21
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti yang memiliki kesamaan tema. Yang pertama penelitian Riko Purnando (2018) dalam penelitian yang berjudul Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Alam Bengkulu Mahira menejelaskan bahwa beberapa anak berkebutuhan khusus seperti down syndrome, autis, tunagrahita dalam interasksi social beberapa anak sudah dapat berkomunikasi dengan baik dengan anak berkebutuhan khusus lainnya, teman-temannya yang normal, dan juga para guru, akan tetapi ada beberapa anak yang dalam interaksi sosialnya belum dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang disekitarnya. Kedua, penelitian Anisa Az Zahra (2019) dalam penelitian yang berjudul Interaksi Anak Berkebutuhan Khusus menjelaskan bahwa bentuk interaksi sosial anak berkebutuhan khusus di SMA SLB Dharma Bhakti tidak menimbulkan hambatan. Interaksi social yang dilakukan anak berkebutuhan khusus dapat berjalan layaknya anak-anak normal pada umumnya, akan tetapi perbedaannya anak berkebutuhan khusus berkomunikasi menggunakan bahasa yang mereka pahami. Seperti pada anak tunagrahita mereka berkomunikasi dengan bahasa yang sangat sederhana, tidak berbelit-belit, dan sangat jelas. Sedangkan anak tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Di lingkungan sekolah anak- anak berkebutuhan khusus lebih sering berkomunikasi dengan sesama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti yang memiliki kesamaan tema.

Yang pertama penelitian Riko Purnando (2018) dalam penelitian yang

berjudul Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Alam

Bengkulu Mahira menejelaskan bahwa beberapa anak berkebutuhan

khusus seperti down syndrome, autis, tunagrahita dalam interasksi social

beberapa anak sudah dapat berkomunikasi dengan baik dengan anak

berkebutuhan khusus lainnya, teman-temannya yang normal, dan juga para

guru, akan tetapi ada beberapa anak yang dalam interaksi sosialnya belum

dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang disekitarnya.

Kedua, penelitian Anisa Az Zahra (2019) dalam penelitian yang

berjudul Interaksi Anak Berkebutuhan Khusus menjelaskan bahwa bentuk

interaksi sosial anak berkebutuhan khusus di SMA SLB Dharma Bhakti

tidak menimbulkan hambatan. Interaksi social yang dilakukan anak

berkebutuhan khusus dapat berjalan layaknya anak-anak normal pada

umumnya, akan tetapi perbedaannya anak berkebutuhan khusus

berkomunikasi menggunakan bahasa yang mereka pahami. Seperti pada

anak tunagrahita mereka berkomunikasi dengan bahasa yang sangat

sederhana, tidak berbelit-belit, dan sangat jelas. Sedangkan anak tunarungu

berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Di lingkungan sekolah anak-

anak berkebutuhan khusus lebih sering berkomunikasi dengan sesama

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

9

penderita dibandingkan dengan penderita lainnya ataupun anak normal

lainnya. Adapun faktor penghambat anak berkebutuhan khusus dalam

berinteraksi ialah faktor internal yang ada pada diri anak, faktor eksternal,

dan kombinasi faktor internal dan eksternal, ketiga faktor tersebut yang

menghambat anak berkebutuhan khusus dalam berinteraksi dengan orang-

orang di sekitarnya.

Ketiga, penelitian Baiq Ning Riska Hidayat (2018) dalam

penelitian yang berjudul Interaksi Sosial Anak Berkebutuhan Khusus Di

Sekolah Inklusif SDN 3 Praya Kabupaten Lombok Tengah menjelaskan

bahwa Ada beberapa anak berkebutuhan khusus tunagrahita dan lambat

belajar yang dapat menjalin interaksi sosialnya secara wajar di sekolah itu

artinya anak tersebut dapat melakukan penyesuaian sosial di lingkungan

sekolah. Sementara itu, ada anak berkebutuhan khusus tunagrahita dan

lambat belajar yang tidak mampu melakukan interaksi sosial secara wajar,

hal ini teridentifikasi mengalami hambatan yang berbeda-beda, hal ini

berdasarkan dengan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusif SDN 3 Praya

sepeti data yang di dapatkan adalah ada tiga jenis yaitu tungrahita,

lambat belajar, dan cacat fisik.

