13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronis (PGK) mendeskripsikan fungsi dan struktur ginjal ya abnormal. Sifatnya umum, sering mengganggu dan sering ada dengan kondisi lain (misalnya, peny jantung dan diabetes). Jika tidak diberikan penanganan lebih lanjut, PGK beresiko tinggi menyebabkan kematian. Peningkatan resiko PGK dapat dipengaruhi oleh bertambahnya us beberapa kondisi yang berdampingan dengan PGK, yang menyebabkan PGK ini sama parah dengan disfungsi ginjal. PGK juga dapat berkembang dan dapat menyebabkan gagal ginj orang – orang tertentu. PGK biasanya bersifat asimtomatik. api itu dapat dideteksi untuk mendeteksi PGK ini sederhana. erdapat bukti bah!a pengobatan dapat men"egah menunda perkembangan PGK, mengurangi atau men"egah perkembangan komplikasi dan mengurangi risiko penyakit kardio#askular. $amun, karenakurangnyagejala%gejala yang spesifik orang%orang dengan PGK sering tidak didiagnosis, atau didiagnosis terlamba PGK pada stadium lanjut (&nonim, ' ). *rang dengan PGK memiliki tingkat morbiditas, kematian, ra!at inap, dan peman pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Pre#alensi PGK stage ' % + terus meningkat - diiringi dengan peningkatan pre#alensi diabetes dan hipertensi, i Kanada , orang memiliki penyakit ginjal kronis sedangkan di &S, Pusat Pengendalian dan Pen"e Penyakit menemukan bah!a PGK yang terkena 0, 1 diperkirakan orang de!asa berusia tahun dan lebih tua, selama tahun --- hingga ' 2. 3nggris juga menunjukkan bah!a penduduk 4ritania 5aya dan 3rlandia 6tara telah memilki gejala PGK (Kalantar, ' Pengelolaan PGK memerlukan pemahaman yang jelas tentang definisi seba diusulkan oleh $ational Kidney 7oundation ($K7). $ilai interpretasi estimat filtration rate (eG75) diperlukan, karena G75 masih dianggap indeks terbai keseluruhan ginjal saat stabil pada pasien ra!at jalan di rumah sakit. &da penatalaksanaan pada PGK, antaralain melakukan pengobatanpada penyakityang mendasarinya, pen"egahandan terapi pada kondisi komorbid, terapi farmakologis untuk

Bab II SP Penyakit Ginjal Kronik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ginjal

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenyakit ginjal kronis (PGK) mendeskripsikan fungsi dan struktur ginjal yang abnormal. Sifatnya umum, sering mengganggu dan sering ada dengan kondisi lain (misalnya, penyakit jantung dan diabetes). Jika tidak diberikan penanganan lebih lanjut, PGK beresiko tinggi menyebabkan kematian. Peningkatan resiko PGK dapat dipengaruhi oleh bertambahnya usia, dan beberapa kondisi yang berdampingan dengan PGK, yang menyebabkan PGK ini sama parahnya dengan disfungsi ginjal. PGK juga dapat berkembang dan dapat menyebabkan gagal ginjal pada orang orang tertentu. PGK biasanya bersifat asimtomatik. Tapi itu dapat dideteksi, dan tes untuk mendeteksi PGK ini sederhana. Terdapat bukti bahwa pengobatan dapat mencegah atau menunda perkembangan PGK, mengurangi atau mencegah perkembangan komplikasi dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Namun, karena kurangnya gejala-gejala yang spesifik orang-orang dengan PGK sering tidak didiagnosis, atau didiagnosis terlambat ketika PGK pada stadium lanjut (Anonim, 2008).Orang dengan PGK memiliki tingkat morbiditas, kematian, rawat inap, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Prevalensi PGK stage 2 - 5 terus meningkat sejak tahun 1988 diiringi dengan peningkatan prevalensi diabetes dan hipertensi, Di Kanada 1,9-2.300.000 orang memiliki penyakit ginjal kronis sedangkan di AS, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menemukan bahwa PGK yang terkena 16,8% diperkirakan orang dewasa berusia 20 tahun dan lebih tua, selama tahun 1999 hingga 2004. Inggris juga menunjukkan bahwa 8,8% dari penduduk Britania Raya dan Irlandia Utara telah memilki gejala PGK (Kalantar, 2011).Pengelolaan PGK memerlukan pemahaman yang jelas tentang definisi sebagaimana diusulkan oleh National Kidney Foundation (NKF). Nilai interpretasi estimated glomerular filtration rate (eGFR) diperlukan, karena GFR masih dianggap indeks terbaik dari fungsi keseluruhan ginjal saat stabil pada pasien rawat jalan di rumah sakit. Ada berbagai macam penatalaksanaan pada PGK, antara lain melakukan pengobatan pada penyakit yang mendasarinya, pencegahan dan terapi pada kondisi komorbid, terapi farmakologis untuk mencegah ginjal yang menjadi lebih buruk, dan apabila sudah mencapai stage 5 dapat digunakan terapi pengganti ginjal (Suwitra, 2009). Berdasarkan data di atas maka penulis mengangkat PGK atau Penyakit Ginjal Kronis sebagai topic permasalahan dengan tujuan agar dokter umum mampu melakukan diagnosis yang tepat dan merujuk pasien sehingga penanganan yang diberikan kepada pasien tidak terlambat dan mencegah terjadinya perburukan keadaan.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa definisi dari Penyakit Ginjal Kronik?2. Bagaimana etiologi dari Penyakit Ginjal Kronik?3. Bagaimana epidemiologi dari Penyakit Ginjal Kronik?4. Bagaimana patofisiologi dari Penyakit Ginjal Kronik?5. Bagaimana manifestasi klinis dari Penyakit Ginjal Kronik?6. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada Penyakit Ginjal Kronik?7. Bagaimana penatalaksanaan untuk penderita Penyakit Ginjal Kronik?8. Apa komplikasi yang dapat timbul pada Penyakit Ginjal Kronik?9. Bagaimana prognosis dari Penyakit Ginjal Kronik?

