Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau melawan,
sedangkan “konsepsi” adalah pembuatan atau pertemuan antara sel telur (sel wanita)
yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan, kontasepsi
dapat menggunakan berbagai cara, baik dengan menggunakan hormone, alat ataupun
prosedur operasi. Tingkatan efektifitas dari kontrasepsi tergantung dari usia, frekuensi
melakukan hubungan seksual dan yang terutama apakah menggunakan kontrasepsi
tersebut secara benar. Banyak metode kontasepsi yang memberikan tingkat
efektivitas hingga 99% jika digunakan secara tepat. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindar dan mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sperma tersebut. (kusumaningrum, 2009:18)
2.1.2. Jenis-Jenis Kontrasepsi
Kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain aman, dapat
diandalkan, sederhana ( sebisa mungkin tidak perlu dikerjakan oleh dokter), murah
dapat diterima oleh orang banyak dan dapat dipakai dalam jangka panjang. Sampai
saat ini belum ada metode atau alat kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal ( Tedjo,
2009:17-24)
Menurut Tedjo, (2009:17-24) adapun beberapa jenis alat kontrasepsi, antara lain:
8
1. Metode sederhana
a. Tanpa alat
1) Pantang berkala
2) Metode kalender
3) Metode suhu badan basal
4) Metode lender serviks
5) Metode simpto-termal
6) Coitus interruptus
b. Dengan alat
a. Mekanis (barrier)
1) Kondom pria
2) Barrier intra vaginal antara lain: diafragma, kap serviks, spons dan kondom
wanita.
b. Kimiawi
1) Spermisid antara lain: vaginal cresm, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal
suppositoria, vaginal tablet dan vaginal soluble film.
2. Motede modern
a. Kontasepsi hormonal
1) Pil KB
2) AKDR (alat kontrasepsi dalam Rahim)/ IUD (Intra Uterine Devices)
3) Suntikan KB
4) Susuk KB
b. Kontrasepsi mantap
9
1) Medis Operatif pria (MOP)
2) Medis Operatif wanita (MOW)
Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi:
1. MKJP (Metode kontrasepsi jangka panjang),yang termasuk dalam kategori ini
adalah jenis susuk/implant,IUD,MOP,MOW.
2. Non MKJP (Non Metode kontrasepsi jangka panjang ),yang termasuk dalam
kategori ini adalah kondom,pil,suntik,dan metode-metode lain selain metode yang
termasuk dalam MKJP (fienalia,2011:15)
Berikut pembahasan singkat mengenai jenis-jenis kontrasepsi antara lain:
1. Pil KB
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormone estrogen dan
progesterone). pil berkerja dengan cara mencegah terjadinya penebalan dingding
Rahim. Efektivitas metode ini secara teoris mencapai 99% atau 0,1-5 kehamilan
per 100 wanita, pada pemakaian ditahun pertama bila digunakan dengan
tepat.tetapindalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih cukup tinggi yaitu
mencapai 0,7-7% keuntungan dan kerugian memakai pil KB antara lain:
a. keuntungan Pil KB
1) Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin
2) Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama
3) Reversibilitas tinggi
4) Efek samping sedikit
10
5) Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB
dapat
6) diberikan oleh petugas non medis yang terlatih
7) Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kanker
8) ovarium, kehamilan ektokpik, dan lain-lain
9) Relatif murah
b. Kerugian pil KB :
1) Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap
hari
2) Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi
3) Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu
4) Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa
5) Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual
2. Suntik
Kontrasepsi suntik yang biasa tersedia adalah Depo-provera yang hanya
mengandung Progestindan diberikan tiap 3 bulan. Cara kerja kontrasepsi suntik
yaitu dengan mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks, dan menghambat
perkembangan siklis endometrium. Efektivitas dari kontrasepsi suntik sangat
tinggi mencapai 0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan.
