Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB II
PENGEMBANGAN ALAT UKUR SKALA PILIHAN KARIER
BERDASARKAN TEORI JOHN LEWIS HOLLAND
A. Pengembangan Alat Ukur
1. Konsep Pengembangan Alat Ukur
Alat ukur merupakan alat untuk mengukur suatu objek ukur atau
mengumpul data mengenai suatu variabel yang berfungsi untuk mengungkapkan
fakta menjadi data (Sugiyono, 2016:148). Alat ukur merupakan alat bantu yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan
pengukuran. Cara ini dilakukan untuk memperoleh data yang objektif yang
diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang objektif pula
(Purwanto, 2010: 183).
Menurut Colton dan Covert (2007: 5), alat ukur atau instrumen adalah
ekanisme untuk mengukur fenomena yang digunakan untuk mmengumpulkan dan
mencatat informasi untuk penilaian, pengambilan keputusan dan akhinya
pemahaman. Instrumen seperti halnya kuesioner merupakan salah satu bagian yang
digunakan untuk memperoleh informasi yang faktual, mengobservasi, atau menilai
suatu sikap dan opini. Adapun ilmu pengukuran (measurement) adalah cabang dari
ilmu statistika terapan yang bertujuan membangun dasar-dasar pengembangan tes
yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal,
valid, dan reliabel. Dasar-dasar pengembangan tes tersebut dibangun di atas model-
model matematik yang secara berkesinambungan terus diuji kelayakannya oleh
ilmu psikometri (Azwar, 2011: 3). Secara operasional, pengukuran merupakan
suatu prosedur pembandingan antar atribut yang hendak diukur dengan alat
ukurnya.
Menurut Arikunto (2000:134) bahwa instrumen pengumpulan data adalah
alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan
data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dapat dipermudah olehnya.
Sedangkan menurut Suryabrata (2008:52) berpendapat bahwa pengertian instrumen
adalah sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
14
belajar dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Instrumen alat yang
digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas
atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya
digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. (Suryabrata: 2008:
52) mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah
pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah
pernyataan.
Menurut Kothari (2004: 73) hal ini mudah dipahami karena instrumen
berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen yang
digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel maka
data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di
lapangan. Dalam konteks pengembangan instrumen, Gable (1986: 170)
memberikan garis besar 15 langkah kerja yang harus ditempuh dalam
mengembangkannya, yaitu sebagai berikut: (1) mengembangkan definisi
konseptual, (2) mengembangkan definisi operasional, (3) memilih teknik
pemberian skala, (4) melakukan review justifikasi butir, yang berkaitan dengan
teknik pemberian skala yang telah ditetapkan, (5) memilih format respons atau
ukuran sampel, (6) menyusun petunjuk untuk respons, (7) menyiapkan draf
instrumen, (8) menyiapkan instrumen akhir, (9) pengumpulan data uji coba awal,
(10) analisis data uji coba dengan menggunakan teknik analisis faktor, analisis
butir, dan reliabilitas, (11) revisi instrumen, (12) melakukan ujicoba final, (13)
menghasilkan instrumen, (14) melakukan analisis validitas dan reliabilitas
tambahan, dan (15) menyiapkan manual tes.
Dengan demikian, pengembangan instrumen merupakan kegiatan
pengembangan terhadap konseptual teoritik yang disusun sesuai dengan konstruk
dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah instrumen baku yang mengacu kepada
teknik-teknik yang sudah ditetapkan oleh para pakar secara bertahap dan
proporsional.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
15
2. Alat Ukur Standar
Alat ukur yang standar memiliki validitas dan realibilitas yang baik tetapi
hal penting yang harus diketahui bahwa ada dua cara yang dapat dilakukan dalam
mengembangkan alat ukur (instrument), yaitu: (1) mengembangkan sendiri, dan (2)
menyadur (adaptation). Sehubungan dengan ini Rochman Natawidjaja (1999: 2)
mengemukakan bahwa dalam mengukur suatu variabel penelitian, seorang peneliti
dapat menyusun sendiri instrumen penelitiannya, akan tetapi dalam hal-hal tertentu
peneliti dapat menggunakan instrumen yang sudah ada baik itu instrumen yang
telah digunakan dalam penelitian sebelumnya maupun berupa instrumen baku
dalam bahasa asing.
Bila peneliti mengembangkan instrumen sendiri dalam penelitiannya, ada
beberapa langkah yang harus ditempuh, yaitu (Rochman Natawidjaja, 1999: 10):
a. Merumuskan masalah penelitian
b. Merumuskan variabel
c. Menentukan instrumen yang akan digunakan
d. Menjabarkan bangun setiap variabel
e. Menyusun kisi-kisi
f. Penulisan butir-butir instrumen
g. Mengkaji ulang instrumen tersebut yang dilakukan oleh peneliti sendiri dan
oleh penilai (melakukan judgement)
h. Penyusunan perangkat instrumen sementara
i. Melakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui:
1) Apakah instrumen itu dapat diadministrasiikan dengan mudah
2) Apakah setiap butir instrumen itu dapat dibaca dan dipahami oleh subjek
penelitian
3) Mengetahui validitas
4) Reliabilitas
5) Perbaikan instrumen sesuai dengan hasil uji coba
6) Penataan kembali
7) Perangkat instrumen yang terpakai untuk memperoleh data yang akan
digunakan untuk keperluan membuat manual.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
16
Bila peneliti mengembangkan instrumen dengan menyadur (adaptasi) maka
langkah-langkah yang dilakukan, yaitu:
a. Menterjemahkan butir-butir pernyataan oleh dua orang penterjemah yang
terpisah ke dalam bahasa peneliti (contoh Bahasa Indonesia)
b. Peneliti menyunting dan mengeintegrasikan hasil terjemahan
c. Hasil saduran tersebut diterjemahkan kembali ke dalam bahasa asli (contoh
Bahasa Inggris) oleh orang yang memiliki kemampuan ahli dalam bidang aspek
yang diukur
d. Melakukan uji coba untuk memperoleh tingkat validitas dan reliabilitas dari
instrumen yang disadur tersebut
e. Membuat norma
f. Menyusun manual
3. Syarat Utama Alat Ukur
Syarat utama instrumen yang baik adalah valid, reliabel penjelasnya
validitas dan reliabilitas yaitu :
1) Validitas Tes
Validitas adalah ukuran yang menunjukan kepada “kualitas ketepatan tes
dalam mengukur aspek-aspek materi atau aspek-aspek perilaku yang seharusnya
diukur” (Coaley, 2010: 129). Instrumen yang valid atau sahih memiliki validitas
yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur yang
diinginkan.
Sebuah instrumen dikatakan apabila mampu mengungkap data variabel
yang diteliti secara tepat. Tinggi rendanya validitas instrumen menunjukkan
sejauhmana data yang tekrumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel
yang dimaksud (Arikunto, 2006: 145).
Validitas alat ukur atau validitas tes pada dasarnya merujuk pada derajat
fungsi mengukur yang dimiliki suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes.
Terdapat tiga tipe validitas, yaitu: validitas isi (content validity), validitas konstruk
(construct validity), dan validitas kriteria (criterion-related validity).
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
17
a. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas konten (isi) adalah atribut ukuran itu sendiri dan seberapa baik itu
telah dibangun, menjadi tugas utama dalam konstruksi. Ini menunjukkan seberapa
efektif kesimpulan dapat ditarik dari skor tes ke domain item yang lebih besar mirip
dengan yang sebenarnya digunakan (Coaley, 2010: 132). Ini juga disebut relevansi
isi, isi segala bentuk penilaian diambil dari domain semua pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang mungkin relevan untuknya.
Validitas ini tes merujuk sejauh mana tes yang merupakan seperangkat soal-
soal dilihat dari isinya mengukur yang dimaksudkan untuk diukur. Ukuran tersebut
ditentukan berdasarkan derajat representasi isi tes terhadap isi hal yang akan diukur.
Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat seorang profesional (professional
judgement) dalam proses telaah butir soal.
b. Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk tes mempersoalkan sejauhmana skor-skor hasil
pengukuran instrumen yang dikembangkan merefleksikan konstruksi teoretis yang
mendasari penyusunan alat ukur tersebut (Hays, 2013: 97). Validitas berdasarkan
konstruksi teoretis merupakan proses kompleks yang memerlukan analisis logis
yang dapat mendukung data empiris.
c. Validitas Kriteria (Criterion-Related Validity)
Jenis bukti ini sangat membantu dalam mengevaluasi apakah suatu ukuran
dapat ia gunakan untuk membuat prediksi atau keputusan tentang orang. Ini
merujuk pada korelasi antara skor skala (prediktor) dan kriteria atau sumber lain
(kriteria), seperti kompetensi pekerjaan atau penilaian perilaku anak oleh guru,
untuk mengidentifikasi apakah akurat dapat dilakukan (Coaley, 2010: 134).
Pada validitas kriteria validitas alat ukur dilihat sejauh mana hasil
pengukuran alat yang dipersoalkan sama atau mirip dengan hasil pengukuran alat
lain yang dijadikan kriteria. Kriteria adalah hasil pengukuran atribut yang sama
dengan alat lain yang merupakan alat ukur yang baik memenuhi persyaratan
akademik dan profesional tertentu.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
18
2) Validitas Konstruk Menggunakan Structural Equation Model (SEM)
Structural Equation Modeling (SEM) adalah metodologi statistik yang
mengambil pendekatan konfirmatori (pengujian hipotesis) untuk analisis teori
struktural yang mendukung beberapa fenomena (Byrne, 2016: 3). Menurut Hair
et,al (1998: 711) Structural Equation Modeling (SEM) atau model persamaan
struktural merupakan analisis multivariat yang digunakan untuk menganalisis
hubungan antar variabel secara kompleks. Analisis data dengan mengunakan SEM
berfungsi untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variabel yang ada
dalam penelitian. SEM digunakan untuk memeriksa dan membenarkan suatu
model.
Sedangkan menurut Hayduk, Cummings, Boadu, Pazderka-Robinson, &
Boulianne (Kline, 2016: 10) bahwa SEM untuk menguji teori dengan menentukan
model yang mewakili prediksi teori itu di antara konstruksi yang masuk akal diukur
dengan variabel yang diamati yang sesuai. Istilah pemodelan persamaan struktural
(Structural Equation Modeling) menurut Byrne (2016: 3) menyampaikan dua aspek
penting dari prosedur: (a) bahwa proses sebab akibat yang diteliti diwakili oleh
serangkaian persamaan struktural (regresi), dan (b) bahwa hubungan struktural ini
dapat dimodelkan secara gambar. untuk memungkinkan konseptualisasi yang lebih
jelas dari teori yang diteliti. Model yang dihipotesiskan kemudian dapat diuji secara
statistik dalam analisis simultan dari seluruh sistem variabel untuk menentukan
sejauh mana itu konsisten dengan data. Jika good-of-fit memadai, model
berpendapat untuk masuk akal hubungan dipostulatkan antara variabel, jika tidak
memadai, keuletan hubungan semacam itu ditolak. Parameter pengujian mode
(Kline, 2016; Byrne, 2016; Waluyo, 2016) tediri dari :
a. Goodness of Fit Index (GFI)
GFI digunakan untuk menguji diterima atau tidaknya model. Proporsi
tertimbang dari Indeks kesesuaian untuk menghitung varians dalam matriks
kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians popelasi yang terestimasi.
Ukuran non-statistikal dari GFI mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
19
1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “ better fit
”. GFI yang diharapkan adalah sebesar 0,90.
b. Normed Fit Index (NFI)
NFI digunakan untuk melihat kesesuaian model dengan basis komparatif
terhadap baseline. Nilai NFI mulai dari 0-1 diturunkan dari perbandingan antara
model yang dihipotesiskan dengan suatu model independen tertentu. Model
mempunyai kecocokan tinggi jika nilai mendekati 1
c. Tucker Lewis Index (TLI)
Nilai TLI yang diharapkan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model
adalah sebesar ≥ 0,95 dan nilai yang mendekati 1,0 menunjukkan a very good fit.
Nilai indeks TLI merupakan pembanding dari sebuah model yang diuji dengan
sebuah baseline model.
d. Comparative Fit Index ( CFI )
CFI merupakan uji kelayakan model yang diusulkan dengan model dasar.
Besaran indeks CFI berada pada rentang 0-1, di mana semakin mendekati 1
mengindikasikan tingkat penerimaan model yang paling tinggi. CFI tidak
dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat
penerimaan sebuah model. Nilai CFI yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0,95. Indeks
TLI dan CFI dalam Pengujian model sangat dianjurkan untuk digunakan karena
indeks-indeks ini relatif tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan kurang
dipengaruhi pula oleh kerumitan model.
e. The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA merupakan rata-rata perbedaan dari populasi. Nilai RMSEA yang
lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya
model. Nilai RMSEA menunjukkan goodness of fit yang dapat diharapkan bila
model diestimasi dalam populasi.