1.3 Tujuan Penulisan1. Dapat mengetahui definisi dari Penyakit Ginjal Kronik.2. Dapat mengetahui etiologi dari Penyakit Ginjal Kronik.3. Dapat mengetahui epidemiologi dari Penyakit Ginjal Kronik.4. Dapat mengetahui patofisiologi dari Penyakit Ginjal Kronik.5. Dapat mengetahui manifestasi klinis dari Penyakit Ginjal Kronik.6. Dapat mengetahui cara menegakkan diagnosis pada Penyakit Ginjal Kronik7. Dapat mengetahui penatalaksanaan untuk penderita Penyakit Ginjal Kronik.8. Dapat mengetahui komplikasi yang dapat timbul pada Penyakit Ginjal Kronik.9. Dapat mengetahui prognosis dari Penyakit Ginjal Kronik.

1.4 Manfaat Penulisan1.4.1Manfaat bagi pembacaTulisan ini diharapkan dapat menambah pengatahuan pembaca mengenai penyakit Penyakit Ginjal Kronik.1.4.2Manfaat bagi penulisTulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis sehingga tidak menimbulkan kerancuan dengan penyakit serupa.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Penyakit Ginjal KronikPenyakit ginjal kronik (PGK) meliputi suatu gangguan yang memiliki perjalanan penyakit yang berbeda-beda. Proses patofisiologinya berkaitan dengan fungsi ginjal yang abnormal dan penurunan secara progresif glomerular filtration rate (GFR) (Longo, et all, 2012). Penyakit ginjal kronik adalah suatu keadaan yang tidak akan bisa kembali sembuh / baik, satu hal yang bisa dilakukan saraf diketahui menderita gagal ginjal kronik adalah memperlambat perkembangan gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal terminal. Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis dengan penyebab yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif dan kemudian berakhir pada gagal ginjal tahap akhir. Penyakit ginjal tahap akhir adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal kronik ireversibel yang sudah mencapai tahapan dimana penderita memerlukan terapi pengganti ginjal, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2007).

2.2 EpidemiologiPrevalensi dan insidensi gagal ginjal terus meningkat di dunia tak terkecuali di Amerika Serikat. Data dari United State Renal Data System (USRDS) mengindikasikan bahwa gagal ginjal kronik meningkat 104% antara tahun 1990 2001. Menurut Third National Health and Examination Survey (NHANES III) diperkirakan bahwa prevalensi penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat pada usia dewasa adalah 11% atau 19,2 juta dari penduduk di Amerika Serikat: 3,3% (5,9 juta) pada stadium 1, 3% (5,3 juta) pada stadium 2, 4,3 % (7,6 juta) dengan stadium 3, 0,2% (400,000) dengan stadium 4 dan 0,2% (300,000) dengan stadium 5. Dan insidensi ESRD terus meningkat sejak tahun 1989. Amerika Serikat memiliki angka insidensi tertinggi, diikuti oleh Jepang. Dan Jepang memiliki prevalensi tertinggi, diikuti oleh Amerika Serikat (Wahyudi, 2012).Angka kejadian kasus ESRD di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, pada penelitian yang dilakukan oleh Wiguno Prodjosudjadi, MD, PhD dan A. Suhardjono, MD, PhD dalam artikel berjudul End-Stage Renal Disease In Indonesia: Treatment Development didapatkan hasil penelitian yang menunjukan pada tahun 2002 ada 2077 pasien ESRD yang menjalani hemodialisis dan pada tahun 2006 angka tersebut meningkat menjadi 4344 pasien (Wahyudi, 2012).

