Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian
ini sehingga memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian
yang dilakukan. Berikut tabel 2.1 terkait penelitian terdahulu yang dilakukan :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
NO Nama Peneliti Metode Variabel Hasil
1. Ria Manurung Analisis
regresi
berganda
- Inflasi
- Suku bunga
- Kurs
- IHSG
inflasi, suku bunga SBI,
dan kurs secara simultan
berpengaruh terhadap
IHSG. Inflasi dan suku
bunga SBI secara parsial
berpengaruh negative
signifikan terhadap
IHSG, hal ini berarti
peningkatan inflasi dan
suku bunga SBI dapat
mengakibatkan
penurunan nilai IHSG.
2. Arief
Nurdiannova
Qurochman
Analisis
regresi
berganda
- Inflasi
- Jumlah
uang
beredar
- Kurs
Rupiah
Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa dari
keempat variabel
independen yang
disebutkan, hanya kurs
Rupiah dan jumlah uang
12
NO Nama Peneliti Metode Variabel Hasil
- Neraca
perdaganga
n Indonesia
- SRI-
KEHATI
beredar yang berpengaruh
terhadap indeks harga
saham.
3. Vitra Islami
Ananda
Widyasa dan
Saparila
Worokinasih
Analisis
regresi
berganda
- Inflasi
- Nilai tukar
Rupiah
- Tingkat
suku bunga
domestik
- Indeks
Saham
Syariah
Indonesia
(ISSI)
Hasil dalam penelitian ini
menyebutkan bahwa
secara pasrial tingkat
inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Indeks Saham Syariah
Indonesia, nilai tukar
Rupiah dan juga tingkat
suku bunga domestik
berpengaruh signifikan
dan memiliki hubungan
nnegativeterhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia.
Perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya yaitu ada
pada objek, periode penelitian, dan alat analisis yang digunakan. Pada penelitian
ini menggunakan teknik analisis jalur karena menggunakan variabel intervening.
Persamaan dari penelitian sekarang dengan sebelumnya yaitu terletak pada
variabelnya yakni inflasi, kurs Rupiah/US Dollar, dan suku bunga.
B. Tinjauan Pustaka
1. Teknik Analsis Pasar
13
Teknik yang benar dalam analisis akan mengurangi risiko bagi investor dalam
berinvestasi. Secara umum, ada banyak teknik analisis dalam melakukan
penilaian investasi, tetapi yang paling banyak dipakai adalah analisis yang
bersifat fundamental, analisis teknikal (Anoraga, dan Pakarti, 2001).
a. Analisis Fundamental
Analisis ini sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan.
Data yang dipakai dalam analisis fundamental menyangkut data-data
historis, yaitu data-data yang telah lewat. Analisis ini sering disebut
dengan Company analyisis. Di dalamnya menyangkut analisis tentang
kekuatan dan kelemahan dari perusahaan, bagaimana kegiatan
operasionalnya, dan juga bagaimana prospeknya di masa yang akan
datang. Analisis fundamental merupakan studi yang mempelajari hal-hal
yang berhubungan dengan keuangan suatu bisnis dengan maksud untuk
lebih memahami sifat dasar dan karakteristik perusahaan publik yang
menenerbitkan saham.
b. Analisis Teknikal
Analisis ini cukup sering dipakai oleh calon investor, dan biasanya data
yang digunakan dalam analisis ini berupa grafik, atau program komputer.
Dari grafik atau program komputer dapat diketahui bagaimana
kecendrungan pasar, sekuritas, atau future komoditas yang akan dipilih
dalam berinvestasi Meskipun biasanya analisis ini digunakan untuk
analisis jangka pendek dan jangka menengah tetapi sering juga digunakan
untuk menganalisis dalam jangka panjang, yang didukung juga dengan
14
data- data lain. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan
posisi keuangan perusahaan.
