26
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA: ADAPTASI PETANI PADI MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANA Pengantar Ketidakpastian musim sebagai akibat dampak perubahan iklim telah membingungkan petani untuk memulai musim tanam, memilih jenis tanaman dan beragamnya serangan organisme pengganggu tanaman sehingga memengaruhi hasil produksi pertanian mereka. Sedangkan petani padi tadah hujan bergantung pada kebutuhan air dan musim yang tepat untuk mendapatkan produksi padi yang optimal. Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani padi tadah hujan sebagai bentuk penyiasatan petani padi menghindari puncak hujan dan risiko bencana yang sering dialami oleh petani padi tadah hujan. Penyesuaian dilakukan didasarkan pengetahuan lokal yang diadaptasikan dengan teknologi untuk menentukan keputusan tanam petani padi atas paparan cekaman iklim. Bab ini menjelaskan dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian khususnya petani sebagai aktor utama yang bergantung sepenuhnya terhadap kondisi alam. Kemampuan petani dan kelembagaan sosialnya menjadi pilar dalam menghadapi berbagai risiko iklim dan bencana yang ditentukan oleh pengetahuan, ketrampilan, strategi petani dan jejaringnya. Perubahan Iklim Perubahan iklim merupakan realitas yang diangkat sebagai isu global yang akhir-akhir ini telah menjadi realitas dan isu lokal.

BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA:

ADAPTASI PETANI PADI

MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANA

Pengantar

Ketidakpastian musim sebagai akibat dampak perubahan

iklim telah membingungkan petani untuk memulai musim tanam,

memilih jenis tanaman dan beragamnya serangan organisme

pengganggu tanaman sehingga memengaruhi hasil produksi pertanian

mereka. Sedangkan petani padi tadah hujan bergantung pada

kebutuhan air dan musim yang tepat untuk mendapatkan produksi

padi yang optimal.

Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani

padi tadah hujan sebagai bentuk penyiasatan petani padi menghindari

puncak hujan dan risiko bencana yang sering dialami oleh petani padi

tadah hujan. Penyesuaian dilakukan didasarkan pengetahuan lokal

yang diadaptasikan dengan teknologi untuk menentukan keputusan

tanam petani padi atas paparan cekaman iklim.

Bab ini menjelaskan dampak perubahan iklim terhadap sektor

pertanian khususnya petani sebagai aktor utama yang bergantung

sepenuhnya terhadap kondisi alam. Kemampuan petani dan

kelembagaan sosialnya menjadi pilar dalam menghadapi berbagai

risiko iklim dan bencana yang ditentukan oleh pengetahuan,

ketrampilan, strategi petani dan jejaringnya.

Perubahan Iklim

Perubahan iklim merupakan realitas yang diangkat sebagai

isu global yang akhir-akhir ini telah menjadi realitas dan isu lokal.

Page 2: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

8

Pemahaman masyarakat tentang fenomena alam ini bervariasi, mulai

dari pengertian perubahan iklim yang sederhana dan dirasakan

sehari-hari sampai dengan pemahaman detail menggunakan berbagai

referensi akademik.

” ...saiki mangsa wis berubah mas...gak iso dibedhek maneh koyo mbiyen. Nek jare nang tipi kae iki sing jenengan perubahan iklim yo....”

(”...sekarang musim sudah berubah mas...sudah tidak bisa ditebak lagi seperti dulu. Kata orang di Televisi dinamakan perubahan iklim ya...”) (Mujono)

Perubahan iklim disebabkan oleh proses alam secara internal

maupun karena kekuatan eksternal, terutama kegiatan antroposentris

manusia yang secara terus menerus mengekstraksi sumber daya alam

sehingga merubah komposisi atmosfir dan tata guna lahan.

Gambar 2.1. Grafik Peningkatan temperatur dari tahun ke tahun,

IPCC, 2000.

Peningkatan gas CO2 sebagai pemicu pemanasan global, dari

tahun ke tahun meningkat sejak revolusi industri tahun 1900-an

(Gambar 2.1). Peningkatan gas CO2 tersebut menyebabkan kenaikan

Page 3: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Tinjauan Pustaka: Adaptasi Petani Padi Menghadapi Risiko Iklim dan Bencana

9

temperatur permukaan bumi yang berakibat pada keseimbangan pola

iklim yang sudah terjadi menjadi labil karena terdapat perubahan

tekanan udara akibat kenaikan temperatur, perubahan pola angin dan

perubahan pola hujan yang memengaruhi musim di setiap tempatnya.

Kecenderungan aktifitas manusia yang bergantung pada

bahan bakar fosil cenderung meningkat dari tahun ke tahun akan

meningkatkan emisi karbon dan selanjutnya menyebabkan kenaikan

temperatur global.

Proyeksi Emisi karbon global Proyeksi kenaikan temperatur global

Gambar 2.2. Grafik Peningkatan Jumlah Karbon dan Peningkatan

Temperatur, IPCC, 2000.

Perubahan iklim global dipicu oleh akumulasi gas-gas

pencemar di atmosfer terutama karbondioksida (CO2), metana (CH4),

dinitrooksida (N2O), dan klorofluorokarbon (CFC). United States Department of Agriculture (USDA, 2010) menyebutkan bahwa telah

terjadi kenaikan konsentrasi gas-gas pencemar tersebut sebesar 0,50-

1,85% pertahunnya. Konsentrasi tinggi dari gas-gas pencemar

tersebut akan memperangkap energi panas matahari yang

dipantulkan oleh permukaan bumi di zona atmosfer (Gambar 2.1).

Fenomena tersebut sering disebut sebagai efek rumah kaca (green house effect) yang diikuti oleh meningkatnya suhu permukaan bumi

yang diistilahkan sebagai pemanasan global (global warming).

Page 4: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

10

Pemanasan global akibat kegiatan antropogenik berdampak

pada perubahan iklim global. Laporan Penilaian Keempat (Fourth Assessment Report, AR4) Intergovermental Panel for Climate Change

(IPCC) menegaskan peran kontribusi kegiatan manusia (faktor

antropogenik) dalam meningkatkan konsentrasi Gas Rumah Kaca

(GRK) di atmosfer yang mempercepat laju peningkatan temperatur

permukaan rata-rata global hingga mencapai 0.74°C ± 0.18° selama

periode 1906–2005 (IPCC, 2007). Kecenderungan kenaikan

temperatur global (global warming) tersebut diyakini telah

mengakibatkan perubahan iklim di berbagai tempat di dunia saat ini

(UNDP, 2007; RAN API, 2014).

Dampak dari pemanasan global yang mengakibatkan

perubahan iklim tersebut telah terjadi juga di Indonesia yang ditandai

dengan perubahan pola dan distribusi curah hujan, meningkatnya

kejadian kekeringan, banjir dan tanah longsor. Perubahan pola dan

distribusi hujan tersebut berdampak pada produksi pertanian/gagal

panen, meningkatnya kejadian kebakaran hutan, meningkatnya suhu

di daerah perkotaan, serta naiknya permukaan air laut.

