Upload
dinhkhue
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konflik Peran Ganda
1. Pengertian konflik peran ganda
Ada berbagai definisi yang diungkapkan oleh para ahli tentang
konflik. Diantaranya yang diungkapkan Putman &Pool (dalam Wahyu,
2007) konflik didefinisikan sebagai interaksi antara individu, kelompok
atau organisasi yang membuat tujuan atau arti berlawanan, dan merasa
bahwa orang lain sebagai pengganggu yang potensial terhadap
pencapaian tujuan mereka.
Sedangkan konflik secara umum bisa diartikan sebagai kondisi
dimana terjadi ketidak cocokan antara nilai dan tujuan yang ingin
dicapai, baik nilai atau tujuan yang ada di dalam sendiri maupun dalam
hubungan dengan orang lain (Wijono, 2010). Konflik juga dapat terjadi
pada saat munculnya dua kebutuhan atau secara bersamaan. Hal tersebut
tersebut terjadi karena dorongan dan kebutuhan tidak selalu muncul satu
persatu (Irwanto, 1988). Lebih lanjut Robins (1996) menyatakan bahwa
konflik adalah suatu proses adanya pertentangan atau oposisi dari suatu
pemikiran yang dirasa akan membawa pengaruh negatif.
Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa konflik adalah
suatu kondisi pertentangan yang terjadi pada diri seseorang dikarenakan
7
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
8
harus memilih antara dua kebutuhan atau lebih pada saat yang
bersamaan.
Istilah peran ganda adalah dua peran atau lebih yang dijalankan
dalam waktu yang bersamaan, dalam hal ini peran yang dimaksud adalah
peran seseorang perempuan sebagai istri bagi suaminya, ibu bagi anak-
anaknya, dan peran sebagai perempuan yang memiliki karir di luar
rumah. Peran ganda ini dijalani bersamaan dengan peran tradisional
kaum perempuan sebagai istri dan ibu dalam keluarga, seperti menjadi
mitra suami dalam membina rumah tangga, menyediakan kebutuhan
keluarga, serta mengasuh dan mendidik anak (Wolfman dalam
Wahyu,2007).
Anoraga (1992) menyebutkan bahwa konflik peran ganda
merupakan suatu konflik atau pertentangan antara kepentingan pekerjaan
dan kepentingan keluarga,dimana seringkali individu akan mengalami
tekanan berkaitan dengan kedua kepentingan tersebut. Selanjutnya
Anoraga menyebutkan bahwa konflik peran ganda dapat dikatakan
sebagai work-family conflict atau konflik pekerjaan-keluarga.
Berdasarkan uraian yang ada di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa konflik peran ganda adalah suatu kondisi atau keadaan dimana
telah terjadi pertentangan pada wanita karir dikarenakan harus memilih
antara memenuhi peran sebagai ibu rumah tangga atau peran polisi
wanita pada waktu yang sama.
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
9
2. Aspek-Aspek Konflik Peran Ganda Pada Wanita
Menurut Kopelman dan Burnley (dalam Suryadi, 2004) terdapat
enam aspek dalam konflik peran ganda. Keenam aspek tersebut yaitu :
a. Aspek pengasuhan anak, orang tua khususnya seorang wanita yang
mengalami konflik peran ganda mencemaskan kesehatan anak,
perhatian terhadap anak, kondisi emosi anak, dan pendidikan anak.
b. Bantuan untuk mengurus pekerjaan rumah tangga, wanita yang
mengalami konflik peran ganda membutuhkan bantuan dalam hal
mengurus rumah tangga (baik dari pihak suami, pembantu rumah
tangga, ataupun bantuan pihak lain).
c. Komunikasi dan interaksi dengan keluarga, melalui komunikasi
semua anggota keluarga dapat mengutarakan kebutuhan, keinginan,
dan keluhan dengan sesama anggota keluarga. Wanita yang
mengalami konflik peran ganda amat dipengaruhi oleh sistem
komunikasi yang diterapkan dalam keluarganya.
d. Waktu untuk keluarga, ketika wanita mengalami konflik peran
ganda seringnya merasakan kekurangan waktu dengan suami, anak-
anak, bahkan untuk dirinya sendiri.
e. Penentuan prioritas, apabila seorang wanita yang mengalami konflik
peran ganda sering mengalami pertentangan prioritas pekerjaan dan
prioritas keluarga, sehingga hal tersebut menimbulkan konflik.
f. Tekanan karier dan keluarga, terdapat tuntutan pekerjaan dalam
setiap individu bekerja tidak terkecuali wanita yang bekerja.
