Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1 Konsep Dasar Pengetahuan
1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah menuakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tentang penginderaan pengelihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagai pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
pengetahuan adalah Manusia menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan
yang naatinya akan mempengaruhi kualitas kehidupannya. Terciptanya manusia tidak
semata-mata terjadi begitu saja. Untuk memahami itu semua memerlukan proses
bertingkat dari pengetahuan, ilmu dan filsafat (Dewanti, 2012).
2 Tingkatan Pengetahuan
Tingkat pengetahuan kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk
membentuk tindakan seseorang (over behavior), karena dari pengalaman dan pemeliharaan
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari para perilaku
baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu
1 Kesadaran dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu
stimulus (obyek).
2 Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut dimana sikap obyek
mulai timbul.
3 Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya hal itu berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4 Adopsi; Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas, menurut Bloom
dalam bukunya Notoatmotjo (2012) dalam pengetahuan yang dicakup dalam domain
terdapat 6 tingkatan, yaitu :
a Tahu ( Know )
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima. Oleh sebab ini "Tahu" adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
b Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan sebagai salah satu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi terbuat
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap yang dipelajari.
c Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya)
d Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e Sintesis ( Synthesis )
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan atau bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan, dapat
meningkatkan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori dan
rumusan yang telah ada.
f Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini dikaitkan dengan kemampuan unutk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek penelitian ini didasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adobsi perilaku melalui proses seperti
ini, dimana didasari oleh pengetahuan, sikap yang positif, maka perilaku tersebut
bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2012).
3 Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan
menjadi dua yakni :
1 Cara kuno atau cara non ilmiah
a Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini digunakan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah
dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain
sampai masalah tersebut dipecahkan.
b Cara kekuasaan atau otoritas
Yaitu cara kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui
penalaran dan kebiasaan ini diwariskan secara turun temurun dari generasi
kegenerasi berikutnya.
c Berdasarkan pengalaman pribadi
Merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-
pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat
suatu kesimpulan.
d Melalui jalan pemikiran
Merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-
pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat
suatu kesimpulan.
e Moderen atau cara ilmiah disebut juga metode penelitian ilmiah cara baru atau cara
modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis dan ilmiah.
4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1 Umur
Umur atau usia adalah individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
ulang tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang yang lebih
matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan seseorang yang lebih dewasa
akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup kedewasaannya.
2 Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita–cita tertentu, pendidikan ini
diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang hal–hal yang menunjang kesehatan,
sehingga dapat meningkatan kualitas hidup, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai – nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2012).
3 Pendidikan non formal
Keluarga merupakan kelompok sosial utama dimana seseorang belajar. Dari
keluarga pula remaja dapat memperleh pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
Selain keluarga, pengetahuan kesehatan reproduksi dapat diperoleh dari lembaga dan
organisasi masyarakat (Komalasari, 2012). 4 Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu (Notoatmodjo, 2012).5 Informasi Media Massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) seihinga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan.6 Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasillitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu.
7 Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan prilaku seseorang dan kelompok
(Nursalam, 2012). Jadi keadaan lingkungan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan
tentang pemberian ASI Eklusif pada bayi 0 – 6 bulan.
8 Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah bantuan atau sokongan dari orang seisi rumah yang jadi
tanggungan, dengan adanya dukungan serta pemberian informasi dari keluarga tentang
ASI Esklusif diharapkan dapat mengurangi rasa ketidaktahuan ibu tentang pembeerian
ASI Esklusif pada bayi usia 0 – 6 bulan (Risma, 2016).
9 Tingkat Kecerdasan
Kecerdasan adalah perihal cerdas, kesempurnaan, perkembangan akal budi seperti
kepandaian, ketajaman pikiran (Poerwadarminta, 1991 dikutip Vivi 2016) Semakin
tinggi tingkat kecerdasan seseorang semakin banyak pengetahuan yang dimiliki.
5 Pengukuran Pengetahuan
Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menyatakan tentatang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian
atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dan di sesuaikan dengan
tingkatannya. Adapun jenis peryataan yang dapat digunakan untuk pengukuran
pengetahuan secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
a Pernyataan subjektif
Penggunaan pertayaan subjektif dengan jenis pernyataan essay digunakan dengan
penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga hasil nilai akan
berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.
b Pertayaan ObjektifJenis pertayaan objektif seperti pilihan ganda (multiole choise), betul salah
pertayaan menjdhkan dapat dinilai secara pasti oleh penilai. Pengukuran tingkat
pengetahuan dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu:1 Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan benar dari
total jawaban pertayaan.2 Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 51-75% dengan benar
dari total jawaban3 Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <50% dari total jawaban
pertayaan.
