Upload
hacong
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Sectio Caesarea
2.1.1 Pengkajian
Pengkajian adalah fondasi dari proses keperawatan. Pengumpulan
data yang dapat mengarah pada identifikasi status kesehatan, kekuatan
dan masalah klien untuk menegakkan diagnosis keperawatan, yang
memberikan acuan untuk intervensi dan implementasi keperawatan
dan mengurangi masalah-masalah klien (Christensen & Kenney,
2009).
Tujuan anamnesa adalah kumpulan beberapa informasi subjektif
yang diperoleh dari apa yang telah dipaparkan oleh pasien terkait
dengan masalah kesehatan yang menyebabkan pasien melakukan
kunjungan ke palayanan kesehatan pasien (Niman, 2013). Hal-hal
yang perlu dikaji riwayat ibu nifas yaitu:
1. Data umum klien
2. Riwayat kesehatan
Bertujuan untuk mendapatkan dan mengenal tentang psikososial,
suku, dan latar belakang budaya yang berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan pasien (Niman, 2013).
3. Genogram.
8
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
22
4. Riwayat kehamilan dan persalinan.
5. Riwayat kehamilan saat ini
6. Masalah ginekologi.
7. Riwayat KB.
8. Pola Psikososial, terdiri dari:
a. Pola pikir dan persepsi.
b. Suasana hati.
c. Hubungan/ komunikasi.
d. Kebiasaan seksual.
e. Pertahanan koping.
f. Sistem nilai dan kepercayaan.
g. Tingkat perkembangan.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan bagian dari proses assessment yang
dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi mengenai
gambaran lengkap tentang keadaan fungsi fisiologis (Niman,
2013).
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu post partum meliputi :
a. Status obstertik
(Gravida, Partus, Abortus)
b. Keadaan umum
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah, suhu, respirasi, nadi.
10
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
23
d. Kepala-leher
Kepala, mata, hidung, mulut, telinga, leher.
e. Masalah khusus
Dada, jantung, paru, payudara, putting susu, pembesaran putting
susu (menonjol atau mendatar, adakah bendungan, adakah nyeri,
adakah lecet pada aerola, ASI atau kolostrum sudah keluar atau
belum, adakah radang atau benjolan abnormal, adakah
pembengkakan).
f. Abdomen
Involusi uterus, fundus uterus, kandung kemih, fungsi
pencernaan.
g. Perineum dan genital
Vagina, integritas kulit, edema, memar, hematom, perineum
(kemerahan, bengkak, echimosis, discharge, approxiamate),
kebersihan.
h. Lochea (jumlah, jenis warna, bau, konsistensi, hemorrhoid)
i. Ekstremitas
Atas (edema, kesemutan, baal), bawah (edema, varises, reflek
patela).
j. Eliminasi
k. Istirahat dan Kenyamanan
9
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
24
Pola tidur, keluhan ketidaknyamanan.
l. Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi, latihan/senam
m. Nutrisi/cairan
Asupan nutrisi, asupan cairan.
n. Keadaan mental
Adaptasi psikologis, penerimaan terhadap bayi.
o. Kemampuan menyusui
p. Terapi
q. Hasil pemeriksaan
penunjang 2.1.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pertanyaan yang menggambarkan
respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola aktual/potensial)
dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal
mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan untuk mengurangi, atau
mencegah perubahan (Rohman dkk, 2014).
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon
individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang
aktual dan potensial atau proses kehidupan (Dermawan, 2012).
Diagnosa yang muncul pada klien ibu post Sectio Caesarea, yaitu:
1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri Akut b.d agen injuri fisik
2. Resiko Infeksi dengan faktor risiko prosedur infasif
10
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
25
2.1.3 Perencanaan
Perencanaan (Intervensi) adalah fase proses keperawatan yang
penuh pertimbangan dan sistematis mencakup pembuatan keputusan
dan penyelesaian masalah. Dalam proses menyusun rencana asuhan
keperawatan klien, perawat harus terlebih dahulu menetapkan prioritas,
menetapkan tujuan atau hasil yang diharapkan pada klien, memilih
intervensi keperawatan dan menulis program keperawatan (Kozier,
2011).
Perencanaan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan:
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut b.d agen injuri fisik
Domain IV- pengetahuan tentang kesehatan &
perilaku Kelas Q- perilaku sehat
Outcomes 1605- kontrol nyeri
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat
mengontrol nyeri dengan kriteria hasil sebagai berikut:
No Skala outcome Awal Akhir
1. Mengenali kapan nyeri terjadi 2 4
2. Melaporkan nyeri yang terkontrol 2 4
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang-kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Konsisten menunjukan
11
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
26
b. Intervensi
Domain I- fisiologis: dasar
Kelas E- peningkatan kenyamanan
fisik Outcomes 1400- kontrol nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien
terhadap nyeri.
3. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur.
4. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri.
5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (tenknik
relaksasi musik) untuk mengurangi nyeri.
2. Risiko Infeksi dengan faktor risiko prosedur infasif
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil sebagai
berikut:
No.
1.