2.3 EtiologiEtiologi penyakit ginjal kronik sangat bervariasi antara satu Negara dengan Negara lain. Ada pun penyebab utama dan insiden penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat dapat dilihat pada tabel berikut.Tabel 1. Penyebab Utama Penyakit Ginjal Kronik di Amerika Serikat (1995-1999)PenyebabInsiden

Diabetes mellitus Tipe 1 (7%) Tipe 2 (37%)44%

Hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar27%

Glomerulonefritis10%

Nefritis interstitialis4%

Kista dan penyakit bawaan lain3%

Penyakit sistemik (missal, lupus dan vaskulitis)2%

Neoplasma2%

Tidak diketahui4%

Penyakit lain4%

2.4 PatofisiologiGinjal memiliki kemampuan beradaptasi terhadap hilangnya masa nefron. Perubahan simptomatis diakibatkan oleh peningkatan kreatinin, urea, kalium. Perubahan keseimbangan garam dan air biasanya tidak nyata sampai fungsi ginjal menurun hingga 25% normal ketika cadangan adaptasi ginjal telah habis. Teori berbeda menganjurkan untuk melakukan perhitungan adaptasi terhadap kehilangan fungsi ginjal. Intact nephron hypothesis menyatakan kehilangan masa nefron dengan kerusakan ginjal progresif menyebabkan nefron yang masih tersisa untuk menopang fungsi ginjal normal. Nefron ini mampu untuk mengompensasi hipertrofi dan perpanjang atau hiperfungsi laju filtrasi, reabsorsi, sekresi, dan mampu mempertahankan laju konstan ekskresi dengan adanya penurunan glomerulus filtration rate (GFR). Intact nephron hypothesis menjelaskan perubahan adaptasi pada pengaturan larutan dan air yang terjadi pada gagal ginjal lanjutan. Walaupun urin individu dengan penyakit ginjal kronis terdiri dari jumlah abnormal protein sel darah merah dan putih, produk akhir utama ekskresi mirip dengan produk ginjal yang berfungsi normal sampai tahap lanjut gagal ginjal ketika ada penurunan signifikan dari nefron yang berfungsi. Bagaimanapun, kehilangan fungsi nefron yang berkelanjutan dan hiperfiltrasi dapat mengakibatkan glomerulosklerosis yang mengakibatkan uremia dan gagal ginjal tahap akhir. Lokasi utama kerusakan ginjal bias mempengaruhi hilangnya fungsi ginjal, seperti : kerusakan pada penyakit tubular interstisial yang biasanya terjadi di tubulus atau medula nefron mengakibatkan masalah seperti : asidosis tubulus ginjal, kehilangan garam, dan kesulitan melarutkan urin. Ketika kerusakan terjadi di vascular atau glomerular proteinuria, hematuria, dan sindrom nefrotik yang lebih sering terjadi. Teori ini berguna untuk merencanakan pengobatan pada tahap awal gagal ginjal ketika perbedaan simptomatis penyakit ginjal dapat dibedakan.Perkembangan penyakit ginjal kronis diasumsikan berkaitan dengan proses patogenik penyakit awalnya. Proses ini meliputi :1. Hipertensi, hiperfiltrasi, dan hipertrofi glomerulus.2. Glomerulosklerosis.3. Radang dan fibrosis tubulointerstisial.Faktor yang berkontribusi terhadap pathogenesis penyakit ginjal kronis sangat kompleks dan melibatkan interaksi banyak sel, sitokin, dan perubahan struktural. Dua factor yang diketahui dalam perkembangan penyakit ginjal adalah proteinuria dan angiotensin II. Hiperfiltrasi glomerulus dan peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus menyebabkan proteinuria. Proteinuria mengakibatkan cedera tubulointerstisial dengan akumulasi di ruang interstisial dan aktivasi protein komplemen dan mediator serta sel lain seperti makrofag yang memicu radang dan fibrosis progresif. Aktivitas Angiotensin II meningkat dengan cedera nefron yang progresif. Angiotensin II memicu hipertensi dan hiperfiltrasi glomerulus yang disebabkan oleh vasokonstriksi arteriol aferen yang juga memicu hipertensi sistemik. Tekanan intraglomerular yang tinggi secara terus menerus meningkatkan permeabilitas kapiler glomerulus yang menyebabkan proteinuria. Angiotensin II juga memicu aktifitas sel radang dan factor pertumbuhan yang berpartisipasi dalam lesi dan fibrosis tubulointerstisial. Pada intinya patofisiologi penyakit ginjal kronis melibatkan dua mekanisme kerusakan , diantaranya : (1) mekanisme awal berdasarkan penyakit dasar (genetik, deposisi kompleks imun, radang, dan paparan toksin), (2) mekanisme progresif melibatkan hiperfiltrasi dan hipertrofi nefron yang masih tersisa.

2.5 Klasifikasi Penyakit Ginjal KronikKlasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat berdasarkan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus). Adapun kedua klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut (Suwitra, 2007).Tabel 2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Berdasarkan Derajat Penyakit DerajatPenjelasanLFG (ml/mn/1/73m2)

1Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau meningkat90

2Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan60 89

3Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang30 59

4Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat15 29

5Gagal ginjal