2 Konsep Dasar Imunisasi
1 Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu (Notoatmojo. 2012). Imunisasi adalah
cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu panyakit sehingga bila
kelak terpajang pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diproleh
dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif (Ranuh etal, 2011).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara efektif terhadap suatu penyakit. Sehingga bila suatu saat terpajang dengan penyakit
tersebut tidak akan atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2013)
2 Tujuan Imunisasi Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu .Pemberian imunisasi pada anak mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap
penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi
antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imnusasi (Marmi dan Rahardjo, 2012)
3 Manfaat Imunisasi
1 Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu2 Untuk menghilangkan penyakit tertentu didunia3 Untuk melindungi dan mencegah penyakit menular yang bebahaya4 Untuk menurunkan mortalitas serta cacat bawaan (Maryunani, 2010).
Adapun manfaat imunisasi bagi anak itu sendiri, keluarga dan negara adalah sebagai
berikut:
1 Manfaat untuk anak adalah untuk mencegah penderiaan yang disebabkan oleh
penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.2 Manfaat bagi keluarga adalah untuk menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan
apabila anak saakit. Mendorong keluarga kecil apabila si orang tua yakin bahwa anak-
anak menjalani masa kanak-kanak dengan aman.
3 Manfaat untuk negara adalah untuk memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra
bangsa indonesia diantara segenap bangsa didunia (Putra Sitiatava, 2012).
4 Macam-Macam Imunisasi
Jenis – jenis imunisasi terbagi menjadi dua yaitu:
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seorang karena tubuh yang
secara aktif membentuk zat antibodi, contonnya imunisasi polio atau campak. Imunisasi
aktif juga dapat dibagi menjadi 2 macam:
1 Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh
sembuh dari suatu penyakit
2 Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang
diberikan untuk mendapat perlindungan dari suatu penyakit.
Imunisasi pasif dapat dibagi dalam dua jenis :
1 Imunisasi pasif alamiah adalah antibodi yang didapat seorang karena diturunkan oleh
ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.
2 Imunisasi pasif buatan, dimana kekebalan ini diperoleh setelah mendapat suntikan zat
penolakan.
Misalnya : pemberian vaksin ATS (Anti Tetanus Serum) (Marmi dan Rahardjo, 2012).
2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekebalan
Menurut Notoatmodjo (2012), faktor – faktor yang mempengaruhi kekebalan adalah :
1 Umur
Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi dan orang tua lebih mudah terserang.
Orang dengan usia sangat muda / usia tua lebih rentang kurang kebal terhadap
penyakit.
2 Jenis Kelamin
Untuk penyakit menular seperti polio dan difteri lebih parah terjadi pada wanita
dari pada pria.
3 Kehamilan
Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit menular
tertentu misalnya penyakit polio, pneumonia, sebaliknya untuk penyakit thypoid dan
meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.
4 Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap
penyakit infeksi. Sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap
penyakit infeksi
5 Trauma
Stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab kerentanan seseorang
terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.
2.2.6 Jenis Imunisasi Di Indonesia
Menurut IDAI (2015), imunisasi yang terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut :
1 Imunisasi Wajib
Imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah meliputi BCG, polio, hepatitis B,
DPT-HB-HiB dan campak.
2 Imunisasi Anjuran
Imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah Indonesia pada balita usia <5 tahun
adalah HB, pneumokokus, influenza, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela, dan rotavirus.
2.3 Konsep Dasar Imunisasi Wajib
1 Macam-Macam Imunisasi Wajib Pada Balita
a. BCG (Bacille Calmette Guerin)
Gambar 2.1 Vaksin BCG (Biofarma, 2014)
1 Pengertian
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan TBC (Tuberkulosis).
