Upload
sriputri
View
9
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bab II Nutrisi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yaitu suatu kelainan
pada kartilago (tulang rawan sendi) yang ditandai dengan perubahan klinis,
histologis dan radiologist. Penyakit ini bersifat asimetris tidak meradang dan
tidak ada komponen sistemik. Osteoarthritis juga merupakan gangguan kartilago
articularis yang secara simultan ditemukan perubahan cartilage hyalin, tulang
subchondral dan tulang daisekitar sendi (Hudaya, 1996).
Penyakit ini tergolong penyakit sendi degeneratif sangat sering dijumpai
dan telah diketahui sejak ±5000 tahun yang lalu. Sehingga banyak istilah yang
diberikan pada penyakit ini. Mula-mula penyakit ini disebut osteoarthritis karena
semula suatu radang teryata setelah diteliti secara primer tidak didapati adanya
tanda-tanda radang baik akut atau kronis, karena itu kemudian diusulkan nama
Osteoarthrosis (Hudaya, 1996).
Osteoarthritis (OA) paling sering menyerang mereka yang sudah lanjut
usia, terutama diatas 40 tahun. Sekitar 50% penderita OA mengalami perubahan
radiologist namun hanya separuhnya yang terdapat gejala-gejala (Moll,
1992). Osteoarthritis menyerang pria dan wanita, tapi lebih banyak wanita yang
menderita penyakit ini dalam stadium sedang sampai berat. Di Amerika angka
kejadian OA 15% terjadi pada wanita dewasa dan 11% terjadi pada pria dewasa, paling
banyak terjadi pada usia 55 tahun. Di Inggris angka kejadian kurang lebih 50% pada
usaia diatas 60 tahun. Sedangkan pada wanita Indonesia yang berumur dibawah
40 tahun hanya 2% menderita OA, 30% pada wanita usia 40-60 tahun dan 60% para
wanita usia lebih dari 61 tahun (Kalim,1995).
Sendi yang paling sering mengalami gangguan adalah sendi yang
menanggung berat badan seperti lutut 70%, panggul 25% pergelangan kaki 20%
vertebra 30%, cervical 20%, bahu 15%, serta sendi-sendi pergelamgan tangan
tetapi sangat jarang ditemui (Moll, 1992).
1
Mengingat pentingnya fungsi dari sendi lutut, maka penanganan OA pada lutut
harus diusahakan seoptimal mungkin, dengan lebih dulu memahami keluhan-
keluhan yang ditimbulkan OA pada lutut tersebut. OA pada lutut dapat
menimbulkan gangguan kapasitas fisik yang berupa : (1) Adanya nyeri pada lutut baik
nyeri diam, tekan, ataupun gerak, (2) Adanya keterbatasn lingkup gerak sendi karena
nyeri, (3) Adanya spasme, penurunan kekuatan otot dan odema. Sedangkan
gangguan fungsionalnya berupa: (1) Adanya gangguan aktifitas jongkok berdiri
terutama saat toileting, (2) Kesulitan untuk naik turun tangga terutama saat
menekuk dan menapak, (3) Berjalan jauh serta mengalami gangguan untuk aktifit
as sholat terutama untuk duduk antara dua sujud, serta berdiri lama (Depkes RI, 2000).
Selain alat terapi dengan SWD fisioterapi juga menggunakan Terapi
Latihan (TL). Pada kondisi Osteoarthritis knee apabila dilakukan secara teratur
dapat mengurangi nyeri pada sendi lutut, mengurangi spasme, mencegah
kontraktur, meningkatkan kekuatan otot dan LGS serta odema (Sujatno,1993).
Menurut Melzak dan Wall pengurangan nyeri spasme dan keterbatasan
lingkup gerak sendi (LGS) lutut dengan latihan yang teratur dengan dosis yang
sesuai. Teknik gerakan dan fiksasi yang benar dapat menyeimbangkan aktifitas
antara otot fleksor dan ekstensor lutut. Pemberian terapi latihan secara aktif akan
berpengaruh terhadap otot, sendi dan tulang. Sehingga terjadi pumping action
pada sendi lutut. Dengan adanya pumping action akan meningkatkan sirkulasi
darah, curah jantung meningkat dan metabolisme meningkat. Dalam hal ini akan
memberikan efek sedative (penanganan, dimana dalam proses mengurangi nyeri
terjadi pembuangan zat-zat “P” yaitu zat yang menyebabkan nyeri) sehimgga
nyeri akan berkurang. Spasme akan berkurang, lingkup gerak sendi meningkat
dan mencegah terjadinya kontraktur dengan demikian akan mengembalikan
aktifitas penderita seperti semula (Nelson, 1991)
b. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui manfaat program
fisioterapi yang diberikan yaitu terapi latihan pada penederita osteoarthritis lutut.
