13
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyek Proyek adalah suatu usaha atau aktivitas yang kompleks, tidak rutin, dibatasi oleh waktu, anggaran, resources dan spesifikasi performansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. (Nurhayati, 2010) Menurut Iman Soeharto (2002) bahwa Proyek memiliki beberapa ciri-ciri khusus yakni: 1. Memiliki tujuan yang berupa produk akhir atau hasil kerja akhir 2. Dalam prosesnya ditentukan jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu yang harus ditetapkan 3. Bersifat sementara, dalam arti mempunyai umur yang dibatasi oleh selesainya tugas atau kegiatan dalam proyek 4. Bersifat nonrutin, dalam arti tidak berulang-ulang. Kompleksitas suatu proyek dinilai dari jumlah jenis kegiatan yang terdapat dalam pengerjaan sebuah proyek, hubungan ketergantungan antar kegiatan dan hubungan ketergantungan setiap kegiatan dengan pihak luar. Berdasarkan Aktivitas yang terdapat dalam suatu proyek, maka proyek dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yakni : 1. Proyek Konstruksi Proyek ini mencakup kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan konstruksi seperti; Jembatan, Perumahan, Jalan Layang dan lain-lain. 2. Proyek Manufaktur Proyek ini mencakup kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk baru. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Proyek

Proyek adalah suatu usaha atau aktivitas yang kompleks, tidak rutin,

dibatasi oleh waktu, anggaran, resources dan spesifikasi performansi yang dirancang

untuk memenuhi kebutuhan konsumen. (Nurhayati, 2010)

Menurut Iman Soeharto (2002) bahwa Proyek memiliki beberapa ciri-ciri

khusus yakni:

1. Memiliki tujuan yang berupa produk akhir atau hasil kerja akhir

2. Dalam prosesnya ditentukan jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu yang

harus ditetapkan

3. Bersifat sementara, dalam arti mempunyai umur yang dibatasi oleh selesainya

tugas atau kegiatan dalam proyek

4. Bersifat nonrutin, dalam arti tidak berulang-ulang.

Kompleksitas suatu proyek dinilai dari jumlah jenis kegiatan yang terdapat

dalam pengerjaan sebuah proyek, hubungan ketergantungan antar kegiatan dan

hubungan ketergantungan setiap kegiatan dengan pihak luar.

Berdasarkan Aktivitas yang terdapat dalam suatu proyek, maka proyek

dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yakni :

1. Proyek Konstruksi

Proyek ini mencakup kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan

konstruksi seperti; Jembatan, Perumahan, Jalan Layang dan lain-lain.

2. Proyek Manufaktur

Proyek ini mencakup kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk

baru.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

5

3. Proyek Pelayanan Manajemen

4. Proyek Penelitian dan Pengembangan

5. Proyek Kapital

Dalam Pelaksanaanya Proyek mempunyai tiga sasaran utama yang menjadi

parameter keberhasilan suatu Proyek yakni:

1. Jadwal

Jadwal Adalah salah satu faktor penentu apakah proyek yang sedang

dilaksanakan berhasil. Dalam hal ini jadwal mengandung nilai waktu yang dibatasi

oleh selesainya pekerjaan yang telah disepakati. Penjadwalan adalah hal yang penting

dalam menyusun rencana pelaksanaan sebuah proyek karena penjadwalan merupakan

salah satu alat untuk mengawasi kinerja produksi sebuah proyek.

2. Biaya

Setiap perencanaan pembuatan sebuah proyek harus memiliki anggaran biaya.

Anggara biaya diperkirakan berdasarkan ongkos produksi baik biaya materiil maupun

tenaga kerja dan harus membuat cadangan biaya atau biaya untuk kegiatan-kegiatan

yang tidak terduga seperti biaya yang timbul akibat keterlambatan produksi.

Keberhasilan proyek juga ditentukan oleh biaya minimum yang dalam

pelaksaaannya tidak melebihi anggaran

3. Mutu

Hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan criteria yang telah

disepakati. Memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi tugas yang

dimaksdu, sebgai contoh proyek pembangunan gedung sekolah maka criteria yang

harus dipenuhi adalah gedung sekolah harus bisa dipakai dalam kurun waktu yang

telah ditentukan dalam perencanaan.

