24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Anak Prasekolah 1. Pengertian Status Gizi Supariasa dkk (2002), status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis zat gizi dan sejak akhir tahun 1980an dikelompokkan keadaan zat gizi makro yaitu zat gizi sumber energi berupa karbohidrat, lemak, dan protein dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral. Almatsier (2002), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Jadi status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan makanan yang memenuhi gizi tubuh, dan membawa ke status gizi yang memuaskan. 2. Macam Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2002). Status gizi secara umum dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok utama, yaitu: a. Status Gizi Lebih Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan.Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas.Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak.Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi Anak Prasekolah

1. Pengertian Status Gizi

Supariasa dkk (2002), status gizi adalah ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari

nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Sampai saat ini dikenal kurang

lebih 45 jenis zat gizi dan sejak akhir tahun 1980an dikelompokkan

keadaan zat gizi makro yaitu zat gizi sumber energi berupa karbohidrat,

lemak, dan protein dan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral.

Almatsier (2002), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara

status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.Zat gizi diartikan sebagai zat

kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan. Jadi status gizi adalah keadaan

tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan

makanan yang memenuhi gizi tubuh, dan membawa ke status gizi yang

memuaskan.

2. Macam Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2002). Status gizi

secara umum dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok utama,

yaitu:

a. Status Gizi Lebih

Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi

dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau

membahayakan.Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau

obesitas.Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam

jaringan dalam bentuk lemak.Kegemukan merupakan salah satu

faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti

8

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

9

hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

jantung koroner, hati, dan kantung empedu (Almatsier,

2002).Budiyanto (2002) mendefinisikan status gizi lebih adalah

keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makan,

mengkonsumsi energi lebih banyak daripada yang diperlukan tubuh

untuk jangka waktu yang panjang.

b. Status Gizi Baik

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh

memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,

sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,

kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi

mungkin (Almatsier, 2002). Budiyanto (2002) status gizi baik adalah

kondisi pada saat asupan gizi seimbang dengan kebutuhan gizi

seseorang yang bersangkutan.Kebutuhan gizi seseorang ditentukan

oleh kebutuhan gizi basal, kegiatan, dan pada keadaan fisiologis

tertentu serta dalam keadaan sehat.

c. Status Gizi Kurang

Status gizi kurang terjadi bila tubuh kekurangan satu atau

lebih zat-zat gizi esensial. Akibat kurang gizi terhadap proses

tumbuh bergantung pada zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi

secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas)

menyebabkan gangguan pada proses-proses pertumbuhan, produksi

tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, perilaku

(Almatsier, 2002).Adapun Budiyanto (2002), mengartikan gizi

kurang merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul

karena tidak cukup makan dengan demikian konsumsi energi dan

protein kurang selama jangka waktu tertentu.Berat badan yang

menurun adalah tanda utama dari gizi kurang.

d. Status Gizi Buruk

Status gizi buruk terjadi apabila hampir semua penyakit gizi

kurang diderita seseorang (Apriadji, 1986).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

10

3. Penilaian dan Pengukuran Gizi

Penilaian status gizi bisa dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi

empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

Adapun penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi

3 yaitu survey konsumsi makan, statistik vital, faktor ekologi (Supariasa,

2002).

a. Penilaian status gizi secara langsung:

1) Pengukuran Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting

untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perunbahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat seperti kulit, mata,

rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat

dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan

metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid

clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara

cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau

lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui

tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan

fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat

penyakit (Supariasa, 2002).

2) Pengukuran Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah

pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang

dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh

yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga

beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini

digunakan untuk peringatan bahwa kemungkinan akan

terjadinya keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak

gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

11

dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan

gizi yang spesifik (Supariasa, 2002).

3) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan

melihat perubahan struktur jaringan. Umumnya dapat digunakan

dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic

(epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes

adaptasi gelap (Supariasa, 2002).

4) Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap

dimensi tubuh dan komposisi tubuh.Antropometri sebagai

indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa

parameter.Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks

antropometri.Indeks antropometri yang umum digunakan dalam

menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U),

tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB). Indeks BB/U adalah pengukuran total

berat badan termasuk air, lemak, tulang dan otot, indeks TB/U

adalah pengukuran pertumbuhan linier, indeks BB/TB adalah

untuk membedakan apakah kekurangan gizi secara kronis atau

akut (Supariasa, 2002).

Dalam buku petunjuk Teknik Pemantauan Status Gizi

anak balita 1999, klasifikasi status gizi dapat diklasifikasikan

menjadi 5 yaitu : gizi lebih, gizi baik, gizi sedang, gizi kurang,

dan gizi buruk. Buku rujukan yang digunakan adalah World

Health Organization – National Center For Health Statistic

(WHO–NCHS), dengan indeks berat badan menurut umur.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes, dan Pemantauan

Status Gizi (PSG) anak balita tahun 1999 menggunakan rujukan

WHO-NCHS dengan klasifikasi pada tabel.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

12

Tabel 2.1

Klasifikasi Status Gizi Menurut WHO-NCHS

(Supariasa, 2002)

Tabel 2.2

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indikator Antropometri

BB/TB BB/U TB/U Status Gizi

Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang

Normal Normal Normal Baik

Normal Tinggi Tinggi Jangkung,masih baik

Rendah Rendah Tinggi Buruk

Rendah Rendah Normal Buruk, kurang

Rendah Normal Tinggi Kurang

Tinggi Tinggi Rendah Lebih, obesitas

Tinggi Tinggi Normal Lebih, tidak obesitas

Tinggi Normal Rendah Lebih, pernah kurang

(Supariasa, 2002)

Kategori Cut of poin *)

Gizi lebih

Gizi baik

Gizi sedang

Gizi kurang

Gizi buruk

>120% Median BB/U baku WHO-NCHS

80%-120% Median BB/U baku WHO-NCHS

70%-79,9% Median BB/U baku WHO-NCHS

60%-69,9% Median BB/U baku WHO-NCHS

<60% Median BB/U baku WHO-NCHS

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

13

Berdasarkan penilaian Z-Score adalah sebagai berikut :

BB/U (Berat badan menurut Umur berdasarkan Z-Score)

1). Gizi buruk ; < - 3 SD

2). Gizi kurang : - 3 SD sampai -2 SD

3). Gizi baik : -2 SD sampai +2 SD

4). Gizi lebih ; +3 SD

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung:

1) Survey Konsumsi Makanan

Survey konsumsi makanan dimaksudkan untuk

mengetahui kebiasaan makanan zat gizi tingkat kelompok,

rumah tangga, dan perorangan serta faktor yang berpengaruh

terhadap konsumsi makanan tersebut. Metode pengukuran

konsumsi makanan berdasarkan sasaran pengamatan atau

pengguna yaitu tingkat nasional, rumah tangga, dan individual

(Supariasa, 2002).

2) Statistik Vital

Cara untuk mengetahui keadaan gizi di suatu wilayah

adalah dengan cara menganalisis statistik kesehatan. Dengan

menggunakan statistik kesehatan dapat diperhitungkan

penggunaannya sebagai bagian dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi anak (Supariasa, 2002).

3) Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil

yang saling mempengaruhi dan interaksi beebrapa faktor fisik,

biologi, dan lingkungan budaya. Jadi jumlah makanan dan zat-

zat gizi yang tersedia bergantung pada keadaan lingkungan

seperti iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, dan tingkat ekonomi

masyarakat (Supariasa, 2002). Keadaan tubuh dikatakan pada

tingkat gizi optimal, jika jaringan tubuh jenuh oleh semua zat

gizi maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini

memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

14

daya tahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada

seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan

terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan kekurangan

zat gizi (Supariasa, 2002). Pemeliharaan gizi dan pengaturan

makanan pada bayi dan anak usia dibawah 5 tahun, dapat dibagi

dalam beberapa tahapan yaitu tahapan semasa air susu ibu (ASI)

merupakan satu-satunya sumber zat gizi bayi anak, yaitu pada

waktu mulai lahir sampai mencapai usia 4 bulan. Tahapan

dimana anak sudah memerlukan makanan pendamping selain

ASI, yaitu usia 5-8 bulan. Tahapan anak mulai dapat menerima

makanan biasa dengan ASI sebagai penambah, yaitu usia 9

bulan sampai 2 tahun dan tahapan usia 2 tahun sampai 5 tahun,

makanan yang diberikan kepada anak berbeda sesuai dengan

perkembangan tubuh serta masalah-masalah gizi dan kesehatan

yang sering ditemukan (Mochji, 1992).

