Upload
hathuy
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori-Teori Tentang Perilaku
Seorang ahli psikologi pendidikan, Benjamin Bloom, membagi perilaku
ke dalam 3 domain (kawasan), yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Terbentuknya perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada omain
kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa
materi atau obyek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada
subyek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk
sikap subyek terhadap obyek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni
obyek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap
atau kenyataan stimulus yang diterima oleh subyek dapat langsung
menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku
baru tanpa mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang
diterimanya. Dengan kata lain tindakan seseorang tidak harus didasari oleh
pengetahuan atau sikap.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu”, yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini pada umumnya
terjadi melalui pancaindera manusia, seperti ; indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sebab dari pengalaman
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
6
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat, yaitu:
a. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu disini
merupakan pengetahuan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain; menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainya.
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secra
benar tentang tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap obyek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
c. Aplikasi
Aplikasi di sini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja;
dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan
dan sebagainya.
7
e. Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghbungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya; dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-
rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya; dapat membandingkan antara
anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan gizi.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakuakn dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat
tersebut di atas.
2. Sikap
Sikap merupakan rekasi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi dari sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu. dalam kehidupan sehari-hari sikap
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Seorang ahli psikologi sosial, Newcomb, menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi adalah “pre-disposisi” tindakan atau perilaku.
8
Sementara itu Alloport menyatakan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu obyek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek
c. Kecenderungan untuk bertindak
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap memiliki 4
tingkatan, yaitu :
a. Menerima
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespons
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang
menerima ide tersebut.
c. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga, atau menghargai.
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu obyek. Penukuran secara langsung dapat
dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotetis, kemudian
ditanyakan pendapat responden.
9
3. Praktik
Ada 4 tingkatan praktik :
a. Persepsi
Mengenal dan memilih obyek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai
dengan contoh adalah indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasan maka ia sudah
mencapai praktik tingkat tiga.
d. Adaptasi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri
tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu
dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat
dilakukan secara langsung, yaitu dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden.
B. Masalah Perilaku Dalam Kesehatan Dan Perubahannya
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya, terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap, praktik atau tindakan yang merupakan respon/ reaksi seorang individu
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam diri manusia.
10
Respon seseorang dapat bersifat pasif tanpa tindakan, berfikir,
berpendapat, bersikap, dan dapat juga bersifat aktif (melalui tindakan). bentuk
operasional perilaku dapat diketahui sebagai berikit :
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, dengan mengetahui sikap atau
rangsangan dari luar diri subyek.
2. Perilaku dalam bentuk sikap, tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri subyek.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan atau praktik yang nyata, berupa perbuatan
terhadap situasi atau rangsangan dari luar.
Manusia dan lingkungannya adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dan saling pengaruh mempengaruhi. Lingkungan di mana manusia
mengembangkan perilakunya, dapat dibagi menjadi dua kelompok.
1. Lingkungan fisik yang di bedakan menjadi lingkungan fisik alamiah
(keadaan geografis yang kuat pengaruhnya terhadap bentuk perilaku).
2. Lingkungan social budaya.
Green 1980 mengembangkan suatu teori yang menyatakan bahwa
kesehatan individu atau masyarakat di pengaruhi oleh tiga kelompok factor
yaitu :
1. Faktor predisposisi (Predisposing factors), yaitu meliputi kebiasaan,
kepercayaan, tradisi, pengetahuan, sikap, dan factor lain yang ada pada diri
individu dan masyarakat serta factor – factor demografi (umur, status,
ekonomi, dan jumlah keluarga).
2. Faktor pemungkin (Enabling factors), yaitu tersedianya fasilitas palayanan
kesehatan serta kemudahan untuk mencapainya.
3. Faktor penguat (Reinforcing factors), yaitu berupa sikap dan perilaku
petugas kesehatan.
Menurut Green pendidikan mempunyai peranan penting dalam mengubah
ke tiga faktor tersebut agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga
menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap kesehatan pada
umumnya.