2.2 Jaringan Kerja (Nework Planning)

Manfaat utama dari pembuatan jaringan kerja adalah :

a. Dapat membuat perencanaan secara terperinci karena dengan menggunakan

network planning kita harus membuat logika ketergantungan yang memaksa

kita memperhitungkan setiap kegiatan sebelumnya. Dengan membuat

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

6

perkiraan ini maka kita dapat mengetahui kendala-kendala yang mungkin akan

timbul dan dapat mengambil tindakan antisipasi sebelum kendala itu terjadi.

b. Dalam network planning kita akan mengetahui waktu penyelesaian yang kritis

dan yang mana yang tidak, sehingga kita mengetahui bagaimana melakukan

pembagian usaha untuk mendapatkan waktu optimum.

2.3 Metode PERT

Pada prosedur penjadualan dengan metode CPM diasumsikan bahwa durasi

suatu kegiatan proyek dianggap telah diketahui secara pasti. Dalam kenyataannya

prosedur penjadualan melalui proses yang dinamakan estimasi (estimasi durasi

maupun estimasi biaya). Ciri utama dari estimasi adalah mengandung unsur

ketidakpastian. Hal ini sesuai dengan karakteristik proyek konstruksi yaitu tingkat

resiko yang tinggi terhadap setiap perubahan yang terjadi. Cara yang formal untuk

memasukkan ketidakpastian pada penjadualan adalah dengan menganalisis

penjadualannya secara probalistik, dalam hal ini dapat digunakan PERT scheduling

(Ervianto,2004)

PERT (Program Evaluation Review Techique) dikembangkan sejak tahun

1958 oleh US Navy dalam proyek pengembangan Polaris Missile System. Teknik ini

mampu mereduksi waktu selama dua tahun dalam pengembangan sistem senjata

tersebut dan sejak itu mulai digunakan secara luas

PERT memakai pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan

tergantung pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi

rentang (range), yaitu memakai tiga angka estimasi. PERT juga memperkenalkan

parameter lain yang mencoba ‟mengukur‟ ketidakpastian tersebut secara kuantitatif

seperti ‟deviasi standar‟ dan ‟varians‟. Dengan demikian, metode ini memiliki cara

yang spesifik untuk menghadapi ketikdakpastian yang memang hampir selalu terjadi

pada kenyataannya dan mengakomodasikannya adalah bentuk perhitungan. PERT

lebih berorientasi ke terjadinya peristiwa (event oriented) sedangkan CPM condong ke

orientasi kegiatan (activity oriented). ( Soeharto, 1999 )

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

7

Dalam metode PERT, diketahui ada tiga buah estimasi durasi setiap kegiatan,

sedangkan dalam CPM hanya diperoleh satu estimasi durasi. Ketiga estimasi durasi

tersebut adalah:

- a = kurun waktu optimistik (optimistic duration time)

Merupakan waktu tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan bila segala

sesuatu berjalan mulus. Waktu demikian diungguli hanya sekali dalam

seratus kali bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan

kondisi yang hampir sama.

- m = kurun waktu paling mungkin (most likely time)

Merupakan kurun waktu paling sering terjadi dibandingkan dengan yang

lain bila kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir

sama.

- b = kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time)

Merupakan waktu yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, yaitu

bila segala sesuatunya serba tidak baik. Waktu demikian dilampaui hanya

sekali dalam seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang

dengan kondisi yang hampir sama.

2.3.1 Teori Probabilitas

Seperti telah disebutkan diatas bahwa tujuan menggunakan tiga angka estimasi

adalah untuk memberikan rentang yang lebih besar dalam melakukan estimasi kurun

waktu kegiatan dibanding satu angka determistik. Pada dasarnya teori probabilitas

dimaksudkan untuk mengkaji dan mengukur ketidakpastian (uncertainty) serta

mencoba menjelaskan secara kuantitatif.