Angka kegagalan metode ini <1 kehamilan per 100 wanita per tahun. Keuntungan
dan kerugian metode ini adalah :
a. Keuntungan kontrasepsi Suntik :
1) Sangat efektif
11
2) Memberikan perlindungan jangka panjang selama 3 bulan
3) Bila digunakan bersama pil KB dapat mengurangi resiko yang ditimbulkan
karena lupa meminum pil KB
4) Tidak mengganggu senggama
5) Bisa diberikan oleh petugas non medis yang terlatih
6) Mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh Estrogen karena metode
ini tidak mengandung Estrogen
7) Relatif murah
b. Kerugian kontrasepsi suntik :
1) Berat badan naik
2) Siklus menstruasi kadang terganggu
3) Pemulihan kesuburan kadang-kadang terlambat
3. susuk atau Implant
Kontrasepsi susuk yang sering digunakan adalah Norplant. Susuk adalah
kontrasepsi sub dermal yang mengandung Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan
aktifnya. Mekanisme kerja Norplant yang pasti belum dapat dipastikan tetapi
mungkin sama seperti metode lain yang hanya mengandung Progestin. Norplant
memiliki efek mencegah ovulasi, mengentalkan lender serviks, dan menghambat
perkembangan siklis endometrium. Efektivitas Norplant sangat tinggi mencapai
0,05 – 1 kehamilan per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian. Angka
kegagalan Norplant<1 kehamilan per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama
12
pemakaian. Angka kegagalan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan metode
barier, pil KB, dan IUD. Keuntungan dan kerugian Norplant tantara lain :
a. Keuntungan susuk :
1) Norplant merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif
2) Tidak merepotkan dan tidak mengganggu senggama
3) Resiko untuk lupa lebih kecil dibandingkan pil KB dan suntikan karena
Norplant dipasang tiap 5 tahun
4) Mudah diangkat dan segera setelah diangkat kesuburan akseptor akan kembali
5) Pemasangan dapat dilakukan oleh petugas non medis yang terlatih
6) Dapat mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh Estrogen karena
Norplant tidak mengandung Estrogen
7) Lebih efektif secara biaya karena walaupun harganya mahal tetapi masa
pemakaiannya mencapai 5 tahun.
b. Kerugian susuk:
1) Efektivitas dapat berkurang bila digunakan bersama obat-obatan tertentu
2) Merubah siklus haid dan meningkatkan berat badan
3) Tergantung pada petugas
4) Tidak melindungi dari resiko tertularnya PMS
4. AKDR (Alat KOntrasepsi Dalam Rahim) atau IUD (Intra Uterine Devices)
IUD (Intra Uterine Devices) merupakan alat kecil berbentuk huruf T yang lentur
dan diletakkan didalam Rahim untuk mencegah kehamilan, efek kontrasepsi satu
alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan didunia. Efektifitas IUD sangat
13
tinggi sekitar 99.2%-99.9% tetapi IUD tidak memberikan perlindungan bagi
penularan penyakit menular seksual (PMS). Saat ini sudah ada modifikasi lain dari
IUD yang disebut IUS (Intra Uterine system). Bila IUD kontrasepsi berasal dari
lilitan tembaga dan bertahan selama 12 tahun maka pada IUS efek kontasepsi
melalui pelepasan hormon progeseteron dan efektif selama 5 tahun. Baik IUD
maupun IUS mempunyai benang plastic yang menempel pada bagian bawah alat,
benang tersebut dapat teraba oleh jari didalam vagina tapi tidak terlihat dari luar
vagina.
a. Jenis AKDR atau IUD
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain:
1) Copper-7
Jenis IUD copper-7 berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD
copper-T
2) Copper-T
Jenis IUD copper-T berbentuk T, tersebut dari bahan polyethelen dimana
pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga
halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.
3) Multiload
Jenis IUD multi load terbuat dari plastic (polyethelen) dengan dua tangan
kiri dan kanan berbrntuk sayap yang fleksibel. Ada tga jenis ukuran
multiload yaitu: standar, kecil dan mini.
14
4) Lippes loop
Jenis IUD lippes loop terbentuk dari polyethelen berbentuk huruf spiral
atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan control, dipasang benang
pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25mm (benang biru), tipe B
berukuran 27,5mm ( benang kuning) dan tipe C berukuran 30mm dan tebal
(benang putih). Keuntungan dan kerugian pemakaian IUD antara lain:
a. Keuntungan AKDR atau IUD:
(1) Efektivitas tinggi
(2) Dapat memberikan perlindungan jangka panjang sampai dengan 10
tahun
(3) Tidak mengganggu hubungan seksual
(4) Efek samping akibat Estrogen dapat dikurangi karena IUD hanya
mengandung Progestin
(5) Tidak ada kemungkinan gagal karena kesalahan akseptor KB
(6) Reversible
(7) Dapat disediakan oleh petugas non medis terlatih
(8) Akseptor hanya kembali ke klinik nila muncul keluhan
(9) murah
b. kerugian AKDR atau IUD
(1) perlunya pemeriksaan pelvis dan penapisan PMS sebulan
pemasangan
15
(2) Butuh pemeriksaan benang setelah priode menstruasi jika terjadi
kram, bercak atau nyeri.