Perubahan iklim merupakan perubahan pola maupun

intensitas unsur iklim pada periode waktu yang dapat dibandingkan

(rata-rata 30 tahun). Perubahan iklim dapat berupa perubahan dalam

kondisi cuaca rata-rata atau perubahan dalam distribusi kejadian

cuaca (ekstrim) terhadap kondisi rata-ratanya. Kondisi yang dapat

diketahui, yaitu seperti: sering atau berkurangnya kejadian cuaca

ekstrim, berubahnya pola musim dan peningkatan luasan daerah

rawan kekeringan. Perubahan iklim merupakan perubahan pada

komponen iklim yaitu suhu, curah hujan, kelembaban, evaporasi,

arah, kecepatan angin, dan perawanan.1

IPCC (2001; 2007) yang menyebutkan bahwa “Perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistis untuk jangka waktu

1 http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Informasi_Iklim/Informasi_Perubahan_Iklim/ (tanggal 10 Januari 2015)

Page 5: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Tinjauan Pustaka: Adaptasi Petani Padi Menghadapi Risiko Iklim dan Bencana

11

yang panjang (biasanya dekade atau lebih)”. Sedangkan menurut

Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Republik Indonesia, perubahan iklim

yang dimaksud yaitu: ”Berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas manusia yang meyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan”. Perubahan iklim diukur berdasarkan

perubahan komponen utama iklim, yaitu suhu atau temperatur,

musim (hujan dan kemarau), kelembaban dan angin. Dari variabel-

variabel tersebut variabel yang paling banyak dikemukakan adalah

suhu dan curah hujan. 2

Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian

Balitbang Pertanian (BBSDLP, 2011) menyatakan bahwa

sektor pertanian adalah yang paling terancam, menderita dan rentan

(vulnerable) terhadap perubahan iklim. Sektor pertanian rentan

terhadap perubahan iklim terkait tiga (3) faktor utama, yaitu biofisik,

genetik, dan manajemen (ICCSR, 2010). Perubahan iklim berdampak

sangat nyata terhadap produksi pertanian bahkan gagal panen,

terutama tanaman pangan dan hortikultura. Hal ini disebabkan

karena tanaman pangan dan hortikultura umumnya merupakan

tanaman semusim yang relatif sensitif terhadap cekama3, terutama

cekaman (kelebihan dan kekurangan) air (Kurniawati, 2012).

Berdasarkan data pengamatan yang panjang, klimatolog

menyimpulkan pola musim telah berubah. Data pemantauan curah

hujan beberapa tahun terakhir menampakkan curah hujan tahunan

cenderung berkurang dengan musim hujan lebih singkat dan

kemarau lebih lama. Hujan saat ini cenderung mengumpul pada

2 http://www.bmkg.go.id/ (tanggal 10 Januari 2015) 3 Kurniawati (2012) menjelaskan istilah „cekaman‟ (stress) adalah perubahan mendadak dari cuaca atau musim yang memengaruhi pertumbuhan fisiologis tanaman khususnya tanaman sayur-sayuran yang sensitif terhadap perubahan cuaca.

Page 6: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

12

musim hujan saja sedangkan pada musim kemarau hujan cenderung

berkurang. Akibatnya, ketika saat musim hujan cenderung lebih

basah dan kemarau lebih kering. Kesimpulan ini berpijak pada data

dari 63 stasiun cuaca di seluruh Indonesia selama 40 tahun terakhir

(Aldrian, 2007).

Beberapa daerah di Indonesia berpeluang mengalami musim

kering tanpa hujan sama sekali. Sebaliknya, ada juga daerah yang

berpotensi mengalami kenaikan curah hujan, seperti Nusa Tenggara,

Banyuwangi, Sumbawa, Ampenan, dan Waingapu (Aldrian, 2007).

Ratag (2007) menunjukkan terjadinya perubahan pola pada awal

musim hujan dan kemarau. Kesimpulan ini didapat dengan

membandingkan data periode 1991-2003 dan data 1961-1990 (WMO

Standard). Seluruh data pengamatan stasiun cuaca di Indonesia

menunjukkan 22% awal musim kemarau teratur, 33% lebih cepat dan

45% lebih lambat dari biasanya. Sementara, pada musim hujan, 36%

data stasiun pengamatan memperlihatkan awal yang teratur, 40%

lebih cepat, dan 24% lebih lambat.

Perubahan iklim sudah berdampak pada berbagai aspek

kehidupan dan sektor pembangunan di Indonesia. Menurut Sutjahjo

dan Gatut (2007), dampak pemanasan global yang terjadi di daerah

tropis adalah kelembaban nisbi yang tinggi sehingga berdampak pada

kondisi seperti: peningkatan curah hujan, badai akan menjadi lebih

sering terjadi, air tanah akan lebih cepat menguap, beberapa daerah

akan menjadi lebih kering dari sebelumnya, angin akan bertiup lebih

kencang dengan pola yang berbeda-beda, terjadinya badai topan akan

menjadi lebih besar, beberapa periode yang sangat dingin mungkin

akan terjadi, pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

Pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim akan

berpengaruh kepada sektor pertanian. Secara teknis, kerentanan

sektor pertanian sangat berhubungan dengan sistem penggunaan

lahan dan sifat tanah, pola tanam, teknologi pengelolaan tanah, air,

dan tanaman, serta varietas tanaman (Las dkk., 2008).

Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian dapat

positif maupun negatif. Pada beberapa daerah, tejadi peningkatan

Page 7: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Tinjauan Pustaka: Adaptasi Petani Padi Menghadapi Risiko Iklim dan Bencana

13

konsentrasi CO2 di atmosfer dan radiasi matahari berakibat positif

untuk proses fotosintesis. Penelitian yang dilakukan pada kacang-

kacangan dengan simulasi cekaman suhu tinggi dan kekeringan

mengindikasikan peningkatan konsentrasi CO2 mampu menghi-

langkan pengaruh negatif dari cekaman lingkungan yang ada tersebut

(Indradewa dan Eka, 2009). Selain itu, kejadian la-nina 4 juga

memberikan dampak pada ketersediaan air untuk populasi pada

beberapa wilayah yang relatif kering menjadi meningkat dan

kesuburan tanahpun meningkat atau relatif lebih baik karena tanah

mengalami masa istirahat selama musim kemarau (aerasi tanah

meningkat) (Hendayana, 2012).

Dampak negatif dari perubahan iklim dianggap lebih besar

membawa kerugian bagi petani. Hujan merupakan unsur fisik

lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun

tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor

pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum (Lakitan, 2002).

Perubahan iklim memengaruhi pergeseran musim dan cuaca ekstrim.

Sektor pertanian akan mengalami kehilangan produksi akibat

bencana kering dan banjir yang silih berganti, kerawanan pangan

meningkat di wilayah yang rawan bencana kering dan banjir. Selain

itu tanaman pangan, hortikultura dan hutan dapat mengalami

serangan hama dan penyakit yang lebih beragam dan lebih hebat.

Tahun 1997-1998 dan 1992-1993 Indonesia terkena dampak buruk

dari bencana ENSO (El-Nino Southern Oscillation) 5 berupa

4 Laboratorium Cuaca dan Iklim Institut Teknologi Bandung (ITB) (http://weather.meteo.itb.ac.id/artikel6.php, tanggal 10 Agustus 2014) menjelaskan bahwa La Nina merupakan kondisi air laut di Pasifik Timur lebih panas dari kondisi normalnya yang menyebabkan adanya konveksi yang lebih besar dari normalnya di bagian Pasifik Timur. Akibatnya Indonesia pada saat La Nina memiliki curah hujan yang lebat. 5 Dari sumber yang sama dengan diatas, El-Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena alam yang muncul di Samudera Pasifik dan memengaruhi kondisi cuaca disekitarnya. El Nino terjadi karena suhu permukaan laut naik yang mengakibatkan nutrien yang berada di dasar laut terangkat keatas (upwelling) yang berakibat pada wilayah yang subur dan banyak ikan menjadi sebaliknya. Kejadian El

Page 8: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

14

kekeringan yang amat hebat dan penurunan produksi beras lebih dari

30 persen yang menyebabkan import beras mencapai angka tertinggi

5,8 juta ton pada tahun 1998 (Ditjen. Penataan Ruang- Dekimpraswil,

2010).