2. Indeks Harga Saham
Darmadji dan Fakhruddin (2012), menyatakan bahwa pergerakan harga
saham dapat ditunjukan atau dilihat melalui Indeks Harga Saham. Indeks
Harga Saham berperan sebagai indikator penting pasar, artinya pergerakan
indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu masa, apakah pasar tersebut
sedang aktif atau lesu.
a. Jenis-jenis Indeks Harga Saham
Menurut Sunariyah (2011), berikut ragam bentuk penyajian Indeks
Harga Saham :
1) Indeks Harga Saham Individual
Indeks harga saham individual merupakan serangkaian informasi
yang menunjukkan pergerakan harga tiap saham sampai pada tanggal
tertentu. Bursa Efek Indonesia setiap harinya menyajikan pergerakan
harga saham berdasar harga penutupan dan menunjukkan nilai yang
memiliki fungsi sebagai pengukur kinerja saham di Bursa Efek
Indonesia.
2) Indeks Harga Saham Gabungan
a) Seluruh Saham
Indeks harga saham gabungan seluruh saham merupakan nilai
pengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di bursa
efek. Gabungan seluruh saham yang dimaksut yaitu kinerja saham
15
yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat
di bursa efek tersebut.
b) Indeks Harga Saham Kelompok
Indeks Harga Saham kelompok merupakan suatu nilai yang
berfungsi untuk mengukur kinerja kelompok saham yang terdapat
pada Bursa Efek Indonesia.
b. Fungsi-Fungsi Indeks Harga Saham
Darmadji dan Fakhruddin (2012), menyatakan bahwa indeks harga
saham memiliki lima fungsi yaitu :
1) Sebagai indikator penting di pasar
2) Sebagai indikator tingkat keuntungan
3) Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif
4) Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu deposito
5) Memfasilitasi berkembangnya produk derivative
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham
Menurut Samsul (2015), faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan yang ada pada suatu Negara yaitu kondisi makro
perekonomian dari Negara itu sendiri. Faktor-faktornya sebagai berikut :
1) Inflasi
2) Perubahan kurs Rupiah terhadap Dollar
3) Tingkat bunga pinjaman
4) Kenaikan pajak penghasilan badan usaha
5) Kebijakan pemerintah
16
6) Perubahan tingkat bunga yang dikeluarkan oleh the fed berpengaruh
dalam pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kondisi makro ekonomi yang mengalami perubahan entah itu positif
atau negative pada suatu Negara hal itu akan berdampak pada minat
investor untuk melakukan jual beli saham perusahaan yang
bersangkutan, hal ini karena investor akan mengkalkulasi dampaknya
terhadap kinerja perusahaan di masa mendatang. Kegiatan jual dan beli
ini mengakibatkan terjadinya perubahan harga saham, dan pada akhirnya
hal tersebut dapat mempengaruhi indeks pasar modal di Negara tersebut.
3. Paritas Suku Bunga (Interest Rate Parity-IPR)
Madura (2012), menyatakan bahwa paritas suku bunga merupakan
selisih suku bunga antara dua valuta yang diimbangi oleh selisih kurs
forward dengan kurs spot. Ketika suku bunga meningkat di dalam negeri
lebih besar daripada suku bunga luar negeri, maka aliran dana yang masuk
akan meningkat pula. Peningkatan aliran dana masuk mengakibatkan
jumlah valuta asing ikut maningkat dan nilai tukar uang domestik
mengalami apresiasi. Meningkatnya suku bunga akan mengakibatkan minat
masyarakat untuk berinvestasi rendah dan memilih untuk menabungkan
dananya di bank dalam negeri. Meningkatnya jumlah simpanan di bank
dapat mengurangi permintaan valuta asing dalam negeri dan nilai tukar
apresiasi.
4. Inflasi
17
Inflasi merupakan menurunnya daya beli uang atau juga dapat
dikatakan naiknya harga secara umum. Definisi di atas memberikan makna
bahwa, kenaikan harga barang tertentu atau kenaikan harga karena panen
yang gagal misalnya, tidak termasuk Inflasi. Ukuran Inflasi yang paling
banyak digunakan adalah: Consumer price indeks” atau “ cost of living
indeks”. Indeks ini dilihat berdasar pada harga satu paket barang yang telah
dipilih dan mewakili pola suatu pengeluaran konsumen. Kecenderungan dari
harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang tidak dapat disebut Inflasi,
kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan kenaikan kepada
barang lainnya. Definisi singkat dari Inflasi adalah kecenderungan dari harga-
harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari
satu atau dua barang saja tidak disebut Inflasi. Syarat adanya kecenderungan
menaik yang terus menerus juga perlu digaris-bawahi. Kenaikan hargaharga
karena, misalnya, musiman, menjelang hari raya, bencana, dan sebagainya,
yang sifatnya hanya sementara tidak disebut Inflasi. Faktor penyebab inflasi
diantaranya
a. Inflasi permintaan
Inflasi permintaan ialah inflasi yang ditimbulkan akibat adanya interaksi
antara permintaan dan penawaran domestik dalam jangka panjang. Inflasi
dari permintaan akan timbul apabila permintaan agregat berbeda dengan
penawaran agregat atau potensi output yang tersedia.