Kurang gizi pada anak prasekolah tidak mudah dikenali

oleh pemerintah atau masyarakat bahkan keluarga. Artinya

andaikata disuatu desa terdapat sejumlah anak yang menderita

gizi kurang dan tidak segera menjadi perhatian karena anak

tampak tidak sakit. Faktor timbulnya gizi kurang pada anak

balita lebih kompleks, maka upaya penanggulangannya

memerlukan pendekatan dari berbagai segi kehidupan anak

secara terintegrasi. Artinya tidak hanya memperbaiki aspek

makanan saja tetapi juga lingkungan hidup anak seperti pada

pengasuhan, pendidikan ibu, air bersih dan kesehatan

lingkungan, mutu layanan kesehatan dan sebagainya (Supariasa,

2002).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

15

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

a. Faktor External

Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain :

1) Pendapatan

Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf

ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang

dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999). Pendapatan keluarga

mempengaruhi daya beli keluarga akan bahan makanan yang

bergizi karena penghasilan / pendapatan menentukan jenis pangan

yang akan dibeli (Berg dalam Kholifah, 2002). Keluarga dengan

pendapatan terbatas besar kemungkinan kurang dapat memenuhi

kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh.

Setidaknyakeanekaragaman bahan makanan kurang bisa dijamin.

2) Pendidikan dan pengetahuan

Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah

pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk

mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha,2001). Masalah

penting yang menyebabkan adanya kekurangan gizi adalah

ketiadaan informasi yang memadai. Sekalipun kurangnya daya

beli merupakan halangan utama, tetapi sebagian kekurangan gizi

akan bisa diatasi kalau orang mengetahui bagaimana seharusnya

memanfaatkan sumber yang dimiliki (Berg dalam Kholifah,

2002). Faktor tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah

tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi

yang mereka perole. Sebagian kejadian gizi buruk dapat dihindari

apabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara

memelihara gizi dan mengatur makan anak. Ketidaktahuan baik

yang berdiri sendiri maupun yang berkaitan dengan kemiskinan,

menimbulkan salah paham tentang cara perawatan bayi dan anak

yang benar, juga .salah mengerti tentang penggunaan bahan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

16

pangan tertentu dan cara mengatur makan anggota keluarga yang

sedang sakit (Arisman, 2004).

3) Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga

(Markum, 1991).

4) Budaya

Seringkali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan

oleh masyarakat dalam mengasuh anak. Orang tua mengharapkan

kelak anaknya dapat diterima di masyarakat dengan baik, oleh

karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam

mengasuh anak juga mempengaruhi orang tua dalam memberikan

pola asuh pada anaknya (Soetjiningsih, 2002).

5) Jumlah anggota keluarga

Keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar

anak yang amat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah.

Anak-anak yang lebih kecil seringkali mendapatkan jatah makan

yang kurang mencukupi karena kalah dengan kakaknya yang

makannya lebih cepat dan dengan porsi suap yang lebih besar

pula. Anak yang terlalu banyak selain menyulitkan dalam

mengurusnya juga kurang bisa menciptakan suasana tenang di

dalam rumah. Lingkungan keluarga yang selalu ribut akan

mempengaruhi ketenangan jiwa, dan ini secara tidak langsung

akan menurunkan nafsu makan anggota keluarga lain yang terlalu

peka terhadap suasana yang kurang menyenangkan (Apriadji,

1986).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

17

b. Faktor Internal

Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :

1) Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang

dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam,

2008).

2) Kondisi Fisik

Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang

lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status

kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang

kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode

hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat

(Suhardjo, 1986)

3) Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan

atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan

(Suhardjo, 1986).

Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling

mempengaruhi secara kompleks. Ditingkat rumah tangga,

keadaan gizi dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga

menyediakan pangan di dalam jumlah dan jenis yang cukup serta

pola asuh yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan, perilaku dan

keadaan kesehatan rumah tangga. Salah satu penyebab timbulnya

kurang gizi pada anak balita adalah akibat pola asuh anak yang

kurang memadai (Soekirman, 2000).

B. Pola Asuh Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Sudiharto (2007) keluarga adalah dua orang atau lebih yang

dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

18

Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara

anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Keluarga adalah

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah

satu atap dalam keadaan saling tergantung (Depkes RI, 1988).Secara

sosiologis (Melly dalam Busono, 2005), keluarga dituntut berperan dan

berfungsi untuk mencapai suatu masyarakat sejahtera yang dihuni oleh

individu (anggota keluarga) yang bahagia dan sejahtera. Fungsi keluarga

perlu diamati sebagai tugas yang harus diperankan oleh keluarga sebagai

lembaga sosial terkecil.

2. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Person adalah memlihara rumah tangga,

dan mengakrabkan hubungan antar anggota keluarga. Friedman (1986)

mengidentifikasi macam-macam fungsi keluarga yaitu :

1) Fungsi Biologis

Bagi pasangan suami istri, fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan

seksual dan mendapatkan keturunan.Fungsi ini memberi kesempatan

hidup bagi setiap anggotanya. Keluarga disini menjadi tempat untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan

dengan syarat-syarat tertentu.

2) Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan mengharuskan setiap orang tua untuk

mengkondisikan kehidupan keluarga menjadi situasi pendidikan,

sehingga terdapat proses saling belajar diantara anggota keluarga.

Dalam situasi ini orang tua menjadi pemegang peran utama dalam

proses pembelajaran anak-anaknya, terutama dikala mereka belum

dewasa. Kegiatannya antara lain melalui asuhan, bimbingan, dan

teladan.

3) Fungsi Beragama

Fungsi beragama berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk

mengenalkan, membimbing, memberi teladan dan melibatkan anak

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

19

serta anggota keluarga lainnya mengenai kaidah-kaidah agama dan

perilaku keagamaan. Fungsi ini mengharuskan orang tua, sebagai

seorang tokoh inti dan panutan dalam keluarga, untuk menciptakan

iklim keagamaan dalam kehidupan keluarganya.

4) Fungsi Perlindungan

Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga dan

memelihara anak dan anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif

yang mungkin timbul. Baik dari dalam maupun dari luar kehidupan

keluarga.

5) Fungsi Sosialisasi Anak

Fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan anak untuk

menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi

ini, keluarga berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak

dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial, sehingga

kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh anak, sehingga pada

gilirannya anak berpikir dan berbuat positif di dalam dan terhadap

lingkungannya.

6) Fungsi Kasih Sayang

Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga

interaksi dalam ikatan batin yang kuat antara anggotanya, sesuai

dengan status dan peranan sosial masing-masing dalam kehidupan

keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat ini, harus dapat

dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang.

Dalam suasana yang penuh kerukunan, keakraban, kerjasama dalam

menghadapi berbagai masalah dan persoalan hidup.

7) Fungsi Ekonomis

Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan

ekonomis. Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan

pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan perencanaan anggaran

biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

20

8) Fungsi Rekreatif

Suasana rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga

lainnya apabila dalam kehidupan keluarga itu terdapat perasaan

damai, jauh dari ketegangan batin, dan pada saat-saat tertentu

merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari.

3. Pola Asuh Keluarga Tentang Perilaku Makan

a. Pengertian pola asuh keluarga

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang

diterapkan pada anak yang bersifat relaif dan konsisten dari waktu

kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari negative

maupun positif (Drew, 2006).Pola pengasuhan (parenting) atau

perawatan anak sangat bergantung pada nilai-nilai yang dimiliki

keluarga (Supartini, 2002).

