35
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perjanjian Pinjam Meminjam Uang 1. Pengertian Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Suatu perbuatan Pinjam meminjam uang tidak lepas dari Perjanjian yang menjadi salah satu sumber hukum perikatan (Verbentenis / Obligatoir) dalam Hukum Perdata di indonesia. Pengertian perjanjian terdapat dalam pasal 1313 KUHPdt yang menyebutkan perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Atau dapat diartikan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Akibat dari suatu Perjanjian mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berisi, perjanjian yang dibuat sacara sah berlaku mengikat sebagai undang- undang bagi para pihak yang membuatnya. Asas kekuatan mengikat perjanjian dikenal pula dengan istilah Pacta Sun Servanda, bahwa perjanjian mengikat pihak- pihak yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus ditaati dan ditepati. Perjanjian mempunyai banyak jenisnya, salah satunya perjanjian pinjam meminjam yang secara tegas dijelaskan dalam Bab Ketiga belas KUHPdt Tentang Pinjam Meminjam, pasal 1754 menjelaskan bahwa pinjam meminjam adalah perjanjian dengan mana salah satu pihak memberikan kepada pihak lain suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perjanjian Pinjam …eprints.umm.ac.id/62968/3/BAB II.pdf · 2020. 6. 17. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perjanjian Pinjam Meminjam

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Perjanjian Pinjam Meminjam Uang

    1. Pengertian Perjanjian Pinjam Meminjam Uang

    Suatu perbuatan Pinjam meminjam uang tidak lepas dari Perjanjian yang

    menjadi salah satu sumber hukum perikatan (Verbentenis / Obligatoir) dalam

    Hukum Perdata di indonesia. Pengertian perjanjian terdapat dalam pasal 1313

    KUHPdt yang menyebutkan perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu

    orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Atau dapat

    diartikan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain, atau dimana

    dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.

    Akibat dari suatu Perjanjian mempunyai kekuatan hukum yang mengikat

    sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

    yang berisi, perjanjian yang dibuat sacara sah berlaku mengikat sebagai undang-

    undang bagi para pihak yang membuatnya. Asas kekuatan mengikat perjanjian

    dikenal pula dengan istilah Pacta Sun Servanda, bahwa perjanjian mengikat pihak-

    pihak yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus ditaati dan ditepati.

    Perjanjian mempunyai banyak jenisnya, salah satunya perjanjian pinjam

    meminjam yang secara tegas dijelaskan dalam Bab Ketiga belas KUHPdt Tentang

    Pinjam Meminjam, pasal 1754 menjelaskan bahwa pinjam meminjam adalah

    perjanjian dengan mana salah satu pihak memberikan kepada pihak lain suatu

  • 16

    jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa

    pihak yang lain akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan

    yang sama pula.

    Ikatan hukum yang terjadi karena perbuatan pimjam meminjam dimana

    pihak pemberi pinjaman menyerahkan suatu barang kepada pihak penerima

    pinjaman sesuai dengan perjanjian dan pihak menerima pinjaman menjadi pemilik

    barang yang dipinjam, dan bertanggungjawab untuk mengganti sebagaimana

    barang itu diterima pada awal perjanjian. Barang yang menjadi objek perjanjian ini

    adalah barang-barang yang habis pakai atau dapat diartikan barang-barang yang

    dapat habis atau musnah karena pemakaiannya contohnya uang, sabun, dll.

    Secara umum perjanjian pinjam meminjam dalam hukum perdata diatur

    dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Bab 13 (tiga belas) tentang pinjam

    meminjam. Pengertian dari pinjam meminjam secara umum terdapat dalam pasal

    1754 KUHPdt yang berbunyi : 23

    ”Pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu

    memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang

    yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang

    belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan

    keadaan yang sama pula”

    23 Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

  • 17

    Dari pengertian diatas, adanya ikatan hukum yang terjadi karena perbuatan

    pimjam meminjam dimana pihak pemberi pinjaman menyerahkan suatu barang

    kepada pihak penerima pinjaman sesuai dengan perjanjian dan pihak menerima

    pinjaman menjadi pemilik barang yang dipinjam, dan bertanggungjawab untuk

    mengganti sebagaimana barang itu diterima pada awal perjanjian.24 Barang yang

    menjadi objek perjanjian ini adalah barang-barang yang habis pakai atau dapat

    diartikan barang-barang yang dapat habis atau musnah karena pemakaiannya

    contohnya pinjam meminjam uang atau biasa disebut hutang piutang uang.

    2. Para Pihak Dalam Perjanjian Pinjam Meminjam Uang

    Dari pengertian pinjam meminjam diatas, dapat disimpulkan bahwa Pihak

    dalam perjanjian pinjam meminjam pada dasarnya terdiri dari dua pihak yang dapat

    berbentuk perorangan ataupun badan hukum yaitu :

    a. Pemberi pinjaman (kreditur)

    Pemberi pinjaman adalah pihak yang memiliki objek perjanjian (uang).

    Dalam Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

    Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, pada Pasal 1 angka 2 telah

    menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Kreditur adalah orang yang

    mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat

    ditagih di muka pengadilan.

    b. Penerima pinjaman (debitur)

    24 pasal 1755 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

  • 18

    Penerima Pinjaman adalah pihak yang membutuhkan objek pinjaman untuk

    dipinjam dan akan dikembalikan berdasarkan keadaan asal ataupun dapat

    ditambahkan bunga sesuai perjanjian. Dalam Undang-undang Nomor 37

    Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

    Utang, pada Pasal 1 angka 3 telah menjelaskan bahwa yang dimaksud

    dengan Debitur adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau

    undang-undang yang dapat ditagih dimuka pengadilan.

    Dari kedua pihak diatas menimbulkan suatu hubungan hukum dengan

    adanya kesepakatan untuk melakukan perjanjian yang objeknya berupa uang, dan

    menentukan unsur-unsur jalannya perjanjian dengan sedikitnya menetapkan

    jangkawaktu, jumlah objek yang diperjanjikan, kewajiban pihak debitur dalam

    proses pemenuhan perjanjian seperti penetapan bunga yang wajib dibayarkan oleh

    debitur dan juga penetapan sanksi yang semuanya disepakati bersama antara debitur

    dan kreditur.