11
C. Penyuluhan
1. Pengertian
Penyuluhan kesehatan berorientasi kepada perubahan perilaku yang
diharapkan yaitu perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan
mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam
peningkatan kesehatan 9)
Menurut beberapa ahli, dikemukakan definisi tentang penyuluhan
kesehatan yaitu :
a. Azrul Anwar
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
b. Departemen Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan dimana individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat tahu bagaimana caranya dan
melakukan apa yang bisa dilakukan secara perseorangan maupun secara
kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.
2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan
a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat,
serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.
b. Perubahan perilaku yang terjadi yaitu perubahan pengetahuan ,sikap dan
tindakan kearah lebih baik
c. Pemberian pengetahuan pada orang yang bersangkutan berhubungan
dengan masalah kesehatan yang dialami.
12
3. Sasaran Penyuluhan Kesehatan
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
4. Tempat Penyelenggaran
Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan diberbagai
tempat diantaranya adalah :
a. Di instansi pelayanan
Dapat dilakukan di RS, Puskesmas, Rumah Sakit Klinik, yang dapat
langsung diberikan kepada individu, keluarga mengenai penyakit,
perawatan, pencegahan penyakit dan sebagainya.
Tetapi dapat juga diberikan secara tidak langsung misalnya melalui
poster, gambar-gambar, famplet dan sebagainya.
b. Di masyarakat
Penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui
pendekatan edukatif terhadap keluarga dan masyarakat binaan secara
menyeluruh dan tergoranisir sesuai dengan masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat.
5. Materi / Pesan
Materi atau pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang
disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang
disampaikan sebaiknya 9) :
a. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa
kesehariannya
b. Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti sasaran.
c. Dalam menyampaikan materi sebaiknya menggunakan alat peraga
untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran
d. Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran
dalam masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
13
6. Metode
Metode dalam penyuluhan kesehatan dibagi 2 :
a. Metode didaktif
Pada metode didaktif yang aktif adalah orang yang melakukan
penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberi
kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau
mengajukan pertanyaan-pertanyaan apapun. Proses bersifat satu arah
(one way method) yang termasuk dalam metode ini adalah :
1) Secara langsung
Ceramah
2) Secara tidak langsung
a) Poster
b) Media cetak seperti Leaflet
c) Media elektronik
b. Metode Sokratik
Pada metode ini sasaran diberikan kesempatan mengemukakan
pendapat, sehingga mereka ikut aktif dalam proses belajar mengajar,
dengan demikian terbinalah komunikasi dua arah antara yang
menyampaikan pesan di satu pihak yang menerima pesan di lain pihak
(two way method)
yang termasuk dalam metode ini adalah :
1) Langsung
a) Diskusi
b) Curah pendapat
c) Demontrasi
d) Simulasi
e) Role playing
f) Seminar
g) Studi kasus
h) Simposium, dll
14
2) Tidak langsung a) Penyuluhan kesehatan melalui telepon b) Satelit komunikasi
Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan atau meteri yang kita sampaikan benar–benar diterima secara tepat adalah dengan mendapatkan umpan balik tentang akibat atau pengaruh yang di timbulkan oleh pesan atau materi tersebut Umpan balik adalah proses yang memungkinkan seorang penyampai pesan mengetahui bagaimana pesan ditangkap oleh penerima dengan baik. Metode penyampaian pesan yang baik yaitu menggunakan metode komunikasi dua arah yang berlangsung apabila penyampai pesan leluasa mendapatkan umpan balik dari penerima pesan. Komunikasi dua arah yang terbuka akan memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi dan selanjutnya sangat menolong mengembangkan suatu hubungan yang memuaskan kedua belah pihak Contoh pelaksanaan metode dua arah adalah diskusi . diskusi adalah pembicaraan yang telah direncanakan dan telah di persiapkan tentang topik pembicaraan Keuntungan : 1). Saling memberikan pendapat umpan balik antara penyampai pesan
dengan penerima pesan 2). Dapat membuat topik yang dibicarakan lebih menarik 3). Dapat mengenal masalah dan mengolah masalah yang terkandung
dalam topik Kerugian : 1). Tidak dapat dipakai dalam kelompok besar 2). Diskusi dapat menyimpang dari alur topik yang di bicarakan
(pertanyaan tidak sesuai topik) dengan cara ini kontak antar klien dengan petugas lebih intensif , setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya, pada akhirnya klien dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran akan menerima dan mengubah perilaku tersebut
15
D. Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang
terutama menyerang anak-anak usia di bawah 15 tahun, dengan manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan syok yang dapat menimbulkan
kematian. Gejala utamanya adalah demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya
memburuk setelah dua hari pertama.11) Penyakit DBD disebabkan oleh virus
dengue. Ada empat tipe virus dengue yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN
4. Virus dengue ini termasuk dalam grup B Arthropod borne viruses. Vektor
utama penyakit DBD ialah nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini lebih suka
bersarang ditempat – tempat gelap atau bejana yang berisi air jernih dan tawar
seperti bak mandi, tandon air, drum penampungan air, tempat minum burung,
vas bunga, sumur, kaleng bekas. Keberadaan vektor atau nyamuk tersebut erat
kaitannya dengan pola perilaku masyarakat itu sendiri.2)
E. Epidemiologi
Secara epidemiologis, gambaran penyakit demam berdarah dengue dapat
digambarkan menurut orang, tahun dan waktu.
