eksistensinya dijalankan dan dipertahankan hanya dengan terus menerusnya

mengonsumsi berbagai tanda dan status sosial di balik komoditi Bukan hanya

dirinya saja yang mengaktualisasikan diri melalui tindakan konsumsi orang lain

juga akan dinilai menurut standar yang dipakainya Artinya eksistensi orang lain

pun akan dinilai dan diakui sesuai dengan standar status sosial yang dipegangnya

(diambil dari sumber httpblogspotcom201301pengaruh-globalisasi-terhadap-

gaya-hiduphtml diakses 03 November 2014)

Kaitan dengan pemilihan bela diri Aikido sebagai budaya yang dikonsumsi

oleh aikidoka Bali unsur-unsur spiritualisme modern pada dualisme dikotomik

Griffin (Atmadja 201085) mengatakan bahwa manusia membuat pemilihan yang

berlawanan misalnya modern berlawanan dengan tradisional sains modern

berlawanan dengan sains tradisional dan lain-lain Keberlawanan ini tidak hanya

berdikotomi tetapi yang modern selalu dianggap lebih unggul sehingga yang

tradisional harus digusur Begitu pula manusia tidak dianggap sebagai bagian dari

alam melainkan sebagai lawan dari alam Oleh karena itu mendominasi

menundukkan menguasai dan mengendalikan alam dengan menggunakan ilmu

dan teknologi modern merupakan keharusan bagi manusia

Berdasarkan paparan teori globalisasi di atas maka diduga bahwa

grobalisasi merupakan proses yang melatari terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido Bali Para aikidoka Bali sebagai individu

merupakan objek dari budaya konsumen akibat derasnya arus globalisasi Budaya

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

45

konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh

seorang konsumen dalam hal ini para aikidoka Bali yang mengonsumsi bela diri

Aikido Adapun budaya konsumen menggunakan image tanda-tanda dan benda-

benda simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi keinginan dan fantasi yang

menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal

menyenangkan diri sendiri bukan orang lain secara narsistik Jadi kegiatan

konsumsi juga bertujuan untuk mengidentifikasikan diri dalam kelas

sosial tertentu sekaligus membedakannya dengan kelas sosial yang lain

Grobalisasi bisa jadi tampak sebagai proses penyeragaman teknik serta

sikap dan perilaku para aikidoka Bali dengan berorientasi kepada spirit samurai

yang merupakan spirit yang diusung oleh organisasi bela diri Aikido Jepang di

Tokyo Diduga demikian karena sebagaimana telah dikemukakan dalam latar

belakang bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan bela diri Aikido di

Bali diatur oleh organisasi induknya yang berada di Jepang sebagai superordinat

pemilik budaya yang dikonsumsi oleh para aikidoka Bali

Teori globalisasi digunakan untuk memecahkan masalah pertama dan

kedua yaitu mengapa bela diri Aikido yang berasal dari Jepang bisa

dikembangkan di Bali hingga menimbulkan fenomena posrealitas dan proses

terjadinya posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali

232 Teori Relasi KuasaPengetahuan

Konsep kekuasaanpengetahuan memberi perhatian khusus kepada

dimensi relasi antara kekuasaan dan pengetahuan sehingga produksi pengetahuan

dipahami tidak lepas dari rezim kekuasaan Foucault (Barker 2014232-233)

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

46

Takwin (2003128) mengatakan bahwa menurut pandangan Foucault hubungan

kuasa muncul bukan hanya pada tataran negara namun juga dalam kehidupan

sehari-hari Setiap hubungan selalu merupakan usaha saling menguasai dan saling

menekan Hubungan kuasa menghasilkan cerita yang disebut discourse atau

wacana yang isinya adalah sesuatu yang tidak menggambarkan realitas

sebagaimana adanya dalam rangka menetralisasi ketertekanan para pewacana

yang bersangkutan

Berdasarkan pernyataan di atas maka diduga bahwa posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali ada hubungan kuasa antara para pihak