    B. Tinjauan Umum Tentang Financial Tecnologi

    1. Pengertian Financial Technology

    Di Indonesia fintech dikenal dengan istilah Layanan Pinjam Meminjam Uang

    Berbasis Teknologi Informasi. Pengaturannya secara umum terdapat dalam

    Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan

    Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Pada pasal 1 angka 3

    menyebutkan bahwa Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

    Informasi (Fintech adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk

  • 19

    mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam rangka

    melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung

    melalui system elektronik dengan menggunakan jaringan internet.25

    Bank Indonesia juga memberikan definisi mengenai Financial Technology

    (Teknologi Finansial), yang diatur dalam pasal 1 angka 1 Peraturan Bank Indonesia

    Nomor 19/12PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial bahwa

    teknologi finansial adalah penggunaan teknologi dalam system keuangan yang

    menghasilkan produk layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat

    berdampak pada stabilitas mineter, stabilitas system keuangan, dan/atau efisiensi,

    kelancaran, keamanan, dan keandalan system pembayaran.26

    Konsep fintech tersebut mengadaptasi perkembangan teknologi yang

    dipadukan dengan bidang finansial pada lembaga perbankan. Fintech menjadi

    solusi dibidang keuangan Indonesia.

    2. Jenis-jenis Fintech

    Seiring perkembangan teknologi dibidang keuangan berpengaruh juga dengan

    perkembangan teknologi finansial (Fintech) sampai sekarang ini, diantaranya :

    a. Managemen Asset

    Kesibukan pengoprasian perusahaan, seperti penggajian, pengelolaan

    karyawan, system pembiayaan, dan lain-lain. Menjadikan suatu peluang untuk

    25 Nuzul Rahmayani, 2018, Tinjauan Hukum Perlindungan Konsumen Terkait Perusahaan

    Berbasis Financial Technology di Indonesia, Pagaruyuang Law Jurnal Vol 2 No 1, hlm 25. 26 Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi

    Finansial

  • 20

    membuka bidang usaha. Jojonomic misalnya, salah satu jenis starup yang

    bergerak dibidang managemen asset. Perusahaan ini menyediakan platform

    Expense Management System untuk membantu berjalannya sebuah usaha lebih

    praktis dan efesien. Dengan adanya starup seperti ini suatu perusahaan akan

    lebih paperless, karena semua penggantian biaya yang semula dilakukan secara

    manual, cukup digantikan menggunakan alpikasi yang mempermudah dan

    mempercepat operasional perusahaan.

    b. Crowd Funding

    Crowd Funding adalah startup yang menyediakan platform penggalangan

    dana untuk disalurkan kembali kepada orang-orang yang membutuhkan.

    Seperti korban bencana alam, korban perang, mendanai pembuatan karya, dan

    sebagainya. Penggalangan dana tersebut dilakukan secara online dan starup

    terbesar tersebut salah satunya Kitabisa.com. startup ini diciptakan sebagai

    wadah agar dapat membantu sesame dengan cara yang lebih mudah, aman, dan

    efisien.

    c. E-Money

    Elektronik Money (uang elektronik) atau biasa disebut sebagai dompet

    digital adalah uang digital yang dapat digunakan untuk berbelanja, membayar

    tagihan, dan lain-lain melalui sebuah aplikasi. Salahsatu dompet digital yang

    sekarang ini sedang ramai dibicarakan adalah OVO, dimana dapat membayar

    uang SPP sekolah menggunakan aplikasi OVO tersebut.

    d. Insurance

  • 21

    Jenis starup yang bergerak dibidang asuransi ini menyediakan layanan

    kepada penggunanya berupa informasi rumah sakit terdekat, dokter terpercaya,

    dan sebagainya. Contohnya Hioscar.com

    e. Peer to Peer Landing

    Peer to peer (P2P) Lending adalah starup yang menyediakan platform

    pinjaman uang secara online. Urusan permodalan yang sering dianggap bagian

    paling vital untuk membuka usaha, melahirkan ide banyak pihak untuk

    mendirikan starup jenis ini. Dengan demikian, bagi orang-orang yang

    membutuhkan dana untuk membuka atau mengembangkan usahanya. KTA

    Kilat adalah salah satu starup yang bergerak dibidang P2P Lending yang

    bertujuan untuk memenuhi kebutuhan finansial masyarakat dengan cara cukup

    mengisi formulir di platform KTA Kilat dan dalam waktu cukup singkat dapat

    mendapatkan pinjaman uang.

    f. Payment Gateway

    Bertumbuhnya perusahaan e-commerce memicu pula semakin banyak

    didirikannya starup yang menjadi jembatan penghubung antara e-commerce

    dengan pelanggan, terutama dalam hal system pembayaran. Layanan yang

    disediakan starup untuk e-commerce ini disebut dengan layanan payment

    gateway yang memungkinkan masyarakat memilih beragam metode

    pembayaran berbasis digital yang dikelola oleh sejumlah starup. Dengan

    demikian akan meningkatkan volume penjualan e-commerce. payment

    gareway diantaranya adalah Ipaymu.

  • 22

    g. Remittence

    Remittance adalah starup yang khusus menyediakan layanan pengiriman

    uang antar Negara. Banyak didirikannya starup remittance ini dalam rangka

    membantu masyarakat yang tidak memiliki akun atau akses perbankan.

    Adanya starup jenis ini membantu para TKI atau siapa saja yang salah satu

    anggota keluarganya berada di luar negeri, karena pengiriman yang mudah dan

    biaya yang lebih murah.

    h. Securitas

    Saham, Forex, reksadana, dan lainnya merupakan suatu jenis investasi.

    Securitas dapat dikatakan jenis starup yang menyediakan platform untuk

    berinvestasi saham secara online. Contohnya Bareksa.com

    C. Tinjauan Umum Peer To Peer Lending

    1. Pengertian Peer To Peer Lending

    Pada umumnya sebelum mengenal adanya teknologi informasi, masyarakat

    melakukan perjanjian masih menggunakan cara yang konvensional dengan bertemu

    langsung antara para pihak yang akan melakukan suatu perjanjian di suatu tempat

    yang sama di permukaan bumi. Namun dewasa ini dengan perkembangan teknologi

    informasi berdampak pula terhadap cara masyarakat melakukan suatu perjanjian,

    perjanjian melalui media elektronik dewasa ini sangat diminati karena lebih efektif

    dan efisien.