1. Distribusi menurut orang
Penelitian yang dilaporkan oleh Harun (1989) di beberapa rumah sakit,
ditemukan bahwa penderita yang dirawat di wilayah Asia Tenggara adalah
kelompok umur 0 – 9 th, umur 1 – 4 th, umur 5 – 9 th, cenderung lebih
banyak pada kelompok 1 – 4 th, sedangkan pemantauan Ditjen
Pembersihan Penyakit Menular dan PLP pada tahun 1968 – 1984
menunjukkan bahwa 90% kasus demam berdarah dengue terdiri dari anak-
anak < 15 th. 11)
2. Distribusi menurut waktu
Di Indonesia musim penularan demam berdarah dengue pada umumnya
terjadi pada musim hujan atau awal dan akhir tahun. 10)
3. Distribusi menurut tempat
Pada tahun 1985 seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan adanya
kasus demam berdarah dengue kecuali Timor Timur, Kabupaten yang
16
terjangkit cenderung terus meningkat yaitu periode tahun 1968 – 1974
hanya 2 Kabupaten dan periode tahun 1990 – 1995 menjadi 200
Kabupaten. 2)
F. Pencegahan dan Pembersihan
1. Pembersihan
Cara yang tepat guna dalam pembersihan penyakit demam berdarah
dengue adalah melaksanakan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu :
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk
penular demam berdarah dengan cara “ 3 M “ yaitu : 1. Menguras secara
teratur seminggu sekali atau menaburkan abate ke Tempat Penampungan
Air bersih (TPA), 2. Menutup rapat-rapat Tempat Penampungan Air, dan 3.
Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang-
barang bekas lainnya yang dapat menampung air hujan.
a. Fogging fokus
Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka
kegiatan fogging hanya dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologi
betul-betul memenuhi kriteria 12).
b. Abatisasi
Di laksanakan di desa/kelurahan endemis terutama di sekolah dan
tempat-tempat umum. Semua tempat penampungan air di rumah dan
bangunan yang di temukan jentik Aedes aegypti di taburi bubuk abate
sesuai dengan dosis 1 sendok makan peres (10 gram) abate untuk 100
liter air 12)
c. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam Pembersihan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (Gerakan 3 M)
Penggerakan masyarakat dalam Pembersihan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue dilakukan dengan kerja sama sektor yang di
koordinasi oleh Kepala wilayah / Daerah setempat melalui wabah
Pokjal / Pokja DBD. 13)
17
2. Pencegahan
Obat dan vaksin pencegah penyakit Demam Berdarah Dengue hingga
dewasa ini belum tersedia, maka upaya pembersihan penyakit Demam
Berdarah Dengue di titikberatkan pada pembersihan nyamuk penularnya
(Aedes aegypti) dan dalam pembersihan penyakit Demam Berdarah
Dengue ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk
penularannya di tempat perindukannya dengan berbagai macam cara antara
lain :
a. Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN)
Pembersihan Sarang Nyamuk adalah tindakan yang diharapkan dapat
menekan vektor nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue, dan
merupakan cara utama yang dilakukan untuk memutus rantai penularan
yang terdiri dari virus, Aedes aegypti dan manusia 11).