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
10
Tuntutan tersebut tentunya menghadirkan tekanan dalam pekerjaan.
Disamping itu juga terdapat tuntutan keluarga, dimana keluarga akan
menuntut kehadiran wanita karir tersebut untuk menjalankan
perannya dalam keluarga sebagai istri dan ibu.
Menurut Frone, (2000) terdapat aspek yang mempengaruhi konflik
peran ganda pada wanita, yaitu :
a. Tekanan sebagai orang tua, dimana tekanan sebagai orang tua
merupakan beban kerja bagi orang tua dalam keluarga. Beban yang
ditanggung bisa berupa beban pekerjaan rumah tangga karena anak
tidak dapat membantu, dan adanya kenakalan remaja.
b. Tekanan dalam perkawinan, tekanan perkawinan merupakan beban
sebagai istri di dalam keluarga. Beban yang ditanggung bisa
merupakan pekerjaan rumah tangga dikarenakan suami tidak bisa
dan tidak dapat membantu, tidak adanya dukungan suami, tingkat
kepuasan perkawinan, dan pengambilan keputusan suami yang
dilakukan secara sepihak.
c. Kurangnya keterlibatan sebagai istri, keterlibatan sebagai istri dapat
berupa kesediaan istri untuk menemani suami dan sewaktu
dibutuhkan oleh suami.
d. Kurangnya keterlibatan sebagai orang tua, dapat berupa kesediaan
orang tua untuk menemani anak dan sewaktu dibutuhkan oleh anak.
e. Campur tangan pekerjaan, campur tangan pekerjaan dapat berupa
persoalan-persoalan pekerjaan yang mengganggu hubungan di dalam
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
11
keluarga. Sehingga hal tersebut menyebabkan waktu untuk
hubungan keluarga menjadi tersita.
3. Bentuk-Bentuk Konflik Peran Ganda
Yang, Chen, Choi, dan Zhou (dalam Wirakristama,2011)
menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis work-family-conflict, yaitu :
a. Time-based conflict atau konflik peran ganda yang didasari oleh
pembagian waktu. Waktu yang digunakan untuk menjalankan salah
satu peran (baik itu pekerjaan atau keluarga) akan mengurangi waktu
untuk peran yang lain.
b. Strain-based conflict atau konflik peran ganda yang didasari oleh
tekanan yang berasal dari salah satu peran, dimana tekanan yang
datang dari salah satu peran akan sangat mempengaruhi kinerja
individu untuk menjalani peran yang lain.
c. Behavior-based conflict atau konflik peran ganda yang didasari oleh
perilaku terhadap kedua peran yang dijalani. Hal ini berhubungan
dengan ketidaksesuaian antara perilaku yang diinginkan oleh kedua
peran dengan perilaku individu tersebut ketika menjalani kedua
peran tersebut.
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
12
4. Sumber-Sumber Konflik Peran Ganda Pada Wanita
Greenhaus dan Beautell (dalam Almasitoh, 2012) menyebutkan
bahwa terdapat empat sumber konflik peran ganda pada wanita, yaitu :
a. Permintaan waktu akan peran yang tercampur pengambilan bagian
dalam peran yang lain.
b. Stres yang dimulai dalam satu peran yang terjatuh dalam peran yang
lain dikurangi dari kualitas hidup dalam peran itu.
c. Kecemasan dan ketegangan yang disebabkan oleh ketegangan dari
satu peran dapat mempersulit peran yang lain.
d. Perilaku yang efektif dan tepat pada suatu peran, tetapi tidak efektif
dan tepat ketika dipindahkan ke peran yang lain.
Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan beban pekerjaan
yang berlebihan dan waktu pekerjaan. Dimana seorang pekerja
dihadapkan kepada beban kerja melebihi apa yang ditugaskannya dan
deadline atau waktu pekerjaan yang diburu-buru. Sedangkan tuntutan
atau tekanan dalam peran keluarga meliputi tuntutan-tuntutan yang
berkaitan dengan urusan rumah tangga dan keluarga.Faktor pemicu
konflik peran ganda (work-family conflict) pada wanita dapat bersumber
dari tekanan pekerjaan atau tekanan yang berasal dari keluarga.Tekanan
tersebut saling berhubungan positif dengan konflik pada urusan keluarga-
pekerjaan (Irwanto, 1998).
Menurut Frone(2000) tekanan pekerjaan meliputi beban pekerjaan,
kurangnya pemberian otonomi dan terjadinya keracunan peran dalam
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
13
lingkungan pekerjaan. Sedangkan tekanan yang berasal dari keluarga
menggambarkan peran individu sebagai orang tua khususnya wanita
sebagai seorang ibu yang juga berperan sebagai seorang istri.Kedua
peran tersebut mengarah pada kualitas peran terhadap masing-masing
peran yaitu sebagai pekerja atau wanita karir dan peran sebagai orang tua
dan istri.
5. Gejala-gejala konflik peran ganda
Paludi (dalam Suryadi, 2004) mengemukakan bahwa area konflik
yang dialami oleh ibu yang bekerja bekisar pada pengaturan rumah
tangga dan perhatian pada anak-anak.Masalah lain juga meliputi
pembagian atau pengaturan waktu, stress dan kelelahan. Hal ini dapat
memicu konflik pada ibu sebagai wanita karir, seperti munculnya rasa
bersalah, kegelisahan, keletihan dan frustasi. Banyak polisi wanita yang
menunjukan kecemasan dan perasaan bersalahterhadap peran sebagai ibu
rumah tangga karena tidak banyak waktu yang diluangkan untuk
keluarga. Apabila telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam
keluarga, ibulah yang paling disalahkan. Perasaan sedih, marah, bingung
dan hal ini menyebabkan konflik yang dalam ibu yang menjadi wanita
karir.
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
14
Mengacu pada uraian di atas dapat dimengerti bahwa konflik peran
ganda dapat diindikasikan dari gejala-gejala berikut :
a. Rasa bersalah
Salah satu fungsi mendasar yang dijalankan ibu rumah tangga adalah
mengasuh dan merawat keluarga. Kebiasaan untuk menomor duakan
kebutuhan-kebutuhan pribadinya sungguh sudah mendarah daging.
Akibatnya, disaat mereka berusaha memenuhi kebutuhan pribadi
mereka sendiri justru timbul rasa bersalah karena konsekuensinya
adalah tidak banyak waktu yang diluangkan untuk keluarga, dan
sepanjang hari meninggalkan rumah.
b. Kegelisahan
Ibu yang berperan ganda dengan jumlah kerja rata-rata 6-8 jam
seiring merasa tidak nyaman sehingga selalu ingin mempersingkat
jam kerjanya untuk mengurangi ketegangan akibat konflik peran
ganda yang dihadapinya.
c. Keletihan
Ibu yang berperan ganda sering merasakan keletihan karena
adanya beban tanggung jawab terhadap pekerjaan dan rumah tangga
dalam waktu yang bersamaan sehingga mengurangi waktu luang ibu
untuk beristirahat.
d. Frustasi
Ibu yang berperan ganda sering dihadapkan pada pilihan yang sulit
antara pendahuluan kepentingan keluarga dengan kepentingan
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
15
pekerjaan seperti seperti kita memilih bekerja lembur. Hal ini sering
menyebabkan sorang ibu yang menjadi wanita karir harus membagi
perhatian yang sama antara keluarga dan pekerjaannya, sehingga
menyebabkan timbulnya frustasi pada wanita karir.