2
c. Manfaat
1. Bagi penulis : Dapat lebih dalam mengenal OA lutut sehingga dapat menjadi bekal
untuk penulis setelah lulus.
2. Bagi masyarakat :
Dapat memberikan informasi yang benar kepada pasien, keluarga,
masyarakat sehingga dapat lebuh mengenal dan mengetahui gambaran
Osteoarthritis lutut.
3. Bagi pendidik : Memberikan informasi ilmiah bagi penelitian mengenai OA
lutut bagi peneliti selanjutnya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Osteoarthritis
Osteoarthritis didefinisikan sebagai penyakit non inflamasi, yaitu penyakit
degenerasi sendi yang dikarakteristikan pada kelainan kartilago dan hipertropi tulang
yang menyebabkan nyeri dan kekakuan (Sandmeier, 2000).
Klasifikasi osteoarthritis dibagi menjadi dua, yaitu :
1). Osteoarthritis Primer
Osteoarthritis Primer dialami setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari penuaan alami,
tidak diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat
mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi yang menanggung
berat badan seperti lutut dan panggul, biasa juga menyerang punggung, leher, dan jari-
jari (Jofania, 2010).
2). Osteoarthritis Sekunder
Osteoarthritis sekunder dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh
trauma (instabilitas) yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau
permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar, dan pembedahan pada sendi.
Penyebab lainnya adalah faktor genetik dan penyakit metabolik (Jofania, 2010)
B. Anatomi dan Fisiologi
Sendi lutut terdiri dari os femur dan os tibia (tibiofemoral joint), os femur dan
patella (patella femoralis joint) dan os tibia, os fibula (tibiofibularis proksimalis joint)
(Wolf, 1996).
1) Sendi Tibiofemoralis
Dibentuk oleh condylus femoralis lateralis dan medialis (Convex/cembung dan
tibia plateu (concaf/cekung). Permukaan sendi dan condylus medialis lebih lebar,
dibandingkan condylus lateralis (LM > LL) kira-kira 1-2 cm sehingga jika terjadi
4
gerakan fleksi dan ekstensi pada permukaan sendi bagian lateral (LL) sudah terbatas
dibanding bagian medial (LM). Konsekuensinya penekanan pada bagian medial (LM)
relative lebih kecil dibandingkan pada bagian lateral (LL). Bnetuk kedua condylus pada
bagian anterior lebih kecil dibandingkan pada bagian posterior. Selain itu juga tibia
plateu mempunyai bentuk permukaan yang berbeda, yang mana bagian medial
permukaan anterior dan posterior ke arah medio lateral concave. Namun pada bagian
lateral permukaan anterior dan posterior sedikit convex dan arah medio lateral relatif
datar. Pada konsekuensi dan keadaan tadi maka pada fase-fase terjadi gerak rolling dan
sliding yang mengikuti arah dan permukaan sendi (Dewanatha, 2011).
2) Sendi Patellofemoralis
Facet sendi ini terdiri dari tiga permukaan pada bagian lateral pada satu
permukaan pada bagian medial. Muscle vastus lateralis menarik patella ke arah
proksimal sedangkan muscle vastus medialis menarik patella ke medial, sehingga posisi
patella stabil. Pada posisi akhir antara 30º-40º dari ekstensi, patella tertarik oleh
mekanisme gaya kerja otot ekstensi, sehingga kedudukannya sangat kuat. Pada posisi
ini apabila patella kita dorong ke distal kemudian diberikan kontraksi quadriceps
femoralis, maka permukaan patella menggores epicondylus femoralis. Jika terjadi pada
kondromalacia maka akan terasa nyeri sekali (Dewanatha, 2011).
3) Sendi Tibiofibularis
Hubungan tulang tibia dan fibula merupakan syndesmosis yang ikut
memperkuat beban yang diterima sendi lutut sebesar 1/16 dari berat badan.