Peningkatan suhu udara juga dapat menyebabkan terjadinya

peningkatan laju transpirasi tanaman. Peningkatan konsumsi air pada

tanaman pangan akan mempercepat pematangan buah/biji,

menurunkan mutu hasil, dan mendorong berkembangnya hama

penyakit tanaman. Berdasarkan hasil simulasi tanaman, kenaikan

suhu sampai 2°C di daerah dataran rendah dapat menurunkan

produksi padi sampai 40%, sedangkan di dataran sedang dan tinggi

penurunan produksi sekitar 20% (Surmaini dkk., 2008 dalam

Surmaini dkk., 2010).

Dampaknya, petani mengalami perubahan pola musim tanam

yang mencolok selama beberapa tahun terakhir. Sebagian besar

petani mengatakan perubahan mulai nampak setelah tahun 2000.

Musim hujan 2006/2007 dirasakan yang paling berbeda dan ekstrim.

Musim hujan terlambat hingga tiga (3) bulan pada sejumlah daerah.

Ketidakpastian musim6 membingungkan petani dalam menentukan

waktu tanam dan jenis tanaman. Contohnya, pada musim tanam

kedua, tanaman padi petani sering mengalami kekeringan karena

hujan berakhir lebih cepat dari perkiraan. Banyak petani yang

membiarkan tanamannya mengering tetapi ada yang tetap berupaya

menyelamatkan padi dengan memompa air tanah. Namun biaya yang

dikeluarkan untuk membeli bahan bakar minyak membuat ongkos

produksi melonjak lebih besar dibandingkan biasanya (Siregar, dkk.,

2010).

Nino merupakan kebalikan dari La Nina sehingga Indonesia mengalami musim kemarau yang lebih panjang. 6 Istilah „ketidakpastian musim‟ digunakan sebagai sub judul penelitian oleh Siregar, dkk., (2010) merujuk pada istilah kekacauan musim atau cuaca karena petani sulit menentukan waktu musim tanam ketika menggunakan pranata mangsa (sistem penanggalan Jawa dalam menentukan musim tanam) dalam memulai musim tanam pertama. Istilah tersebut sama dengan climate variability yang digunakan oleh IPCC.

Page 9: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Tinjauan Pustaka: Adaptasi Petani Padi Menghadapi Risiko Iklim dan Bencana

15

Besarnya dampak perubahan iklim terhadap pertanian sangat

bergantung pada tingkat dan laju perubahan iklim di satu sisi, serta

sifat dan kelenturan sumber daya dan sistem produksi pertanian di

sisi lain (Sutjahjo dan Susanta, 2007). Dampak perubahan iklim yang

begitu besar merupakan tantangan bagi sektor pertanian. Peran aktif

berbagai pihak diperlukan untuk mengantisipasi dampak perubahan

iklim melalui upaya mitigasi dan adaptasi. Upaya antisipasi ditujukan

untuk menyiapkan strategi mitigasi dan adaptasi.

Adaptasi Petani Padi terhadap Perubahan Iklim

Variabilitas iklim 7 sebagai akibat pemanasan global meru-

pakan salah satu tantangan terpenting pada milenium ketiga.

Pemanasan global akan terus meningkat dengan percepatan yang

lebih tinggi pada abad ke-21 apabila tidak ada upaya

menanggulanginya (Surmaini dkk., 2010). Perubahan iklim

merupakan proses alami yang memiliki kecenderungan terus-

menerus dalam jangka panjang. Oleh karena itu, strategi adaptasi8

merupakan aspek kunci dalam rangka menyikapi perubahan iklim.

Menurut IPCC adaptasi mengacu pada mekanisme

penyesuaian baik dalam aspek ekologi, sistem sosial atau ekonomi

dalam merespon dampak yang terjadi akibat perubahan iklim. Hal ini

mengacu pada perubahan proses, praktik dan struktur untuk

mengurangi perubahan yang mungkin terjadi atau untuk

mendapatkan manfaat dari kesempatan yang berkaitan dengan

7 Siregar (2010), variabilitas iklim yang dimaksud adalah berubah-ubahnya iklim yang dipengaruhi oleh variabel-variabel iklim seperti temperatur (suhu), curah hujan, sifat hujan, intensitas hujan, frekwensi hujan, dan kelembaban udara. 8 Menurut UNDP (2007), mitigasi meliputi pencarian cara-cara untuk memperlambat emisi Gas Rumah Kaca (GRK) atau menahannya, atau menyerapnya ke hutan atau “penyerap‟ karbon lainnya. Upaya mitigasi bertujuan untuk menurunkan laju emisi GRK global sehingga konsentrasi GRK di atmosfer masih berada dalam tingkatan yang dapat ditolerir. Sementara itu adaptasi, mencakup cara-cara menghadapi perubahan iklim dengan melakukan penyesuaian yang tepat untuk mengurangi berbagai pengaruh negatifnya, atau memanfaatkan efek-efek positifnya (UNDP, 2007).

Page 10: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

16

perubahan iklim (Smit & Pilifosova, 2001; 879). Pada akhir tahun

1990-an, penelitian di bidang ilmu sosial telah menemukan

mekanisme lain untuk mengatasi perubahan iklim yaitu mekanisme

adaptasi. Grothmann dan Anthony (2003), menjelaskan alasan

penting adaptasi sebagai topik dalam penelitian perubahan iklim

adalah adaptasi dapat digunakan untuk menilai biaya atau risiko yang

terjadi akibat perubahan iklim, sehingga penting untuk melibatkan

adaptasi mandiri yang dipengaruhi oleh manusia atau yang terbentuk

secara alami. Grothmann dan Anthony (2003) juga menjelaskan

bahwa proses adaptasi terdiri dari empat tahap diantaranya adalah : 1)

Sinyal deteksi, suatu mekanisme untuk menentukan mana hal yang

harus ditanggapi dan mana hal yang diabaikan; 2) Evaluasi,

merupakan proses penafsiran sinyal dan merupakan bentuk evaluasi

dari konsekuensi yang akan muncul di masa yang akan datang; 3)

Keputusan dan tanggapan, merupakan proses yang menghasilkan

perubahan perilaku yang dapat diamati; dan 4) Umpan balik, yaitu

proses yang melibatkan pemantauan tanggapan yang merupakan hasil

keputusan penilaian.

Sistem iklim membutuhkan waktu reaksi yang panjang maka

meskipun dengan pengurangan emisi gas rumah kaca, suhu global

diperkirakan akan terus meningkat. Oleh karena itu, mitigasi saja

tidak dapat mencegah perubahan iklim, maka adaptasi diperlukan

untuk mengurangi dampak perubahan iklim terhadap sistem manusia

dan alam. Menurut Erikson (2011), adaptasi tidak terjadi tanpa

pengaruh dari faktor-faktor seperti sosial-ekonomi, budaya, politik,

geografis, ekologi dan kelembagaan yang membentuk interaksi

manusia dengan lingkungan.