SEM memiliki dua tujuan (Kline, 2016: 14) yaitu untuk memahami pola
kovarian antara seperangkat variabel yang diamati dan Untuk menjelaskan
sebanyak mungkin model varians. Ada tiga alasan mengapa SEM banyak
digunakan dalam penelitian yaitu:
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
20
1) Penelitian umumnya menggunakan pengukuran-pengukuran untuk
menjabarkan variabel yang tidak dapat langsung diukur (latent variable).
2) Para peneliti sosial sangat tertarik terhadap prediksi. Dalam melakukan prediksi
tidak hanya melibatkan model dua variabel, tapi dapat melibatkan model yang
lebih “rumit” berupa struktur hubungan antara beberapa variabel penelitian.
3) SEM dapat melayani sekaligus suatu analisis kualitas pengukuran dan prediksi.
Khususnya dalam model-model variabel yang tidak dapat langsung diukur
(latent variable).
Dapat disimpulkan Teknik analisis data menggunakan SEM dilakukan
untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam
penelitian. SEM digunakan bukan untuk merancang suatu teori, tetapi lebih
ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan suatu model.
3) Reliabilitas Tes
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan
ability yang mempunyai arti seperti keterpercayaan, keterandalaan, keajegan,
kestabilan dan konsistensi namun konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2011: 4). Reliabilitas menunjukkan “tingkat
keterandalan atau kemantapan sebuah instrumen (level of consistency) penelitian
atau dengan kata lain sejauh mana instrumen mampu menghasilkan skor-skor
secara konsisten” (Coaley, 2010: 100).
Tingkat atau derajat ketepatan (konsistensi) tes. Reliablitas merujuk pada
suatu pengertian bahwa sebuah instrumen dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut baik. Instrumen yang baik
tidak bersifat tendensius atau mengarahkan responden untuk memilih jawaban-
jawaban tertentu. Apabila data hasilnya benar sesuai dengan kenyataan maka
berapa kalipun diambil akan tetap sama (Arikunto, 2002: 154).
Pengertian umum menyatakan instrumen penelitian harus reliabel artinya
tidak hanya instrumennya yang dipercaya, tetapi instrumen tersebut juga mampu
mengumpulkan data yang dapat dipercaya. Selain itu tes dikatakan andal apabila
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
21
harga koefisien keandalannya tinggi dan memiliki standard error of measurement
yang rendah (Suryabrata, 2008: 55).
Reliablitas tes adalah proporsi varian skor total yang merupakan varians
skor murni dan varians galat. Skor total (Xt kependekan dari total) seseorang dalam
suatu tes terdiri dari dua komponen, yaitu: komponen sejati/murni (true score) yang
dilambangkan dengan Xoo ditambah satu komponen galat yang dilambangkan
dengan Xe yang mengandung peningkatan dan penurunan tertentu yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang menimbulkan galat dalam pengukuran. Secara operasional
skor individu dapat dinyatakan dengan formula: Xt = Xoo + Xe Kerlinger (Salwa,
2008: 55), atau dapat pula dinyatakan dalam bentuk varian menjadi Vt = Voo + Ve.
Karena semua jenis reliabilitas alat ukur itu berkenaan dengan derajat
konsistensi atau kesamaan antara dua perangkat skor yang diturunkan secara
independen, maka semua jenis reliabilitas dapat diungkapkan dalam istilah
“koefisien korelasi (r)” (Anastasi & Urbina, 2006: 64).
Seperti dikemukakan sebelumnya, bahwa karena adanya kekeliruan
pengkuran, maka skor yang diperoleh pada umumnya tidak mencerminkan keadaan
yang sebenarnya. Yang mencerminkan keadaan sebenarnya adalah skor murni.
Tetapi skor murni ini tidak dapat diperoleh secara langsung melainkan melalui
koefisien reliabilitas yang wujudnya adalah koefisien korelasi.
Ada empat jenis reliabilitas yang dikemukakan oleh (Coaley, 2010; Hays,
2013) yaitu: reliabilitas Test-Retest, reliabilitas bentuk pengganti (Alternative-
form), reliabilitas belah separuh (Split-Half), dan reliabilitas interitem dan
reliabilitas interrater.
a. Reliabilitas Test-Retest
Metode test-retest merupakan metode yang digunakan untuk menemukan
reliabilitas skor tes yaitu dengan mengulang tes yang sama pada kesempatan kedua.
Uji-Retest Keandalan Keandalan tes-retest mengukur konsistensi dari waktu ke
waktu (Hays, 2013: 92). Koefisien korelasi dalam hal ini menunjukkan hubungan
antara skor yang diperoleh oleh individu dalam kelompok yang sama pada dua
administrasi tes. Korelasi test-retest cenderung menurun karena interval antara
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
22
administrasi tes memanjang. Jika intervalnya singkat, ada potensi efek latihan dan
memori, yang cenderung membuat estimasi keandalannya sangat tinggi.
Pada pelaksanaannya tes ini diberikan kepada sekelompok individu
kemudian diadakan pengulangan tes pada kelompok yang sama pada waktu yang
berbeda. Cara memperoleh koefisien reliabilitas yaitu mengkorelasikan hasil tes
pertama dengan hasil tes kedua dari kelompok yang sama. Dengan kata lain dari
tes yang sama tetapi pada waktu yang berbeda.
Reliabilitas test-retest menunujukkan sejauhmana skor tes dapat
digeneralisasikan untuk berbagai kesempatan yang berbeda. Makin tinggi
reliabilitasnya makin rentanlah skor terhadap perubahan sehari-hari yang acak
dalam kondisi peserta tes atau kondisi lingkungan testing. Oleh karena itu, Anastasi
& Urbina (2006: 68) menyarankan pada setiap pengembang tes agar selalu
mendeskripsikan interval waktu yang digunakan saat ia melaporkan reliabilitas test-
retest dalam manual tes. Karena korelasi test-retest menurun secara progresif
ketika interval memanjang. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa untuk orang bertipe
apapun, sebaiknya interval anta rtes ulang jangan lebih dari enam bulan, karena jika
interval tes ulang (retest) cukup pendek, maka peserta tes bisa mengingat kembali
respon-respon sebelumnya. Oleh karena itu, untuk sebagian besar tes-tes psikologis
pengetesan ulang dengan tes yang sama bukanlah teknik yang tepat untuk
menemukan koefisien reliabilitas Anastasi & Urbina (2006: 68).
b. Reliabilitas Bentuk Pengganti (Alternate-Form)
Reliabilitas tes diperoleh dengan cara mengkorelasikan dua skor tes yang
diperoleh oleh individu yang sama dari dua bentuk tes yang sejajar (equivalent).
Menurut Hays (2013 :92) reliabilitas alternate-form dengan membandingkan
konsistensi skor individu dalam kelompok yang sama pada dua bentuk alternatif
tetapi setara dari pengujian yang sama.
Reliabilitas bentuk pengganti memiliki dua jenis. Pertama, Immediate,
penyelenggaraan tes dilakukan satu kali untuk dua bentuk tes yang parallel. Kedua
tes diujikan kepada kelompok yang sama dalam waktu yang berurutan. Kedua,
Delayed, penyelenggaraan tes dilakukan dua kali untuk dua bentuk tes yang
parallel. Kedua tes diujikan kepada kelompok yang sama dalam waktu yang
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
23
berbeda/ditangguhkan. Anastasi & Urbina (2006: 70) menyatakan bahwa para
pengembang tes harus mencurahkan perhatiannya untuk memastikan bahwa
bentuk-bentuk tes itu betul-betul parallel, yang meliputi: jumlah soal, jenis isi,
tingkat kesulitan, instruksi, batas waktu, contoh ilustratif, format dan semua aspek
tes lainnya harus dicetak dalam hal yang sama.
Seperti halnya reliabilitas test-retest, reliabilitas bentuk alternatif
seharusnya selalu disertai oleh pernyataan tentang panjang interval antara
penyelenggara tes, dan juga despkripsi pengalaman-pengalaman relevan yang
mempengaruhi. Walaupun reliabilitas bentuk altenatif ini memiliki keterbatasan
tertentu. Pertama, berhubungan dengan individu yang dites, baik menyangkut
pengalaman maupun motivasinya. Kedua, menyangkut tes itu sendiri karena
kesulitan praktis untuk menyusun bentuk-bentuk tes yang betul-betul parallel.
karena alasan inilah Anastasi & Urbina (2006: 71) menyatakan perlu teknik-teknik
lain untuk menilai reliabilitas tes.
c. Reliabilitas Belah-Separuh (Split-Half Reliability)
Reliabilitas bentuk ini diperoleh dengan cara mengkorelasikan dua
perangkat skor tes yang dimiliki oleh individu dengan cara membagi tes menjadi
paruhan-paruhan yang setara (equivalent). Menurut Hays (2013: 92) reliabilitas
split-half bentuk populer dari reliabilitas penambangan karena dapat diperoleh dari
satu administrasi dengan membagi tes menjadi dua bagian yang sebanding dan
membandingkan dua skor yang dihasilkan untuk setiap individu. Ini berarti bahwa
penyelenggaraan tes dilakukan satu kali untuk satu bentuk saja.
Oleh karena itu, jenis reliabilitas ini kadangkala disebut juga dengan
“koefisien konsistensi internal”. Cara untuk membuat agar kedua bagian itu setara,
biasanya soal-soal yang bernomor gasal (ganjil) dijadikan satu kelompok dan yang
bernomor genap dijadikan kelompok yang lain. Begitu dua skor paruhan didapat
untuk setiap orang, skor-skor ini bisa dikorelasikan dengan metode yang biasa.
Namun perlu dicatat di sini bahwa korelasi ini sesungguhnya baru memberikan
reliabilitas separuh tes saja. Reliabilitas Kuder-Richardson dan Koefisien Alpha.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
24
d. Relibilitas Interitem
Relibilitas Interitem adalah ukuran konsistensi internal yang menilai sejauh
mana item-item pada tes terkait satu sama lain dan dengan skor total (Hays, 2013:
4). Ukuran reliabilitas skor tes ini memberikan perkiraan rata-rata interkorelasi
antara semua item pada suatu tes.
Bergantung pada jenis respons yang dipanggil untuk instrumen, rumus yang
dikena sebagai Kuder-Richardson (KR) Formula 20 untuk jawaban dua respons
Benar atau salah, ya atau tidak) atau koefisien reliabilitas alpha Cronbach untuk
lebih dari dua alternatif dibuat. Semua respons item individual untuk setiap orang
dalam seluruh sampel dianalisis, dan koefisien reliabilitas yang dihasilkan
menunjukkan konsistensi dengan item sampel yang diukur sifatnya.
e. Relibilitas Interrater
Relibilitas Interrater mengacu pada tingkat kesepakatan antara dua atau
lebih juri independen menilai peristiwa atau perilaku secara bersamaan. (Hays,
2013: 5). Perjanjian antar penilai dihitung dengan membagi jumlah perjanjian
bahwa suatu peristiwa terjadi dengan jumlah perjanjian yang mungkin (perjanjian
dan perbedaan pendapat).
Penilai menjalani pelatihan terperinci untuk memastikan konsistensi dan
keandalan yang tinggi (Coaley, 2010: 110). Peringkat yang berbeda dapat
dikorelasikan untuk menetapkan konsistensi di antara para penilai dan apakah
karakteristik mereka memiliki pengaruh yang terlalu besar. Sejumlah indeks
tersedia untuk mengevaluasi bagaimana dan sejauh mana penilai membuat
penilaian, termasuk perjanjian persentase, korelasi momen-produk, dan korelasi
intra-kelas.
B. Konstruk Teori Pilihan Karier Holland
1. Definisi Pilihan Karier
Pemikiran mengenai masa depan, pada umumnya berorientasi pada masalah
pekerjaan, ketika remaja sudah berada di bangku sekolah lanjutan atas, mereka
mulai memiliki aspirasi atau cita-cita tentang karier. Menurut Artur, Hall dan
Lawrence (Patton & McMahon, 2006: 4) karier adalah urutan pengalaman kerja
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
25
seseorang yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Menurut Super (Zunker,
2006 : 53) karier adalah suatu rangkaian pekerjaan, jabatan, dan kedudukan yaang
mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja.
Sedangkan menurut Holland (Zunker, 2006:31) bahwa karier adalah ekspresi
dari kepribadian dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan minatnya.
Hornby (Walgito, 2010: 201) berpendapat bahwa karier adalah suatu status dalam
jenjang pekerjaan, profesi yang dimiliki seseorang dimasa hidupnya sebagai
sumber mata pencaharian. Karier adalah suatu pilihan profesi atau pekerjaan yang
menjadi tujuan bagi seorang individu (Mastur dan Triyono, 2014: 24). Karier juga
dapat diartikan sebagai perkembangan dari perjalanan kehidupan seseorang yang
digeluti secara serius dan ditingkatkan semaksimal mungkin.