4) Ligamen pembentuk sendi lutut
a. Stabilitas sendi lutut yang lain adalah Ligamentum. Ada beberapa ligamentum yang
terdapat pada sendi lutut antara lain :
b. Ligamentum crusiatum anterior, yang berfungsi menahan hiperekstensi dan
menahan bergesernya tibia kedepan.
c. Ligamentum crusiatum posterior, yang berfungsi menahan bergesernya tibia kearah
belakang.
d. Ligamentum collateral lateralle, yang berfungsi menahan gerakan varus atau
samping luar.
5
e. Ligamentum collateral medial tibia, yang berfungsi menahan gerakan valgus atau
samping dalam dan eksorotasi, dan secara bersamaan ligament collateral juga
berfungsi menahan bergesernya ke depan pada posisi lutut flexi 900.
f. Ligamentum popliteum obligum.
g. Ligamentum transversum genu, semua ligamentum tersebut berfungsi sebagai
fiksator dan stabilisator sendi lutut.
5) Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah meniscus
lateralis, Adapun fungsi meniscus adalah: (1). penyebaran pembebanan (2). peredam
kejut atau shock absorber (3). mempermudah gerakan rotasi (4). mengurangi gerakan
dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah
sendi.
6) Bursa
Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya
gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada
beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain (1). bursa popliteus, (2). bursa
supra pateliaris (3). bursa infra paterallis (4). bursa sulcutan prapateliaris (5). bursa sub
patelliaris ( Eveyln, 2002).
7) Sistem persyarafan
Pada regio lutut, tungkai mendapat persyarafan dari nervus ischiadicus yang
berasal dari serabut lumbal ke-4 sampai dengan sacrum ke-3. Ini merupakan serabut
yang terbesar di dalam tubuh yang keluar dan foramen ischiadicus mayor, berjalan terus
disepanjang permukaan posterior paha ke ruang poplitea, lalu syaraf ini membagi dua
bagian yaitu: nervus peroneus communis dan nervus tibialis. Nervus peroneus
communis pada dataran lateral capitulum fibula akan pecah menjadi nervus
superficialis.
8) Sistem Peredaran Darah
1. Sistem peredaran darah arteri
Peredaran darah yang akan dibahas kali ini adalah sistem peredaran darah yang
menuju ke tungkai dan vena yang juga memelihara darah sekitar sendi lutut, Arteri yang
memelihara darah sekitar sendi lutut, arteri yang memelihara sendi lutut.
a. Arteri fermoralis
6
Merupakan lanjutan dari arteri iliaca external yang keluar dan cavum
abdominalis lacuna vasorum lalu berjalan ke lateral dari venanya kemudian ke bawah
menuju kedalam fossa illipectiana kemudian masuk ke canalis addectorius sehingga
arteri poplitea masuk ke fossa poplitea di sisi medial femur, lalu arteri femoralis
bercabang menjadi cabang arteri superficial dan cabang profunda.
b. Arteri poplitea
Arteri poplitea merupakan lanjutan dari arteri femoralis masuk melalui canalis
adduktorius, masuk fossa poplitea pada sisi flexor lutut, bercabang 17 menjadi (1) a.
genus superior lateralis, (2) a. genus superior medialis (3) a. genus inferior lateralis(4)
a. genus inferior medialis.
2. Sistem peredaran darah vena
Pada umumnya peredaran darah vena berdampingan dengan pembuluh darah arteri.
Pembuluh darah vena pada tungkai sebagian besar bermuara ke dalam vena femoralis.
Vena-vena itu adalah: (a) vena shapena parva, berjalan di belakang
maleolus lateralis berlanjut ke (b) vena poplitea dan mengalirkan terus ke (c) vena
saphena magna dan bermuara ke dalam (d) vena femoralis
9) Biomekanik
Secara biomekanik, beban yang diterima sendi lutut dalam keadaan normal akan
melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral,
sehingga resultannya akan jatuh dibagian sentral sendi lutut.
1). Osteokinematika
Osteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerakan fleksi dan ekstensi
pada bidang sagital dengan lingkup gerak sendi fleksi antara 120-130 derajat, bila posisi
hip fleksi penuh, dan dapat mencapai 140 derajat, bila hip ekstensi penuh, untuk
gerakan ekstensi, lingkup gerak sendi antara 0–10 derajat gerakan putaran pada bidang
rotasi dengan lingkup gerak sendi untuk endorotasi antara 30–35 derajat, sedangkan
untuk eksorotasi antara 40-45 derajat dari posisi awal mid posision. Gerakan rotasi ini
terjadi pada posisi lutut fleksi 90 derajat (Kapandji, 1995).
