22
7 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter a. Pengertian Karakter Secara etimologis, kata karakter bisa berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain atau watak. (Tim Redaksi Tesaurus, 2008:229). Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti, atau akhlak. Dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir. (Koesoema, 2007:80). Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas Lickona. Menurutnya karakter adalah “A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya ia menambahkan, Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior(Lickona, 1991:51). Menurut Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

  • Upload
    lamcong

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Konsep Dasar pendidikan Karakter

a. Pengertian Karakter

Secara etimologis, kata karakter bisa berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak

atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain atau watak. (Tim

Redaksi Tesaurus, 2008:229). Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak,

kepribadian, budi pekerti, atau akhlak. Dengan makna seperti ini berarti karakter

identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau

karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-

bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga

bawaan sejak lahir. (Koesoema, 2007:80).

Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas Lickona.

Menurutnya karakter adalah “A reliable inner disposition to respond to situations in a

morally good way.” Selanjutnya ia menambahkan, “Character so conceived has three

interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior” (Lickona,

1991:51). Menurut Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan

tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan

akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu

kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi

(motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

8

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan akhlak,

sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang

meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan

Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya,

yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan

norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dari konsep

karakter ini muncul konsep pendidikan karakter (character education).

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha

melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan TME, diri-NYA, sesama lingkungan,

bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan

potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya

(perasaannya). (Aqib,2011:3). Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas

(2008:29) adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,

personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah

berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. menurut Tadkiroatum

Musfiroh (Aqib,2011:2) karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes),

perilaku (behavior) dan ketrampilan (skill).

Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam

bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter. Jadi suatu karakter melekat dengan

nilai dari perilaku tersebut. Karenanya tidak ada perilaku anak yang tidak bebas dari

nilai. Hanya barangkali sejauh mana kita memahami nilai-nilai yang terkandung di

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

9

dalam perilaku seorang anak atau sekelompok anak memungkinkan berada dalam

kondisi tidak jelas. (Kesuma, dkk 2011:11)

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang

dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu

membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku

guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi,

dan berbagai hal terkait lainnya. (Aqib,2011:3)

Menurut T.Ramli (Aqib,2011:3) Pendidikan berkarakter memiliki esensi dan

makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya

adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga

masyarakat, dan warga negara yang baik.

Menurut Simon Philps (Masnur,70. 2011) memberikan pengertian bahwa

karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi

pemikiran, sikap perilaku yang ditampilkan. Suryanto (Masnur,70. 2011) menyatakan

bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku seseorang yang menjadi ciri khas

dari tipa individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, Bangsa dan negara.

Sedangkan menurut Imam Ghazali karakter adalah suatu sifat yang tertanam

dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan

pertimbangan fikiran. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Membentuk karakter tidak

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

10

semudah memberi nasihat, tidak semudah member instruksi, tetapi memerlukan

kesabaran, pembiasaan dan pengulangan.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa karakter adalah ciri khas dari seseorang

individu seperti ahlak, sifat, kepribadian yang mampu melakukan hal-hal yang baik

seperti tertanam dalam nilai-nilai karakter. Jika seseoorang sudah mampu

menerapkan nilai-nilai karakter maka akan baik pula sikap atau ketrampilannya.

Karakter merupakan perpaduan antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih

menitikberatkan pada kualitas perbuatan, tindakan atau perilaku manusia atau apakah

perbuatan itu bisa dikatakan baik atau buruk, atau benar atau salah. Sebaliknya, etika

memberikan penilaian tentang baik dan buruk, berdasarkan norma-norma yang

berlaku dalam masyarakat tertentu, sedangkan akhlak tatanannya lebih menekankan

bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu telah tertanam keyakinan di mana

keduanya (baik dan buruk) itu ada. Karenanya, pendidikan karakter dimaknai sebagai

pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang

tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan

baik buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam

kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

b. Pendidikan Berkarakter

Menurut Akbar (Aqib, 2011:6) praktik penddidikan di Indonesia cenderung

lebih berorientasi pada pendidikan berbasis hard skil (ketrampilan teknis) yang lebih

bersifat mengembangkan intelligence quotient (IQ) namun kurang mengembangakan

kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional intellegence (EQ) dan spiritual

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

11

intellegence (SQ). Pembelajaran diberbagai sekolah bahkan perguruan tinggi lebih

menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan atau ujian. Banyak guru yang

memiliki persepsi bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik adalah

nilai hasil ulangan atau ujiannya tinggi.