Karier merupakan kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak seorang petugas atau pekerja dalam satu unit kerja atau satuan
organisasi. Jabatan itu biasanya dibebankan oleh seorang pejabat yang lebih tinggi
atau atasan (Thantawy, 2005: 11). Karier mengandung makna urutan okupasi, job
dan posisi-posisi yang di duduki sepanjang pengalaman kerja seseorang (Yusuf,
2006: 21). Sedangkan menurut Murray (Supriatna, 2009: 8) menyatakan bahwa
karier merupakan suatu rentangan aktivitas pekerjaan yang saling berhubungan
antara individu untuk memajukan kehidupannya yang melibatkan berbagai
perilaku, kekuatan motivatif, kemampuan, sikap, kebutuhan, aspirasi dan cita-cita
sebagai suatu rentang kehidupannya sendiri.
Gibson dkk (1995: 305) berpendapat bahwa “karier adalah rangkaian sikap
dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang
waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan”.
Selanjutnya Supriatna (2009: 9) memandang bahwa karier mencakup seluruh
aspek kehidupan individu, yaitu meliputi:
a. Peran-peran hidup (life-roles), seperti sebagai pekerja, anggota keluarga
dan warga masyarakat
b. Adegan-adegan kehidupan (life-settings), seperti dalam keluarga, lembaga
masyarakat, sekolah atau pekerjaan
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
26
c. Peristiwa kehidupan (life-events), seperti dalam memasuki pekerjaan,
perkawinan, mutasi pekerjaan, kehilangan pekerjaan, atau mengundurkan
diri dari suatu pekerjaan.
Dengan demikian karier adalah semua pekerjaan atau jabatan yang dipegang
selama masa kerja seseorang karier seorang individu melibatkan rangkaian pilihan
dari berbagai macam kesempatan. Jika ditinjau dari sudut pandang organisasi,
karier melibatkan proses dimana organisasi memperbaharui dirinya sendiri untuk
menuju efektivitas karier yang merupakan batas dimana rangkaian dari sikap karier
dan perilaku dapat memuaskan seorang individu.
Pilihan karier merupakan bagian dari proses perkembangan siswa sebagai
proses berkelanjutan dalam pembuatan keputusan karier untuk menentukan arah
kariernya. Menurut Holland (Zunker, 2006:31) bahwa pilihan karier adalah ekspresi
dari kepribadian dalam memilih pekerjaan. Penentu dalam pilihan karier pandangan
dari seseorang tentang diri sendiri dengan preferensi pekerjaan adalah gaya pribadi.
Perbandingan antara self dengan persepsi tentang suatu okupasi dan
penerimaan atau penolakannya merupakan faktor penentu utama dalam pilihan
karier. Pandangan seseorang terhadap dirinya dengan okupasi yang disukainya
membentuk “modal personal style”. Gaya pribadi seperti karakter pribadi, kegiatan
sehari-hari merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan karier (Patton &
McMahon, 2006: 34). Menurut Holland (Widowati, 2016: 13) mengungkapkan
bahwa pemilihan karier merupakan hasil dari interaksi antara faktor heriditas
dengan pengaruh budaya, keluarga, teman bergaul, orang dewasa yang dianggap
memiliki pengaruh yang penting.
Pemilihan karier juga merupakan aspek kehidupan sosial seseorang yang
tidak dapat terelakkan karena hal tersebut merupakan salah satu proses pembuatan
keputusan setelah individu melewati beberapa tahap perkembangan dalam
hidupnya (Nurhayati, 2014: 1). Sedangkan menurut Putra (2015: 2) pemilihan
karier merupakan bagian dari proses perkembangan siswa karena dianggap sebagai
proses berkelanutan dalam perkembangan karier.
Menurut Winkel (2005: 646) menyatakan bahwa pemilihan karier
merupakan suatu proses pemilihan jabatan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
27
psikologis, sosiologis, kultural geografis, pendidikan, fisik ekonomis dan
kesempatan terbuka, yang bersama-sama membentuk jabatan seseorang dimana
seseorang tadi memperoleh sejumlah keyakinan, nilai kebutuhan, kemampuan,
keterampilan, minat, sifat kepribadian, pemahaman dan pengetahuan yang
semuanya berkaitan dengan jabatan yang dipangkunya.
Dapat disimpulkan bahwa pemilihan karier merupakan proses untuk
memilih dengan mengambil keputusan terkait karier yang nanti akan di jabatnya
yang sesuai dengan aktivitas, karakter pribadi, bidang studi dan pekerjaan yang
menjadi minatnya.
2. Perkembangan dan Tahapan Karier
Menurut Zunker (2006: 23) ada beberapa teori perkembangan karier yang
dikemukakan oleh para ahli diantaranya ialah:
1) Teori Perkembangan Gizberg
Menurut Gizberg (Ingarianti & Purwaningrum, 2018: 9) bahwa proses
perkembangan karier termasuk di dalamnya proses pemilihan karier ditengarai
sebagai proses perkembangan secara menyeluruh. Ginzberg membagi proses
perkembangan menjadi tiga tahapan.
Tabel 2.1
Periode Perkembangan Pemilihan Karier Ginzberg
Periode Usia Karakteristik
Fantasi Masa anak-anak (sebelum
usia 11 tahun)
1. Individu belum memiliki
gambaran karier yang pasti
2. Individu masih berada pada tugas
perkembangan masa kanak-kanak
yaitu berorientasi bermain dan
bersosialisasi dengan teman
sebaya
Tentatif Masa remaja awal (usia
11-17 tahun)
1. Individu berada pada proses
transisi yang ditandai dengan
munculnya pemahaman akan
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
28
perlunya karier, kemampuan diri,
pemahaman upah kerja
2. Individu mulai memahami bahwa
suatu saat mereka perlu kerja
untuk memenuhi kebutuhan
hidup
a. Tahap pemahaman minat, di
mana individu membuat
keputusan yang lebih definitif
tentang suka atau tidak suka.
b. Tahap kapasitas, merupakan
tahap saat individu mengenali
meskipun samar
keterampilan yang harus
dimiliki seseorang untuk bisa
memerankan karier tertentu
c. Tahap nilai, yaitu masa
terbentuknya persepsi yang
lebih jelas tentang gaya-gaya
okupasional.
d. Tahap transisi, yaitu saat di
mana individu menyadari
keputusannya tentang pilihan
kariernya meskipun dalam
tahap dasar, seperti memilih
pendidikan lanjut untuk
mencapai karier yang
diharapkan
Realistik Masa remaja sampai pada
dewasa awal (usia 17
tahun ke atas)
Periode ini menggmabarkan
bagaimana proses pemilihan karier
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
29
yang sesungguhnya pada individu
yaitu :
a. Tahap eksplorasi, ditandai
dengan individu mempersempit
pilihan karier melalui proses
pendidikan lanjut. Tahap ini diisi
dengan pengalaman yang
diperoleh di bangku perkuliahan.
b. Kristalisasi, merupakan tahap
dimana individu mulai melihat
pekerjan yang paling sesuai
dengan keadaan diri termasuk
keterampilan, minat serta latar
belakang yang dimiliki
c. Tahap spesifikasi, yaitu tahap
dimana individu mulai memilih
pekerjaan yang paling sesuai dan
pada akhirnya menjalani
pekerjaan tersebut
2) Teori Donald Super
Teori perkembangan yang dikembangkan oleh Super lebih dikenal dengan
Teori self-concept karena hal tersebut merupakan bagian yang sangat penting dari
pendekatan Super terhadap perilaku vokasional yang langsung berkaitan dengan
pemilihan karier. Karier seseorang dalam hidupnya mengalami perkembangan
mulai tahap pencarian, penemuan, pemantapan, pemeliharaan, dan sampai tahap
penurunan. Kontribusi penting lainnya dari Super adalah formulasi tentang tahapan
perkembangan vokasional. Tahapan tersebut adalah:
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
30
Tabel 2. 2
Tahap Perkembangan dan Karakteristik Perkembangan Karier Super
Menurut Zunker (2006: 23)
Usia Tahapan Perkembangan Karier Karakteristik Perkembangan
0-14 Pertumbuhan (Growth) Ditandai dengan perkembangan kapasitas,
sikap, minat, dan kebutuhan yang terkait
dengan konsep diri
15-24 Eksplorasi (Exploratory) Ditandai dengan di mana individu mulai
mengarahkan pemilihan karier paa
rentang yang lebih keci; dan spesifik teapi
belum merupakan pilihan terakhir
25-44 Pemantapan (Establishment) Pengalaman kerja secara formal atau
mengikuti pelatihan yang spesifik yang
meningkatkan dan membangun
keterampilan untuk meraih suatu tujuan
(jabatan) dalam suatu pekerjaan.
45-64 Pemeliharaan (Maintenance) Melakukan proses penyesuaian untuk
meningkatkan posisi dalam suatu
pekerjaan.
65 Penurunan (Decline) Mempertimbangkan pra pensiun untuk
mengurangi aktivitas kerja dan memasuki
usia pensiun.
Tabel 2.3
Tugas-Tugas Perkembangan Vokasional Super
Tugas
Perkembangan
vokasional
Usia Karakteristik Umum
Kristalisasi 14-18 Periode proses kognitif untuk memformulasikan
sebuah tujuan vokasional umum melalui kesadaran
akan sumber-sumber yang tersedia, berbagai
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
31
kemungkinan, minat, nilai, dan perencanaan untuk
okupasi yang lebih disukai.
Spesifikasi 18-21 Periode ini individu mulai menentukan pilihan yang
lebih spesifik terkait dengan pekerjaan dan kariernya.
Implementasi 21-24 Periode ini individu menyelesaikan
pendidikan/pelatihan untuk pekerjaan yang disukai
dan memasuki dunia kerja
Stabilisasi 24-35 Periode ini individu mengkonfirmasi karier yang
disukai dengan pengalaman kerja yang
sesungguhnya dan penggunaan bakat untuk
menunjukan bahwa pilihan karier sudah tepat.
Konsolidasi 35
Ke atas
Periode ini pembinaan kemapanan karier dengan
meraih kemajuan, status, dan senioritas dan
selangkah lebih maju dalam karier.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Karier
Keberhasilan sebuah pilihan merupakan impian dari setiap manusia. Namun
setiap keberhasilan tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Parson dan Williamson (Suherman, 2010: 57) berpendapat bahwa faktor
yang mempengaruhi pilihan karier adalah kemampuan (abilities), minat (interest)
dan prestasi (achievement). Adapun penjelasan dari ketiga faktor tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Kemampuan, yaitu kepercayaan diri terkait dengan bakat yang menonjol
disuatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian.
b. Minat, yaitu kecenderungan yang agak menetap kepada seseorang untuk merasa
tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang bergaul atau bergabung
dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang tersebut.
c. Prestasi, yaitu suatu hasil belajar (prestasi belajar), yang didapatkan dari suatu
kemampuan individu yang didapatkan siswa dari usaha belajar.
Menurut Dilllard (1985: 18) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pilihan karier seseorang, yaitu faktor kepribadian, non kepribadian, serta faktor
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
32
kematangan karier. Pemilihan karier merupakan perpaduan antara faktor yang
berada di dalam diri individu (internal) dan yang bersifat eksternal. Faktor yang
berada di dalam individu seperti kemampuan yang dimiliki individu dan bakat-
bakat khusus yang akan mempengaruhi kepribadian individu berkembang.
Sedangkan faktor yang bersifat eksternal yaitu aspek-aspek lingkungan sosial-
ekonomi seperti lingkungan masyarakat, sekolah, keluarga, teman sebaya dan
keadaan ekonomi, kesejahteraan dan ketenagakerjaan, serta seluruh kondisi yang
mengharuskan individu untuk berinteraksi.
Sedangkan menurut Shertzer dan Stone (Winkel, 2005: 647) mengutip
definisi tentang perkembangan karier yang pernah dirumuskan oleh The National
Vocational Guidance Associaton yaitu gabungan faktor-faktor psikologis,
pendidikan, ekonomi dan kesempatan yang bersama-sama membentuk jabatan
seseorang. Gabungan ini mencakup banyak faktor internal dan eksternal yaitu :
a. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari individu itu sendiri meliputi:
taraf intelegensi, bakat, minat, sikap, kepribadian, nilai-nlai kehidupan,
hobi/kegemaran, prestasi, pengetahuan dan keterampilan
b. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari lingkungan dan
orang lain terdiri dari : masyarakat, keadaan sosial, ekonomi negara atau daerah,
keluarga, pendidikan sekolah dan teman-teman sebaya.