2). Artrokinematika
Artrokinematika pada sendi lutut di saat femur bergerak rolling dan sliding
berlawanan arah, disaat terjadi gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan
slidingnya ke depan, saat gerakan ekstensi femur rolling kearah depannya slidingnya ke
7
belakang. Jika tibia bergerak fleksi ataupun ekstensi maka rolling maupun sliding terjadi
searah, saat fleksi menuju dorsal, sedangkan ekstensi menuju ventral (Kapandji, 1995).
C. Patofisiologi
Osteoarthritis bisa di anggap sebagai hasil akhir banyak proses patologi yang
menyatu menjadi suatu predisposisi penyakit yang menyeluruh. Osteoarthritis
mengenai kartilago artikuler, tulang subkondriu (lempeng tulang yang menyangga
kartilago artikuler) serta sinovium dan menyebabkan keadaan campuran dari proses
degenerasi, inflamasi, serta perbaikan. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi lutut
yang mengandung bermacam–macam enzim akan tertekan ke celah-celah rawan sendi.
Ini mempercepat proses pengrusakan rawan sendi, pada tahap lanjut terjadi tekanan
tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi yang tipis. Cairan ini akan di desak
ke dalam celah-celah tulang subchondral dan akan menimbulkan kista subchondral
(Kenneth, 2003).
Proses patologi osteoarthritis di awali oleh aktivitas metabolik yang
mengakibatkan kerusakan pada kondrosit dan matriks rawan sendi. Akhirnya
osteoarthritis berkembang dimana terjadi ketidakseimbangan antara pembentukan dan
pengrusakan pada tulang rawan sendi (kartilago), serta adanya suatu usaha dari sendi
untuk memperbaiki kerusakan tidak terjadi. Usaha tersebut antara lain peningkatan
kandungan air, penyempitan serabut kolagen, dan akhirnya penurunan secara total
proteoglikans. Hal ini menyebabkan terjadinya kekakuan pada tulang rawan sendi
(kartilago) sehingga memudahkan terjadinya gangguan mekanik (Kuntono, 2011).
Bila penyakit berlanjut sendi lebih tidak teratur dengan penyempitan permukaan
sendi, adanya osteophyte, instabilitas dan deformitas. Akibat dari perubahan tersebut
akan menimbulkan nyeri hebat pada setiap gerakan sehingga menimbulkan kekakuan
karena immobilisasi yang lama (Hudayana, 2002).
a. Faktor Penyebab
Osteoarthritis lutut penyebab pastinya belum diketahui, berikut ini adalah faktor
pencetus atau predisposising dari osteoarthritis adalah :
8
1). Usia
Adalah merupakan faktor terbesar resiko terjadinya osteoarthritis. Osteoarthritis
hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak dan jarang terjadi dibawah 40 tahun dan
sering terjadi diatas usia 40 sampai 60 tahun (Soeroso, 2007).
2). Jenis Kelamin
Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada wanita, hal ini menunjukan adanya peran
hormonal. Akan tetapi pada usia 55 tahun keatas wanita lebih berisiko karena
berhubungan dengan menophose. Pada periode ini hormone estrogen sudah tidak aktif
lagi, sementara salah satu fungsi dari hormon estrogen adalah mempertahankan massa
tulang. Bentuk tubuh perempuan juga mempengaruhi osteoarthritis lutut, dimana
dengan beranjaknya usia lemak tubuh menumpuk dibagian pinggul dan perut, secara
anatomis akan memberikan beban yang berlebih di bagian lutut (Slamet, 2002).
3). Aktivitas fisik, pekerjaan dan trauma
Adanya stress yang berkepanjangan pada lutut seperti pada olahragawan dan
pekerjaan yang terlalu banyak menumpu pada lutut seperti membawa beban atau
berdiri yang terus menerus, mempunyai resiko lebih besar terkena osteoarthritis lutut
(Isbagyo, 2000).
Trauma pada suatu kecelakaan merupakan faktor risiko pada Osteoarthritis.