Seiring perkembangan zaman, pendidikan yang hanya berbasiskan hard skill,

yaitu menghasilkan lulusan yang hanya memiliki prsetasi dalam akademis, harus

mulai dibenahi. Sekarang pembelajaran juga harus berbasis pada pengembangan soft

skill (interaksi sosial) sebab ini sangat penting dalam pembentukan karakter anak

bangsa sehingga mampu bersaing, beretika bermoral, sopan santun, dan berinteraksi

dengan masyarakat. Pendidikan soft skill bertumpu pada pembinaan mentalitas agar

peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan realitas kehidupan. Kesuksesan

sesorang tidak di tentukan semata-mata oleh pengetahuan dan ketrampilan teknis

(hard skill) saja, tetpi juga oleh ketrampilan mengelola diri dari orang lain (soft skill).

Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) mendefinisikan

Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, Masyarakat,

Bangsa dan Negara.

Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (Kesuma, dkk 2011:5)

“sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

12

bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Definisi lain dikemukakan oleh Fakri Gaffar (Kesuma, dkk 2011:5) “sebuah

proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam

kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam prilaku kehidupan orang itu.”

Dalam definis tersebut, ada tiga pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-

nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam prilaku.

c. Nilai-nilai karakter

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum,

etika akademis dan prinsip-prinsi HAM telah teridentifikasi butir-butir nilai yang

dikelompokan menjadi nilai lima utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam

hubungannya dengan tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan

lingkungan, serta kebangsaan, berikut adalah daftar nilai-nilai utama yang dimaksud

dan deskripsi ringkasnya. Menurut Aqib & Sujak (2011:7)

Berikut ini adalah 18 Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,

yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter Bangsa diidentifikasi dari

sumber-sumber berikut ini.

1. Agama

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu,

kehidupan individu, masyarakat, dan Bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan

kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada

nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

13

pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah

yang berasal dari agama.

2. Pancasila

Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip

kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat

pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang

terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila

menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi,

kemasyarakatan, budaya dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan

mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang lebih baik, yaitu warga

Negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilainilai Pancasila

dalam kehidupannya sebagai warga Negara.

3. Budaya

Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat

yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai

budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti

dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting

dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam

pendidikan budaya dan karakter Bangsa.

4. Tujuan Pendidikan Nasional

Sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga Negara Indonesia,

dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

14

pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga

Negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan Nasional adalah sumber yang

paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter Bangsa.

Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk

pendidikan budaya dan karakter Bangsa sebagai berikut ini :

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun

dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang

selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,

sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

1. Kerja Keras

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

15

2. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari

sesuatu yang telah dimiliki.

3. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

4. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban

dirinya dan orang lain.

5. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam

dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

6. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan

Bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya

7. Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan

Bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

8. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu

yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

keberhasilan orang lain.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

16

9. Bersahabat/Komunikatif

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu

yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

keberhasilan orang lain.

10. Cinta Damai

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu

yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

keberhasilan orang lain.

11. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya.

12. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk

memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

13. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan

masyarakat yang membutuhkan.

14. Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,

yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan

(alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

17

B. Perencanaan pendidikan karakter dalam Boarding School

Berbagai pandangan mengenai definisi perencanaan sumber daya manusia

seperti yang dikemukakan oleh Handoko (1997:53) Perencanaan sumber daya

manusia atau perencanaan tenaga kerja merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada

organisasi di waktu yang akan datang dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

tenaga kerja yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi tersebut.

Pengertian perencanaan mempunyai beberapa definisi rumusan yang berbeda

satu dengan lainnya. Cuningham (Junaidi 2009) menyatakan bahwa perencanaan

adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi

untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil

yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas

yang dapat diterima dan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan dalam

pengertian ini menitikberatkan kepada usaha untuk menyeleksi dan menghubungkan

sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.