  • 23

    Perjanjian elektronik atau yang biasa disebut kontrak elektronik adalah

    perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik.27 Selanjutnya yang

    disebut dengan sistim elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur

    elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah,

    menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau

    menyebarkan informasi elektronik.28 Penggunaan istilah kontrak tidak terlepas dari

    bentuk perjanjian yang dibuat secara tertulis.29 Perjanjian melalui media elektronik

    dituangkan dalam dokumen elektronik yaitu setiap Informasi Elektronik yang

    dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,

    digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,

    dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak

    terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf,

    tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau

    dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.30

    Dari penjabaran diatas maka yang dimaksud dengan perjanjian pinjam

    meminjam uang berbasis teknologi informasi atau Peer To Peer Lending adalah

    pertemuan antara pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam rangka

    27 Pasal 1 ayat 17 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan

    Transaksi Elektronik

    28 Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

    Elektronik

    29 Yayan Hanapi. 2019. Perjanjian terhadap Kontrak Perdagangan melalui Internet.

    Surya Keadilan : Vol.3, No.1 Mei 2019.

    30 Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

    Elektronik

  • 24

    melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung

    melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet.31

    2. Dasar Hukum Peer To Peer Lending

    Peer to Peer Lending sebagai salah satu bentuk dari teknologi finansial yang

    sekarang ini banyak diminati oleh masyarakat Indonesia, untuk menunjang

    perkambangan perekonomian diperlukan sarana hukum yang tepat. Adapun

    sarana hukum yang berlaku dalam proses perjanjian Peer to Peer Lending

    sebagai berikut :

    a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

    Elektronik

    Karena kegiatan pinjam meminjam uang dalam Fintech berbasis

    teknologi informasi maka peraturan yang secara umum mendasari

    berjalannya perjanjian tidak lepas dari Undang-undang nomor 11 Tahun

    2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik beserta perubahannya.

    Berbada dengan perjanjian konvensional yang dapat menggunakan lisan

    untuk mengikat para pihak dalam membuat perjanjian, dalam perjanjian

    elektronik ini diwajibkan untuk membuat kontrak elektronik, sebagaimana

    yang disebutkan dalam pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor11 Tahun

    2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik :

    “transaksi elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik

    mengikat para pihak”

    31 pasal 1 ayat 3 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77.POJK.01/2016 tentang

    Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

  • 25

    Dalam kontrak elektronik diperlukan pula suatu bentuk kesepakatan

    masing-masing pihak yang dibuktikan dengan tandatangan elektronik

    dalam kontrak elektronik, kekuatan hukum dari tandatangan elektronik ini

    dituangkan dalam pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor11 Tahun 2008

    Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik :

    “(1) tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan tanggung

    jawab hukum yang sah selama memenuhi persyaratan sebagai berikut . . .

    Setelah kontrak elektronik tersebut mempunyai kekuatan hukum yang

    sah, maka sesuai dengan amanat pasal 5 ayat (1) dan (2) Undang-Undang

    Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

    menjelaskan, perjanjian tersebut mengikat dan apabila terjadi hal yang

    tidak diinginkan dapat dimintai pertanggung jawaban dimuka pengadilan

    dengan pembuktian kontrak elektronik sebagai dokumen elektronik

    dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah, hal ini

    merupakan perluasan dari hukum acara yang berlaku di indonesia.

    b. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang

    Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

    Dasar hukum pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi

    secara khusus merujuk pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini

    tidak lepas dari tugas dan wewenang OJK sebagai pihak pengatur dan

    pengawas sebagai yang terdapat dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 21

    Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Jo Pasal 2 Ayat (1) Peraturan

  • 26

    Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam

    Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi yang isinya, Otoritas Jasa

    Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap

    kegiatan jasa keuangan, salah satunya kegiatan jasa keuangan lainnya,

    yang dimaksud jasa keuangan lainnya disini adalah penyelenggara layanan

    jasa keuangan berbasis teknologi informasi. Penetapan Penyelenggara

    sebagai Layanan Jasa Keuangan lainnya ini juga selaras dengan penetapan

    dari Bank Indonesia dalam pasal 3 ayat (1) huruf e Peraturan Bank

    Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan

    Teknologi Finansial bahwa layanan pinjam uang berbasis aplikasi atau

    teknologi informasi merupakan salah satu jenis penyelenggaraan teknologi

    finansial (fintech) kategori jasa keuangan/finansial lainnya.

    Peraturan Otoritas Jasa Kauangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang

    Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi yang

    selanjutnya disebut POJK Fintech. Tujuan diadakannya peraturan tersebut

    tentu untuk menerbitkan dan menciptakan regulasi yang mumpuni, agar

    semua pihak terlindungi. Setidaknya peraturan itu melengkapi undang-

    undang yang secara hukum masih menemukan masalah pada praktiknya.32

    32 Rizky Kurniawan. 2019. Perlindungan Hukum Dalam Perjanjian Pinjam Meminjam

    Uang Secara Online Pada Aplikasi Kredi Pintar. Medan. Skripsi Fakultas Hukum. Universitas

    Muhammadiyah Sumatera Utara. Hal. 30

  • 27

    Adapun pengaturan OJK dalam hal perjanjian Peer to Peer Lending

    sebagai berikut :

    Dalam pasal 1 ayat 3 POJK Fintech menjelaskan bahwa :

    “Layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi adalah

    penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi

    pinjaman dengan penerima pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian

    pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung melalui sistem

    elektronik dengan menggunakan jaringan internet.”

    Menurut pasal 2 ayat (2) POJK Fintech, penyelenggara dapat

    berbentuk perseroan terbatas atau koperasi. Kepemilikan dari badan

    hukum penyelenggara diatur dalam pasal 3 POJK Fintech yang berisi, bagi

    penyelenggara yang berbentuk perseroan terbatas dapat didirikan dan

    dimiliki oleh warga negara indonesia dan/atau asing, dan/atau badan

    hukum indonesia dan/atau asing. Untuk kepemilikan saham bagi warga

    negara asing dan/atau badan hukum asing baik secara langsung maupun

    tidak langsung paling banyak 85% (delapan puluh lima persen).

    Dalam Kegiatan usahanya sebagaimana dijelaskan dalam pasal 5

    POJK Fintech, yaitu penyelenggara menyediakan, mengelola, dan

    mengoperasikan layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi

    informasi dari pihak pemberi pinjaman kepada pihak penerima pinjaman

    yang sumber dananya berasal dari pihak pemberi pinjaman dan

    Penyelenggara dapat bekerjasama dengan penyelenggara jasa keuangan

  • 28

    berbasis teknologi informasi sesuai dengan ketentuan perundang-

    undangan. Yang dimaksud dengan Jasa Keuangan Berbasis Teknologi

    Informasi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang terdapat dalam

    penjalasan pasal 5 ayat (2) POJK Fintech yang menjelaskan :

    “Yang dimaksud dengan “penyelenggara layanan jasa keuangan

    berbasis teknologi informasi” antara lain penyelenggara layanan jasa

    keuangan berbasis teknologi informasi di bidang sistem pembayaran,

    perasuransian, dana pensiun, lembaga keuangan mikro, pembiayaan,

    modal ventura, pergadaian, atau penjaminan.”