2. Anak berkebutuhan khusus tunagrahita dan lambat belajar di SDN 3

praya, dapat melakukan interaksi sosialnya secara wajar dengan sesama

anak tunagrahita dan lambat belajar. Artinya, anak berkebutuhan khusus

tunagrahita dan lamabat belajar dapat menjalin kontak sosial dan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

10

komunikasi dengan sesama anak tunagrahita dan lamabat belajar tanpa

mengalami hambatan.

3. Anak berkebutuhan khusus tunagrahita dan lambat belajar mampu

menjalin interaksi social dengan teman-temannya yang normal dan juga

dengan para guru.

Dari uaraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa persamaan

penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-

sama tentang interaksi social anak berkebutuhan khusus saat berada di

lingkungan sekolah, adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan

penelitian yang akan dilakukan ialah pada penelitian terdahulu hanya

meneliti tentang interaksi social sedangkan penelitian yang akan dilakukan

juga meneliti tentang penerimaan social anak berkebutuhan khusus saat

berada di lingkungan sekolah dan secara umum pada penelitian terdahulu

difokuskan pada anak berkebutuhan khusus tertentu, sedangkan pada

penelitian yang akan dilakukan fokus penelitiannya anak berkebutuhan

khusus secara umum.

B. Konsep Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Menurut Baswori (2005:138) interaksi social merupakan hubungan

dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan

kelompok maupun orang dengan kelompok manusia.

Sedangkan Gilin dan Gilin berpendapat interaksi social merupakan

hubungan social yang dinamis yang mana menyangkut hubungan

antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

11

maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia

(Soekanto, 2014:55)

Selanjutnya dalam Ahmadi (2007:49) Bonner mendefinisikan

interaksi social adalah hubungan antara perorangan atau lebih, yang

mana individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki

kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi social

merupakan hubungan yang timbal balik antara dua orang atau lebih,

masing-masing individu tersebut terlibat di dalamnya, memainkan

peran secara aktif dan hubungan tersebut bisa mempengaruhi,

mengubah, dan memperbaiki individu yang satu dengan individu yang

lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari tentuya manusia saling

membutuhkan, hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk social,

interaksi social merupakan sebuah kunci dari kehidupan social

manusia, dengan adanya komunikasi ataupun interaksi antara satu

sama lainnya dengan demikian kehidupan social dapat berjalan dengan

baik, jika tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antara satu sama

lainnya maka tidak memungkinkan adanya kehidupan bersama dan

jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak

dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok social yang saling

berinteraksi, maka dari itu dapat dikatakan bahwa interaksi merupakan

dasar dari suatu bentuk proses social itu sendiri.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

12

2. Ciri-ciri Interaksi Social

Adapun menurut Baswori (2005:139) ciri-ciri interaksi social sebagai

berikut :

a. Pelaku lebih dari satu orang.

b. Komunikasi antar pelaku menggunakan symbol-symbol.

c. Adanya dimensi waktu yang menentukan sifat aksi yang sedang

berlangsung.

d. Adanya kesamaan tujuan atau tidak.

Sependapat dengan Baswori, Wulansari (2009:39) menyatakan ciri-ciri

interaksi social diantaranya :

a. Jumlah pelaku lebih dari satu orang.

b. Komunikasi menggunakan symbol-symbol antar pelakunya.

c. Adanya dimensi waktu, yang menetapkan sikap dari aksi yang

sedang berlangsung.

d. Adanya tujuan yang dimaksud.

3. Syarat Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi

dua syarat yaitu kontak sosial (social contact) dan komunikasi

(communication).

1. Kontak social (social contact)

Kontak social menurut Baswori (2005:140) merupakan

hubungan antara satu orang atau lebih melalui percakapan dengan

saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-msing dalam

kehidupan msyarakat, konflik sosial pihak dengan pihak lainnya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

13

Kontak tidak langsung maupun secara langsung adalah kontak

sosial yang menggunakan alat sebagai perantara, misalnya melalui

telepon, radio, surat, dan lain-lain.

