Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Unsur Intrinsik
Unsur-unsur pembangun sebuah novel banyak namun yang menjadi garis
besarnya yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering
disebut para kritikus dalam rangka menkaji dan atau membicarakan novel atau
karya sastra pada umumnya. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri, unsur inilah yang menyebabkan karya sastra
hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur faktual secara faktual akan dijumpai jika
orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur
yang (secara langsung ) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai
intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Jika dilihat dari sudut
pembaca unsur inilah yang akan terlihat saat membaca sebuah novel. Unsur yang
dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa cerita, plot,
penokohan tema, latar, sudut pandang, penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan
lainnya (Nurgiyantoro, 2014 : 23).
Semua unsur instrik digunakan sebagai pembangun sebuah karya sastra.
Karya sastra tanpa adanya unsur pembangun akan membuat sebuah cerita tidak
menarik. Unsur instrinsik terbagi menjadi beberapa salah satunya penokohan dan
latar dalam karya sastra. Penokohan dibutuhkan guna menghidupakan tokoh
dalam cerita, tokoh ini akan membawa pembaca terbawa akan karakter. Bukan
hanya penokohan yang ada dalam cerita, terdapat alur. Latar merupakan sebuah
rangkaian peristiwa yang menggambarkan sebuah cerita. Latar juga dapat
mempengaruhi penokohan.
9
Menurut Nurgiyantoro (2014: 247) penokohan dan karakterisasi diartikan
sebagai hal yang sama, hal tersebut merujuk pada watak-watak di dalam sebuah
cerita. Penokohan ini yang mampu membangkitkan cerita dengan pada sebuah
karya. Penokohan dalam karya satra salah satunya terdapat pada novel. Berbagai
macam novel meliki cerita dengan tokoh berbeda-beda karaker. Salah satu novel
yang memusatkan perhatian pada tokoh yaitu Kambing dan Hujan karya Mahfud
Ikhwan. Novel ini memiliki cerita yang menarik, tokoh yang ada di dalamnya
mampu membawa pembaca menafsirkan sebuah karya. Tokoh yang ada pada
novel Kambing dan Hujan yaitu Is, Mat, Fauzia, Mifta, Cak Ali, Pak Kamituo,
dan Pak Badrun. Mereka semua merupakan tokoh utama dalam novel ini. Berikut
penjelasan mengenai penokohan dalam novel secara terperinci.
1) Pak Fauzan/ Moek/ Mat (Protagonis): lembut, baik, sopan-santun, ramah,
tak pernah mendendam, suka berbagi ilmu
2) Pak iskandar (Protagonis) : Tegas, penurut kepada cak Ali, meyakini apa
yang ia yakini benar, penggembala kambing, penghafal kitab, sederhana.
3) Kamituo ( Antagonis ): Egois, , taat pada agama, mertua pak Fauzan,
kakek fauzia dan fuad. Pemarah
4) Fauzia (protagonis) : Baik, manja, dekat dengan abahnya, penyayang,
sarjana pendidikan
5) Mifta (Protagonis): Anak pak iskandar, baik, seorang lulusan Sarjana
Sejarah, editor, selalu berprasagka baik.
6) Pak Badrun( Protagonis) : ayah pak fauzan, baik, taat pada agama, tokoh
agama, pengurus masjid.
10
Penokohan di dalam novel banyak sehingga perlunya diberikan batasan,
batasan ini meliputi keenam tokoh tersebut. Keenamnya yang menjadi pusat
penokohan dalam novel. Bukan hanya penokohan saja yang ada pada novel, latar
juga menjadi hal penting di dalam novel kambing dan hujan.
Staton (dalam Nurgiyantoro, 2014: 303) menglompokkan latar, tokoh
serta plot dalam cerita. Staton mengaggap ketiganya ini merupakan suatu hal yang
akan diimajinasikan oleh seorang pembaca kedalam imajinasinya. Ketiga
pengelompokan tersebut yang membentuk sebuah cerita, tokoh mengalami
berbagai kejadian dipengaruhi sebab akibat. Apa yang dialami tokoh ini
dihadapkan pada kondisi sosial-budaya masyarkat. Hal ini sesuai dengan cerita
dalam novel Kambing dan Hujan yang membahas mengenai tokoh yang
mengalami permasalahan sosial di lingkungannya. Latar permasalahan sosial di
dalam novel mengarah pada konflik. Konflik berkaitan dengan latar peristiwa
terjadinya permasalahan tersebut. Konflik yang terjadi menimbulkan berbagai
peristiwa serta akibat dari peristiwa itu sendiri.
Novel Kambing dan Hujan mengungkapkan konflik yang berakibat pada
berbagai macam hal. Konflik yang dimunculkan karena perbedaan kepentingan.
Perbedaan ini memicu terjadinya konflik secara berkelanjutan. Kepentingan di
sini bersifat sosial mengenai perbedaan pandangan mengenai agama. Konflik ini
menimbulkan akibat yang fatal yaitu, perpecahan satu desa menjadi dua kubu
selatan dan utara. Perpecahan ini juga didukung dengan lingkungan yang kurang
memiliki pemdirian dari awal.