Menurut Rangka, dkk (2017:39) berpendapat bahwa faktor yang
mempengaruhi pilihan karier antara lain: jenis kelamin, dukungan dan keterlibatan
dari orang yang sangat berarti dalam kehidupan siswa, seperti orang tua,
pengalaman belajar dan self-efficacy, keadaan finansial dan status sosial ekonomi,
kemampuan minat/bakat, umur, kepercayaan, budaya, pengetahuan tentang dunia
kerja, kepribadian, dan konsep diri. Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pilihan karier yaitu nilai karakter pribadi, minat, kemampuan,
keterampilan dan pengalaman kehidupan.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
33
4. Teori Pilihan Karier John Holland
a. Biografi John Holland
John Lewis Holland lahir pada tanggal 21 Oktober 1919. Holland adalah
seorang Profesor sosiologi Emeritus di Universitas Johns Hopkins yang lahir di
Omaha, Nebraska dan seorang psikolog Amerika yang meninggal pada tanggal 27
November 2008 di Union Memorial Hospital (Holland, 2008: 672). Holland
mempelajari psikologi di Perancis dan matematika di Universitas Kota Omaha
(sekarang University of Nebraska di Omaha) dan lulus tahun 1942. Holland dikenal
sebagai pencipta model pengembangan karier, Tema kerja Holland (Holland
Codes).
Holland bergabung dengan jurusan Sosiologi Universitas Johns Hopkins
pada tahun 1969, di mana ia menerbitkan beberapa penelitiannya yang paling
penting tentang kepribadian dan pilihan karier. Sejak kemunculan teori Holland,
teori ini telah menjadi kekuatan utama dalam psikologi terapan. Presentasi pertama
teori ini pada tahun 1959 yang menekankan pencarian aspek kesesuaian individu-
lingkungan (Mauta, 2010: 11). Orang membuat pilihan pekerjaan dalam pencarian
arti untuk situasi yang memuaskan hierarki kesesuaiannya.
Pada versi awal ini juga terdapat penekanan pada akuisisi dan pengolahan
informasi lingkungan. Orang dengan informasi lebih lanjut tentang lingkungan
kerja dapat membuat pilihan yang lebih memadai daripada orang-orang dengan
kurang informasi. Selain itu, pengaruh eksternal seperti orang tua dan guru juga
berpengaruh terhadap pilihan karier individu.
Serangkaian artikel penelitian yang luar biasa diikuti saat Holland berada di
National Merit Scholarship Corporation yang mendokumentasikan karakteristik
dari jenis, kegiatan yang disukai, deskripsi diri, dan kompetensi. Studi ini, yang
dirangkum Holland, mengungkapkan bahwa enam jenis kepribadian, bila dihitung
dengan menggunakan satu dari beberapa inventori, menunjukkan pola yang reliabel
dengan prediksi teoritis. Misalnya, jenis realistis cenderung keras kepala dan
menyesuaikan. Mereka lebih memilih seni industri dan pertanian sebagai bidang
utama dan surveyor dan mekanik sebagai pilihan kerja. Sedangkan jenis artistik
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
34
cenderung imajinatif dan emosional. Mereka lebih memilih seni dan musik sebagai
bidang utama dan artis dan penulis sebagai pilihan kerja.
Tahun 1970-an ditandai dengan periode intens dalam penelitian pengukuran
dan pengembangan. The Self-Directed Search (SDS) muncul. Tema Holland
ditambahkan ke Strong-Campbell Interest Inventory, dan kemudian
memperkenalkan teori kepada masyarakat. Selama periode ini, Holland adalah
direktur dari Pusat Organisasi Sekolah Sosial di Johns Hopkins University. Selama
periode yang sama, bekerja pada klasifikasi lingkungan pendidikan tinggi
memberikan cara untuk klasifikasi lingkungan kerja, dan perhatian yang intens
beralih ke masalah gender dalam pengukuran minat. Sebuah kemajuan yang
signifikan dalam pemahaman sifat minat dengan penemuan struktur yang
terjabarkan dalam Holland’s Hexagonal.
b. Teori Pilihan Karier John Holland
Pada teori yang dikembangkan oleh John L. Holland menjelaskan bahwa
suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor
hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua,
dan orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting (Brown & Lent,
2005: 25). Teori John Holland didasarkan pada modal pribadi orientasi atau proses
perkembangan yang dibentuk melalui faktor keturunan dan kehidupan individu
sejarah bereaksi terhadap tuntutan lingkungan.
Menurut Holland (Zunker, 2006: 31) individu tertarik pada karier tertentu
karena kepribadian mereka yang akan memilih karier yang sesuai dengan minatnya.
Sehingga Holland merumuskan tipe-tipe (golongan) kepribadian dalam pemilihan
pekerjaan berdasarkan atas inventori kepribadian yang disusun atas dasar minat.
Menurut Holland (Hadiarni & Irman, 2009:99), kepribadian seseorang merupakan
hasil dari keturunan dan pengaruh lingkungan. Selanjutnya berkaitan dengan minat
terhadap sebuah pekerjaan atau karier (vocational interest) yang memiliki oleh
seseorang, menurut Holland merupakan kompromi atau perkawinan antara
karakteristik kepribadian (personal) seseorang dengan kesempatan yang diberikan
lingkungannya (personal environment interaction), diantara kesempatan tersebut
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
35
adalah peluang berkembang, kesempatan berkarya dan interaksi dengan sejawat,
sehingga karier mencerminkan sejarah kehidupan bagi diri seseorang.
Holland dalam teori tipologi karier mengenai perilaku vokasional
berpendapat bahwa penting membangun keterkaitan atau kecocokan antara tipe
kepribadian individu dan pemilihan karier (Seniawati, dkk 2014: 3). Holland
(Wicaksana, 2015: 1078) berkeyakinan bahwa suatu minat yang menyangkut
pekerjaan dan okupasi adalah hasil perpaduan dari sejarah hidup seseorang dan
keseluruhan kepribadiannya sehingga minat tertentu akhirnya menjadi suatu ciri
kepribadian yang berupa ekspresi diri dalam bidang pekerjaan, bidang studi
akademik, hobi, dan berbagai kegiatan rekreatif serta kesukaan yang lain. Dalam
teori Holland terdapat empat asumsi yang merupakan jantung teori Holland
(Zunker, 2006: 32). Empat asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kebanyakan orang dapat dikategorikan sebagai salah satu dari enam tipe:
realistik, investigatif, artistik, sosial, enterprising, dan konvensional.
b. Ada enam tipe lingkungan pekerjaan: realistik, investigatif, artistik, sosial,
enterprising, dan konvensional.
c. Orang menyelidiki lingkungan-lingkungan yang akan membiarkan atau
memungkinkannya melatih keterampilan-keterampilan dan kemampuan-
kemampuannya, mengekspresikan sikap-sikap dan nilai-nilainya, dan
menerima masalah-masalah serta peranan-peranan yang sesuai.
d. Perilaku seseorang ditentukan oleh interaksi antara kepribadiannya dan ciri-ciri
lingkungannya.
Holland dalam teori vokasionalnya mengemukakan bahwa pengenalan minat
dan karakteristik individu akan dapat memprediksikan pekerjaan yang tepat dan
memuaskan bagi individu tersebut (Kumaidi dkk, 2017:554). Teori Holland
(Munandir, 1996:107) menekankan pilihan pekerjaan dari sudut lingkungan kerja,
pribadi dan perkembangan, serta interaksi pribadi dengan lingkungannya. Pilihan
pekerjaan merupakan perluasan kepribadian dan merupakan uasaha untuk
mengungkapkan diri dalam kehidupan kerja.
Teori Holland memberikan perhatian pada karakteristik perilaku atau tipe
kepribadian sebagai penyebab utama dalam pilihan dan perkembangan karier
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
36
individu. Dalam pandangan Holland pemilihan dan penyelarasan karier merupakan
suatu kepanjangan dari kepribadian seseorang. Holland menegaskan bahwa ada
keterkaitan antara karakter kepribadian, lingkungan dan pekerjaan yang
memungkinkan mereka mengasah keterampilan dan kemampuan, mengungkapkan
sikap dan nilai-nilai yang mereka yakini dan hal-hal sejenis lainnya, Hadiarni &
Irman (2009:102).
Teori Holland adalah teori mengenai pemilihan pekerjaan berdasarkan minat
dan bakat seseorang. Selain itu, menurut Holland pemilihan pekerjaan pun didasari
pada faktor lingkungan dimana individu tinggal. Holland mengakui bahwa
pandangannya berakar dalam psikologi diferensial, terutama penelitian dan
pengukuran terhadap minat dalam tradisi psikologi kepribadian yang mempelajari
tipe-tipe kepribadian.
c. Tipe Kepribadian Holland
Teori Holland (Brown & Lent, 2005: 28), Tipe kepribadian memiliki
karakteristik yang unik, yang berkembang dari faktor genetik dan pengaruh
lingkungan. Teori Holland menyatakan bahwa area RIASEC berbentuk hexagonal
didasarkan pada hubungan antara tipe yang satu dengan lainnya yang sering disebut
dengan Holland’s Hexagonal. Seperti yang digambarkan pada Gambar berikut :
Gambar 2.1 Holland’s Hexagonal
Teori Holland mengemukakan bahwa terdapat enam tipe kepribadian
seringkali disebut dengan RIASEC, yang merupakan singkatan dari Realistic,
Investigative, Artistic, Social, Enterprising, dan Conventional yaitu sebagai berikut:
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
37
1) Realistik
Tipe realistik menurut Holland (Zunker, 2006: 33) bahwa tipe model ini
memiliki kemampuan praktis dan lebih suka bekerja dengan mesin atau alat.
Dengan ciri-ciri kepribadianya yaitu: mengutamakan kejantanan, fisik yag sehat,
kekuatan otot, keterampilan fisik, pendiam, konkrit, bekerja praktis, sistematis,
kurang memiliki ketrampilan sosial, serta kurang peka dalam hubungan dengan
orang lain. Sedangkan pekerjaan yang cocok menurut holland (Brown & Lent,
2005: 28) mengemukakan contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini
adalah ahli mesin, elektro, montir mobil, pengendali pesawat, surveryor atau
pekerja pengukur tanah, petani.
2) Investigatif
Tipe Investigatif menurut Holland (Zunker, 2006: 33) berpendapat Tipe
kepribadian Investigatif ini ditandai dengan adanya suatu tugas-tugas yang
memerlukan kemampuan bersifat abstrak dan logis. Holland (Brown & Lent, 2005:
28) mengemukakan ciri-ciri kepribadianya yaitu : Analitis, waspada, kritis, ingin
tahu, pendiam, sederhana, memiliki kemampuan matematika dan ilmiah.
Sedangkan pekerjaan yang cocok menurut Holland (Patton dan McMahon, 2006:
32) contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah ahli biologi, kimia,
fisika, antropolog, ahli geologi.
3) Artistik
Tipe artistik menurut Holland (Patton dan McMahon, 2006: 32)
berpendapat bahwa tipe kepribadian artistik ini ditandai dengan adanya kemampuan
artistik atau kreatif menggunakan intuisi dan imajinasi untuk pemecahan masalah.
Holland (Brown & Lent, 2005: 28) mengemukakan ciri-ciri kepribadianya yaitu
kreatif, inovatif, ekspresif, idealistis, imajinatif. Sedangkan contoh pekerjaan yang
cocok menurut Holland (Zunker, 2006: 33) mengemukakan contoh pekerjaan
orang dengan model orientasi ini adalah ahli musik, ahli kartun, ahli drama,
pencipta lagu, penyair.
4) Sosial
Tipe sosial menurut Holland (Patton dan McMahon, 2006: 32) tipe
kepribadian sosial ini ditandai dengan adanya keterampilan sosial yang baik, ramah
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
38
menikmati keterlibatan dengan orang dan bekerja dalam tim. Holland (Zunker,
2006: 33) mengemukakan ciri-ciri kepribadianya yaitu : pandai bergaul dan
berbicara, bersifat responsive, bertanggung jawab, kemanusiaan, bersifat religius,
membutuhkan perhatian, memiliki kecakapan verbal. Holland (Brown & Lent,
2005: 28) mengemukakan contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini
adalah pekerjaan sosial seperti guru, pekerja soial, ahli agama, konselor, psikolog
klinis dan psikiater.
5) Enterprising
Tipe enterprsing menurut Holland (Zunker, 2006: 33) tipe model ini
memiliki ciri khas diantaranya menggunakan keterampilan-keterampilan berbicara
dalam situasi dimana ada kesempatan untuk menguasai orang lain atau
mempengaruhi orang lain. Holland (Brown & Lent, 2005: 28) mengemukakan ciri-
ciri kepribadianya yaitu : Optimis, percaya diri, ramah, banyak bicara, aktif.
Holland (Zunker, 2006: 33) mengemukakancontoh pekerjaan orang dengan model
orientasi ini adalah pedagang, politikus, manajer pimpinan eksekutif perusahaan,
perwakilan dagang.