Indikator
Klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi
Awal
2
Akhir
4
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
27
12
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
28
2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah 2 4
timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal 2 4
4. Menunjukan perilaku hidup sehat 2 4
Tabel 2.2 Nursing Outcome Clasification Risiko Infeksi
Keterangan: 1 = Tidak pernah Menunjukan
2 = Jarang Menunjukan
3 = Kadang-kadang Menunjukan
4 = Sering Menujukan
5 = Konsisten Menunjukan
b. Intervensi
Outcome: Kontrol Risiko
1. Pertahankan teknik aseptik
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
4. Tingkatkan intake nutrisi
5. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase.
6. Anjurkan pasien untuk meningkatkan istirahat.
7. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
infeksi
8. Kolaborasi pemberian antibiotik
2.1.4 Pelaksanaan
13
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
29
Pelaksanaan (Implementasi) adalah penatalaksanaan rencana
keperawatan oleh perawat pada klien. Fokus utama dari komponen
implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan yang aman dan
individual dengan pendekatan multifocal (Christense & Kenney, 2009).
Dalam implementasi terdapat pedoman yang harus diperhatikan oleh
setiap perawat yaitu diantaranya tindakan yang dilakukan konsisten
dengan rencana dan terjadi setelah validasi rencana tersebut,
ketrampilan interpersonal, intelektual, dan teknis dilakukan dengan
dengan kompeten dan efisien di lingkungan yang sesuai, keamanan
fisik dan psikologi klien dilindungi, dokumentasi tindakan dan respon
klien dicantumkan dalam catatan perawatan kesehatan dan rencana
asuhan (Dermawan, 2012).
2.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah aktifitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan
terarah ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan
klien menuju pencapaian tujuan atau hasil dan keefektifan rencana
asuhan keperawatan. Evaluasi adalah aspek yang penting proses
keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan
apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah
(Kozier, 2011).
2.2 Sectio Caesarea
2.2.1 Pengertian Sectio Caesarea
14
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
30
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Sarwono, 2009). Tindakan sectio caesarea digunakan
bilamana diyakini bahwa penundaan persalinan pervaginam tidak
mungkin dilangsungkan secara aman (Cunningham, 2006).
2.2.2 Tipe-tipe Sectio Caesarea (Harry Oxorn & William, 2010)
a. Segmen Bawah: Insisi melintang
Abdomen dibuka dan uterus disingkapkan. Lipatan
vesicouterina periteoneum (bladder flap) yang terletak dekat
sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat
melintang, lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-
sama kandung kemih didorong ke bawah serta ditarik agar tidak
menutupi lapangan pandangan. Pada segmen bawah uterus dibuat
insisi melintang yang kecil, luka insisi ini dilebarkan ke samping
dengan jari-jari tangan dan berhenti di dekat daerah pembuluh-
pembuluh darah uterus. Kepala janin yang pada sebagian besar kasus
terletak dibalik insisi diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian
tubuh lainnya dan kemudian plasenta serta selaput ketuban. Insisi
melintang tersebut ditutup dengan jahitan catgut bersambung satu
lapis atau dua lapis. Lipatan vesicouterina kemudian dijahit kembali
pada dinding uterus sehingga seluruh luka insisi terbungkus dan
15
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
31
tertutup dari rongga peritoneum generalisata. Dinding abdomen
ditutup lapis demi lapis.
b. Segmen Bawah: Insisi Membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama
seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan scalpel
dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera
pada bayi.
c. Sectio Caesarea Klasik
Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan scalpel ke
dalam dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah
dengan gunting berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar
karena bayi sering dilahirkan dengan bokong terlebih dahulu. Janin
serta plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga
lapis. Pada masa modern ini hampir sudah tidak dipertimbangkan
lagi untuk mengerjakan sectio caesarea klasik. Indikasi dalam Sectio
Caesarea Klasik yaitu:
1. Kesulitan dalam menyingkapkan segmen bawah.
2. Bayi yang tercekam pada letak lintang.
3. Beberapa kasus plasenta previa anterior.
4. Malformasi uterus tertentu.
d. Sectio Caesarea Extraperitoneal
16
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
32
Pembedahan extraperitoneal dikerjakan untuk menghindari
perlunya histerektoi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas
dengan mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal.
Ada beberapa metode sectio caesarea extraperitoneal, seperti
metode Waters, Latzko dan Norton.
Teknik pada prosedur ini relatif sulit, sering tanpa sengaja
masuk ke dalam vacuum peritonei, dan insidensi cedera vesica
urinaria meningkat. Perawatan prenatal yang lebih baik, penurunan
insidensi kasus yang terlantar, dan tersedianya darah serta antibiotik
telah mengurangi perlunya teknik extraperitoneal. Metode ini tidak
boleh dibuang tetapi disimpan sebagai cadangan bagi kasus-kasus
tertentu.
e. Histerektomi Caesarea
Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan
dengan pengeluaran uterus. Kalau mungkin histerektomi harus
dikerjakan lengkap (histerektomi total). Akan tetapi, karena
pembedahan subtotal lebih mudah dan dapat dikerjakan lebih cepat,
maka pembedahan subtotal menjadi prosedur pilihan kalau terdapat
perdarahan hebat dan pasiennya shock, atau kalau pasien dalam
keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus-kasus semacam
ini, tujuan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin.