yang terlibat dalam kegiatan pengembangannya Hubungan kuasa antara para

pihak tersebut menghasilkan wacana yang dibangun sedemikian rupa dalam

rangka upaya masing-masing pihak menetralkan ketertekanannya

Berkenaan dengan wacana Althusser (Faruk 2002142) berpendapat

bahwa wacana adalah ideologi dalam praktik tidak ada ideologi tanpa wacana dan

tidak ada wacana tanpa ideologi Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana

dapat diketahui ideologi yang terkait dengan wacana tersebut Althusser (Takwin

2003101) juga berpendapat bahwa setiap penindasan menimbulkan usaha pada

pihak tertindas untuk melepaskan diri Salah satu alat yang perlu ada dalam upaya

pembebasan ini adalah ideologi suatu kepercayaan yang dibangun untuk

menggerakkan kelompok yang tertindas Ketika yang tertindas bebas dan

berkuasa maka ideologi mereka bisa saja digunakan untuk menindas pihak yang

lebih lemah Berkenaan dengan hubungan kuasa Foucault sebagaimana dikatakan

Takwin (2003130) melihat pengetahuan ditentukan oleh kekuasaan sehingga

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

47

kebenaran merujuk kepada rdquorezim kebenaranrdquo yang sedang bertahta Upaya untuk

saling menguasai dan melepaskan diri dari penindasan bisa juga dilakukan dengan

strategi politik identitas dalam arti memakai identitas kelompok atau individu

untuk memperoleh perlakuan yang lebih adil dari kelompok atau individu lain

(Sparringa 2006) Dalam pelaksanaan strategi politik identitas tentu saja

menggunakan wacana sebagai praktik ideologi sehingga identitas dalam wacana

juga bersifat dinamis sesuai dengan ideologi dan kepentingan berbagai aktornya

pada waktu dan tempat praktik politik identitas itu dilakukan

Althusser sebagaimana dijelaskan oleh Faruk (2002137-139) juga

berpendapat bahwa untuk mengamankan hubungan antarkelas dan dengan

demikian kekuasaan dapat dipegang dalam waktu lama maka pihak kelas yang

berkuasa mengembangkan dua macam ideologi Pertama ideologi yang tampil

dengan aparat-aparat negara yang represif (repressive state apparatus RSA)

yang bekerja secara represif melalui penggunaan kekerasan (militer polisi

penjara pengadilan dan lain-lain) sebagai upaya untuk mengamankan bentuk-

bentuk sosial yang ada Kedua ideologi yang tampil dengan aparat-aparat negara

ideologis (ideological state apparatus ISA) yang bekerja tidak dengan

menggunakan kekerasan melainkan dengan memainkan ideologi danatau wacana

secara persuasif atau hegemonik Dalam konteks inilah Althuser berpandangan

bahwa tidak ada kelas yang dapat memegang kekuasaan dalam waktu lama tanpa

melakukan hegemoni atas dan dalam ISA Dikatakan demikian karena yang

mempersatukan atau yang dapat menjamin harmoni antara yang satu dengan yang

lain dalam ISA adalah ideologi yang berkuasa sebagai perekat bagi bersatunya

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

48

anggota-anggota masyarakat Mengacu kepada gagasan Bourdieu (Harker tt

117 Fashri 200798-99) dikatakan bahwa kesuksesan para anggota kelompok

dominan untuk melancarkan hegemoninya ditentukan juga oleh modal budaya

ekonomi sosial dan modal simbolik yang mereka miliki yaitu sesuatu yang

dihargai oleh masyarakat misalnya pemilikan benda-benda budaya dan status

sosial

Teori relasi kuasapengetahuan dalam penelitian ini digunakan untuk

memecahkan masalah ke dua yaitu bagaimana proses terjadinya posrealitas

dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Teori ini relevan karena dalam

proses pengembangan bela diri Aikido di Bali melalui relasi kuasapengetahuan

oleh Jepang diimplementasikan dalam segala bentuk latihan fisik pengembangan

dojo dan penyebaran nilai-nilai yang ada dalam bela diri Aikido

233 Teori Identitas Sosial

Tajfel menyatakan asumsi dasar teori identitas sosial dalam situs

(httpidhamputrateori-identitas-sosialwordpresscom diakses 02 Agustus 2014)

