Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Ca Mammae
2.1.1 Definisi
Ca merupakan pertumbuhan sel abnormal yang menjadi sekelompok penyakit besar
yang dapat menyebar dari organ satu ke organ lain dalam tubuh. Benign dan Malign
merupakan sebutan lain untuk benjolan dengan perbedaan jinak dan ganas. Pada tahun
2018 Ca adalah penyebab nomer dua yang merenggut 9,6 juta nyawa. Diantaranya yang
sering terjadi pada wanita ialah Ca kulit, mammae, rahim, dan tiroid. Sedangkan yang sering
terjadi pada pria ialah Ca paru, hati dan lambung. (WHO, 2014).
Ca Mammae adalah Ca invasive yang menjadi tranding topic karena merupakan
penyebab kematian dikalangan wanita. Meskipun tingkat insiden tinggi, namun tingkat
kelangsungan hidup wanita yang terdiagnosa Ca adalah kurang lebih 5 tahun, hal ini 90%
terjadi di Negara barat dan Negara asia maju. (Lee, 2014).
2.1.2 Etiologi
Ca Mammae berasal dari sekretorius payudara tepatnya di lobules terminal. Beberapa
faktor risiko Ca Mammae telah banyak diketahui seperti umur, faktor reproduksi, riwayat
pribadi faktor menstruasi, paparan radiasi, pengguna terapi insulin, alcohol, diet tinggin
lemak, atau keluarga dengan penyakit Ca Mammae secara keturunan, pra disposisi genetic
dan lingkungan serta kelainan dalam pensinyalan faktor pertumbuhan yang dapat
memfasilitasi pertumbuhan sel ganas. Meskipun telah banyak diketahui faktor risiko dari
14
Ca Mammae namun ternyata 75% tidak ada hubungannya dengan faktor risiko yang ada
(Ahmed, 2015).
Faktor – faktor etiologi tersebut secara garis besar data dikelompokkan menjadi 5
yaitu :
1. Umur
Seiring bertambahnya usia maka risiko Ca Mammae juga bertambah. Namun hal ini
belum dapat dipastikan karena pasien tidak hanya didominasi oleh kalangan dewasa
ataupun lansia bahkan dapat juga dirasakan oleh remaja.
2. Sejarah Pribadi
Sejarah pribadi penderita Ca Mammae yang mengalami masa menstruasi di usia dini
atau bahkan di usia yang tua dikaitkan dengan peningkatan kadar estradiol didalam tubuh
wanita yang memicu pertumbuhan Ca Mammae itu sendiri. Menstruasi di usia muda juga
berpengaruh terhadap percepatan siklus ovulator sehingga empat kali lebih tinggi untuk
terkena Ca Mammae . Tak hanya itu faktor gen juga berperan dalam pewarisan penyakit
keturunan.
3. Patologi penyakit
Ca Mammae proliferatif dikaitkan dengan peningkatan risko Ca Mammae. Lesi
payudara poliferatif tanpa atipia, termasuk hyperplasia duktus yang biasa, papiloma intraduktal,
adenosis sclerosing dan fibroadenoma hanya member sedikit peningkatan risiko perkembangan
Ca Mammae , sekitar 1,5 – 2 kali lipat dari populasi umum. Hiperlasia atipikal termasuk
15
duktus dan lobular, biasanya ditemukan secara kebetulan pada skrinning mamografi dan
menyebabkan peningkatan risiko Ca Mammae. Wanita dengan atypia memiliki risiko sekitar
3,4 kali lebih besar terkena Ca dibandingkan dengan populasi umum.
4. Sejarah Keluarga
Sejarah keluarga berisiko terhadap peningkatan Ca Mammae jika ia memiliki riwayat
keluarga dengan penyakit ini. Dalam penelitian Nurses 'Health Study, wanita yang
memiliki keturunan mengidap Ca Mammae sebelum usia 50 memiliki risiko relatif 1,69,
sedangkan wanita yang memiliki keturunan mengidap Ca Mammae diagnosis pada usia 50
atau lebih tua memiliki risiko relatif 1,37 dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki
keluarga Ca Mammae. Berdasarkan riwayat peningkatan risiko relatif 1,66 jika diagnosis
dibuat sebelum usia 50 dan risiko relatif 1,52 jika didiagnosis setelah usia 50 dibandingkan
dengan pasien tanpa risiko keluarga dengan Ca Mammae. Risiko meningkat pada keluarga
yang didiagnosis menderita Ca Mammae pada usia muda (di bawah usia 50).
5. Predisposisi Genetik
Sekitar 20% -25% pasien Ca Mammae memiliki riwayat keluarga yang positif tetapi
hanya 5% -10% dari kasus Ca Mammae terwarisi dominan autosom. Alel predisposisi
genetik telah dijelaskan dalam hal signifikansi klinis. Alel predisposisi memberikan risiko
tinggi sebesar 40% -85%, risiko seumur hidup terkena Ca Mammae termasuk mutasi
BRCA1 dan BRCA2, mutasi pada gen TP53 yang mengakibatkan sindrom Li-Fraumeni,
PTEN mengakibatkan sindrom Cowden, STK11 yang menyebabkan sindrom Peutz-
Jegher, Neurofibromatosis (Neurofibromatosis) NF1) dan (CDH-1) E-Cadherin.
Setengah dari sindrom kecenderungan Ca Mammae dikaitkan dengan mutasi pada BRCA1
16
dan BRCA2. Wanita dengan mutasi merusak BRCA1 atau BRCA2 memiliki risiko lebih
tinggi terkena Ca Mammae. Risiko Ca Mammae seumur hidup berkisar dari 65% hingga 81%
untuk pembawa mutasi BRCA1 dan 45% hingga 85% untuk pembawa BRCA2. Gen risiko
sedang termasuk mutasi ataksia-telangiektasia (ATM) homozigot, mutasi somatik pada gen
penekan tumor CHEK2, dan gen pengubah BRCA1 dan BRCA2 BRIP1 dan PALB2
memberi risiko 20% -40% risiko seumur hidup pada Ca Mammae. Sejumlah alel umum
beresiko rendah telah diidentifikasi sebagian besar melalui studi asosiasi genome dan
aplikasi klinis di hadapan mutasi ini belum ditentukan.
2.1.3 Hormon dan Faktor Reproduksi
Siklus tingkat estrogen endogen sepanjang hidup wanita memiliki implikasi untuk
pengembangan atau perlindungan terhadap Ca Mammae (Rupen et all, 2014) :
1. Menarche Usia Dini
Menarche usia dini adalah faktor risiko di antara wanita pra dan pasca menopause
untuk mengembangkan kanker payudara. Keterlambatan menarche selama dua tahun
dikaitkan dengan pengurangan risiko yang sesuai sebesar 10%. Di dalam Investigasi
Prospektif Eropa ke dalam kelompok Kanker dan Nutrisi, wanita yang memiliki menarche
dini (≤ 13 tahun) menunjukkan peningkatan risiko reseptor hormon hampir dua kali lipat
dan positif tumor.
2. Paritas dan Usia Saat Kehamilan Pertama
Wanita nullipara berada pada peningkatan risiko untuk pengembangan Ca Mammae
dibandingkan dengan wanita parous. Usia muda pada kelahiran pertama memiliki efek
17
perlindungan secara keseluruhan, sedangkan usia yang relatif lanjut pada kelahiran pertama
memberikan risiko relatif Ca Mammae lebih besar dari pada wanita nulipara. Pada usia 20
tahun 20% lebih rendah, pada usia 25 tahun 10% lebih rendah, dan umur 35 tahun 5%
lebih tinggi.
3. Menyusui
Bukti menunjukkan bahwa menyusui memiliki efek perlindungan terhadap
perkembangan Ca Mammae. Menyusui dapat menunda kembalinya siklus ovulasi reguler
dan menurunkan kadar hormon seks endogen. Diperkirakan ada pengurangan 4,3% untuk
setiap satu tahun menyusui
4. Testosteron
Kadar hormon seks endogen yang tinggi meningkatkan Ca Mammae pada wanita
premenopause dan postmenopause. Tingginya kadar testosteron yang bersirkulasi pada
wanita pascamenopause telah dikaitkan dengan peningkatan risiko Ca Mammae.
5. Usia saat menopause
Onset menopause kemudian juga dikaitkan dengan peningkatan risiko Ca Mammae.
Setiap tahun keterlambatan timbulnya menopause menganugerahkan peningkatan 3%
dalam risiko dan setiap lima tahun keterlambatan dalam timbulnya menopause
menganugerahkan 17% peningkatan risiko Ca Mammae.
18
2.1.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala terjadi berdasarkan lokasi metastasis atau terkadang muncul
bersamaan dengan kelelahan, depresi, gangguan tidur, dan nyeri, berikut tanda dan gejala
yang terjadi menurut tempat metastase pada pasien Ca Mammae :
1. Tanda dan gejala umum meliputi
Kelelahan atau fatigue terjadi akibat penyakit yang diderita. Kelelahan menjadi tanda
gejala umum yang dirasakan oleh pasien dengan Ca Mammae, dan kelelahan yang dirasakan
pun memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelelahan pada individu
yang sehat. Kelelahan juga dapat dirasakan oleh mereka yang menjalani kemoterapi
dikarenakan efek dari pengobatan itu sendiri. Kelelahan akan selalu timbul setelah
pengobatan berlangsung seperti kemoterapi, terapi radiasi dan lainnya dan akan sedikit
kelelahan ketika mereka pulih dari pengobatan yang dijalankan.
Kelelahan juga terjadi akibat peningkatan sitokinin proinflamas, gangguan ritme
sirkardian, disregulasi poros hipotalamus hipofisis adrenal, kehilangan otot dan masalah
genetic. Beberapa bentuk kanker menyebabkan kelelahan melalui mekanisme cara
langsung, seperti penyakit leukemia yang dapat menyebabkan anemia dengan mencegah
sumsum tulang untuk memproduksi sel darah secara efisien.
2. Tulang
Nyeri, hiperkalsemia, fraktur patologis, hingga kehilangan mobilitas dapat terjadi
pada pasien Ca Mammae. Nyeri tulang merupakan gejala awal yang menandakan bahwa sel
19
Ca telah bermetastase kebagian tulang, sehingga berakibat lemah dan mudah patah.
Gangguan pada tulangjuga dapat mempengaruhi fungsi usus dan kandung kemih jika Ca
bermetastase pada tulang belakang yang menyebabkan tekanan pada sumsum tulang
belakang, hal ini bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan. Tak hanya itu hiperkalsemia
juga dapat terjadi dikarenakan Ca menyebabkan tulang melepas kalsium ke aliran darah
dalam jumlah yang melebihi batas normal, hal ini dapat ditandai dengan munculnya
kehilangan nafsu makan, rasa haus, sembelit, mual, mudah mengantuk bahkan
kebingungan atau linglung. Bahkan dapat menyebabkan kematian jika tidak segera dibri
penanganan yang tepat.