Tuberkolosis disebabkan oleh sekelompok bacteria bernama Mycobacterium
tuberculosis complex (Atikah, 2010). Tuberkulosis paling sering mengenai paru-
paru, tetapi dapat juga mengenai organ-organ lainny seperti selaput otak, tulang,
kelenjar superfisialis, dan lain-lain. Seseorang yang terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis tidak selalu menjadi sakit tuberkulosis aktif. Beberapa minggu (2-12
minggu) setelah infeksi Mycobacterium tuberculosis terjadi respons imunitas
selular yang dapat ditunjukan dengan uji tuberkulin (Rahajoe, N. 2008) yang
dikuti oleh Risma (2014).
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan
hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin (Rahajoe, N. 2008) yang dikuti oleh
(Risma, 2014).
2 Cara Pemberian dan Dosis
Cara pemberian vaksin BCG melalui suntikan. Sebelum disuntikan
vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Dosis 0,55 cc untuk bayi dan 0,1
cc untuk anak dan orang dewasa. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2
bulan, akan tetapi biasanya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat
diberikan pada anak dan orang dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin
dengan hasil negatif (Atikah, 2010).
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.
Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam
memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (l0mm, ukuran 26). Kerja sama
antara ibu dengan petugas imunisasi sangat diharapkan, agar pemberian vaksin
berjalan dengan tepat (Atikah, 2010).
3 Rekomendasi
Rekomendasi pemberian BCG menurut Nastiti N.R (2008) adalah :
a BCG diberikan pada bayi < 2 bulan.
b Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
Untuk bayi yang berumur kurang dari satu tahun diberikan sebanyak 0,05 ml
dan untuk anak yang berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 ml
(Depkes RI, 2013)
c Uji tuberkulin merupakan salah satu dasar kenyataan bahwa infeksi oleh MTb
(Micobacterium Tuberculosis) akan menyebabkan reaksi delayed-type
hypersensitivity terhadap komponen antigen yang berasal dari ekstrak M.tb
atau tuberkulin. Ada 2 perusahaan yang memproduksi tuberkulin (PPD) yaitu
PPD dari USA : Parke-Davis (Aplisol) dan Tubersol. PPD yang dipakai ada 2
jenis yaitu PPD-S dibuat oleh Siebert dan Glenn tahun 1939 yang sampai
sekarang digunakan sebagai standart Internasional. Sebagai dosis standart
adalah 5 Tuberkulin Unit (TU) PPD-S yang diartikan aktivitas uji tuberkulin ini
dapat mengekskresikan 0.1 mg/0.1 ml PPD-S. Dosis lain yang pernah
dilaporkan adalah dosis 1 dan 250 TU, tetapi dosis ini tidak digunakan karena
akan menghasilkan reaksi yang kecil dan membutuhkan dosis yang besar. PPD
jika diencerkan dapat diabsorsi oleh gelas dan plastik dalam jumlah yang
bervariasi, sehingga untuk menghindarinya didalam sediaan PPD ditambah
dengan Tween 80 untuk menghindari sediaan tersebut terabsorbsi.2,3 Standart
tuberkulin ada 2 yaitu PPD-S dan PPD RT 23, dibuat oleh Biological Standards
Staten, Serum Institute, Copenhagen, Denmark. Dosis standart 5 TU PPD-S
sama dengan dosis 1 / 2 TU PPD RT 23.4 WHO merekomendasikan
penggunaan 1 TU PPD RT 23 Tween 80 untuk penegakan diagnosis TB guna
memisahkan terinfeksi TB dengan sakit TB.
4 Kontra indikasi
Kontraindikasi pemberian vaksin BCG menurut IDAI (2015) adalah :
a Reaksi uji tuberkulin > 5mm.b Menderita penyakit HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV,
imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid, obat imuno-supresif,
mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe.c Menderita gizi buruk.d Menderita demam tinggi.e Menderita infeksi kulit yang luas.f Pernah sakit tuberkulosis.g Kehamilan.
5 Reaksi KIPI Vaksin BCG
Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak seperti pada
imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam.
Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan
ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian menjadi luka. Luka
tidak perlu pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh sendirinya secara
spontan. Kadang pembesaran kelenjar regional di ketiak atau leher. Pembesaran
kelenjar ini terasa padat namun tidak menimbulkan demam (Atikah, 2010).
b. Hepatitis B
Gambar 2.2 Vaksin Hepatitis B (Biofarma, 2014)
1 Pengertian
Imunisasi hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh kekebalan terhadap
penyakit hepatitis B. Penyakit hepatitis B, disebabkan oleh virus hepatitis B
(VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus, suatu virus DNA yang berlapis
ganda, dengan ukuran diameter 42 µm (1 µm = 0,000000001 meter), berbentuk
bulat dan dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang pada
sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati (hati mengeras dan
mengecil) atau kanker hati (Cahyono, 2010) yang dikuti oleh Risma (2014).