dengan kalimat sebagai berikut

(1) Kita menciptakan identitas sosial kita untuk menyederhanakan

hubungan eksternal kita (2) Lebih jauh lagi ada kebutuhan manusia untuk

memiliki rasa harga diri (self esteem and self worth) yang kita transfer ke

dalam kelompok kita sendiri (3) Kita juga menata lingkungan kita dengan

perbandingan sosial antar kelompok Konsep dalam kelompok (in groups)

dan luar kelompok (out groups) itu penting dalam analisis ini

Lebih jauh Tajfel mengemukakan bahwa dalam teori identitas sosial

seorang individu tidaklah dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam

kehidupannya Individu merupakan bagian dari kelompok tertentu baik disadari

maupun tidak disadari Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang itu

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

49

secara sosial dapat didefinisikan Identitas sosial yang melekat pada seseorang

merupakan identitas positif yang ingin dipertahankan Oleh karena itu individu

yang memiliki identitas sosial positif maka wacana maupun tindakannya akan

sejalan dengan norma kelompoknya Lagi pula individu tersebut diidentifikasikan

dalam suatu kelompok Wacana dan tindakannya sepatutnya sesuai dengan

wacana dan tindakan kelompoknya

Teori identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum sebagai

berikut

1 Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-

esteemnya mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif

2 Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi

terhadap konotasi nilai positif atau negatif Identitas sosial positif atau

negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial bahkan

pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi

pada identitas sosial individu

3 Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan

juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui

perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik

Dari asumsi di atas beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan hal-

hal di bawah ini

1 Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang

positif

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

50

2 Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat

perbandingan favorit in-group dengan out-group in-group pasti

mempersepsikan dirinya secara positif berbeda dari out-group

3 Ketika identitas sosial tidak memuaskan individu akan berusaha keluar

dari kelompok lalu bergabung ke dalam kelompok yang lebih positif atau

membuat kelompok mereka lebih positif

Identitas sosial sebagai teori tidak lepas dari keinginan individu untuk

memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yang lain Perbandingan

sosial digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori yang bisa membimbing

seseorang untuk membandingkan dirinya dengan yang lain siapa yang serupa

dengan dirinya dan siapa yang berbeda siapa yang berada di atas dan siapa yang

berada di bawah

Setidaknya ada tiga variabel yang memengaruhi hubungan pembedaan

antar kelompok dalam situasi sosial yang nyata (Tajfel 1974 Turner 1975

dalam Hogg amp Abrams 2000) Pertama individu pasti memiliki internalisasi

kelompok mereka sebagai konsep diri mereka secara subjektif mereka pasti

mengidentifikasikan kelompok yang relevan Hal ini tidak cukup dari orang lain

saja yang mengidentifikasikan seseorang dari kelompok mana dia berasal Kedua

situasi sosial akan menciptakan perbandingan sosial yang memungkinkan

terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan Perbedaan kelompok

pada tiap-tiap daerah tidak sama secara signifikan Misalnya di Amerika

perbedaan kelompok cenderung menonjol pada perbedaan warna kulit tetapi

perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong Ketiga in-

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

51

group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yang ada pada out-

group out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan yang

relevan dalam kesamaan kedekatan dan secara situasional yang menonjol

Kemudian determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

situasi yang menggambarkan sesuatu determinasi in-group (didapatkan dari

sumber httpdharmaputrawordpresscom2008teori-identitas-sosial diakses 03

Agustus 2014)