3. Sistem Saraf Pusat
Sakit kepala, kebingungan, kelemahan, nyeri, kejang, kelumpuhan saraf kranial,
gangguan berbicara dapat tejadi akibat terganggunya sistem saraf pusat. Dalam hal ini
dapat berakibat Leptomeningeal atau disebut karsinomatosis leptomeningeal merupakan
komplikasi kanker yang langka dimana penyakit ini menyebar dari lokasi tumor ke
meninges di sekitar otak dan tulang belakang. Hal ini menyebabkan respon peradangan.
4. Kulit
Nyeri, infeksi, perdarahan kerap menjadi gejala awal.Ca dapat menyerang sel – sel
kulit yang sehat dan menyebabkan perubahan pada tekstur aslinya. Pada Ca Mammae kulit
penderita dapat berubah dengan munculnya sisik disekitar putting dan areola diikuti
dengan rasa terbakar dan perubahan kulit yang kering serta penebalan pada kulit sekitar
payudara selanjutnya kulit payudara akan memiliki tekstur serupa dengan kulit jeruk, hal
ini terjadi karena adanya penumbukan cairan getah bening pada payudara.
20
5. Saluran Pencernaan
Nyeri, mual, muntah, diare, cepat kenyang, kehilangan nafsu makan, dyspnea (dari
ascities), sakit kuning, pendarahan akan menjadi tanda dan gejala selanjutnya. Penekanan
pembuluh darah portal dari dalam rongga perut atau adanya gumpalan darah pada
pembuluh darah yang menjadi penghalang untuk aliran normal masuk sehingga
meningkatkan tekanan dalam ruatu ruangan. Pada penderita Ca asites juga dapat terjadi
sebagai akibat dari Ca yang disebut asites malignant yang merupakan stadium lanjutan dari
organ dalam seperti Ca colon, pancreas, rongga perut, lambung, payudara, limfoma, paru
dan ovarium.
6. Paru
Nyeri, dyspnea, hemoptisis, batuk. Hal ini terjadi karena penyebaran sel Ca yang
meluas ke paru. Efusi pleura pun dapat terjadi akibat rembesan cairan ke selaput paru,
rembesan juga dapat ke selaput paru yang menyebabkan efusi peritoneum. Juga kelemahan
jantung, penyakit jantung koroner dan gangguan jantung lainnya. Gangguan ginjal,
elektrolit dan psikosomatis juga dapat terjadi.
7. Kelenjar Getah Bening
Plexopathies brakialis dan nyeri adalah tanda terputus atau sobeknya saraf yang
menyebabkan masalah. Hal ini terjadi karena jaringan safar yang bertugas mengirim sinyal
cedera untuk mengirimkan sinyal dari tulang belakang ke bahu, dan sinyal untuk lengan
dan tangan sehingga menyebabkan nyeri bahkan lumpuh atau mati rasa.
21
2.1.5 Dampak
Menurut Willian, et al. (2011) Ca Mammae berpotensi untuk memberi dampak
komplikasi sesuai dengan tempat bermetastasis seperti berikut :
1. Nyeri
Nyeri adalah tanda yang paling khas dan paling menjadi keluhan penderita Ca
dengan angka sebanyak 73% dari 100% penderita Ca. Nyeri dapat dikategorika sebagai
nyeri “nonciceptive” yang disebabkan oleh rusaknya jaringan dan “neuropatik” nyeri yang
disebabkan oleh disfungsi dari sistem saraf. Prevalensi nyeri kronis pada pasien dengan
kanker lanjut diperkirakan 70% -90% . Metastase tulang adalah penyebab umum dari nyeri
kronis, dengan rasa nyeri akibat langsung dari lesi, fraktur patologis, atau kerusakan
struktur yang berdekatan.
Nyeri pada Ca juga mungkin merupakan gejala dari keadaan darurat oncologic
seperti fraktur patologis tulang, otak atau metastasis epidural, metastasis leptomeningeal,
infeksi, atau viskus terhambat atau berlubang. kompresi sumsum tulang belakang terjadi
pada 5% -20% dari pasien Ca di otopsi dan merupakan keadaan darurat medis yang
membutuhkan evaluasi dan pengobatan.
2. Kelelahan
Kelelahan adalah dampak yang paling sering dilaporkan pada pasien Ca, dengan
estimasi prevalensi 25% -99% selama pengobatan dan 20% -35% diluar pengobatan.
Kontribusi faktor potensial termasuk beban tumor, nyeri, sulit tidur, anemia, gizi buruk,
tidak aktif, dan kondisi komorbiditas lainnya. Dalam hal ini intervensi harus diberikan
22
secra farmakologi dan nonfarmakologis meliputi aktivitas fisik secara teratur dan
intervensi psikososial termasuk konservasi energi, olahraga, terapi perilaku kognitif, dan
penggunaan psikostimulan, perawatan adjuvant.
3. Depresi dan Ansietas
Kesedihan, kekecewaan, ketakutan, dan kekhawatiran adalah reaksi umum ketika
kanker payudara berulang atau berlangsung, dan dukungan sosial menjadi sangat penting
karena penderita mencoba untuk mengatasi dan beradaptasi dengan penykitnya. Tekanan
psikologis seperti depresi dan atau kecemasan dipengaruhi oleh perasaan ketidakpastian,
kurangnya kontrol, dan kekhawatiran tentang fungsi fisik. Perkiraan depresi berada di
kisaran 20% -50%, tetapi diagnosis gangguan depresi utama adalah jauh lebih rendah. Pada
sebuah penelitian Ca Mammae ditemukan 31% memiliki gangguan mood, 6,5% memiliki
depresi berat, 24,5% memiliki depresi ringan, dan 6% memiliki gangguan kecemasan.
Kelelahan, riwayat depresi atau penyakit kejiwaan lain, dan perasaan tidak berdaya, putus
asa, atau pengunduran diri dapat meningkatkan risiko depresi. Gejala vegetatif umum dari
depresi (kelelahan, kehilangan nafsu makan, insomnia).
4. Gangguan Kualitas Tidur
Banyak pasien (hingga 75%) mengalami masalah tidur atau mempertahankan tidur,
ditemukan insomnia (19%). Kesulitan-kesulitan ini mungkin telah ada sebelum diagnosis
Ca tetapi dapat diperburuk setelah diagnosis. Insomnia dikaitkan dengan kepuasan di
semua domain kualitas hidup dan tingkat depresi yang lebih tinggi. Kelelahan dan depresi
sering dikaitkan dengan masalah tidur, sedangkan rasa sakit dan menopause gejala
vasomotor dapat mengganggu kuantitas tidur dan kualitas. Sejumlah farmakologis dan
23
nonpharmaco pendekatan logika telah dipelajari dan ditemukan untuk membantu dalam
menangani masalah tidur. Namun, ada sejumlah isu metodologis (misalnya, ukuran sampel
yang kecil, tidur tidak hasil utama). Pendekatan yang telah membantu termasuk terapi
kognitif perilaku, benzodiazepin, agonis reseptor benzodiazepin, obat kesadaran, dan yoga.
Meskipun telah ada sejumlah penelitian membangun efektivitas terapi perilaku kognitif
dalam meningkatkan tidur, efektivitas terapi komplementer (misalnya, aromaterapi, terapi
ekspresif, ekspresif menulis, penyembuhan, pelatihan autogenik, pijat, relaksasi otot,
mengurangi stres yang berdasarkan kesadaran , dan yoga), pendidikan atau informasi, dan
intervensi latihan belum didirikan.
Memperhatikan kebersihan tidur, termasuk persiapan lingkungan dengan mengurangi
kebisingan, meredupkan atau mematikan lampu, menjaga suhu kamar yang sejuk, dan
mengkonsolidasikan tugas perawatan pasien untuk mengurangi jumlah interupsi, dapat
meningkatkan jumlah tidur terganggu. Intervensi farmakologis mungkin jangka pendek
berguna jika langkah-langkah lainnya tidak bekerja. Namun, digunakan untuk 1-2 minggu
dapat mengganggu pola tidur alami. Pada pasien yang menjadlani kemoterapi gangguan
tidur dapat terjadi karena hot flashes atau efek dari kemoterapi itu sendiri (Makari, Grace.
dkk. 2004).
5. Lymphedema
Lymphedema dapat berkembang pada ekstremitas atas dan atau batang lokasi tumor
primer dan dapat melumpuhkan jika dikaitkan dengan infeksi atau kekambuhan lokal.
Lymphedema juga dapat dikaitkan dengan lengan dan bahu lainnya masalah (kesulitan
mengangkat, mencapai, rasa sakit). Risiko meningkat ketika ada benjolan kelenjar getah
24
bening disekitar axial, setiap pasien kanker payudara dapat berkembang lymphedema.
Insiden lymphedema telah diperkirakan berada di kisaran 6% -85%, dengan tingkat yang
lebih tinggi ditemukan pada wanita yang mengalami obesitas.
6. Locoregional
Wanita dengan lymphedema juga dapat mengalami gangguan fungsional serta
penurunan kesejahteraan emosional. Kekambuhan lokal mungkin satu-satunya bentuk
kekambuhan penyakit dan dapat menyebabkan gejala parah yang berdampak kualitas
hidup pasien. Ketika ini terjadi, kekambuhan lokal harus ditangani secara agresif dengan
operasi dan / atau radiasi dengan atau tanpa terapi sistemik. Locoregional yang mengalami
kekambuhan lokal mungkin satu-satunya bentuk penyakit dan dapat menyebabkan gejala
parah yang berdampak kualitas hidup pasien. Ketika ini terjadi, kekambuhan lokal harus
ditangani secara agresif dengan operasi dan / atau radiasi dengan atau tanpa terapi sistemik.
7. Sesak Nafas
Tidak semua pasien kanker payudara dengan dyspnea memiliki metastasis paru-paru
karena 25% dari penderita Ca Mammae tidak memiliki komplikasi paru-paru atau patologi
cardiopulmonary lainnya. Paru limfangitis karsinomatosa adalah umum pada penderita Ca
Mammae, dan infiltrat paru menyebabkan dyspnea yang berhubungan dengan perawatan
(pneumonitis diinduksi pengobatan) seperti radiasi atau kemoterapi (terutama dengan
taxanes).