b. Inflasi penawaran
18
Inflasi penawaran atau yang sering disebut sebagai cost push atau supply
shock inflation. Inflasi penawaran ini disebabkan oleh kenaikan biaya
produksi atau kenaikan biaya pengadaan baran dan jasa.
c. Inflasi Ekspektasi
Inflasi ekspektasi ini biasanya disebabkan oleh ekspektasi para pelaku
ekonomi yang didasari pada perkiraan yang akan datang akibat adanya
suatu kebijakan pemerintah yang diterapkan oleh pemerintah saat ini.
Berdasarkan skala penilaian inflasi, terdapat empat kategori inflasi yang
biasa dipakai, sebagai berikut :
a. Inflasi Ringan
Inflasi disebut ringan karena skala inflasi berada dibawah 10%
b. Inflasi Sedang
Inflasi ini dianggap tidak efektif bagi perekonomian suatu Negara
karena dianggap mampu mengganggu dan bahkan mengancam
perekonomian.
c. Inflasi Berat
Inflasi Berat mengacu pada sektor ekonomi yang sudah mulai
mengalami kelumpuhan kecuali yang dikuasai oleh Negara.
d. Inflasi Sangat Berat
Kondisi inflasi yang berada pada posisi satu digit bahkan berada di
bawah 5% pertahun merupakan kondisi inflasi yang dianggap banyak
memberikan kenyamanan bagi banyak pihak, namun hal yang ditakuti
19
yaitu berada dalam hyper inflasi dengan kenaikan harga sebesar 100%
(seratus persen) atau bahkan lebih dalam satu tahun.
5. Kurs Rupiah/US Dollar
Menurut Rahardjo (2009), kurs Rupiah adalah harga per unit mata uang
asing terhadap mata uang domestic ataupun sebaliknya. Kurs Rupiah yang
berfluktuasi dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan, lalu muncul istilah
apresiasi dan depresiasi. Apresiasi merupakan penguatan suatu nilai mata
uang Negara terhadap mata uang Negara lain, sedangkan depresiasi
merupakan melemahnya nilai mata uang suatu Negara terhadap Negara lain.
Kurs Rupiah merupakan perbandingan harga mata uang Rupiah
terhadap mata uang asing. Perdagangan yang terjadi antar Negara yang
masing-masing Negara memiliki alat tukar yang berbeda mengharuskan
terdapat angka yang membandingkan antara nilai mata uang satu dengan mata
uang lainnya atau disebut kurs valuta asing (kurs).
Kurs valuta asing dapat diukur dengan dua cara, cara yang pertama
adalah indirect quote fungsinya ialah untuk menunjukkan jumlah mata uang
luar negri yang di butuhkan untuk membeli (menukarkan) satu satuan mata
uang dalam negeri. Sedangkan cara kedua adalah direct quote yang berfungsi
untuk menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk
membeli (menukarkan) kedalam satuan mata uang luar negeri. Beberapa teori
yang berhubungan dengan kurs valuta asing (Berlianta, 2004) :
a. Balance of Payment Approach
20
Pendekatan ini didasari pada pendapat bahwasanya kurs valuta asing
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permitaan terhadap valuta
tersebut, adapun alat yang digunakan untuk mengukur kekuataan
penawaran dan permintaan tersebut adalah Balance of payment. Apabila
Balance of Payment suatu negara mengalami defisit maka dapat diartikan
bahwa penghasilan dalam negara tersebut lebih kecil daripada
pengeluaran, maka permintaan valuta asing akan bertambah guna
membayar defisit tersebut, nilai tukar tersebut akan cenderung mengalami
penurunan begitu juga sebaliknya.
b. Purchasing Power Parity
Teori ini berusaha untuk menghubungkan nilai tukar dengan daya beli
valuta suatu negara terhadap barang dan jasa, pendekatan ini
menggunakan Low of One Price sebagai dasar. Dalam Low of One Price
disebutkan bahwa dua barang yang identik (sama) harusnya memiliki
harga yang sama pula.
c. Fisher Effeck
Menyatakan bahwa tingat suku bunga dalam suatu negara akan sama
dengan tingkat suku bunga riil ditambah tingkat inflasi dalam negara
tesebut. Dengan demikian dapat diartikan bahwa tingkat suku bunga di
satu negara dengan negara lainnya dapat berbeda karena tingkat inflasi
mereka berbeda.