Pada dasarnya tujuan utama pengasuhan orang tua adalah untuk

mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan

kesehatannya, memfasilitasi anak untuk kemampuan sejalan dengan

tahapan perkembangannya. Anak terus berkembang baik secara fisik

maupun secara psikis untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan

anak dapat terpenuhi bila orang tua dalam memberi pengasuhan dapat

mengerti, memahami, menerima dan memperlakukan anak sesuai

dengan tingkat perkembangan psikis anak, disamping menyediakan

fasilitas bagi pertumbuhan fisiknya. Hubungan orang tua dengan anak

ditentukan oleh sikap, perasaan dan keinginan terhadap anaknya.

Sikap tersebut diwujudkan dalam pola asuh orang tua di dalam

keluarga (Supartini, 2002).

Pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara

orang tua dengan anak. Pendampingan orang tua diwujudkan melalui

pendidikan cara-cara orang tua dalam mendidik anaknya. Dalam

interaksinya dengan orang tua anak cenderung menggunakan cara-

cara tertentu yang dianggap paling baik bagi anak. Disuatu sisi orang

tua harus bisa mementukan pola asuh yang tepat dalam

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

21

mempertimbangkan kebutuhan dan situasi anak, disisi lain sebagai

orang tua juga mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk

anak menjadi seseorang yang dicita-citakan yang tentunya lebih baik

dari orang tuanya (Jas & Rahmadian, 2004).

Setiap upaya yang dilakukan dalam mendidik anak, menurut

Amaliya (2000) mutlak didahului oleh tampilnya sikap orang tua

dalam mengasuh anak meliputi:

1) Perilaku yang patut dicontoh

Artinya setiap perilakunya tidak sekedar perilaku yang

bersifat mekanik, tetapi harus didasarkan pada kesadaran bahwa

perilakunya akan dijadikan lahan peniruan dan identifikasi bagi

anak-anaknya.

2) Kesadaran diri

Ini juga harus ditularkan pada anak-anak dengan

mendorong mereka agar perilaku kesehariannya taat kepada nilai-

nilai moral. Oleh sebab itu orang tua senantiasa membantu

mereka agar mampu melakukan observasi diri melalui

komunikasi dialogis.

3) Komunikasi

Komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan

anak-anaknya, terutama yang berhubungan dengan upaya

membantu mereka untuk memecahkan permasalahannya.

b. Bentuk Pola Asuh

Menurut Baumrind (1974) dalam Junaidi (2010) ada empat

bentuk pola asuh orang tua, yaitu :

1) Pola asuh otoriter

Orang tua yang otoriter menekankan batasan dan larangan

diatas respon positif. Orang tua sangat menghargai anak yang

patuh terhadap perintah orang tua dan tidak melawan. Orang tua

tipe ini cenderung untuk menentukan peraturan tanpa bediskusi

dengan anak terlebih dahulu. Mereka tidak mempertimbangkan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

22

harapan-harapan dan kehendak hati anak. Hukuman sebagai

penegak kedisiplinan dan amarah diterapkan pada tipe orang tua

otoriter.Penelitian telah memunjukkan bahwa anak dari orang tua

yang otoriter bisa menjadi pemalu, penuh ketakutan, menarik diri

dan berisiko terkena depresi. Anak bisa menjadi sulit membuat

keputusan untuk dirinya sendiri karena sudah biasa diperintah apa

yang harus dikerjakan.

2) Pola asuh demokratis

Orang tua yang demokratis menyeimbangkan kasih sayang

dan dukungan emosional dengan struktur dan bimbingan dalam

membesarkan anak mereka. Orang tua tipe ini memperlihatkan

cinta kehangatan kepada anak. Mereka harus mendengarkan

secara aktif dan penuh perhatian serta menyediakan waktu

bertemu yang positif secara rutin dengan anak. Orang tua tipe

demokratis membiarkan anak untuk mementukan keputusan

sendiri dan mendorong anak untuk membangun kepribadian.

Orang tua yang demokratis menyadari bahwa beberapa sikap

yang sulit dikendalikan pada anak pasti diimbangi dengan sikap

positif. Seorang anak keras kepala yang sering membantah juga

dapat menjadi anak yang gigih, fokus dan selalu menuntaskan

tugas mereka. Intinya, pola asuh demokratis melibatkan rasa

hormat kepada anak sebagai individu unik yang bisa diterima dan

dicintai bahkan ketika anak bersikap tidak normal.