    Dalam hal pemberian pinjaman dana kepada penerima pinjaman dalam

    Peer to Peer Lending diberikan oleh OJK, hal ini diatur dalam pasal 6

    batasan maksimal yang diberikan sebesar Rp. 2.000.000.000 (dua miliar

    rupiah).

    Selanjutnya, sebagai bentuk pengawasan dari OJK yang terdapat

    dalam pasal 7 POJK Fintech, bagi penyelenggara, sebelum melakukan

    Layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi diwajib

    untuk mengajukan pendaftaran dan perizinan kepada OJK. Pengaturan alur

    pendaftaran juga diatur secara rinci oleh OJK dalam pasal 8 ayat (3) POJK

    Fintech dimana Permohonan pendaftaran oleh Penyelenggara

    disampaikan oleh Direksi kepada Kepala Eksekutif Pengawas

    Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa

    Keuangan Lainnya dengan menggunakan Formulir 1 sebagaimana

  • 29

    tercantum dalam Lampiran POJK Fintech , dan dilampiri dengan

    dokumen yang paling sedikit memuat:

    a. akta pendirian badan hukum termasuk anggaran dasar berikut

    perubahannya (jika ada) yang telah disahkan/disetujui oleh instansi

    yang berwenang atau diberitahukan kepada instansi yang berwenang

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

    b. bukti identitas diri dan daftar riwayat hidup yang dilengkapi dengan

    pas foto berwarna yang terbaru berukuran 4x6 cm dari: 1. pemegang

    saham yang memiliki saham paling sedikit 20% (dua puluh persen);

    2. anggota Direksi; dan 3. anggota Komisaris;

    c. fotokopi nomor pokok wajib pajak badan;

    d. surat keterangan domisili Penyelenggara dari instansi yang

    berwenang;

    e. bukti kesiapan operasional kegiatan usaha berupa dokumen terkait

    Sistem Elektronik yang digunakan Penyelenggara dan data kegiatan

    operasional.

    f. bukti pemenuhan syarat permodalan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 4 ayat (1) atau Pasal 4 ayat (2);

    g. surat pernyataan rencana penyelesaian terkait hak dan kewajiban

    Pengguna dalam hal perizinan Penyelenggara tidak disetujui oleh

    OJK.

    Setelah penyelenggara melakukan pedaftaran dan telak mendapatkan

    persetujuan dari OJK, selanjutnya dalam jangka waktu 1 (satu) Tahun

  • 30

    sejak Tanggal terdaftar di OJK, penyelenggara wajib mengajukan

    permohonan Izin sebagai Penyelenggara sebagaimana diamanatkan dalam

    pasal 10 ayat (1) POJK Fintech. Sedangkan permohonan perizinan

    penyelenggara dijelaskan dalam pasal 11 POJK Fintech yang alurnya

    permohonan perizinan disampaikan kepada kepala eksekutif pengawas

    perasuransian, dana pension, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa

    lainnya dengan menggunakan formulir 2 dalam lampiran POJK Fontech

    dan melampirkan paling sedikit :

    a. akta pendirian badan hukum termasuk anggaran dasar berikut

    perubahannya (jika ada) yang telah disahkan/disetujui oleh instansi

    yang berwenang atau diberitahukan kepada instansi yang

    berwenang

    b. daftar kepemilikan

    c. data pemegang saham

    d. data direksi dan komisaris

    e. fotokopi bukti pemenuhan permodalan yang dilegalisasi dan masih

    berlaku selama proses permohonan perizinan atas nama pada salah

    satu bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara

    konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang berbadan

    hukum Indonesia;

    f. struktur organisasi Penyelenggara;

    g. pedoman/standar prosedur operasional terkait penerapan program

    anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme;

  • 31

    h. rencana kerja untuk 1 (satu) tahun pertama

    i. bukti kesiapan operasional

    j. fotokopi nomor pokok wajib pajak atas nama Penyelenggara;

    k. surat pernyataan rencana penyelesaian terkait hak dan kewajiban

    Pengguna dalam hal Penyelenggara tidak dapat meneruskan

    kegiatan operasional sistem elektronik Layanan Pinjam Meminjam

    Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan

    l. bukti pelunasan biaya perizinan.

    Selain tentang syarat-syarat untuk menjadi penyelenggara, dalam

    POJK Fintech juga mengatur tentang Penerima pinjaman sebagaimana

    yang terdapat dalam pasal 15 POJK Fintech dan Pemberi Pinjaman yang

    diatur dalam pasal 16 POJK Fintech yang menjelaskan bahwa, penerima

    pinjaman dapat berbentuk orang perseorangan atau badan hukum yang

    harus berasal dan berdomisili di wilayah hukum indonesia. Sedangkan

    pemberi pinjaman lebih luas cakupan subjek hukumnya yaitu

    perseorangan atau badan hukum indonesia atai asing dan/atau lembaga

    internasional.

    Adapun ruang lingkup pelaksanaan perjanjian layanan pinjam

    meminjam uang berbasis teknologi informasi diatur dalam pasal 18 POJK

    Fintech yang meliputi :

    1. perjanjian antara penyelenggara dengan pemberi pinjaman

  • 32

    isi dari perjanjian antara penyelenggara dengan pemberi pinjaman ini

    dituangkan dalam dokumen elektronik yang unsurnya diatur dalam

    pasal 19 ayat (1) dan (2) POJK Fintech yaitu paling sedikit memuat :

    a. nomor perjanjian;

    b. tanggal perjanjian;

    c. identitas para pihak;

    d. ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak;

    e. jumlah pinjaman;

    f. suku bunga pinjaman;

    g. besarnya komisi;

    h. jangka waktu;

    i. rincian biaya terkait;

    j. ketentuan mengenai denda (jika ada);

    k. mekanisme penyelesaian sengketa; dan

    l. mekanisme penyelesaian dalam hal penyelenggara tidak dapat

    melanjutkan kegiatan operasionalnya;

    pada saat berjalannya perjanjian antara penyelenggara dengan

    pemberi pinjaman, sebagaimana yang diamanahkan dalam pasal 19 ayat

    (3), (4) dan (5) POJK Fintech, Penyelenggara diwajibkan untuk

    menyediakan akses informasi kepada pemberi pinjaman atas penggunaan

    dana diluar dari informasi terkait identitas Penerima Pinjaman yang

    sedikitnya memuat :

    a. Jumlah dana yang dipinjamkan kepada Penerima Pinjaman

  • 33

    b. Tujuan pemanfaatan dana oleh Penerima Pinjaman

    c. Bunga pinjaman

    d. Jangka waktu pinjaman.