21
d. International Fisher Effect
Asumsi ini didasari oleh Fisher Effect, yang menyatakan bahwa
pergerakan nilai mata uang dalam suatu negara dibanding dengan negara
lain (pergerakan kurs) diakibatkan oleh suku bunga nominal yang ada di
dalam negara- negara tersebut. Penggunaan International Fisher Effect
seperti seseorang tidak bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya
dengan menanamkan dananya pada suatu negara yang memiliki suku
bunga yang tinggi dikarenakan nilai mata uang yang mengalami suku
bunga yang tinggi tersebut akan terdepresiasi (turun nilainya) sebesar
selisih nominal dengan negara yang memiliki suku bunga yang rendah.
Nilai tukar merupakan harga di dalam pertukaran dan dalam pertukaran
antara 2 macam mata uang yang berbeda, akan terdapat perbandingan nilai
atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang
disebut kurs/exchange rate. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang
sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga didalam negeri
dibandingkan dengan harga-harga diluar negeri.
Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena beberapa hal, diantaranya:
1) Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang valuta
asing. Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valas
atau bank membeli valuta asing, sedangkan kurs jual adalah apabila
mereka menjual maka selisih kurs tersebut merupakan keuntungan
bagi para pedagang.
22
2) Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu
pembayaran. Di dalam pembayaran valas yang lebih cepat akan
mempunyai kurs yang lebih tinggi.
3) Perbedaan kurs karena tingkat keamanan dalam penerimaan hak
pembayaran.
Menurut Sukirno (2010), kurs mata uang asing menunjukkan nilai
mata uang suatu Negara dinyatakan dalam nilai mata uang Negara
lain. Faktor yang mempengaruhi kurs Rupiah yaitu sebagai berikut :
a. Kenaikan harga umum (inflasi)
b. Perubahan suku bunga
c. Perubahan citra masyarakat
d. Perubahan harga ekspor dan impor
e. Pertumbuhan ekonomi
6. Suku Bunga
Menurut Sunariyah (2011), suku bunga yaitu presentase uang pokok
per unit waktu. Bunga deposito menguntungkan bagi investor dikarenakan
suku bunga yang relative tinggi daripada simpanan lainnya dan juga tanpa
resiko. Kebijakan bunga yang rendah mengakibatkan keinginan masyarakat
lebih memilih untuk berinvestasi dan konsumsi daripada menabung,
begitupun sebaliknya. Perekonomian dan kemampuan dari pasar keuangan
dalam penyaluran dana dari orang yang berpeluang untuk berinvestasi
23
produktif dapat tetap berjalan lancar dan stabil apabila terjadi kestabilan
suku bunga yang mendorong pula kestabilan pasar keuangan.
Surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai utang
berjangka waktu pendek yaitu 1 sampai 3 bulan bersistem diskonto bunga
disebut Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Bank Indonesia menggunakan
mekanisme : BI rate” atau Suku Bunga SBI sejak awal Juli 2005 berdasar
edaran dari Bank Indonesia, mekanisme ini yaitu berisikan pengumuman
target dari Suku Bunga SBI yang diinginkan Bank Indonesia untuk
pelanggan.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran merupakan skema atau diagram yang menjelaskan alur
sebuah penelitian. Berdasarkan uraian-uraian di atas disimpulkan bagan
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir di atas menunjukkan bahwa inflasi dan kurs Rupiah/US
Dollar berpengaruh terhadap suku bunga, suku bunga berpengaruh terhadap
Inflasi (X1)
Kurs Rupiah/Us
Dollar (X2)
Suku Bunga (Z) Indeks Harga Saham
SRI-KEHATI(Y)
24
indeks harga saham, inflasi dan kurs Rupiah/US Dollar berpengaruh terhadap
indeks harga saham melalui suku bunga.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu kebenaran yang masih diragukan. Hipotesis
merupakan hasil dari suatu pemikiran yang rasional dan dilandasi oleh teori,
dalil, hukum dan sebagainya (Sanusi, 2011). Berdasarkan kerangka pikir pada
gambar 3 menyatakan hipotesis sebagai berikut :
1. Pengaruh inflasi terhadap suku bunga
Fahmi (2012), menyatakan bahwa stabilitas inflasi dapat
dikendalikan dengan menaikkan suku bunga maka keuntungan investasi
terutama dipasar uang menjadi tidak menarik lagi. Melalui peningkatan
suku bunga tersebut, maka biaya dana dan biaya modal akan menjadi
meningkat pula. Peningkatan biaya tersebut menyebabkan minat
masyarakat untuk berkonsumsi menjadi rendah dan lebih memilih untuk
berinvestasi.
2. Pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham
Fahmi (2012), menyatakan bahwa target inflasi yang tidak tercapai
akan berdampak pada turunnya minat para investor untuk berinvestasi
sehingga kinerja dipasar modal juga menurun. Krisna dan Wirawati (2013),
dalam penelitiannya menyatakan bahwa inflasi berpengaruh terhadap
indeks harga saham.
3. Pengaruh inflasi terhadap indeks harga saham melalui suku bunga
25
Stabilitas inflasi dapat dikendalikan dengan meningkatkan suku
bunga, dengan adanya peningkatan suku bunga menyebabkan keinginan
berinvestasi para investor menjadi rendah, akibatnya beban perusahaan
bertambah dan menjadikan harga saham suatu perusaahan turun (Fahmi,
2012).
4. Pengaruh Kurs Rupiah/US Dollar terhadap suku bunga
Menurut Rahardjo (2009), kurs Rupiah yang mengalami depresiasi
akan menyebabkan Bank Sentral mengeluarkan kebijakan operasi pasar
terbuka dengan meningkatkan suku bunga. Berdasarkan teori Interest Rate
Parity (IRP),yaitu saat suku bunga domestik meningkat lebih besar daripada
suku bunga luar negeri maka mengakibatkan aliran dana masuk akan
meningkat pula. Peningkatan aliran dana masuk mengakibatkan jumlah
valuta asing ikut maningkat dan nilai tukar uang domestik mengalami
apresiasi.
5. Pengaruh Kurs Rupiah/US Dollar terhadap indeks harga saham
Kurs Rupiah yang mengalami depresiasi tajam akan mengakibatkan
dampak negatif terhadap harga saham perusahaan. Kurs Rupiah yang
terdepresiasi akan mengakibatkan saham pada perusahaan impor
mengalami penurunan dan berimbas pada turunnya minat para investor
untuk melakukan investasi sehingga harga saham akan mengalami
penurunan (Samsul, 2015). Penelitian yang dilakukan Widyasa dan
Worokinasih (2018) menyatakan bahwa nilai kurs Rupiah/US Dollar
berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham.
26
6. Pengaruh Kurs Rupiah/US Dollar terhadap indeks harga saham melalui
suku bunga
Menurut Rahardjo (2009), perubahan dari suatu nilai tukar dapat
dipengaruhi salah satunya faktor suku bunga, ketika suku bunga naik dapat
menyebabkan kurs akan terdepresiasi yang menyebabkan minat para
investor untuk berinvestasi rendah dan berakibat pada turunnya harga
saham. Berdasarkan teori paritas suku bunga, Ketika suku bunga meningkat
di dalam negeri lebih besar daripada suku bunga luar negeri, maka aliran
dana yang masuk akan meningkat pula. Peningkatan aliran dana masuk
mengakibatkan jumlah valuta asing ikut meningkat dan nilai tukar uang
domestik mengalami apresiasi.
7. Pengaruh suku bunga terhadap indeks harga saham
Suku bunga pinjaman ataupun deposito yang mengalami kenaikkan
akan berdampak pada turunnya harga saham dipasar modal (Samsul, 2015).
Suku bunga yang tinggi dapat menyebabkan harga saham turun, sedangkan
suku bunga yang rendah akan mengakibatkan harga saham meningkat.
Widyasa dan Worokinasih (2018), dalam penelitiannya menyatakan bahwa
suku bunga berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham.