Upload
truongtram
View
224
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. Tinjauan Medis
A. Konsep Dasar Kehamilan
1. Pengertian kehamilan
Menurut Manuaba (2010) kehamilan adalah pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir
sampai permulaan persalinan.
Menurut Sarwono (2012) Kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi.
Menurut Saifuddin (2006) Kehamilan adalah dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin.
Definisi kehamilan adalah tumbuh serta berkembangnya janin
di dalam intrauteri dikarenakan adanya pertemuan spermatozoa dan
ovum yang berimplantasi selama belum ada tanda persalinan.
2. Periode Kehamilan
Menurut Asrinah dkk (2010), periode ini dibagi menjadi tiga
semester yaitu:
a. Trimerster I berlangsung pada 0 minggu hingga ke 12 minggu
b. Trimester II berlangsung dari minggu ke 13 sampai dengan
minggu ke 27
c. Trimester III berlangsung mulai dari minggu 18 hingga minggu 28
sampai dengan minggu ke 40
11
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
12
3. Proses kehamilan
Proses konsepsi, fertilisasi dan implantasi menurut Sulistyawati
(2012), yaitu pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat yang
memungkinkan terjadinya kehamilan lalu kelanjutan dari proses
konsepsi, yaitu sperma bertemu dengan ovum, terjadi penyatuan
sperma dan ovum sampai dengan terjadi perubahan fisik dan kimiawi
ovum-sperma menjadi buah dari kehamilan, buah dari kehamilan
masuk atau tertanam, hasilnya konsepsi dalam endometerium.
Proses konsepsi, dan nidasi menurut Manuaba (2010) yaitu
ovum yang matang yang telah dibuahi oleh spermatozoa memasuki
kanalis serviks, setelah masuk ovum yang telah dibuahi sperma akan
melakukan fertilisasi, ketika inti ovum dan sperma bertemu ini
dinamakan zigot, dan zigot akan tumbuh di dalam rahim
4. Tanda-Tanda Kehamilan
a. Tanda-tanda kehamilan menurut (Mochtar 2012;h.35) yaitu
Tanda tidak pasti hamil terdiri dari
1) Amenorea (berhentinya menstruasi)
2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
3) Ngidam (menginginkan sesuatu)
4) Syncope (pingsan)
5) Payudara tegang
6) Pigmentasi kulit
7) Konstipasi atau obstipasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
13
b. Tanda pasti kehamilan menurut Manuaba 2010 : 109 yaitu
1) Gerakan janin dalam rahim
Terlihat atau teraba gerakan janin. Teraba bagian-bagian janin.
2) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Didengar dengan stetoskop Laenec, alat kardiotokografi, alat
Doppler. Dilihat dengan Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan
dengan alat Rontgen untuk melihat kerangka janin (sekarang
sudah tidak dipakai).
c. Tanda mungkin hamil (Mochtar,2012;h.35 ).
1) Uterus yang membesar
2) Adanya tanda hegar
Tanda hegar adalah perlunakan pada daerah istimus uteri
sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan
tipis, sehingga uterus mudah di fleksikan.
3) Tanda chadwick
Tanda chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan
yang terlihat diporsio, bagina, dan labia. Tanda tersebut timbul
akibat pelebaran vena karena peningkatan kadar esterogen
4) Tanda piskacek adalah pertumbuhan yang asimetris pada
bagian uterus yang dekat dengan implantasi plaseta.
5) Braxton hicks
5. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Pada Ibu Hamil
a. Uterus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
14
Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau
beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia,
sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot
rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar,
lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena
pertumbuhan janin menurut (Mochtar, 2012; h.29).
b. Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah
karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna
merah dan kebiru-biruan ( Mochtar,2012;h30).
c. Ovarium
Ovulasi terhenti dan masih terdapat korpus luteum graviditas
sampai terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran
esterogen dan progesteron (Mochtar,2012;h30).
d. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi, adanya
hiperpigmentasi pada aerola dan papila mamae, pembesaran
kelenjar montgometri (Prawiroharjo,2011;h117).
e. Sirkulasi darah ibu
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah
lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia
kehamilan 32 minggu ( Varney,2007;h498).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
15
Volume darah akan bertambah banyak kira kira 25 %
dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu diikuti dengan
curah jantung yang meningkat sebanyak 30 % (Mochtar
2012;h30).
f. Sistem pernafasan
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem pernafasan
untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen disamping itu dapat
juga dipengaruhi oleh desakan diafragma karena dorongan rahim
yang membesar. (Varney,2007;h.499).
Pernapasan yang sering digunakan pada ibu hamil biasanya
pernapsan dada, karena lebih dalam (Mochtar,2012;h.31).
g. Traktus urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi
pada hamil tua, terjadi gangguan dalam bentuk sering BAK
(Mochtar,2012;h31).
h. Perubahan pada kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh Melanosit Stimulating Hormon
(MSH) lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
Hiperpigmentasi ini terjadi pada strie gravidarum livid atau alba,
areola payudara, papila payudara, linea nigra, pipi (kloasma
gravidarum) (Mochtar.2012.h.31).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
16
i. Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh
mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi
makin tinggi untuk pertumbuhan janin maka dari itu hamil harus
makan makanan yang banyak mengandung gizi
(Mochtar,2012.h31).
6. Perubahan dan Adaptasi Psikologis dalam masa kehamilan
Menurut Kurniasih (2012: 97), perubahan adaptasi psikologis dalam
masa kehamilan meliputi :
a. Perubahan psikologis pada trimester I
Trimester pertama sering dirujuk kepada masa penentuan.
Penentuan membuat fakta bahwa ia hamil. Trimester pertama
juga sering merupakan masa masa kekhawatiran dan penantian.
Perubahan psikologisnya adalah perubahan emosional, rasa
cemas bercampur dengan bahagia, ketidakyakinan dan stres
(Pantikawati,2010).
b. Perubahan psikologis pada trimester II.
Trimester dua ini sering dikatakan periode pancaran
kesehatan. Ini disebabkan selama trimester ini wanita umumnya
merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan
Trimester kedua dibagi menjadi dua fase meliputi :
1) Fase prequickening
Selama akhir trimester pertama dan masa
Prequickening pada trimester kedua, ibu hamil mengevaluasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
17
lagi hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan
ibunya yang telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa dan
mengevaluasi kembali segala hubungan interpersonal yang
telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia
mengembangkan hubungan dengan anak yang dilahirkannya.
Ia akan menerima segala nilai dengan rasa hormat yang telah
diberikan ibunya, namun bila ia menemukan adanya sikap yang
negatif, maka ia akan menolaknya (Suryani,2011;h100).
2) Fase postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening identitas ke
ibuan yang jelas akan muncul. Ibu hamil akan fokus pada
kehamilannya dan persiapan menghadapi peran baru sebagai
seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan
meninggalkan peran lamanya sebelum kehamilan, terutama
pada ibu yang mengalami hamil pertama kali dan wanita karir.
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan
yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan
bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat
hamil. Pada saat ini sebagian wanita mengalami kemajuan
yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada
trimester pertama (Dwi, 2011; h.100).
c. Perubahan psikologis pada trimester III
Trimester tiga sering disebut periode menunggu/penantian
dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
18
menyadari kehadiran bayinya sebagai makhluk yang terpisah
sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran bayi. Perasaan
waspada mengingat bayi dapat lahir kapanpun, membuatnya
berjaga-jaga dan memperhatikan serta menunggu tanda dan
gejala persalinan muncul (Suryani,2011;h.103).
7. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan
a. Rasa ketidaknyamanan pada ibu hamil Trimester I yaitu
Nausea,Ptialisme ,Keletihan,Leukore,sering buang air kecil,nyeri
Punggung (Varney, 2007;h.536).
b. Rasa ketidaknyamanan pada Trimester II
Nyeri uluh hati,KonstipasiHemoroid,kram tungkai,oedem (Varney :
h.539-540).
c. Rasa ketidaknyamanan pada Trimester III
Kaki Bengkak,Varises (Manuaba,2010;h.79),Nocturia Insomnia
Nyeri punggung bawah, Kesemutan dan baal jari (Varney, 2007;
h.543).
8. Cara Mengatasi ketidaknyamanan pada ibu hami;
a. Cara mengatasi ketidaknyamanan ibu hamil TM I
1) Makan dengan porsi kecil tapi sering hindari makanan yang
beraroma kuat (Varney, 2007; h.537).
2) Keletihan dengan cara memberikan konseling dan
meyakinkan ibu bahwa keletihan tersebut normal dilami
(Varney, 2007;h538).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
19
3) Buang air kecil cara mengatasinya adalah mengurangi
asupan cairan sebelum tidur malam sehingga ibu tidak perlu
boal balik ke kamar mandi (Varney, 2007;H. 538).
4) Solusi untuk punggung yang sakit dikarenakan payudara
yang membesar yaitu dengan mengganti bra yang sesuai
dengan ukuran payudara( Varney, 2007;h. 538).
b. Cara mengatasi ketidaknyamanan trimester II yaitu
1) Nyeri uluh hati makan degan porsi kecil tetapi sering untuk
menghindari lambung menjadi penuh. Pertahankan postur
tubuh yang baik supaya ada ruang yang lebih besar bagi
lambung, regangkan lengan melampaui kepala untuk memberi
ruang bagi perut untuk berfungsi. Hindari makanan berlemak,
hindari minum bersamaan dengan makan karena cairan
cenderung menghambat asam lambung (Varney ; 2007.
h.538).
2) Konstipasi yaitu dengan asupan cairan yang adekuat yakni
munum air putih sebanyak minimal 8 gelas/hari, istirahat sing
yang cukup, minum air hangat selagi bangun tidur untuk
menstimulasi gerakan peristaltik pada usus , makan makanan
yang berserat serta banyak yang mengandung serat yang
alami. Lalu melakukan defekasi/ pembuangan yang teratur
(Varney ; 2007. h539).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
20
3) Hemoroid yaitu dengan menghindari konstpasi, hindari
mengejan saat defekasi, kompres dengan air es
(Varrney,2007;h.539).
4) Kram tungkai yaitu dengan meluruskan kaki yang kram lalu
tekan tumit lakukan berulang lalu mempertahankan
mekanisme tubuh yang baik guna meningkatkan sirkulasi
darah, anjurkan untuk diet yang mengandung pospor dan
kalsium ( Varney, 2007:h.540).
5) Oedem yaitu dengan jangan menggunakan baju ketat, elevasi
kaki secara teratur sepanjang hari. Posisi menghadap
kesamping saat berbaring (Varney;2007: h.540).
c. Cara mengatasi ketidaknyamanan Trimester III yaitu :
1) Dianjurkan untuk istirahat dengan posisi kkai lebih tinggi serta
mengurangi konsumsi garam (Manuaba,2010;h.79).
2) Dianjurkan untuk memakai kaos kaki nilon panjang sampai
paha atau menggunakan stocking ketat (Manuaba,2010;h.79)
3) Apabila mau tidur kurangi mengkonsumsi air yang banyak
(Varney,2007;h.541).
4) Mandi dengan air hangat, melakukan aktifitas yang ringan,
mengambil posisi relaksasi (Varney,2007;h.541).
5) Tekuk kaki ketika mengangkat apapun, hindari membungkuk
yang berlebihan, kompres es pada punggung, pijatan atau
usapan pada punggung (Varney, 2007;h.542).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
21
6) Berbaring, menelentangkan tangan dan jangan untiuk
pangkuan tidur (Varney,2007;h.543).
9. Asuhan kehamilan
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantuan rutin selama kehamilan
(Prawirohardjo, 2011 : 278).
Tujuan Pemeriksaan dan Pengawasan Ibu Hamil
Tujuan secara umum dari pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil
adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak
selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan
ibu dan anak yang sehat (Mochtar,2012;h.38).
Tujuan khusus dari pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah:
a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin
dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.
b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita
sedini mungkin
c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d. Memberikan nasehat-nasehat tentang pola hidup sehari-hari dan
keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi
(Mochtar, 2012h.38).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
22
10. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal.
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali
selama kehamilan (Sarwono, 2006) :
a. Satu kali pada trimester I (sebelum usia kehamilan 14 minggu)
b. Satu kali pada trimester II (usia kehamilan antara 14-28 minggu)
c. Dua kali pada trimester III (usia kehamilan antara 28-36 minggu
dan sesudah kehamilan 36 minggu)
Pelayanan/asuhan antenatal standar minimal (termasuk 7T) (Mochtar
2012)
a. Timbang berat badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Ukur Tinggi fundus uteri
d. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid yang lengkap
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular seksual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
11. Pemeriksaan Ibu Hamil (Varney)
a. Anamnesa
Anamnesa identitas dan suami : nama, umur, agama, pekerjaan,
alamat dan sebagainya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
23
Anamnesa umum:Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur,
miksi, defekasi, perkawinan dan sebagainya.Tentang haid, kapan
mendapat haid terakhir (HPHT). Tentang kehamilan, persalinan,
keguguran dan kehamilan ektopik atau kehamilan mola
sebelumnya.
b. Inspeksi dan Pemeriksaan Fisik Diagnostik
Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik meliputi: tekanan darah,
nadi,suhu,pernapasan,jantung,paru paru, dan sebagainya.
c. Perkusi
Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada suatu indikasi.
d. Palpasi
Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit
lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah
kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi
bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi
perut untuk menentukan : Besar dan konsistensi rahim, bagian-
bagian janin, letak dan presentasi, Gerakan janin, Kontraksi rahim
Braxton-Hicks dan his. Manuver Palpasi Menurut Leopold :
Leopold I:
Menentukan letak kepala atau bokong, satu tangan di fundus dan
tangan yang lain diatas simfisis.
Leopold II:
Menentukan letak punggung, dengan satu tangan menekan di
fundus.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
24
Leopold III:
Menentukan bagian terbawah janin.Menentukan letak punggung,
dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak di tengah perut.
Leopold IV:
Menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah
masuk pintu atas panggul ( PAP ) (Mochtar, 2012; 340).
e. Auskultasi
Monoaural (stetoskop obstetrik) untuk mendengarkan denyut
jantung janin (djj). Yang kita dengarkan adalah :
1) Dari janin: Djj pada bulan 4-5 normalnya 120-160x/menit, Bising
tali pusat, Gerakan dan tendangan janin
2) Dari Ibu: Bising rahim (uterine souffle), Bising aorta, Peristaltik
usus
12. Komplikasi pada kehamilan
a. Pada Trimester I
1) Abortus
a) Pengertian Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan (Rustam Mochtar, 2012).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat
akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan (Prawirohardjo,2011.145)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
25
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak di
dahului faktor faktor mekanis ataupun medinalis, semata
mata disebabkan oleh faktor faktor alamiah
b) Klasifikasi
Macam macam abortus terbagi menjadi 5 yaitu
(1) Abortus imminens
Keguguran yang mengancam. Keguguran belum terjadi
sehingga kehamilan dapat dipertahankan
(2) Abortus insipien
Proses keguguran yang sedang berlangsung.
(3) Abortus inkompleteus
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan,
tertinggal hanya desidua atau plasenta
(4) Abortus kompleteus
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan ( desidua dan fetus),
sehingga rongga rahim kosong.
(5) Missed abortion
Keadaan dimana janin yang telah mati masih didalam
rahim.
(6) Abortus provakatus (induced abortion) adalah abortus
yang disengaja, baik dengan memakai obat obatan
maupun alat. Abortus ini lagi terbagi menjadi dua yaitu:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
26
(a) Abortus medisianalis dikarenakan kahamilannya
dapat mengancam jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis)
(b) Abortus kriminalis Abortus yang terjadi oleh karena
tindakan tindakan yang tidak ilegal atau
berdasarkan indikasi medis (Mochtar,2012).
2) Hiperemesis Gravidarum
Adalah mual muntah berlebihan pada ibu hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari hari karena kekurangan cairan
dan terganggunya keseimbangan elektrolit (Manuaba, 2010
h.229).
Klasifikasi Hiperemesisi Gravidarum
a) Tingkat I (Ringan)
Mual muntah yang menyebabkan penderita lemah, tidak
mau makan, berat badan menurun, rasa nyeri di
epigastrium, nadi sekitar 100 kali per menit, Tekanan darah
turun, turgor kulit kurang, lidah kering dan mata cekung
b) Tingkat II (Sedang)
Keadaan lemah, apatis. Turgor kulit mulai jelek, lidah kering
dan kotor, nadi kecil dan cepat, berat badan turun, ikterus
ringan, oliguri dan konstipoasi, mala ikterik
c) Tingkat III (Berat)
Muntah berkurang Keadaan umum jelek kesadaran
menurun, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi berta, suhu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
27
badan meningkat, ikterus, komplikasi yang terparah adalah
gangguan mental.
3) Kram kaki Ini disebabkan karena mual muntah karena ketidak
seimbangnya cairan elektrolit dan kalium
4) Hipersalivasi Ini menyebabkan ibu hamil susah untuk menelan,
akan tetapi kan menghilang sesuai bertambahnya usia kehamilan
5) Pada trimester II
a) Solusio plasenta
b) Plasenta previa
c) Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
d) Mola
e) Kehamilan Ganda
f) PER
6) Pada Trimester III
a) Persalinan Prematuritas
b) Kehamilan dengan pre eklampsia dan eklampsi
c) Kehamilan lewat waktu persalinan
d) Kehamilan dengan kematian janin dalam rahim
e) Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini
f) Kehamilan dengan perdarahan
B. Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian persalinan
Definisi Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
28
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010 : 164).
Menurut Mochtar (2012), persalinan adalah suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi ( janindan uri ) yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim
melalui jalan rahir atau dengan jalan lain
Menurut Sarwono (2009), persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir.
2. Teori Terjadinya Persalinan
a. Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
dimulai (Manuaba,2010;h.168).
b. Teori penurunan hormon
Hormon progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif
terhadap oksitosin, akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah
tercapai tingkat penurunan progesteron (Manuaba,2010;h.168).
Menurut mochtar (2012) , 1-2 minggu sebelum partus mulai
terjadpenurunan kadar hormon esterogen dan progesteron.
Progesteron bekerja sebagai penenang otot otot rahim, karena itu
maka dari itu akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang
menimbulkan his pada saat progrsteron turun
c. Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior, perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
29
sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi. Dengan
menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat
mulai (Manuaba,2010;h.168).
d. Teori pengaruh prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil
dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dikeluarkan dan dapat dianggap pemicu terjadinya persalinan
(Manuaba, 2010;h.168).
e. Teori Hipotalamus hipofisis dan glandula suprarenalis
Teori ini sering menunjukkan kelambanan persalinan karena tidak
terbentuk hipotalamus, pemberian kartokosteroid dapat
menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan. Dari percobaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa antara hipotalamus-hipofisis
dengan mulainya persalinan, serta glandula suprenalis merupakan
pemicu terjadinya persalinan (Manuaba,2010;h.168).
f. Teori plasenta menjadi tua
Penuaan plasenta akan menyebabkan turunya kadar esterogen dan
progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal ini
akan mengakibatkan kontraksi rahim (Mochtar,2012;h.70).
g. Induksi Partus
Partus dapat ditimbulkan dengan gagang laminaria yang dimasukkan
bertujuan untuk merangsang pleksus franken hauser, dapat juga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
30
dengan amniotomi/ pemecahan ketuban serta dapat dengan tetesan
oksitosin melalui pemberian infus (Mochtar,2012;h.70).
3. Tanda tanda Persalinan
a. Tanda tanda persalinan menurut (Manuaba, 2010 : 173).
1) Terjadinya his persalinan, mempunyai ciri khas pinggang terasa
nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin
pendek dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh
terhadap perubahan serviks, semakin beraktivitas kekuatan
makin bertambah.
2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his
persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir
yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan
karena kapiler pembuluh darah pecah.
3) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah
yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban
baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya
ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
b. Tanda tanda persalinan Menurut Mochtar (2012;h;70).
1) Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada
multipara hal itu tidak begitu jelas
2) perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
31
3) sering buang air kecil atau sulit berkemih karena kandung kemih
tertekan oleh bagianterbawah janin.
4) perasaan nyeri perut dan pinggang oleh adanya kontraksi
kontraksi lemah
5) serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya
bertamba, mungkin bercampur darah.
4. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan
Menurut Manuaba (2010: 169) faktor-faktor yang berperan dalam
persalinan meliputi : Power (His/kontraksi otot rahim, kontraksi otot
dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan,
keregangan dan kontraksi ligamentum rotundum), passenger (janin dan
plasenta), passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang), psikis ibu
bersalin, penolong.
5. Asuhan persalinan
Menurut JPNK-KR (2008 : 52 )
a. Persiapan kelahiran bayi meliputi mempersiapkan ruangan untuk
persalinan dan kelahiran bayi
b. Persiapan perlengkapan bahan bahan dan obat obatan yang
diperlukan.
c. Persiapan rujukan
d. Memberikan asuhan sayang ibu
menyapa ibu dengan baik, jawab setiap pertanyaan yang
diajukanoleh keluarga dan ibu, anjurkan keluarga untuk memberi
dukungan, waspadai gejala dan penyulitselama proses persalinan,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
32
dan siap dengan rencana rujukan. Asuhan sayang ibu selama
persalinan termasuk memberikan dukungan emosional, membantu
pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan
menggunakan kamar mandi secara teratur dan pencegahan infeksi.
6. Tahap-tahap persalinan
a. Kala I
Menurut JNPK-KR (2008 : 40) kala satu persalinan dimulai sejak
terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan
kekuatannya) sehingga serviks membuka lengkap (10 cm).
Menurut Mochtar 2012 Kala satu persalinan waktu untuk pembukaan
serviks sampai menjadi pembukaan lengkap.
Menurut Saifuddin Kala I dimulai saat persalianan mulai sampai
pembukaan 10 cm (lengkap). Kala satu persalinan terdiri atas dua
fase, yaitu :
1) Fase laten
Menurut Mochtar ( 2012 ) pembukaan serviks berlangsung lambat
sampaipembukaan 3 cm, lamanya 7 – 8 jam.
Menurut JNPK KR ( 2008: 40 ) Dimulai sejak awal berkontraksi
yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
dan pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8
jam.
Menurut Saifuddin ( 2009 ) fase laten 8 jam serviks membuka
sampai 3 jam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
33
2) Fase aktif
Fase aktif yaitu berlangsung dalam 6 jam dan dibagi selama 3
subfase menurut Mochtar (2012) :
a) Fase akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4cm
b) Fase dilatasi maksimal selama 2 jam pembukaan cepat
sampai 9 cm
c) Fase deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi lengkap 10 cm.
Fase aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi
menjadi 3 (Manuaba, 2010 : 173) yaitu :
a) Fase akselerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm
sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.
b) Fase dilatasi maksimal dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm
yang dicapai dalam 2 jam.
c) Fase deselerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm selama 2 jam.
b. Kala II
Menurut (JNPK-KR, 2008 : 79) dimulai ketika pembukaan
servik sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda dan
gejala kala dua di antaranya : Ibu merasa ingin meneran bersamaan
dengan terjadinya kontraksi. Ibu merasakan adanya peningkatan
tekanan pada rektum dan vaginanya. Perineum menonjol. Vulva-
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
34
vagina dan sfingter ani membuka. Meningkatnya pengeluaran lendir
bercampur darah.
Menurut Saifuddin dimulai dari pembukaan lengkap (10cm)
sampai bayi lahir. Proses ini biasanya 2 jam pada primi dan 1 jam
pada multi
c. Kala III
Menurut JNPK-KR (2008: 99) yang menyatakan bahwa
Manajemen Aktif Kala (MAK) III terdiri dari pemberian suntik oksitosin
dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir dengan dosis 10
Internasional Unit (IU) secara Intra Muskular (IM), melakukan
peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri selama 15
detik. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda seperti perubahan bentuk dan tinggi
uterus, tali pusat bertambah panjang, dan ada semburan darah
mendadak dan singkat.
Kala III dimulai segera setelah bayi baru lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin,
2010;h.101).
d. Kala IV
Menurut Saifuddin (2010) Kala IV dimulai dari saat lahirnya
plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.
Menurut Mochtar (2012) kala IV mulai dari lahirnya uri,
selama 1 sampai dengan 2 jam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
35
Menurut Manuaba (2010) kala IV dimaksudkan untuk
melakukan observasi karena perdarahan postpartum sering terjadi
pada 2 jam pertama
Pada teori Varney et all (2008,h;835) bahwa data dasar untuk
kala empat persalinan mencakup informasi yang dibutuhkan untuk
evaluasi dan penatalaksanaan perawatan selama jam pertama
pascapartum,dan pengetahuan fase taking in pada bayi baru lahir
dan proses bounding attachment antara ibu dan bayi.
Menurut Varney, et all ( 2008,h;836) hal yang perlu dikaji
adalah Tekanan darah,nadi,suhu, dan respirasi harus menjadi stabil
selama satu jam pertama pasca partus. Suhu ibu akan mengalami
peningkatan tidak melebihi 38°C Pemantauan tekanan darah dan
nadi yang rutin menjadi hal yang pokok untuk mendeteksi adanya
komplikasi pasca persalinan. Selain itu bidan melakukan tindakan
pertama setelah plasenta lahir adalah mengevaluasi konsistensi
uterus.
Pemantauan Keadaan umum Ibu
Menurut JPNK-KR (2008 : h.116) pantau keadaan ibu selama
2 jam postpartum, pantau keadaan ibu meliputi tekanan darah, Nadi,
suhu, Tinggi Fundus Uteri, kontraksi, keadaan kandung kemih dan
jumlah perdarahan pada 15 menit pertama dijam pertama dan
lakukan pengecekan kembali pada 30 menit pada jam kedua.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
36
Tabel 2.1 Lama persalinan pada primigravida dan Multigravida Kala persalianan Primigravida Multigravida I 10 sampai 12 jam 6 sampai 8 jam II 1 sampai 5 jam 0,5 sampai 1 jam III 10 menit 10 menit IV 2 jam 2 jam Jumlah (tanpa memasukkan kala IV yang bersifat Observasi
10 sampai 12 jam 8 sampai 10 jam
Sumber Mochtar (2012)
e. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalianan menurut Varney (2007 h.754) : Engagement,
Penurunan lengkap, Fleksi, Rotasi internal, Pelahiran Kepala, Rotasi
Eksternal, Pelahiran bahu dan tubuh dengan fleksi lateral.
f. 58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)
Menurut buku pedoman Asuhan Persalinan Normal (2008) prosedur
persalinan normal antara lain :
Mengenali tanda dan gejala kala II
1) Mendengarkan dan melihat adanya tanda-tanda persalinan kala
dua. Ibu merasa dorongan kuat untuk meneran, ibu merasakan
tekanan yang semakin meningkat pada rektum/vaginanya,
perineum menonjol, vulva, vagina dan sfingter ani membuka.
2) Menyiapkan pertolongan persalinan Memastikan perlengkapan
peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan BBL. Untuk
asfiksia tempat datar dan keras. 2 kain dan 1 handuk bersih dan
kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
37
bahu bayi. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku.
Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi
yang bersih.
5) Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk
semua pemeriksaan dalam.
6) Masukan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi/steril.
Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7) Membersihkan vulva, perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina
perineum anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya
dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.
Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah
yang benar, mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.
8) Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa serviks sudah lengkap, bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah
lengkap lakukan amniotomi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
38
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik
serta merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit,
mencuci tangan.
10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan
bahwa DJJ dalam keadaan baik dan semua hasil-hasil penilaian
serta asuhan lainnya dicatat pada partograf.
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan
meneran
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya, menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan
ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan, menjelaskan kepada
anggota bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi
semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
meneran.Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa
ada dorongan untuk meneran. Bimbing ibu agar dapat meneran
secara benar dan efektif. Dukung dan beri semangat pada saat
meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
39
pilihannya. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.
Anjurkan keluarga untuk memberi semangat pada ibu. Berikan
cukup asupan cairan. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
Segera rujuk bila bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran
(primigravida) atau 1 jam meneran (multigravida).
13) Anjurkan pada ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman. Jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit.
14) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
15) Letakkan kain bersih yang diletakkan 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
16) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali perlengkapan alat
dan bahan.
17) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
18) Persiapan pertolongan kelahiran bayI Setelah tampak kepala
bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
Dengan lembut, menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
40
19) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses
kelahiran bayi.
20) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
21) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal. Menganjurkan ibu meneran saat kontraksi berikutnya
dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar
hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
22) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum
tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
23) Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang ada
di atas dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya
saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi,
dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.
Penanganan bayi baru lahir
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
41
24) Melakukan penilaian, apakah bayi menangis kuat atau bernafas
tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak kesulitan. Jika bayi tidak
bernafas tidak menangis lakukan resusitasi.
25) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan
bayi di atas perut ibu.
26) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus (hamil tunggal).
27) Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin 10 unit agar
uterus berkontraksi baik.
28) Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir suntikkan oksitosin
secara IM di 1/3 paha bagian distal lateral.
29) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan
menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
30) Memotong dan mengikat tali pusat, dengan satu tangan
memegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan penjepitan
tali pusat antara 2 klem tersebut atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan satu simpul kunci pada sisi lainnya.
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
42
31) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bayi sehingga
bayi menempel di dada ibu/di perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
posisi puting payudara ibu.
32) Selimut ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
33) Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva.
35) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas
simfisis untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi regangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah darso kranial
secara hati-hati. Untuk mencegah inversio uterus jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat
dan tunggu hingga kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas.
37) Lakukan peregangan dan dorongan dorso kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti proses jalan lahir. Jika tali pusat bertambah panjang,
pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
meregangkan tali pusat : Beri dosis ulang oksitosin 10 unit
IM. Lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh. Minta
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
43
keluarga untuk menyiapkan rujukan. Ulangi peregangan tali
pusat 15 menit berikutnya. Jika plasenta tidak lahir dalam 30
menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan segera
lakukan plasenta manual.
38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan. Dan jika selaput
ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem DTT untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan
masase uterus, letakkan tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras).
40) Menilai perdarahan Periksa kedua sisa plasenta baik bagian ibu
maupun janin dan pastikan selaput ketuban utuh dan lengkap,
masukkan plasenta kedalam kantong plastik atau tempat khusus.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penilaian bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42) Melakukan prosedur pasca persalinan Pastikan uterus
berkontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
44
43) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit dengan ibu paling
sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan
inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu
pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara. Biarkan bayi berada di dada ibu
selama satu jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44) Setelah satu jam lakukan penimbangan dan pengukuran bayi,
beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 mg IM di paha
kiri anterolateral.
45) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakkan bayi didalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakkan
kembali bayi didada ibu bila bayi belum berhasil menyusu dalam
1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinsan.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan. Setiap
23-30 menit pada jam kedua pasca persalinan. Jika uterus tidak
berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
penatalaksanaan atonia uteri.
47) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase dan menilai
kontraksi.
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
45
49) Memeriksa nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam
kedua pasca persalinan. Memeriksa suhu ibu sekali setiap jam
selama 2 jam pertama pasca persalinan. Melakukan tindakan
yag sesuai untuk temuan yang tidak normal
50) Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-
37,5 oC).
51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah dekontaminasi.
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang
sesuai.
53) Bersihkan ibu dengan menggunakan air Desinfektan Tingkat
Tinggi (DTT). Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkannya.
55) Dekontaminasi tempat tidur dengan larutan klorin 0,5 %.
56) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %.
Balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
selama 10 menit
57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
46
58) Lengkapi partograf.
g. 18 Penapisan Asuhan Persalinan Normal JNPK-KR (2008)
Riwayat bedah sesar, pedarahan pervaginam, persalinan kurang bulan
(usia kehamilan kurang dari 37 minggu), ketuban pecah disertai
dengan mekonium yang kental, ketuban pecah lama (lebih dari 24
jam), ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan
kurang dari 37 minggu), ikterus, anemia berat, tanda/gejala
infeksi, pre-eklampsia/hipertensi dalam kehamilan, tinggi fundus 40 cm
atau lebih, gawat janin, primipara dalam fase aktif kala satu persalinan
dan kepala janin masih 5/5, presentasi bukan belakang kepala,
presentasi ganda (majemuk), kehamilan ganda atau gemeli, tali pusat
menumbung, syok
h. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Definisi Inisiasi menyusu dini adalah segera setelah bayi lahir
dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit
bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini
berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat
menyusu sendiri.
Keuntungan Kontak Kulit dengan Kulit untuk Ibu
1) Oksitosin
Membantu kontraksi uterus sehingga risiko perdarahan pasca
persalinan lebih rendah. Merangsang pengeluaran kolostrum dan
meningkatkan produksi ASI. Penting untuk kelekatan hubungan ibu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
47
dan bayi. Ibu lebih tenang dan tidak merasa nyeri pada saat
plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya.
2) Prolaktin
Meningkatkan produksi ASI Membantu ibu mengatasi stres.
Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai
menyusu. Menunda ovulasi.
Keuntungan IMD ada 2 yaitu
1) Keuntungan IMD untuk Bayi
Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum
segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera
kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.
Meningkatkan kecerdasan. Membantu bayi mengkoordinasikan
hisap, telan dan nafas. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan
bayi. Mencegah kehilangan panas.
2) Keuntungan IMD untuk Ibu
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin. Meningkatkan
keberhasilan produksi ASI. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu
dan bayi.
C. Konsep Dasar Nifas
1. Definisi
Masa nifas adalah masa peurperium yaitu masa pemulihan
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat alat kandungan
kembali seperti pra hamil (Mochtar,2012.87).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
48
Masa nifas atau peurperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu ( Sarwono, 2010.
H 356).
Masa nifas atau peurperium dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti semula ataupun
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira kira 6 minggu
(Saifuddin, 2012.h;122).
2. Pembagian masa Nifas
Nifas dibagi menjadi dalam 3 periode (Mochtar,2012;h.87) yaitu :
a. Peurperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri
berjalan. Dalam ajaran Islam diperbolehkan bekerja dan dikatakan
bersih ketikka ia sudah 40 hari pasca bersalin
b. Peurperium intermediet, yaitu kepulihan penyeluruhan alat alat
genetelia yang lamanya 6 sampai dengan 8 minggu
c. Peurperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu
persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat
sempurna dapat berminggu minggu bahkan tahunan
3. Involusi alat alat Kandungan menurut Mochtar (2012) :
a. Uterus, secara berangsur angsur menjadi kecil hingga berakhir
kembali seperti sebelum hamil
b. Bekas implantasi uri, placental bed mengecil karena kontraksi dan
menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu
menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
49
c. Luka luka, pada jalan lahir apabila tidak disertai dengan infeksi akan
sembuh dengan 6 samapi dengan 7 hari.
d. Rasa nyeri, yang disebut after pains ( merian atau mulas mulas)
disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 sampai 4 hari
pasca persalinan.
e. Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Lokia terbagi menjadi 6 yaitu :
1) Lokia Rubra berisi darah segar sisa sisa selaput ketuban, sel sel
desidua, vernik kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari
pasca persalinan
2) Lokia sangu inolenta berwarna merah kuning, berisi darah dan
lendir hari ke 3 sampai 7 pascapersalinan
3) Lokia serosa berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7 sampai 14 pascapersalinan.
4) Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu
5) Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk
6) Lokiostasis lokia yang keluarnya tidak lancar.
Tabel 2.2 Tinggi Fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi fundus uteri Berat Uterus Bayi lahir Setinggipusat 1000 gram Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram 1 minggu Pertengahan pusat
simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis
350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram 8 minggu Sebesar normal 30 gram
(Sumber: Mochtar 2012;h 87).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
50
f. Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik akan menjadi seperti corong
dan menganga serta berwarna merah kehitaman. Konsistensinya
lunak kadang ada perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk kerongga rahim, akan tetapi setelah 2 jam dapat dilalui
hanya 2 sampai 3 jari dan setelah lewat dari 7 hari hanya dapat dilalui
oleh satu jari saja
g. Ligamen ligamen
Ligamen, facia dan diafragma dikarenakan adanya peregangan
pada saat persalinan, setelah bayi lahir ligamen ini akan menjadi ciut
dan pulih kembali, dan biasanya ini mengakibatkan uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi dikarenakan ligamen rotundum
menjadi kendur. Dan untuk memulihkan kembali, sebaiknya ibu ibu
pasca bersalin harus latihan senam pascabersalin.
4. Perawatan Pasca Persalinan menurut Mochtar (2012) :
1) Mobilisasi
Karena kelelahan setelah bersalin, ibu harus beristirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pascabersalin. Setelahnya, ibu boleh miring
kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari kedua ibu diperbolehkan duduk, hari ketiga
boleh berjalan jalan, dan hari keempat atau kelima sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi tersebut memiliki variasi, tergantung
pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka luka.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
51
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan
makanan yang mengandung banyak protein, banyak cairan, sayur
sayuran serta buah buahan.
c. Miksi
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri dengan
secepatnya. Biasanya wanita susah berkemih dikarenakan adanya
penekanan kepala bayi pada saat persalinan, dapat juga dikarenakan
adanya edema kandung kemih. Apabila ada edema kandung kemih
dianjurkan untuk dipasang kateterisasi.
d. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pascabersalin.
Apabila masih sulit untuk buang air besar ataupun keluarnya keras
dapat diberikan obat laktasif atau peroral ataupun perektal, dan
apabila masib belum bisa lakukan klisma.
e. Perawatan Payudara
Perawatan payudara / mamae telah dimulai sejak wanita hamil agar
puting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayi, apabila bayi meninggal, laktasi harus dihentikkan
dengan cara pembalutan mamae sampai tertekan, pemberian obat
esterogen untuk supresi LH, seperti tablet lynoral dan parlodel.
Sangat dianjurkan agar seorang ibu menyusui bayinya karena sangat
baik untuk kesehatan bayi tersebut.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
52
1) Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak kehamilan telah terjadi
perubahan perubahan pada kelenjar mamae yaitu :
2) Poliferasi jaringan pada kelenjar kelenjar alveoli dan
bertambahnya jaringan lemak
3) Pengeluaran cairan susu jolong (koloustrum) yang berwarna putih
kekuning kuningan dari duktus laktiferi hipervaskularisasi pada
permukaan dan bagian dalam vena vena berdilatasi sehingga
tampak jelas
4) Setelah persalinan, pengaruh supresi esterogen dan progesteron
hilang sehingga timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau
prolaktin yang merangsang air susu. Disamping itu pengaruh
oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi
sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak setelah 2 sampai
3 hari pascapersalinan.
5) Cuti Hamil dan Bersalin: Menurut undang-undang, wanita pekerja
mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan
sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah bersalin.
6) Pemeriksaan pascapersalinan: Di Indonesia, ada kebiasaan atau
kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah
setelah selesai nifas, yaitu 40hari. Bagi wanita dengan persalinan
normal hal tersebut dapat diterima dan dilakukan pemeriksaan
kembal.6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
53
persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu
kemudian
5. Nasihat untuk ibu postnatal
Fisioterapi post natal sangat baik diberikan, sebaiknya bayi disusui,
lakuakan senam pascapersalinan, untuk kesehatan ibu, bayi, dan
keluarga sebaiknya menggunakan KB untuk menjarangkan anak,
bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi
6. Program dan Kebijakan Tekhnik / Kunjungan Nifas
Tabel 2.3 Kunjungan nifas
Kunjungan Waktu Tujuan 1 6 sampai 8
jam Mencegah perdarahan mas anifas karena atonia uteri Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga Pemberian ASI awal Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
2 6 hari setelah persalinan
Memastikan involusi uterus berjalan normal Menialai adanya tanda tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal Memastikan ibu mendapatkan asupan makanan, cairan dan istirahat yang cukup Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan tanda tanda penyulit Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayibaru lahir, tali pusat, dan merawat bayi sehari hari.
3 2 minggu setelah persalinan
Sama seperti diatas ( 6 hari setelah persalinan)
4 6 minggu setelah persalinan
Menanyakan pada ibu tentang penyulit penyulit yang ia atau bayi alami Memberikan konseling untuk KB secara dini
Sumber : Saifuddin, 2009; h.123
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
54
D. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Menurut Sondakh (2013) bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir pada usia kehamilan 37 sampai 42 minggu dengan berat lahir
antar 2500 s/d 4000 gram, atau bayi lahir normal adalah bayi yang lahir
cukup bulan, 38 sampai 42 minggu dengan berat badan sekitar 2500 s/d
3000 gram dan panjang badan sekitar 50 s/d 55cm.
Bayi Baru Lahir (BBL) merupakan bayi segera setelah lahir yang
berusaha untuk melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauteri ke
hehidupan ekstrauteri (Bobak,2005;h.362).
2. Asuhan Bayi Baru Lahir
Menurut JNPK-KR (2008) asuhan BBL meliputi:
Jaga kehangatan, Bersihkan jalan nafas (bila perlu), Keringkan
dan tetap jaga kehangatan, Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi
apapun, kira- kira 2 menit setelah lahir, Lakukan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) dengan cara kontak kulit bayi dengan kulit ibu, Beri salep mata
antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata, Beri suntikan vitamin K1 1
mg IM, di paha kiri anterolateral setelah IMD, Beri imunisasi hepatitis B
0,5 ml IM, dipaha kanan anterolateral, diberikan kira- kira 1-2 jam
setelah pemberian vitamin K1.
3. Mekanisme pengaturan tubuh
Mekanisme pengaturan tubuh BBL belum sempurna, sehingga apabila
tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh
maka BBL dapat mengalami hipotermi (JNPK-KN.2008;h.127-130).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
55
4. Mekanisme kehilangan panas
BBL dapat mengalami kehilangan panas dengan cara-cara berikut:
a. Evaporasi
Merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir bayi tidak
segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan.
b. Konduksi
Merupakan kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
c. Konveksi
Merupakan kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin.
d. Radiasi
Merupakan kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda- benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu
tubuh bayi.
5. Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut, yaitu:
a. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks, karena verniks
akan membantu menghangatkan tubuh bayi.
b. Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi.
c. Selimuti ibu dan bayi serta pakaikan topi dikepala bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
56
d. Jangan segera menimbang atau memandikan BBL.Lakukan
penimbangan setelah 1 jam kontak kulit bayi dengan kulit ibu dan
mandikan bayi minimal 6 jam setelah bayi lahir. Karena BBL cepat
kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering.
e. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya,
hal ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi tetap
hangat dan mendorong ibu segera menyusukan bayinya serta dapat
mencegah paparan infeksi pada bayi.
f. Bayi jangan dibedong terlalu ketat, karena akan menghambat gerakan
bayi
6. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Sondakh, J (2013;h.150) Bayi lahir dikatakan normal dengan
kriteria antara lain:
a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.
b. Panjang badan bayi 48-50 cm.
c. Lingkar dada bayi 32-34cm.
d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
e. Bunyi jantung dalam menit pertama kurang lebih 180x/menit sampai
kemudian turun antara 120-160x/menit dalam usia bayi 30 menit
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
57
f. Pernafasan cepat pada menit menit pertama kira kira 80x/menit
disertai pernafasan caping hidung dan rintihan hanya berlangsung
10-15 menit.
g. Terdapat vernik caseosa dan cairan surfaktan dilapisan kulit
kemerahan bayi
h. Rambut kepala tumbuh baik sedangkan rambut lanuago telah hilang
i. Kuku panjang dan lemas
j. Mempunyai reflek hisap, moro dan menelan
k. Testis sudah turun pada jenis kelamin laki laki dan labia mayora telah
menutupi labia minora pada jenis kelamin perempuan
l. Sudah buang air kecil dan besar maksimal dalam 24 jam dan
konsistensi mekonium hitam kehijauan dan lengket
7. Tanda-Tanda Kelainan Pada Bayi Baru Lahir
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kelainan
yang menunjukan suatu penyakit, yaitu : Sesak nafas, frekuensi
pernafasan 60 kali/menit, retraksi dinding dada, malas minum, panas
atau suhu bayi rendah, kurang aktif dan BBLR. Tanda- tanda bayi sakit
berat, apabila terdapat salah satu atau lebih tanda seperti : sulit minum,
sianosis sentral, perut kembung, kejang, perdarahan, merintih, sangat
kuning dan BBLSR (Saifuddin, 2009; h.139).
8. Reflek Bayi Baru Lahir
Reflek bayi baru lahir adalah respon otomatis dan spontan
terhadap rangsangan eksternal atau internal. Respon adalah bahan
pembangun kecerdasan dan dasar dari koordinasi fisik. Beberapa reflek
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
58
seperti tersedak, dan berkedip tetap ada selama hidup. Sedangkan yang
lainnya seperti menggenggam dan melangkah akan hilang atau
tersembunyi hanya muncul pada saat tertentu, sebagai aktivitas
pengontrol di luar sadar (Kelly,2010;h. 23-24).
Tabel 2.4 Reflek pada Bayi Baru Lahir Refleks Pemicu Gambaran Muncul/
Menghilang
Moro (Terkejut)
Rangsangan eksternal seperti perubahan cahaya, suara bising, perubahan gerak, atau posisi yang tiba-tiba. Rangsangan internal seperti tangisan bayi sendiri atau pergerakan otot selama tidur.
Bayi akan merentangkan lengan dan tungkainya, kemudian segera menariknya kea rah dada sementara tubuhnya melengkung.
Mulai terlihat pada usia 1 sampai 2 minggu dan menghilan pada usia 6 bulan.
Menghisap Menyentuh bagian mulut atau pipi bayi dengan putting atau jari.
Bibir bayi mencucu dan lidahnya ditarik melengkung ke arah dalam.
Reflek menguat 4 bulan pertama. Setelah 6 bulan menghilang secara bertahap menjadi aktivitas yang disadari.
Rotting Mengusap pipi atau area disekitar mulut
Kepala bayi kearah sumber sentuhan dan mencari putting dengan mulutnya. Bayi menggunakan reflek ini untuk mencari makanan
Terus berlanjut selama bayi masih menyusu.
Berkedip Sinar yang terang menyentuh mata, atau suara bising yang mendadak.
Kelopak mata bayi akan membuka dan menutup sangat cepat.
Permanen
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
59
Menelan Makanan di dalam mulut
Trakea bayi menutup pada saat esophagus membuka
Permanen
Menggenggam Menepuk dengan tangan atau
menekan tumit di telapak kaki
Jari-jari bayi melengkung seperti memegang benda atau jari-jari kaki melengkung
Mulai berkurang setelah 10 hari dan biasanya menghilang sekitar 4 bulan. Refleks di kaki dapat terus ada sampai usia 6 bulan.
Melangkah Pegang bayi dalam posisi berdiri dan kaki agak menekan ke lantai
Bayi akan mengangkat kaki secara bergantian, atau jari-jari kaki melengkung
Berkurang setelah 1 minggu dan menghilang pada usia sekitar 2 bulan.
Menapak Pegang bayi dengan posisi tulang kering menyentuh pinggiran sesuatu
Bayi akan mencoba untuk melangkah baik dan menapakkan kakinya dipermukaan meja atau tempat tidur
Menghilang pada usia 2 bulan
Tonic neck
Baringkan bayi terlentang
Kepala bayi akan menoleh ke samping pada saat berbaring. Lengan yang sejajar arah kepala menoleh akan direntangkan lurus, sementara lengan lainnya akan menekuk (fleksi)
Paling nyata terlihat usia 2 sampai 3 bulan dan menghilang pada usia 4 bulan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
60
Withdrawal
Nyeri udara dingin
Bayi berusaha untuk menarik lengan dan tungkainya mendekati tubuh
Permanen
Tersedak
Benda asing masuk ke system pernapasan.
Bayi akan seperti tercekik, megap-megap, lidah menjulur, dan menjadi agak kebiruan (vahkan jika kepala berada di dalam air, pada kebanyakan kasus reflek ini mencegah bayi mengambil napas)
Permanen
Parasut Menerjunkan bayi kearah lantai
Bayi akan merentangkan tangannya sebagai upaya melindungi diri
Muncul pada usia 7 bulan setelah lahir.
(Sumber : Kelly,2010;h. 24-26)
9. Kunjungan Bayi Baru Lahir
Terdapat minimal 3 kali kunjungan ulang BBL yaitu:
a. Pada usia 6-48 jam (Kunjungan neeonatal 1)
1) Pastikan bayi tetap hangat dan jangan mandikan bayi higga 24
jam setelah persalinan. Jaga kontak kulit antara ibu dan bayi serta
tutupi kepala bayi dengan topi.
2) Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan
pada ibu.
3) Lakukan pemeriksaan fisik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
61
4) Catat seluruh hasil pemeriksaan. Bila terdapat kelainan, lakukan
rujukan sesuai pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS).
5) Berikan ibu nasihat cara perawatan tali pusat.
6) Jika tetes mata antibiotik profilaksis belum diberikan, berikan
sebelum 12 jam persalinan.
b. Pada usia 3-7 hari (Kunjungan neonatal 2)
c. Pada usia 8-28 hari (Kunjungan neonatal 3)
1) Lakukan pemeriksaan fisik, timbang berat, periksa suhu dan
kebiasaan makan bayi.
2) Periiksa tanda infeksi-infeksi kulit superfisial, seperti nanah keluar
dari umbilikus, umbilikus kemerahan, adanya lebih dari 10 pustula
di kulit, pembengkakan, kemerahan dan pengerasan kulit.
3) Bila terdapat tanda bahaya atau infeksi, rujuk bayi ke fasilitas
kesehatan.
4) Pastikan ibu memberikan ASI eksklusif.
5) Tingkatkan kebersihan dan rawat kulit, mata serta tali pusat
dengan baik.
6) Ingatkan orangtua untuk mengurus akte kelahiran bayinya.
7) Berikan Imunisasi tepat waktu.
8) Jelaskan kepada orang tua untuk waspada terhadap tanda bahaya
pada bayinya.
(KemenKes RI,2013;h.50;52;54-56).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
62
E. Konsep Dasar Keluarga Berencana (Kb)
1. Definisi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan.
Kontrasepsi berasal dari dua kata, yaitu kontra dan sepsi yang disatukan
menjadi kontrasepsi. Dengan demikian, pengertian metode keluarga
berencana adalah mencegah saat terjadinya “konsepsi” (Manuaba,
2006; h.56).Kontrasepsi anti konsepsi adalah cara, alat, atau obat-
obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi (Mochtar , 2012; h.195).
2. Syarat keluarga berencana
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b. Tidak ada efek samping yang merugikan
c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
d. Tidak mengganggu dalam persetubuhan
e. Cara penggunaanya sederhana
f. Harganya murah supaya dapat terjangkau untuk masyarakat luas.
g. Dapat diterima oleh suami dan istri (Mochtar, 2009; h.195).
3. Jenis keluarga berencana (kb)
a. KB Non Hormonal
1) Senggama Terputus (Coitus Interuptus)
Definisi Senggama terputus adalah penarikan penis dari
vagina sebelum terjadinya ejakulasi (Prawirihardjo, 2014; h.438).
Efek samping dari metode ini adalah kepuasan, dalam
berhubungan seksual tidak normal dan menimbulkan tekanan jiwa
(Manuaba, 2009; hal. 244).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
63
Kekurangan metode ini adalah mengganggu kepuasan
kedua belah pihak, kegagalan hamil sekitas 30 sampai 35%
karena semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan
(Manuaba, 2010; h. 596).
Keuntungan dari metode ini adalah tidak membutuhkan
biaya, tidak mengganggu ASI, dapat digunakan setiap waktu dan
lain-lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-15).
Indikasi metode ini adalah pasangan yang berhubungan
seksualnya tidak teratur, pasangan yang memerlukan kontrasepsi
segera, pasangan yang membutuhkan metode mendukung
(Affandi Biran, 2012; h. MK-16).
Kontra indikasi dari metode ini adalah suami yang sulit
melakukan senggama terputus, pasangan yang tidak bersedia
melakukan senggama terputus, suami dengan ejakulasi dini
(Affandi Biran, 2012; h.MK-16).
2) Pembilasan Pasca Senggama
Definisi Pembilasan Pasca Senggama adalah pembilasan
yang dilakukan setelah melakukan senggama (Prawirohardjo,
2014; h.439).
Efek Samping Jadi dalam metode ini setelah melakukan
senggama dengan pasangan maka langsung dilakukan
pembilasan diarea vagina (Prawirihardjo, 2014; h.439).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
64
Kekurangan dari metode ini ialah harus langsung
membersihkan area vagina untuk mengeluarkan sperma tersebut
agar tidak terjadi konsepsi.