    2. perjanjian antara pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman

    isi dari perjanjian antara Penerima Pinjaman dengan pemberi pinjaman ini

    dituangkan dalam dokumen elektronik yang unsurnya diatur dalam pasal 20

    POJK Fintech yaitu paling sedikit memuat :

    a. nomor perjanjian;

    b. tanggal perjanjian;

    c. identitas para pihak;

    d. ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak;

    e. jumlah pinjaman;

    f. suku bunga pinjaman;

    g. nilai angsuran;

    h. jangka waktu;

    i. objek jaminan (jika ada);

    j. rincian biaya terkait;

    k. ketentuan mengenai denda (jika ada); dan

    l. mekanisme penyelesaian sengketa;

    Penyelenggara diwajibkan untuk menyediakan akses informasi kepada

    penerima pinjaman atas posisi pinjaman yang diterima, diluar dari informasi

    terkait identitas pemberi pinjaman.

  • 34

    Selain perjanjian diatas, untuk menjadi pertimbangan para pihak dalam

    perjanjian sebagaimana diamanatkan dalam pasal 21 POJK Fintech, penyelenggara

    dengan pengguna (Penerima Pinjaman dan Pemberi Pinjaman) harus melakukan

    mitigasi risiko yang mencangkup seluruh risiko yang terdapat dalam Layanan

    Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, antara lain risiko

    operasional dan risiko kredit.

    Untuk menjamin keamanan transaksi pembayaran ataupun pemberian piutang,

    dalam pasal 24 POJK Fintech mewajibkan Penyelenggara untuk menyediakan

    escrow account dan virtual account dalam rangka layanan pinjam meminjam uang

    berbasis teknollogi informasi. Tujuan penggunaan virtual account dan escrow

    account dalam penyelenggaraan kegiatan Layanan Pinjam Meminjam Uang

    Berbasis Teknologi Informasi ini terdapat dalam penjelasam pasal 24 POJK

    FIntech, yaitu untuk melarang bagi Penyelenggara melakukan penghimpunan dana

    masyarakat melalui rekening Penyelenggara.

    3. Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending

    Berbeda dengan perjanjian pinjam meminjam uang secara konvensional yang

    terdiri dari 2 pihak. 33 Sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam uang berbasis

    teknologi informasi, terdiri dari 3 (tiga) pihak yaitu :

    1. Penyelenggara

    33 Komariah. 2013. Hukum Perdata. Malang : UMM Press. Hal. 118

  • 35

    Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

    Informasi yang selanjutnya disebut Penyelenggara sebagaimana dalam

    pasal 1 ayat 6 POJK Fintech dijelaskan bahwa penyelenggara adalah

    badan hukum indonesia yang menyediakan, mengelola, dan

    mengoprasikan layanan pinjam meminjam berbasis teknologi informasi.

    Bentuk dari Penyelenggara diatur dalam pasal 3 POJK Fintech yaitu

    penyelenggara dapat berbentuk perseroan terbatas atau koperasi. Bagi

    penyelenggara yang berbentuk perseroan terbatas dapat didirikan dan

    dimiliki oleh warga negara indonesia dan/atau asing, dan/atau badan

    hukum indonesia dan/atau asing. Untuk kepemilikan saham bagi warga

    negara asing dan/atau badan hukum asing baik secara langsung maupun

    tidak langsung paling banyak 85% (delapan puluh lima persen).

    2. Penerima pinjaman

    Penerima pinjaman menurut pasal 1 ayat 7 POJK Fintech menyebutkan

    bahwa penerima pinjaman adalah orang atau badan hukum yang

    mempunyai hutang karena perjanjian layanan pinjam meminjam uang

    berbasis teknologi informasi. Penerima pinjaman akan dipertemukan

    dengan pemberi pinjaman oleh penyelenggara. Ketentuan untuk

    menjadi penerima pinjaman terdapat dalam pasal 15 POJK Fintech yaitu

    orang perseorangan warga Negara Indonesia atau badan hukum

    Indonesia.

    3. Pemberi Pinjaman

  • 36

    Pemberi pinjaman menurut pasal 1 angka 8 POJK Fintech menyebutkan

    bahwa pemberi pinjaman adalah orang, badan hukum dan/atau badan

    usaha yang mempunyai piutang karena perjanjian layanan pinjam

    meminjam uang berbasis teknologi informasi. Penerima pinjaman

    merupakan pihak yang memberikan pinjaman atau pendanaan kepada

    penerima pinjaman yang membutuhkan dana yang dipertemukan oleh

    penyelenggara. Ketentuan pemberi pinjaman diatur secara umum dalam

    pasal 16 POJK Fintech yaitu pemberi pinjaman berbentuk perseorangan

    warga negara indonesia atau asing, badan hukum indonesia/asing, badan

    usaha indonesia/asing, dan / atau lembaga internasional.

    D. Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending

    1. Pengertian Hubungan Hukum

    Hubungan hokum adalah hubungan yang diatur oleh hokum, suatu hubungan

    yang tidak diatur oleh hukum berarti bukan hubungan hukum. Misalnya

    pertunangan dan lamaran bukanlah merupakan hubungan hukum. Hubungan

    hukum bisa terjadi antara subjek hukum dengan subjek hukum atau subjek hukum

    dengan objek hukum. Subjek yang dimaksut disini adalah orang perseorangan atau

    badan hukum. Adapun hubungan subjek hukum dengan objek hukum adalah

    adanya hak yang dikuasai oleh subjek hukum itu atas barang tersebut, baik

    berwujud atau tidak berwujud dan barang bergerak atau barang tidak bergerak.