Para tokoh berinteraksi dengan lingkungan guna mendapatkan dukungan
dari berbagai macam pihak. Dukungan ini digunakan untuk melakukan konflik
11
dengan bentuk fisik. Konflik dalam novel ini juga akan berdampak pada hal yang
positif maupun negatif. Peristiwa yang terjadi ini dilatar belakangi oleh
lingkungan mereka.
2.2 Sosiologi Sastra
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang memambahas mengenai masyarakat.
Masyarakat sendiri tidak terlepas dari fenomena sosial. Fenomena menimbulkan
dampak yang besar bagi masyarakat. Sosilogi juga tidak terlepas dari karya sastra.
Karya sastra dihasilkan dari fenomena masayarakat. Hubungan karya sastra dan
sosiologi dapat dilihat dari pengarang. Pengarang merupakan masyarakat sosial,
sebagian besar karya sastra dihasilkan pengarang dari masyarakat.
Swingewood (dalam Wiyatmi, 2013:6) sosiologi memaparkan mengenai
manusia dalam lembaga masyarakat serta proses sosial. Sosiologi juga mambahas
mengenai bagaimana manusia bertahan hidup di lingkungan masyarakat.
Berdasarkan pendapat Swingwood dapat dikatakan sosiologi bukan hanya
membahas perihal masayarakat saja melainkan mengenai lembaga-lembaga yang
ada di sekitarnya. Lembaga tidak terlepas dari masyarakat dilihat dari fungsinya.
Fungsi lembaga yaitu mengatur masyarakat agar tidak bertindak sewenang-
wenang. Fungsi lainnya menjalin komunikasi antar masyarakat sekitar.
Darmono (dalam Setyawati, 2014:10) menjabarkan mengenai cara
sosiologi mencari tahu masyarakat itu tetap ada, dengan cara mempelajari segala
permasalahan sosial yang ada melalui lembaga sosial. Berdasarkan pendapat
Darmono tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiologi sastra mengenai
masyarakat yang berhubungan dengan lembaga sosial. Lembaga sosial ini guna
mengontrol masyarakat dalam kehidupan mereka. Apabila tidak ada lembaga
12
sosial yang mengontrol dan mengatur masyrakat akan hidup dalam kegoisan
masing-masing.
Wolf berpendapat (dalam Faruk, 2014:4) mengutarakan bahwa
kesusastraan didefinisikan dengan baik, studi empiris yang dilakukan dalam teori
mencoba menyetarakan sehingga muncul kesamaan antara kesusatraan dan
masyarakat. Pendapat Wolf secara garis besar sama dengan pendapat yang lain
mengenai sosiologi berhubungan dengan masyarakat. Perbedaan pendapat terletak
pada displin yang tidak berbentuk dan berdiri dengan studi-studi yang empiris
atau berdasarkan pengalaman.
Bourdieu (dalam Suwardi, 2011:13) seorang ahli sosiologi Perancis,
sosiologi dan sastra memiliki hubungan yang dianggap mekanisme skeptis.
Mekanisme ini saling berhubungan satu sama lain. Hubungan sosiologi dengan
sastra memang tidak bisa dipisahkan, hal ini disebabkan sebuah karya sastra
muncul lebih banyak berasal dari kehidupan sebenarnya manusia. Mengingat
sosiologi memiliki arti apa yang ada dalam masyarakat.
Junus (dalam Suwardi, 2011:15) sastra digunakan sebagai cermin
masyarakat memang tidak sepenuhnya diterima. Tafsiran mengenai sastra dan
seni memang tidak terlepas dari mitos. Mitos sastra sebagai realisme sosial,
karena seniman tidak semata-mata melukiskan keadaan yang sesungguhnya, tetapi
mengubah sedemikian rupa sesuai dengan kualitas kreativitasnya. Dalam
hubungan ini, terlihat jelas bahwa sastra adalah cerminan masyarakat. Namun,
Tidak semua cerminan masyarakat, masih ada imajinasi penulis di dalamnya.
Berbagai penjelasan mengenai sosiologi sastra sudah diketahui menurut
berbagai ahli. Didalam sosiologi sastra terdapat berbagai macam pendekatan atau
13
perspektif. Menurut Endraswara (2013:80 ) sosiologi sastra dapat meneliti sastra
sekurang-kurang melalui tiga pespektif.
2.2.1 Perpektif Teks Sastra
Penelitian menganalis sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan
sebaliknya. Teks biasanya dipotong, diklasifikasikan, dan dijelaskan makna
sosiologisnya. Perpektif ini membahas sebuah karya satra berdasarkan teksnya
atau yang biasa disebut karya sastra. Karya sastra sebuah cerminan dari kehidupan
masyarakat. Cerminan ini diangkat sebagai karya yang menceritkan kenyataan
yang ada disertai imajinasi sebagai perasaan sang penulis. Seorang pengarang
disebut sebagai makhluk sosial yang berada di masyarakat. Perspektif ini meliputi
isi, tujuan serta hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan sosial.