Barker (2009175-176) menyatakan bahwa meskipun identitas diri bisa

dianggap sebagai proyek seseorang sudah menjadi kebenaran sosiologis juga

bahwa manusia lahir ke dunia yang sudah ada sebelumnya Manusia belajar

menggunakan bahasa yang telah digunakan sebelum lahir dan hidup dalam

konteks hubungan sosial dengan orang lain Manusia disusun menjadi individu

melalui proses sosial yang menggunakan bahan-bahan yang bersifat sosial Secara

umum ini disebut spisialisasi atau akulturasi Tanpa akulturasi manusia tidak

akan menjadi orang sebagaimana gagasan yang dipahami dalam hidup sehari-hari

Tanpa bahasa konsep keorangan dan identitas tidak akan bisa dipahami

Menjadi orang tidak mengandung unsur transenden atau ahistoris apapun

Identitas sepenuhnya sosial dan kultural dengan alasan-alasan berikut

1 Gagasan apakah artinya menjadi orang merupakan pertanyaan kultural

Sebagai contoh individualisme merupakan penunjuk yang khas

masyarakat modern

2 Sumber-sumber yang membentuk bahan-bahan untuk proyek identitas

yaitu bahasa dan praktik kultural berwatak sosial Akibatnya arti menjadi

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

52

seorang perempuan anak orang Asia atau orang tua terbentuk secara

berbeda-beda tergantung kepada konteks kulturalnya

Sumber-sumber yang bisa dipakai bagi proyek identitas tergantung kepada

kekuasaan situasional yang menjadi asal kompetensi kultural dalam konteks

kultural tertentu Apakah hitam atau putih laki-laki atau perempuan Afrika atau

Amerika kaya atau miskin adalah sesuatu yang penting karena sumber-sumber

kultural yang akan dimasuki berbeda Identitas menjadi penting tidak hanya untuk

penggambaran diri tetapi juga ciri-ciri sosial

Identitas sosial terkait dengan hak kewajiban dan sanksi normatif yang

dalam masyarakat tertentu menjadi dasar penentuan peran Penggunaan ciri-ciri

baku terutama berkaitan dengan ciri umur dan gender tubuh bersifat mendasar

dalam semua masyarakat dan masih sangat banyak lagi ragam lintas-budaya yang

bisa dicatat Giddens (Barker 2009176) Persoalan identitas adalah kesamaan dan

perbedaan soal personal dan sosial soal rdquoapa yang dimiliki individu secara

bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang membedakan satu individu

dengan orang-orang lain Weeks (Barker 2009176)

Berdasarkan uraian di atas pengembangan bela diri Aikido di Bali adalah

identitas para peserta pelatihan yang merupakan satu identitas meliputi identitas

individunya keluarganya sukunya dan kelompoknya Bagi Fromm identitas diri

dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial individu dalam

konteks komunitasnya Selain menjadi makhluk individual identitas diri tidak

terlepas dari norma yang mengikat masyarakat dalam lingkungan dan peran sosial

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

53

yang diembannya dalam masyarakat (httpidhamputrawordpressteori-identitas-

sosialcom diakses 03 Agustus 2014)

Teori identitas sosial Hendri Tajfel digunakan secara eklektik (bersamaan)

dengan teori lainnya untuk memecahkan ketiga masalah dalam penelitian ini

Keberterimaan bela diri Aikido di Bali proses terjadinya posrealitas dalam

pengembangan bela diri Aikido di Bali yang pada akhirnya membentuk identitas

baru berupa posrealitas kebudayaan yang membentuk identitas para aikidoka Bali

baik secara individu maupun identitas sosialnya

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

54

24 Model Penelitian

Model penelitian ini dapat digambarkan ke dalam Bagan 21

Bagan 21

Model Penelitian

Keterangan

= memengaruhi

= saling memengaruhi

Kebudayaan Bali

Bela Diri Tradisional Bali

-Pencak Silat

-Tengklung

-Mepantigan

Kebudayaan Jepang

Bela Diri Tradisional Jepang

-Karate

-Judo

-Aikido

Proses terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Latar belakang

terjadinya

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

Posrealitas dalam Pengembangan

Bela Diri Aikido di Bali

Temuan

Penelitian

Implikasi

posrealitas dalam

pengembangan bela

diri Aikido di Bali

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

55

Bagan 21 dapat dijelaskan bahwa tampak kebudayaan Bali dengan

unsurnya berupa bela diri tradisional Bali seperti Pencak Silat Tengklung

Mepantigan dan beberapa bela diri lainnya Dengan adanya globalisasi

bersentuhan dengan kebudayaan Jepang dengan unsurnya berupa bela diri

tradisional Jepang seperti Karate Judo dan Aikido Khusus pada penelitian ini

adalah bela diri Jepang Aikido Persentuhan antara keduanya akibat arus

globalisasi melahirkan bela diri Aikido yang berterima dan berkembang di

sejumlah dojo di Bali yang menunjukkan adanya posrealitas Posrealitas dalam

penelitian ini merupakan realitas buatan yang meniru satu realitas tertentu berupa