Indikasi histerektomi caesarea yaitu:
17
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
33
1. Perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi konservatif
gagal.
2. Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan pada kasus-kasus
plasenta previa dan abruption placentae tertentu.
3. Placenta accrete.
4. Fibromyoms yang multiple dan luas.
5. Pada kasus-kasus tertentu kanker cervix atau ovarium.
6. Rupture uteri yang tidak dapat diperbaiki.
7. Sebagai metode sterilisasi kalau kelanjutan haid tidak
dikehendaki demi alasan medis.
8. Pada kasus-kasus yang terlantar dan terinfeksi kalau risiko
peritonitis generalisata tidak dijamin dengan
mempertahankan uterus.
9. Cicatrix yang menimbulkan cacat pada uterus.
10. Pelebaran luka insisi yang mengenai pembuluh-pembuluh
darah sehingga perdarahan tidak bisa dihentikan dengan
pengikatan ligature.
2.2.3 Indikasi Sectio Caesarea
Indikasi sectio caesarea pada ibu menurut Wiknjosastro (2002)
antara lain yaitu panggul sempit absolute (CV kurang dari 8 cm), tumor
jalan lahir, stenosis serviks atau vagina, plasenta previa totalis atau sub
totalis, disporsisi sefalo pelvic, rupture uteri membakat, dan partus
18
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
34
lama. Sedangkan indikasi pada janin yaitu kelainan letak, dan gawat
janin.
Indikasi persalinan setio caesarea yang dibenarkan dapat terjadi
secara tunggal atau secara kombinasi, prevalensi persalinan sectio
caesarea mengalami peningkatan yang sangat pesat hal ini disebabkan
oleh keputusan dalam menegakkan indikasi semakin longgar dan
indikasi persalinan sectio caesarea semakin berkembang, selain
indikasi medis ada pula indikasi non medis. Sebelum dilakukan
persalinan sectio caesarea hal yang harus selalu diperhatikan adalah
mengetahui indikasi apa saja perlu tindakan tersebut, cara apa yang
dikerjakan dan bagaimana penyembuhan luka tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persalinan
sectio casarea (Rasjidi, 2009).
Indikasi persalinan Sectio Caesarea:
a) Indikasi mutlak
Faktor mutlak untuk dilakukan operasi sectio caesarea
dapat dibagi menjadi dua indikasi, yang pertama adalah indikasi
ibu, antara lain: panggul sempit absolute, kegagalan melahirkan
secara normal karena kurang kuatnya stimulasi, adanya tumor jalan
lahir, stenosis serviks, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik,
dan rupture uteri. Indikasi yang ke dua adalah indikasi janin, antara
lain: kelainan otak, gawat janin, prolapsus plasenta, perkembangan
19
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
35
bayi yang terhambat, dan mencegah hipoksia janin karena
preeklamsi.
b) Indikasi relatif
Yang termasuk factor dilakukan sectio caesarea secara
relatif, antara lain: riwayat sectio caesarea sebelumnya, presentasi
bokong, distosia fetal distress, preeklamsi berat, ibu dengan HIV
positif sebelum inpartu atau gemeli.
c) Indikasi sosial
Permintaan ibu untuuk melakukan sectio caesarea
sebenarnya bukanlah suatu indikasi untuk dilakukan sectio
caesarea. Alasan yang spesifik dan rasional harus di eksplorasi dan
didiskusikan. Beberapa alasan ibu meminta dilakukan sectio
caesarea, antara lain: ibu yang melahirkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya, ibu yang ingin sectio caesarea secara elektif karena
takut bayinya mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan.
World Health Organitation (WHO) memperkirakan standar rata-
rata sectio caesarea disebuah negara adalah sekitar 5 sampai
dengan 15 persen per 1.000 kelahiran di dunia. Angka kejadian
sectio caesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada
tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar
22,8 persen dari seluruh persalinan (Dewi Y., dkk. 2007 ; Rasjidi,
2009). Peningkatan persalinan sectio caesarea merupakan hal yang
masih menjadi kontroversi di kalangan penyedia pelayanan
20
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
36
kesehatan, yang kebenarannya hanya dapat dibuktikan dengan
melakukan analisa kasus perkasus untuk mengetahui apakah tiap
tindakan diindikasikan secara medis. Ketika pasien tertentu sudah
memiliki suatu kepercayaan anti intervensi hal ini menyebabkan
peningkatan sectio caesarea dan hasil akhir yang tragis (Reeder
dkk, 2011).
2.2.4 Kontra Indikasi
Menurut Cunningham (2006) Sectio Caesarea tidak boleh dikerjakan
kalau ada keadaan berikut:
1. Janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga
kemungkinan hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk
melakukan operasi berbahaya yang tidak diperlukan.
2. Jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk
caesarea extraperitoneal tidak tersedia.
3. Ada infeksi pada dinding abdomen, syok
4. Kelainan congenital
5. Jika dokter bedahnya tidak berpengalaman, kalau keadaannya tidak
menguntungkan bagi pembedahan, atau kalau tidak tersedia tenaga
asisten yang memadai.
6. Tidak ada / kurang sarana / fasilitas.
2.2.5 Komplikasi yang Bisa Timbul (Winkjosastro, 2002)
1. Infeksi
21
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
37
Lokasinya pada rahim juga dapat meluas ke organ-organ dalam
rongga panggul disekitarnya. Faktor-faktor predisposisi partus lama,
keuban pecah dini, tindakan vaginal sebelumnya.
2. Perdarahan
Perdarahan bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang
arteri uterin ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Bekuan darah di kaki (tromboblebitis), organ-organ dalam panggul,
yang kadang sampai ke paru-paru.
4. Luka kandung kemih
5. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga biisa terjadi
rupture uteri pada kehamilan berikutnya.
2.2.6 Resiko Persalinan Sectio Caesarea (Kasdu, D. 2003)
a. Resiko Jangka Pendek
Ada beberapa resiko jangka pendek dari persalinan sectio caesarea
yaitu:
1) Infeksi pada bekas jahitan
Infeksi luka akibat sectio caesarea berbeda dengan luka
persalinan normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah
dilihat, sedangkan luka akibat sectio caesarea besar dan
berlapis-lapis. Diketahui ada 7 lapisan mulai dari dinding perut
sampai dinding rahim, yang setelah operasi selesai masing-
masing lapisan dijahit tersendiri, jadi bisa ada 3-5 lapisan
jahitan. Bila penyembuhan tidak sempurna, kuman akan lebih
22
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
38
udah masuk dan akan lebih mudah terjadi infeksi sehingga luka
menjadi lebih parah. Bahkan bukan tidak mungkin dilakukan
penjahitan ulang.
2) Infeksi rahim
Infeksi rahim terjadi jika ibu sudah terjadi infeksi
sebelumnya, misalnya mengalami pecah ketuban. Saat
dilakukan operasi, rahim terinfeksi. Apalagi jika antibiotik yang
digunakan tidak cukup kuat.
3) Keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ terntentu
karena pertumbuhan berlebihan. Sel-sel pembentuk organ
tersebut, ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan
parut.
4) Cedera pembuluh darah
Pisau atau gunting yang dipakai dalam operasi berisiko
mencederai pembuluh darah misalnya tersayat. Kadang cedera
terjadi pada penguraian pembuluh darah yang lengket. Ini adalah
salah satu sebab mengapa darah yang keluar pada persalinan sectio
caesarea lebih banyak dibandingkan persalinan normal.
5) Cedera pada kandung kemih
Kandung kemih letaknya pada dinding rahim. Saat sectio
caesarea dilakukan, organ ini bisa saja terpotong. Perlu
23
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
39
dilakukan operasi lanjutan untuk memperbaiki kandung kemih
yang cedera tersebut.
6) Perdarahan
Perdarahan tidak bisa dihindari dalam proses persalinan.
Namun, darah yang hilang lewat sectio caesarea lebih banyak
dua kali lipat dibandingkan persalinan normal.
7) Air ketuban masuk pada pembuluh darah
Selama operasi sectio caesarea berlangsung, pembuluh
darah terbuka. Ini memungkinkan komplikasi berupa masuknya
air ketuban ke dalam pembuluh darah (embolus). Bila embolus
mencapai paru-paru, terjadilah apa yang disebut pulmonary
embolism. Terjadilah kematian mendadak.
8) Pembekuan darah
Pembekuan darah dapat terjadi pada urat halus dibagian
kaki atau organ panggul. Jika bekuan ini mengalir ke paru-paru,
terjadilah embolus.
9) Kematian saat persalinan
Beberapa penelitian menunjukan, angka kematian ibu pada
section caesarea lebih tinggi dibandingkan persalinan normal.
Lematian umumnya disebabkan karena kesalahan pembiusan,
atau perdarahan yang tidak ditangani secara cepat.
10) Kelumpuhan kandung kemih
24
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
40
Usai sectio caesarea, ada kemungkinan ibu tidak bisa
buang air kecil akrena kandung kemihnya kehilangan gaya
gerak. Ini terjadi karena saat proses pembedahan kandung kemih
terpotong.
11) Hematoma
Hematoma adalah perdarahan pada rongga tertentu, jika ini
terjadi selapu disamping rahim akan membesar membentuk
kantung akibat pengumpulan darah yang terus menerus.
Akibatnya fatal, yaitu kematian ibu. Kasus ini juga bisa terjadi
pada persalinan normal, tetapi mengingat resiko perdarahan
pada sectio caesarea lebih tinggi, resiki hematoma pun lebih
besar dibanding persalinan normal.
12) Usus terpilin
Sectio caesarea mengakibatkan gerakan usus tidak bagus,
kemungkinan karena penanganan yang salah akibat manipulasi
usus, atau perletakan usus saat mengembalikannya ke posisi
semula.
13) Keracunan darah
Keracunan pada sectio caesarea dapat terjadi karena
sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi. Ibu yang awal
kehamilan mengalami infeksi bawah rahim, berarti air
ketubannya sudah mengandung kuman. Jika ketuban pecah dan
25
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
41
didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk
karena bernanah. Selanjutnya kuman masuk ke dalam pembuluh
darah ketika operasi berlangsung, dan menyebar keseluruh
tubuh. Keracunan darah yang berat dapat menyebabkan
kematian ibu.
b. Resiko Jangka Panjang
1) Masalah psikologis
Berdasarkan penelitian, perepuan yang mengalami sectio
caesarea mempunyai perasaan negatif usai menjalaninya (tanpa
memperhatikan kepuasan hasil operasi). Depresi pasca
persalinan juga maslah yang sering muncul. Beberapa
mengalami reaksi stress pascatrauma berupa mimpi buruk, kilas
balik, atau ketakutan luar biasa pada kehamilan. Masalah
psikologis ini lama-lama akan mengganggu kehidupan rumah
tangga atau menyulitkan pendekatan terhadap bayi. Hal ini
muncul jika ibu tidak siap menghadapi operasi.
2) Perlekatan organ bagian dalam
Penyebab perlekatan organ bagian dalam pasca sectio
caesarea adalah tidak bersihnya lapisan permukaan dari noda
darah. Terjadilah perlekatan yang menyebabkan rasa sakit pada
panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri pada saat
melakukan hubungan seksual. Jika kelak dilakukan sectio
26
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
42
caesarea lagi, perlekatan menimbulkan kesulitan teknis hingga
melukai organ lain, seperti kandung kemih atau usus.
3) Pembatasan kehamilan
Perempuan yang pernah mengalami sectio caesarea hanya
boleh melahirkan tiga bahkan sampai lima kali, tetapi dengan
risiko dan komplikasi yang lebih berat.
c. Resiko Persalinan Selanjutnya
1) Sobeknya jahitan rahim
Ada tujuh lapisan jahitan yang dibuat sectio caesarea, yaitu
jahitan pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otor perut, lapisan
dalam perut, lapisan luar rahi, dan rahim. Jahitan rahim ini dapat
sobek pada persalinan berikutnya. Makin sering menjalani
sectio caesarea makin tinggi resiko terjadinya sobekan.
2) Pengerasan plasenta
Plasenta bisa tumbuh ke dalam melewati dinding rahim,
sehingga sulit dilepaskan. Bila plasenta sampai menempel
terlalu dalam (sampai ke myometrium), harus dilakukan
pengangkatan rahim karena plasenta mengeras. Risikonya
terjadi plasenta ini bisa meningkat karena sectio caesarea.
27
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
43
3) Tersayat
Habisnya air ketuban yang membuat volume ruang dalam
rahim menyusut. Akibatnya ruang gerak bayipun berkurang dan
lebih mudah terjangkau pisau bedah.
4) Masalah pernafasan
Bayi yang lahir lewat sectio caesarea cenderung
mempunyai masalah pernafasan yaitu nafas cepat dan tidak
teratur. Ini terjadi karena bayi tidak mengalami tekanan saat
lahir seperti bayi yang lahir alami sehingga cairan paru-paru
tidak bisa keluar. Masalah pernafasan ini akan berlanjut hingga
beberapa hari setelah lahir.
5) Angka APGAR rendah
Angka APGAR adalah angka yang mencerminkan kondisi
umum bayi pada menit pertama dan menit ke lima. Rendahnya
angka APGAR merupakan efek anestesi dari resiko caesarea,
kondisi bayi tidak distimulasi sebagaimana bayi yang lahir lewat
persalinan normal. Berdasarkan penelitian, bayi yang lahir lewat
sectio caesarea butuh perawatan lanjutan dan alat bantu
pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan bayi lahir normal.
2.3 Nyeri
2.3.1 Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu
emosional disertai kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial
28
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
44
atau kerusakan jaringan secara menyeluruh. Nyeri post sectio caesarea
ditimbulkan oleh luka insisi sectio caesarea. Pada luka insisi section
caesarea tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri
dapat mempengaruhi persepsi nyeri (Nugroho, 2011). Persalinan secara
sectio caesarea sering mengalami rasa nyeri akibat insisi abdomen.
Berdasarkan hasil penelitian rasa nyeri yang timbul setelah operasi
dinding abdomen adalah nyeri ringan 25% dari 14 pasien, nyeri sedang
48,2% sebanyak 27 pasien dan nyeri berat 26,8% dengan 15 pasien
(Fitri, Trisyani,& Maryati 2012).
Keluhan rasa nyeri di bekas jahitan Caesar sebetulnya wajar
karena tubuh tengah mengalami luka dan proses penyembuhan (reaksi
imflamasi). Apalagi jika luka tersebut tergolong panjang dan dalam.
Dalam proses penyembuhan tak bisa dihindari terjadinya pembentukan
jaringan parut, jaringan parut inilah yang dapat menyebabkan nyeri saat
melakukan ativitas tertentu. Rasa nyeri ini bisa berlangsung sampai
delapan minggu paska persalinan dan beberapa wanita terus merasa
kedutan dengan rasa nyeri di tempat bekas luka selama berbulan-bulan
sesudahnya (Kasdu, 2003).
2.3.2 Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan
berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya dan waktu lamanya
serangan nyeri (Asmadi, 2011).
29
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
45
a. Nyeri berdasarkan tempatnya:
1. Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh
misalnya pada kulit, mukosa.
2. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang
lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
3. Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh
di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada
system syaraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lain-
lain.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya:
1. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu
menghilang.
2. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan
dalam waktu yang lama.
3. Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi
dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap 10-15 menit,
lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya:
1. Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.
2. Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
30
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
46
3. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan:
1. Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat
dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri
diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari
luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu penyakit
arteriosclerosis pada arteri koroner.
2. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan.
Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri
timbul dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu
timbul kembali, begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis
yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus menerus terasa
makin lama semakin meningkat intensitasnya walaupun telah
diberikan pengobatan. Misalkan nyeri karena neoplasma.
Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis, yaitu:
a. Nyeri akut:
- Waktu kurang dari enam bulan
- Daerah nyeri terlokalisai
- Nyeri terasa tajam seperti ditusuk, disayat, dicubit dan lain-
lain
- Respon system saraf simpatis
31
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
47
- Penampilan klien tampak cemas, gelisah, dan terjadi
ketegangan otot
b. Nyeri kronis:
- Waktu lebih dari enam bulan
- Daerah nyeri menyebar
- Nyeri terasa tumpul seperti ngilu, linu dan lain-lain
- Respon system sraf parasimpatis
- Penampilan klien tampak depresi dan menarik diri
Menurut Asmadi (2011) ada beberapa teori yang menjelaskan
mekanisme nyeri. Teori tersebut diantaranya adalah:
a. The Specificity Theory (Teori Spesifik)
Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan
struktur tubuh melalui saraf sensoris. Saraf sensoris untuk setiap
indra perasa bersifat spesifik. Artinya, saraf sensoris dingin hanya
dapat dirangsang oleh sensasi dingin, bukan oleh panas. Begitu pula
dengan saraf sensori lainnya.
Ada dua tipe serabut saraf yang menghantarkan stimulus nyeri
yaitu serabut saraf tipe delta A dan serabut saraf tipe C.
Menurut teori spesifik ini, timbulnya sensasi nyeri
berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujung serabut bebas oleh
perubahan mekanik, rangsangan kimia, atau temperature yang
32
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
48
berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf nyeri
diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri ditalamus.
b. The Intensity Theory (Teori Intensitas)
Nyeri adalah rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap
rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika
intensitasnya cukup kuat.
c. The Gate Control Theory (Teori Kontrol Pintu)
Teori ini menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Kegiatannya
bergantug pada aktivitas serat saraf aferen yang berdiameter besar
atau kecil yang dapa mempengaruhi sel saraf di substansia
gelatinosa. Aktivitas serat yang berdiameter besar menghambat
transmisi yang artinya “pintu ditutup”, sedangkan serat saraf yang
berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya “pintu
dibuka”.
Tetapi menurut penelitian terakhir, tidak ditemukan hambatan
presinaptik. Hambatab oleh presinaptik pada serat berdiameter besar
maupun kecil hanya terjadi bila serat tersebut dirangsang secara
berturut-turut. Oleh karena tidak semua sel saraf di substansia
gelatinosa menerima input konvergen dari sel saraf besar maupun
kecil baik yang membahayakan atau tidak, maka peranan kontrol
pintu ini menjadi tidak jelas.
33
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
49
2.3.4 Penilaian Nyeri
Ada beberapa cara untuk mengetahui tingkat nyeri menggunakan
skala assessment nyeri tunggal atau multidimensi. Skala assessment
nyeri:
A. Un-dimensional
- Hanya mengukur intensitas nyeri
- Cocok untuk nyeri akut
- Skala assessment nyeri un-dimensional meliputi:
1. Visual Analog Scale (VAS)
Skala analog visual adalah cara yang paling banyak
digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini
menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang
mungkin di alami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili
sebagai garis spanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada
setiap sentimeter. Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan
dewasa. Manfaat utama VAS adalah penggunanannya yang
sangat mudah dan sederhana.
Tidak Nyeri
Nyeri Sangat Hebat
2.3.4.1 Gambar Visual Analog Scale (VAS)
34
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
50
2. Verbal Rating Scale (VRS)
Skala verbal menggunakan kata-kata dan bukan garis
atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang
dapat digunakan berupa tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang
atau redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak
berkurang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/nyeri
hilang. Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode
pasca bedah, karena secara alam verbal atau kata-kata tidak
terlalu mengandalkan koordinasi visual dan motorik. Karena
skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat
membedakan berbagai tipe nyeri.
No Pain
Mild Moderate Savere Wost possible pain 2.3.4.2
Gambar Verbal Rating Scale (VRS)
3. Numeric Rating Scale (NRS)
Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitive
terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik
dari pada VAS terutama untuk menilai nyeri akut. Namun,
kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kata untuk
35
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
51
menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan untuk
membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap
terdapat jarak yang sama antar kata yang menggambarkan efek
analgetik.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak
Nyeri
Nyeri
Nyeri Nyeri Tak
Nyeri Ringan Sedang Hebat Tertahankan
2.3.4.3 Gambar Numeric Rating Scale (NRS)
4. Wong Baker Pain Rating Scale
Skala ini menggunakan ekspresi wajah klien. Digunakan
pada pasien dewasa dan anak >3tahun yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.
2.3.4.4 Gambar Wong Baker Pain Rating Scale
36
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
52
B. Multi-dimensional
- Mengukur intensitas dan afektif nyeri
- Diaplikasikan untuk nyeri kronis
- Dapat dipakai untuk outcome assessment klinis
- Skala multi-dimensional meliputi:
1. McGill Pain Questionnaire (MPQ)
Terdiri ari empat bagian, yaitu gambar nyeri, indeks nyeri,
pertanyaan-pertanyaan mengenai nyeri terdahulu dan
lokasinya dan indeks intensitas nyeri yang dialami saat ini.
2. The Brief Pain Inventory (BPI)
Adalah kuesioner medis yang digunakan untuk menilai
nyeri. Awalnya digunakan untuk mengasses nyeri kanker,
namun sudah divalidasi juga untuk assessment nyeri kronik.
3. Memorial Pain Assessment Card
Merupakan instrument yang cukup valid untuk evaluasi
efektivitas dan pengobatan nyeri kronis secara subjektif.
Terdiri atas 4 komponen penilaian tentang nyeri meliputi
intensitas nyeri, deskripsi nyeri, pengurangan nyeri dan mood
4. Catatan Harian Nyeri (Pain Diary)
Adalah catatan tertulis atau lisan mengenai pengalaman
pasien dan perilakunya. Jenis laporan ini sangat membantu
37
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
53
untuk memantau variasi status penyakit sehari-hari dan
respons pasien terhadap terapi.
2.4 Terapi Musik
2.4.1 Pengertian Terapi Musik
Terapi musik merupakan intervensi alami non invasive yang dapat
diterapkan secara sederhana tidak selalu membutuhkan ahli terapi,
harga terjangkau dan tidak menimbulkan efek samping (Samuel, 2007
dalam Pratiwi 2014). Terapi musik adalah suatu terapi kesehatan
menggunakan musik dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau
memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif dan sosial bagi individu dari
berbagai kalangan usia (Suhartini, 2008). Terapi musik adalah terapi
yang dilakukan dengan memberikan stimulus musik, dimana musik
tersebut masuk kedalam pikiran melalui sensasi auditori. Suara musik
atau musik yang lembut dapat mengurangi stress, persepsi nyeri, cemas
dan perasaan terisolasi (Satiadarma, 2004).
Musik merupakan suatu sarana yang bermanfaat dan mudah
diperoleh (Meritt, 2003). Musik didefinisikan sebagai suara dan dian
yang terorganisir memalui waktu yang mengalir (dalam ruang),
beberapa kesimpulan sementara dari pertanyaan yang muncul adalah
musik berasal dari vibrasi, suara berasal dari vibrasi dan vibrasi adalah
esensi dari segala sesuatu (Amsila, 2011). Musik ialah bunyi yang
diterima oleh individu dan berbeda bergantung kepada sejarah, lokasi,
budaya dan selera seseorang (Farida, 2010).
38
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
54
Semua jenis musik dapat digunakan dalam terapi, tidak hanya
musik klasik saja, asalkan musik yang akan digunakan memiliki
ketukan yang sesuai dengan irama jantung manusia, sehingga mampu
memberikan efek terapeutik yang sangat baik terhadap kesehatan
(Indriya, Dani dan Indri Guli, 2010).
Kini telah banyak dikembangkan terapi-terapi keperawatan untuk
menangani nyeri atau kecemasan, salah satunya adalah terapi musik
yang dapat mengurangi tingkat kecemasan dan nyeri pada pasien.
Terapi musik ini terbukti berguna dalam proses penyembuhan karena
dapat menurunkan rasa nyeri dan dapat membuat perasaan klien rileks
(Kate and Mucci, 2002 dalam Faradisi, 2012).
2.4.2 Jenis Terapi Musik
Jenis terapi musik ada dua yaitu:
1. Aktif-Kreatif
Terapi musik diterapkan dengan melibatkan klien secara langsung
untuk ikut aktif dalam sebuah sesi terapi melalui cara:
a. Menciptakan lagu (Composing) yaitu mengajak klien untuk
menciptakan lagu sederhana
b. Improvisasi, yaitu upaya membuat musik secara spontan dengan
menyanyi atau bermain musik pada saat itu juga dan membuat
improvisasi dari musik yang diberikan oleh terapis
c. Re-Creating, yaitu dengan cara mengajak klien bernyanyi atau
bermain musik dari lagu-lagu yang sudah terkenal
39
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
55
2. Pasif-Reseptif
Dalam sesi reseptif, klien akan mendapat terapi dengan
mendengarkan musik. Terapi ini lebih menenangkan fisik, emosi
intelektual, estetik spriritual dari musik itu sendiri sehingga klien
akan merasakan ketenangan atau relaksasi. Musik yang digunakan
dapat bermacam jenis dan style tergantung dengan kondisi yang
dihadapi klien (Natalina, 2013).
2.4.3 Manfaat Musik
Manfaat utama terapi musik menurut para pakar terapi musikantara
lain:
1. Mengurangi rasa sakit
Musik bekerja pada system saraf otonom yaitu bagian system
saraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut
jantung dan fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi.