Hal yang berhubungan dengan isi akan berkesinambungan dengan
pengarang. Di mana pengarang memiliki peraran penting dalam sebuah cerita.
Sebuah cerita akan biasa saja apabila tidak imbangi dengan aspek-aspek
pembangun. Aspek pembangun berupa unsur intrinsik sebuah karya sastra. Semua
hal yang berhubungan dengan karya tidak akan terlepas dari latar cerita serta siapa
pembuat karya tersebut.
2.2.2 Perspektif Biografis
Perspektif ini berdasarkan pengarang. Penelitian ini mengulas mengenai
latar belakang pengarang. Pengarang sebagai pencipta karya merupakan makhluk
sosial yang keberadaannya berhubungan dengan status sosial. Status sosial ini
berkaitan dengan ideologi, posisi, serta hubungan dengan pembaca. Biografis
nantinya akan membahas mengenai asal pengarang, tempat tinggal, status, serta
keaktifan sang pengarang dalam menghasilkan karya.
14
Penelitian Biografis ini akan membantu peneliti dalam menentukan gaya
menulis. Gaya menulis ini bisa dipengaruhi oleh lingkungan serta imajinatif si
penulis. Setiap penulis memiliki gaya tersendiri dalam menuliskan imajinasinya
dalam sebuah karya. Ciri khas seorang penulis dapat dilihat dari berbagai karya
yang sudah dikeluarkan. Namun, terkadang penulis akan menulis sesuai dengan
imajinasi yang ada dalam pikiranya. Penulis juga harus memperhatikan karyanya
sesuai pembaca yang dituju.
2.2.3 Perspektif Reseptif
Penelitian menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.
Dapat dikatakan hal ini berkaitan dengan pembaca. Seorang pembaca sangat
penting dalam menilai dan menikmati sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra
dikatakan baik apabila memuaskan pembacanya. Pembuatan suatu karya sastra
pastinya sudah dipikirkan siapa pembaca yang dituju. Pembaca yang dituju bisa
secara umum maupun secara khusus. Secara umum dapat dilihat dari kalangan
sastrawan serta secara umum adalah masyarakat luas. Pembaca juga dapat
mengapresiasi sebuah karya sastra dengan menjadikanya penelitian atau analisis
sebagai hasil karya sastra.
Berdasarkan Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, maka dalam
menganalisis novel Kambing dan Hujan karya Mahfud Ikhwan ini, penulis
menganalisis dengan menggunakan pendekatan sosiologi karya sastra.
Sosiologi karya sastra maksudnya adalah isi karya sastra, tujuan serta hal-hal
lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan
masalah-masalah sosial. Novel Kambing dan Hujan mempunyai cerita yang unik
pengalaman religius dan percintaan kental pada novel ini. Pembahasan dan
15
analisis difokuskan pada isi, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam novel
Kambing dan Hujan itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah realitas
dan aspek kehidupan sosial yang terjadi dalam masyarakat yaitu tentang
konflik sosial, penyebab terjadinya konflik sosial dan dampak konflik sosial
yang terjadi pada tokoh Fauzan, Mifta, Fauzia dan Iskandar.
2.3 Konflik Sosial
Zaman sekarang menuntut masyarakat untuk selalu berkembang dan
memperbaiki dirinya. Kecanggihan yang nampak sekarang ini terkadang membuat
masyarakat lupa diri dengan apa yang sudah diturunkan dari nenek moyang.
Kecanggihan juga dialami pada pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan
masyarakat sangat beragam. Pemenuhan kebutuhan ini masyarakat dituntut untuk
selalu mengikuti perkembangan zaman. Pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan
oleh masyarakat berupa fisik dan non fisik. Kebutuhan fisik berupa rumah, baju,
sekolah dan lainya sedangkan kebutuhan nonfisik berupa jasmani dan rohaninya.
Pemenuhan jasmani dan rohani yang ada pada manusia sering bergejolak seiring
dengan berkembang dan kebutuhan yang semakin banyak. Pemenuhan kebutuhan
masyarakat apabila tidak terpenuhi maka akan muncul konflik.
Soekanto (dalam Ahmadi, 2009: 281) konflik adalah proses individu atau
kelompok yang digunakan untuk mencapai tujuan serta menjatuhkan lawan
dengan berbagai macam cara. Proses sosial terajadi dalam kehidupan masyarakat
sebagai makhluk sosial. Konflik dapat dikategorikan ke dalam permasalahan
sosial, yang timbul karena perbedaan hingga pertentangan atas masing-masing
individu maupun kelompok. Konflik juga dapat berdampak pada kekerasan
apabila individu atau kelompok tidak bisa menahan emosinya. Konflik dapat
16
dihindari apabila satu sama lain saling menghormati. Lembaga sosial berperan
sebagai
Konflik yang muncul dalam masyarakat berasal dari dirinya sendiri maupun
dari luar masyarakat itu. Dari dalam dirinya sendiri berasal dari tegagangan-
tegagangan yang dialami masyarakat. Tegangan tersebut muncul apabila
masyarakat mengalami sebuah kejadian yang menyulitkanya. Konflik yang
berasal dari luar masyarakat berupa hasutan yang di terima masyarakat dari orang
lain. Sebenarnya orang lain memanfaatkan kondisi masyarakat tersebut untuk
kepentingannya. Kelemahan masyarakat terletak pada ketidak puasan dengan
yang dimiliki serta kurang percaya pada Tuhan.