3) Pola asuh permisif

Orang tua tipe permisif tidak memberikan struktur dan

batasan yang tepat bagi anak. Orang tua tipe ini cenderung

mempercayai bahwa ekspresi bebas dari keinginan hati dan

harapan sangatlah penting bagi perkembangan psikologis. Orang

tua menyembunyikan ketidaksabaran, kemarahan atau

kejengkelan pada anak. Ketika orang tua menentukan peraturan,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

23

batasannya cenderung tidak jelas dan diterapkan secara tidak

konsisten.

Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua tipe permisif

biasanya menjadi anak yang manja. Anak cenderung menuntut,

kurang percaya diri, dan kurang mengendalikan diri. Anak senang

bilakeinginan dipenuhi, tetapi mudah marah ketika keinginannya

tidak dipenuhi.

4) Campuran

Pola asuh campuran orang tua tidak konsisten dalam

mengasuh anak. Orang tua terombang ambing antara tipe

permisif, otoriter, atau demokratis. Orang tua mungkin

menghadapi sikap anak dari waktu ke waktu dengan cara yang

berbeda. Contohnya, orang tua bisa memukul anaknya ketika

anak menolak perintah orang tua, pada kesempatan lain orang tua

mengabaikan anak bila anak melanggar perintah orang tua.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuhorang tua antara lain :

1) Usia orang tua

Rentang usia tertentu adalah baik untuk menjelaskan peran

pengasuhan. Apabila terlalu muda atau tua mungkin tidak dapat

menjelaskan peran tersebut secara optimal karena diperlukan

kekuatan fisik dan psikososial (Notoatmodjo, 2003).

2) Budaya

Seringkali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan

oleh masyarakat dalam mengasuh anak, karena pola-pola tersebut

dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan.

Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di

masyarakat dengan baik. Oleh karena itu kebudayaan atau

kebiasaan dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang

tua dalam memberika pola asuh pada anaknya (Anwar, 2000).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

24

3) Pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta

pengalaman sangat berpengaruh dalam mengasuh anak.

Pendidikan akan memberikan dampak bagi pola pokor dan

pandangan orang tua terhadap mendidik anaknya. Semakin tinggi

pendidikan yang dimiliki oleh orang tua maka akan semakin

memperluas dan melengkapi pola berfikirnya dalam mendidik

anaknya.

4) Tingkat sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi pola asuh

yang dilakukan oleh suatu masyarakat, rata-rata keluarga dengan

sosial ekonomi yang cukup baik akan memilih pola asuh yang

sesuai dengan perkembangan anak (Effendi, 1998).

5) Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak

Orang tua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya

dalam merawat anak lebih siap menjalankan pengasuhan dan

lebih mudah.

6) Hubungan suami istri

Hubungan yang kurang harmonis antara suami istri akan

berdampak pada kemampuan dalam menjalankan perannya

sebagai orang tua dan merawat serta mengasuh anak dengan

penuh rasa bahagia karena salah satu dapat saling memberi

dukungan dan menghadapi segala masalah dengan cara yang

positif.

d. Perilaku Makan Anak

Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah

bagi orang tua atau pengasuh anak. Kesulitan makan karena sering

dan berlangsung lama sudah dianggap biasa. Sehingga akhirnya

timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak.

Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah

pemberian vitamin, tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

25

makan tersebut terjadi berkepanjangan. Kesulitan makan merupakan

gejala atau tanpa adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang

sedang terjadi pada tubuh anak. Pengertian kesulitan makan adalah

jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami

kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan

jumlah sesuai usia (alamiah dan wajar), yaitu mulai membuka

mulutnya tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat

tertentu.