2 Vaksin Hepatitis B (Hb) harus segera diberikan setelah lahir, mengingat
vaksinasi hepatiti B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk
memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu ke bayinya
(Pujiarto, 2008).
3 Cara Pemberian dan Dosis
Menurut Atikah (2010), imunisasi ini diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan
melalui ijeksi intramuscular. Kandungan vaksinnya adalah HbsAg dalam bentuk
cair. Terdapat vaksin B-PID (Prefill Injection Device) yang diberikan sesaat setelah
lahir, dapat diberikan pada usia 0-7 hari. Vaksin B-PID disuntikan dengan 1 buah
HB PID. Vaksin ini, menggunakan PID (Prefilled Injection Device), merupakan
jenis alat suntik yang hanya bisa digunaka sekali pakai dan telah berisi vaksin dosis
tunggal dari pabrik. Vaksin tidak hanya diberikan pada bayi. Vaksin juga diberikan
pada anak usia 12 tahun yang dimasa kecilnya belum diberi vaksin hepatitis B.
Selain itu orang-orang yang berada dalam rentan risiko Hepatitis B sebaiknya juga
diberi vaksin ini.
Cara pemakaian :
a Buka kantong alumunium atau plastik dan keluarkan alat suntik PID.b Pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan memegang keduanya
diantara jari telunjuk dan jempol, dan dengan gerakan cepat dorong tutup jarum
ke arah leher. Teruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup jarum
dan leher.c Buka tutup jarum, tetap pegang alat suntik pada bagian leher dan tusukkan jarum
pada anterolateral paha secara intramuscular, tidak perlu dilakukan aspirasi.d pijat reservoir dengan kuat untuk menyuntil;. reservoir kempis canut alat suntik.
4 Reaksi KIPI Vaksin Hepatitis B
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan pembengkakan disekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari
(Atikah, 2010).
5 Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin
lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai
kejang (Atikah, 2010).
c Vaksin Pentabio (DPT-HB-HIB).
Gambar 2.3 Vaksin Pentabio (Biofarma, 2014)1 Pengertian
Vaksin Pentabio (DPT-HB-HiB) adalah vaksin DPT- HB ditambah HiB.
Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin pentavalen adalah Difteri, Tetanus,
Hepatitis B, Radang selaput otak, (meningitis), Batuk rejan/batuk 100 hari, randang
paru-paru.2 Cara pemberian dan dosis
Cara pemberian yaitu: Disuntikan secara intramuskular di anterolateral paha
atas pada bayi dan lengan kanan pada anak usia 1,5 tahun, tidak dianjurkan pada
bagian bokong anak karena dapat menyebabkan kula saraf siatik. Pemberian
intrakutan dapat mingkatkan reaksi lokal, Satu dosis adalah 0,5 ml, waktu pemberian
pentavalen tidak boleh digunkan pada bayi yang baru lahir. Pemberian pentavalen
merupakan bagian dari imunisasi dasar pada bayi. Diberikan pada bayi usia 2 bulan,
3 bulan, 4 bulan dan pada anak usia 1,5 tahun. Vaksin ini aman dan efektif diberikan
bersamaan dengan vaksin BCG, campak, polio (OPV atau IPV) dan suplemen
vitamin A. Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus disuntikkan
pada lokasi yang berlainan. Efek samping jenis dan secara bermakna dengan vaksin
DPT- Hepatitis B dan HiB yang diberikan secara terpisah.3 Kontra Indikasi
Kontra indikasi dosis berikutnya Hipersensitif terhadap komponen vaksin atau
reaksi berat terhadap dosis vaksin kombinasi sebelum atau bentuk-bentuk reaksi
sejenis lainnya. Kontra indikasi dosis pertama DPT, kejang atau gejala kelainan otak
pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius lainnya (Hayati dan Novita, 2014).4 Reaksi KIPI Vaksin DPT- HB-HiB
Pemberian imunisasi DPT memberikan efek samping ringan dan berat, efek
ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan dan
demam, sedangkan efek berat bayi menangis hebat karena kesakitan selama kurang
lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock
(Atikah, 2010).
d Polio Gambar 2.4 Vaksin Polio (Kemenkes RI, 2012)
1 Pengertian
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit poliomyelitis. Pemberian
vaksin Polio dapat dikombinasikan dengan vaksin Pentabio.