Selain itu dapat diakibatkan juga karena proses “wear and tear”, yaitu proses
penggunaan sendi terus menerus yang akan menyebabkan degenerasi pada sendi
(Isbagyo, 2000).
4) Faktor metaboli
Deposit kristal asam urat adalah manisfestasi ganguan metabolism yang
mendasari arthritis gout dan condro calsinosis . keadaan ini dapat berlanjut menjadi
osteoarthritis. Diabetes mellitus berperan sebagai faktor predisposisi timbulnya
osteoarthritis
b. Tanda dan Gejala
Secara klinis, osteoarthritis dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1). Subklinis : pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lain. Kelainan
baru terbatas pada tingkat seluler dan biokimiawi sendi.
9
2). Manifes : pada tingkatan ini biasanya penderita datang ke dokter karena mulai
merasakan keluhan sendi. Kerusakan kartilago artikularis bertambah luas disertai
reaksi peradangan.
3). Dekompensasi : kartilago artikularis telah rusak dan bahkan ada yang sampai
terjadi deformitas dan kontraktur. Pada tingkatan ini biasanya diperlukan tindakan
bedah (Azhari, 2008).
Tanda dan gejala umum yang sering dialami penderita osteoarthritis antara lain
adalah :
1). Nyeri sendi, disebabkan oleh peradangan dan gangguan mekanik. Nyeri karena
peradangan biasanya bertambah pagi hari atau setelah lutut menetap pada satu posisi
dalam waktu lama dan berkurang saat bergerak. Sedangkan nyeri mekanik akan lebih
terasa saat melakukan aktivitas lama dan berkurang saat istirahat, kemungkinan hal ini
berhubungan dengan kerusakan kartilago yang sudah parah.
2). Kaku atau keterbatasan gerak pada sendi, hal ini hampir dirasakan semua penderita
OA, terutama pada pagi hari, namun dapat juga terjadi setelah istirahat agak lama.
Kekakuan osteoarthritis biasanya terjadi kurang dari 30 menit.
3). Pembengkakan sendi, merupakan reaksi peradangan sehingga terjadi
penggumpalan cairan dalam ruang sendi. Pada inflamasi aktualitas tinggi,
pembengkakan dapat disertai nyeri tekan, gangguan gerak, peningkatan temperature
local dan warna kemerahan.
4). Perubahan pola jalan, hamper semua penderita mengalami perubahan pola jalan
dimana fase weigh bearing pada sisi yang sakit akan lebih cepat (analitik gait).
5). Gangguan fungsi, merupakan akumulasi dari problem-problem diatas (Azhari,
2008)
D. Problematika Fisioterapi
1. Impairment
a. Nyeri
Menurut International Associational for thestudyof pain
(IASP) mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan baik factual maupun potensial atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. serta terkait oleh kesadaran.
10
Mekanisme terjadinya nyeri pada OA sendi lutut dapat dijelaskan beberapa
kemungkinan, antara lain :
1. Nyeri yang berasal dari tulang akibat adanya peningkatan tekanan interoseous
pada tulang subkondral.
2. Nyeri yang berasal dari periosteum tulang yang terelevasi akibat pembentukan
osteofit pada tepi tulang.
3. Peregangan kapsul sendi akibat efusi sendi atau proses sinovitis.
4. Adanya sindroma periarticular sekunder, bursitis atau tenosinoviti,
5. Nyeri muskular akibat regangan pada otot karena efusi sendi atau karena
spasme otot.
Pada stadium dini nyeri terjadi sesudah pemakaian sendi lutut dan hilang dengan
istirahat Seiring dengan bertambahnya derajat berat penyakit, nyeri terjadi dengan
gerakan minimal atau bahkan saat istirahat sekalipun .
b. Penurunan lingkup gerak sendi
Pada osteoarthritis sendi lutu penurunan lingkup gerak sendi dapat disebabkan
adanya nyeri, spasme otot atau dapat juga disebabkan oleh karena pemendekan kapsul
sendi.
c. Penurunan kekuatan otot
Penurunan kekuatan otot pada osteoarthritis sendi lutut diantaranya dapat
disebabkan oleh karena immobilitas sendi lutut oleh karena nyeri yang berkepanjangan
yang menyebabkan mengecilnya serabut otot.
2. Fungsional Limitation
Adalah merupakan suatu probrem yang berupa penurunan atau
keterbatasan saat melakukan aktifitas fungsional sebagian akibat adanya impairment.
dan aktifitas fungsional aktifitas lutut untuk jalan jauh teras susah dan merasakan nyeri,
jongkok berdiri saat buang air besar (BAB) terasa nyeri.