1) Pengasuhan dalam memberikan makan, menurut Anwar HM,

2008, yaitu :

a) Bagaimana membujuk anak makan

b) Menciptakan situasi yang nyaman saat makan

c) Berperilaku yang ramahterhadap anak

d) Menghindari pertengkaran sewaktu makan

e) Membiasakan waktu makan yang teratur

f) Memberikan perlindungan kepada anak

g) Memberi makan setiap kali anak merasalapar

h) Memantau banyaknya makanan yangdihabiskan oleh anak

2) Cara pemberian makanan yang baik menurut Juwono L, 2003

meliputi :

a) Menempatkan makanan anak dalam mangkuk yang terpisah

untuk memastikan bahwa anak mendapatkan bagian yangadil

dan makanan dalam jumlah yang tepat.

b) Duduk bersama anak pada waktu makan,memperhatikan apa

yangdimakan anak dan secara memberikan bantuan dan

dorongan jika diperlukan.

c) Tidak membuat terburu-buru ketika anak sedang makan.

d) Bila anak berhenti makan tunggu sebentar dan kemudian

tawarkan makan lagi.

e) Memberikan beberapa makanan yang dapat dipegang atau

diambil oleh anak.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

26

f) Memberikan makan dengan segera ketika anak mulai

merasalapar.

g) Tidak memberi makan ketika anak mengantuk.

h) Tidak memaksa memberikan makanan. Hal ini akan

meningkatkan stres dan menurunkan nafsu makan, acara

makan seharusnya menjadi peristiwa yang santai dan

menggembirakan.

i) Memastikan anak tidak haus (tetapi jangan memberikan

minum terlalu banyak sebelum atau selama makan sehingga

menurunkan nafsu makan anak).

j) Melakukan permainan untuk mendorong anak yang enggan

agar makan lebih banyak, sebagai contoh berpura-pura bahwa

sendok adalah seekor burung yang menukik untuk memberi

makan anaknya, atau berpura-pura bahwa makanan bahwa

makanan itu untuk boneka atau untuk anak lain atau untuk

boneka binatang.

k) Bersiap untuk melakukan pembersihan sesudahnya.

l) Mencampur makanan menjadi satu jika anak hanya

mengambil dan memakan makanan yang disukainya.

3) Membangkitkan selera makan pada anak

a) Usahakan sebelum makan anak berada dalam keadaan lapar.

Hal ini penting, mengingat kalau anak belum lapar biasanya

mereka enggan bahkan melakukan aktivitas penolakan.

b) Biasakan untuk memberi makan secara teratur. Jam makan

untuk anak meliputi sarapan pagi, makan siang dan makan

malam.

c) Jangan sekali-kali memberikan camilan yang manis-manis

diantara jam-jam makan. Pengaruhnya kurang baik bagi

kesehatan maupun peningkatan selera makan.

d) Mengatur sedemikian rupa suasana makan dengan variasi

menu atau makanan kesukaannya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

27

e) Anak yang sedang malas makan, jangan dipaksa makan.

Simpan saja dulu makanan itu untuk jam berikutnya.

f) Jelaskan pada anak dengan suara “manis” dan “ketulusan”

tentang manfaat makanan bagi pertumbuhan dan

perkembangan tubuh.

g) Kembangkan sikap tegas, terbuka dan logis ketika orang tua

menolak permintaan jajan dari anak yang tidak baik dan

sehat. Berikan kepada mereka alternative pilihan mereka

yang sekiranya lebih baik tapi disenangi anak.

h) Selalu memberi contoh positif kepada anak. Jangan gampang

marah atau tersinggung ketika anak belum antusias makan

sesuai keinginan orang tua.

Anak-anak prasekolah sering tidak berselera untuk

makan sehingga orang tua sering menjadi was-was. Dalam

memberikan makan pada anak, orang tua harus

memperhatikan porsi. Tidak perlu porsi maksimal, disajikan

dalam sekali makan. Cara lain yang juga dianggap baik

adalah dengan mengijinkan mereka untuk mengambil sendiri

porsi yang mereka inginkan. Hal ini akan membuat anak

merasa lebih dihormati dan memiliki hak yang sama dengan

orang tuanya saat di meja makan.

Untuk memperkenalkan jenis makanan baru pada anak

usia prasekolah, orang tua harus memilih waktu yang tepat.

Makanan baru hendaknya disajikan ketika anak sedang lapar.