6) Konvesional
Tipe konvesional menurut Holland (Zunker, 2006: 33) tipe model ini pada
umumnya memiliki kecenderungan terhadap kegiatan verbal, ia menyenangi
bahasa yang tersusun baik, numerical (angka) yang teratur. Holland (Brown & Lent,
2005: 28) mengemukakan ciri-ciri kepribadianya yaitu : cermat, teliti, sesuai atau
menyesuaikan diri, bersungguh-sungguh, efisien,teliti. Holland (Zunker, 2006: 33)
mengemukakan contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah kasir,
statistika, pemegang buku, pegawai arsip, pegawai bank.
d. Model Lingkungan Menurut Teori Holland
Teori Holland (Brown & Lent, 2005: 32) menggambarkan bagaimana
individu berinteraksi dengan lingkungan mereka serta bagaimana individu dan
karakteristik lingkungan mengakibatkan pilihan kejuruan dan penyesuaian
pekerjaan. Selain itu lingkungan kerja, menurut teori Holland dan penelitian
mendukung, dijelaskan dalam hal setara atau sepadan dan saling melengkapi atas
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
39
dasar kepribadian dari orang yang bekerja di dalamnya dan jenis kegiatan pekerjaan
di mana orang biasanya terlibat.
Kunci karakteristik orang dan lingkungan teori Holland telah dijelaskan,
elemen-elemen ini dapat dikombinasikan untuk memahami bagaimana menurut
Holland individu membuat pilihan-pilihan yang mereka lakukan. Empat indikator
diagnostik secara teoritis adalah pusat untuk teori Holland (Brown & Lent, 2005;
Zunker, 2006; Patton dan McMahon, 2006) yaitu :
1) Kesesuaian (Congruence)
Indikator diagnostik pertama, congruence atau kesesuaian, adalah istilah
Holland untuk tingkat kesesuaian antara kepribadian seseorang dan jenis
lingkungan kerja di mana dia saat ini tinggal serta untuk persiapan memasuki
lingkungan kerja tersebut.
Holland menunjukkan bahwa individu akan mencari dan memasuki
lingkungan kerja kongruen dengan subtipe mereka yang akan memungkinkan
mereka untuk “latihan keterampilan dan kemampuan mereka, mengungkapkan
sikap dan nilai-nilai mereka, dan mengambil masalah menyenangkan dan peran”.
Selanjutnya, kemampuan untuk membuat pilihan yang kongruen dapat dimediasi
oleh beberapa variabel atau kondisi, seperti pentingnya tempat individu pada
identifikasi dengan kelompok, serta variabel penyesuaian seperti kecemasan atau
depresi.
Penelitian berlanjut di daerah ini penting dari teori Holland, tetapi jelas
bahwa banyak orang memiliki waktu yang sulit mengidentifikasi pilihan kerja
sama, mencari informasi yang akurat untuk mengevaluasi pilihan mereka, dan
terlibat dalam daftar perilaku efektif. Dengan demikian Congruence atau
kesesuaian, memiliki implikasi penting untuk intervensi karier saat konselor
biasanya tidak melihat orang yang telah mampu, tanpa bantuan, untuk menemukan
pilihan karier kongruen.
2) Konsistensi (Consistency)
Indikator teoritis kedua, consistency atau konsistensi, adalah ukuran dari
harmoni internal maupun koherensi skor jenis individu. Konsistensi dihitung
dengan memeriksa posisi dua huruf pertama dari kode tiga huruf pada segi enam.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
40
Beberapa pasangan tipe lebih dekat hubungannya daripada yang lainnya. Misalnya,
tipe-tipe realistik dan investigatif lebih banyak persamaannya daripada tipe-tipe
konvensional dan artistik.
Konsistensi adalah tingkat hubungan antara tipe-tipe kepribadian atau
antara model-model lingkungan. Taraf-taraf konsistensi atau keterhubungan
diasumsikan mempengaruhi preferensi vokasional. Misalnya, orang yang paling
menyerupai tipe realistik dan paling menyerupai berikutnya dengan tipe investigatif
(orang yang realistik-investigatif) seharusnya lebih dapat diramalkan daripada
orang yang realistik-sosial.
3) Diferensiasi (Differentiation)
Diferensiasi mengacu pada keunikan dari profil kepribadian individu dan
didefinisikan sebagai tertinggi dikurangi terendah skor di antara enam jenis atau
antara tiga nilai yang terdiri dari tiga huruf kode. Diferensiasi tertinggi akan
menjadi kemiripan tingkat tinggi dengan satu jenis saja, sedangkan yang terendah
akan menjadi profil datar sempurna dengan skor identik pada semua enam jenis.
Rendahnya tingkat diferensiasi secara teoritis menyebabkan kurang kejelasan dan
lebih banyak kesulitan dalam membuat pilihan kejuruan.
4) Identitas (Identity)
Konsep terakhir yaitu identity atau identitas, mengacu pada sejauh mana
individu memiliki “gambar tujuan, minat, dan bakat”. Identitas berkaitan dengan
diferensiasi dan konsistensi dalam mendefinisikan kekuatan kepribadian dan
lingkungan. Hubungan antara keempat indikator diagnostik atau teoritis tersebut
(keselarasan, konsistensi, diferensiasi, identitas) dan penggunaannya sebagai ide
penafsiran serta mengorganisir atau konstruksi teoritis.
Hal lain dianggap sama, kongruen, konsisten, dan baik atau seimbang pada
individu dibedakan atau perbedaan harus memiliki identitas vokasional yang lebih
tinggi mungkin melakukan pekerjaan yang kompeten, puas, pribadi yang efektif,
dan terlibat dalam perilaku sosial dan pendidikan yang tepat. Karena itu, individu
harus dapat lebih baik untuk mengidentifikasi kemungkinan kejuruan kongruen,
membuat pilihan karier dan penyesuaian dengan lebih sedikit kesulitan, serta
merasa lebih puas dan sukses di tempat kerja.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
41
C. IDEAS (Interest Determination, Exploration and Assessment System)
Sebagai Konstruk Pengembangan Alat Ukur Skala Pilihan Karier
1. Pengertian IDEAS
IDEAS dikembangkan oleh Charles B. Johansson, memimpin Program
Pengujian Seluruh Negara Bagian Minnesota di University of Minnesota dan
menulis IDEAS, yang diterbitkan oleh Peasron Assessments. Johansson juga
penulis dari Career Assessment Inventory (CAI). CAI menyediakan banyak dasar
untuk IDEAS. IDEAS adalah singkatan dari Interest Determination, Exploration
and Assessment System (Johansson, 2014: 2). Di bidang pengembangan karir
diklasifikasikan sebagai inventaris minat.
IDEAS membantu siswa mengembangkan kesadaran tentang kemungkinan
pilihan karier. Instrumen ini sesuai untuk kepentingan yang luas dan dapat
membantu pengguna mempersempit minat untuk eksplorasi lanjutan. IDEAS
adalah sebagai pengantar karier dan dunia kerja (Johansson, 2014: 2). IDEAS tidak
dimaksudkan untuk menentukan pilihan karier, melainkan, menyediakan bidang
karier yang luas untuk eksplorasi lebih lanjut, sangat baik untuk remaja atau orang
dewasa yang telah melakukan sedikit eksplorasi karier hingga saat ini.
Pilihan karier sangat memengaruhi kehidupan seseorang, memilih karier
yang sesuai dengan minat orang itu penting. IDEAS memperkenalkan pengukuran
minat dengan memperluas pilihan orang dan memberikan informasi yang berguna.
Profil IDEAS menunjukkan bagaimana skor individu dalam enam belas bidang
minat dibandingkan dengan orang lain yang memiliki usia yang sama(Johansson,
2014: 2).
Hasil IDEAS tidak memberi tahu pengguna apa yang seharusnya, hanya
bahwa minat mereka sesuai dengan bidang karir tertentu. Meskipun IDEAS dapat
membantu memusatkan perhatian pada bidang minat tertentu, tujuannya bukan
untuk membantu pengguna memilih karier tertentu, melainkan untuk menyelidiki
bidang minat dan karier terkait (Johansson, 2014: 2). Konselor harus mendorong
pengguna untuk meneliti dan mengeksplorasi keterampilan, upah, pendidikan dan
pelatihan, pandangan, dan pertimbangan lain dari pekerjaan yang berbeda ketika
mempertimbangkan pilihan karier.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
42
2. Kostruk Instrumen IDEAS
Dalam istilah sederhana IDEAS mengukur kepentingan pekerjaan.
Pengguna harus memutuskan apakah mereka suka, tidak suka dengan 128 tugas
individu yang berbeda dan harus menanggapi semua item. Setelah menyelesaikan
inventaris, pengguna menerima profil individual yang menunjukkan bagaimana
pola minat mereka masuk ke dalam enam belas skala bidang minat yang berbeda,
berdasarkan jenis RIASEC John Holland yang diterima secara luas (Johansson,
2014: 2).
Menurut Johansson (2014: 2) Guru Bimbingan dan Konseling atau konselor
dapat menggunakan inventaris IDEAS dengan siswa SMP, SMP, dan SMA dalam
hubungannya dengan program karir dan unit bimbingan untuk membantu siswa:
1) Mengembangkan kesadaran pribadi yang dapat mempengaruhi pengembangan
dan arah karier
2) Mengetahui jalur karier yang sesuai dengan minat dan bakat mereka
3) Membiasakan diri dengan karier dan dunia kerja
4) Mengetahui alternatif pendidikan tinggi
3. Area Bidang IDEAS
Hasil IDEAS disajikan dalam profil individual yang menunjukkan kepada
pengguna bagaimana pola minatnya cocok dengan enam belas bidang minat berikut
(Johansson, 2014: 2):
1) Mekanik
Menggunakan alat untuk memperbaiki atau memperbaiki hal-hal, seperti
radio yang rusak, adalah minat untuk bidang ini. Menjadi mekanik, membuat
barang-barang dari kayu, dan memperbaiki barang-barang di sekitar rumah
semuanya diukur dengan skala ini. Mekanik dan teknisi perbaikan layanan memiliki
skor tinggi pada skala ini.
2) Layanan Perlindungan
Melayani masyarakat dengan memberikan keamanan dan penegakan
hukum adalah minat bidang ini. Kelompok dengan skor tinggi termasuk petugas
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
43
polisi, pemadam kebakaran, penjaga keamanan, personel militer, petugas koreksi
dan detektif.
3) Alam
Berada di luar, menanam bunga, melewati hutan, dan menanam pohon
adalah jenis kegiatan untuk area ini. Pekerjaan terkait adalah pekerjaan tukang
kebun, rimbawan, petugas konservasi, petani dan ilmuwan pertanian.
4) Matematika
Minat di bidang ini berkaitan dengan mempelajari aljabar dan geometri,
menggunakan rumus matematika dan memecahkan teka-teki matematika.
rumus. Pekerjaan dengan skor tinggi di bidang ini termasuk ahli matematika,
insinyur, ekonomi, guru sains matematika, dan ilmuwan komputer.
5) Sains
Mempelajari efek gravitasi, bekerja di laboratorium penelitian, membaca
buku tentang sains, dan melakukan eksperimen ilmiah adalah kegiatan yang disukai
oleh teknisi laboratorium, pekerja penelitian, ahli kimia, ahli biologi, dan ilmuwan
lainnya.
6) Kesehatan
Memberikan bantuan medis kepada orang-orang, menjadi bagian dari tim
operasi medis, melakukan penelitian tentang penyakit dan meningkatkan kesehatan
orang lain adalah minat perawat, dokter, teknisi laboratorium, dan profesional
medis lainnya.
7) Seni Rupa
Kegiatan seni rupa, seperti menggambar, membuat sketsa dan pergi ke
galeri seni, serta hobi hobi, seperti membuat tembikar atau permadani adalah
kegiatan yang disukai oleh perancang interior, perancang busana, seniman musik
dan orang-orang kreatif lainnya.
8) Menulis
Menulis puisi, mempelajari sastra dan puisi, dan menulis novel atau cerita
majalah adalah kegiatan yang disukai oleh wartawan, penulis, pustakawan dan
jurnalis.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
44
9) Layanan Komunitas
Bersama orang-orang dan membantu mereka, bekerja dengan kelompok
dalam suatu proyek, membantu seseorang memecahkan masalah pribadi, dan
melakukan pekerjaan sukarela adalah minat yang terkait dengan menjadi penasihat
sekolah menengah, pekerja sosial, penasihat pernikahan, atau psikolog.
10) Pendidikan
Membantu individu belajar, terutama di sekolah, adalah minat penting dari
bidang ini. Memberikan instruksi kepada individu, seperti menjadi instruktur
mengemudi, instruktur renang, atau pendidik adalah minat guru sekolah menengah,
guru sekolah dasar dan menengah, instruktur perguruan tinggi dan asisten guru.
11) Pendidikan Anak
Berada bersama anak-anak, seperti merawat mereka, membantu mereka
dengan pelajaran mengeja, atau mengarahkan permainan anak-anak adalah minat
yang terkait dengan menjadi guru sekolah pembibitan, guru sekolah dasar, spesialis
perkembangan anak dan penyedia penitipan anak.