3. Disability
Adalah merupakan problem yang berupa gangguan, terhambatnya dan
ketidakmampuan dalam beraktifitas bersosialisasi kepada masyarakat disekitar misalnya
pergi berkerja bakti, pergi berjalan jauh ke pengajian di mesjid,pergi main ke rumah
tetangga yang jauh, sehingga dengan perjalanan jauh pasien merasakan nyeri dan sakit.
11
E. Intervensi Fisioterapi
Penanganan yang efektif pada penderita osteoarthritis sendi lutu menyangkut
kontrol nyeri atau pengurangan nyeri dan kontrol tahanan eksternal. Kontrol nyeri dapat
dicapai melalui standar modalitas fisioterapi yang meliputi modalitas : Terapi Latihan.
Berikut ini penulis paparkan atau perdalam tinjauan teoritis modalitas yang penulis
gunakan dalam menangani kasus osteoarthritis sendi lutut yaitu Terapi Latihan.:
a. Terapi Latihan
Terapi latihan merupakan salah satu latihan modalitas fisioterapi yang
pelaksanaannya menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk
memelihara atau perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler
mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rilaksasi, kordinasi, keseimbangan dan
kemampuan fungsional.
Terapi latihan adalah petunjuk gerakan tubuh untuk memperbaiki penurunan
fungsi, meningkatkan fungsi musculoskeletal dalam keadaan yang baik. Terapi latihan
merupakan tindakan fisioterapi dan dalam pelaksanaanya menggunakan bertujuan: (1)
mengurangi pembentukan perlengketan jaringan lunak, (2) menjaga elastisitas jaringan,
(3) mengurangi kontraktur, (4) mengurangi nyeri.
b. Tujuan dari terapi latihan adalah:
1. untuk mengurangi nyeri,
2. mengurangi spasme,
3. mobilitas spasme,
4. meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot,
5. meningkatkan lingkup gerak sendi.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka latihan yang efektif adalah latihan:
1). Latihan passive movement
12
Adalah suatu latihan yang digunakan dengan gerakan. Yang dihasilkan oleh
tenaga atau kekuatan dari luar tanpa adanya kontraksi otot atau aktifitas otot.
Semua gerakan dilakukan sampai batas nyeri atau toleransi pasien. Efek pada latihan
ini adalahmemperlancar sirkulasi darah, relaksasi otot, memelihara dan meningkatkan
luas gerak sendi, memperbaiki pemendekan otot, mengurangi perlengketan jaringan.
Tiap gerakan dilakukan sampai batas nyeri pasien. Gerakan passive movement ini
dibagi menjadi 2 yaitu:
a). Relaxed passive movement
Ini adalah gerakan yang terjadi oleh kekuatan dari luar tanpa diikuti kerja otot
dari bagian tubuh itu sendiri. Dosis lalihan 2 x 8 hitungan tiap gerakan.
b). Forced passive movement
Adalah gerakan yang terjadi oleh karena kekuatan dari luar tanpa diikuti kerja
otot tubuh itu sendiri tetapi pada akhirnya gerakan diberikan penekanan. Gerakan ini
bertujuan: (1) mengurangi pembentukan perlengketan jaringan lunak, (2) menjaga
elastisitas jaringan, (3) mengurangi kontraktur, (4) mengurangi nyeri.
Latihan passive pada sendi panggul ini posisi pasien tidur terlentang dan posisi
terapis disamping pada sisi yang sakit (sisi kanan). Tangan kanan terapis pada daerah
hamstring dan tangan kiri pada gastrocnemius sebagai support, kemudian digerakkan ke
arah flexi-extensi, abduksi, adduksi pada sendi panggul. Kemudian untuk gerakan ankle
terapis fiksasi pada pergelangan kaki. Dan telapak kaki digerakkan plantar-dorsal flexi,
inversi-eversi dan rotasi serta gerakan jari-jari kaki. Dosis terapi 2 x 8 hitungan
tiap gerakan.
2). Latihan active movement
a). Latihan isometrik kontraksi pada otot guadriceps.
Static contraction atau isometrik adalah suatu terapi latihan dengan cara
mengkontraksikan otot tanpa disertai perubahan panjang olot maupun pergerakan sendi.