Perencanaan terjadi pada semua kegiatan. Perencanaan merupakan proses

awal dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya. Perencanaan

adalah hal yang sangat esensial karena dalam kenyataanya perencanaan memegang

peranan lebih bila dibandng dengan fungsi-fungsi manajemen yang lainnya, yaitu

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Dimana fungsi-fungsi manajemen

tersebut sebenarnya hanya merupakan pelaksanaan dari hasil sebuah perencanaan.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

18

Perencanaan mempunyai makna yang komplek, perencanaan didefinisikan

dalam berbagai bentuk tergantung dari sudut pandang, latar belakang yang

mempengaruhinya dalam mendefinisikan pengertian perencanaan. Di antara definisi

tersebut adalah sebagai berikut: Menurut prajudi Atmusudirjo perencanaan adalah

perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai

tujuan tertentu, oleh siapa, dan bagaimana.

Bintoro Tjokroamidjojo menyatakan bahwa perencanaan dalam arti luas

adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Muhammad Fakri

perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang

akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Lebih lanjut Muhammad Fakri menyatakan bahwa perencanaan dapat

juga dikatakan sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk

mengendalikan masa depan sesuai yang ditentukan. (Dalam Riwayatnet: 2009)

Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan harus

memperhatikan hal-hal yang akan dicapai dalam masa yang akan datang, dengan

proses yang sistematis, dan mencapai hasil tujuan tertentu. Menurut Arikunto

(2008:93) bahwa perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkain

keputusan untuk mengambil tindakan dimasa yang akan datang dan diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan dengan sarana yang optimal.

Perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan

tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Dalam

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

19

perencanaan terkandung makna pemahaman terhadap apa yang telah dikerjakan,

permasalahan yang dihadapi dan pemecahannya serta melaksanakan prioritas

kegiatan yang telah ditentukan secara proporsional. Perencanaan program pendidikan

memiliki fungsi sebagai upaya untuk menggambarkan penyusunan rangkaian

tindakan yang akan dilakukan serta untuk mengerahkan atau menggunakan sumber-

sumber terbatas secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Penanaman nilai karaker dalam perencanaan bagi sekolah mempunyai dua

makna, yaitu merencanakan program dan kegiatan penanaman karakter oleh sekolah

serta penanaman nilai-nilai karakter kepada para pembuat rencana itu sendiri. Konsep

yang dikembangkan dalam pengelolaan penanaman karakter pada perencanaan ini

pada dasarnya sama dengan pengelolaan suatu program atau kegiatan pada umumnya,

yaitu didasarkan atas keterkaitan antara unsur-unsur yang direncanakan. Aqib

(2011:38)

Di Indonesia munculnya sekolah-sekolah Berasrama Boarding School sejak

pertengahan tahun 1990. Hal ini dilatar belakangi oleh kondisi pendidikan Indonesia

yang selama ini berlangsung dipandang belum memenuhi harapan yang

ideal. Boarding School yang pola pendidikannya lebih komprehensif-holistik lebih

memungkinkan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang ideal untuk

melahirkan orang-orang yang akan dapat membawa gerbong dan motor pergerakan

kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan agama.

Boarding School ternyata mampu menjaga generasi muda dari rezim liberalis

negativ yang sekarang ini telah beradaptasi dengan adat Indonesia yang menonjolkan

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

20

sisi sopan santun. Boarding School yang menerapkan sistem kedisiplinan,

kemandirian, tanggung jawab ternyata punya andil besar dalam pembentukan

karakter terbukti dengan lulusannya yang mempunyai karakter yang lebih unggul

dalam segi agama dari pada sekolah Negeri. Hal ini dikhususkan pada sekolah

dimana pembentukan karakter pribadi peserta didik sangat ditekankan. penerapan

hukum Islam secara disiplin dan aktivitas kehidupan yang bersumber dari Al-Qur’an

mempunyai nilai plus tersendiri yang tidak dimiliki oleh sekolah Negeri pada

umumnya.