12) Public Speaking
Berdebat, memimpin diskusi, wawancara, dan berbicara untuk sudut
pandang pribadi adalah kegiatan yang disukai oleh pejabat publik, pemimpin
agama, pengacara, dan wartawan surat kabar dan lainnya dalam karir yang sama.
13) Bisnis
Mewawancarai orang-orang untuk pekerjaan, menjadi penyelia, manajer,
dan pemimpin adalah minat orang-orang yang suka bertanggung jawab atas bisnis,
organisasi, atau kelompok pekerja.
14) Marketing
Kegiatan yang melibatkan penjualan sesuatu kepada orang termasuk dalam
area ini. Orang yang suka bersama publik dengan cara ini menikmati penjualan,
membujuk orang untuk membeli sesuatu, dan mempelajari teknik penjualan dan
pemasaran. Secara umum, banyak pekerjaan penjualan adalah bagian dari area ini.
15) Perkantoran
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
45
Mengetik surat atau laporan, mengarsipkan catatan, dan mempelajari tugas
pembukuan dan kantor terkait dengan pekerjaan seperti sekretaris, resepsionis,
pemegang buku, dan asisten administrasi.
16) Layanan Makanan
Mempersiapkan makanan, mencoba resep baru, bekerja di dapur, dan
mempelajari ekonomi rumah adalah kegiatan yang berkaitan dengan bekerja di
restoran, atau menjadi manajer layanan makanan, katering, atau manajer restoran.
4. Bidang Minat IDEAS dan Enam Tipe Kepribadian Holland
Teori Holland tentang hubungan antara tipe kepribadian, lingkungan kerja
dan kepuasan kerja mendefinisikan enam lingkungan atau tipe kerja yang unik. Ini
disebut sebagai tipe “RIASEC”dengan RIASEC adalah singkatan dari Realistic,
Investigative, Artistic, Social, Enterprising, dan Convensional. Menurut Johansson
(2014: 2) IDEAS mengatur enam belas bidang minat sesuai dengan jenis RIASEC
yang diterima secara luas, yaitu :
1) Realistis: Mekanik, Layanan Perlindungan, Alam / Luar Ruangan
2) Investigatif: Matematika, Sains, Kesehatan
3) Artistik: Seni Rupa, Menulis
4) Sosial: Pengabdian kepada Masyarakat, Pendidikan, Pendidikan Anak
5) Enterprising: Public Speaking, Bisnis, Marketing
6) Konvensional: Perkantoran, Layanan Makanan
5. Tren Penelitian Dalam Pilihan Karier
Perubahan dari waktu ke waktu menjadikan tren penelitian dalam pilihan
karier semakin banyak. Hal tesebut menjadi evaluasi bagi peneliti untuk
mengembangkan instrumen untuk melengkapi kekurangan-kekurangan. Beberapa
peneliti yang mengembangkan instrumen karier, sehingga menjadi bahan untuk
mengembangkan instrumen. Pengembang instrumen karer diantaranya sebagai
berikut :
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
46
Tabel 2.4
Trend Penelitian Dalam Pemilihan Karier
NO TOKOH ALAT UKUR DEFINISI
BENTUK
SKALA
PENGUKURAN
BIDANG KERJA KONTEN
(ISI INSTRUMEN)
1 John Holland
(1973)
Self Direccted
Search (SDS) SDS merupakan alat ukur
karir yang dikembangkan
oleh Holland. Tujuan tes
SDS untuk mengungkap
minat pekerjaan serta
karakteristik pribadi dan
lingkungan
Bentuk skala
pengukuran
Guttman dengan
pola :
Ya = 1
Tidak = 0
Karakeristik pribadi
dan lingkungan
1. Realistik
2. Investigatif
3. Artistik
4. Sosial
5. Enterprising
6. Konvesional
Di dalam SDS
terdapat 3 aspek :
1. Aktivitas
2. Pekerjaan
3. Kompetensi
2 Dr. Charles B.
Johansson
(2014)
Ideas Inventory
(Interest
Determination
Exploration and
Assesment
System)
IDEAS membantu siswa
dan orang dewasa
mengembangkan
kesadaran akan
kemungkinan pilihan
karier.
Dengan cara
menyelesaikan inventori
tersebut individu
menerima profil yang
cocok dengan minat
mereka.
Bentuk skala
pengukuran Likert
Scales dengan pola
:
Sangat Suka
Suka
Biasa saja
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka
Realistik :
1. Mechanical
2. Protective service
3. Nature / Outdoors
Investigativ:
1. Mathematics
2. Science
3. Medical
Artistik :
1. Creative Arts
Di dalam Ideas
terdiri dari 16 bidang
kerja yang terdiri
dari 2 aspek yaitu :
1. Aktivitas
2. Pekerjaan
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
47
IDEAS ini terdiri dari 16
bidang minat yang
berbeda berdarkan bidang
kerja RIASEC John.
Holland
2. Writing
Sosial :
1. Community
Service
2. Educating
3. Child care
Enterprising :
1. Public Speaking
2. Business
3. Sales
Konvesional :
1. Office Practices
2. Food Service
3 Guidance
Division
Survey,
Oklahoma
Department of
Career and
Technology
Education
CCIS
(Career Cluster
Interest Survey)
Career Cluster Interest
survey adalah alat ukur
minat untuk
mengeksplorasi minat
karier mereka sesuai
dengn 16 bidang
Bentuk skala
pengukuran
Guttman dengan
pola :
Ya = 1
Tidak = 0
1. Agriculture, Food
& Natural
Resources
2. Architecture &
Construction
3. Arts, Audio-Video
Technology and
Communications
4. Busniess
Management &
Administration
Di dalam CCIS
terdiri 16 bidang/box
1 bidang/box terditi
3 aspek yang
digabungkan yaitu :
1. Aktivitas
2. Karakteristik
pribadi
3. Bidang pelajaran
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
48
5. Educating &
Training
6. Finance
7. Goverment &
Public
Administration
8. Health Science
9. Hospitaly &
Tourism
10. Human services
11. Information
Technology
12. Law, Public
Safety,
Corrections,
Security
13. Manufacturing
14. Marketing
15. Science,
Technology,
Engineering
& Mathematics
16. Transportation,
Distribution &
logistic
Realistik:
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
49
1. Agricultur, food &
Natural Resource
2. Arsitektur dan
kontruksi
3. Manufacturing
Investigatif :
1. Health Science
Artistik :
1. Art, Audio visual
Technology &
Communications
Sosial :
1. Education &
Training
2. Human service
Enterprising:
1. Finance
2. Business
Management &
Administrasi
3. Marketing
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
50
4. Law, Public
safety, corrections
& security
Konvensional :
1. Hospitality &
Torism
2. Goverment &
Public
Administration
4 Edward Kellog
Strong
(1927)
SII
(Strong Interest
Inventory)
SII adalah alat penilaian
karier untuk mengukur
minat siswa sehingga
membantu siswa dalam
memilih karier atau
jurusan kuliah.
Bentuk skala
pengukuran
Guttman dengan
pola :
Ya dan Tidak
Suka
Tidak tahu
Tidak suka
Realistik :
1. Nature &
Agriculture
2. Athletics
3. Military
4. Computer
Hardware &
Electronic
5. Mechanics &
Construction
6. Protective service
Investigativ:
1. Research
2. Mathematics
3. Science
1. Medical Science
Terdiri dari aspek :
1. Aktivitas
2. Pekerjaan
3. Karakter Pribadi
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
51
Artistik :
1. Writing & Mass
Communication
2. Culinary Arts
3. Performing Arts
4. Visual Arts &
Design
Sosial :
1. Religion &
Spirituality
2. Counseling &
Helping
3. Teaching &
Educating
4. Human Resource
& Tranning
5. Social Sciences
6. Healthcare Service
Enterprising :
1. Politics & Public
Speaking
2. Management
3. Marketing &
Advertising
4. Sales
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
52
5. Law
6. Enterpreuneurship
Konvesional :
1. Office
Management
2. Finace &
Investing
3. Taxes &
Accounting
4. Programming &
Information
systems
5 Edwin Lee &
Louis P.
Thorpe
(1943)
Lee-Thorpe Lee-Thorpe bertujuan
untuk membantu
menemukan minat
jabatan pada individu.
Bentuk paired
comparison tidak
ada jawaban yang
benar atau salah.
Pola :
A
B
1. Pribadi-sosial
2. Natural
3. Mekanik
4. Bisnis
5. Seni
6. Sains
1. Tugas rutin
2. Tugas yang
mempersyaratkan
keterampilan
(kreatitivitas)
3. Tugas yang
mempersyaratkan
pengetahuan,
keterampilan, dan
pertimbangan
keahlian
(Profesional)
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
53
D. Pengembangan Skala Pilihan Karier
1. Konstruk Pengembangan Skala Pilihan Karier
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan skala pilihan karier. Dengan
demikian, penelitian ini berlandaskan dari teori karier. Adapun teori karier yang
dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori Holland. Teori Holland
dianggap paling sesuai karena pendekatan Holland sangat memperhatikan
kepribadian sebagai pemberi pengaruh utama dalam pilihan dan perkembangan
karier. Dalam teori Holland terdapat empat asumsi yang merupakan jantung teori
Holland (Zunker, 2006: 32). Empat asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kebanyakan orang dapat dikategorikan sebagai salah satu dari enam tipe:
realistik, investigatif, artistik, sosial, enterprising, dan konvensional.
b. Ada enam tipe lingkungan pekerjaan: realistik, investigatif, artistik, sosial,
enterprising, dan konvensional.
c. Orang menyelidiki lingkungan-lingkungan yang akan membiarkan atau
memungkinkannya melatih keterampilan-keterampilan dan kemampuan-
kemampuannya, mengekspresikan sikap-sikap dan nilai-nilainya, dan
menerima masalah-masalah serta peranan-peranan yang sesuai.
d. Perilaku seseorang ditentukan oleh interaksi antara kepribadiannya dan ciri-ciri
lingkungannya.
Dalam alat ukur pilihan karier yang akan di kembangkan dengan konten (isi
instrumen) berdasarkan 4 aspek, yaitu :
a. Aktivitas merupakan kegiatan sehari-hari yang individu sukai yang berkaitan
dengan tipe kepribadian RIASEC
b. Karakteristik Pribadi merupakan kepribadian yang menonjol dalam diri
individu sehinga menghasilkan perilaku dalam kehidupannya.
c. Bidang Studi merupakan pelajaran sekolah yang individu sukai
d. Pekerjaan merupakan suatu bidang kerja yang akan mengarahkan individu
untuk mencapai karier yang diinginkannya sesuai dengan keahlian yang
dimilikinya.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
54
Bagan 2.1
Konstruk Pengembangan Skala Pilihan Karier
Pada teori yang dikembangkan oleh John L. Holland menjelaskan bahwa
suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor
hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua,
dan orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting (Brown & Lent,
2005: 25). Teori John Holland (Zunker, 2006: 3) didasarkan pada modal pribadi
orientasi atau proses perkembangan yang dibentuk melalui faktor keturunan dan
kehidupan individu sejarah bereaksi terhadap tuntutan lingkungan.
Sedangkan IDEAS merupakan alat ukur yang membantu siswa
mengembangkan kesadaran tentang kemungkinan pilihan karier. Instrumen ini
sesuai untuk kepentingan yang luas dan dapat membantu pengguna mempersempit
minat untuk eksplorasi lanjutan (Johansson, 2014: 2). Profil IDEAS menunjukkan
bagaimana skor individu dalam enam belas bidang minat.
John L. Holland merumuskan tipe-tipe (golongan) kepribadian dalam
pemilihan pekerjaan berdasarkan atas inventori kepribadian yang disusun atas dasar
minat. Ada 6 tipe kepribadian sedangkan Johannson mengembangkan ada 16
bidang kerja yang saling berhubungan dengan tipe RIASEC diantaranya yaitu :
Skala Pilihan
Karier
Pekerjaan
Bidang Studi
Karakterstik
Pribadi
Aktivitas
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
55
1) Realistik
Tipe realistik memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan kerja yang
melibatkan objek, alat, mesin yang dapat dikerjakan secara sistematis. Individu
dengan tipe realistik memiliki karakter pribadi fisik yang kuat, praktis, sistematik,
ambisius, pendiam, optimis, tegas, bertanggung jawab. Menurut Johansson (2014:
8) dalam tipe realistik terbagi ke 3 bidang yaitu:
a. Mekanik (Mechanical)
Kegiatan bidang mekanik yaitu memperbaiki dengan menggunakan alat
untuk memperbaiki atau memperbaiki hal-hal, seperti radio yang rusak, membuat
barang-barang dari kayu, dan memperbaiki segala hal di sekitar rumah diukur
dengan skala ini. Pekerjaan yang cocok untuk bidang ini yaitu mekanik dan teknisi
perbaikan layanan.
b. Layanan Perlindungan (Protective Services)
Kegiatan bidang ini adalah untuk melayani masyarakat dengan memberikan
keamanan dan hukum. Penegakan hukum merupakan kepentingan bidang ini.