Tujuan dari kontraksi isometris atau static contraction adalah pumping actionpembuluh
darah balik, yaitu terjadinya peningkalan perifer resistance of blood vessels. Dengan
adanya hambatan pada perifer maka akan didapatkan peningkatan blood pressure dan
secara otomatis cardiac output meningkat sehingga mekanisme metabolisme menjadi
lancar dan sehingga oedem menjadi menurun. Karena oedem menurun maka tekanan ke
serabut saraf sensoris juga menurun sehingga nyeri berkurang.
13
Istilah isometrik berasal dari kata iso yang berarti sama atau konstan dan metric yang
berarti panjang. Dengan demikian, kontraksi isometrik berarti kontraksi otot tanpa
disertai perubahan panjang otot atau gerakan sendi. Latihan isometrik terutama
ditujukan bagi penderita OA dengan keadaan sendi yang akut (nyeri dan inflamasi) dan
tidak stabil. Kontraksi isometrik menghasilkan tekanan yang rendah terhadap sendi dan
ditoleransi baik oleh penderita OA yang mengalami nyeri dan pembengkakan sendi.
Latihan ini dapat meningkatkan kekuatan (strength) dan ketahanan statik (static
endurance) otot. Berguna untuk mempersiapkan sendi untuk gerakan yang lebih
dinamik dan merupakan titik awal untuk kebanyakan program latihan penguatan otot.
Prosedur latihan diatas adalah : Pasien tidur terlentang diatas bed dengan kedua
lutut lurus. Pasien dimintakuntuk menekankan lututnya ke bed dan dipertahankan
selama 6 detik kemudian diikuti fase rilaksasi. Gerakan tersebut dilakukan dua kali
sehari dengan pengulangan tiap sesinya 10 kali pengulangan.
b). Latihan untuk penguatan otot guadriceps dengan beban bantal pasir
berat ¼ kg.
Prosedur latihan diatas adalah : Pasien duduk dikursi dan kedua telapak kaki
kontak dengan lantai. Selanjutnya punggung kaki dari lutut yang sakit diberikan beban
berupa bantal pasir seberat ¼ kg. Pasien dimintak untuk mengekstensikan lututnya
hingga penuh dan dipertahankan selama 6 detik. Latihan ini dilakukan 2 kali sehari
dengan pengulangan 20 kali untuk setiap sesinya.
c). Latihan untuk menambah lingkup gerak sendi (LGS) sendi lutut.
Prosedurnya adalah : Pasien tidur tengkurap. Pasien dimintak untuk
memfleksikan dan mengekstensikan lututnya secara bergantian. Latihan ini dilakukan 2
kali sehari dengan pengulangan 20 kali untuk ssetiap sesinya .
3). Assisted active movement
Adalah gerakan yang terjadi karena kontraksi otot pasien dibantu oleh kekuatan
dari luar (Kisner, 1996) Bantuan berupa alat atau dari terapis. Latihan ini dapat
dilakukan dengan posisi tengkurap untuk fleksi knee, tangan terapis memfiksasi pada
otot hamstring dan tangan yang satunya membantu nmenggerakkan. Dilakukan secara
bergantian 8x2 hitungan.
4). Free active movement
14
Adalah gerakan yang berasal dan otot itu sendiri (Kisner, 1996) Latihan pada
sendi lutut ini dikerjakan dengan posisi tidur tengkurap atau duduk di tepi bed dengan
pasien disuruh menggerakkan fleksi ekstensi. Yang penting tidak dikerjakan dengan
posisi menumpu berat badan penuh karena dapat memperberat kerusakan sendinya.
Dilakukan secara bergantian 8x2 hitungan.
5). Resisted active movement
Adalah suatu bentuk latihan gerak dimana dalam melakukan gerakan diberikan
tahanan dan terapis. Latihan ini dilakukan dengan posisi tidur tengkurap, posisi terapis
disamping pasien memfiksasi. Tangan kiri berada pada lutut atas dan tangan satu pada
pergelangan kaki. Terapis memberikan tahanan minimal dan pasien disuruh
menggerakkan atau melawan gerakan tadi ke arah fleksi. Dilakukan secara bergantian
kanan dan kiri 8x2 hitungan.