Masyarakat selalu mengalami perubahan sosial baik pada nilai dan
strukturnya baik secara revolusioner maupun evolusioner (Susan, 2010:33).
Perubahan ini sering mengakibatkan perpecahan atau konflik perubahan ini
meliputi gerakan sosial seseorang. Gerakan sosial ini dipengaruhi oleh perbedaan
kepentingan atau tujuan seseorang.
Perbedaan kepentingan setiap masayarakat berbeda-beda. Munculnya
perbedaan didasari pemikiran setiap masyarakat beragam. Keberagaman sering
menjadi pemicu suatu konflik. Konflik sosial bukan hanya terjadi dengan
masayarakat lain, bisa saja terjadi pada pribadi atau pola pemikiran belum dewasa.
Pada dasarnya konflik dapat diredam apabila, setipa masyarakat dapat mengontrol
pola pemikiran serta emosi. Emosi sering tidak terkontrol saat terjadinya konflik
sehingga muncul berbagai dampak yang ditimbulkan. Bukan hanya perbedaan
kepentingan saja yang menimbulkan konflik, melainkan sebuah pengakuan atas
dirinya maupun kelompok untuk mencapai status sosial di masayarakat.
17
Menurut Watkins ( dalam Candra, 1992:20) konflik terjadi apabila ada dua
pihak baik secara potensial masupun praktis, potensial yang berarti menghambat
sedangkan praktis berarti dengan mudah mewujudkan apapun. Perwujudan secara
muda ini memiliki arti apabila kedua belah pihak tidak dapat menghambat atau
tidak melihat orang lain sebagai hambatan, maka konflik tidak bisa terjadi. Kedua
konflik bisa terjadi bila ada suatu sasaran yang sama-sama dikejar oleh kedua
pihak namun hanya satu pihak yang mungkin akan mencapainya.
Menurut Hocker dan Wilmot (dalam Candra, 1992:15) mengungkapakan
berbagai macam pandangan mengenai konflik yang ada dalam bukunya berjudul
Interpersonal Conflict . Menurut keduanya konflik berhubungan dengan ganguan
stabilitas yang tidak adanya keselarasan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa konflik merupakan gangguan yang harus diselesaikan
secara cepat dan tidak boleh ditunda-tunda.
Berbagai pengertian konflik di atas juga selaras dengan pernyatan yang
diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2014: 122) mengungkapkan bahwa konflik
memiliki arti kejadian yang tergolong penting. Konflik ini bukan hanya terlihat
pada dunia nyata saja namun juga dapat dilihat di dalam sebuah karya sastra.
Sebuah karya sastra tidak bisa terlepas dari konflik, misalnya saja dalam cerita di
dalam novel. Konflik selalu muncul di dalam novel sebagai bumbu dari sebuah
karya sastra. Sebuah karya sastra tidak dapat terlepas dari konflik baik antar tokoh
atau dalam dirinya sendiri. Di dalam sebuah karya sastra yang diteksnaratifkan
harus memiliki konflik, apabila tidak terdapat maka cerita akan terlihat tenang dan
tak ada cerita yang yang berarti atupun menarik. Konflik pada dunia nyata
mungkin sering dihindari oleh manusia karena ingin hidup tenang, namun berbeda
18
dengan dunia fiksi semakin ia memiliki konflik maka akan digemari oleh
pembaca.
Sifat manusia yang pada dasarnya suka menggunjing dan berbicara
mengenai seseorang merupakan hal yang wajar di dunia nyata. Hal ini karena
antara satu dan lain orang memiliki perbedaan. Sebenarnya seseorang
membutuhkan cerita mengenai masalah hidup dan kehidupan manusia untuk
memenuhi kebutuhan batinnya. Kebutuhan batin ini perlu dimiliki untuk
memperkaya pengalaman jiwa seseorang. Pengarang yang memiliki sifat peka
terhadap kehidupan sekitarnya menyadari akan kebutuhan itu. Seorang pengarang
yang peka akan mudah menciptakan sebuah karya sastra dengan melihat
sekelilingnya. Seorang pengarang harus mampu memunculkan peristiwa-peristiwa
yang ditemuinya, peristiwa tersebut akan memunculkan konflik. Konflik yang
muncul disusul peristiwa akan menimbulkan peningkatan hingga pada puncaknya.
Konflik memiliki berbagai macam bentuk, bentuk konflik dapat berbeda-
beda sesuai dengan pendapat para ahli. Banyak bermunculan tokoh yang
mengungkapkan mengenai konflik. Salah satu orang tersebut adalah Soejono
Sokanto dan Ahmadi yang mengungkapkan pendapat mengenai konflik sosial.
2.4 Bentuk-bentuk Konflik
Konflik terjadi bilamana masyarakat tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat sangat beragam mulai
dari fisik maupun jamani rohani. Pemenuhan kebutuhan ini dibutuhkan
masyarakat agar tetap hidup dan mampu bersosialisasi dengan baik. Namun
demikian, bilamana masyarakat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhanya akan
timbul konflik. Konflik yang ditimbulkan berasal dari dalam maupun luar
19
masyarakat tersebut. Konflik itu sendiri memiliki bentuk-bentuk yang beragam
perlu diketahui. Menurut Ahmadi (dalam Mustamin, 2016:187) dilihat dari segi
bentuknya, konflik sosial mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai
berikut:
2.4.1 Konflik Pribadi
Konflik pribadi yaitu pertentangan yang terjadi secara perseorangan
Ahmadi (dalam Mustamin, 2016:187). Konflik pribadi merupakan konflik yang
terjadi antar perorangan disebabkan oleh perbedaan pandangan mengenai suatu
masalah. Masalah yang timbul dalam konflik ini adalah masalah sosial. Masalah
sosial yaitu masalah yang ada disekitar individu tersebut. Masalah ini dapat
berakibat pada keberlangsungan sikap sosial individu tersebut terhadap
masyarakat maupun individu lainya. Tidak jarang terjadi permasalahan pada awal
perkenalan sudah menyimpan rasa ketidaksukaan. Apabila ketidaksukaan ini
berlangsung lama dan berkembang, maka timbulah rasa saling membenci. Pihak
yang terlibat akan berusaha memusnakan lawannya. Bentuk keidaksukaan dapat
berupa Maki-makian, penghinaan yang dilontarkan dan seterusnya sampai
mungkin timbul suatu perkelahian fisik. Apabila perkelahian dapat dilerai untuk
sementara, maka seolah-olah untuk seterusnya kedua-duanya tak mungkin
berhadapan muka lagi.
Konflik pribadi timbul atas dasar ketidak sukaan pada suatu hal yang ada
pada diri lawannya. Ketidak sukaan ini menimbulkan terjadinya berbagai macam
hal, misalnya prasangka. Prasangka nantinya akan menimbulkan kebencian.
Kebencian ini akan membawa perdebatan antara dua pihak yang merasa bahwa
dirinyalah yang paling benar satu sama lain. Perdebatan tidak akan bisa
20
terselesaikan apabila salah satu dari pihak tidak dapat menurunkan egonya. Ego
merupakan sifat yang sulit untuk dikontrol.
Konflik terjadi karena perbedaan pandangan antar individu atau masalah-
masalah yang muncul. Pandangan seseorang dengan yang lainya pastinya
berbeda-beda menurut pemikiran masing-masing. Hal tersebut tidak jarang
menimbulkan konflik yang mempertahankan pemikirannya sendiri. Konflik
pribadi sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Konflik pribadi juga timbul atas
dasar keegoisan manusia itu sendiri. Keegoisan muncul dalam diri seseorang
karena kecemburuan sosial anatar masyarakat. Kecemburuan berimbas pada
perilaku individu terhadap yang lain. Untuk mencegah kecemburuan ini perlu
adanya dukungan lembaga masyarakat yang berperan sebagai penengah. Bukan
hanya lembaga masyarakat saja melainkan perlunya menata pola pikir serta sikap
emosi seseorang.
Berpikir mengenai emosi merupakan bawaan sikap alam bawah sadar
seorang individu. Setiap individu memiliki pengontrolan emosi yang berbeda-
beda tergantung pada disendiri serta dorongan oranglain. Dorongan ini akan
membantu seseorang untuk berpikir positif tanpa memikirkan hal negatif. Konflik
pribadi dapat ditandai dengan adanya perbedaan pendapat, prasangka, ketidak
sukaan, kebencian, emosi serta ego.
2.4.2 Konflik Kelompok
Pertentangan yang terjadi secara kelompok seperti pertentangan antara
dua kelompok pelajar yang berbeda sekolah, antara kedua keseblasan sepak bola
dan lain-lain Ahmadi (dalam Mustamin, 2016:187). Konflik kelompok biasanya
dipicu oleh perbedaan kepentingan masing-masing kelompok. Konflik ini muncul
21
atas dasar persaingan antar kelompok untuk mendapatkan pengakuan di
masyarakat. Konflik juga dipicu oleh pemaksaan unsur-unsur tertentu,
diskriminasi terhadap hak-hak kelompok,dan tidak adanya toleransi antar
keberagaman.
Konflik kelompok terjadi misalnya dalam satu desa terdapat dua kubu atau
kelompok yaitu Utara dan Selatan. Konflik kelompok terdiri dari beberapa orang
yang memiliki pemikiran sama serta keinginan berkumpul untuk menyatukan visi-
misi. Konflik kelompok banyak terjadi pada sekumpulan yang ada di masyarakat
yang merasa bahwa dirinya memiliki kekuasaan. Konflik ini rawan memecahkan
memecahkan kelompok satu dan lainnya. Konflik kelompok memicu terjadinya
kekerasan yang akan berakibat fatal. Konflik hanya bisa diselesaikan apabila ada
penengah atau ada salah satu pihak menurunkan egonya untuk berdamai.
Konflik kelompok bukan hanya terjadi pada kelompok besar saja. Kelompok
kecil juga memungkinkan terjadinya konflik kelompok. Konflik kelompok di
dalam kelompok sendiri dapat terjadi karena ketidaknyamanan salah satu anggota
kelompok yang berakibat pada perpecahan kelompok tersebut. Konflik dari dalam
ini juga akan berakibat renggangnya anggota satu dan lainnya yang menyebabkan
perpecahan.
2.4.3 Konflik Rasial
Budaya yang bertabrakan antara satu sama lain menyebakan terjadinya
konflik ras. Konflik ras juga disebabkan oleh kepentingan yang berbeda. Konflik
ini terjadi karena perbedaan kepentingan antara satu orang dan lainnya berbeda.
Faktor budaya juga mempengaruhi konflik ini karena keberagaman budaya.
Kepentingan ini terkait dengan tujuan masing-masing individu. Konflik ras ini
22
sering terjadi di pedalaman karena minimnya pengetahuan sehingga berpikiran
sempit. Konflik juga menimbulkan perpecahan yang luas antar berbagai macam
ras.
Hidup bersama antar ras bukan jaminan bahwa yang terlihat merupakan
perdamaian. Kehidupan bersama ini rawan timbulnya konflik antar ras karena
pergeseran pemikiran. Terkadang yang terlihat baik belum tentu baik. Begitu pula
dengan ras ini, Indonesia yang kaya akan berbagai macam ras ini contohnya.
Sering terdengar berbagai gesekan atau pertengkaran baik hal kecil maupun besar.
Pertengkaran ini berujung pererangan untuk memperebutkan siapa yang layak
untuk tetap tinggal dan siapa yang akan pergi. Tidak jarang peperangan ini
menimbulkan korban jiwa dari kedua belah pihak.
Pencegahan permasalahn ini sering dilakukan tetapi tidak mengurangi
permusuhan ini. Kunci dari perbedaan yaitu toleransi antar sesama. Dimulai
dengan hal terkecil akan mengubah perbedaan menjadi persatuan.
2.4.4 Konflik Antarkelas Sosial
Konflik yang muncul karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan di
antara kelas-kelas yang ada di masyarakat. Perbedaan status sangat berpengaruh
dalam munculnya konflik, ketimpangan sosial membuat masyarakat berselisih
antara kalangan atas dan bawah. Ketimpangan ini sering dimanfaakan oleh kedua
belah pihak. Kalangan atas akan selalu menindas kalangan kecil untuk mencapai
tujuannya. Lain halnya dengan kalangan bawah yang sering memanfaatkan
kalangan atas agar segala kebutuhanya dipenuhi.
Konflik ini terjadi disebagian kalangan bawah dan atas. Perbedaan antar
kelas ini sering memicu konflik yang penyelesaiannya tanpa ujung. Konflik antar
23
kelas sosial ini sering muncul di masyarakat, dominasi antara satu pihak membuat
pihak yang lain merasa tertindas. Tidak ada yang pasti bagaimana kedua kelas
sosial akan bersatu, karena semua tetap akan bergantung pada masing-masing
pihak.
2.4.5 Konflik Politik
Konflik ini terjadi dikanakan yang menyangkut baik golongan-golongan
dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat. Konflik ini
biasanya dilandasi oleh perbedaan kepentingan maupun ideologi kelompok
politik. Perpecahan yang ditimbulkan juga berdampak pada masyarakat umum
bukan hanya kalangan politik saja.
Politik ini menyangkut kepentingan kelompok yang besar, konflik ini
berdampak pada perpecahan suatu kelompok. Perbedaan kepentingan juga
berdampak pada konflik. Politik jika dilihat, bukan hanya pada partai politik besar
saja melainkan di hal yang terkecil juga dinamakan politik. Konflik politik terjadi
guna memperebutkan kekuasaan atau tahta yang lebih tinggi dari yang dimiliki
suatu kelompok politik.
2.4.6 Konflik Budaya
Konflik budaya, yaitu pertentangan yang terjadi didalam masyarakat
akibat perbedaan budaya seperti pertentang antara budaya timur dan budaya barat
Ahmadi (dalam Mustamin, 2016:187). Perbedaan budaya juga menimbulkan
adanya konflik. Perbedaan budaya muncul karena kurangnya toleransi atas
keragaman budaya yang ada di masyarakat.
24
Perkembangan zaman yang semakin cepat juga mempengaruhi budaya.