Mahatma Gandhi memperingatkan tentang salah satu tujuh dosa fatal, yaitu

“education without character” (pendidikan tanpa karakter). Untuk itu, pembinaan

karakter melalui boarding school ini perlu diperhatikan oleh berbagai pihak karena

presentasenya yang menghadirkan lulusan berkarakter unggul lebih banyak agar tidak

terulang kembali dosa fatal yang nantinya akan membiarkan laju berkembangnya

manusia tak bermoral mengerogoti kepribadian Negeri. Oleh sebab itu, kehadiran

boarding school hendaknya tidak dipandang sebelah mata, karena lewat boarding

school-lah, aksi-aksi nyata pendidikan berkarakter dapat menjadi tombak kesuksesan

yang sejalan dengan kata dan perbuatan, menciptakan generasi yang mampu

menciptakan keberhasilan bangsa.

Sekolah diharapkan mampu melakukan perencanaan, melaksanakan kegiatan,

dan evaluasi terhadap tiap-tiap komponen pendidikan yang di dalamnya memuat

nilai-nilai karakter secara terintegrasi (terpadu). Pengertian terpadu lebih menunjuk

kepada pembinaan nilai-nilai karakter pada tiap komponen pendidikan sesuai dengan

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

21

ciri khas masing-masing sekolah. Sekolah dapat melaksanakan pendidikan karakter

yang terpadu dengan sistem pengelolaan sekolah itu sendiri. Artinya, sekolah mampu

merencanakan pendidikan (program dan kegiatan) yang menanamkan nilai-nilai

karakter, melaksanakan program dan kegiatan yang berkarakter, dan melakukan

pengendalian mutu sekolah secara berkarakter. Keterkaitan antara berbagai

komponen, proses manajemen berbasis sekolah dan nilai-nilai karakter yang

melandasinya

Dari beberapa pendapat diatas maka pendidikan karakter yang dikembangkan

di boarding school itu sangat baik. Terbukti bahwa sekolah yang sudah boarding

school itu ternyata mampu bersaing dengan pendidikan yang ada di luar. Mereka

tidak hanya ungul dalam pendidikan akan tetapi dari segi agama. Oleh karenanya

maka awal pembentukan peserta didik masuk dalam boarding school maka tentunya

mulai dari perencanaan yang matang sehingga peserta didik ini bisa di kontrol pada

program atau kegiatan apa yang mereka bisa lakukan sehingga pendidikan karakter

yang berada di boarding school itu bisa dikelola dengan baik. (Almanar Azhari: 2011)

a. Tujuan Boarding School

Tujuan utama dari pendirian boarding school rata-rata adalah untuk membina

peserta didik agar lebih mandiri. Sambil menyelam minum air, tidak hanya

kemandirian, namun kategori-kategori untuk hidup lepas dari pengawasan orang tua

tentang menjaga kebersihan, ketaatan terhadap peraturan, kejujuran, hubungan baik

dengan orang lain, juga ditanamkan pula. Salah satu contohnya adalah SMA Terpadu

Wira Bhakti Gorontalo, telah mengutamakan ketaatan pada peraturan dan kejujuran

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

22

dalam setiap test. setiap siswanya yang melanggar mendapat peringatan keras dan

bila mengulangi lagi maka pemanggilan orang tua dan tak tanggung-tanggung hingga

pengeluaran murid bagi murid yang telah melanggar peraturan sekolah, hukum,

ataupun agama.

Tidak hanya itu, organisasi asrama maupun sekolah ternyata juga mendukung

pembentukan karakter unggul para peserta didik. Peserta didik yang terbiasa

mengikuti organisasi baik di sekolah atau asrama menjadi lebih mandiri, bertanggung

jawab, sopan, mempunyai rasa hormat, peduli terhadap teman angar keseluruhannya

telah menerapkan semua pilar-pilar pendidikan berbasis karakter ini. Sehingga tidak

mengherankan bila para lulusan boarding school yang dahulunya menjadi siswa yang

aktif dalam organisasi dan prestasi akan sukses di masa depannya, baik itu secara

pribadi dan bermanfaat di masyarakat.