b. Penggunaan Ikan Pemakan Jentik (biologis)
Cara ini dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik pada
bak atau tempat penampungan air lainnya, sehingga menjadi predator
jentik dan pupa nyamuk 12)
c. Pemakaian Insektisida
Cara ini dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida ke sarang
nyamuk seperti got, semak dan ruangan. Selain penyemprotan biasanya
juga dilakukan penaburan insektisida butiran ke tempat jentik atau larva
Demam Berdarah Dengue bersarang 13)
G. Penanggulangan Penyakit
1. Kegiatan Penanggulangan Penyakit DBD
Ada beberapa kegiatan pokok penanggulangan penyakit DBD yaitu : 8)
a. Penemuan dan pelaporan penderita
Ketiga menemukan pasien dengan gejala DBD (panas yang tinggi tanpa
sebab yang jelas, dan uji Rumple Leede positif/ jumlah petekie 20 atau
lebih dalam radius 2,8 cm), maka dokter praktik, Puskesmas dan
Poliklinik melaporkan kasus DBD dengan cepat kepada Puskesmas
18
tempat domisili kasus DBD. Hal ini dilakukan untuk mencegah keadaan
yang lebih buruk, dan untuk membatasi penularan di lapangan.
1) Surveilans kasus DBD
Pada saat petugas di unit-unit pelayanan kesehatan
menemukan penderita DBD / penderita tersangka DBD maka
mereka diharapkan melaporkan ke Puskesmas setempat dengan
menggunakan surat pengantar yang disampaikan / melalui kepala
keluarga penderita. Kemudian dilakukan penyelidikan epidemiologi
di lokasi penderita dan rumah sekitarnya untuk mengetahui
kemungkinan adanya penularan lebih lanjut.
2) Analisis data kasus DBD tahun sebelumnya
Pengelola DBD di Puskesmas, Dati II dan propinsi
menganalisis data kasus DBD tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data kasus tahun terakhir ini akan dapat diperoleh
informasi kapan kasus DBD di suatu wilayah akan mulai meningkat
dan kapan puncak kasus terjadi sehingga upaya penanggulangan
sebelum musim penularan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
b. Penaggulangan fokus
Semua kasus DBD ditindaklanjuti dengan penyelidikan epidemiologis,
yaitu kunjungan di rumah kasus DBD dan rumah sekitarnya dalam
radius sekurang-kurangnya 100 meter, serta di sekolah jika kasus DBD
adalah anak sekolah.
Kegiatan penyelidikan epidemiologis dilakukan oleh Puskesmas dan
kegiatan meliputi; pencarian kasus/tersangka DBD lainnya dan
pemeriksaan jentik Aedes aegypti yang menjurus kepada KLB DBD,
penyelidikan epidemiologis ini dimaksudkan pula untuk mengetahui
adanya kemungkinan terjadinya penularan lebih lanjut sehingga perlu
dilakukan penyemportan insektisida.
Penyemprotan insektisida dilakukan jika ditemukan penderita/tersangka
penderita DBD lain atau sekurang-kurangnya 3 penderita panas tanpa
sebab jelas dan jentik Aedes aegypti di lokasi tersebut. Penyemprotan
19
insektisida ini diikuti penyuluhan dan gerakan PSN DBD oleh
masyarakat.
c. Pembersihan vektor intensif
1) Foging fokus
Fogging dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologis
betul-betul memenuhi kriteria.
2) Abatisasi
Dilaksanakan di desa/kelurahan endemis terutama di sekolah
dan tempat-tempat umum. Semua tampat penampungan air di
rumah dan bangunan yang ditemukan jentik Aedes aegypti ditaburi
bubuk abate sesuai dosis 1 sendok makan (10gr) untuk 100 liter air.
3) Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD
(gerakan 3M)
Penggerakan masyarakat dalam PSN DBD dilakukan dengan
kerja sama lintas sektor yang dikoordinasikan oleh Kepala
Wilayah/Daerah setempat melalui wabah Pokjanal/Pokja DBD.