Dampak bagi seseorang wanita dapat memberikan dampak yang
positif seperti timbulnya harga diri, lebih mandiri dan dapat
menunjang kehidupannya. Di sisi lain, dampak negatif dari
pekerjaan dapat berupa penyakit yang timbul akibat melakukan
pekerjaan, kecelakaan dan gangguan-gangguan yang ditimbulkan
oleh lingkungan kerjanya. Sebagai seorang wanita yang sudah
berkeluarga sekaligus menjadi wanita karir, mempunyai peran dalam
keluarga inti sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai pengurus rumah
tangga (Munandar, 2001)
Strong dan DeVault (dalam Suryadi, 2004) mengemukakan
pandangan bahwa tugas seorang ibu yang berperan ganda akan
menjadi lebih berat. Kesulitan yang dihadapi menjadi lebih banyak
dibandingkan dengan ibu yang hanya mengurus suami dan anak-
anak. Ibu yang menjadi wanita karir harus mengatur waktu bagi
keluarganya, namun di sisi lain ibu juga harus bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya. Adanya dualisme peran menimbulkan
beberapa tuntutan yang dapat menimbulkan konflik antar peran yang
dialami oleh ibu, selain harus mengurus keluarga serta mengasuh
anak dengan peran sebagai ibu sebagai wanita karir yangdihadapkan
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
16
pada orientasi pekerjaan demi mencapai tujuan pekerjaannya dengan
baik.
Konflik peran ganda yang dialami oleh ibu sebagai wanita karir
dapat berkurang jika mendapat dukungan sosial dari suaminya. Ibu
sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga (dalam hal ini
suami) sebagai tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana ibu
sedang menghadapi permasalahan. Adapun dukungan emosional
yang dapat diberikan suami berupa pengertian dan perhatian.
Berbeda dengan dukungan informatif, yaitu berupa nasehat yang
diberikan suami dalam memecahkan masalah pekerjaan di kantor.
Apabila suami memberi dukungan seperti tersebut di atas maka istri
atau ibu yang menjadi wanita karir, akan menimbulkan rasa nyaman
dan rasa tidak bersalah jika sesuatu menimpa keluarganya.
Sebaliknya jika suamitidak memberikandukungan pada ibu yang
menjadi wanita karir maka dapat menyebabkan rasa bersalah pada
ibu jika sesuatu menimpa keluarganya. Dukungan sosial yang lain
adalah dukungan penghargaan, yaitu menghormati dan mendorong
istri dalam pekerjaannya dan semua itu pasti akan mempengaruhi
kinerja pada instansiyang bersangkutan.
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
17
B. Dukungan sosial suami
1. Pengertian dukungan sosial
Setiap manusia tidak pernah lepas dari sebuah masalah. Permasalahan
yang ada akan semakin bertambah dan kompleks dan seringkali menekan
individu. Sehingga dalam keadaan tersebut individu sangat
membutuhkan adanya dukungan sosial. Dukungan sosial dapat diperoleh
dari lingkungan sekitar, seperti orang tua, keluarga, rekan kerja, atasan,
saudara dan lain sebagainya. Adanya dukungan sosial yang tinggi dari
lingkungan sekitar akan membuat individu merasa nyaman dan
dimengerti oleh orang lain, sehingga mampu memberikan motivasi bagi
individu. Sebaliknya dukungan sosial yang rendah akan membuat
individu merasa tidak nyaman dan akan timbul perasaan bersalah dari
individu karena tidak adanya atau kurangnya dukungan yang dibutuhkan
individu.
Etzion (dalam Indarjati, 1997) mengartikan dukungan social
sebagai hubungan atau transaksi interpersonal yang di dalamya terdapat
satu atau lebih bantuan dalam bentuk fisik (instrumental), informasi dan
pujian. Selain itu Cobb (dalam Smet, 1994) juga menekankan masalah
dukungan sosial ini orientasi subjektifnya yang memperlihatkan bahwa
dukungan sosial tersebut terdiri atas informasi yang menuntun seseorang
untuk meyakini bahwa ternyata dirinya masih diurus dan disayang.
Cohen dan Syme (1985) yang mendefinisikan dukungan social
secara lebih umum yaitu segala sumber daya yang diberikan oleh orang
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
18
lain. Menurut House (dalam Cohen dan Syme, 1985) dukungan sosial
dapat diartikan sebagai tingkat persepsi seseorang terhadap intensitas
dukungan sosial yang diterimanya dari orang lain. Dari pengertian-
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan
suatu bantuan baik berupa psikologis, fisik maupun finansial yang
diterima seseorang yang berasal dari lingkungan sosial sekitarnya untuk
membantu mengatasi permasalahan orang tersebut.