Bila system boarding school yang menuntut siswanya untuk disiplin,

bukankah akan semakin banyak melahirkan generasi-generasi yang hebat dan mampu

bersaing dengan peradaban yang semakin maju. Ditambah lagi tak hanya berpribadi

unggul namun juga prestasi yang gemilang. Hal ini sangat membanggakan dan dapat

menjadi cahaya terang yang mampu mengangkat nama pendidikan Indonesia dari

keterpurukan moral sehingga melahirkan pemimpin-pemimpin yang benar-benar

terpilih untuk memimpin tidak hanya mengumbar janji dan meninggalkannya dengan

bekas korupsi. (Kompasiana: 2011)

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

23

b. Manfaat Boarding School

Dalam sistem Boarding School, masalah-masalah besar seperti pergaulan

bebas antara laki-laki dan perempuan dapat diminimalisir. Salah satunya adalah

pemisahan asrama yang. Hal ini tidak hanya bermanfaat dalam menjaga batasan

pergaulan namun juga memberi kenyamanan bagi para remaja yang tengah labil

emosinya.

Beberapa ciri yang sangat bermanfaat bagi sekolah Boarding School (1)

Peserta didik fokus kepada pelajaran (2 Pembelajaran hidup bersama (3) Terhindar

dari hal-hal yang negatif seperti merokok narkoba (4) Bebas dari kemacetan saat

peserta didik berangkat sekolah (5) Bebas dari tawuran (6) Bebas dari

tayang/film/sinetron yang tidak mendidik (7) Lingkungan nyaman, udara bersih bebas

polusi (8) Orang tua tidak terlalu khawatir terhadap anaknya, karena aman.

(Kompasiana: 2011)

C. Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam Boarding School

Kemandirian dalam pelaksanaan kegiatan adalah bahwa sekolah diharapkan

secara bertahap mampu melaksanakan program dan kegiatannya. Dalam hal ini

boarding school mampu melaksanakan pendidikan karaketer pada peserta didik.

Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah boarding school melalui pelaksanaan

bimbingan di asrama adalah mengacu pada jadwal yang telah ditentukan. Pelaksanaan

disini senantiasa berkoordinasi dengan sekolah karena siswa pada pagi hari sampai

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

24

sore belajar di sekolah dan sore hari sampai malam hari, dan dilanjutkan pada waktu

setelah subuh siswa berada dan belajar di arama.

Dari sisi masing-masing individu, para pelaksana program dan kegiatan di

sekolah diharapkan dapat mengimplementasikan nilai-nilai karakter seperti: percaya

diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif, inovatif, mandiri, bertanggung jawab,

sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji,

adil, malu berbuat salah, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif,

berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersemangat, dinamis,

hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif,

sportif, tabah, terbuka, dan tertib.

Untuk mengimplementasikan manajemen sekolah yang terpadu dengan nilai-

nilai karakter, diperlukan pengelolaan sumber daya manusia secara baik, antara lain

melalui: (a) perencanaan penerimaan (recruitment) guru dan staf sesuai dengan

kebutuhan sekolah, (b) mengorganisasikan kegiatan guru dan staf sesuai dengan

bidang kerja masing-masing, (c) memberikan pengarahan kepada para guru dan staf

agar bekerjasama untuk tercapainya tujuan, (d) melakukan pengawasan (control)

terhadap pekerjaan para guru dan staf agar mereka bekerja sesuai dengan aturan-

aturan yang sudah ditetapkan bersama, (e) meningkatkan profesionalisme para guru

dan staf, baik teknis maupn non-teknis, melaksanakan pembinaan karir dan

kesejahteraan, serta menerapkan sistim penghargaan dan hukuman (reward and

punishment system).

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

25

Beberapa pendidikan karakter yang dikembangkan melalui boarding school

adalah : (1) Menamkan nilai-niali keagamaan (2) Menumbuhkan sikap yang mandiri

(3) Pembiasaaan perilaku (4) Hidup sosial dan lingkungannya (5) Menjaga ke hal-hal

yang negatif (6) Menjadi pemimpin yang betanggung jawab. Pelaksanaan pendidikan

karakter di boarding school itu adalah wujud dimana program maupun kegiatan yang

sudah dilaksanakan itu bisa nampak. Maka sekolah harus mampu melihat jadwal

pelaksanaan pendidikan karakter yang ada di bording school.