Kegiatan ini dilakukan selama 1 bulan pada saat sebelum perkiraan
peningkatan jumlah kasus yang ditentukan berdasarkan data kasus
bulanan DBD dalam 3-5 tahun yang terakhir.
d. Penyuluhan kepada masyarakat
Penyuluhan tentang penyakit demam berdarah dan pencegahannya
melalui media massa, sekolah, tempat ibadah, kader PKK dan
kelompok masyarakat lainnya. Kegiatan ini dilakukan setiap saat bila
pada beberapa kesempatan.
e. Pemantauan jentik berkala (PJB)
Pemantauan jentik berkala dilakukan setiap 3 bulan di rumah dan
tempat-tempat umum. Untuk pemantauan jentik berkala di rumah
dilakukan pemeriksaan sebanyak 100 rumah sampel untuk setiap
desa/kelurahan. Hasil PJB ini diinformasikan pihak kesehatan kepada
kepala Wilayah/Daerah setempat sebagai evaluasi dan dasar
penggerakan masyarakat dalam PSN DBD. Diharapkan angka bebas
20
jentik (ABJ) setiap kelurahan/desa dapat mencapai lebih dari 95% akan
dapat menekan penyebaran penyakit DBD. Selain itu juga dilakukan
pemeriksaan jentik pada semua rumah sakit dan Puskesmas. Sedangkan
untuk sekolah dan tempat umum lainnya dilakukan secara sampling bila
tidak dapat diperiksa seluruhnya.
2. Kegiatan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN)
Penanggulangan vaksin untuk mencegah DBD sebenarnya masih
dalam taraf penelitian, sedangkan obat yang efektif terhadap virus belum
ada. Oleh karena itu cara pembersihan DBD yang dilaksanakan adalah
dengan memutus rantai penularan DBD dengan memberantas nyamuk
penular maupun jentiknya.
Dalam makalahnya yang berjudul Epidemiologi dan Penanggulangan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indoensia Saat Ini, Thomas
Suroso dan Ali Imran Umar pada dasarnya upaya pengendalian nyamuk
Aedes aegypti dapat dilakukan dengan cara mengendalikan nyamuk
tersebut, yaitu dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN). Sebab pada
dasarnya pembersihan nyamuk dewasa harus disertai dengan pembasmian
jentik (larva) Aedes aegypti, karena jentik akan menjadi nyamuk dewasa
dalam beberapa hari. Selama masih ada nyamuk dewasa dan orang yang
mengidap virusnya akan terus terjadi penularan ulang. Jentik ini dapat
diberantas dengan meniadakan tempat perindukannya sehingga nyamuk
tidak berkesempatan berkembang biak. Karena Aedes aegypti diketahui
berkembang biak di air bersih tergenang yang tidak langsung berhubungan
dengan tanah, maka PSN ini terdiri dari :
a. Menguras bak mandi, jamban, dan tempat penampungan air lainnya
sekurang-kurangnya seminggu sekali (karena perkembangan dari telur
sampai nyamuk : 7-10hari).
b. Menutup rapat tempat penampungan air (misalnya: tempayan, drum)
sehingga nyamuk tidak dapat masuk.
21
c. Membersihkan pekarangan atau halaman dari kaleng, botol, ban bekas,
tempurung, dan barang lain yang dapat menampung air agar tidak
menjadi sarang nyamuk.
d. Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung misalnya,
secara berkala.
e. Mencegah atau mengeringkan air yang tergenang di atap atau talang
f. Menutup lubang pohon atau bambu dengan tanah.
g. Membubuhi garam dapur pada air perangkap semut.
Disamping dengan cara-cara di atas, untuk mencegah penyakit DBD
biasanya dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan pemakan jentik,
menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang
kasa, meyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang
obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll, sesuai dengan kondisi
setempat. Cara inilah yang kemudian dikenal dengan metode “3M Plus”,
yaitu menutup, menguras, menimbun, plus beberapa langkah yang telah
disebutkan 8).
Menurut Thomas Suroso dan I Made Djaja keberhasilan seluruh
kegiatan PSN perlu upaya-upaya pendukung seperti;
a. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat luas yang
berkesinambungan, dan yang diintensifkan selama satu bulan yaitu pada
waktu pelaksanan kampanye PSN.
b. Karena usaha PSN sebenarnya sejalan dengan kampanye ketertiban,
kebersihan dan keindahan kota (K-3) yang juga menjadi program
pemerintah, maka perlu mengintegrasikan PSN ke dalam kampanye K-
3 tersebut, dengan menambahkan pesan agar selain menjaga kebersihan
lingkungan, masyarakat juga diminta memelihara kebersihan air yang
ditampungnya.
c. Mengadakan program Penyediaan Air Bersih (PAB) sehingga dapat
diharapkan memberikan dampak positif bagi penurunan insidensi
penyakit menular tertentu termasuk DBD. Namun demikian program ini
juga perlu disertai dengan usaha pemeliharaan kebersihannya atau tanpa
22
rancangan penampung yang bebas nyamuk penyediaan ini justru dapat
meningkatkan populasi Aedes aegypti.
d. Mengintegrasikan usaha PSN ke dalam program Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) dan Peningkatan Kesehatan Lingkungan (PKL) yaitu
dengan menambahkan kegiatan pemeriksaan jentik, pada kesempatan
kunjungan petugas kesehatan / Puskesmas ke sekolah dan tempat-
tempat umum dan rumah-rumah.
Menanggulangi fokus, yaitu kunjungan ke rumah kasus DBD
untuk penyuluhan (disertai pemeriksaan jentik) di rumah kasus dan rumah-
rumah sekitarnya.
3. Mekanisme Dan Hubungan Kerja Tim Pelaksana/Pembina UKS
Dengan Pokja/Pokjanal DBD
Pembersihan sarang nyamuk DBD merupakan semua kegiatan yang
bertujuan untuk memberantas jentik nyamuk Aedes aegypti . oleh karena
nyamuk tersebut tersebar luas maka PSN DBD harus dilakukan secara
menyeluruh di rumah, sekolah dan tempat – tempat umum lainnya.
Untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna upaya PSN DBD ini,
di tingkat desa dibentuk Kelompok Kerja (POKJA) DBD dan di tingkat
kecamatan Dati II, Dati I dan Pusat dibentuk Kelompok Kerja Operasional
(POKJANAL) DBD yang merupakan forum koordinasi kegiatan
pembersihan penyakit DBD dalam wadah LKMD/Tim Pembina UKS.
PSN DBD di sekolah adalah semua kegiatan untuk memberantas
jentik nyamuk Aedes aegypti di sekolah dilakukan melalui UKS. Kegiatan
ini dilaksanakan oleh Tim Pelaksana UKS di sekolah yang secara
berjenjang dibina oleh Tim Pembina UKS tingkat kecamatan, Dati II, Dati I
dan pusat. Sehubungan dengan hal tersebut : 8)
a. Hubungan kerja antara Tim Pembina UKS/Tim Pelaksana UKS dengan
Pokjanal/Pokja DBD adalah hubungan kerja fungsional dan koordinatif.
b. Dalam hal pelaksanaan PSN DBD secara menyeluruh, Pokja/Pokjanal
DBD bekerja sama secara terpadu dengan instansi terkait.
23
c. Tim Pelaksana UKS bertanggung jawab terhadap pelaksanaan PSN
DBD di sekolah dan melaporkan hasilnya kepada Tim Pembina UKS
tingkat kecamatan, untuk selanjutnya dilaporkan secara berjenjang
kepada Tim Pembina UKS setingkat diatasnya.
d. Pokja/Pokjanal DBD secara berkala sekurang – kurangnya setiap 3
bulan melakukan pemantauan hasil PSN DBD di sekolah sebagai
bagian dari tempat umum dan menyampaikan hasilnya kepada Tim
Pelaksana/Pembina UKS setempat.
e. Tim Pelaksana /Pembina UKS menginformasikan hasil PSN DBD di
sekolah dalam pertemuan pembahasan hasil PSN DBD yang dilakukan
setiap 3 bulan sekali oleh Pokja/Pokjanal DBD di setiap jenjang
administrasi pemerintah.
Kegiatan pokok gerakan PSN DBD dilaksanakan sesuai Petunjuk
Teknis Pelaksanaan PSN DBD di sekolah melalui usaha kesehatan sekolah
(UKS) yang telah diedarkan Dirjen Dikdasmen-Depdikbud melalui surat
edaran No.81/TPUKS 00/X/1993 yang pokok-pokoknya sebagai berikut :
1. Penyampaian pengetahuan tentang penyakit DBD dan pencegahannya
oleh guru kepada siswa secara terus-menerus melalui kegiatan
belajar-mengajar, baik intra maupun ekstra kurikuler.