Adaptasi Petani Menghadapi Ketidakpastian Iklim

Kemampuan adaptasi yang dimaksud adalah kemampuan

masyarakat untuk mampu menghadapi dan mengatasi perubahan

iklim pada saat ini dan dimasa datang. Kemampuan adaptasi tersebut

dapat dilakukan kolektif maupun individu dalam melakukan

Page 11: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Tinjauan Pustaka: Adaptasi Petani Padi Menghadapi Risiko Iklim dan Bencana

17

perencanaan, membuat keputusan serta melaksanakan upaya adaptasi

yang efektif termasuk indikator kemampuan adaptasi yang perlu

diperhatikan. Kemampuan adaptasi sendiri dipengaruhi oleh paparan

(exposure) dan tingkat kepekaan (sensivity). Paparan didefinisikan

sebagai sejauh mana perubahan iklim bersinggungan dengan sistem.

Sistem yang dimaksud adalah pola kehidupan dan penghidupan

masyarakat maupun ekosistem. Paparan berbeda dengan dampak.

Paparan masih pada tahap membahas seberapa luas ataupun seberapa

lama perubahan itu bersinggungan dengan masyarakat maupun

sumberdaya alam dan pada tahap berlangsungnya kejadian yang

menimbulkan dampak. Faktor penentu paparan adalah

kecenderungan iklim saat ini (musim), kejadian yang diakibatkan

iklim, perkiraan iklim, serta data masyarakat dan ilmuwan.

Sedangkan kepekaan (sensivity), didefiniskan sebagai dampak

dari perubahan iklim, meliputi dampak dari perubahan pola musim

jangka panjang, kejadian cuaca buruk jangka pendek/singkat, dan

bencana terkait perubahan iklim. Masyarakat memiliki kepekaan

yang berbeda, diantaranya berdasarkan sumber penghidupan.

Masyarakat yang bergantung pada lebih dari satu sumberdaya

memiliki kepekaan yang rendah terhadap dampak perubahan iklim

dibandingkan hanya pada satu sumberdaya saja. Petambak ikan di

pesisir memiliki kepekaan tinggi terhadap kenaikan permukaan laut

dibandingkan pembudidaya rumput laut pada lokasi yang sama.

Dalam menanggapi perubahan iklim petani akan berusaha

untuk mempertahankan usaha taninya dengan melakukan

penyesuaian praktik pertanian dengan kondisi iklim yang sedang

berlangsung. Adaptasi terhadap perubahan iklim disusun oleh

berbagai tindakan dalam masyarakat baik dilakukan oleh individu,

kelompok, dan pemerintah yang merupakan aktor adaptasi dalam

konteks kajian ini. Adaptasi dilatarbelakangi oleh berbagai faktor

termasuk perlindungan terhadap kesejahteraan dan keselamatan. Hal

tersebut dapat dilakukan secara individu atas dasar kepentingan

pribadi, atau tersusun dalam aksi pemerintah dan publik untuk

melindungi penduduknya (Adger dkk., 2005).

Page 12: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

18

Menurut Surmaini dkk. (2010) teknologi yang diadopsi

sebagai strategi adaptasi terhadap perubahan iklim yaitu: meliputi

penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas unggul tahan

kekeringan, rendaman, dan salinitas, serta pengembangan teknologi

pengelolaan air. Sedangkan Prager dan Posthumus (dalam Kalinda,

2011), berpendapat bahwa menggali pengetahuan dan persepsi dari

pengadopsi adalah penting dalam memengaruhi keputusan-keputusan

adopsi. Berdasarkan hasil penelitian Akponikpe dkk. (2010) di Sub

Sahara Afrika Barat ternyata para petani setempat mengetahui bahwa

telah terjadi perubahan iklim dalam 10 tahun terakhir ini, selain itu

petani lebih memilih mengadopsi strategi adaptasi dengan merubah

pola tanam daripada merubah memperbaiki kesuburan tanah dan

merubah manajemen pengelolaan tanah dan air. Hal tersebut

disimpulkan Akponikpe dkk. (2010) disebabkan faktor sosial ekonomi

petani yang menganggap bahwa merubah pola tanam adalah lebih

mudah dan efisien daripada mengadopsi konservasi tanah secara

teknis yang memerlukan modal yang lebih besar baik biaya maupun

tenaga kerja.

Hasil penelitian Kalinda (2011) di Zambia menunjukkan

bahwa sebagian besar petani mengaitkan perubahan iklim dengan

kekuatan-kekuatan supra natural. Dampak kejadian banjir dan

kekeringan yang dialami petani secara signifikan memengaruhi

peningkatan konsevasi lahan pertanian. Kesimpulan dari penelitian

tersebut menunjukkan bahwa lembaga penyuluh pertanian

konservasi kurang memberikan informasi mengenai keterkaitan

pertanian konservasi dengan strategi adaptasi terhadap perubahan

iklim karena petani hanya mengetahui bahwa teknologi yang adopsi

bertujuan untuk konservasi lahan dan air bukan sebagai bentuk

adaptasi perubahan iklim.

Dampak perubahan iklim yang menyebabkan ketidakpastian

musim tersebut, petani berupaya menyesuaikan diri (beradaptasi) dari

pola perubahan tersebut. Bentuk penyesuaian tersebut, dapat

dilakukan dengan berbagai cara bergantung pada kondisi geografis

dan kemampuan adaptasinya. Pola musim yang berubah tersebut

Page 13: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Tinjauan Pustaka: Adaptasi Petani Padi Menghadapi Risiko Iklim dan Bencana

19

membuat petani untuk melakukan berbagai upaya untuk menghadapi

ancaman pola musim yang berubah-ubah yang menyebabkan

serangan organisme penggangu tanaman semakin meningkat dan

tidak dapat diprediksi serta musim yang ekstrim. Petani juga

melakukan adaptasi dengan apa yang sudah mereka kenali dan

lakukan seperti pemajuan dan/atau pemunduran musim tanam untuk

menghindari puncak hujan atau hujan yang ekstrim. Upaya yang

dilakukan petani menyesuaikan dengan varietas (jenis) tanaman dan

kondisi wilayah yang memengaruhi pola produksi dengan

menyesuaikannya dengan pola curah hujan dan ketersediaan air

(Siregar, dkk., 2010).

Kebutuhan petani atas air mendorong pemerintah untuk

melakukan peningkatan kemampuan dalam mengenali cuaca dan

musim melalui Sekolah Lapang Iklim (SLI). Dalam SLI, petani

semestinya mendapatkan Informasi Perkiraan Musim (IPM) dalam

bentuk informasi yang menjelaskan tentang datangnya musim hujan

dan sifat hujan sehingga menjadi panduan atau saran bagi petani

untuk menentukan keputusan pola tanam. Bila musim hujan

diramalkan datang lebih awal dari biasanya, petani disarankan untuk

mempercepat waktu tanam. Sebaliknya, bila diprediksi musim hujan

lebih pendek atau curah hujan lebih rendah daripada biasanya, maka

petani direkomendasikan agar pada musim tanam kedua menanam

tanaman umur pendek atau yang hanya butuh sedikit air. Tetapi

petani tidak menggunakan informasi perkiraan musim ini karena

ketidakakuratannya (Siregar, 2009). Petani sering kecewa sehingga

tidak menggunakan informasi prakiraan iklim ketika petani

menyatakan bahwa prediksi (ramalan) ternyata tidak sesuai dengan

kenyataan. Petani menyimpulkan prakiraan tersebut tidak bisa

diandalkan (Boer, et al., 2003 dalam Siregar 2009). Para ahli telah

lama mengamati respon petani dalam menggunakan informasi yang

sifatnya „berpeluang‟ mendekati tepat. Pengetahuan kita mengenai

hal ini masih terbatas (Roncoli, 2006 dalam Siregar 2009). Kendala

lain dalam pemanfaatan informasi ini adalah bahasa yang dipakai

dalam menjelaskan ramalan cuaca. Istilah yang digunakan kadang

sulit dipahami petani. Pemerintah dan ahli menyimpulkan jalan

Page 14: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

20

terbaiknya adalah menerjemahkan informasi prakiraan iklim ke

dalam ‟bahasa petani‟ (Boer, et al., 2003; Roncoli, 2003 dalam Siregar

2009). Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk mempertahankan

petani untuk bertahan dari ketidakpastian musim dari dampak

perubahan iklim atas sumber penghidupannya.

Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi adaptasi

petani menghadapi perubahan iklim, yaitu:

1. Risiko Iklim

Perubahan cuaca yang berganti ganti dan cenderung cepat

(anomali) pada musim berakibat pada bentuk kerentanan yang

berpengaruh terhadap risiko yang diterima oleh penanggap seperti

petani, nelayan atau kelompok rentan lainnya. IPCC (2007)

menyebutkan bahwa kerentanan iklim dipengaruhi oleh tingkat

keterpaparan (exposure) kepekaan (sensivity) dengan kapasitas

adaptasi (Adaptive Capacity). Siregar (2012) menegaskan bahwa

kerentanan lebih ditekankan pada perubahan jangka panjang yang

diakibatkan oleh perubahan iklim. Tantangan dalam penilaian

kerantanan iklim dapat dilakukan dengan membandingkan

kerantanan saat ini, dengan kerentanan yang akan datang serta proses

adaptasi dalam berbagai tingkat. Kerentanan perubahan iklim

menekankan pada manusia dibandingkan ruang karena dipengaruhi

oleh fenomena sosial yang berkaitan dengan kelompok sosial

tertentu, ekonomi, dan politik serta tidak menisbikan kajian dampak

kerusakan sumber daya alam dan infrastruktur.

Tingginya kerentanan iklim akan memengaruhi risiko iklim

untuk memprediksi dampak iklim terhadap pola perubahan iklim

pada wilayah tertentu. Risiko iklim merupakan bentuk dampak yang

akan diterima dari skala kemungkinan (likelihood) yang akan terjadi

dengan konsekwensi (consequency) yang akan diterima. Nilai

kemungkinan merupakan prediksi yang didasarkan pada tingkat

keterpaparan dengan kepekaan. Sedangkan konsekwensi merupakan

dampak yang akan diterima jika dipertemukan dengan skala

kemungkinan (keterpaparan dan kepekaan) (GIZ, 2014).

Page 15: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Tinjauan Pustaka: Adaptasi Petani Padi Menghadapi Risiko Iklim dan Bencana

21

2. Bentuk Tanggapan Atas Risiko Iklim

Variabel iklim9tersebut merupakan bagian penting dari model

prediksi pelaku dalam menentukan bentuk mitigasi dan adaptasi yang

dibutuhkan dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang akan

ditanggapi pelaku untuk mempertahankankan sumber

penghidupannya. Bentuk penyesuaian yang dilakukan oleh pelaku

sebagai penanggap (aktor/pelaku) atas dampak perubahan iklim

dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi pelaku yang dipengaruhi oleh

lima (5) aspek yang mendukung kemampuan tersebut: 1) manusia; 2)

sosial budaya; 3) ekonomi dan teknologi; 4) lingkungan dan sumber

daya alam; dan 5) infrastruktur dan dukungan pihak lain. Secara

spesifik Siregar (2012) menyusun patokan (benchmark) untuk

memastikan pelaku (aktor) pada masyarakat pesisir mampu

menghadapi dampak pola perubahan iklim atas lima (5) aspek

tersebut yang terlihat pada Lampiran 1.

3. Iklim Ekstrim sebagai Bencana

Kerentanan iklim dipengaruhi atau memengaruhi ancaman

(hazard) hydrometeorologis dalam menghadapi kondisi ekstrim

seperti yang terjadi pada curah hujan yang tinggi maupun pada

kondisi curah hujan yang rendah (Twigg, 2007). Tanda alam yang

dirasakan petani maupun nelayan, lebih bersifat pada intensitas dan

sifat hujan pada setiap cuaca atau musim yang memengaruhi

tumpuan hidupnya. Bahkan iklim ekstrim berdampak pada bencana

alam karena ancaman yang dipicu oleh ketidakpastian iklim maupun

iklim ekstrim dan tingkat keterpaparannya.

Dalam perspektif analisa risiko, bencana dipandang sebagai

persoalan kerentanan, dan terjadi ketika suatu ancaman bencana

terjadi di masyarakat rentan yang tidak memiliki kapasitas atau yang

memiliki kapasitas rendah untuk mengatasi dampak negatif suatu

bencana. Sehingga bencana merupakan produk sosial, ekonomi dan

9Siregar (2010) menjelaskan variabel iklim yang dimaksud adalah temperatur, curah hujan, kelembaban, intensitas dan frekwensi hujan.

Page 16: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

22

politik (Heijkman, 2006). Kerentanan sendiri merupakan kumpulan

maupun rentetan keadaan yang melekat pada masyarakat yang

mengarah dan menimbulkan konsekwensi (fisik, sosial ekonomi, dan

perilaku) menurunnya daya tangkal dan daya tahan masyarakat

sehingga berpengaruh buruk terhadap upaya pencegahan dan

penanggulangan bencana (Eko Teguh Paripurno dalam Adi Nugroho,

2009).

Heijkman (2006) menyebutkan bahwa kerentanan

merupakan kondisi jangka panjang yang secara negatif memengaruhi

kemampuan masyarakat untuk melindungi diri sendiri, atau

mengatasi, atau melakukan pemulihan secara mudah dari dampak

negatif suatu bencana. Kondisi tersebut ada sebelum bencana; dan

akan meningkatkan dampak suatu (jika ada) bencana. Kerentanan

sosial muncul akibat kemiskinan, ketidakamanan, kerusakan

lingkungan, keterbatasan sumber daya, tata kelola pemerintahan

yang tidak baik, sehingga kerentanan sifatnya dinamis atau bisa

berubah-ubah. Gambar berikut ini menunjukkan faktor kerentanan

masyarakat yang menimbulkan bencana.

Meningkatkan Kerentanan

Paparan Fisik thd Bencana Bencana Proses munculnya Kerentanan

Ancaman Bencana Kondisi Dinamika Akar

Tidak aman Tekanan Penyebab1. Gempa bumi Elemen beresiko Lokasi berbahaya Keterbatasan akes thd

kebijakan menuju

Banjir Rumah tdk aman sumber daya, layanan distribusi tdk adil

Topan Mata pencaharian tdk aman dasar, pasar, sumber daya,

Kekeringan mata pencaharian tdk tetap proses pembuatan layanan, kekayaan

Gunung meletus Tidak ada tabungan keputusan politik kekuasaan

Perang Ketrampilan rendah

Polusi Tdk ada JPS kembalinya pengungsi Kebijakan/struktur

Hama Tdk ada layanan dasar ketidakamanan menuju akses

Tanah longsor Rendahnya persatuan tdk ada kontrol perdagangan kekuasaan yg tdk

dst. Kesadaran rendah Deforestasi adil, bias posisi

Migrasi Negara & militer

Hukum yg tdk berpihak

Tdk ada dana pemerintah Ideologi: peran

gender, definisi

hak, ideologi

politik & ekonomi

The ‘Disaster Crunch Model’ (modified and adapted from Blaikie et al, 1994, At Risk, Natural Hazards, people’s vulnerability and Disasters ,

Routledge, London)

Gambar 2.3 Model Kegentingan Bencana, Heijkman, 2006.