(3) Akseptor tidak dapat berhenti menggunakan kapanpun ia mau
5. kondom
Kondom jenis kontrasepsi penghalang mekanik. Kondom Mencegah kehamilan
dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan sperma untuk masuk
kedalam vagina. Kondom pria terbuat dari bahan karet, plastik. Efektivitas
kondom sendiri tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 3-4 kehamilan per 100 wanita
selama tahun pertama.sedangkan kondom wanita terbuat dari plastic. Efektivitas
kondom pria antara 83-98% sedangkan efektifitas kondom wanita antara 79-93%.
Harap diperhatkan bahwa kondom pria dan wanita sebaiknya jangan dipakai
secara bersamaan. Pemakaian kondom memiliki ke untungan dan kerugian seperti:
a. keuntungan kondom:
1) Mencegah kehamilan
2) Memberi perlindungan terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)
3) Dapat diandalkan
4) Sederhana, ringan, disposable, dan mudah digunakan
5) Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau follow-up
6) Reversibel
7) Pria ikut aktif dalam kegiatan KB
8) Efektif segera setelah dipasang
16
9) Tidak mempengaruhi kegiatan laktasi
10) Dapat digunakan sebagai pendukung metode kontrasepsi lain
11) Tidak mengganggu kesehatan
12) Tidak ada efek samping sistemik
13) Mudah didapatkan dan tidak perlu resep dokter
14) Murah karena digunakan dalam jangka pendek
b. Kerugian kondom :
1) Efektivitas dipengaruhi kesediaan akseptor mematuhi instruksi yang
diberikan dan motivasi akseptor
2) Efektivitas tidak terlalu tinggi
3) Perlu menghentikan aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna
memasang kondom
4) Dapat mengurangi sensitifitas penis sehingga ereksi sukar
dipertahankan
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Kontrasepsi
Menurut Kusumaningrum (2009:33-34), Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah
salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih
dan membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia. Faktor-
faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain :
1. Faktor pasangan
a. Umur
b. Gaya hidup
c. Frekuensi senggama
17
d. Jumlah keluarga yang diinginkan
e. Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu
f. Sikap kewanitaan dan kepriaan
2. Faktor kesehatan
a. Status kesehatan
b. Riwayat haid
c. Riwayat keluarga
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan panggul
3. Faktor metode kontrasepsi
a. Efektivitas
b. Efek samping
c. Biaya
Alat kontrasepsi memang sangat berguna sekali dalam program KB namun
perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap
orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bias memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk
dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memilih alat kontrasepsi
yang digunakan antara lain:
1. Umur
2. Jumlah anak
3. Pengetahuan
4. Dukungan suami
18
2.1.4. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut World Health Organzation (WHO) Expert Commite Keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami dan istri serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga. (Maritalia,2012)
Pelayanan yang berkualitas juga perlu ditingkatkan dengan lebih
memperhatikan pandangan klien atau pengguna pelayanan (nugroho,2012). Intinya
keluarga berencana (KB) atau juga disebut family planning adalah suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakn jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat
kontasepsi sehingga dapat mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
(Maritalia,2012).
2.1.5. Tujuan Keluarga Berencana
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
A. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi
2. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi
19
3. Meningkatkan kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarakan kelahiran
2.1.6. Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat
membantu seseorang dalam mengambil keputusan juga merupakan suatu
pendekatan untuk mendukung pengambilan keputusan pada sebuah masalah
tertentu. Pengambilan keputusan adalah sebuah pemilihan dari beberapa
alternatif pilihan dengan harapan akan menghasilkan sebuah keputusan yang baik.
Sistem pendukung keputusan menggunakan data, memberikan antarmuka
pengguna (user interface) yang mudah digunakan, dan dapat menggabungkan
pemikiran pengambil Keputusan (Ranius,2014:340). Sistem pendukung keputusan
(SPK) merupakan bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem
berbasis pengetahuan atau manajemen pengetahuan yang dipakai untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dapat juga
dikatakan sebagai sistem computer yang mengolah data menjadi informasi untuk
mengambil keputusan dari masalah semi struktur yang spesifik.
Macam-macam metode Sistem Pendukung Keputusan yaitu:
1. Metode Regresi Linier
2. Metode B/C Ration
3. Metode NPV
4. Metode AHP
5. Metode ANP
20
Dengan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa sistem pendukung
keputusan bukan merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan merupakan
sistem yang membantu pengambilan keputusan untuk melengkapi informasi dari data
yang telah diolah secara releven dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang
suatu masalah dengan lebih cepat dan akurat. Sehingga sistem ini tidak dimaksudkan
untuk menggantikan pengambilan keputusan dalam proses pembuatan keputusan.
2.1.7. Analytical Hierarchy Process (AHP)
Model proses analitis berjenjang (Analytic Hierarchy Process)
diperkenalkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty pada era 1970-an. Model yang
berada diwilayah probabilistik ini merupakan model pengambilan keputusan dan
perencanaan strategis. Ciri khas dari model ini adalah penentuan skala prioritas
atas alternatif pilihan berdasarkan suatu proses analitis secara berjenjang,
terstruktur atas variabel keputusan (Dermawan, 2009:9).
Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan
efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat
proses pengambilan keputusan dengan mengurai persoalan tersebut kedalam bagian-
bagiannya. Metode AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan didasari
dari berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini
juga menggabungkan kriteria yang ditentukan dan logika sesuai aturan dari berbagai
persoalan, selanjutnya dengan menyeimbangkan dari berbagai pertimbangan yang
21
beragam menjadi hasil yang cocok untuk diterapkan. Struktur AHP menurut Ranius
(2014:345) yaitu :
1. Dekomposisi
Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-
bagian secara hierarki. Tujuannya untuk mendifinisikan dari yang umum sampai
khusus. Bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan dengan tujuan,
kriteria dan level alternatif. Himpunan alternatif dapat dibagi dengan lebih banyak
menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level
paling atas dari hirarki tersebut merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level
berikutnya mungkin memiliki beberapa elemen, dari elemen-elemen tersebut bias
dibandingkan apakah memiliki kepentingan yang hamper sama dan tidak memiliki
perbedaan yang terlalu mencolok. Bila perbedaan tersebut terlalu besar harus
dibuatkan level yang baru.
Gambar II.1.
Model Struktur AHP
2. Perbandingan penilaian/pertimbangan(comparative judgments)
Menggunakan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua
elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen
22
yang ada. Penilaian dapat menghasilkan skala penilaian yang berupa angka.
Perbandingan secara berpasangan dalam bentuk matriks bila dikombinasikan akan
menghasilkan prioritas.
Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan
menilai tingkat kepentingan satu elementerhadap elemen ainnya. Proses
perbandingan berpasangan dimulai dari level hirarki paling atas yang
ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A1, A2, dan A3. Maka
susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti
pada gambar matriks menurut Sarifah dan nita merlina (2015:92) di bawah
ini
Tabel II.1.
Matriks Perbandingan
c A1 A2 A3 A4
A1 1 2 3 4
A2 1/2 1 ….. ….
A3 1/3 ….. 1 ….
A4 1/4 ….. …… 1
3. Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas
dari kriteria yang bersangkutan di level atasnya dan menambahkan ke tiap elemen
dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan
23
prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari
elemen di level rendah sesuai dengan kriterianya.
Tabel II.2.
Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Tingkat
Kepentingan
Definisi
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit penting dibandingkan elemen yang lain
5 Elemen yang satu sangat penting dibandingkan elemen yang lain
7 Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak lebih penting dari pada elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan pertimbangan yang
berdekat
AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :
1. Aksioma Resiprokal
Aksioma ini menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan
berpasangan antara elemen A dan elemen B, dengan memperhitungkan C sebagai
elemen parent, menunjukkan berapa kali lebih banyak properti yang dimilik
elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)=1/PC (EA,EB). Misalkan jika A 5 kali
lebih besa daripada B, maka B=1/5 A.
24
2. Aksioma Homogenitas
Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu
jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mengandung nilai
kesalahan yang tinggi. Ketika hirari dibangun, kita harus berusaha mengatur
elemen-elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi
rendah dan inkonsistensi tinggi.
3. Aksioma ketergantungan
Aksioma ini menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak
bergantungpada elemen level dibawahnya. Aksioma ini membuat kita bisa
menerapkan prinsip komposisi hirarki.
AHP mempunyai prosedur dalam memecahkan suatu permasalahan yaitu :
1) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun
hierarki dari permasalahan yang dihadapi.