2. Bimbingan dan pengawasan kepada siswa, karyawan/penjaga sekolah,
dan pengelola warung sekolah dalam pelaksanaan PSN DBD dan
kebersihan lingkungan pada umumnya.
Pelaksanaan gerakan PSN DBD di sekolah menjadi tanggung jawab Kepala
Sekolah selaku Ketua Tim Pelaksana UKS dan pembinaanya dilakukan
oleh Tim Pembina UKS di semua tingkat administrasi pemerintahan.
Pembersihan sarang nyamuk anak sekolah (PSN AS) adalah kegiatan
atau tugas yang di berikan wali kelas (guru) kepada muridnya di rumah
masing-masing berupa laporan dari hasil pemeriksaan jentik beserta
tindakan yang telah dilaksanakan dan hasil kegiatan tersebut dilaporkan
kepada wali kelas seminggu sekali.
24
Tugas dan tanggung jawab guru dalam pelaksanaan PSN AS
(pembersihan sarang nyamuk anak sekolah yaitu ) :
a. Menyusun jadwal kegiatan bersama Puskesmas tentang
penyelenggaraan penyuluhan PSN di sekolah.
b. Melaksanakan penyuluhan/ sosialisasi/ penjelasan pada siswa tentang
kegiatan PSN di sekolah, termasuk cara pencatatan dan pelaporan.
c. Melakukan pengawasan pada pelaksanaan PSN baik disekolah maupun
di rumah.
d. Mencatat dan merekap hasil pemeriksaan jentik baik di sekolah maupun
di rumah siswa serta tindakan yang telah dilaksanakan.
e. Melaporkan hasil kegiatan PSN ke Puskesmas.
H. Leaflet
1. Pengertian Leaflet adalah alat bantu yang dipakai dalam penyuluhan dalam bentuk tulisan yang berisi materi penyuluhan
2. Materi Penyuluhan a. Pengertian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) b. Obyek dari penyakit DBD c. Cara mengatasi DBD d. Pengertian PSN e. Pengertian 3 M f. Pentingnya PSNdalam pencegahan DBD
3. Keutungan leaflet sebagai alat Bantu a. Lebih praktis b. Dapat dibaca setiap saat c. Dapat dibaca orang lain meski tidak mengikuti penyuluhan
4. Kerugian leaflet sebagai alat bantu a. Memerlukan biaya yang cukup mahal b. Sasaran hanya pada orang yang dapat membaca c. Diperlukan desain khusus agar kelihatan menarik
25
I. Kerangka Teori
Perilaku kegiatan PSN dipengaruhi oleh 3 faktor
predisposing/pendukung, enabling/pemungkin dan reinforcing/penguat, seperti
dalam kerangka teori berikut ini :
Pemberian Leaflet tentang PSN
Penyuluhan dengan cara
ceramah
Perilaku anak SD tentang kegiatan
PSN
Faktor penguat - Fasilitas / sarana
pelayanan kesehatan
- Tokoh masyarakat - Orang tua - Suami - Tetangga/teman - Media informasi
Faktor pemungkin - Fasilitas / sarana
pelayanan kesehatan
Faktor predisposisi - Pengetahuan - Praktik - Kebiasaan - Kepercayaan - Tradisi - Sikap - Umur - Status Ekonomi
Sumber : Modifikasi Terjemahan Dari Lawrance Green dengan H.L Blum “Planning For Health”Human Science Press
26
J. Kerangka Kosep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Perilaku PSN 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Praktik
Penyuluhan dengan alat bantu leaflet
Variabel Pengganggu
1. Kebiasaan 2. Tradisi/ adat istiadat 3. Orang tua 4. Media informasi
K. Hipotesis
1. Ada pengaruh penyuluhan dengan alat bantu leaflet terhadap pengetahuan
tentang PSN pada anak SD Siwalan 02 Kecamatan Siwalan Kabupaten
Pekalongan
2. Ada pengaruh penyuluhan dengan alat bantu leaflet terhadap sikap tentang
PSN pada anak SD Siwalan 02 Kecamatan Siwalan Kabupaten Pekalongan
3. Ada pengaruh penyuluhan dengan alat bantu leaflet terhadap praktik tentang
PSN pada anak SD Siwalan 02 Kecamatan Siwalan Kabupaten Pekalongan
27