Kontak social menurut Soekanto (2014:59) dapat

berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :

1. Antara orang perorangan.

2. Antara orang perorangan dengan kelompok manuasia atau

sebaliknya.

3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia

lainnya.

2. Komunikasi

Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang

memberikan tafsiran pada prilaku orang lain (yang berwujud

pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan

apa yang ingin di sampaikan oleh orang tersebut. Orang yang

bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang

ingin di sampaikan oleh orang lain tersebut (Soekanto, 2014:60).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi mirip

dengan kontak social, adanya kontak belum tentu berarti

komunikasi telah terjadi. Komunikasi sendiri menuntut adanya

pemahaman makna atas satu pesan dan tujuan bersama antara

masing-masing pihak. Misalnya orang sunda bertemu dan berjabat

tangan dengan orang jawa, lalu mereka berbicara menggunakan

bahasa daerah masing-masing. Dalam contoh tersebut, kontak

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

14

social sebagai syarat pertama telah terjadi, akan tetapi komunikasi

belum terjadi karena keduabelah pihak tidak saling mengerti dan

interaksi sosialpun tidak terjadi. Apabila dihubungkan dengan

interaksi social, kontak tanpa komunikasi tidak memiliki arti.

4. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Menurut Baswori (2005) secara mendasar ada empat macam

bentuk interaksi social yang ada dalam masyarakat yaitu Kerja sama

(cooperation), Persaingan (competition), Akomodasi atau penyesuaian

diri (accomodation), Pertentangan atau pertikaian (canflict).

a. Kerja sama

Kerja sama adalah suatu bentuk proses social di mana di dalamnya

terdapat aktivitas yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama

dengan saling membantu anatara satu dengan yang lainnya.

b. Persaingan

Persaingan merupakan usaha untuk mencapai suatu yang lebih

daripada orang lain. Persaingan biasanya bersifat individu, apabila

hasil dari persaingan itu dianggap cukup untuk memenuhi

kepentingan pribadi.

c. Akomodasi

Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan anatara kedua belah

pihak yang menunjukan keseimbangan yang berhubungan dengan

nilai dan norma social yang berlaku dalam masyarakat.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

15

d. Pertikaian dan pertentangan

Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang kearah

negative, artinya karena di satu pihak bermaksud untuk

mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan

pihak lainnya.

5. Jenis-jenis Interaksi Sosial

Menurut Shaw (Ali, 2011:88) membedakan jenis interaksi menjadi

tiga jenis diantaranya :

a. Interaksi verbal, interaksi verbal dalam prosesnya terjadi dalam

bentuk saling tukar percakapan.

b. Interaksi fisik terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan

kontak dengan menggunakan bahasa tubuh.

c. Interaksi emosional merupakan interaksi yang terjadi apabila

individu melakukan kontak satu sama lain dengan curahan

perasaan.

C. Konsep Penerimaan Sosial

1. Pengertian Penerimaan Sosial

Penerimaan social sendiri berkaitan dengan sikap positif atau

negative dari orang-orang. Penerimaan social sangatlah penting dalam

kehidupan, baik penerimaan diri maupun penerimaan individu dalam

suatu kelompok tertentu. Adapun penerimaan sendiri ialah suatu

keadaan seseorang dapat menerima keadaan apapun yang ada dalam

dirinya sendiri, sedangkan penerimaan dalam suatu kelompok ialah

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

16

dapat diterimanya seseorang di suatu kelompok yang ditunjukan

dengan sikap positif.

Menurut Hurlock (1978:293) penerimaan social berarti dipilih

sebagai teman untuk suatu aktivitas dalam kelompok dimana seseorang

menjadi anggota. Sedangkan menurut Dulisanti (2015:54) penerimaan

social diartikan sebagai perhatian positif yang ditunjukan oleh orang

lain. Perhatian yang positif dari lingkungan sekitar menjadi salah satu

factor seseorang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya, perhatian

positif dari lingkungan sendiri didapat dengan diawali perilaku yang

positif juga sehingga akan adanya timbal balik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan social

merupakan dapat diterimanya seseorang di lingkungan sekitarnya

dengan ditunjukan sikap positif dari lingkungannya tersebut. Agar

dapat diterima oleh lingkungan sosialnya seseorang harus dapat

mengikuti nilai dan norma yang berlalu di dalam lingkungan tersebut.

Akan tetapi berbeda dengan anak berkebutuhan khusus yang biasanya

sulit memahami aturan-aturan yang ada di lingkungannya sehingga

dalam hal ini orang-orang yang ada di sekitar anak berkebutuhan

khusus sebaiknya memahami keadaannya dengan menerimanya

dengan baik.

2. Ciri Penerimaan Sosial

Hurlock (1978:296) menyatakan bahwa ada beberapa ciri yang

menyebabkan seseorang diterima, yang disebut dengan sindrom

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

17

penerimaan atau sekumpulan ciri yang memungkinkan timbulnya

penerimaan dari orang lain, diantaranya :

a. Hampir semua anak yang diterima secara social bersifat ramah dan

kooperatif.

b. Dapat menyesuaikan diri tanpa menimbulakn kekacauan di

lingkungannya.

c. Mengikuti peraturan yang ada dalam suatu kelompok atau

masyarakat.

d. Mau berbagi sesuatu yang dimilikinya.

e. Mau berbagi dalam setiap permainan yang dimainkan secara

berkelompok.

f. Memiliki sikap tanggung jawab.

g. Berorientasi pada kelompok dan tidak egoisentris.

h. Bersikap apa adanya, tidak berlebihan dalam penyesuaian dirinya.

3. Faktor Penerimaan Sosial

Mappiare (1982:170) menyatakan bahwa seseorang yang dapat

diterima secara social memiliki beberapa factor diantaranya :

a. Performance (penampilan) dan perbuatan diantaranya : tampang

yang baik atau rapi serta active dalam urusan kelompok.

b. Kemampuan dalam berpikir diantaranya : memiliki inisiatif,

banyak memikiran kepentingan kelompok dan mengemukakan

buah pikiran.

c. Sikap,sifat dan perasaan diantaranya : bersikap sopan,

memerhatikan orang lain, penyabar atau dapat menahan amarah,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

18

suka menyumbangkan pengetahuannya pada orang lain terutama

pada anggota kelompok yang bersangkutan.

d. Keperibadian diantaranya : jujur dan dapat dipercaya serta

bertanggung jawab dan suka menjalankan pekerjaannya, menaati

peraturan-peraturan kelompok, serta mampu menyesuaikan diri

dalam kehidupan social.

e. Pemurah atau tidak pelit tidak kikir.

Mappiare (1982:171) juga menambahkan bahwa seseorang yang

ditolak secara social dikarena beberapa factor diantanya :

a. Performance (penampilan) dan perbuatan diantanya : sering

menantang, malu-malu dan sering menyendiri.

b. Kemampuan pikir diantaranya : bodoh atau dapat dikatakan tolol.

c. Sikap dan sifat diantaranya : suka melanggar norma serta nilai-nilai

yang ada dalam kelompok, suka menguasai anak yang lain, suka

curiga dan suka melakukan kemauannya sendiri, dan factor yang

lainnya yaitu :

d. Factor rumah yang terlalau jauh dari rumah teman kelompoknya.

D. Hubungan Antara Interaksi Sosial dan Penerimaan Sosial

Thibaut dan Kelly (Ali, 2011:87) mendefinisikan interaksi social

merupakan sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika

dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu

sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Menurut Walgito (2004:57)

interaksi social adalah hubungan antara individu satu dengan individu

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

19

yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau

sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi social

merupakan suatu hubungan yang mempertemukan individu satu dengan

individu, kelompok dengan kelompok, atau individu dengan kelompok

ataupun sebaliknya. Interaksi dapat mempengaruhi kehidupan individu

yang melakukan interaksi itu sendiri, artinya interaksi social mempunyai

dampak yang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup.