peniruan bagi aikidoka Bali yaitu bela diri Aikido melalui pelatihan di beberapa

dojo yang ada di Bali Kondisi posrealitas adalah kondisi yang di dalamnya

prinsip-prinsip realitas telah dilampaui dalam pengertian diambil alih oleh

substitusi-substitusinya yang diciptakan secara artifisial melalui bantuan ilmu

pengetahuan teknologi dan seni mutakhir Hal ini telah menghancurkan asumsi-

asumsi konvensional tentang apa yang disebut yang nyata (the real) Yang nyata

senyata-nyatanya berada di Jepang bela diri Aikido telah membentangkan

persoalan filosofis mengenai eksistensi dan batas-batas pengetahuan tentang apa

yang disebut nyata

Posrealitas dapat dijelaskan sebagai kondisi matinya realitas dalam

pengertian diambilalihnya posisi realitas oleh apa yang sebelumnya disebut

sebagai nonrealitas (non-reality) Melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam menciptakan realitas artifisial dunia posrealitas menawarkan

berbagai pengalaman penjelajahan dan panorama-panorama baru yang

memesona yang belum pernah dialami sebelumnya

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

56

Posrealitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terjadinya

pergulatan politik identitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali Muncul

posrealitas kebudayaan berupa realitas identitas baru yang tidak bisa dikatakan

realitas Bali yang asli karena telah dimasuki oleh nilai baru yang berasal dari

sistem nilai bela diri Aikido berupa spirit samurai dari Jepang Tidak bisa juga

dikatakan realitas yang benar-benar baru karena para anggota pelatihan tetaplah

kelompok individu dengan entitas dan identitas kebaliannya

Posrealitas dalam pengembangan bela diri Aikido di Bali dikaji dari tiga

dimensinya yaitu (1) latar belakang terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali (2) proses terjadinya posrealitas dalam pengembangan

bela diri Aikido di Bali dan (3) implikasi pengembangan bela diri Aikido tersebut

dalam kehidupan para aikidoka Bali

Penelitian kajian budaya ini bersifat kualitatif dengan menggunakan teknik

wawancara observasi dokumentasi dan studi pustaka Data dianalisis secara

eklektik dengan menggunakan teori globalisasi kuasapengetahuan identitas

sosial dan teori pendukung lainnya yang terkait dengan permasalahan yang ada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberterimaan bela diri Aikido di Bali

dilatarbelakangi oleh beberapa ideologi yaitu dualisme kultural paternalisme

pasar citra dan multikulturalisme Proses pengembangan bela diri di beberapa

dojo yang ada di Bali meliputi tahap pengenalan pendirian organisasi

pengembangan tempat pelatihan dan tahap pengembangan mutu Semuanya

berorientasi kepada tempat pelatihan induk bela diri Aikido (Honbu Dojo) yang

berada di Tokyo-Jepang Pengembangan bela diri Aikido di Bali menimbulkan

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN ......dan menggunakan senjata (pedang kayu, tongkat, dan pisau kayu). Teknik lainnya yang dijelaskan dalam buku tersebut di antaranya: teknik

57

implikasi pada para aikidoka Bali termasuk terbentuknya identitas baru dalam

masyarakat Bali

Melalui penelitian ini ditemukan paradigma baru bahwa di balik kekuatan

budaya Bali yang sedang berlangsung dalam segala lini kehidupan terdapat sikap

orang Bali yang terbuka terhadap kebudayaan asing khususnya bela diri asal

Jepang yaitu bela diri Aikido Terkait dengan bela diri Aikido yang sedang

ditekuni oleh beberapa komunitas di Bali ternyata ada berbagai hal yang

mendukung keberterimaannya Adanya kegayutan nilai-nilai budaya antara

kebudayaan Bali dan kebudayaan Jepang terkait keberadaan bela diri Aikido yang

berterima di beberapa komunitas pelatihan di Bali sehingga hal ini disebut sebagai

multikulturalisme