8. Metastasis Tulang
25
Tulang adalah merupakan tempat paling umum dari metastasis Ca Mammae,
metastasis menyebabkan nyeri, hiperkalsemia, fraktur patologis, kehilangan mobilitas, dan
kompresi sumsum tulang belakang. Dalam sebuah penelitian kohort berbasis populasi
Denmark, 4% dari semua penderita Ca Mammae didiagnosis dengan metastasis tulang baik
pada saat diagnosis Ca Mammae awal atau selama masa tindak lanjut (median follow-up,
3,5 tahun), dan dari pasien dengan metastasis tulang, 40% memiliki acara-skeletal terkait
(fraktur patologis, kompresi sumsum tulang belakang, atau sakit yang membutuhkan terapi
paliatif).
9. Gejala Gastrointestinal
Mual (sensasi perlu muntah) dan muntah menurunkan kualitashidup penderita Ca
Mammae dan terjadi pada 30% (muntah) 60% (mual) dari penderita Ca Mammae. Penyebab
mual dan muntah termasuk kemoterapi, terapi radiasi, dan obat lain, infeksi, kegelisahan,
sembelit, sumbatan usus, kegagalan organ, gangguan elektrolit, uremia, gangguan
pengosongan lambung / iritasi esophagus, dan metastasis otak. Di beberapa titik selama
perjalanan penyakit mereka, sebagian besar penderita Ca Mammae stadium lanjut akan
merasakan anoreksia. Penyebab reversibel anoreksia harus dievaluasi, seperti sembelit,
tidak terkontrol nyeri, mual, muntah, depresi, delirium, atau stomatitis. Enteral tabung
pengisi dan nutrisi parenteral tidak meningkatkan kenyamanan atau kelangsungan hidup
pada pasien kanker yang sakit parah dan dapat menyebabkan komplikasi yang
memperlama penderitaan. Mereka harus berkecil hati dan hanya dianggap sebagai tindakan
raguan pada pasien dengan hambatan mekanik untuk nutrisi. Kanker payudara dapat
bermetastase ke hati peritoneumor, menyebabkan obstruksi vena portal atau gagal hati
26
yang mengarah ke ascites yakni hasilkan dari Ca Mammae dan merupakan tanda prognosis
yang sangat krisis untuk kelangsungan hidup dan biasanya member sinyal bahwa umur
penderita tidak akan bertahan lama.
10. Gangguan Fungsi Seksual
Sesksualitas berkaitan dengan segala aspekkehidupan yang terdiri dari biologis,
psikologis, interpersonal dan perilaku. Fungsi seksual dapat dilihat dari kemampuan
individu dalam pemeliharaan hubungan interpersonal, hubungan intim dan aktivitas
seksual. Setiap individu memiliki fungsi seksual yang berbeda tergantung dengan tingkat
perkembangannya. Namun fungsi ini juga berhubungan dengan kepentingan, daya tarik
pasangan dan keadaan kesehatan. Fungsi seksualitas dapat terganggu pada pasien Ca
Mammae, karena citra diri dari penderita sendiri. Gangguan psikologis juga terganggu
berhubungan dengan citra diri, harga diri rendah, keyakinan dan konsep diri yang salah.
Ca menyebabkan perubahan citra diri sehingga mempengaruhi harga diri penderita yang
mempengaruhi perasaan tidak adekuat dalam fungsi seksual. Tak hanya itu, kecemasan dan
depresi pun sering terjadi terutama saat penentuan dignosa dan kambuh ketika efek
kemoterapi bereaksi, point diatas mempenhgaruhi fungsi seksualitas karena menurunnya
perhatian seksual, libido, kegiatan, serta ejakulasi dini (Budi Anna, 1998).
Kehilanggan anggota tubuh berpengaruh terhadap penurunan harga diri penderita,
dan kebanyakan sangat sensitive terhadap hal ini. Kehilangan payudara, rambut, dan
bagian tubuh lain yang memunculkan ansietas yang berhubungan dengan efektivitas
seksualitas penderita. Hal ini juga mempengaruhi perubahan peran dari penderita sendiri
sebagai seorang istri, suami, orang tua, ataupun pekerja. Klien dapat merasakan tidak
27
berarti karena tidak dapat menjlankan fungsi peran sebagai semestinya. Fungsi sosial dapat
mempengaruhi penurunan fungsi seksualitas berubungan dengan persepsi pasangan,
cemas dan depresi yang dialami pasangan, terutama pada penderita yang belum memiliki
pasangan, janda atau duta dan sukar membina hubungan intim (Daniel Cukier, 2004).
2.2 Kemoterapi
2.2.1 Definisi
Kemoterapi adalah cara untuk mengobati Ca dengan menggunakan berbagai macam
obat yang fungsinya dapat menghancurkan sel dari Ca itu sendiri. Obat ini ditargetkan
untuk sel yang cepat berkembang seperti contohnya adalah sel Ca. Berbeda dengan radiasi
yang menargetkan area spesifik, kemo dapat bekerja di seluruh tubuh. Akan tetapi
kemoterapi memiliki kekurangan berupa efeksamping yang dapat mempengaruhi
perubahan seperti kulit, rambut, usus, dan sumsum tulang. Namun hal tersebut tergantung
pada jenis kanker yang dimiliki dan tergantung pada perkembangan dari Ca itu sendiri
(Cukier, Daniel. 2004)
Sebagian besar obat kemoterapi memasuki aliran darah dan didistribusikan ke
seluruh tubuh untuk mencapai sel kanker di organ dan jaringan. Terkadang kemoterapi
diberikan langsung pada lokasi tumor tanpa melewati aliran darah atau pemberian secara
IV. Obat kemoterapi merusak sel ketika mereka membelah. Obat akan bekerja efektif
melawan sel kanker, yang membelah banyak lebih cepat daripada kebanyakan sel normal.
Namun beberapa sel normal - seperti folikel rambut, sel darah, dan sel di dalam mulut atau
usus - juga membelah dengan cepat. Efek samping
28
terjadi ketika kemoterapi merusak sel-sel normal ini. Tidak seperti sel kanker, sel normal
dapat pulih, jadi kebanyakan efek samping bersifat sementara. (Burce, Jenni. 2016)
Dalam beberapa kasus, kemoterapi hanya dapat mencegah kanker menyebar ke
bagian lain dari tubuh Anda atau memperlambat pertumbuhan tumor kanker. Pada kasus
lain kemoterapi tidak dapat menyembuhkan atau mengendalikan penyebaran kanker dan
hanya digunakan untuk mengecilkan tumor yang menyebabkan rasa sakit atau tekanan.
Obat-obatan diberikan dengan suntikan langsung ke otot di pinggul, paha, atau lengan
Anda, atau di bagian berlemak lengan, kaki, atau perut, tepat di bawah kulit.Obat-obatan
juga dapat diberikan langsung ke arteri melalui jarum, atau tabung tipis (kateter). Selain itu
pengobatan dapat diberikan secara Intraperitoneal ke rongga peritoneal, yang berisi organ-
organ seperti hati, usus, lambung, dan ovarium. Itu dilakukan selama operasi atau melalui
tabung dengan port khusus. Kemoterapi dapat diberikan secara Intravenous (IV masuk ke
pembuluh darah. Cara lain dari pengobatan dapat dilakukan secara topical dengan
mengoleskan krim ke kulit dan dapat secara oral menelan pil atau cairan. (Burce, Jenni.
2016).
2.2.2 Jenis Obat Kemoterapi
Jenis obat yang digunakan untuk kemoterapi beragam tergantung pada obat yang
digunakan dan jenis kanker yang pasien miliki. Menurut ( Frank, Gingerelli. dkk. 2004).
Jenis obat kemoterapi dibagi menjadi beberapa bagian :
1. Oral Kemoterapi terdiri dari :
1). Lomustine (CCNU)
29
Lomustine (INN) disingkat menjadi CCNU nama merek asli CeeNU, sekarang
dipasarkan sebagai Gleostine, yakni senyawa nitrosourea alkilasi yang digunakan
dalam kemoterapi. Obat ini memiliki keterkaitan yang erat dengan semustine dan
berada dalam jenis yang sama dengan streptozotocin. Ini adalah obat yang sangat
larut dalam lemak, sehingga melintasi sawar darah-otak. Sifat ini membuatnya ideal
untuk mengobati tumor otak, yang merupakan penggunaan utamanya, meskipun
juga digunakan untuk mengobati limfoma Hodgkin sebagai pilihan lini kedua.
Lomustine memiliki waktu yang lama untuk mencapai titik nadir (saat sel darah
putih mencapai angka terendah).
2) Procarbazine
Procarbazine adalah obat kemoterapi yang digunakan untuk pengobatan
limfoma Hodgkin dan kanker otak. Hodgkin sering digunakan bersama dengan
chlormethine, vincristine, dan prednisone sedangkan untuk kanker otak seperti
glioblastoma multiforme digunakan untuk lomustine dan vincristine. Efek
samping yang umum termasuk jumlah sel darah rendah dan muntah. Efek samping
lainnya termasuk kelelahan dan depresi.
3) Temozolomide (Temodar)
Temozolomide (TMZ, nama merek Temodar dan Temodal dan Temcad)
adalah obat kemoterapi oral. Ini adalah agen alkilasi yang digunakan sebagai
pengobatan beberapa kanker otak, sebagai pengobatan lini kedua untuk
astrositoma dan pengobatan lini pertama untuk glioblastoma multiforme.Efek
samping yang paling umum adalah penekanan sumsum tulang. Efek samping non-
30
hematologis yang paling umum terkait dengan temozolomide adalah mual dan
muntah, yang sembuh sendiri atau mudah dikontrol dengan terapi antiemetik
standar. Efek yang terakhir ini biasanya ringan sampai sedang (tingkat 1 sampai 2).
Insiden mual dan muntah parah masing-masing sekitar 4%. Pasien yang sudah ada
sebelumnya atau memiliki riwayat muntah parah mungkin memerlukan terapi
antiemetik sebelum memulai pengobatan temozolomide. Temozolomide harus
diberikan dalam keadaan puasa, setidaknya satu jam sebelum makan. Terapi
antiemetik dapat diberikan sebelum, atau mengikuti, pemberian temozolomide.
2. Untuk wanita dengan postmenopousal terdapat kelas agen hormone yang dapat
dipertimbangkan untuk terapi yakni aromatase inhibitor and termasuk dengan medikasi
obat seperti
1) Anastrozole (Arimidex)
Risiko penggunaan anastrozole meningkat kan risiko osteoporosis dan fraktur
dan kontras terhadap efek dari obat tamoxifen. Namun penggunan tamoxifen
lebih banyak menyebabkan kehilangan darah daripada anastrozole. Penggunaan
tamoxifen sendiri efektif dalam jangka waktu yang ditentukan yakni 5 tahun.