Page 17: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Tinjauan Pustaka: Adaptasi Petani Padi Menghadapi Risiko Iklim dan Bencana

23

Sedangkan kapasitas masyarakat merupakan gabungan cara,

kekuatan yang tersedia di kelompok masyarakat dan kelembagaan

sosial yang memungkinkan masyarakat memiliki daya tangkal dan

daya tahan untuk mengurangi tingkat risiko atau akibat bencana.

Yang perlu diperhatikan adalah masyarakat bukan korban pasif yang

hanya menerima bantuan dari luar atau tidak punya kemampuan atau

kapasitas. Masyarakat dapat aktif berpartisipasi dalam memulihkan

kehidupan dan mata pencaharian mereka sehingga kapasitas

masyarakat harus diakui dan dikuatkan atau ditingkatkan.

Pengelolaan risiko bencana berbasis masyarakat merupakan upaya

atau usaha masyarakat dalam menemukenali semua ancaman atau

bahaya beserta pemicu terjadinya bencana dan tingkat keterpaparan

jika bencana terjadi dengan mengurangi kerentanan masyarakat dan

meningkatkan kapasitas masyarakat (Nugroho, 2009).

Kemampuan Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim

Adaptasi sangat tergantung pada kemampuan aktor dalam

beradaptasi dari suatu wilayah. Adger, et al., (2007) menyatakan

bahwa adaptasi merupakan kemampuan sistem atau komunitas untuk

mengatasi dampak dan risiko perubahan iklim, termasuk kemampuan

untuk menentukan perilaku terhadap penggu-naan sumber daya dan

teknologi. Kemampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim

pada setiap komunitas (masyarakat) adalah berbeda. Banyak individu

dan kelompok diantara masyarakat yang memiliki kemampuan

rendah untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim.

Peningkatan kemampuan adaptasi merupakan praktik cara

mengatasi perubahan dan ketidakpastian dalam perubahan iklim,

termasuk variabilitas iklim dan iklim ekstrem. Peningkatan

kemampuan adaptasi diperlukan untuk mengurangi kerentanan,

terutama untuk daerah, bangsa, dan kelompok sosial ekonomi yang

paling rentan. Seperti pernyataan Smith, et al. (2003), bahwa

peningkatan kemampuan adaptasi dapat mengurangi kerentanan dan

mendorong pembangunan berkelanjutan (Smith, et al., 2003).

Page 18: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

24

Faktor-faktor umum yang memengaruhi kemampuan

adaptasi yaitu: pendidikan; pendapatan; dan kesehatan, beberapa

faktor khusus yang memengaruhi kemampuan adaptasi yaitu: tingkat

kerentanan, institusional, pengetahuan, dan teknologi (Adger, et al.,

2007). Sedangkan United Nations Task Team (2011) menyatakan

bahwa kemampuan adaptasi dipengaruhi oleh banyak faktor non-

iklim dan sosial ekonomi seperti: kesehatan, keterampilan,

pengetahuan, pendidikan, modal sosial, infrastruktur, sumber daya

alam dan modal keuangan. Penelitian lain menunjukkan bahwa

kemampuan adaptasi tidak hanya ditentukan oleh faktor ekonomi

dan pengembangan teknologi saja tapi juga ditentukan oleh faktor

sosial seperti jaringan sosial dan kelembagaan serta struktur

pemerintahan (Klein dan Smith, 2003 dalam Adger, et al., 2007).

IPCC mengidentifikasi faktor sosial ekonomi masyarakat atau

wilayah yang dianggap menentukan kemampuan adaptasi dan bentuk

adaptasi (Smit & Pilifosova, 2001., dalam Grothmann dan Patt, 2003)

diantaranya adalah: kekayaan ekonomi (sumber daya), akses

teknologi, akses informasi dan keterampilan, infrastruktur dan

kelembagan. IPCC (2001) menjelaskan bahwa adaptasi tergantung

pada waktu, capaian dan motif sehingga adaptasi dapat

diklasifikasikan menjadi 3 bentuk usaha adaptasi, yaitu: 1) adaptasi

reaktif atau antisipatif, 2) mandiri atau kolektif, 3) terencana dan

otomatis. Bentuk usaha dalam beradaptasi tersebut memengaruhi

manusia menghadapi perubahan iklim. Adaptasi dapat juga

berlangsung dalam waktu panjang atau pendek, lokal atau pada

wilayah yang lebih luas.

Modal Dalam kelembagaan Sosial

Pengaruh Habitus sebagai Modal dalam Kelembagaan Sosial

Pengaruh aktor dalam mengambil keputusan untuk menjadi

aktor dalam mengambil tindakan sangat dipengaruhi oleh kondisi

sosial dan struktur sosial masyarakat. Kondisi tersebut oleh Bourdieu

(1999) disebut sebagai habitus. Bourdieu menjelaskan bahwa habitus

Page 19: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Tinjauan Pustaka: Adaptasi Petani Padi Menghadapi Risiko Iklim dan Bencana

25

merupakan hasil dari dialektika yang terbentuk dari konteks dimana

tempat aktor berada yang menghasilkan pemikiran untuk menghasil-

kan pilihan aktor itu sendiri. Dalam menentukan pilihan, aktor

menggunakan pertimbangan mendalam berdasarkan kesadaran,

meski proses pembuatan keputusan ini mencerminkan berperannya

habitus. Habitus menyediakan prinsip-prinsip yang dijadikan dasar

oleh aktor dalam membuat pilihan dan memilih strategi yang

digunakan dalam kehidupan sosial, aktor bertindak menurut cara

yang masuk akal (reasonable) dimana logika sangat berpengaruh

terhadap tindakan yang diambil oleh aktor berdasar pada habitusnya.

Selain itu, keputusan aktor yang bertindak atas logika juga pengaruhi

oleh keyakinan yang memiliki nilai atau dianggap bernilai oleh aktor

sehingga keyakinan merupakan dasar aktor dalam bertindak.

Ruang logika dan tindakan pada habitus merupakan arena

dari pertarungan, perjuangan, arena adu kekuatan, antara dominasi

dan konflik antar individu, antar kelompok demi mendapatkan

posisinya. Posisi-posisi ini ditentukan oleh banyaknya kapital atau

modal yang mereka miliki. Semakin banyak jumlah dan jenis modal

yang mereka miliki, maka ia akan mendapatkan posisi terbaik dalam

arena tersebut, atau menduduki posisi yang dominan dalam suatu

arena. Bourdieu menjelaskan empat (4) jenis modal yang dimiliki

seorang aktor, yaitu: 1) Modal ekonomi: segala bentuk modal yang

dimiliki yang berupa materi, misalnya uang, emas, mobil, tanah, dan

lain-lain; 2) Modal sosial: terdiri dari hubungan sosial yang bernilai

antara individu, atau hubungan-hubungan dan jaringan hubungan-

hubungan yang merupakan sumberdaya yang berguna dalam

penentuan dan reproduksi kedudukan-kedudukan sosial.; 3) Modal kultural: meliputi berbagai pengetahuan yang sah; dan 4) Modal simbolik: berasal dari kehormatan dan prestise seseorang10.