2 Macam-macam vaksin Polio
Terdapat 2 macam vaksin polio:
a Inactivated Polio Vaccine (IPV= Vaksin Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
b Oral Polio Vaccine (OPV= Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen
(Trivalen Oral Polio Vaccine; TOPV) efektif melawan semua bentuk polio,
sedangkan bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
3 Kemasan
a 1 box vaksin yang terdiri dari 10 vialb 1 vial berisi 10 dosisc Vaksin polio adalah vaksin yang berbentuk cairand Setiap vial vaksin polio disertai 1 buah penetes (dropper) terbuat dari bahan
plastik.
4 Cara Pemberian dan Dosis
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio 1,11, III, dan IV) dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun
setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada
saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin.
Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) Ian-sung ke mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru
harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
Cara pemberian :
a Orang tua memegang bayi dengan dengan kepala disangga dan dimiringkan
ke belakang.
b Mulut bayi dibuka hati-hati menggunakan ibu jari atau dengan menekan pipi
bayi dengan jari-jari.
c Teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke lidah. Jangan biarkan alat tetes
menyentuh bayi.
Cara pemberian imunisasi melalui injeksi dan dosisnya
Volume dosis untuk imunisasi polio injeksi adalah 0,5 ml. Vaksin virus
polio ini disuntikan pada anak yang berusia 12 bulan di bagian paha atas atau bisa
juga lengan atas. Biasanya imunisasi polio dengan cara injeksi akan menimbulkan
efek samping berupa demam dan pembengkakan pada area yang disuntik. Jadwal
imunisasi polio berdasarkan rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) jadwal pemberian imunisasi polio pada anak sesuai dengan cara yang
digunakan saat memberikan imunisasi polio. Imunisasi polio oral diberikan pada
saat anak lahir dan ketika anak berusia 2, 4, 6 hingga 18 bulan. Adapun untuk
imunisasi polio melalui injeksi disarankan untuk diberikan pada anak ketika anak
berusia 2, 4, 6, 18 bulan hingga anak berusia 6-8 tahun (Fitri 2018).
5 Kontra Indikasi
Menurut Hariyono S. (2008), kontra indikasi pemberian OPV adalah
sebagai berikut :
a Penyakit akut atau demam (suhu > 38,5Cᵒ), vaksinasi harus ditunda.
b Muntah atau diare, vaksinasi ditunda.
c Infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak.
d Sedang dalam pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif yang diberikan
oral maupun suntikan, juga yang mendapat pengobatan radiasi umum
(termasuk kontak dengan pasien).
e Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem
retikuloendotelial (limfoma, leukemia, dan penyakit Hodgkin) dan yang
mekanisme imunologisnya terganggu, misalnya pada hipogamaglobulinemia.
6 KIPI Vaksin Polio
Pernah dilaporkan bahwa penyakit poliomielitis terjadi setelah pemberian
vaksin polio. Vaksin polio pada sebagian kecil orang dapat menimbulkan gejala
pusing, diare ringan, dan nyeri otot yang dikuti oleh Risma (2014).
e Campak Gambar 2.5 Vaksin Campak (Biofarma, 2014)
1 Pengertian
Imunis asi Campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak. Campak, measles atau rubella adalah penyakit virus akut yang
disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius dan menular sejak
awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi
disebarkan lewat udara (airborne) (Atikah, 2010).
2) Cara pemberian dan dosis
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan pada
umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih
dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan
pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan
(Atikah, 2010).
Cara pemberian :
a Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seuruh lengan
telanjang.
b Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi, dan gunakan jari-jari tangan untuk
menekan ke atas lengan bayi.
c Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45
derajat.
d Usahakan kestabilan posisi jarum.