2) Letrozole (Femara)
Efeksamping dari letrozole sendiri mirip dengan anastrozole seperti
peningkatan risiko osteoporosis dan fraktur dan penggunaanya bersamaan dengan
anastrozole setelah pasien menggunakan anastrozole selama 5 tahun.
31
3) Exemestane (Aromasin).
Pada pasien premenopousal produksi esterogen utama berasal dari ovarium
sedangkan pada postmenopousal ovarium telah berhenti memproduksi esterogen,
esterogen diproduksi melalui perubahan endogen yang berasal dari jaringan lemak
yang digunakan enzim bernama aromatase. Aromatase merupakan inhibitor yang
bekerja pada postmenopousal untuk mengurangi produksi estrogen sehingga
hormone tidak perlu bekerja untuk berubah menjadi hormone pertumbuhan. Efek
samping dari obat diatas ialah rasa panas dan nyeri otot.
3. Untuk keadaan pasien Cayang sudah menyerang kelenjar getah bening maka disarankan untuk
melakukan pengobatan jangka panjang selama 6 bulan seperti :
1) Paclitaxel (Taxol)
Paclitaxel (PTX) yang dijual dengan merek Taxol, antara lain, adalah obat
kemoterapi yang digunakan untuk mengobati sejumlah jenis kanker. Ini termasuk
kanker ovarium, kanker payudara (Ca Mammae), kanker paru-paru, sarkoma
Kaposi, kanker serviks, dan kanker pankreas. Obat ini diberikan melalui suntikan
ke dalam pembuluh darah. Ada juga formulasi terikat albumin. Efek samping yang
umum termasuk rambut rontok, penekanan sumsum tulang, mati rasa, reaksi
alergi, nyeri otot, dan diare. Efek samping serius lainnya termasuk masalah
jantung, peningkatan risiko infeksi, dan radang paru-paru. Ada kekhawatiran
bahwa penggunaan selama kehamilan dapat menyebabkan cacat lahir. Paclitaxel
termasuk dalam golongan obat yang tidak beraturan dan bekerja dengan
mengganggu fungsi normal mikrotubulus selama pembelahan sel.
32
2) Cyclophosphamide (Cytoxan)
Cyclophosphamide (CP), juga dikenal sebagai cytophosphane, adalah obat yang
digunakan sebagai kemoterapi dan untuk menekan sistem kekebalan tubuh.
Sebagai kemoterapi, obat ini digunakan untuk mengobati limfoma, multiple
myeloma, leukemia, kanker ovarium, kanker payudara (Ca Mammae), kanker paru-
paru sel kecil, neuroblastoma, dan sarkoma. Sebagai penekan kekebalan tubuh
digunakan dalam sindrom nefrotik, granulomatosis dengan poliangiitis, dan setelah
transplantasi organ, di antara kondisi lainnya. Diminum melalui mulut atau
disuntikkan ke pembuluh darah. Kebanyakan orang mengalami efek samping.
Efek samping yang umum termasuk jumlah sel darah putih yang rendah,
kehilangan nafsu makan, muntah, rambut rontok, dan pendarahan dari kandung
kemih. Efek samping parah lainnya termasuk peningkatan risiko kanker di masa
depan, infertilitas, reaksi alergi, dan fibrosis paru. Siklofosfamid ada dalam agen
alkilasi dan obat keluarga mustard nitrogen diyakini bekerja dengan mengganggu
duplikasi DNA dan pembuatan RNA.
3) Adriamycin
Merupakan obat kemoterapi yang digunakan untuk mengobati kanker,
termasuk kanker payudara (Ca Mammae), kanker kandung kemih, sarkoma Kaposi,
limfoma, dan leukemia limfositik akut. Sering digunakan bersama dengan agen
kemoterapi lainnya. Doksorubisin diberikan melalui suntikan ke dalam vena. Efek
samping yang umum termasuk rambut rontok, penekanan sumsum tulang,
muntah, ruam, dan radang mulut. Efek samping serius lainnya mungkin termasuk
33
reaksi alergi seperti anafilaksis, kerusakan jantung, kerusakan jaringan di tempat
injeksi, penarikan radiasi, dan leukemia terkait pengobatan. Orang sering
mengalami perubahan warna merah pada urin selama beberapa hari. Doksorubisin
termasuk dalam kelompok obat antibiotik antrasiklin dan antitumor. Ia bekerja
sebagian dengan mengganggu fungsi DNA.
4) Fluorouracil (5- FU)
Fluorouracil (5-FU), dijual dengan nama merek Adrucil, antara lain, adalah
obat yang digunakan untuk mengobati kanker. Dengan disuntikkan ke pembuluh
darah itu digunakan untuk kanker usus besar, kanker kerongkongan, kanker perut,
kanker pankreas, kanker payudara, dan kanker serviks. Sebagai krim, krim ini
digunakan untuk keratosis aktinik, karsinoma sel basal, dan kutil kulit. Saat
digunakan dengan injeksi, kebanyakan orang mengalami efek samping. Efek
samping yang umum termasuk radang mulut, kehilangan nafsu makan, jumlah sel
darah rendah, rambut rontok, dan radang kulit. Ketika digunakan sebagai krim,
iritasi di tempat aplikasi biasanya terjadi. Penggunaan salah satu bentuk dalam
kehamilan dapat membahayakan bayi. Fluorourasil ada dalam kelompok obat
analog antimetabolit dan pirimidin. Cara kerjanya tidak sepenuhnya jelas tetapi
diyakini melibatkan menghalangi aksi timidilat sintase dan dengan demikian
menghentikan produksi DNA.
4. Opsi lain untuk keadaan pasien Ca yang sudah kelenjar getah bening :
1) Doceteaxel /Adriamycin (Taxotere)
34
Docetaxel (DTX atau DXL), dijual dengan nama merek Taxotere, antara lain,
adalah obat kemoterapi yang digunakan untuk mengobati sejumlah jenis kanker
Ini termasuk kanker payudara (Ca Mammae), kanker kepala dan leher, kanker perut,
kanker prostat dan kanker paru-paru non-sel kecil. Ini dapat digunakan sendiri atau
bersama dengan obat kemoterapi lainnya, diberikan dengan suntikan lambat ke
pembuluh darah. Efek samping yang umum termasuk rambut rontok, jumlah sel
darah rendah, mati rasa, sesak napas, muntah, dan nyeri otot. Efek samping parah
lainnya termasuk reaksi alergi dan kanker di masa depan. Efek samping lebih
sering terjadi pada orang dengan masalah hati. Penggunaan selama kehamilan
dapat membahayakan bayi. Docetaxel termasuk dalam golongan obat yang tidak
jelas. [3] Ia bekerja dengan mengganggu fungsi normal mikrotubulus dan dengan
demikian menghentikan pembelahan sel.
5. Obat kemo untuk pasien yang mengalami metastasis Ca Mammae ialah :
1) Taxol
Paclitaxel (PTX), yang dijual dengan merek Taxol, antara lain, adalah obat
kemoterapi yang digunakan untuk mengobati sejumlah jenis kanker. Ini termasuk
kanker ovarium, kanker payudara (Ca Mammae), kanker paru-paru, sarkoma
Kaposi, kanker serviks, dan kanker pankreas. Obat ini diberikan melalui suntikan
ke dalam pembuluh darah. Ada juga formulasi terikat albumin. Efek samping yang
35
umum termasuk rambut rontok, penekanan sumsum tulang, mati rasa, reaksi
alergi, nyeri otot, dan diare. Efek samping serius lainnya termasuk masalah jantung,
peningkatan risiko infeksi, dan radang paru-paru. Ada kekhawatiran bahwa
penggunaan selama kehamilan dapat menyebabkan cacat lahir. Paclitaxel termasuk
dalam golongan obat yang tidak beraturan. Ia bekerja dengan mengganggu fungsi
normal mikrotubulus selama pembelahan sel.
2) Taxotere
Taxotere menggunakan pelarut untuk melarutkan paclitaxel, bahan utama,
sehingga obat dapat masuk ke aliran darah. Pelarut-pelarut ini dapat membuat
Taxotere sulit untuk ditoleransi saat diberikan. (docetaxel) Injection Concentrate,
Intravenous Infusion (IV) adalah agen antineoplastik (antikanker) yang digunakan
untuk mengobati kanker payudara, kanker paru-paru, kanker prostat, kanker perut,
dan kanker kepala / leher. Efek samping umum dari Taxotere termasuk reaksi
tempat suntikan (nyeri, kemerahan, atau bengkak), mual, muntah, diare, sembelit,
kehilangan selera makan, merasa lemah atau lelah, nyeri otot, nyeri sendi,
melewatkan periode menstruasi, kerontokan rambut sementara, atau perubahan
kuku atau kuku.
3) Capecetabine (Xeloda)
Capecitabine mengganggu produksi DNA. Ini menghentikan pertumbuhan dan
pembelahan sel, yang berakibat memperlambat atau menghentikan pertumbuhan
kanker. Karena sel kanker, secara umum, membelah lebih cepat dan lebih sedikit
36
mengoreksi kesalahan daripada sel sehat, sel kanker lebih sensitif terhadap
kerusakan ini.
4) Vinorelbine (Navelbine)
Vinorelbine (NVB), dijual di bawah nama merek Navelbine, antara lain, adalah
obat kemoterapi yang digunakan untuk mengobati sejumlah jenis kanker. Obat ini
termasuk kanker payudara dan kanker paru-paru non-sel kecil. Itu diberikan
melalui suntikan ke dalam vena atau melalui mulut. Efek samping yang umum
termasuk penekanan sumsum tulang, rasa sakit di tempat suntikan, muntah,
merasa lelah, mati rasa, dan diare. Efek samping serius lainnya termasuk sesak
napas. Penggunaan selama kehamilan dapat membahayakan bayi.Vinorelbine
termasuk dalam kelompok obat alkaloid vinca. Obat ini diyakini bekerja dengan
mengganggu fungsi normal mikrotubulus dan dengan demikian menghentikan
pembelahan sel.
5) Gemcitabine (Gemzar)
Gemcitabine, dijual dengan nama merek Gemzar, antara lain, adalah obat
kemoterapi yang digunakan untuk mengobati sejumlah jenis kanker. Kanker-
kanker ini termasuk kanker payudara (Ca Mammae), kanker ovarium, kanker paru-
paru sel kecil, kanker pankreas, dan kanker kandung kemih. Ini diberikan dengan
suntikan lambat ke pembuluh darah. Efek samping yang umum termasuk
penekanan sumsum tulang, masalah hati dan ginjal, mual, demam, ruam, sesak
napas, sariawan, diare, neuropati, dan rambut rontok. Penggunaan selama
kehamilan kemungkinan akan membahayakan bayi. Gemcitabine termasuk dalam
37
kelompok analog nukleosida analog. Obat ini bekerja dengan menghalangi
pembuatan DNA baru, yang mengakibatkan kematian sel.