D. Evaluasi pendidikan karakter dalam boarding school

Pendidikan karakter sebagai suatu proses interaksi peserta didik dengan

lingkungan pendidikan akan sulit diketahui tingkat keberhasilannya apabila tidak

dikaitan dengan evaluasi hasil. Apakah anak sudah memiliki karakter “jujur” atau

belum, memerlukan suatu evaluasi. Jadi evaluasi untuk pendidikan karakter memiliki

makna suatu proses untuk menilai kepemilikan suatu karakter oleh anak yang

dilakukan secara terencana, sistematis, sistematik, dan terarah pada tujuan yang jelas.

(Kesuma, dkk 2011:137)

Menurut UU tentang Sisdiknas tahun 2003 evaluasi dilakukan dalam rangka

pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas

penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Yang menjadi

sasaran dari evaluasi tersebut adalah peserta didik, lembaga, dan program pendidikan

pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.

Sementara evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

26

memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan.

Suchman dalam Arikunto dan Jabar (2010:1) memandang, “evaluasi sebagai

sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang

direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan”. Defenisi lain dikemukakan oleh

Stutflebeam (Arikunto & Jabar, 2010:2) mengatakan bahwa, “evaluasi merupakan

proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat

bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatife keputusan”

Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi oleh Sudjana (Dimyati & Mudjiono,

2006:191), “dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai

kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu”. Lebih lanjut Arifin,

(2010:5-6) mengatakan, “evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk).

Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang

menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian

nilai dan arti itu adalah evaluasi”. Hal yang senada juga disampaikan oleh Purwanto

(2010:3) Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis.

Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan dilakuakan secara

berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup

dari suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada

permulaan, selama program berlangsung dan pada akhir program setelah program itu

selesai. (Aqib, 2011:89)

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

27

Evaluasi yang dilakukan oleh sekolah adalah melihat bagaimana hasil dari

ketercapian program yang sudah di bentuk. Sekolah melihat tingkat kemajuan dari

pendidikan karakter yang sudah dibentuk melalui boarding shool. Ini guna melihat

hasil dari ketercapaian sekolah yang memiliki boarding school

Dari beberapa pendapat di atas bahwa evaluasi adalah melihat atau menilai

sejauh mana ketercapaian program yang mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai

pada tahap evaluasi. Ini guna melihat hasil dari ketercapaian program yang sudah di

laksanakan boarding school dalam pendidikan karakter.

E. Hambatan pendidikan karakter dalam Boarding School

Faktor-faktor akan menjadi sebuah sejarah perjalanan program boarding

school dimana proses-proses di lapangan adalah catatan untuk semakin meningkatkan

kualitas program sekolah dan program yayasan. Maka Untuk itu mengevaluasi

program dapat dilihat pula dari faktor-faktor yang menjadi kendala yang dihadapi

selama ini, sekaligus pemecahan persoalan yang menjadi kendala, dan faktor-faktor

apa saja yang mendukung terlaksananya program. Diterangkan oleh kepala sekolah

sebagai berikut.

Sebenarnya tidak ada kendala yang berarti, pada dasarnya pihak sekolah

dalam mengontrol menangani siswa yang menyalahi aturan ini sangat sulit.

Disebabkan karena siswa-siswa cenderung apatis ataupun acuh tak acuh dalam tata

tertib yang sudah di terapkan. Dan siswa juga tidak terbuka pada hal-hal yang pribadi.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar pendidikan Karakter ...eprints.ung.ac.id/.../6/2012-1-86204-131408076-bab2-14082012090116.pdf · bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu

28

Padahal di asrama itu siswa bisa mengungkakan apa yang menjadi keluhan peserta

didik. Akan tetapi distulah peran sekolah untuk membentuk karakter peserta didik.

Hambatan inilah yang akan menjadikan sekolah untuk lebih terpaju dalam

mengembangkan karakter peserta didik. Dan pada dasarnya tidak semua sekolah itu

mengikuti sesuai prosedurnya.