6). Hold relax
Adalah suatu teknik yang mengarah pada kontraksi isometrik rileksasi optimal dan
kelompok otot antagonis yang memendek, kemudian otot tersebut rileks, cara
pelaksanaannya teknik hold relax,
a). gerakan atau dimana nyeri terasa timbul,
b). terapis memberi tahanan pada kelompok antagonus yang meningkat perlahan-lahan
dan pasien harus meningkat perlahan-lahan dan pasien harus melawan tahanan tersebut,
c). instruksi yang diberikan tahan disini,
d). rileksasi pada kelompok otot antagonis, tunggu beberapa saat sampai ototnya rileks.
e). gerakan aktif dalam pola agonis .
15
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Osteoartritis merupakan penyakit degenerasi yang mengenai cartilago(tulang
rawan sendi) dimana hal ini mengganggu anktivitas sehar-hari terutama bila mengenai
sendi lutut. Setelah penulis menguraikan bab bab terdahulu mengenai osteoartritis
sendi lutut dan penerapannya dengan terapi latihan sebagai modalitas fisioterapi terpili
h ternyata
osteoartritis merupakan penyakit yang perlu perhatian khusus dan tidak bisa dianggap
ringan, karena bila penyakit ini tidak didapatkan terapi secara intensif
maka akan memperberat keadaan sendi itu sendiri dimana sendi mengalami
kemunduran fungsinya sehingga dapat mengakibatkan kecatatan dan mengganggu aktivitas
pasien.
b. Saran
Mengingat bahwa osteoartritis merupakan penyakit degenarasi yang biasanya dijumpai terutama pada orang-orang di atas umur 40 tahun, maka hendaknya penanganan atau pencegahan harus dilakukan sejak dini. Saran yang dapat penulis kemukakan disini adalah sebagai berikut:
(1) Saran bagi pasien, agar bisa lebih hati-hati dalam beraktifitas khususnya yang banyak menggunakan sendi lutut, pasien disuruh memakai decker terutama pada saat beraktifitas bila terasa nyeri sebaiknya di kompres dengan air hangat selain menjalani terapi yang teratur, latihan di rumah juga lebih baik dalam menentukan keberhasilan pasien dan kesabarannya juga diperlukan untuk mendapatkan hasil dari pasien yang diinginkan.
(2) Kepada masyarakat, hendaknya tetap menjaga kesehatan dan kebugaran melalui aktifitas yang seimbang dan apabila merasakan nyeri yang
16
berkelanjutan pada sendi dengan disertai atau tanpa adanya rasa kaku, hendaknya segera diperiksakan ke dokter atau tim medis lain.
(3) Kepada pemerintah, kami menghimbau agar pelayanan fisioterapi pada tingkat pusat pelayanan masyarakat ditingkat bawah lebih ditingkat kan, sehingga masyarakat dapat memperleh pelayanan fisioterapi dengan peralatan yang memadai. Akhirnya, walaupun penyakit osteoartritis ini bersifat progrsif seiring dengan usia dan tidak dapat dihambat, namum demikian upaya tim medis dalam hal ini fisioterapis sedapat mungkin pasien mempertahankan kualitas hidup pasien dengan tetap melakukan aktivitas sehari-hari tanpa ketergantungan dari orang lain.
17
DAFTAR PUSTAKA
Isbagio, Harry, 2000; Osteoarthritis dan Osteoporosis Sebagai Masalah Musculoskeletal Utama Warga Usia Lanjut Di Abad 21; Diakses tanggal 02/06/2012; dari http://www.majalah-farmacia.com/ru.
Jofania, Latarghria. 2010. Berbagi Ilmu Osteoarthritis, (http: //id.wordpress.com /tag/osteoarthritis/Diakses 16 April 2010).
Kapandji, I.A.1987. The Physiologi of The Knee Joint Volume Two. Lower Limb Five Edition. Davis Co. Philadelphia.
Kenneth, D. Brand; Osteoarthritis. USA: Oxford University Public, 2003.
Kuntono, Heru P, 2011; Nyeri Secara Umum dan Osteoarthritis Lutut dari Aspek Fisioterapi; Perpustakaan Nasional RI, Surakarta.
Soeroso J,2007. Osteoarthritis, Dalam A.W.Sudoyo, B.Setyohadi, I.Alwi, M.Simadibrata, S.Setiati, Editor, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.
Wolf, D. dan Mens, J,M.A.1994. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh, Cetakan Kedua, Houten.
18