    Dilihat dari sifat hubungannya, hubungan hukum bias dibedakan antara hubungan

    hukum yang bersifat privat dan hubungan hukum yang bersifat publik, perbedaan

    antara keduanya terdapat pada hakikat hubungan itu atau hakikat transaksi yang

  • 37

    terjadi (the nature of transaction). Hakikat yang dimaksut adalah siapa pembuatnya

    dan cangkupan berlakunya hubungan hukum tersebut. Contohnya dalam hubungan

    hukum publik adanya pembuatan peraturan yaitu pemerintah dan berlaku secara

    umum untuk subjek hukum atau objek hukum yang berada di ruang lingkup wilayah

    republic Indonesia. Sedangkan apabila kita bicara hubungan hukum privat yang

    membuat adalah para pihak dan berlaku untuk para pihak pembuatnya saja.34

    Hubungan hukum terjadi antara dua pihak atau lebih subyek hukum yang masing-

    masing mempunyai hak dan kewajiban, jadi dalam semua hubungan hukum di

    dalam masyarakat diatur oleh hukum. Tidak semua hubungan dapat disebut sebagai

    hubungan hokum, ada 2 (dua) syarat yang harus terpenuhi untuk dapat disebut

    sebagai hubungan hokum yaitu

    1) adanya dasar hokum yaitu peraturan yang mengatur hubungan hokum, dan

    2) timbulnya peristira hokum atau kejadian hokum.35

    Dari syarat diatas, suatu perjanjian pinjam meminjam uang termasuk sebagai

    suatu hubungan hokum dimana terdapat peraturan yang pengatur tentang perjanjian

    pinjam meminjam uang yang secara umum dalam Kitab Undang-Undang Hukum

    Perdata Bab Ketiga belas tentang Pinjam Meminjam pasal 1754 sampai pasal 1769.

    Dan terdapat peristiwa hokum dimana kreditur memberikan kepada debitur suatu

    jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian (Uang), dengan syarat

    bahwa pihak debitur akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan

    34 Peter Mahmud Marzuki. 2017. Pengantar Ilmu Hukum Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit

    Kencana. Hal. 216 35 R. Soeroso. 2001. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika. Hal. 271

  • 38

    keadaan yang sama pula sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 1754 KUHPdt.

    Setelah pihak debitur menerima pinjaman, hak milik dari barang tersebut menjadi

    milik debitur, dan jika barang tersebut musnah maka kemusnahan itu adalah atas

    tanggungannya hal ini terdapat dalam pasal 1755 KUHPdt. Dalam perjanjian para

    pihak juga diperbolehkan memperjanjikan bunga atas peminjaman uang sesuai

    dengan pasal 1765 KUHPdt.

    2. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Peer to Peer Lending Menurut POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang

    Berbasis Teknologi Informasi

    Dari penjabaran hubungan hukum diatas, perjanjian Peer to Peer Lending

    hampir sama dengan perjanjian pinjam meminjam uang pada umumnya yang diatur

    dalam KUHPdt yaitu terdapat hubungan hukum yang bersifat privat antara subjek

    hukum, namun terdapat perbedaan dari hubungan hukum dan peristiwa hukumnya,

    apabila dalam Peristiwa hukum perjanjian hutang piutang terjadi antara pemberi

    pinjaman dengan penerima pinjaman secara langsung dan mempunyai kuasa

    masing-masing untuk mengatur isi perjanjiannya, apabila dalam perjanjian Peer to

    Peer Lending terdapat 3 (tiga) pihak yang menjadi subjek dalam perjanjian, dimana

    kuasa tertinggi terdapat di penyelenggara sebagai pihak yang menyediakan,

    mengelola dan mengoperasikan layanan Peer to Peer Lending. Adapun hubungan

    hukum dalam Peer to Peer Lending terdapat dalam pasal 18 POJK FIntech, yang

    terdiri dari 2 (dua) hubungan hukum antara lain :

    a. Perjanjian antara penyelenggara dengan Pemberi Pinjaman

  • 39

    Perjanjian antara penyelenggara dengan pemberi pinjaman berisi tentang

    perjanjian persetujuan pendanaan yang berbentuk baku yaitu pemberi pinjaman

    yang harus menyetujui syarat dan ketentuan khusus yang telah diatur oleh

    penyelenggara selaku Platform Peer To Peer Lending.36 Perjanjian tersebut

    dituangkan dalam dokumen elektronik yang isinya paling sedikit menurue pasal 19

    ayat (1) dan (2) POJK Fintech memuat :

    a) Nomor perjanjian

    b) Tanggal perjanjian

    c) Identitas para pihak

    d) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak

    e) Jumlah pinjaman

    f) Suku bunga pinjaman

    g) Besarnya komisi

    h) Jangka waktu

    i) Rincian biaya terkait

    j) Ketentuan mengenai denda (jika ada)

    k) Mekanisme penyelesaian dalam hal Penyelenggara tidak dapat melanjutkan

    kegiatan operasional.

    36 Alfhica Rezita Sari. Op.Cit.

  • 40

    Dalam pelaksanaan perjanjian sebagaimana disebutkan dalam pasal 19 ayat (3)

    dan ayat (4) POJK Fintech, penyelenggara wajib menyediakan akses informasi

    kepada pemberi pinjaman atas penggunaan dana, namun tidak termasuk informasi

    terkait identitas penerima pinjaman. Informasi penggunaan dana yang dapat diakses

    oleh pemberi pinjaman sedikitnya diatur dalam pasal 19 ayat (5) POJK Fintech

    yang memuat :

    a) Jumlah dana yang dipinjamkan oleh penerima pinjaman

    b) Tujuan pemanfaatan dana oleh penerima pinjaman

    c) Besaran bunga pinjaman, dan

    d) Jangka waktu pinjaman

    Adapun syarat dan ketentuan khusus yang diatur oleh penyelenggara Peer To

    Peer Lending tersebut mengenai Pemberi Pinjaman selaku pihak yang akan

    mengajukan pemberian dana melalui platform harus setuju dan sepakat untuk

    menunjuk Penyelenggara layanan Fintech untuk bertindak untuk dan atas nama

    Pemberi Pinjaman yaitu untuk menyalurkan dana Pemberi Pinjaman kepada pihak

    Penerima Pinjaman. Pemberian kuasa ini terjadi karena dalam pelaksanaan

    kegiatan Peer to Peer Lending menuntut proses yang lebih cepat (sebagai bentuk

    keunggulan).37 Dasar hokum permberian kuasa ini terdapat dalam pasal 1792

    KUHPerdata menjelaskan :

    37 Candrika Radita Putri. Op.Cit. Hal. 464

  • 41

    “pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang

    memberikan kuasa (wewenang) kepada seorang lain, yang menerimanya,

    untuk Namanya menyelenggarakan suatu urusan”

    Dalam konsep pemberian kuasa, pada umunya penerima kuasa memiliki beberapa

    kewajiban yaitu :38

    a) Melaksanakan kuasa yang diberikan dengan sesempurna mungkin

    sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan oleh si pemberi kuasa.