1. Kurva distribusi dan variabel a,b, dan m

Dari kurva distribusi dapat dijelaskan arti dari a,b, dan m. Kurun waktu yang

dihasilkan puncak kurva adalah m, yaitu kurun waktu yang paling banyak terjadi

atau juga disebut the most likely time. Adapun angka a dan b terletak (hampir)

diujung kiri dan kanan dari kurva distribusi, yang memandai batas lebar rentang

waktu kegiatan. Kurva distribusi kegiatan seperti diatas pada umumnya

berbentuk asimetris dan disebut kurva beta seperti terlihat dalam gambar 2.1

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

8

Gambar 2.1 Kurva distribusi asimetris (beta) dengan a, m, dan b ( Soeharto,

1999 )

2. Kurva Distribusi dan Kurun Waktu yang Diharapkan (te)

Setelah menentukan estimasi angka-angka a,m, dan b maka tindakan

selanjutnya adalah merumuskan hubungan ketiga angka tersebut menjadi satu

angka yang disebut te atau kurun waktu yang diharapkan (expected duration

time). Angka te adalah angka rata – rata kalau kegiatan tersebut dikerjakan

berulang – ulang dalam jumlah yang besar. Dalam menentukan te dipakai

asumsi bahwa kemungkinan terjadinya peristiwa optimistik (a) dan pesimistik

(b) adalah sama. Sedangkan jumlah kemungkinan terjadinya peristiwa paling

mungkin (m) adalah 4 kali lebih besar dari kedua peristiwa di atas (Soeharto,

1999). Sehingga bila ditulis dengan rumus adalah sebagai berikut:

Kurun waktu kegiatan yang diharapkan :

Te = (a + 4m + b) (1/6).

3. Estimasi Angka – angka a, b, dan m

Mengingat besarnya pengaruh angka – angka a, b, dan m dalam metode

PERT maka perlu diperhatikan beberapa hal dalam estimasi angka tersebut

diantaranya:

- Estimator perlu mengetahui fungsi dari a, b, dan m dalam hubungannya

dengan perhitungan dan pengaruhnya terhadap metode PERT secara

keseluruhan. Bila tidak dikhawatirkan akan mengambil angka estimasi kurun

waktu yang tidak sesuai atau tidak membawakan pengertian yang dimaksud.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

9

- Dalam proses estimasi angka a, b, dan m bagi masing – masing kegiatan

jangan sampai dipengaruhi atau dihubungkan dengan target waktu

penyelesaian proyek.

- Bila tersedia data pengalaman masa lalu (historical record) maka data itu

dapat digunakan untuk bahan pembanding.

Jadi perlu digaris bawahi bahwa estimasi a, b, dan m hendaknya bersifat

berdiri sendiri, artinya bebas dari pertimbangan – pertimbangan pengaruhnya

terhadap komponen kegiatan yang lain, ataupun terhadap jadwal proyek secara

keseluruhan. Karena bila ini terjadi akan mengurangi faedah metode PERT yang

menggunakan unsur probability dalam merencanakan kurun waktu kegiatan.

4. Identifikasi jalur Kritis dan Slack

Dengan menggunakan konsep te dan angka-angka waktu paling awal

peristiwa terjadi ( the earliest time of occurance – TE), dan waktu paling akhir

peristiwa terjadi ( the latest time of occurance – TL), maka identifikasi kegiatan

kritis, jalur kritis dan slack dapat dikerjakan seperti halnya pada CPM

( Soeharto, 1999)

5. Deviasi Standar kegiatan dan Varians kegiatan

Estimasi kurun waktu kegiatan metode PERT memakai rentang waktu dan

bukan satu kurun waktu yang relatif mudah dibayangkan. Rentang waktu ini

menandai derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan estimasi kurun waktu

kegiatan. Berapa besarnya ketidakpastian ini tergantung pada besarnya angka

yang diperkirakan untuk a dan b. Pada PERT parameter yang menjelaskan

masalah ini dikenal sebagai Deviasi Standar atau Varians. Berdasarkan ilmu

statistik, angka deviasi standar sebesar 1/6 dari rentang distribusi (b-a) atau bial

ditulis dengan rumus menjadi sebagai berikut :

Deviasi Standar Kegiatan

S = (1/6) (b-a)

Varians Kegiatan

V(te) = S2 = { (1/6) (b-a) }

2

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

10

6. Deviasi Standar kegiatan dan Varians Peristiwa V(TE)

Titik waktu terjadinya peristiwa (event time) menurut J. Moder (1983)

berdasarkan teori ”central limit theorem” maka kurva distribusi peristiwa atau

kejadian (event time distribution curve) bersifat simetris disebut Kurva

Distribusi Normal. Kurva ini berbentuk genta seperti terlihat dalam gambar 2.2

\\\

Gambar 2.2 Kurva distribusi untuk peristiwa/kejadian disebut kurva distribusi

normal dan berbentuk genta ( Soeharto, 1999 )

Sifat – sifat kurva distribusi normal adalah sebagai berikut:

Seluas 68% area di bawah kurva terletak dalam rentang 2S

Seluas 95% area di bawah kurva terletak dalam rentang 4S

Seluas 99,7% area di bawah kurva terletak dalam rentang 6S

7. Target Jadwal Penyelesaian ( TD )

Pada penyelenggaraan proyek sering dijumpai sejumlah tonggak kemajuan

(milestone) dengan masing-masing target atau tanggal penyelesaian yang telah

ditentukan. Pimpinan proyek atau pemilik acapkali menginginkan suatu analisis

untuk mengetahui kemungkinan / kepastian mencapai target jadwal tersebut.

Hubungan antara waktu yang diharapkan (TE) dengan target T(d) pada metode

PERT dinyatakan dengan z dan dirumuskan sebagai berikut:

Deviasi z =S

TEdT )(

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

11

2.4 Metode CPM

Metode jalur kritis (critical path method) ini diperkenalkan menjelang akhir

dekade 1950-an oleh suatu tim engineer dan ahli matematika dari perusahaan Du-Pont

bekerja sama dengan Rand Corporation dalam usaha mengembangkan sistem kontrol

manajemen. Sistem ini dimaksudkan untuk merencanakan dan mengendalikan

sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks

dalam masalah desain-engineering, konstruksi dan pemeliharaan.

Pada metode jaringan kerja dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki

rangkaian komponen-komponen kegiatan, dengan total jumlah waktu terlama dan

menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi jalur kritis terdiri

dari rangkaian kegiatan kritis proyek. Makna jalur kritis penting bagi pelaksanaan

proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya

terlambat, akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Kadang-

kadang dijumpai lebih dari satu jalur kritis dalam jaringan kerja ( Soeharto, 1999 ).

2.4.1 Terminologi dan Perhitungan

Beberapa terminologi/rumus dalam identifikasi jalur kritis -rumus perhitungan:

TE = E

Waktu paling awal peristiwa ( node/event ) dapat terjadi ( Earliest time of Occurance

), yang berarti waktu paling awal suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat

dimulai, karena menurut aturan dasar jaringan kerja, suatu kegiatan baru dapat dimulai

bila kegiatan terdahulu telah selesai.

TL = L

Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi ( Latest Allowable Event / Occurance Time

), yang berarti waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa

terjadi.

ES

Waktu mulai paling awal suatu kegiatan ( Earliest Start Time ). Bila waktu kegiatan

berlangsung dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

12

EF

Waktu selesai paling awal suatu kegiatan ( Earliest Finish Time ). Bila hanya ada satu

kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan

berikutnya.

LS

Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai ( Latest Allowable Start time ). Yaitu

waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara

keseluruhan.

LF

Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai ( Latest Allowable Finish Time ) tanpa

memperlambat penyelesaian proyek.

D

Adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umumnya dengan satuan waktu hari, minggu,

bulan dan lain-lain.

1 2

4

3

5 6(2)

(5)

(3)

(6)

(4)

(3)

Gambar 2.3 Proyek dengan enam komponen kegiatan

1. Hitungan Maju

Dalam mengidentifikasi jalur kritis dipakai suatu cara yang disebut hitungan

maju.

Berikut ini contoh sederhana untuk maksud diatas, dengan memakai visualisasi

proyek seperti terdapat pada gambar 2.3 di atas. Soeharto (1999) menyatakan

ada beberapa aturan atau kaidah dalam menyusun jaringan kerja berikut ini :

AT-1. Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila

kegiatan yang mendahuluinya ( predecessor ) telah selesai.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

13

Peristiwa 1 menandai dimulainya proyek. Di sini berlaku pengertian bahwa

waktu yang paling awal peristiwa terjadi adalah = 0 atau E(1) = 0

AT-2. waktu selesai paling awal suatu kegiatan adalah sama dengan waktu

mulai paling awal, ditambah kurun waktu kegiatan bersangkutan

EF = ES + D atau EF (i-j) = ES (i-j ) + D (i-j )

Untuk kegiatan 1-2 diperoleh EF(1-2) = ES(1-2) + D = 0+2 = 2

AT-3. Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu

yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan

tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang

terbesar dari kegiatan terdahulu.

Dari ketiga aturan maju diatas maka untuk contoh pada gambar 2.3 diatas

diperoleh hasil seperti yang terlihat dalam tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Perhitungan Maju untuk Mendapatkan EF

Kegiatan Kurun Waktu

(D)

(4)

Paling Awal

I

(1)

J

(2)

Nama

(3)

Mulai (ES)

(5)

Selesai (EF)

(6)

1

2

2

3

4

5

2

3

4

5

5

6

2

3

5

4

6

3

0

2

2

5

7

13

2

5

7

9

13

16 Sumber: Iman Soeharto, Manajemen Proyek, 1999

2. Hitungan Mundur

Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau tanggal

paling akhir kita ‟masih‟ dapat memulai dan mengakhiri masing-masing

kegiatan, tanpa menunda kurun waktu penyelesaian proyek secara

keseluruhan, yang telah dihasilkan dari hitungan maju. Hitungan mundur

dimulai dari ujung kanan ( hari terakhir penyelesaian proyek ) suatu jaringan

kerja ( Soeharto, 1999 ). Untuk jelasnya kembali dipakai contoh diatas dimana

kurun waktu penyelesaian proyek adalah 16 hari. Agar tidak menunda

pekerjaan proyek maka hari ke-16 harus merupakan hari/waktu paling akhir

dari kegiatan proyek, atau waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi. L(6) =

EF(5-6) = 16, dan LF(5-6) = L(6). Untuk mendapatkan angka waktu mulai

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

14

paling akhir kegiatan 5-6, maka dipakai aturan jaringan kerja yang menyatakan

bahwa :

AT-4. waktu paling akhir suatu kegiatan adalah sama dengan waktu selesai

paling akhir, dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang

bersangkutan, atau LS = LF-D

Jadi untuk kegiatan 5-6 dihasilkan :

LS(5-6) = LF(5-6) – D atau = 16 – 3 = 13

Selanjutnya bila kegiatan 5-6 mulai pada hari ke 13, maka berarti kedua

kegiatan yang mendahuluinya harus diselesaikan pada hari ke 13 juga.

Sehingga LF dari kegiatan 4-5 dan 3-5 adalah sama dengan LS dari kegiatan 5-

6, yaitu pada hari ke-13. Dengan memakai aturan AT-4 di atas, dihasilkan

angka-angka berikut:

Kegiatan 4-5, maka LS(4-5) = 13-6 = 7

Kegiatan 3-5, maka LS(3-5) = 13-4 = 9

Kegiatan 2-4, maka LS(2-4) = 7-5 = 2

Kegiatan 2-3, maka LS(2-3) = 9-3 = 6

Kegiatan 1-2, maka LS(1-2) = 2-2 = 0

Dengan meninjau pristiwa atau node 2 dimana ada kegiatan yang memecah

menjadi dua atau lebih, maka berlaku aturan sebagai berikut:

AT-5. Bila suatu kegiatan memiliki (memecah menjadi) 2 atau lebih kegiatan-

kegiatan berikutnya (Succesor), maka waktu selesai paling akhir (LF)

kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu mulai paling akhir (LS)

kegiatan berikutnya yang terkecil.

Untuk contoh diatas, maka LF(1-2) = LS(2-4) = 2

2.4.2 Jalur Kritis dan Float

Dari perhitungan dan tabulasi pada tabel 2.1, terlihat bahwa waktu penyelesaian

proyek paling cepat (EF) adalah 16 hari dan terdiri dari urutan kegiatan yang

mengikuti jalur 1-2-4-5-6. Jadi inilah yang disebut jalur kritis, demikian pula kegiatan

– kegiatan yang terletak di jalur tersebut dinamakan kegiatan kritis. Sifat atau syarat

umum jalur kritis adalah :

- Pada kegiatan pertama; ES=LS=0 atau E(1) = L(1) = 0

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

15

- Pada kegiatan terakhir atau terminal LF = EF

- Float total: TF = 0

Tabel 2.2 Mengidentifikasi float dan jalur kritis

Kegiatan Waktu

(D)

(4)

Paling Awal Paling Akhir Total

Float

(TF)

(9)

i

(1)

J

(2)

Nama

(3)

Mulai (ES)

(5)

Selesai (EF)

(6)

Mulai

(LS)

(7)

Selesai

(LF)

(8)

1

2

2

3

4

5

2

3

4

5

5

6

2

3

5

4

6

3

0

2

2

5

7

13

2

5

7

9

13

16

0

6

2

9

7

13

2

9

7

13

13

16

0

4

0

4

0

0 Sumber: Iman Soeharto, Manajemen Proyek, 1999

Waktu penyelesaian proyek umumnya tidak sama dengan total waktu hasil

penjumlahan kurun waktu masing-masing kegiatan yang menjadi unsur proyek,

karena adanya kegiatann yang paralel. Bila jaringan kerja hanya mempunyai satu titik

awal (initial node) dan satu titik akhir (terminal node), maka jalur kritis juga berarti

jalur yang memiliki jumlah waktu penyelesaian terbesar (terlama), dan jumlah waktu

tersebut merupakan waktu proyek yang tercepat. Kadang – kadang dijumpai lebih dari

satu jalur kritis dalam sebuah jaringan kerja. (Soeharto 1999).

AT-6 , Float total suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir,

dikurangi waktu selesai paling awal atau waktu mulai paling akhir

dikurangi waktu mulai paling awal dari kegiatan tersebut.

TF = LF-EF = LS – ES

Atau dapat dinyatakan:

AT-6a. Float total sama dengan waktu paling akhir terjadinya node berikutnya

L(j), dikurangi waktu aling awal terjadinya node terdahulu E(i),

dikurangi kurun waktu kegiatan yang bersangkutan D ( i-j ).

TF = L(j) – E (I) – D (i-j).

Arti penting dari float total adalah menunjukkan jumlah waktu yang

diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda, tanpa mempengaruhi jadwal

penyelesaian proyek secara keseluruhan. Float total ini dimiliki bersama oleh semua

kegiatan yang ada pada jalur yang bersangkutan, hal ini berarti bila salah satu kegiatan

telah memakainya maka float total yang tersedia untuk kegiatan – kegiatan lain yang

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyekrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48902/3/Chapter... · 2015-07-29 · BAB II . LANDASAN TEORI . 2.1 Proyek . Proyek adalah suatu usaha atau

16

berada pada jalur tersebut adalah sama dengan float total semula dikurangi bagian

yang telah terpakai.

2.4.3 Tingkat Kritis Suatu Jalur

1. Jalur Kritis

Jalur kritis ini memerlukan perhatian maksimal dari pengelola proyek,

terutama pada periode perencanaan dan implementasi pekerjaan/kegiatan yang

bersangkutan, misalnya diberikan prioritas utama dalam alokasi sumber daya

yang dapat berupa tenaga kerja, peralatan atau penyelia.

2. Jalur Hampir Kritis

Jalur hampir kritis ini memerlukan prioritas perhatian dari pengelola

proyek yang tidak sebesar pada kegiatan di jalur kritis. Meskipun demikian bila

tidak cukup diperhatikan bisa berubah menjadi kritis karena memiliki float yang

tidak besar.

3. Jalur Kurang Kritis

Kegiatan – kegiatan pada jalur ini pada umumnya dianggap kurang

memerlukan perhatian dari pucuk pimpinan proyek terutama dalam aspek

jadwal.

Pendekatan dengan cara di atas yang dikenal dengan “management by

exception” adalah salah satu keuntungan yang diperoleh dari penggunaan

metode jalur kritis (Soeharto, 1999)

Universitas Sumatera Utara