10 Coleman (1998) melengkapi kajian Bourdieu dengan melihat modal sosial berdasarkan fungsinya dimana modal sosial tercakup dua (2) hal penting yaitu: (1) modal sosial mencakup aspek tertentu dari struktur sosial; dan (2) modal sosial memfasilitasi pelaku (aktor) bertindak dalam struktur tersebut. Coleman juga mengembangkan pemahaman modal sosial yang meliputi asosiasi (hubungan)

Page 20: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

26

Dalam menentukan pilihan, aktor menggunakan pertim-

bangan berdasarkan kesadaran dan selama proses pembuatan

keputusan merupakan cerminan habitus. Habitus menyediakan

prinsip-prinsip yang dijadikan sebagai dasar oleh aktor dalam

membuat pilihan dan memilih strategi yang digunakan dalam

kehidupan sosial, aktor bertindak menurut cara yang masuk akal

(reasonable). Aktor mempunyai perasaan dalam bertindak, berdasar

logika ketika aktor bertindak atau disebut sebagai logika tindakan.

Bourdieu menyatakan bahwa logika tindakan (logika praktis)

berbeda dengan rasionalitas (logika formal). Terdapat konsep relasio-

nalisme dari Bourdieu yang digunakan untuk menuntun individu

untuk mengakui bahwa habitus bukanlah struktur yang tetap, tidak

dapat berubah, tetapi beradaptasi dengan individu yang dinamis di

hadapan situasi yang saling bertentangan di mana setiap aktor berada.

Kerja waktu (habitus dan pengalaman praktis berdasar waktu dan

logika) pun juga bisa memengaruhi praktik seseorang dalam

melakukan suatu tindakan.

Berbagi pengetahuan merupakan bentuk nyata dari model

kelembagaan petani yang kadang dibangun pada kelembagaan formal

dan informal. Kelembagaan sosiologis petani yang informal dan oleh

negara menjadi kelembagaan formal. Kelembagaan yang terbentuk

tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan karena saling

memengaruhi. Kelembagaan sosiologis ini, adaptif terhadap

tanggapan dan relatif dibentuk oleh faktor di luar kelembagaan

dimana pada beberapa kasus bersifat sementara karena dibentuk

vertikal dan horisontal. Asosiasi vertikal ditandai dengan hubungan yang bersifat hirarkis dan pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antar anggota masyarakat. Hubungan semacam ini mempunyai konsekuensi positif maupun negatif. Sedangkan asosiasi horisontal adalah hubungan yang sifatnya egaliter dengan pembagian kekuasaan yang lebih merata. Sedangkan Putnam (1993), menjabarkan modal sosial sebagai seperangkat asosiasi antar manusia yang bersifat horisontal yang mencakup jaringan dan norma bersama yang berpengaruh terhadap produktivitas suatu masyarakat. Intinya Putnam melihat modal sosial meliputi hubungan sosial, norma sosial, dan kepercayaan (trust).

Page 21: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Tinjauan Pustaka: Adaptasi Petani Padi Menghadapi Risiko Iklim dan Bencana

27

untuk menanggapi kebijakan atau persoalan yang dihadapi

sementara. Jika kelembagaan ini merupakan bentuk adaptif dari

kelembagan kultural tentu dapat dibedakan karena memiliki

kelentingan (kelenturan) dalam penyesuaian sosialnya sebagai akibat

modernisasi. Tetapi jika kelembagaan sosiologis terjadi ditengah jalan

untuk menanggapi persoalan atau kebijakan kadang tidak bersifat

permanen atau sementara karena dibentuk oleh faktor dari luar dan

memiliki ketergantungan. Kelembagaan kultural maupun

kelembagaan sosiologis, hanya dapat dianalisa dari sejarah

pembentukannya dan faktor-faktor yang membentuknya. Pengakuan

atas kelembagaan ini juga secara politik diakui sebagai kesepakatan

lingkungan secara internasional (konvensi) seperti pengakuan hak

ulayat masyarakat adat (historis) maupun hak-hak kewarganaegaraan

(Amenta, et al., 2010).

Jejaring Sosial dan Tindakan Kolektif

Penekanan modal sosial adalah membangun jaringan

(networks) dan adanya pemahaman norma bersama. Tetapi perlu

disadari pemahaman norma bersama belum cukup menjamin

kerjasama antar individu karena bisa saja ada yang tidak taat (moral hazard). Oleh karena itu dibutuhkan sanksi sosial yang bersifat

informal sehingga kualitas hubungan dan interaksi sosial tetap terjaga

dengan baik. Sanksi sosial dimaksudkan agar tidak terjadi deviasi

terhadap norma yang ada (Coleman 1998; Iyer, 2005). Sehingga yang

dimaksud dengan modal sosial yaitu sistem nilai yang dianut bersama

dan aturan tentang perilaku sosial masyarakat yang di dalamnya

sudah meliputi kepercayaan dan tanggung jawab sosial. Artinya,

modal sosial berpengaruh terhadap lingkungan sosial dan lingkungan

politik yang kemudian ikut membentuk norma tentang

pemerintahan, aturan hukum, dan kebebasan politik (North, 1990

dalam Narayan, 1999).

Modal sosial bagi Bourdieu (1999) adalah relasi sosial yang

dapat dimanfaatkan seorang aktor dalam rangka mengejar kepen-

Page 22: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

28

tingannya. Bourdieu mendefinisikan modal sosial sebagai sumber

daya yang dimiliki seseorang ataupun sekelompok orang dengan

memanfaatkan jaringan, atau hubungan yang terlembaga dan ada

saling mengakui antar anggota yang terlibat di dalamnya. Dari

definisi tersebut ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam

memahami modal sosial yaitu: pertama, sumber daya yang dimiliki

seseorang berkaitan dengan keanggotaan dalam kelompok dan

jaringan sosial. Besarnya modal sosial yang dimiliki seseorang

tergantung pada kemampuan orang tersebut memobilisasi hubungan

dan jaringan dalam kelompok atau dengan orang lain di luar

kelompok. Kedua, kualitas hubungan antar aktor lebih penting

daripada hubungan dalam kelompok. Bourdieu melihat bahwa

jaringan antar aktor yang bersifat sosiologis tidak bersifat alami,

melainkan dibentuk melalui strategi investasi yang berorientasi

kepada pelembagaan hubungan kelompok yang dapat dipakai sebagai

sumber untuk meraih keuntungan.

Bourdieu menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan aktor

dipengaruhi oleh aktor lain didasarkan pada habitus pada ruang atau

arena merupakan bentuk tindakan bersama untuk mencapai tujuan

tertentu. Relasionalisme antara individu yang dipengaruhi oleh

kapasitas aktor dalam habitusnya merupakan tindakan kolektif yang

melembaga dalam proses ruang dan waktu tertentu. Tindakan

kolektif pada ruang dan waktu tersebut tidak berdiri sendiri tetapi

berjejaring dengan aktor atau kelompok lain sebagai pengejewan-

tahan tindakan kolektif pada waktu dan ruang yang berbeda.