2.2.3 Efek kemoterapi
Kemoterapi tak hanya memberikan banyak kelebihan, namun juga memberikan efek
samping. Menurut (Makari, Grace. dkk. 2004) Efek kemoterapi diantaranya :
1. Fatigue
Efek samping yang paling sering terjadi karena pengobatan ialah fatigur atau malaise,
dan kebanyakan pasien merasakan fatigue selama kemoterapi berlangsung. Meskipun
demikian hal tersebut tidak berhubungan dengan derajat keparahan Ca yang dimiliki
pasien. Fatigue disebabkan oleh bagian sel debris yang keluar dari tubuh. Debris
merupakan hasil dari hancurnya tumor dan jaringan normal dari hasil terapi. Pasien akan
merasakan kelelahan, pasien akan merasa bahwa penyakitnya semakin parah, dan tidak
membaik. Fatigue menyebabkan pasien merasakan kehilangan stamina dan kebugaran
tubuh dan membuat pasien tidak dapat menjalankan kebutuhan aktifitas sebagaimana
mestinya.
2. Perubahan Jumlah Darah
Perubahan jumlah darah berhubungan dengan terinfeksinya sum sum tulang yang
berfungsi untuk menghasilkan sel darah putih yang berperan melawan infeksi tubuh, sel
darah merah yang berperan membawa oksigen, dan platelet, yang membantu proses
penggumpalan darah. Kemoterapi mengganggu proses pembentukan oleh sum – sum
tulang yang menekan depresi dan menyebabkan penurunan fungsi normalnya. Hasil sel
38
darh merah dan putih serta platelet akan tidak sempurna. Jumlah normal neutrophil adalah
2.500 sampai dengan 8.000, dikatakan neutropenia apabila jumlah neutrophil adalah 1.000.
Jika hal tersebut terjadi maka ini mengindikasikan bahwa bakteri menyerang tubuh dan
dapat dengan mudah untuk menggandakan diri dikarenakan tidak adanya sel darah putih
yang dapat menjaga tubuh.
3. Penurunan Fungsi Seksualias
Perhatian khusus harus diberikan baik untuk wanita ataupun laki – laki yang tergolong
pada group ini. Sebagai contoh, wanita yang menjalani pengobatan kemoterapi akan
kehilangan fungsi ovarium 2 sampai 3 minggu saat pengobatan, dan risiko menopause akan
menjadi lebih awal. Wanita dengan kemoterapi akan berisiko mengalami terhentinya fase
menstruasi dan akan kembali menstruasi setelah dalam 1 tahun kemudian. Namun, pada
beberapa wanita siklus menstruasi terhenti bersamaan dengan pengobatan. Kemoterapi
menyebabkan menopause dini karena faktor umur pasien saat menjalani kemoterapi, jenis
kemoterapi yang dijalankan , dosis dari kemoterapi, dan faktor genetic yang dimiliki.
4. Iritasi Vena
Walaupun jenis obat kemoterapi ada yang berupa pill akan tetapi jenis pengobatan yang
paling sering digunakan adalah dengan pemberian secara intravena (IV). Beberapa orang
memiliki vena yang sulit untuk di akses, sehingga ada kemungkinan untuk mencari vena
lebih dari sekali. Terkadang, jika injeksi kemoterapi dilakukan padaa vena yang kecil hal ini
dapat menimbulkan rasa sangat sakit, akan tetapi jika injeksi IV ditempatkan dengan benar
maka tidak menimbulkan rasa sakit.
39
Ada beberapa obat yang diberikan dengan hanya selang waktu beberapa menit, jam dan
berkelanjutan dengan penggunaan infuse pada beberapa hari. Sebagian besar pemberian
kemoterapi dilakukan melewati pembuluh darah di tangan atau lengan bawah, akan tetapi
untuk obat yang pemberiannya terus menerus dilakukan pada kateter intravena permanen,
umumnya diletakkan di vena yang lebih besar pada bagian dada. Obat – obatan yang
mungkin sangat mengiritasi atau membuat pasien tidak nyaman diberikan melalui vena
kecil, serta segala bentuk operasi dan benda asing lainnya dapat meningkatkan risiko
infeksi, gumpalan tau pembekuan darah.
5. Kehilangan Rambut
Alopecia atau kehilangan rambut, adalah salah satu aspek yang sulit pada kemoterapi.
Obat – obatan merupakan penyebab dari hilangnya rambut penderita. Beberapa obat yang
terlibat adalah doxorubicin (Adriamycin) dan epirubicin (Ellence). Obat lainnya ialah
cyclophosphamide (Cytoxan) yang dapat menyebbkan menipisnya rambut pada dosis
rendah dan kerontokan pada dosis yang tinggi. Obat lainnya seperti vinorelbine
(Navelbine), gemcitabine (Gemzar), dan capecitable (Xeloda) tidak menyebabkan
kerontokan rambut.
6. Nausea dan Vomiting
Nausea dan vomiting atau mual muntah dikategorikan menjdi tiga bagian. Mual dan
muntah dapat terjadi selama proses berjalannya kemoterapi, setelah kemoterapi
berlangsung atau beberapa hari setelah melaksanakan kemoterapi atau bahkan mual
sebelum kemoterapi dilaksanakan, mual ini dapat terjadi akibat bau rumah sakit, mual ini
disebut dengan mual antisipatif
40
7. Gangguan saluran pencernaan
Seluruh saluran pencernaan dilapisi oleh sel – sel yang membelah dengan cepat dan
sangat peka terhadap efek dari beberapa kemoterapi. Hal ini dapat berasal dari infeksi pada
bagian mukosa mulut akibat infeksi virus seperti Herpes atau infeksi lainnya seperti jamur,
infeksi pada sariawan.
8. Diare
Diare merupakan hal yang wajar terjadi, diare mengindikasikan bahwa seseorang telah
terinfeksi. Obat – obatan yang dapat menyebabkannya ialah 5 –fluorouracil. Infeksi dan
antibiotic dapat terjadi selama kemoterapi berlangsung. Dalam hal ini pemilihan makanan
juga perlu diperhatikan. Pasien tidak diperkenankan untuk memakan makanan pedas,
tinggi asam seperti jus jeruk, makanan tinggi serat, tinggi lemak ataupun minuman dengan
kafein dan juga produk susu.
9. Gejala Menopouse
Obat antiestrogen seperti amoxifen dapat memunculkn gejala menopause. Namun
kemungkinan memasukin fase menopause juga tergntung pada usia, obat yang diberikan,
dan dosis yang digunakan. Misalnya, dosis yang tinggi pada saat kemoterapi dan stem sel
(transplantasi sum – sum tulang) dapat mengakibatkan menopause. Gejala menopause
yakni merasa hot flashes.
41
10. Perubahan Warna Kulit dan Kuku
Beberapa orang yang memperhatikan garis kuku mereka yang berhubungan dengan setiap
siklus kemoterapi akan mengalami keretakan. Kulit juga akanberubah menjadi kering
akibat pengobatan kemoterapi, bahkan menyebabkan dehidrasi.
2.3 Konsep Kualitas Tidur
2.3.1 Definisi
Tidur yang berkualitas adalah tidur yang didalamnya terdapat proses recharge atau
pengisian ulang stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal. Tidur adalah
salah satu kebutuhan dasar bagi tiap individu yang degan dilakukan pemenuhan akan tidur
dapat meopang kelangsungan hidup individu. Komponen utama yang perlu diperhatikan
dalam tidur yaitu kualitas tidur dan kuantitas hidup. Apabila terjadi gangguan pada kedua
komponen tersebut, maka akan menimbulkan dampak negatif. Tidur yang tidak memadai
merusak kemampuan untuk berfikir, menggangu management stress dan mengganggu
pertahanan sistem kekebalan tubuh serta memoderasi emosi.. Ketika kualitas tidur malam
abnormal atau buruk, apapun penyebabnya maka kegiatan di harinya akan terganggu pula.
Orang bisa tidur ditempat kerja, disekolah atau ketika mengemudi. Merasa lelah,
mengalami gangguan konsentrasi , kewaspadaan , memori kosong, sifat lekas marah,
frutasi dan memiliki risiko kecelakaan atau cedera yang lebih tinggi (Sarfriyanda, Karim &
Dewi, 2015).
42
2.3.2 Fisiologis Tidur
Dikatakan sebagai proses fisiologis yang terus berlangsung secara bergantian. Siklus
tidur- bangun mempengaruhi fungsi fisiologis dan respons perilaku.respons perilaku.
Proses biologis menunjukan osilasi endogen berulang setiap 24 jam adalah proses dari
irama sirkardian . Irama siang – malam dikenal sebagai diural atau irama sirkardian. Hampir
segala fungsi biologis dan kebiasaan fiatur oleh irama sirkardian contohnya seperti suhu
tubuh, suasana hati (mood) , denyut jantung, sekresi hormone , tekanan darah, ketajaman
panca indera, dan semua tergantung pada pemeliharaan siklus sirkardian 24 jam (Izzac,
2006).
Siklus tidur terjadi secara alami dengan di kontrol oleh pusat tidur di medulla yang
kemudian menekan pusat otak secara bergantian tepatnya pada BSR (Bulbar synchorizing
region) dan RAS (Reticular Activating System) yang terdiri dari neuron –neuron di medulla
oblongata, pons, midbrain. Pusat ini terlibat dalam mempertahankan beberapa tahapan
tidur dan perubahan fisiologis selama tidur. Menurut Assoc. Prof. Sinan Canan tidur
dianggap sebagai fase pemulihan atau pemulihan yang mempersiapkan tubuh untuk
episode terjaga berikutnya. Pembelahan sel lebih cepat selama tidur non-REM dan tidur
memiliki fungsi penting pada sistem kekebalan tubuh. Fisiologi tidur di awali dengan
mesensefalon dan bagian atas pons merupakan pusat yang mengatur terjaganya siklus tidur
. Neuron yang terdapat pada RAS (Reticular Activating System) akan menyalurkan
katekolamin seperti norepineprin yang terangsang dari locus ceruleus saat keadaan sadar.
Selain itu, rangsangan nyeri audio, visual, tactile, dan stimulasi dari kortek serebri yang
meliputi rangsang pikir serta emosi juga tersalurkan dari RAS.
43
Terdapat dua neurotransmitter penting pada manusia yang mengatur pola tidur –
bangun, yakni histamine dan GABA (gamma – aminobutyric acid). Produksi histamine yang
berlebihan dan tidak cukupnya pembentukan GABA menyebabkan gangguan pola tidur,
namun jika GABA terlalu banyak di produksi di siang hari dan tidak cukupnya
pembentukan histamine akan menyebabkan kantuk yang berlebihan (Alifiyanti, 2017).
Pelepasan serum serotonin terjadi saat tidur, dalam hal ini otak berpengaruh dalam
mengatur perubahan siklus dalam tidur. Terdapat dua komponen yang mengatur yakni
BSR dan RAS. Bagian tengah otak yakni BSR (Bulbar Synchrunuzung Regional) dan pons
mengeluarkan sel khusus serum keluar dari sel khusus. Sedangkan saat dalam keadaan
sadar RAS (Reticular Activating System) melepaskan katekolamin yang berfungsi dalam
menanggapi stress.
2.3.3 Manfaat tidur
Kondisi tubuh manusia baik secara fisiologis dan psikologis dikendalikan oleh peran
dari tidur. Perbaikan jaringan tubuh terjadi pada fase NREM pada saat tidur. Fungsi
biologis melambat pada fase tidur NREM. Nilai normal denyut jantung seseorang dalam
keadaan normal atau tanpa penyakit penyerta ialah rata – rata 70 – 80 atau kurang selama
permenit. Ketika tidur denyut jantung mengalami penurunan dalam setiap menitnya
sebanyak 10 -20 kali hingga mencapai 60 kali permenit bahkan kurang dari angka tersebut.
Oleh karena itu, pertahanan fungsi jantung dapat dicapai ketika mendapati tidur yang
nyenyak. Tidak hanya itu, selama tidur terjadi juga penurunn pernafasan, otot dan tekanan
darah ( Mc Cance dan Huether, 2006).
44
Tidur menghasilkan pemulihan energi dan proses biologi yang terjdi dalam tubuh.
Hormon tubuh bekerja untuk pembaharuan sel epitel dan sel khusus seperti otak untuk
perbaikan, perbaharuan dan perkembangan pada fase gelombang lambat dan dalam
(NREM tahap 4) (Jones, 2005). Hal lain yang terjadi ialah terjadinya sintesis dan
pembelahan sel yang bertujuan untuk pemanjangan mukosa lambung atau otak, kulit dan
mukosa. Metabolisme basal selanjutnya mengalami penurunan laju yang dapat menghemat
energi tubuh (Izac, 2006).
Sedangkan dalam keadaan REM tidur diperlukan untuk menjaga jaringan otak dalam
pemulihan kognitif (Buysee, 2005). Aliran darah otak dalam peningkatan aktifitas korteks,
oksigen dan peningkatan konsumsi serta pelepasan epinefirin erat kaitannya dengan fase
tidur REM. Seseorang yang kehilangan fase REM pada tidurnaya akan merasakan
perubahan perasaan seperti bingung dan curiga karena tidur merupakan hal yang sangat
mempengaruhi psikologis seseorang. Tak hanya psikologis namun penampilan atau
performance, memori, motorik, suasana hati, perubahan imunitas bahkan terjadi perubahan
keseimbangan ketika tidur mengalami penurunan dalam kualitasnya baik pada tingkat berat
ataupun sedang (Buysee, 2005).
Fungsi keseluruhan tidur dihipotesiskan untuk memberikan pemulihan stamina agar
individu dapat berfungsi secara normal hingga berada dalam kondisi optimal. Kebutuhan
instirahat pada pasien sangat diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Efek
sikologis tidur untuk tubuh dapat meningkatkan hormone pertumbuhan dan kortisol,
meningkatkan eksresi fosfat dari ginjal, meningkatkan sekresi melatonin dan perbaikan
kulit serta jaringan (Vladyslav et all, 2014).
45
2.3.4 Jenis – Jenis Tidur
Klasifikasi tidur terbagi menjadi dua kelompok yakni REM (Rapid Eye Movement)
yakni pergerakan bola mata cepat dan NREM (Non-rapid Eye Movement) yakni pergerakan
bola mata lambat (Asmadi, 2008) :
1. Tidur REM
REM (Rapid Eye Movement) adalah tidur dalam kondisi prdoksial atau tidur dalam
kondisi masih aktif dalam hal ini gerkan mata dikategorikan sangat cepat , bola mata
cenderung bergerak bolak – balik namun pada tahap ini seseorang telah masuk dalam tidur
yang nyenyak. Ciri – ciri seseorang telah masuk dalam tahap REM yakni munculnya mimpi,
kendurnya otot – otot, bertambahnya tekanan darah, meningkatnya sekresi lambing
gerakan otot yang tidak beraturan, kecepatan pernafasan dan jantung yang lebih cepat dan
tidak teratur, meningkatnya suhu dan metabolisme, dan pada pria terjadi ereksi penis. Fase
REM sangat berperan penting sehingga ketika kehilangannya akan menimbulkan gejala
seperti sulitnya mengendalikan emosi, pola laku cenderung hiperaktif, terjadinya gangguan
dalam proses berfikir seperti bingung dan curiga serta sulitnya mengontrol nafsu makan
yang meningkat.
2. Tidur NREM
NREM (Non-rapid Eye Movement) adalah fase tidur ketika seseornag mulai terlarut
dalam tidurnya secara dalam dan merasakan tidur yang nyenyak. Pada fase ini pergerakan
bola mata secara bolak – balik telah berkurang. Pada fase ini gelombang otak telah
46
mengalami penurunan. Ciri – ciri seseorang telah masuk dalam fase NREM yakni
berkurangnya mimpi, penurunan tekanan darah, kecepatan pernafasan, metabolisme
tubuh, dan juga mimpi. NREM sangat berperan penting sehingga ketika kehilangannya
akan menimbulkan gejala seperti menurunnya respon tubuh, aura wajah, imunitas, malas
melakukan segala hal, malas berbicara, kelelahan dan kantuk yang belebih, menarik diri
bahkan apatis.
2.3.5 Siklus Tidur
Normalnya tidur dibagi menjadi dua. Pergantian pada fase tidur ditandai dengan
perubahan pada aktifitas gelombang otak yang dapat diidentifikasi melalui EEG, EMG,
EOG dan terjadi 90 menit sebelum tidur berakhir. Tak hanya gelombang otak, namun otot
dan aktifitas mata pun dapat dinilai dengan test diatas. Empat tahap tidur menurut Asmadi
2008, yaitu :
1.Tahap I
Merupakan tahap awal peralihan antara sadar menjadi tertidur. Pada EEG dapat
dilihat penurunan voltasi dan gelombang alfa. Ciri orang yang memasuki fase ini ialah
mudah dibangunkan, pandangan kabur dan mulai masuk pada tahap rileks, otot tubuh
menjadi rileks atau melemas, kelopak mata mulai menutupi bola mata, mulai adanya
pergerakan aktif bola mata kekiri dan kenanan, terjadinya penurunan pernafasan dan juga
kecepatan jantung.
47
2. Tahap II
Tahap ini adalah tahap kedua yang berlangsung sekitar 10 -15 menit. Tahap kedua
merupakan tidur ringan dan merupakan tahap untuk penurunan proses dalam tubuh. Pada
EEG dapat dilihat timbulnya gelombang tidur beta dengan frekuensi 14 – 18 siklus per
detik. Ciri orang yang memasuki fase ini ialah bergerakan bola mata mulai berkurang dan
penurunan pernafasan menurun drastis diikuti dengan penurunan kecepatan jantung.
3. Tahap III
Tahap ketiga merupakan tahap penurunan fungsi otot secara keseluruhan, tubuh
akan lunglai. Pada EEG dapat dilihat terjadinya perubahan gelombang tidur beta menjadi
1 – 2 siklus per detik. Ciri orang yang memasuki fase ini ialah sulit untuk dibangunkan,
serta mengalami penurunan kecepatan jantung dan pernafasan karena tubuh diatur oleh
sistem safar simpatis yang mendominasi untuk rileks.
4. Tahap IV
Merupakan tahap tubuh dalam keadaan sangat rileks, dan tahap ini adalah tahap
pemulihan tubuh. Pada EEG dapat dilihat terjadinya pelambatan pada gelombang delta
dnegan frekuensi 1 – 2 siklus per detik. Penurunan pernafasan hingga 20 – 30 %. Ciri
orang yang memasuki fase ini ialah jarang bergerak, lemah, lunglai, dan sulit untuk
dibangunkan.
48
5. Tahap V
Tahap terakhir setelah masuknya tahap IV. Ciri orang yang memasuki fase ini ialah
dengan pergerakan bola mata yang berkecapatan tinggi dan mudah untuk dibedakan dari
tahap – tahap sebelumnya, dan pada tahap ini memungkinkan untuk individu mendapati
mimpi dalam tidurnya. Tahap ini berlangsung 10 menit.
Gambar 2.2.5 Siklus Tidur
2.3.6 Pengukuran Kualitas Tidur
Tidur yang berkualitas adalah ketika seseorang melewati beberapa fase didalam
tidurnya yakni Non-REM, Non-REM 2, REM. Seseorang dikatakan memiliki kualits tidur
yang buruk apabila jika ia sudah menghabiskan waktu ditempat tidur dan terdiam namun
saat ia bangun ia merasa lelah atau sangat mengantuk pada siang hari, dan pada malam hari
membutuhian lebih dari 30 menit, terbangun dimalam hari dan sukar untuk memulai
tertidur kembali, bangun terlalu pagi, merasa tidak cukup mengahbiskan waktu 7-8 jam
atau tidur lebih banyak pada malam hari, merasa kantuk pada siang hari, mendapati mimpi
49
ketika tertidur, merasakan kelemahan otot, meningkatnya emosi, merasa tidak bisa
bergerak ketika pertama kali terbangun, menggunakan obat tidur. Kualitas tidur
mempengaruhi kualitas hidup, begitupula ketika kualitas hidup seseorang mengalami
penurunan maka akan akan bersinergi terhadap perburukan kualitas tidur (Beni, 2018).
Pengukuran aspek-aspek kualitas tidur dapat dibuktikan dengan skala Pittsburgh
Sleep Quality Indeks (PSQI) versi bahasa Indonesia. Instrumen ini telah tervalidasi dan
banyak digunakan dalam penelitian kualitas tidur seperti dalam penelitian Majid (2014).
Skala Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) telah hadir dengan berbagai macam bahasa
salah satunya ialah bahasa Indonesia dan kuesioner ini telah di bakukan. Pada kuesioner
ini terdapat 9 pertanyan dengan 7 komponen penilaian yang berisi tentang kualitas tidur
secara subjektif, latensi atau waktu yang diperlukan untuk memulai tidur, durasi tidur,
efisiensi tidur sehari – hari, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi aktivitas
disiang hari. (Curcio et al, 2012).
2.3.7 Faktor yang Mempengaruhi Tidur
Setiap orang memiliki kebutuhan istirahat yang berbeda – beda baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Ada yang memiliki kualitas tidur baik namun banyak pula yang
mengalami perburukan kualitas tidur dikarenakan beberapa gangguan tidur dari berbagai
aspek. Menurut (Tarwoto, 2010) hal yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang
ialah :
50
1. Status Kesehatan
Tidur yang nyenyak didapatkan dari kondisi tubuh seseorang yang bugar tanpa
disertai penyakit sehingga didapatkan tidur dengan pemenuhan tahap tanpa adanya
gangguan seperti rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita suatu penyakit.
2. Lingkungan
Modifikasi lingkungan diperlukan untuk meningkatkan kualitas tidur seseorang,
karena lingkungan berperan penting dalam ketenangan dan kenyamanan berhubungan
dengan gangguan tidur. Lingkungan yang aman, nyaman, tidak bising dan gaduh
memberikan efek positif bagi lingkungannya dan sebaliknya lingkungan yang kotor, baud
an bising dapat menjadi faktor pengganggu suasana hati sehingga menjadi faktor yang
meurunkan kualitas tidur.
3. Stress Psikologi
Stress psikologi dapat mempengaruhi mood dari seseorang. Depresi dan cemas
merupakan salah satu contoh dari gangguan psikologis, hal ini mengaktifasi peningkatan
nonepinefrin darah melalui saraf simpatis. Dimana hormone ini berpengaruh teradap
pengurangan tahap REM dan NREM di tahap tidur ke IV.
4. Motivasi
Motivasi merupakan kehendak atau dorongan yang dapat mempengaruhi suatu
perbuataan untuk memilih tujuan untuk tertidur atau tetap terjaga menahan kantuk. Ketika
51
seseorang memiliki motivasi untuk tidak tertidur maka ia akan berusaha mempertahankan
kondisi tersebut.
5. Alkohol
Alkohol berperan dalam penekanan REM secara normal, penekanan REM dapat
menimbulkan insomnia pada penggunanya, efek dari hal tersebut juga dapat meningkatkan
emosional dari pengguna.
6. Obat – obatan
Obat yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, adapula yang
sebaliknya menganggu tidur, diantaranya :
1) Diuretik : Yang dapat menyebabkan insomnia
2) Antidepresan : Yang dapat mensupresi REM
3) Kafein : Yang dapat meningkatkan saraf simpatis
4) Beta- bloker : Yang dapat menimbulkan insomnia
5) Narkotika : Yang dapat mensupresi REM
7. Usia
Semakin tua kualitas menurun hal ini berkaitan dengan panuruna fungsi otak. Proses
degeneratif lansia mengalami penurunan yang berampak pada tubuh lansia terutama padad
sistem dan fungsi otak. Penurunan fungsi neurotransmitter menyebabkan perubahan
irama sirkardian yang menyebabkan gangguan pada siklus tidur tahap 3 dan 4 NREM,
52
karena penurunnya produksi hormon melatonin, tak hanya menyebabkan gangguan pada
siklus tidur tahap 3 dan 4 NREM bahkan kehilangan tahap 4 dalam tidur (Stanley, 2006).
Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia .
Variasi pola tidur menurut usia antara lain :
a) Remaja : tidur 8,5 jam/hari dan sekitar 20% adalah tidur REM (Rapid Eye Movement).
b) Dewasa muda : tidur 6-8 jam /hari tetapi waktunya bervariasi , 20-25% adalah tidur
REM (Rapid Eye Movement).
c) Dewasa pertengahan : tidur 7 jam/hari, 20% adalah tidur REM (Rapid Eye Movement).
d) Dewasa tua : tidur sekitar 6jam/hari, sekitar 20-25% tidur REM (Rapid Eye Movement).
2.3.8 Gangguan Tidur
Berikut beberapa gangguan tidur yang sering ditemukan (Tarwoto, 2010):
1. Insomnia
Merupakan jenis gangguan tidur yang menyebabkan penderita sulit untuk tertidur
sehingga penderita terjaga pada malam hari dan sulit tidur di siang hari. Penderita insomnia
sulit mendapat kualitas dan kuantitas tidur yang cukup. Insomnia sendiri terbagi menjadi
beberapa jenis yakni sulit untuk memulai tidur yang biasa dikenal dengan insomnia inisial,
ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur karena sering terbangun ditengah tidur
yang disebut dengan insomnia intermitten dan bangun lebih awal tanpa setelahnya harus
tidur kembali atau disebut insomnia terminal. Penyebab dari insomnia sendiri adalah
kecemasan, gangguan fisik dan alkohol yang berlebih.
53
2. Hipersomnia
Depresi, kerusakan saraf, beberapa penyakit seperti liver dan ginjal serta gangguan
metabolisme dapat menyebabkan gangguan tidur yang berlebihan, hipersomnia biasanya
terjadi ketika seorang tidur dengan waktu lebih dari 9 jam pada jam tidur di malam hari.
3. Parasomnia
Merupakann kategori gangguan tidur yang melibatkan gerakan abnormal, perilaku,
emosi, persepsi, dan mimpi yang terjadi saat tertidur, tidur, di antara tahap tidur, atau
selama gairah dari tidur. Parasomnias adalah keadaan tidur terpisah yang merupakan gairah
parsial selama transisi antara terjaga, tidur NREM, dan tidur REM, dan kombinasinya.
4. Narkolepsi
Narkolepsi merupkan suatu gangguan tidur yang ditandai dengan rasa kantuk yang
berlebihan, kelumpuhan tidur, halusinasi, dan dalam beberapa kasus episode katapleks
(kehilangan sebagian atau total kontrol otot, sering dipicu oleh emosi yang kuat seperti
tawa).
5. Apnea Tidur dan Mendengkur
Apnea sering terjadi selama 10 detik sampai dengan 3 menit, dan hal ini dapat angkat
sebagai masalah serius dikarenakan ketika seseorang mendengkur terkadang juga
berlangsung apnea kepadanya, dikarenakan posisi lidah yang besar dan saat tidur posisi
terjatuh kebelakang sehingga menutupi jalan nafas, atau karena adanya penghalang seperti
amandel, adenoid, otot dibelakang mulut mengendur. Namun jika pengeluaran udara yang
54
dikeluarkan melalui hidung atau mulut tidak disertai dengan apnea maka tidak dikatakan
suatu masalah besar.
2.4 Kualitas Hidup
2.4.1 Definisi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi
individu tentang posisinya dalam kehidupan dalam konteks budaya dan nilai sistem di
mana dia tinggal dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatiannya.
Ca memengaruhi kualitas hidup pasien di tingkat yang berbeda-beda. Masalah utama yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien adalah dampak mental dan emosional dari penyakit,
tindakan diagnostik dan terapeutik, stres, nyeri, depresi, dan konsekuensi penyakit pada
keluarga, perkawinan, dan hubungan sosial, serta beban ekonomi yang diinduksi, masalah
gizi , dan komplikasi perawatan. Penentuan kualitas hidup pasien kanker dapat
memberikan staf medis dengan solusi baru dalam membantu mereka menjadi mandiri
dalam melakukan urusan kehidupan di bawah situasi kritis dan non-kritis. Peningkatan
kualitas hidup pasien kanker adalah tujuan utama perawatan medis dan terapeutik.
Pengenalan konsep kualitas hidup sebagai tolak ukur hasil dalam perawatan
kesehatan, pada 1970-an dalam konteks kemajuan medis. Kualitas hidup dianggap
membawa kemajuan hingga peningkatan dalam harapan hidup, sejak penyakit akut yang
sebelumnya mematikan (mis. infeksi) menjadi dapat disembuhkan, dan penyakit kronis
(mis. diabetes) bisa juga dikendalikan oleh perawatan yang efisien. Sehingga, menjadi
sangat penting untuk mengukur bagaimana orang menjalani 'tahun-tahun tambahan' ini.
55
Di faktanya, Fallowfield (1990) mendefinisikan Quality of Life sebagai ‘yang hilang
mengukur kesehatan ' (Panzini, 2017).
2.4.2 Aspek – Aspek Hidup
Kualitas hidup penderita Ca berhubungan dengan tingkat kemandirian penderita
namun kemandirian tersebut melum tentu dimiliki oleh tiap penderita karena Ca
mempengaruhi kesejahteraan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual individu.
1. Aspek Kesehatan Fisik
Pasien Ca yang menjalani pengobatan kemoterapi menerima efek berupa
osteoporosis, gagal jantung kongestif, dibetes, amenore pada wanita, kemandulan, maslah
motilitas gastrointestinal, fungsi hati yang abnormal, fungsi imunitas yang terganggu,
parestesia, kehilangan pendengaran, dan masalah dengan pemikiran dan ingatan. Terapi
Ca sendiri sering menimbulkan rasa nyeri dan neuropati. Keluhan penderita Ca yang sering
ditemui ialah rasa lelah akibat Ca (cancer related fatigur, CFR) dan gangguan tidur. Oleh
karena adanya kerusakan jaringan irreversible, kondisi tertentu akan terus berjalan dalam
waktu yang tidak terbatas. Penurunan fungsi fisik dilaporkan terjadi setelah terapi primer
terlaksana, terutama pada mereka yang menjalani masektomi atau kemoterapi (Ganz et al.,
2014).
2. Aspek Psikologis
Tekanan psikologis mungkin didapatkan oleh penderita Ca Mammae dikarenakan
oleh efek samping terapi dan efek fisik yang mungkin mengakibatkan perubahan citra
tubuh. Tekanan psikologis yang di jelaskan disini merupakan tekanan yng bersifat negatif
56
dan bersifat multifaktorial. Hal ini mengganggu kemampuan melawan penyakit, dengan
terapinya (Wilkes, 2013). Perasaan penderita juga dapat berupa kesedihan sampai depresi.
Rasa lelah dan gangguan tidur jangka panjang merupakan contoh akibat dari kegelisahan
dan depresi pada penderita.
Masalah psikologis lainnya yang dialami penderita yakni post traumatic syndrome disorder
(PTSD) dimana penderita memiliki ciri adanya respon emosional akut terhadap kejadian
traumatik. Penderita mengalami gejala PTSD (kesedihan, mimpi buruk, serangan panic,
rasa takut) sebanyak 4 -19% sebagai akibat diagnosis, terapi atau episode traumatik masa
lalu. Risiko PTSD meningkat jika klien tersebut seorang wanita, berusia muda,
berpendidikan, dan berpenghasilan rendah, serta memiliki dukungan dan emosional yang
minimal (Seng, 2012).
Efek dari Ca Mammae berpengaruh kepada keluarga, performa peran, performa diri,
dan kerja serta mengisolasi penderita dari kegiatan sosial. Tak hanya itu C Mammae
mengubah citra tubuh, penderita depresi, kegelisahan, dan gangguan pada hubungan
interpersonal serta pada fungsi seksual. (IOM, 2016).
3. Aspek Hubungan Sosial
Ca member dampak pada seluruh kelompok usia. Efek perkembangan Ca dapat
dilihat jelas pada akibat sosialnya yang terjadi pada seluruh masa kehidupan. Bagi para
remaja maupun dewasa muda, kanker sangat mempengaruhi keterampilan sosial,
perkembangan seksual, citra tubuh, dan kemampuan merencanakan masa depan. Ca akan
mengganggu kehidupan sehingga mereka merasa tertinggal dari kelompoknya dan
menganggap minat sebagai hal yang superfisial (Blum, 2016). Selain itu, Ca menyebabkan
57
mereka merasa berbeda dan memiliki maslah dalam membina hubungan karena adanya
ketakutan dan penolakan. Perjalanan Ca ataupun terapinya sering menyebabkan seorang
dewasa muda untuk menunda proses meninggalkan kedua orang tuanya. Hal ini
menyebabkan karier lama sehingga mereka merasa tidak dibekali dengan cukup untuk
hidup di dunia nyata.
Para dewasa (usia 30 sampai 59) yang mengalami Ca akan mnejalani perubahan
dalam keluarganya. Dengan adanya diagnosis Ca , setiap peran, rencana dan kemampuan
anggota keluarga akan berubah (Blum, 2016). Pasangan yang sehat akan memiliki tanggung
jawab tambahan berupa mencari penghasilan tambahan bagi keluarga. Seorang pasangan,
saudara kandung, kakek/ nenek, sering memperoleh tanggung jawab pengasuhan bagi
penderita Ca. Penderita yang mengalami perubahan seksualitas, rasa intim, dan kesuburan
akan menghadapi perubahan pada pernikahannya, serta dapat berakibat pada perceraian.
Tak hanya itu Ca juga memperngaruhi kesempata kerja, beban ekonomi, dan kesejahteraan
spiritual.
2.4.3 Pengukuran Kualitas Hidup
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi
individu tentang posisinya dalam kehidupan dalam konteks budaya dan nilai sistem di
mana dia tinggal dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatiannya.
Ada empat dimensi pada kualitas hidup ini “
1. Dimesi yang berhubungan terhadap penilaian individu terhadap dirinya yaitu Dimesi
Kesejahteraan Psikologis.
58
2. Dimensi yang berhubungan terhadap fisiknya seperti rasa sakit, tidak nyaman dan
lainnya yakni Dimensi Kesehatan Fisik.
3. Dimensi yang berhubungan terhadap hubungannya dengan orang lain yakni
Dimensi Sosial.
4. Dimensi yang berhubungan terhadap penilaian lingkungan tempat tinggal, sarana
prasarana yang dimiliki yakni Dimensi Lingkungan.
Pengkajian ini menanyakan mengenai apa yang dirasakan berkaitan dengan kualitas
hidup, kesehatan, atau hal lain dari hidup dan diharapkan responden menjawab semua
pertanyaan. Jika responden tidak yakin tentang tanggapan apa yang diberikan pada suatu
pertanyaan, harap pilih satu yang paling sesuai. Responden diharapkan untuk
mempertimbangkan standar, harapan, kesenangan dan kekhawatiran yang dirasakan dan
untuk memikirkan tentang kehidupan responden dalam dua minggu terakhir (Nanda,
2017).
2.5 Kualitas Tidur dan Kualitas Hidup
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan kualitas hidup sama seperti cara
pandang individu tentang posisinya dalam kehidupan dalam konteks budaya dan nilai yang
berkaitan dengan tujuan, harapan, standar hidup. Kanker memengaruhi kualitas tidur
pasien hingga tingkat yang berbeda-beda. Hal pertama yang mempengaruhi hidup yang
berualitas adalah adanya dampak mental dan emosional dari penyakit, tindakan diagnostik
dan terapeutik, stres, nyeri, depresi, dan konsekuensi penyakit pada keluarga, perkawinan,
59
dan hubungan sosial, serta beban ekonomi yang diinduksi, masalah gizi, dan komplikasi
perawatan, sehingga hal tersebut mempengruhi kualitas hidup (Ataollahi, 2015).
Merupakan hal yang utama dan penting untuk kesehatan fisik dan mental individu.
Orang yang mengalami perburukan kualitas tidur mengalami disfungsi fisik, kognitif dan
emosional. Kecelakaan yang mengancam jiwa bahkan ketidakmampuan menyesuaikan
diri. Penderitaa suatu penyakit akan mengalami masalah tidur dan memiliki lebih banyak
masalah dalam keseharian hidupnya dan cenderung mencari lebih banyak bantuan karena
kurangnya waktu atau energi, dan kualitas hidup mereka secara bertahap menurun.
Meningkatkan gangguan tidur menyebabkan perburukan kualitas tidur dimana hal tersebut
dapat meningkatkan berbagai gangguan atau penyakit yang dapat menyebabkan perubahan
pada kualitas hidup. (Johar, 2017).
Menurut Hafizah (2014), sesorang memiliki kebutuhan terbesar yakni kualitas hidup
yang baik dan sejahtera. Aspek yang dapat mendukung kebutuhan tersebut salah satunya
ialah penjagaan pada kualitas tidur yang efektif guna memastikan bahwa fungsi tubuh dapat
terjaga secara optimal sehingga seseorang dapat menjalankan aktivitas, produktif disiang
hari dan dapat menikmati kualits hidup yang tinggi. Menurut WHO kualits hidup diartikan
sebagai seseorang mampu menyeimbangkan hal norma dan budaya yang beruhubungan
dengan harapan, standard an tujuan selama hidupnya.
Kanker payudara dan perawatannya menyebabkan pengurangan umum dalam
aktivitas fisik yang bervariasi dalam derajat tergantung pada keparahan penyakit dan
perawatannya. Kelelahan adalah gejala paling umum dari kanker payudara dan
perawatannya, dan cenderung menjadi yang paling sulit dan berkepanjangan dari semua
60
gejala. Kanker payudara dan perawatannya menimbulkan banyak tantangan bagi kesehatan
mental, fisik dan emosi pasien dan member dampak negatif pada kualitas hidup pasien
(Junghwa, 2015).
Penelitian tentang korelasi neurofisiologis menjelaskan bahwa kurang tidur
berhubungan terhadap pengendalian diri. Studi secara konsisten telah menunjukkan bahwa
kurang tidur memberi dampak negatif yang mempengaruhi aktivitas kortikal, terutama di
korteks prefrontal dan thalamus yang erat kaitannya dengan pengenalian diri (Durmer &
Dinges, 2005; Heatherton & Wagner, 2011). Tidur dengan kualitas rendah dan tidur
pendek (kurang tidur) memiliki kaitan dalam pemulihan otak. Sehingga kualitas tidur yang
buruk berhubungan pada kualitas hidup individu di keesokan harinya dengan tubuh yang
bugar ketika mendapatkan tidur yang berkualitas (Barnes, Lucianetti, Bhave, & Christian,
2015). Siklus harian seseorang terdiri dari dua komplemen yakni tidur dan terjaga, hal ini
sangat penting baik dari segi durasi, fase, dan kualitas tidur yang tinggi. Hal tersebut
beruhubungan pada hubungan sosial yang baik, kepribadian dan kualitas hidup (Affairs J,
2016).
Tidur memiliki peran penting dalam memperbaiki, membenahi, dan memelihara
neuron otak. Penemuan Landmark mengungkap bahwa tidur memfasilitasi pembersihan
sisa metabolic yang beracun, termasuk amiloid β, yang dihasilkan oleh aktifitas saraf dan
terakumulasi pada lemak jenuh. Selain itu pada 15 tahun sejak Eve Van Cauter dan rekan
– rekannya di University of Chicago menemukan bahwa perburukan kualitas tidur member
dampak negatif pada fungsi dan metabolik sistem endokrin. Dijelaskan bahwa durasi,
waktu dan kualitas tidur juga sangat mempengaruhi kesehatan fisik, kesehatan mental,
61
kinerja dan keamanan. Dengan demikian, jelas bahwa tidur merupkan komponen penting
tidak hanya untuk fungsi otak akan tetapi untuk pengotimalan fungsi tubuh juga (Charles,
2015).
Studi laboratorium menunjukkan bahwa misalignment antara waktu siklus tidur-
bangun dan rhytmicity sirkardian mengganggu metabolisme energy dan merugikan
mempengaruhi metabolism glukosa dan regulasi kardiovaskular dn mengganggu fokus,
kerja neurobehavioral, suasana hati dan kognisi. Studi epidemilogi mengungkapkan bahwa
deficit tidur meningkatkan angka obesitas, lima kali lipat meningkatkan kadar gula darah
untuk diabetes, peningkatan risiko tekanan darah, peningkatan insiden hipertensi, penyakit
jantung koroner, infark andnonfatalmyocardial yang berakibat fatal, dan kerusakan otak
karena transmeridian berulang (jet lag) yang mengakibatkan atrofi lobus temporal otak
(Charles, 2015).
Tingginya kadar kelelahan dan emosional mempengaruhi tidur, ditemukan
perbedaan fungsi kognitif dan psikomotor pada mereka yang mengalami insomnia dengan
yang tidurnya normal. Sebuah penelitian besar di Amerika Serikat menemukan bahwa
ketegangan dan stres memeberi 24% dari varians dalam gangguan tidur yang diukur
dengan PSQI. Tingginya tingkat kantuk di siang hari juga dikaitkan dengan tingkat stres
yang lebih tinggi.
Sifat ritme sirkadian berbeda – beda tergantung spesifik kelompok usia dan memiliki
dampak besar pada pola tidur tersebut. Secara umum, remaja dan dewasa muda tampaknya
memiliki penundaan yang paling dalam ritme sirkadian mereka ibandingkan dengan
kelompok usia lainnya, pada usia 31 mencapai paling ekstrim 'keterlambatan' waktu tidur
62
sirkadian-induced. Dijelaskan bahwa faktor endokrin mendasari perubahan tersebut dalam
jam ritme sirkadian. Selain keterlambatan fisiologis ini, tertunda gangguan tidur fase DSPD
(, yang merupakan irama sirkadian kelainan) sering terjadi dengan persentase 0,2% dan
10% dan paling umum terjadi di kalangan orang dewasa muda.