    b) Wajib mempertanggungjawabkan kerugian yang timbul akibat kelalaian

    dan ketidak sempurnaan dalam melaksanakan wewenang yang

    dilimpahkan pemberi kuasa kepadanya.

    c) Wajib melaporkan dan membuat perhitungan pertanggungjawaban atas

    atas segala sesuatu yang dilakukannya sehubungan atas pelaksanaan

    tugas yang dilimpahkan kepadanya (Pasal 1802 KUHPdt).

    d) Wajib bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan oleh “kuasa

    sibstitusi”. Dan

    e) Wajib membayar “bunga uang” tunai yang diterimanya jika uang yang

    diterimanya dipergunakan untuk kepentingan diri sendiri.

    b. Perjanjian antara Pemberi Pinjaman dengan Penerima Pinjaman

    38 Ratna Hartanto dan Juliani Purnama Ramli. Op.Cit. hal, 333

  • 42

    Perjanjian antara pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman berisi tentang

    perjanjian pinjam meminjam uang dimana penerima pinjaman mengajukan

    permohonan pinjaman uang kepada pemberi pinjaman yang dituangkan dalam

    dokumen elektronik yang diatur dalam pasal pasal 20 ayat 1 dan ayat 2 POJK Fintech

    yang sedikitnya berisi tentang :

    a) Nomor perjanjian

    b) Tanggal perjanjian

    c) Identitas para pihak

    d) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak

    e) Jumlah pinjaman

    f) Suku bunga pinjaman

    g) Nilai angsuran

    h) Jangka waktu

    i) Objek jaminan (jika ada)

    j) Rincian biaya terkait

    k) Ketentuan mengenai denda (jika ada), dan

    l) Mekanisme penyelesaian sengketa.

    Pada saat berjalannya perjanjian pinjam meminjam uang, sesuai dengan

    amanah pasal 20 ayat 3 dan ayat 4 POJK FIntech, penyelenggara wajib menyediakan

  • 43

    akses informasi kepada penerima pinjaman atas posisi pinjaman yang diterima,

    akses informasi yang diakses tidak termasuk informasi terkait identitas pemberi

    pinjaman.

    E. TanggungJawab Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending

    1. Pengertian Tanggung Jawab Hukum

    Tanggung jawab dalam kamus Bahasa Indonesia memiliki arti keadaan wajib

    menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,

    dipersalahkan, diperkirakan, dan sebagainya).39 Menurut Wahyu Sasongko,

    tanggung jawab hukum adalah kewajiban menanggung suatu akibat menurut

    ketentuan hukum yang berlaku dan di sini ada norma atau peraturan hukum yang

    mengatur tentang tanggung jawab.40 Akibat menurut hokum yang dimaksut adalah

    tentang kewajiban para pihak yang diatur dalam perjanjian sesuai asas Pacta Sun

    Servanda dan Peraturan Perundang-undangan.

    Secara umum dalam perjanjian pinjam meminjam para pihaknya memiliki

    Kewajiban yang diatur dalam pasal 1759 sampai dengan pasal 1764 KUHPdt yang

    berisi bahwa pemberi pinjaman tidak dapat meminta kembali apa yang telah

    dipinjamkan sebelum lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian. Apabila

    terdapat sengketa dalam perjanjian karena tidak ditetapkan waktu pengembalian

    dalam awal perjanjian sesuai dengan pasal 1760 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

    39 Kamus Besar Bahasa Indonesia

    40 Sudut Hukum, Tanggung Jawab Hukum, https://suduthukum.com/2017, diakses 16

    Oktober 2019

    https://suduthukum.com/2017

  • 44

    maka hakim dalam memutus perkara dapat memberi kelonggaran sesuai keadaan

    pemberi pinjaman. Sedangkan apabila sudah diperjanjikan bahwa penerima

    pinjaman akan mengembalikan bilamana ia mampu untuk itu sesuai dengan pasal

    1761 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka hakim yang akan menentukan

    waktu pengembalian. Sedangkan kewajiban dari penerima pinjaman yaitu

    mengembalikan pinjaman dalam jumlah dan keadaan yang sama pada waktu yang

    telah ditentukan dalam perjanjian, hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam pasal

    1760 KUHPdt. Apabila dalam perjanjian disepakati bunga maka penerima

    pinjaman diwajibkan juga untuk mengembalikan pinjaman pokok ditambah dengan

    bunga pinjaman sesuai perjanjian yang ditentukan dalam perjanjian ataupun

    menurut Undang-Undang sesuai kesepakatan para pihak sebagaimana dijelaskan

    dalam pasal 1766 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

    2. Tanggungjawab Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending Menurut POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam

    Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

    Dalam perjanjian pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi

    tanggungjawab hukumnya hampir sama dengan perjanjian pinjam meminjam uang

    secara konvensional hanya saja terdapat ketentuan khusus yang mengatur pemberi

    pinjaman dan penerima pinjaman yaitu pemberi pinjaman dalam layanan pinjam

    meminjam uang berbasis teknologi informasi (selanjutnya disebut Peer To Peer

    Lending) dapat berasal dari dalam dan/atau luar negeri yang terdiri dari orang

    perseorangan warga negara indonasia atau asing, badan hokum indonesia atau

    asing, dan atau Lembaga internasional sebagaimana yang disebutkan dalam pasal

    16 POJK Fintech. Sedangkan penerima pinjaman wajib berasal dan berdomisili di

  • 45

    wilayah hokum Indonesia yang dapat berbentuk orang perseorangan atau badan

    hokum Indonesia.

    Selain kekhususan diatas, dalam penyelenggaraan Peer To Peer Lending juga

    terdapat pihak penyelenggara sebagai pihak yang menyediakan, mengelola dan

    mengoprasikan layanan Peer To Peer Lending. Menurut POJK Fintech

    Penyelenggara dalam menyelenggarakan Peer To Peer Lending memiliki

    tanggungjawab untuk :

    1) Pasal 7 “Penyelenggara Wajib mengajukan pendaftaran dan perizinan

    kepada OJK”

    2) Pasal 24 Ayat (1) “penyelenggara wajib menggunakan Eschrow

    Account dan Virtual Account dalam rangka Layanan Pinjam Meminjam

    Uang Berbasis Teknologi Informasi”

    3) Pasal 25 ayat (1) “Penyelenggara wajib menggunakan pusat data dan

    pusat pemulihan bencana.”