Menurut penelitian, kedua system tersebut bereaksi sensitive
terhadap musik. Saat merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi, dan
marah yang membuat kita menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya
rasa sakit menjadi semakin parah. Mendengarkan musik secara
teratur membantu tubuh rileks secara fisik dan mental, sehingga
membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit. Pada proses
40
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
56
persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan
mengurangi rasa sakit (Marmi, 2013).
2. Relaksasi
Mengistirahatkan tubuh dan fikiran merupakan manfaat yang
pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik sehingga klien akan
merasakan perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan fikiran lebih
fresh (Eka, 2009).
3. Meningkatkan kecerdasan
Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia
seseorang disebut efek Mozart. Hai ini telah diteliti secara ilmiah
oleh Frances Rauscher et al dari Universitas California (Eka, 2009).
4. Meningkatkan motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dimunculkan dengan
perasaan dan mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun
akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Dari hasil
penelitian, ternyata jenis musik tertentu juga bisa meningkatkan
motivasi, semangat dan meningkatkan level energy seseorang (Eka,
2009).
5. Mengembangkan kemampuan komunikasi dan sosialisasi
Terapi musik akan menciptakan sosialisasi karena dalam
bermusik dibutuhkan komunikasi (Natalina, 2013).
41
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
57
6. Musik menyebabkan tubuh menghasilkan hormone beta-endorfin.
Ketika mendengarkan suara kita sendiri yang indah maka hormon
“kebahagiaan” beta-endorfin akan berproduksi (Natalina, 2013).
2.4.4 Tata Cara Pemberian Terapi Musik
Belum ada rekomendasi mengenai durasi yang optimal dalam
pemberian terapi musik. Sering kali durasi yang diberikan dalam
pemberian terapi musik adalah selama 20-35 menit, tetapi untuk
masalah kesehatan yang lebih spesifik terapi musik diberikan dengan
durasi 30-45 menit. Ketika mendengarkan terapi musik klien berbaring
dengan posisi yang nyaman, sedangkan tempo harus sedikit lambat, 50-
70 ketukan per menit menggunakan irama yang tenang (Schou 2007
dalam Mahanani 2013).
Terapi musik didengarkan minimal 30 menit setiap hari sampai
semua rasa sakit yang dikeluhkan hilang sepenuhnya dan tidak kembali
lagi. Jika diputar saat rasa sakit muncul, maka rasa sakit akan berkurang
atau bahkan hilang sepenuhnya (Eka, 2009).
2.4.5 Mekanisme Musik sebagai Terapi
Pada saat musik diterima oleh daun telinga, maka diteruskan ke
telinga tengah yang akan menggetarkan membrane tympani, dengan
getaran ini maka maleus, incus dan stapes ikut bergetar, suara tersebut
masuk ke telinga dalam (koklea) melalui fanestra ovalis, disini getaran
suara akan membangkitkan impuls saraf yang akan mempengaruhi
42
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
58
system limbik, yang pertama akan diterima langsung oleh Talamus,
yaitu suatu bagian otak yang mengatur emosi, sensasi dan perasaan.
Kedua diterima oleh Hipotalamus mempengaruhi struktur basal
“forebrain” termasuk system limbik dan ketiga melalui axon neuron
secara difus mempersarafi neokorteks. Hipotalamus merupakan pusat
saraf otonom yang mengatur fungsi pernapasan, denyut jantung,
tekanan darah, pergerakan otot usus, fungsi endokrin, memori dan lain-
lain. Di hipotalamus maka respon dari musik yang tenang akan
menimbulkan ketenangan dan mengurangi rasa nyeri (Indriya, Dani dan
Indri Guli. 2010).
43
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
59
2.5 Kerangka Teori:
Faktor yang mempengaruhi nyeri:
Indikasi Sectio Caesarea: 1. Usia 6. Dukungan
1. Faktor Janin 2. Kebudayaan 7. Pengalaman
a. Bayi terlalu besar 3. Keletihan 8. Perhatian
b. Kelainan letak (letak 4. Gaya koping
sungsang dan letak 5. Ansietas lintang)
c. Ancaman gawat janin d. Janin abnormal
Sectio
Nyeri
e. Faktor plasenta
Caesarea
f. Kelainan tali pusat
g. Bayi kembar
2. Faktor Ibu
a. Usia
Terapi Non Farmakologi: Terapi Farmakologi:
b. Tulang panggul sempit Obat Analgetik non
c. Post persalinan sectio
Bimbingan antisipasi nyeri
narkotika dan NSAID,
caesarea sebelumnya
d. Hambatan jalan lahir Opiat dan Obat
e. Kelainan kontraksi tambahan. Kompres air hangat dan
rahim kompres air dingin
f. Ketuban pecah dini
g. Rasa takut akan Penurunan Nyeri
TENS (Transcutananeous
Elektrical Stimulation) kesakitan
Relaksasi
Terapi Musik:
1. Klasik 2. Mozart 3. Jazz 4. Instrumental 5. Pop
44
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
60
Gambar 2.5 Kerangka Teori
2.6 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Depeneden
Terapi Musik Penurunan Tingkat
Klasik Nyeri
Gambar 2.6 Kerangka Konsep
45
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
61
46
Penerapan Teknik Relaksasi..., ANDINI MAGHFIROH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018