Budaya juga mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan akan budaya
ini tidak dapat diterima oleh semua pihak. Sebagian pihak akan merasa bahwa
budaya lama harus dipertahankan sedangkan sebagian yang lainnya menerima
perubahan budaya yang ada. Perbedaan penerimaan ini menimbulkan konflik
yang luas. Konflik ini juga berakibat pada berbagai macam hal.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik
Konflik tidak akan mucul dengan sendirinya, pasti ada dorongan baik dari
dalam dirinya maupun yang ada dalam lingkungannya. Penyebab konflik muncul
dalam diri manusia beragam faktor yang mendasarinya. Namun terkadang faktor
yang menyebabkan munculnya koflik berasal dari luar diri atau eksternal.
Penyebab timbulnya konflik itu dikarenakan kurangnya kontrol sosial
yang masyarakat tidak diikuti dengan tindakan para penegak hukum sehingga
para pelanggar peraturan ini tidak akan merasakan ketakutan karena telah
memahami ketika melakukan peanggaran tidak akan mendapatkan.
Faktor yang menyebabkan terjadinya konflik sosial snagta beragam, dan
telah dikemukakan oleh berbagai macam pendapat para ahli. Salah satu yang
mengungkapkan mengenai faktor tersebut adalah Soerkanto (2004: 99) sebagai
berikut :
2.5.1 Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat . tidak
semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap
baik oleh satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya. Interaksi
sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang berlawanan
25
dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik. Pola
kebudayaan akan mempengaruhi pola pemikiran serta pendirian dari
kelompoknya ke kelompok yang lainnya.
Kebudayaan yang beragam memicu terjadinya konflik muncul karena
berbagai pandangan antara satu dan lainnya. Apabila ada kebudayaan baru
masyarakat mudah terpengaruh karena kurang pengetahuan. Seharusnya
perbedaan bukan menjadi pemisah tetapi perekat toleransi. Seperti yang sudah
dijelaskan bahwa apa yang terlihat bersama bukan berarti tanpa pertikaian.
Pertikaian bisa timbul dengan hal terkecil. Meskipun terlihat kecil namun
dampaknya sangat besar bagi semuanya. Sering terjadi kesalah pahaman
mengenai perbedaan budaya sehingga menimbulkan konflik.
2.5.2 Perbedaan Kepentingan
Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda
pula. Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.
Alam atau lingkungan geografis, Fisik, Kebiasaan ( dilarang dan tidak dilarang),
Kedaerahan, Sosial ( lapisan atas, menengah dan bawah), dan Bahasa.
Kepentingan memiliki sifat esensial yaitu kelangsungan hidup diri sendiri,
apabila individu mampu memenuhi kebutuhannya. Kepentingan ini dapat terlihat
baik secara fisik maupun batin. Misalnya saja secara batin dalam bentuk perhatian
maupun kasih sayang. Sedangkan secara fisik bisa dalam bentuk membantu orang
lain atau mendapatkan sebuah prestasi. Semua hal yang telah disebutkan
merupakan kepentingan individu. Hal ini berbeda dengan kepentingan kelompok
yang harus mengacu pada ideologi kelompok tersebut. Setiap kepentingan banyak
memiliki dampak baik positif maupun negatif.
26
2.5.3 Perubahan Sosial
Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat.
perubahan juga merusak tatanan yang sudah ada di mayarakat. Perubahan dapat
mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya
terjadilah konflik. Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara
keinginan individu dengan masyarakat. Perubahan baik lambat maupun cepat
akan terjadi seiring denga perkembangannya. Perubahan yang terjadi pada suatu
lembaga kemasyarakat akan diikuti oleh perubahan-perubahan pada lembaga
sosial. Perubahan sosial yang cepat biasanya menimbulkan disorganisasi yang
bersifat sementara karena berada dalam proses penyesuaian diri. Perubahan sosial
terjadi dalam fisik maupun non fisik karena kedua memiliki hubungan timbal
balik.
Perubahasn sosial terpengaruh oleh pola struktural serta proses sosialisasi
antara anggota kelompok maupun anggota baru atau masyarakat pendatang.
Struktur sosial menjangkau keluar dari kelompok tersebut.
2.6 Dampak Konflik Sosial
Suatu peristiwa yang terjadi pasti menimbulkan dampak atau akibat.
Dampak ini dapat bersifat sempit maupun luas. Dari segi sempit adalah dirinya
sendiri serta orang-orang disekitarnya. Selain itu disegi luas adalah masyarakat
luas yang tidak mengerti akan permasalahan ini namun diikut sertakan dalam
permasalahan yang dihadapi. Dampak dari konflik dapat menimbulkan hal yang
positif maupun negatif. Kedua hal ini tidak dapat dihindari dari suatu konflik.
27
Menurut Soekanto (2004, 103) dampak sebuah konflik terbagi menjadi
lima hal. Secara Soekanto lebih jelas tidak membedakan dampak kedalam hal
positif maupun negatif.