    4) Pasal 26 Dalam hal kerahasiaan data “penyelenggara wajib :

    a) menjaga kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan data pribadi, data

    transaksi, dan data keuangan yang dikelolanya sejak data diperoleh

    hingga data tersebut dimusnahkan;

    b) memastikan tersedianya proses autentikasi, verifikasi, dan validasi

    yang mendukung kenirsangkalan dalam mengakses, memproses,

    dan mengeksekusi data pribadi, data transaksi, dan data keuangan

    yang dikelolanya;

  • 46

    c) menjamin bahwa perolehan, penggunaan, pemanfaatan, dan

    pengungkapan data pribadi, data transaksi, dan data keuangan yang

    diperoleh oleh Penyelenggara berdasarkan persetujuan pemilik data

    pribadi, data transaksi, dan data keuangan, kecuali ditentukan lain

    oleh ketentuan peraturan perundangundangan;

    d) menyediakan media komunikasi lain selain Sistem Elektronik

    Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

    untuk memastikan kelangsungan layanan nasabah yang dapat

    berupa surat elektronik, call center, atau media komunikasi lainnya;

    dan

    e) memberitahukan secara tertulis kepada pemilik data pribadi, data

    transaksi, dan data keuangan tersebut jika terjadi kegagalan dalam

    perlindungan kerahasiaan data pribadi, data transaksi, dan data

    keuangan yang dikelolanya.”

    5) Pasal 27 “Penyelenggara wajib Menyediakan rekam jejak audit

    terhadap seluruh kegiatannya di dalam system elektronik Layanan

    Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi untuk keperluan

    pengawasan, penegakan hokum, penyelesaian sengketa, verifikasi,

    pengujuan dan pemeriksaan lainnya. Juga memastikan bahwa perangkat

    perangkat system teknologi informasi mendukung penyediaan rekam

    jejak audit.”

    6) Pasal 28 dalam hal system pengamanan :

  • 47

    a) “Penyelenggara wajib melakukan pengamanan terhadap komponen

    sistem teknologi informasi dengan memiliki dan menjalankan

    prosedur dan sarana untuk pengamanan Layanan Pinjam Meminjam

    Uang Berbasis Teknologi Informasi dalam menghindari gangguan,

    kegagalan, dan kerugian.

    b) Penyelenggara wajib menyediakan sistem pengamanan yang

    mencakup prosedur, sistem pencegahan, dan penanggulangan

    terhadap ancaman dan serangan yang menimbulkan gangguan,

    kegagalan, dan kerugian.

    c) Penyelenggara wajib ikut serta dalam pengelolaan celah keamanan

    teknologi informasi dalam mendukung keamanan informasi di

    dalam industri layanan jasa keuangan berbasis teknologi informasi.

    d) Penyelenggara wajib menampilkan kembali Dokumen Elektronik

    secara utuh sesuai dengan format dan masa retensi yang ditetapkan

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

    7) Pasal 29 “Penyelenggara wajib menerapkan prinsip dasar dari

    perlindungan Pengguna yaitu: transparansi, perlakuan yang adil,

    keandalan, kerahasiaan dan keamanan data dan, penyelesaian sengketa

    Pengguna secara sederhana, cepat, dan biaya terjangkau.”

    8) Pasal 30 “Penyelenggara wajib menyediakan dan/atau menyampaikan

    informasi terkini mengenai Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis

    Teknologi Informasi yang akurat, jujur, jelas, dan tidak menyesatkan

  • 48

    yang dituangkan dalam dokumen atau sarana lain yang dapat digunakan

    sebagai alat bukti.”

    9) Pasal 31 “Penyelenggara wajib menyampaikan informasi kepada

    Pengguna tentang penerimaan, penundaan, atau penolakan permohonan

    Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Dalam

    hal Penyelenggara menyampaikan informasi penundaan atau penolakan

    permohonan layanan jasa keuangan, Penyelenggara wajib

    menyampaikan alasan penundaan atau penolakannya kecuali diatur lain

    oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.”

    10) Pasal 32 “Penyelenggara wajib menggunakan istilah, frasa, dan/atau

    kalimat yang sederhana dalam bahasa Indonesia yang mudah dibaca dan

    dimengerti oleh Pengguna dalam setiap Dokumen Elektronik. Bahasa

    Indonesia dalam dokumen dapat disandingkan dengan bahasa lain jika

    diperlukan.”

    11) Pasal 34 “Penyelenggara wajib memperhatikan kesesuaian antara

    kebutuhan dan kemampuan Pengguna dengan layanan yang ditawarkan

    kepada Pengguna.”

    12) Pasal 35 “Penyelenggara wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan

    dalam setiap penawaran atau promosi layanan yang terdiri atas nama

    dan/atau logo Penyelenggara dan pernyataan bahwa Penyelenggara

    terdaftar dan diawasi oleh OJK.”

    13) Pasal 36 “Dalam hal Penyelenggara menggunakan perjanjian baku,

    perjanjian baku tersebut wajib disusun sesuai dengan ketentuan

  • 49

    peraturan perundang-undangan. yang dilarang menyatakan pengalihan

    tanggung jawab atau kewajiban Penyelenggara kepada Pengguna; dan

    menyatakan bahwa Pengguna tunduk pada peraturan baru, tambahan,

    lanjutan dan/atau perubahan yang dibuat secara sepihak oleh

    Penyelenggara dalam periode Pengguna memanfaatkan layanan.”

    14) Pasal 37 “Penyelenggara wajib bertanggung jawab atas kerugian

    Pengguna yang timbul akibat kesalahan dan/atau kelalaian, Direksi,

    dan/atau pegawai Penyelenggara.”

    15) Pasal 38 “Penyelenggara wajib memiliki standar prosedur operasional

    dalam melayani Pengguna yang dimuat dalam Dokumen Elektronik.”

    16) Pasal 40 “Penyelenggara wajib melaporkan secara elektronik setiap

    bulan dalam hal terdapat pengaduan Pengguna disertai dengan tindak

    lanjut penyelesaian pengaduan dimaksud kepada OJK.”

    17) Pasal 42 “Penyelenggara wajib menerapkan program anti pencucian

    uang dan pencegahan pendanaan terorisme di sektor jasa keuangan

    terhadap Pengguna sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan mengenai penerapan program anti pencucian uang dan

    pencegahan pendanaan terorisme.”

    18) Pasal 44 “Penyelenggara yang telah memperoleh izin, wajib

    menyampaikan laporan berkala secara elektronik kepada OJK, yaitu

    laporan bulanan dan laporan tahunan.”

    19) Pasal 48 “Penyelenggara wajib terdaftar sebagai anggota asosiasi yang

    telah ditunjuk oleh OJK.