Adaptasi Perubahan Iklim Dalam Pembangunan

Berkelanjutan

Laporan World Commission of Environment and Development (dalam Djayadiningat, 2003) yang berjudul “Our

Common Future” menyebutkan rumusan tentang “Sustainable Development”, sebagai berikut:

Page 23: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Tinjauan Pustaka: Adaptasi Petani Padi Menghadapi Risiko Iklim dan Bencana

29

“Sustainable Development is defined as development that meetthe needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs”

(Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri)

Komponen dasar pembangunan berkelanjutan mengenali tiga

komponen, yaitu: komponen pembangunan lingkungan, ekonomi

dan sosial dimana ketiga komponen tersebut merupakan komponen

yang saling berinteraksi dan saling memberikan dukungan.

Ketidakseimbangan sosial seperti meningkatnya pertumbuhan

penduduk yang tidak terkendali dan meningkatnya kebutuhan dasar

dan layanan sebagai komponen ekonomi, menurunkan keseimbangan

ekologi yang berdampak pada layanan atau jasa lingkungan yang

diberikan pada manusia dan kebutuhan dasarnya untuk memenuhi

kebutuhan ekonominya. IPCC (2007) menunjukkan dampak

kenaikan suhu sebagai akibat aktifitas manusia telah menyebabkan

bencana iklim (Gambar 2).

Gambar 2.4 Komponen Pembangunan Berkelanjutan, Daniel Mudiyarso,

CDM: Mekanisme Pembangunan Bersih, 2003., dalam Trend Indonesia

2050, IBCSD, 2015.

Pembangunan lingkungan yang berorientasi pada perbaikan lingkungan lokal seperti sanitasi lingkungan, industri yang lebih bersih dan rendah emisi, dan

kelestarian sumber daya alam

Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, stabilitas

dan efisiensi

Pembangunan sosial yang bertujuan

pengentasan kemiskinan,

pengakuan jati diri dan pemberdayaan

masyarakat.

Page 24: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

30

Kegagalan pembangunan yang berbasis bahan bakar fosil

demi mengejar pertumbuhan ekonomi telah menyebabkan beban

ekologi menjadi sangat besar. Selain itu, pembangunan yang

eksploitatif dan masif serta tingginya perkembangan penduduk telah

menyebabkan turunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan

menurun. Ketidakseimbangan tersebut telah menyebabkan

ketidakseimbangan ekosistem karena terjadi „ubahan‟ bentang alam

seperti perubahan iklim mikro karena akumulasi karbon telah

menyebabkan terganggunya siklus hidrologi, kenaikan suhu karena

berkurangnya tutupan lahan dan ketergantungan bahan bakar

minyak sebagai akibat dari kegiatan manusia. Hal tersebut berdampak

pada pola iklim yang berubah yang menyebabkan terganggunya

sumber penghidupan masyarakat dimana satuan wilayah ekosistem

menjadi tempat bergantung hidupnya (Susandi, ____).

Dampak pola iklim yang berubah berakibat pada perubahan

iklim global yang menganggu sumber penghidupan masyarakat

khususnya kelompok rentan seperti petani dan nelayan. Dampak

perubahan iklim yang bermula dari ketidakpastian musim, kenaikan

suhu dan muka laut, iklim ekstrim terhadap petani khususnya petani

non irigasi. Dampak dari ketidakpastian musim bagi petani berakibat

pada kekacauan keputusan tanam petani, curah hujan yang tinggi

yang berakibat banjir, kekeringan yang berkepanjangan sehingga

berdampak pada kegagalan panen padi (Siregar, et al., 2010).

Sedangkan nelayan kecil dipengaruhi oleh perubahan arah angin,

gelombang tinggi, perubahan arus laut dan suhu laut yang

berpengaruh terhadap kemampuan berlayar nelayan untuk

mendapatkan tangkapan ikan, kemampuan berlayar yang terbatas

karena gelombang tinggi dan jauhnya wilayah tangkapan ikan di laut

akan memengaruhi hasil tangkapan ikan oleh nelayan. Begitu juga

yang terjadi pada pembudidaya rumput laut, pengaruh kenaikan suhu

air laut memengaruhi kualitas dan kantitas hasil panen rumput laut

yang tumpuan hidupnya (Siregar, dkk., 2013).

Ketidakmampuan masyarakat sebagai sistem sosial yang

menjadi tumpuan dalam pembangunan berkelanjutan berpengaruh

Page 25: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Tinjauan Pustaka: Adaptasi Petani Padi Menghadapi Risiko Iklim dan Bencana

31

besar terhadap keberlanjutan kehidupan yang bergantung pada

ekosistem, seperti yang ditemukan dalam penelitan Siregar, dkk.

(2010 dan 2012), menunjukkan bahwa ketidakpastian iklim dan iklim

ekstrim telah memberikan dampak pada sumber penghidupan yang

bergantung pada sistem ekologinya.

Munasinghe dan Swart dalam Fourth Assesment Report IPCC

(2007), menjelaskan bahwa adaptasi terhadap perubahan iklim

dipengaruhi oleh tiga (3) dimensi pembangunan berkelanjutan

(dimensi ekologi, dimensi ekonomi dan dimensi sosial) yang

berkorelasi dengan ketidakadilan akses terhadap sumber daya,

ketidakberimbangan kapasitas kelembagaan dan sumber daya

manusia, kemiskinan, dan bahaya atau kejadian ekstrim. Sehingga

adaptasi perubahan iklim merupakan bentuk tindakan individu atau

kolektif dalam menyesuaikan terhadap perubahan atau fenomena

alam untuk mempertahankan diri dan sumber penghidupannya.

Gambar 2.5 Pilar Adaptasi Perubahan Iklim dalam Pembangunan

Berkelanjutan, Munangsinghe dan Swart (2005) dalam Fourth Assesment Report Working Gorup II IPCC (2007), Chapter 20, h. 815.

Ketidakadilan akses dan sumber

daya

Kemampuan Manusia &

Kelembagaan Dimensi Ekonomi

Adaptasi Perubahan Iklim

Dimensi

Ekologi

Bahaya atau Kejadian Ekstrim

Dimensi

Sosial

Kemiskinan

Page 26: BAB II MENGHADAPI RISIKO IKLIM DAN BENCANArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12753/2/T2_092013007_BAB II... · Adaptasi merupakan bentuk paling mungkin dilakukan petani ... dari

Petani Menyiasati Musim Adaptasi Petani Padi Menghadapi Genangan Air Pada Puncak Hujan

32

Catatan Penutup

Adaptasi petani padi dipengaruhi oleh kemampuan atau

kapasitas petani menghadapi risiko ketidakpastian musim

(kerentanan iklim). Kemampuan petani didasarkan pada pengetahuan

lokal dalam mengelola sumber daya pertanian merupakan bentuk

modal simbolik yang dimiliki oleh setiap petani yang bertumpu pada

sumber penghidupan pertaniannya yang merupakan habitus petani.

Modal ekonomi berpengaruh terhadap modal simbol baik dalam

bentuk kekuasaan atas relasi antar petani dan jejaringnya. Sedangkan

kekuatan jejaring sosial merupakan bentuk modal sosial yang melekat

pada masyarakat agraris (kelembagaan sosial) karena sifat dan bentuk

kekerabatan saling terikat baik dalam kehidupan sehari-hari maupun

dalam menjamin sumber penghidupannya.

Kerangka adaptasi atas perubahan iklim didasarkan pada

keputusan petani dalam menyiasati musim dipengaruhi oleh dimensi

sosial, dimensi ekonomi dan dimensi ekologi. Bentuk adaptasi

tersebut dipengaruhi oleh habitus (konteks) dan pengaruh modal

yang dimiliki petani padi.