Kondisi lapar akan membuat anak merasa bahwa makanan itu

sesuai dengan seleranya. Pada umumnya dalam hal makanan,

anak tidak menyukai cita rasa yang menyengat dan tidak

terlalu asin (setengah asin pada orang tua) (Sintha, 2001).

Pada usia kelompok ini, telah dapat memilih serta menyukai

makanan yang manis seperti permen, cokelat, dan es krim

(Markum, 2002).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

28

Gejala kesulitan makan pada anak adalah menurut

Judarwanto, 2007 :

1) kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau

hanya bisa makanan yang lunak atau cair.

2) memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan

yang sudah masuk ke dalam mulut anak.

3) makan berlama-lama dan memainkan makanan.

4) sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam

mulut atau menutup mulut rapat.

5) memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis

suapan dari orang tua

6) tidak menyukai banyak variasi makanan, dan

7) kebiasaan makan yang aneh

C. Hubungan Pola Asuh Keluarga Tentang Perilaku Makan Anak dengan

Status Gizi Usia Prasekolah

Peranan keluarga terutama ibu dalam mengasuh anak sangat

menentukan tumbuh kembang anak. Pengasuhan anak didefinisikan

sebagai perilaku yang diterapkan keluarga (ibu, bapak, nenek, orang lain)

dalam memberikan makanan dan pemeliharaan kesehatan. Juga termasuk

didalamnya tentang kasih sayang dan tanggung jawab orang tua.

Ibu yang dapat membimbing anak tentang cara makan yang sehat dan

makanan yang bergizi akan meningkatkan gizi pada anak. Banyaknya

porsi yang dihabiskan anak tergantung pada bagaimana ibu atau salah

satu keluarga memberi makan dengan bermacam-macam perilaku makan

anak. Ada budaya yang mengharuskan ibu mengontrol anak makan atau

sering memaksa anak makan. Cara ini kurang baik, karena dapat

membuat anak takut makan atau sebaliknya yaitu makan rakus sehingga

kegemukan. Masalah lainnya dapat terjadi bila orang tua tidak acuh

terhadap makanan anaknya. Sikap pasif dari orang tua ini dapat berakibat

anak tidak senang makan, atau tidak cukup makanan yang dimakan, atau

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

29

anak menolak makan. Sehingga situasi makan dapat berpengaruh pada

kebiasaan makan anak sehari-hari yang berhubungan dengan keadaan

status gizi anak (Supariasa, 2002).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

30

D. Kerangka Teori

Gambar 2.3

Kerangka Teori Penelitian (Sumber : Supariasa, 2002 dan Nursalam, 2001)

Pola asuh keluarga dalam

pemberian makan anak

Kesehatan anak Status gizi anak

prasekolah

Perilaku makan anak:

Memuntahkan atau menumpahkan

makanan

Mau makan sambil bermain dengan

teman-temannya

Makanan dimuntahkan apabila tidak

berselera

Makan berlama-lama dan memainkan

makanan

Faktor-faktor yang mempengaruhi status

gizi anak :

Faktor eksternal

Pendapatan keluarga

Pendidikan dan pengetahuan

Pekerjaan

Budaya

Jumlah anggota keluarga

Faktor internal

Usia

Kondisi fisik

Infeksi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-noorrofiqo... · 9 hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes,

31

A. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

B. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan untuk penelitian ini ada dua yaitu :

1. Variabel Bebas (Variabel Independent)

Penelitian ini sebagai variabel independent adalah pola asuh

keluarga tentang perilaku makan anak. Pola asuh keluarga merupakan

sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent (variabel terikat).

2. Variabel Terikat (Variabel Dependent)

Penelitian ini sebagai variabel dependent adalah status gizi anak

usia prasekolah, variabel tersebut dipengaruhi atau yang terjadi akibat

adanya variabel bebas.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep penelitian yang telah dibuat, maka

hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan : Ada hubungan antara pola asuh

keluarga tentang perilaku makan anak dengan status gizi pada usia prasekolah

di RW II Desa Sidomulyo Pati Jawa Tengah.

Pola asuh keluarga tentang

perilaku makan anak

Status gizi anak usia pra

sekolah