Menurut Hurlock (1978:293) penerimaan social berarti dipilih

sebagai teman untuk suatu aktivitas dalam kelompok di mana seseorang

menjadi anggota. Dalam perkembangan social, setiap orang membutuhkan

kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kemampuan

interaksi social setiap orang tentu berbeda-beda, oleh karena itu setiap

orang harus memiliki kemampuan interaksi social yang baik agar

terciptanya hubungan yang baik pula antar individu.

Pada perkembangan sosialnya anak sangat tergantung pada

penerimaan orang-orang di sekitarnya, lingkungan social sangat perperan

penting dalam perkembangan anak. Semua orang memiliki sejumlah

kebutuhan social dasar, diantaranya seperti kasih sayang, kebutuhan akan

keikutsertaan dan diterima dalam kelompok, kebutuhan akan pengakuan

dari orang lain, kebutuhan untuk dihargai, teman yang menyenangkan,

keakraban dan penerimaan oleh lingkungan social.

Besarnya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan social anak

mengharuskan akan melakukan apa saja untuk dapat diterima di

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

20

lingkungannya, penerimaan orang-orang di lingkungan sekitar didasari

oleh kemampuan dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

Seseorang agar dapat di terima dalam lingkungannya harus dapat

menyesuaikan dengan lingkungannya tersebut. Penyesuaian itu meliputi

rasa saling menghargai, kemampuan dalam berpikir, sikap dan prilaku

serta partisipan dalam lingkungan tersebut.

Seseorang yang merasa bahwa lingkungannya dapat menerimanya

maka akan tahu bagaimana seharusnya berprilaku dalam lingkungan

tersebut. Sebaliknya apabila mereka memandang bahwa mereka tidak

diterima oleh lingkungannya maka akan berakibat negative seperti ruang

sosialisasi maupun interaksi dengan orang-orang disekitarnya menjadi

sempit sehingga akan menjadikan orang menjadi tertutup, kurang percaya

diri, dan susah untuk berkerja sama.

Berkaitan dengan kemungkinan adanya hubungan antara

kemampuan interaksi social dengan penerimaan orang-orang disekitar

dapat dikatakan bahwa seseorang mampu berinteraksi dengan baik akan

mudah di terima oleh lingkungannya. Dengan kata lain semakin baik

tingkat interaksi social dengan orang-orang di sekitar maka semakin baik

pula tingkat penerimaan sosialnya dan malah sebaliknya, jika semakin

rendah tingkat interaksi sosialnya maka penerimaan sosialnya pun akan

semakin rendah.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

21

E. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Desiningrum (2016:1-2) anak berkebutuhan khusus ialah

anak yang memerlukan penanganan khusus dikarenakan adanya

gangguan perkembangan dan kelaianan yang dialaminya. Berkaitan

dengan istilah disability, maka anak berkebutuhan khusus adalah anak

yang memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan

baik itu bersifat fisik maupun yang bersifat psikologis.

Ramadhan (2013:10) Anak berkebutuhan khusus ialah mereka

yang memiliki perbedaan dengan rata-rata anak seusianya atau anak-

anak pada umumnya. Sedangkan Heward (Nuraini, 2017:2)

mengungkapkan anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan

karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa

selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan

khusus ialah anak yang istimewa yang berbeda dengan anak-anak pada

umumnya. Dalam proses pertumbuhannya anak berkebutuhan khusus

tidak sama dengan anak lainnya, sehingga akan memungkinkan anak

berkebutuhan khusus memiliki sikap menghindar, rendah diri, dan

memiliki minat belajar yang sangat rendah.

Anak berkebutuhan khusus memiliki pernbedaan baik perbedaan

intraindividual yang signifikan yang mengalami kesulitan dalam

berinteraksi social sehingga dalam menegembangkan potensinya di

butuhkan pendidikan dan pengajaran yang tidak sama sperti anak pada

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

22

umumnya. Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah yang

digunakan untuk anak-anak istimewa, anak-anak luar biasa yang

mengalami kelainan dalam konteks pendidikan.

2. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut (IDEA) Individuals with Disabilities Education Act

Amandements mengklasifikasikan anak berkebutuhan khusus sebagai

berikut (Desiningrum, 2016:7-8) :

a. Anak dengan ganguan fisik :

1. Tunanetra, yaitu anak yang indera penglihatannya tidak

berfungsi (blind/lowvision).

2. Tunarungu, yaitu anak yang kehilangan seluruh atau sebagaian

dari pendengarannya.

3. Tunadaksa, yaitu anak yang mengalami kalainan atau cacat

yang menetap pada alat gerak seperti pada tulang, sendi dan

otot.

b. Anak dengan gangguan emosi dan prilaku :

1. Tunalaras, yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam hal

penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan

norma yang berlaku.

2. Tunawicara, yaitu anak yang memiliki gangguan komunikasi

seperti kelainan suara, artikulasi (pengucapan).

3. Hiperaktif, secara psikologis hiperaktif adalah gangguan

tingkah laku yang tidak normal, yang disebabkan disfungsi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

23

neurologis dengan gejala utama tidak dapat mengendalikan

gerakan dan memusatkan perharian.

c. Anak dengan gangguan intelektual.

1. Tunagrahita, yaitu anak yang secara nyata mengalami

hambatan dan keterbelakangan mental.

2. Anak lamban belajar (slowleaner), yaitu anak yang memiliki

potensi intelektual sedikit di bawah normal.

3. Anak berkesulitas belajar khusus, yaitu anak yang secara nyata

mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus.

4. Anak berbakat, yaitu anak yang memiliki bakat atau

kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang diatas anak-anak

seusianya (anak normal), sehingga mewujudkan potensinya

menjadi prestasi nyata memerlukan pelayanan pendidikan

khusus.

5. Autism, yaitu gangguan yang disebabkan oleh adanya

gangguan pada system syaraf pusat yang mengakibatkan

gangguan dalam interaksi social.

6. Indigo, yaitu manusia yang sejak lahir mempunyai kelebihan

khusus yang dimiliki manusia pada umumnya.

F. Konsep Pendidikan Inklusif

Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam

memperoleh kehidupannya termasuk mendapatkan pendidikan yang layak

pendidikan yang merupakan hak yang asasi harus dapat memperoleh

pendidikan yang layak, melekat pada diri semua orang seperti yang tertera

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

24

dalam undnag-undang dasar 1945 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi setiap

warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

Pendidikan yang layak tidak hanya penting bagi anak normal pada

umumnya, sama halnya dengan anak berkebutuhan khusus juga sangat

membutuhkan pendidikan. Anak berkebutuhan khusus sama halnya

dengan anak-anak pada umumnya yang wajib mendapatkan pendidikan,

sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang System

Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5 ayat I yang menyatakan bahwa setiap

warga negara mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh

pendidikan yang bermutu, dalam hal ini termasuk di dalamnya anak yang

berkebutuhan khusus. Sistem pendidikan inklusi memberikan kesempatan

belajar pada anak-anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak-anak

pada umumnya, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan

kehidupan sehari-hari. Hal ini sependapat dengan Shevin (Sunaryo,

2009:6) yang menyatakan bahwa pendidikan inklusif ialah system

layanan pendidikan yang mensyaratkan untuk semua anak berkelainan

dilayani di sekolah terdekat, di kelas yang sama bersama anak regular

lainnya.

Seperti pada pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republic Indonesia No. 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif Bagi

Peserta Didik yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki Potensi Kecerdasan

Dan/Atau Bakat Istimewa bahwa pendidikan inklusif adalah system

penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua

peserta didik yang memliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan/atau

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

25

bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu

lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada

umumnya.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan

inklusi adalah hak azasi manusia atas pendidikan. Suatu konsekuensi logis

dari hak ini adalah semua anak mempunyai hak untuk menerima

pendidikan yang tidak mendiskriminasikan dengan kecacatan, etnis,

agama, bahasa, jenis kelamin, kemampuan dan lain sebagainya.