2.6.1 Tambahnya Solidaritas In-group
Bertambahnya solidaritas dalam suatu kelompok menandakan bahwa
hal tersebut bersifat postif. Hal positif ini membawa kerjasama yang kuat antara
anggota kelompok. Kerjasama yang dibangun akan mempererat suatu hubungan.
Konflik yang terjadi akan membuka pikiran seseorang atau kelompok untuk
menentukan pilihan untuk terlibat dalam konflik atau tidak. Pilihan ini akan
menentukan apakah sesorang itu memiliki solidaritas yang tinggi atau tidak.
Grup atau kelompok akan kokoh apabila anggotanya memiliki sikap
solidaritas antar sesama. Terkadang anggota memiliki ikatan yang kuat, apabila
satu ada masalah maka anggota yang lain akan membantu sampai selesai. Ikatan
ini terbangun seiring dengan kebersamaan yang telah dilalui bersama.
2.6.2 Pertentangan Antara Golongan-golongan terjadi dalam Satu
Kelompok Tertentu
Sebuah kelompok akan bertahan lama apabila satu sama lain saling
terikat. Anggota kelompok akan memiliki jiwa solidaritas yang tinggi saat
anggota yang lain bermaslaah. Kepedulian satu sama lain anggota dibangun dari
awal sebuah kelompok. Menyatukan visi misi untuk bersatu dalam keadaan
apapun.
Keadaan ini akan berbanding terbalik apabila salah satu anggota sudah
tidak merasa satu visi misi lagi. Anggota tersebut akan berdampak pada
28
kehancuran suatu kelompok. Tidak jarang anggota yang bermasalah tersebut akan
melakukan suatu hal yang akan merugikan anggota yang lain. Selain itu status
kelompok juga akan diragukan oleh kelompok yang lainnya.
2.6.3 Perubahan Kepribadian Antarindividu
Pertentangan yang berlangsung dalam kelompok atau antar kelompok
selalu ada orang yang menaruh simpati pada kedua belah pihak. Manusia
memiliki sifat simpati yakni merasa kasihan pada suatu hal atau manusia lainnya.
Perasaan ini terlepas dari suatu kelompok tersebut. Tidak dipungkiri ada
kelompok yang merasa dirinya benar dan yang lain salah. Sebaliknya kelompok
tersebut jelasa salah tapi merasa benar. Terkadang ada anggota yang merasa
bahwa dirinya tidak sanggup untuk berada dalam situasi tersebut.
Situasi ini membuat pribadi seseorang tertekan sehingga tidak
memperhatikan kondisinya. Individu saat tertekan dapat bertahan atau mundur
dalam situasi tersebut. Semua keputusan memiliki konsekuensi tersendiri. Apabila
bertahan individu dianggap memiliki solidaritas pada kelompoknya. Sebaliknya
apabila menyerah individu akan mendapatkan sebuah perilaku atau tindakan yang
kurang pantas dari kelompoknya. Individu yang memilih untuk mundur berarti
ingin memperbaiki serta berjalan di jalan benar.
2.6.4 Hancurnya Harta Benda dan Jatuhnya Korban
Hal negatif yang terjadi saat berkonflik yaitu hilangnya harta serta
memakan korban jiwa. Konflik antar dua pihak tidak akan memikirkan benar atau
salah. Meraka akan berkonflik sampai mendapatkan kedudukan atau status yang
29
dinginkan. Berbagai macam cara dilakukan untuk mendapatkan apa yang
dinginkan baik dengan sikap sportif maupun dengan kekerasan.
Kekerasan saat berkonflik akan menimbulkan kornban jiwa. Korban jiwa
yang berkonflik tidak dapat dikatakan sedikit. Kelompok yang satu dan lainnya
akan mempersiapkan sebuah startegi agar kelomponya yang berjaya. Namun, hal
ini berbanding terbalik dengan anggota yang meninggal. Anggota yang berkonflik
memiliki tekat untuk mempertahankan kelompoknya tanpa memikirkan dirinya
sendiri.
2.6.5 Akomodasi, Dominasi, dan Takluknya Salah Satu Pihak
Kelompok dianggap seimbang apabila menimbulkan akomodasi. Ketidak
seimbangan atara kedua belah pihak akan menimbulkan dominasi salah satu
pihak. Selain itu pihak yang kalah juga akan takluk dan tunduk dengan pemenag.
Keseimbangan suatu kelompok ini terlihat dari kekuatan serta anggota yang
memiliki kompeten. Sehingga saat berkonflik keduanya berimbang tidak ada yang
kalah atau menang.
Dominasi ini berbeda dengan seimbang apabila seimbang tidak ada yang
kalah dan menang. Dominasi akan satu kelompok akan mempengaruhi kelompok
yang lain. Kelompok yang mendominasi akan menekan lawannya dengan strategi
yang telah dibuat. Strategi ini akan membuat lawan menjadi tidak peracaya akan
kekuatan kelompoknya. Adanya dominasi di salah satu pihak akan memunculkan
kelompok yang kalah. Kelompok ini secara otomatis akan tunduk pada lawannya.