Pekerjaan yang cocok pada bidang ini yaitu polisi, petugas pemadam kebakaran,
penjaga keamanan, personil militer, petugas koreksi dan detektif.
c. Alam (Nature/Outdoor)
Kegiatan bidang ini adalah individu yang senang berada di luar, menanam
bunga, melewati hutan, dan menanam pohon. Pekerjaan yang cocok pada bidang
ini yaitu orang-orang dari tukang kebun, rimbawan, petugas konservasi, petani dan
pertanian ilmuwan.
Dapat disimpulkan tipe realistik mempunyai ciri khas dengan aktivitas yang
mengandalkan fisik yang berhubungan dengan alat atau mesin dan mneyukai alam.
Memiliki karakter pribadi fisik yang kuat, praktis, sistematik, ambisius, pendiam,
optimis, tegas, bertanggung jawab. Tipe ini menyukai bidang studi mengenal
komponen mesin, mengenal jenis perkayuan, matematika, IPA, IPS, Fisika, PKN,
Bahasa Indonesia, Sosiologi, mengenal jenis tumbuhan dan lingkungan hidup.
Pekerjaan yang cocok pada tipe ini di bidang mekanik yaitu ahli elekto, ahli mesin,
ahli perkayuan dan teknisi komputer. Bidang layanan perlindungan yaitu polisi,
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
56
hakim, jaksa, pengacara dan tentara. Sedangkan bidang alam yaitu ahli pertanian,
arkeologi, ilmuan lingkungan hidup.
2) Investigatif
Tipe investigative menyukai kegiatan yang berkaitan dengan situasi
observasional, berhubungan dengan simbol, sistematis, dan tertarik dengan
berbagai fenomena fisik, biologis, dan budaya dengan tujuan untuk memahami dan
mengendalikan fenomena tersebut. Perilaku tersebut mengarahkan tipe
investigative pada jenis kegiatan yang berkaitan dengan kompetensi ilmiah, teliti,
berpikir analitis, logika, objektif. Menurut Johansson (2014: 8) dalam tipe ini
terbagi ke 3 bidang yaitu:
a. Matematika (Mathematics)
Kegiatan bidang ini yaitu berkaitan dengan mempelajari aljabar dan
geometri, menggunakan rumus matematika dan memecahkan teka-teki matematika.
Pekerjaan yang cocok pada bidang ini yaitu ahli matematika, insinyur ekonomi,
guru matematika-sains dan ilmuwan komputer.
b. Ilmu Pengetahuan (Science)
Kegiatan bidang ini yaitu mempelajari efek gravitasi, bekerja di
laboratorium penelitian, membaca buku tentang sains, dan melakukan percobaan
ilmiah. Pekerjaan yang cocok pada bidang ini yaitu teknisi laboratorium, pekerja
penelitian, ahli kimia, ahli biologi dan lainnya ilmuwan.
c. Ilmu Kesehatan (Medical)
Kegiatan bidang ini yaitu memberi bantuan medis kepada orang-orang,
melakukan penelitian tentang penyakit dan meningkatkan kesehatan orang lain.
Pekerjaan yang cocok pada bidang ini yaitu perawat, dokter, dan profesional medis
lainnya.
Dapat disimpulkan tipe investigatif merupakan dimana orang-orang
mencari suatu pemecahan masalah melalui minat dan kompetensi matematik dan
ilmiah. Memiliki karakter pribadi ilah, analitis, logika, teliti, objektif. Tipe ini
menyukai bidang studi matematika, ekonomi, akuntansi, IPS, Fisika, biologi, kimia,
mengenal bentuk bumi, mengenal jenis-jenis obat dan sistem organ pada tubuh.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
57
Pekerjaan yang cocok pada tipe ini di bidang matematika yaitu guru matematika,
manajer keuangan, pegawai bank, konsultasi keuangan. Bidang ilmu pengetahuan
yaitu fisikiawan, ilmuan sains, kimiawan, ahli astronot. Sedangkan Ilmu kesehatan
yaitu dokter, perawat, bidan, apoteker.
3) Artistik
Tipe artistik senang berekspresi dengan cara yang tidak sistematis, selain itu
juga tipe artistik senang menciptakan bentuk-bentuk seni atau suatu produk; tidak
menyukai pekerjaan yang sistematis secara teknis lebih menyukai menentukan
kegiatannya sendiri. Secara umum tipe artistic memiliki kecenderungan emosional,
ekspresif, idealis, imajinatif, praktis, impulsif, independen, intuitif, sensitif dan
terbuka. diri, tidak fleksibel, hemat, tidak pengertian dan praktis/ tidak berbelit.
Menurut Johansson (2014: 8) dalam tipe ini terbagi ke 3 bidang yaitu:
a. Seni Kriya (Creative Arts)
Kegiatan bidang ini yaitu menggambar, membuat sketsa, dan pergi ke seni
galeri, membuat tembikar atau permadani. Pekerjaan yang cocok pada bidang ini
yaitu desainer interior, desainer mode, seniman musik dan orang kreatif lainnya.
b. Seni Pertunjukkan (Performing)
Kegiatan bidang ini yaitu pertunjukkan seni, memainkan alat musik.
Pekerjaan yang cocok pada bidang ini yaitu Artis, Aktor, dan penyanyi.
c. Penulisan (Writing)
Kegiatan bidang ini yaitu menulis puisi, mempelajari sastra dan puisi, dan
menulis novel atau cerita majalah. Pekerjaan yang cocok pada bidang ini yaitu
wartawan, penulis, dan pustakawan wartawan.
Dapat disimpulkan tipe artistik merupakan idividu yang senang dalam hal
seni dan mampu mengekprsikan perasaannya melalui seni. Karakter pribadi pada
tipe ini kreatif, inovatif, imajinatif, ekspresif. Tipe ini menyukai bidang studi seni
musik, seni budaya, drama, desain grafik dan seni bahasa. Pekerjaan yang cocok
pada tipe ini di bidang seni kriya yaitu perancang busana, pelukis, animatr, editor
foto, musik dan film. Bidang seni pertunjukkan yaitu penyanyi, penari, artis/aktor,
musisi. Sedangkan bidang penulisan yaitu penulis novel, wartawan, sastrawan,
pustakawan.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
58
4) Sosial (Social)
Tipe sosial secara umum memiliki kencenderungan senang memberikan
informasi dan membantu orang lain, mampu memahami perasaan orang lain,
sehingga dapat dikatakan tipe social memiliki kecenderungan sabar, ramah, murah
hati, membantu, baik, memiliki kemampuan persuasif, bertanggung jawab, mudah
bergaul, bijaksana, mampu memahami orang lain dan lingkungannnya. diri, tidak
fleksibel, hemat, tidak pengertian dan praktis/ tidak berbelit. Menurut Johansson
(2014: 8) dalam tipe ini terbagi ke 3 bidang yaitu:
a. Layanan Komunitas (Community Sevice)
Kegiatan bidang ini yaitu bersama orang-orang dan membantu mereka,
bekerja dengan kelompok pada proyek, membantu seseorang memecahkan masalah
pribadi, dan melakukan sukarelawan. Pekerjaan yang cocok pada bidang ini yaitu
konselor sekolah menengah, pekerja sosial, konselor pernikahan, atau psikolog.
b. Pendidikan (Educating)
Kegiatan bidang ini yaitu membantu individu belajar, terutama di sekolah,
adalah penting minat daerah ini. Memberikan instruksi kepada individu, seperti
mengemudi instruktur, instruktur renang, atau pendidik. Pekerjaan yang cocok pada
bidang ini yaitu sekolah menengah guru, guru sekolah dasar dan menengah,
instruktur perguruan tinggi dan pembantu guru.
c. Pendidikan Anak (Child Care)
Kegiatan bidang ini yaitu berada bersama anak-anak, seperti merawat
mereka, membantu mereka pelajaran mengeja, atau mengarahkan permainan anak-
anak. Pekerjaan yang cocok pada bidang ini yaitu guru taman kanak-kanak, guru
sekolah dasar, perkembangan anak spesialis dan penyedia penitipan anak.
Dapat disimpulkan tipe sosial merupakan individu yang senang dalam
membantu orang lain. Karakter pribadi pada tipe ini hangat, suka menolong, empati,
pendengar yang baik, ramah dan sabar. Tipe ini menyukai bidang studi mengenal
perkembangan anak, mengenal karakter manusia, mempelajari cara memecahkan
permasalahan, IPS, agama, Matematika, IPA, seni budaya, psikologi, PAI.
Pekerjaan yang cocok pada tipe ini di bidang layanan komunitas yaitu pekerja
sosial, ahli agama, psikolog, guru bimbingan dan konseling. Bidang pendidikan
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
59
yaitu guru SMP/SMA, dosen, pelatih, pengawas pendidikan. Sedangkan bidang
pendidikan anak yaitu guru PAUD, guru SD, guru ABK, guru les privat.
5) Enterprising
Tipe enterprising memiliki kemampuan berbicara dan persuasive yang baik,
namun tidak begitu menyukai hal-hal yang berhubungan dengan sains.Tipe model
ini kecenderungan energik, berjiwa petualang, optimis, menyenangkan, percaya
diri, ambisius, mudah bergaul, mendominasi, ekstrovert dan memiliki keterampilan
bicara yang baik. diri, tidak fleksibel, hemat, tidak pengertian dan praktis/ tidak
berbelit. Menurut Johansson (2014: 8) dalam tipe ini terbagi ke 3 bidang yaitu:
a. Hubungan Masyarakat (Public Speaking)
Kegiatan bidang ini yaitu Berdebat, memimpin diskusi, wawancara, dan
berbicara untuk sudut pandang pribadi. Pekerjaan yang cocok pada bidang ini yaitu
pejabat publik, pemimpin agama, pengacara, dan reporter surat kabar dan lainnya
dalam karier serupa.
b. Bisnis (Business)
Kegiatan bidang ini yaitu mewawancarai orang-orang untuk suatu
pekerjaan. Pekerjaan yang cocok pada bidang ini yaitu menjadi penyelia, manajer,
dan pemimpin adalah kepentingan orang yang suka bertanggung jawab atas bisnis,
organisasi, atau kelompok pekerja.
c. Marketing (Marketing)
Kegiatan bidang ini yaitu kegiatan yang melibatkan penjualan sesuatu
kepada orang termasuk dalam ini daerah. Orang yang suka bersama publik dengan
cara ini menikmati penjualan, membujuk orang untuk membeli sesuatu, dan
mempelajari penjualan dan pemasaran teknik.
Dapat disimpulkan tipe enterprising merupakan individu yang tergolong
paling suka pada kegiatan-kegiatan yang menghendaki manipulasi orang lain guna
mencapai tujuan organisasi atau memperoleh keuntungan ekonomi. Karakter
pribadi pada tipe ini percaya diri, tegas, ambisius, optimis, berani mengambil
resiko. Tipe ini menyukai bidang studi akuntansi, bahasa inggris, bahasa indonesia,
ekonomi, matematika, TIK, PKN. Pekerjaan yang cocok pada tipe ini di bidang
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
60
hubungan masyarakat yaitu manager hubungan masyarakat, sejarawan, anggota
dewan, pembawa berita. Bidang bisnis yaitu pengusaha baju, pengusaha makanan,
pengusaha travel, pengusaha dealer. Sedangkan bidang marketing yaitu manajer
pemasaran, agen asuransi, manajer pemasaran mibile, pemasaran melalui telepon..
6) Konvensional
Tipe konventional biasanya memiliki rutinitas dan mengikuti standar dan
aturan yang jelas, namun kurang inisiatif dalam memulai hal baru.Tipe model ini
pada umumnya sangat berhati-hati, teliti, defensif, efisien, fleksibel, patuh, tertib,
gigih, praktis, sopan, hemat dan imajinatif. diri, tidak fleksibel, hemat, tidak
pengertian dan praktis/ tidak berbelit. Menurut Johansson (2014: 8) dalam tipe ini
terbagi ke 3 bidang yaitu:
a. Perkantoran (Office Practices)
Kegiatan bidang ini yaitu mengetik surat atau laporan, mengajukan catatan,
dan belajar tugas pembukuan dan kantor. Pekerjaan yang cocok pada bidang ini
yaitu sekretaris, resepsionis, pemegang buku, dan asisten administrasi.
b. Layanan Makanan (Food Service)
Kegiatan bidang ini yaitu mempersiapkan makanan, mencoba resep baru,
bekerja di dapur, dan belajar ekonomi rumah.Pekerjaan yang cocok pada bidang ini
yaitu bekerja di restoran, atau menjadi manajer layanan makanan, katering, atau
manajer restoran.
c. Perhotelan dan Parawisata (Hospitality & Tourism)
Kegiatan bidang ini yaitu Manajemen pemasaran pada sebuah hotel
berbagai persiapan untuk melayani masyarakat mulai dari penginapan, acara
rekreasi makanan lain-lain.