G. Konsep Lingkungan Sekolah

1. Lingkungan Sekolah

Menurut Sabdulloh (2010:196) bahwa sekolah merupakan

lingkungan pendidikan yang dirancang dan dilaksanakan dengan

aturan-aturan yang berjenjang dan berkesinambunga, sehingga dapat

disebut pendidikan formal dan sekolah adalah lembaga khusus, suatu

wahana, suatu tempat untuk menyelenggarakan pendidikan, yang di

dalamnya terdapat suatu proses belajar mengajar untuk mencapai

tujuan pendidikan. Sedangkan Dalyono (2009:59) berpendapat bahwa

sekolah sebagai tempat yang ikut mempengaruhi tingkat keberhasilan

belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum

dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di

sekolah, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semuanya

ikut serta dalam mempengaruhi keberhasilan anak.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa lingkungan sekolah

merupakan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar yang telah

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

26

di rancang sesuai dengan ketentuan-ketentuan tertentu yang dapat

mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

2. Unsur-unsur Lingkungan Sekolah

Slameto (2010:64-69) menyatakan bahwa ada beberapa unsur

dalam lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap belajar yaitu :

a. Metode mengajar

Dalam hal ini metode mengajar dapat mempengaruhi belajar,

metode guru yang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang

baik pula dan malah sebaliknya.

b. Kurikulum

Kurikulum menyajikan bahan pembelajaran agar siswa dapat

menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran.

c. Relasi guru dengan siswa

Hubungan yang baik antara guru dan siswa akan mendorong

peserta didik untuk menyukai guru dan pada akhirnya juga akan

menyukai materi pembelajaran sehingga mereka berusaha untuk

mempelajari meteri tersebut dengan sebaik-baiknya.

d. Relasi siswa dengan siswa

Menciptakan relasi dengan baik anatara siswa merupakan hal yang

sangat penting agar dapat memberikan pengaruh yang positif

terhadap proses pembelajaran.

e. Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah mecakup kedisiplinan guru dalam mengajar

dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

27

dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau keteraturan

lingkungan sekolah.

f. Fasilitas sekolah

Fasilitas sekolah atau alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan

dapat menunjang prestasi belajar yang optimal.

g. Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di

sekolah.

h. Standar belajar di atas ukuran

Guru berusaha untuk mempertahankan wibawanya, dimana guru

perlu memeberikan pelajaran diatas ukuran standar. Akibatnya

siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru oleh karena itu

guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan

kemampuan masing-masing siswa.

i. Keadaan gedung

Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik

mereka masing-masing menuntut keadaan gedung harus memadai

di dalam setiap kelas.

j. Metode belajar

Siswa harus memilih metode belajar yang tepat dan cukup istirahat

akan meningkatkan hasil belajar.

k. Tugas rumah

Waktu belajar yang utama adalah di sekolah. Disamping untuk

belajar waktu dirumah biarlah untuk kegiatan-kegiatan lainnya.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu II.pdf8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

28

3. Macam-macam Lingkungan

Walgito (2004:51) berpendapat bahwa lingkungan secara garis

besar dibedakan menjadi dua diantaranya :

a. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik merupakan lingkungan yang ada di sekitar

manusia yang berupa kondisi alam, misalnya keadaan tanah,

keadaan musim, dan sebagainya.

b. Lingkungan social

Lingkungan social merupakan lingkungan masyakarat. Dalam hal

ini lingkungan social dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Lingkungsn social primer

Dalam hal ini hubungan anggota satu dengan anggota yang

lainnya saling mengenal dengan baik, sehingga pengaruh

lingkungan social primer sangat memiliki peranan yang

penting.

2. Lingkungan social sekuder

Hubungan anggota yang satu dengan anggota lainnya sedikit

longgar hal ini dikarenakan antara anggota yang satu dengan

anggota yang lainnya dalam lingkungan sekunder kurang atau

saling mengenal satu sama lain.