Keuntungan dari metode ini adalah tidak mengganggu ASI,
dapat digunakan untuk kontrasepsi lainya, tidak memerlukan biaya
dan lain-lain.
3) Kondom
Definisi Kondom adalah merupakan selubung/sarung karet
yang dapat terbuat dari berbagai bahan yang diantaranya lateks
(karet), plastik (vinil), atau bahan alami yang digunakan pada saat
hubungan seksual (Affandi Biran, 2012; h.MK-17).
Efek samping dari metode ini adalah tidak ada, kecuali bila
ada alergi dengan bahan kondom itu sendiri (Prawirohardjo, 2014;
h. 442).
Kekurangan dari metode ini adalah harus selalu
menyediakan kondom sebelum melakkan koitus, agak
mengganggu kenimatan pasangan, efektifitas tidak terlalu tinggi
(Affandi Biran, 2012; h.MK-19).
Keuntungan dari metode ini adalah dapat menghindari
penyakit hubungan seks seperti AIDS/Inveksi HIV, bagi mereka
yang mengalami kelemahan ejakulasi dini dapat bertindak sebagai
penghambat orgasme (Manuaba, 2009; h. 244).
Indikasi dari metode ini adalah pasangan yang ingin
berpartisipasi untuk keluarga berencana, ingin menggunakan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
65
kontrasepsi sementara, ingin kontrasepsi tambahan (Affandi Biran,
2012; h.MK-19).
Kontra Indikasi dari metode ini adalah pasangan yang tidak
ingin berpartisipasi dalam keluarga berencana, pasangan yang
tidak mau terganngu dalam hubungan seksual (Affandi Biran,
2012; h.MK-19).
4) Pantang Berkala
Definisi Pantang berkala adalah berpantang (tidak koitus)
beberapa hari sebelum hingga beberapa setelah ovulasi (Mochtar
Rustam, 2012; h. 198).
Kekurangan dari metode ini ialah sulit menentukan waktu
yang tepat pada ovulasi. Dengan demikian untuk wanita yang
siklusnya tidak teratur , sangat sulit atau sama sekali tidak dapat
diperhitungkan saat terjadinya ovulasi (Prawirohardjo, 2014;
h.439).
Keuntungan dari metode ini adalah dapat menghitung masa
subur dari pasangan tersebut (Manuaba, 2010; h. 596).
Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang mampu
bekerja sama untuk penggunaan metode ini, pasangan yang
menstruasinya teratur (Manuaba, 2010; h. 594).
Kontra Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang
siklus menstruasinya tidak teratur, pasangan yang tidak mau
bekerja sama (Manuaba, 2010; h. 594).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
66
5) Spermisida
Definisi Spermisisda adalah bahan kimia yang digunakan
untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam
bentuk aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria, dan krim
(Affandi Biran, 2012; h.MK24).
Efek Samping dari metode ini adalah dapat menimbulkan
alergi atau iritasi (Manuaba, 2010;h. 596).
Kekurangan Keefektivitasannya hanya berkisar antara 1-2
jam, pengguna harus menunggu 10-15 menit sebelum melakukan
koitus, bergantung pada kepatuhan menggunakannya (Affandi
Biran, 2012; h.MK-25), timbulnya perasaan kurang enak pada
kedua belah pihak karena “becek”, kadang timbul alergi (Mochtar
Rustam, 2012; h.202).
Keuntungan Metode ini sulit digunakan secara masal dan
hanya dapat diajarkan pada kalangan terbatas yang mempunyai
pendidikan (Manuaba, 2010; h.597).
Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang masih
menyusiu dan perlu kontrasepsi, atau sambil menunggu
kontrasepsi yang lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-26).
Kontra Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang
menginginkan kontrasepsi yang efektif (Affandi Biran, 2012; h.MK-
25).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
67
6) Diafragma
Definisi Diafragma adalah kap bentuk bulat cembung,
terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina
sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks (Affandi
Biran, 2012; h.MK-21).
Efek samping dari metode ini adalah rasa nyeri pada
tekanan terhadap kandung kemih, dugaan alergi terhadap bahan
diafragma (Affandi Biran, 2012; h.MK-23).
Kekurangan dari metode ini ialah diperlukannya motivasi
yang cukup kuat, umumnya cocok untuk wanita terpelajar dan
tidak digunakan untuk secara masal, pemakaian yang tidak teratur
dapat menjadi kegagalan (Prawirohardjo, 2014; h.443).
Keuntungan dari metode ini hampir tidak ada efek
sampingnya dengan motivasi yang baik dan cara pemakaian yang
betul hasilnya memuaskan (Prawirohardjo, 2014; h.443).
Indikasi dari metode ini adalah bagipasangan yang
memerlukan dengan menunggu metode yang lain, menyusui dan
perlu kontrasepsi (Affandi Biran, 2012; h.MK-22).
Kontra indikasi metode ini adalah bagipasangan yang
menggunakan kontrasepsi yang efektif (Affandi Biran, 2012; h.
MK-22).
b. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode amenor laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif, artinya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
68
hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun
lainnya (Affandi Biran, 2012; h.MK-1).
Kekurangan dari metode ini adalah mungkin sulit dilakukan karena
kondisi sosial, efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau
hanya sampai 6 bulan, tidak melindungi dari IMS termasuk virus
hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Affandi Biran, 2012; h.MK-2).
Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi perdarahan pasca
persalinan, mengurangi resiko anemia, meningkatkan hubungan
psikologik ibu dan bayi (Affandi Biran, 2012; h.MK-2).
Indikasi metode ini adalah ibu yang menyusui secra ekslusif,
bayinya berumur kurang dari 6 bulan, dan belum mendapat haid setelah
melahirkan (Affandi Biran, 2012; h.MK-2).
Kontra indikasi dari metode ini adalah bagi ibu yang tidak
menyusui secara ekslusif, bayinya berumur lebih dari 6 bulan (Affandi
Biran, 2012; h.MK-2).
c. KB Hormonal
1) Pil Kombinasi
Definisi Sebuah kontrasepsi yang menggunakan obat/pil yang
harus selalu di minum setiap hari (Affandi Biran, 2012; h.MK-30).
Efek samping dari metode ini adalah mual, pusing, muntah, tidak haid
(Affandi Biran, 2012; h.MK-35).
Kekurangan Pil harus diminum setiap hari, kurang cocok nagi
wanita yang pelupa,motivasi harus diberikan secara lebih intensif
(Mochtar Rustam, 2012, h.- 2004).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
69
Keuntungan dari Pil ini adalah memiliki efektifitas yang tinggi
jika digunakan setiap hari, resiko kesehatan kecil, tidak mengganggu
hubungan seksual, mencegah anemia (Affandi Biran, 2012; h.MK-
31).
Indikasi dari metod ini adalah bagi wanita yang haidnya tidak
teratur, haid yang terlambat (Mochtar Rustam, 2012; h.207).
Kontra Indikasi metode ini adalah bagi wanita yang tidak rajin
meminum pil setiap hari, wanita yang mempunyai tekanan darah
tinggi (Mochtar Rustam, 2012; h.206).
2) Kontrasepsi Suntikan
a) Definisi Kontrasepsi yang penggunaannya dilakukan dengan
suntikan.
b) Efek samping dari metode ini adalah tidak haid, perdarahan tidak
menentu (Manuaba, 2010; h.601).
c) Kekurangan dari metode ini adalah dapat merubah pola haid,
ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan, tidak
menjamin dari penyakit menular seks (Affandi Biran, 2012; h.MK-
37).
d) Keuntungan dari metode ini adalah tidak memerlukan
pemeriksaan dalam, jangka panjang, tidak memerlukan
menyimpan obat dan lain-lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-36).
e) Indikasi dari metode ini adalah wanita yang anemia, pasca
persalinan tetapi tdk mrnyusui, sering lupa menggunakan pil
kontrasepsi (Affandi Biran, 2012; h.MK-37).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
70
3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a) Definisi AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam
rongga rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi (Mochtar Rustam,
2012; h.220).
b) Efek samping metode ini adalah perdarahan yang tidak teratur,
berat badan yang meningkat (Affandi Biran, 2012; h.MK-63).
c) Kekurangan metode ini adalah harus dilakukan pemeriksaan
dalam sebelum pemasangan AKDR, Diperlukan tenaga terlatih
untuk pemasangan dan pencabutan AKDR, kejadian kehamilan
ektopik cukup tinggi dan lain-lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-70).
d) Keuntungan dari metode ini adalah pemulihan kesuburan yang
cepat, kontrol medis yang ringan, jangka panjang dan lain-lain
(Manuaba, 2010, h.611).
e) Indikasi dari metode ini adalah wanita yang ingin menggunakan
kontrasepsi jangka panjang, sering lupa menggunakan pil (Affandi
Biran, 2012; h.MK-71).
f) Kontra Indikasi dari metode ini adalah hamil atau diduga hamil,
kannker genetalia (Affandi Biran, 2012; h. MK-71).
4) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
Definisi AKBK adalah metode kontasepsi hormonal yang efektif, tidak
permanen dan implan mencegah terjadinya kehamilan antara 3
sampai 5 tahun (Affandi Biran, 2012; h.MK-55).
a) Efek samping dari metode ini adalah tidak haid, masa perdarahan
panjang (Mochtar Rustam, 2012; h.210).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
71
b) Kekurangan dari metode ini adalah menimbulkan gangguan
menstruasi, berat badan bertambah, liang senggama menjadi
kering, menimbulkan acne, ketegangan payudara dan lain-lainnya
(Manuaba, 2010; h.603).
c) Keuntungan dari metode ini adalah KB jangka panjang, kontrol
medis ringan, dapat dilayani didaerah pedesaan, penyulit medis
tidak terlalu tinggi (Manuaba, 2010; h.603).
d) Indikasi dari metode ini adalah wanita yang ingin menggunakan
kontraseps jangka panjang, tida ingin mempunyai anak lagi
(Affandi Biran, 2012; h. MK-64).
e) Kontra Indikasi dari metode ini adalah diduga hamil atau hamil
(Affandi Biran, 2012; h.MK-65).
d. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita)
Definisi Tubektomi adalah kontrasepsi permanen yang
dilakukan pada wanita dengan cara melakukan suatu tindakan pada
kedua saluran telur sehingga menghalangi saluran telur dengan sel
sperma (Mochtar Rustam, 2012; h. 230).
Efek Samping Jarang sekali ditemukan efek samping, baik
jangka pendek atau jangka panjang (Affandi Biran, 2012; h.MK-89).
Kekurangan dalam metode ini adalah harus dipertimbangkan
sifat permanen metode ini, klien dapat menyesal dikemudian hari,
tidak melindungi diri dari IMS (Affandi Biran, 2012; h.92).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
72
Keuntungan dari metode ini adalah metode dengan jangka
panjang, efektifitas hampir 100%, tidak mempengaruhi libido
seksualitas, tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (Prawiroharjo,
2014; h.457).
Indikasi dari metode ini adalah wanita dengan paritas >2,
pasca persalinan, sudah mantap ingin menggunakan metode ini
(Affandi Biran, 2012; h.92).
Kontra indikasi dari metode pemakaian ini adalah wanita
hamil, kurang yakin dengan metode ini (Affandi Biran, 2012; h.MK-
93).
2) Vasektomi (Sterilisasi pada Laki-laki)
Definisi Vasektomi adalah operasi kecil dan dapat dilakukan
oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus untuk itu
(Prawirohardjo, 2014; h.461).
Efek samping metode ini tidak ada efek samping jangka
panjang maupun jangka pendek (Affandi Biran, 2012; h.MK-97).
Kekurangan dari metode ini adalah cara ini tidak langsung
efektif, perlu menunggu beberapa waktu hingga sperma benar benar
tidak ditemukan berdarkan analisis semen, karena namanya masih
metupakan tindakan operasi para pria masih takut (Mochtar Rustam,
2012; h.249).
Keuntungan dari metode ini adalah komplikasi yang dijumpai
sedikit, hasil yang diperoleh (efektivitas) 100%, biayanya murah dan
terjangkau bagi masyarakat (Mochtar Rustam, 2012; h.249).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
73
Indikasi metode ini adalah laki-laki yang tidak ingin
mempunyai anak lagi, yang merasa yakin dengan metode ini (Affandi
Biran, 2012; h. 97).
Kontra indikasi dari metode ini adalah laki-laki yang kurang
mantap dalam kontrasepsi ini (Affandi Biran, 2012;h. 97).
e. Kontrasepsi Darurat
Kontrasepi darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah
kehamilan bila digunakan seger setelah hubungan seksual (Affandi
Biran, 2012; h.U-61).
Efek samping dari metode ini adalah mual, muntah, perdarahan
(Affandi Biran, 2012; h.U-62).
Kekurangan dalam metode ini adalah pil kombinasi hanya efektif
bila digunakan dalam 72 jam sesudah hubungan seksual tanpa
perlindungan, AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari sesudah
hubungan seksual, pil kombinasi dapat menyebabkan nausea, muntah,
dan nyeri payudara (Affandi Biran, 2012; h.U-60).
Keuntungan dari metode ini adalah sangat efektif (tingkat
kehamilan < 3%), AKDR juga bermanfaat jangka panjang (Affandi Biran,
2012; h.U-61).
Indikasi metode ini adalah bila terjadi kesalahan dalam pemakaian
kontrasepsi seperti lupa minum pil tablet 2 hari, kondom boocor, salah
hitung masa subur (Affandi Biran, 2012; h.u-62).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
74
II. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
A. Managemen Kebidanan
1. Pengertian Managemen Kebidanan
Manajemen 7 langkah varney
Dalam membuat karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan
managemen 7 langkah varney :
a. Pengkajian
Merupakan suatu pengumpulan data secara menyeluruh
untuk mengevaluasi keadaan ibu dan bayi baru lahir
(Varney,2006;h.27). Validitas dan akurasi data akan sangat
membantu dalam memberi pelayanan untuk melakukan analisis
dan akhirnya digunakan untuk membuat keputusan klinik yang
tepat, data tersebut meliputi data subyektif dan data obyektif
(JNPK, 2008;h.8).
1) Data Subyektiif
Merupakan informasi yang diceritakan ibu tentang apa
yang dirasakannya serta apa yang sedang dan telah
dialaminya. Selain itu data subyektif merupakan data
informasi tambahan yang diceritakan oleh anggota keluarga
tentang status ibu, terutama jika ibu merasa nyeri atau sangat
sakit.
2) Data Obyektif
Merupakan informasi yang dikumpulkan berdasarkan
pemeriksaan atau pengamatan terhadap ibu dan bayi baru
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
75
lahir, hasil pemeriksaan berupa pemeriksaan fisik yang
meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan
pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan
laboraturium, USG, rontgen dsb.
b. Interpretasi Data
Diagnosa kebidanan mengacu pada data utama, analisis
data subyektif dan obyektif yang diperoleh. Masalah dapat
memiliki dimensi yang lebih luas dan mungkin berada di luar
kontek kebidanan sehingga batasannya menjadi tidak jelas untuk
diagnosa kebidanan yang akan dibuat dibuat sehingga sulit untuk
segera diselesaikan (JNPK-KR,2008;h.9).
1) Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial
Dianalogikan dengan proses membuat diagnosis kerja
setelah mengembangkan berbagai kemungkinan daignosis
banding (JNPK,2008;h.9).
2) Identifikasi Kebutuhan tindakan Segera
Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang akan terjadi
lainnya, dapat menjadi tujuan yang diharapkan, karena telah
ada masalah atau diagnosis yang teridentifiikasi
(Varney,2006;h.26).
3) Perencanaan
Langkah ini merupakan pengembangan masalah data
diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupuun yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
76
dapat diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan
(Varney,2006;h.28).
4) Pelaksanaan
Langkah ini adalah melaksanakan rencana perawatan
secara menyeluruh, dapat dilaksanakan oleh bidan atau
dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau
anggota tim kesehatan (Varney,2006;h.28).
5) Evaluasi
Merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana
perawatan yang dilakukan benar- benar telah mencapai tujuan,
yaitu memenuhi kebutuhan ibu (Varney,2006;h.28).
III. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN
A. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 yang berisi tentang izin dan penyelenggara
praktik bidan. Pada pasal 9 disebutkan bahwa bidan dalam
menyelenggarakan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi: pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa
prahamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan
masa antara kedua kehamilan. Kemudian pelayanan kesehatan anak
yang diberikan pada bayi baru lahir,kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana dengan memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan repsoduksi perempuan dan keluarga berencana.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
77
Bidan dalam melakukan tugasnya wajib melakukan pencatatan
dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kemudian
ditunjukan ke puskesmas wilayah tempat praktek, dikecualikan untuk
bidan yang bekerja difasilitas pelayanan kesehatan.
B. Kompetensi Bidan
1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan, dan keterampilan dari
ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk
dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk
wanita, bayii baru lahir dan keluarganya (Yanti, 2010; h.59).
2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan
kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan
menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan, dan
kesiapan menjadi orang tua (Yanti, 2010; h.60).
3. Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untu
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi
dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu(Yanti, 2010;
h.61).
4. Bidan memberikan asuhan bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama
persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu, untuk mengoptimalkan kesehatan wanita
dan bayinya yang baru lahir (Yanti, 2010; h.64).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016
78
5. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang
bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat (Yanti, 2010;
h.66).
6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada
bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan(Yanti, 2010; h.67).
7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada
bayi dn balita sehat (1 bulan sampai 5 tahun) (Yanti, 2010; h.69).
8. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, dan komprehensif
pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya
setempat (Yanti, 2010; h.70).
9. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu, dengan
gangguan sistem reproduksi (Yanti, 2010; h.71).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Belinda Amalia, Kebidanan DIII UMP, 2016