Fenlason dan Beehr (dalam Indarjati, 1997), mengatakan bahwa
membagi dukungan sosial menjadi dua macam yaitu dukungan
emosional dan dukungan instrumental. Dukungan emosional adalah
perilaku memberikan bantuan atau dukungan dalam bentuk memberi
perhatian dan mendengarkan semua keluhan dengan simpati terhadap
orang lain. Sementara itu dukungan instrumental merupakan perilaku
bantuan dalam bentuk pertolongan yang nyata seperti bantuan fisik.
Sarafino (2011) mengatakan bahwa sumber dukungan sosial yang
utama bagi individu barasal dari keluarga, seperti suami/istri, anak, orang
tua, saudara atau kerabat. Hal ini disebabkan keluarga merupakan
lingkungan utama dan memiliki pengaruh yang paling kuat bagi individu.
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
19
Menurut Safitri (2007) dukungan suami dapat diterjemahkan
sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang ditunjukan dalam bentuk
kerja sama yang positif, ikut membantu menyelesaikan masalah
pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-anak, serta
memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karir atau
pekerjaan istrinya.
Berdasarkan uraian pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa dukungan sosial suami adalah suatu bantuan atau tindakan yang
nyata dari suami yang dirasakan istri, yang memberikan efek fisik,
emosional dan perilaku istri.
2. Aspek-aspek dukungan sosial suami
Menurut Sarafino (2011) dukungan sosial dibedakan menjadi empat
aspek mendasar, yaitu:
a. Dukungan emosi, yaitu meliputi empati, kepedulian, perhatian,
penghormatan positif dan semangat kepada seseorang. Dukungan
emosi memberikan rasa nyaman, jaminan dan aman, rasa memiliki
dan dicintai ketika seseorang dalam situasi stres, misalnya
memberikan dukungan emosi pada seseorang yang kehilangan
pasangan hidupnya. Dukungan emosi membantu seseorang memiliki
rasa kompetensi dan dihargai.
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
20
b. Dukungan instrumental atau alat, yaitu meliputi bantuan langsung,
seperti ketika orang meminjamkan atau memberi uang kepada orang
tersebut atau menolong memberi pekerjaan ketika orang tersebut
membutuhkan pekerjaan.
c. Dukungan informasi, yaitu meliputi memberikan nasihat, arahan,
petunjuk-petunjuk, saran atau umpan balik mengenai bagaimana
orang tersebut bekerja, contohnya seseorang yang sedang sakit
mendapat informasi dari keluarga atau dokter bagaimana mengatasi
penyakit, atau seseorang yang menghadapi keputusan sulit dalam
pekerjaannya, mendapat umpan balik atas idenya dari rekan kerja.
d. Dukungan penghargaan, meliputi ungkapan hormat atau
penghargaan positif untuk orang tersebut, dorongan untuk maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan
perbandingan positif dengan orang lain.
Sedangkan Cutrona dan Orford (dalam Farhati dan Rosyid, 1996)
menyebut ada empat jenis dukungan sosial :
a. Dukungan materi, dukungan ini bisa disebut juga dengan bantuan
nyata (tangible aid) atau dukungan alat (instrument support).
b. Dukungan emosi, yaitu perilaku memberi bantuan atau dukungan
dalam bentuk memberi perhatian dan empati terhadap orang lain.
c. Dukungan penghargaan, dukungan ini terjadi apabila ada ekspresi
penilaian yang positif terhadap individu.
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
21
d. Dukungan informatif, yaitu proses pemberian informasi, nasehat,
saran atau bimbingan untuk memecahkan yang dihadapi.
Berdasarkan uraian yang ada di atas maka yang dimaksud dengan
aspek-aspekdukungan sosial dalam penelitian ini adalah yang
dikemukakan dalam teori Sarafino (2011) yaitu aspek dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan
informatif.
C. Kerangka pemikiran
Gambar. 1 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Ho:Tidak ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan konflik
peran ganda.
Ha:Ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan konflik peran
ganda.
Dukungan social suami
a. Dukungan emosi
b. Dukungan
instrumental alat
c. Dukungan informasi
d. Dukungan
penghargaan
Konflik peran ganda
a. Tekanan sebagai orang tua
b. Tekanan dalam
perkawinan
c. Keterlibatan sebagai istri
d. Keterlibatan sebagai orang
tua
Hubungan Antara Dukungan..., Vandi Nuri Wirawan, Fakultas Psikologi, UMP, 2014