2) Menentukan prioritas elemen antara lain:
a) Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat
perbandibgan pasangan, yait membandingkan elemen secara berpasangan
sesuai kriteria yang diberikan.
b) Matrik perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk
mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen
yang lainnya.
3) Sintesis
Hal-hal yang dilakukan dalam langkah sintesis ini adalah :
a) Memjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.
25
b) Membagi setiap nilai dari kolom dengan toal kolom yang bersangkutan
untuk memperoleh normalisasi matriks.
c) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan
jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4) Mengukur Konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik
konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan betdasarkan
pertimbangan dengan langkah ini adalah sebagai berikut :
a) Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen
pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua
dan seterusnya.
b) Jumlahkan setiap baris.
c) Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang
bersangkutan.
d) Jumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya
disebut λ maks.
5) Hitung Consistecy Index (CI) dengan rumus :
CI = (λ maks – n)/n
Dimana n = banyaknya elemen
6) Hitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) dengan rumus :
CR = CI/IR
Dimana CR = Consistency Ratio
CI = Consistecy Index
26
IR = Indeks Rnadom Consistency
Tabel II.3.
Nilai Random Indeks (RI)
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
N 11 12 13 14 15
RI 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
7) Memeriksa Konsistensi Hierarki
Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki.
Namun jika Rasio Konsistensi (CI/CR) kuarang atau sama dengan 0,1, maka
hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.
2.2. Penelitian Terkait
Dalam tinjauan jurnal ini penulis menggunakan dua referensi jurnal yang
derhubungan dengan proses untuk penulisan skripsi ini.
Menurut Ranius, (2014) mengemukakan bahwa: Sistem Pendukung
Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang dalam
mengambil keputusan juga merupakan suatu pendekatan untuk mendukung
pengambilan keputusan pada sebuah masalah tertentu. Pengambilan
27
keputusan adalah sebuah pemilihan dari beberapa alternatif pilihan dengan
harapan akan menghasilkan sebuah keputusan yang baik. Sistem pendukung
keputusan menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna (user
interface) yang mudah digunakan, dan dapat menggabungkan pemikiran
pengambil Keputusan. Metode dalam sistem pendukung keputusan yaitu
metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode untuk
melakukan pengambilan keputusan secara ilmmiah dan rasional untuk
memberikan solusi terhadap masalah multi kriteria dan kompleks dengan
berbagai alternatif.
Menurut Yulidasari, dkk (2015) mengemukakakn bahwa: Indonesia merupakan
salah satu Negara berkembang yang memiliki beberapa issue kependudukan
antara lain pertumbuhan penduduk yang tinggi dan masalah kematian ibu. Salah
satu upaya pemerintah dalam rangka menekan jumlah kelahiran adalah
melalui program keluarga berencana. Program keluarga berencana di
Indonesia saat ini mengalami stagnan yang ditandai dengan tingkat partisipasi
masyarakat hanya mencapai 57,9%. Berdasarkan Riskesdas 2013 Program
keluarga berencana di Kalimantan Selatan baru mencapai angka 52,82%
untuk ibu yang menggunakan KB. Penelitian ini untuk menganalisa bahwa
ada hubungan antara pengetahuan ibu dan pekerjaan ibu dengan pemilihan
kontrasepsi suntik di Kota Paringin, Kalimantan Selatan. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan
28
pendekatan crosssectional. Sample yang diambil sebanyak 50 orang yang
mewakili penelitian dengan cara yang digunakan kuesioner. Responden
yang diambil dengan teknik non-probability sampling dengan metode
purposive sampling. Analisis data utama penelitian menggunakan uji
statistik Berdasarkan hasil, tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu
dengan pemilihan kontrasepsi suntik (pvalue=0,180). Namun, terdapat
hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemilihan kontrasepsi suntik (p=0,031,
atau=4,455). Jika pengetahuan ibu tentang metode dari kontrasepsi semakin
baik, semakin rasional dalam menggunakan alat kontrasepsi. Status pekerjaan
akan mempengaruhi status ekonomi keluarga. Sebuah keluarga dengan status
ekonomi tinggi mendorong pertumbuhan sebuah keluarga yang besar. Oleh
karena itu, perlu terus dilakukannya sosialisasi untuk membantu
pengetahuan umum akan manfaat dan dampak pemillihan penggunaan
kontrasepsi suntik.