Dapat disimpulkan tipe konvensional merupakan individu yang senang pada
kegiatan-kegiatan yang menghendaki manipulasi data yang bersifat sistematik.
Karakter pribadi pada tipe ini hangat, energik, mampu bekerja sama, kreatif,
percaya diri dan gigih. Tipe ini menyukai bidang studi bahasa indonesia, biologi,
bahasa asing, TIK, matematika, akuntansi, pengetahuan tentang aneka makanan,
mengenal bahan makanan, seni budaya, IPA, dan IPS. Pekerjaan yang cocok pada
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
61
tipe ini di bidang perkantoran yaitu staf administrasi, sekretaris, pelayanan
pelanggan, teller bank. Bidang layanan makanan yaitu koki, pengusaha catering,
guru tata boga, pembuat roti. Sedangkan bidang Perhotelan dan Parawisata yaitu
manajer hotel, destinasi wisata, pemandu wisata, dan penerima tamu hotel.
2. Kerangka Pikir Pengembangan Skala Pilihan Karier
Teori karier yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori
Holland. Teori Holland dianggap paling sesuai karena pendekatan Holland sangat
memperhatikan gaya perilaku atau tipe kepribadian sebagai pemberi pengaruh
utama dalam pilihan dan perkembangan karier. Holland berasumsi bahwa individu
adalah produk dari bawaan dan lingkungan (Zuker, 2006: 32). Akibatnya
berkembanglah suatu hirarki kebiasaan atau cara-cara yang disenangi untuk
menghadapi tugas-tugas sosial dan lingkungan
Setelah menentukan landasan teori yang akan digunakan, langkah
selanjutnya adalah mengembangkan instrumen pengungkap pilihan karier.
Pengembangan alat ukur itu sendiri menyangkut serangkaian kegiatan yang
berurutan langkah demi langkah dan harus dilakukan secara berturut-turut guna
menghasilkan alat ukur yang dikehendaki dengan mutu yang memadai.
Pengembangan sebuah alat ukur memerlukan beberapa tahapan yang harus
dilewati. Demikian juga dengan pengembangan instrumen pengungkap tipe karier
ini. Ada beberapa tahapan yang harus ditempuh dalam rangka pengembangan
instrumen skala tipe karier. Secara garis besar pengembangan instrumen ini bagi ke
dalam tiga tahapan utama.
1) Tahap pertama
Tahap pertama dalam penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi,
memformulasi, dan mengembangkan konsep serta konstruk dasar alat ukur.
2) Tahap kedua
Tahap kedua dari penelitian merupakan tahap uji coba alat ukur yang terdiri
dari uji keterbacaan, penimbangan pakar dan analisis empirik.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
62
3) Tahap ketiga
Tahap akhir dalam penelitian ini adalah penyusunan format final skala tipe
karier siswa yang baku. Adapun kerangka alur pengembangan skala tipe karier
divisualisasikan dalam bagan 2.2 sebagai berikut.
Bagan 2.2
Kerangka Berfikir Pengembangan Skala Pilihan Karier Siswa
E. Penggunaan Skala Pilihan Karier Dalam Layanan Bimbingan dan
Konseling Karier
Dalam layanan bimbingan karier aspek pemahaman diri (kemampuan dan
minat) merupakan layanan utama (Yusuf & Nurihsan, 2014: 15). Pemahaman diri
dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana siswa dapat secara mandiri mengenal
berbagai aspek mengenai dirinya dengan jelas, nalar dan logis. Dikatakan secara
Perumusan Konseptual
Skala Pilihan Karir
Perumusan Konstruk
dan Blue Print
Skala Pilihan karir
Penyusunan kisi-kisi
dan Indikator
Uji Coba Item
Pengujian
Reliabilitas Pengujian
Validitas
Revisi
Revisi dan
Finalisasi
Format Final
TAHAP I
TAHAP II
TAHAP III
Pembuatan Draf
Skala Pilihan Karir
Uji Keterbacaan Uji Pakar
Penyusunan Manual
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
63
mandiri itu berarti bahwa siswa dapat memahami dirinya secara sadar dan diterima
oleh dirinya sendiri.
Dengan pemahaman diri yang baik siswa dapat mengarahkan diri, dan
membuat keputusan secara tepat dalam mewujudkan dirinya secara optimal. Seperti
diketahui tidak setiap orang mampu untuk mengenal dan memahami gambaran
tentang dirinya atau dengan mudah mengenal berbagai aspek dalam dirinya.
Demikian juga para siswa SMP/MTS dan SMA/MA banyak yang belum mampu
untuk mengenal aspek-aspek dalam dirinya. Dengan demikian pemahaman siswa
terhadap dirinya akan membantu mereka memilih suatu tindakan secara tepat, baik
dalam kegiatan belajar, memilih program jurusan, memilih pendidikan lanjutan,
memilih teman, memilih lapangan kerja dan sebagainya.
Maka dari itu dalam pelaksanaan bimbingan karier di sekolah terutama
sekali dalam aspek pemahaman diri, penggunaan suatu alat ukur memberikan
kontribusi yang sangat berharga dalam membantu siswa mengenal kemampuan,
potensi, bakat, minat, kepribadian, dan prestasinya. Dengan memahami secara jelas
bakat, kemampuan, potensi, minat, kepribadian, dan prestasinya mereka akan dapat
secara jelas memahami kekuatan (kelebihan) dan kelemahan (kekurangan) dirinya
sendiri. Dengan memahami secara jelas kekuatan dan kelemahan dirinya ini,
mereka akan menggunakan sebagai dasar dalam pembuatan perencanaan dan
keputusan kariernya di masa depan. Adapun secara khusus tujuan penggunaan alat
ukur dalam kegiatan bimbingan karier adalah sebagai berikut (Sukardi, 1997: 8):
1. Agar siswa mampu mengenal aspek-aspek dirinya (kemampuan, potensi, bakat,
minat, kepribadian, sikap dan sebagainya).
2. Dengan mengenal aspek-aspek dirinya diharapkan siswa dapat menerima
keadaan dirinya secara lebih objektif
3. Membantu siswa untuk mampu mengemukakan berbagai aspek dalam dirinya
4. Membantu siswa untuk dapat mengelola informasi dirinya.
5. Membantu siswa agar dapat menggunakan informasi dirinya sebagai dasar
perencanaan dan pembuatan keputusan masa depan.
Asesmen merupakan istilah umum yang digunakan oleh konselor untuk
memahami karakteritik individu sehingga menggambarkan penilaian (Hays, 2013:
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
64
4). Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dapat dipermudah olehnya (Arikunto, 2000:134). Sedangkan
menurut Suryabrata (2008:52) berpendapat bahwa pengertian instrumen adalah
sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar
dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Instrumen alat yang digunakan untuk
merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut
psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan
menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif.
Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran dan instrumen memegang
peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian. Karena
validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas
atau validitas instrumen yang digunakan, di samping prosedur pengumpulan data
yang ditempuh (Nurulfa, 2018: 8). Asesmen karier digunakkan untuk proses
pengembangan karier yang berorientasi pada proses kesiapan karier, perencanaan
karier, pilihan karier dan kematangan karier (Hays, 2013: 5). Strategi alat ukur
psikologis atau instrumen, agar dapat membantu siswa secara optimal dalam
pemilihan karier masa depannya. Sebuah alat ukur dalam kegiatan bimbingan dan
konseling sangat dibutuhkan karena alat ukur merupakan langkah awal untuk
kegiatan bimbingan dan konseling.
Pengembangan alat ukur merupakan kegiatan pengembangan terhadap
konseptual teoritik yang disusun sesuai dengan konstruk dengan tujuan untuk
menghasilkan sebuah instrumen baku yang mengacu kepada teknik-teknik yang
sudah ditetapkan oleh para pakar secara bertahap dan proporsional. Pengembangan
instrumen membutuhkan teori yang kuat untuk mendasari sebuah konstruk terhadap
fenomena yang akan diukur, bagi lahirnya instrumen yang baik dan relevan.
Instrumentasi bimbingan dan konseling merupakan kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik
(klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
65
luas, yang dilaksanakan dengan berbagai instrument, baik tes maupun non tes
(Salahudin, 2012: 140).
Secara umum tujuan instrumentasi adalah diperolehnya data hasil
pengukuran terhadap kondisi tertentu klien. Secara khusus pelaksanaan kegiatan
aplikasi istrumentasi lebih kearah fungsi pemahaman. Dengan menggunakan
aplikasi instrumen ini, mempermudah Guru Bimbingan dan Konseling di
SMP/MTs dan SMA/MA untuk melakukan asesmen karier yang otomatis sudah di
interpretasikan hasil datanya sesuai dengan minat dan sesuai dengan kepribadianya
memilih dan mencocokan pekerjaan yang cocok dengan individu tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa instrumentasi
merupakan salah satu kegiatan pendukung dalam layanan Bimbingan dan
Konseling yang digunakan sebagai upaya untuk mengungkapkan data dan
keterangan siswa dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu.
Penggunaan alat ukur dalam proses kegiatan bimbingan dan konseling
sendiri sudah tergambar dengan jelas. Posisi skala pilihan karier sebagai alat ukur
dalam kerangka kerja bimbingan dan konseling digunakan sebagai asesmen
perkembangan konseli. Untuk lebih jelasnya posisi skala pilihan karier dalam
kerangka kerja utuh bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
66
Asesmen
Lingkungan
Harapan dan
Kondisi Lingkungan
Komponen
Program
Strategi
Pelayanan
Pelayanan Dasar
Pelayanan
Responsif
Perencanaan
Individual
Dukungan
Sistem
Bimbingan Klasikal
Pelayanan Orientasi
Pelayanan Informasi
Bimbingan Kelompok
Pelayanan Pengumpulan
data
Konseling Individual dan
Kelompok
Referal
Kolaborasi dengan Guru
Kolaborasi dengan Orang
tua
Kolaborasi dengan ahli lain
Konsultasi
Bimbingan Teman Sebaya
Konferensi Kasus
Kunjungan Rumah
Akses Informasi dan
Teknologi
Pengembangan Profesi
Manajemen Program
Riset dan Pengembangan
Perangkat Tugas
Perkembangan/
Kompetensi/keca
kapan hidup,
nilai dan moral
peserta didik
Tataran hidup
Bimbingan dan
Konseling
(Penyadaran,
Akomodasi,
Tindakan)
Permasalahan
yang perlu
Asesmen Perkembangan
Konseli
Harapan dan
Kondisi Konseli
Bagan 2.3
Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling
Sumber: Depdiknas (2008: 219)
Mengacu pada kerangka kerangka kerja bimbingan dan konseling asesemen dalam
kerangka kerja bimbingan dan konseling memiliki kedudukan strategis, karena
posisi sebagai dasar dalam perencanaan program bimbingan dan konseling yang
sesuai kebutuhan, dimana kesesuaian program dan gambaran kondisi konseli dan
kondisi lingkungannya dapat mendorong pencapaian tujuan layanan bimbingan dan
konseling. Kedudukan asesmen dalam pelaksanaan pekerjaan konselor profesional
meliputi: (1). Kedudukan asesmen dalam penyusunan program kerja bimbingan dan
konseling (2). Kedudukan asesmen dalam pemahaman diri siswa (3) Kedudukan
asesmen dalam penetapan layanan bimbingan dan konseling. dan (4) Kedudukan
asesmen dalam peminatan siswa.
Skala Pilihan Karir
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
67
Pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya bertujuan agar konseli
dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupannya di masa yang akan datang, (2) mengembangkan seluruh potensi dan
kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, (3) menyesuaikan diri dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat serta lingkungannya, (4) mengatasi hambatan
dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Guna mencapai tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan
untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugas
perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di
lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta
rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-
kesulitan sendiri, (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,
lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan
dan tuntutan dari lingkungannya, (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan
yang dimilikinya secara optimal.
Alat ukur skala pilihan karier sebagai salah satu media asesmen
perkembangan konseli dalam mencapai tujuan layanan bimbingan dan konseling.
Kebutuhan akan alat ukur skala pilihan karier yang dapat dipergunakan sebagai alat
bantu bagi para Guru Bimbingan dan Konseling untuk digunakan sebagai langkah
awal mengumpulkan informasi tentang siswa, terutama kesesuaian antara
karakteristik individu dengan karakteristik pekerjaan yang diinginkan, selain itu
alat ukur skala pilihan karier digunakan sebagai alat bantu untuk dapat memberikan
layanan bimbingan dan konseling karier agar dapat memudahkan siswa dalam
mengambil keputusan pilihan karier ataupun masalah-masalah yang dihadapi
terkait karier.. Penggunaan skala pilihan karier dapat menggambarkan harapan
terhadap pilihan karier dan kondisi siswa sehingga dapat membantu proses layanan
bimbingan dan konseling terutama dalam bidang karier.
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id
68
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya 2020--
--
www.lib.umtas.ac.id