3 KontraindikasiPemberian imunisasi tidak boleh dilakukan orang yang mengalami
immunodefisiensi individu yang diduga menderita gangguan respon imun
karena leukimia, dan limfoma.4 Reaksi KIPI Vaksin Campak
Menurut Soegeng S. yang dikuti oleh Risma (2014), reaksi KIPI campak berupa :
a Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39,5Co yang terjadi pada 5%-15%
kasus, demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan
berlangsung selama 2 hari.
b Ruam dapat dijumpai pada 5% resipen, timbul pada hari ke 7-10 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan
akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi pada
saat masa inkubasi penyakit alami.
c Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti
ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi, diperkirakan risiko terjadinya
kedua efek samping tersebut 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1
milyar dosis vaksin.
Sumber: ( IDAI, 2017)
Gambar 2.6 Jadwal imunisasi pada balita
VaksinasiJadwal Pemberian
UsiaUlangan / Booster
Imunisasi untukmelawan
BCG Waktu lahir - Tuberkulosis
Hepatitis B Waktu lahirDosis 11 bulan – dosis 26 bulan – dosis 3
1 tahun – pada bayi yanglahir dari ibu denganhepatitis B
Hepatitis B
DPT dan Polio 3 bulan – dosis 14 bulan – dosis 25 bulan – dosis 3
18 bulan – booster 16 tahun – booster 212 tahun – booster 3
Dipteria, pertusis,tetanus, dan polio
Campak 9 bulan - Campak
Tabel 2.1 Jadwal pemberian imunisasi
Sumber : IDAI, 2017
Tabel 2.2 Pemberian imunisasi lengkap
Umur Vaksin Keterangan
Segera
setelah
lahir
Hepatitis B-1 HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir,
dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B
ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg
0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. apabila semula status
HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih
dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang
lahir di RB/RS polio ral diberikan saat bayi dipulangkan
(untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)
1 bulan Hepatitis B-2 Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2
adalah 1 bulan
1 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan
pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberculin
terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberculin
negative.
2 bulan
Pentabio I
Polio I
DTP-1 DTP-HiB-HB1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu,
dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara
kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
Hib-HB-1 Hib-HB-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2
bulan. Hib-HB dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan DTP-1
Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
3 bulan
Pentabio II
Polio III
DTP- DTP-2 (DTwp atau DTaP) dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T)
Hib-HB-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan
DTP-2
Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-HiB-HB2
6 bulan DTP- DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan
Hib-3 (PRP-T)
Hib-HB-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan
tidak perlu diberikan.
Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-HiB-HB-3
Hepatitis B-3 HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons
imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan,
terbaik 5 bulan.
9 bulan Campak-1 Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan
program BIAS pada SD kelas1, umur 6 tahun. Apabila telah
mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu
diberikan.
Tabel 2.3 Catch-up immunization
Kelompok Umur Jenis Imunisasi
Lahir < 1 tahun BCG, polio, hepatitis B, Pentabio, campak,pneumokokus, rotavirus
1-4 tahun Pentabio, polio,MMR, Tifoid, hepatitis A, varisela,Influenza, Hib,pneumokokus
5-12 tahun DPT, polio, campak,MMR, tifoid,Hepatitis A, varisela,influenza, pneumokokus
1-18 tahun TT, hepatitis B, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela,pneumokokus
Sumber IDAI : 2015
2.4 Konsep Dasar Prosedur Pemberian Imunisasi
1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prosedur Pemberian Imunisasi
a Motivasi
Adalah suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas,
konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang
rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan
sebagainya.
b Rumah Sakit
Rumah sakit sangat berpengaruh dalam memberikan pelayanan dalam hal
apapun. Seperti rumah sakit yang berada di pedalaman atau pedesaan. Dari segi alat
yang digunakan kurang memfasilitasi.
c Pembimbing
Lain orang lain pula ilmu yang didapat. Begitu juga dengan pembimbing yang
memberikan bimbingan kepada anak didiknya. Pembimbing sangat berpengaruh
sekali dalam memberikan motivasi kepada anak didiknya.
d. Petugas
Petugas di rumah sakit mempunyai pengalaman yang berbeda-beda, sehingga
sangat mempengaruhi dalam proses pemberian imunisasi.
e. Lingkungan Kerja Praktek
Lingkungan sangat berpengaruh sekali dalam menciptakan manusia yang
berkualitas Risma (2014).
f Bagi Bidan Untuk lebih meningkatkan sistem pencatatan dan selalu memberikan informasi
kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi.