Upload
phungbao
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya
Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud disini adalah kajian
terhadap hasil – hasil karya tulis yang relavan dengan penelitian ini. Hasil – hasil
penelitian tersebut akan diuraikan secara singkat, yang selanjutnya penjelasan –
penjelasan tersebut akan dijadikan rujukan guna melengkapi penelitian ini, antara
lain adalah sebagai berikut :
Ariana (2013) dengan judul “ Pengaruh Kepemimpinan, Kompensasi Dan
Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Hotel Cendana Resort & Spa
Ubud, Gianyar”. Rumusan masalahnya adalah apakah pengaruh secara menyeluruh
dan parsial antara kepemimpinan, kompensasi, dan disiplin terhadap kinerja
karyawan pada Hotel Cendana Resort & Spa Ubud, Gianyar. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh secara menyeluruh dan parsial antara
kepemimpinan, kompensasi, dan disiplin terhadap kinerja karyawan pada Hotel
Cendana Resort&SPA Ubud, Gianyar.
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh,
dengan responden sebanyak 51 responden. Teknik analisis data yang digunakan
adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, uji
regresi linier berganda, uji F,uji t. Kesimpulanya 1) Kepemimpinan, kompensasi
dan disiplin kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan pada Cendana Resort & Spa Ubud, Gianyar – Bali dengan nilai F hitung
= 46,266 sig =0,00. 2) Kepemimpinan, kompensasi dan disiplin kerja secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada
11
Cendana Resort & Spa Ubud, Gianyar – Bali dengan nilai t hitung berturut-turut
variabel kepemimpinan = 9,544, variabel kompensasi = 3,886, variabel disiplin =
4,113. 3) Kepemimpinan merupakan variabel bebas yang berpengaruh dominan
terhadap variabel terikat, yaitu kinerja karyawan pada Cendana Resort & Spa
Ubud, Gianyar – Bali.
Indra (2013) yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Dan Motivasi Terhadap
Semangat Kerja Karyawan Guest Activities DepartmentThe Patra Bali Resort &
Villas-Bali”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi dan
motivasi terhadap semangat karyawan di The Patra Bali Resort&Villas serta untuk
mengetahui variabel yang lebih dominan berpengaruh antara variabel komunikasi
dan motivasi terhadap semangat kerja karyawan di guest activities departmentThe
Patra Bali Resort & Villas.Populasi dalam penelitian ini adalah semua karyawan
guest activities department The Patra Bali Resort & Villas.Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, kuesioner, dan studi
kepustakaan. Dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik analisis data
menggunakan analisis regresi linier berganda, Uji-F, Uji-t, analisis determinasi
yang digunakan untuk mengukur pengaruh komunikasi dan motivasi terhadap
semangat kerja karyawan pada guest activities department The Patra Bali Resort
& Villas.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel
komunikasi dan motivasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
variabel terikat (semangat kerja karyawan) yaitu Fhitung28,281 lebih besar dari
FTabel.Secara parsial variabel komunikasi dan motivasi memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan. Variabel yang paling dominan berpengaruh adalah variabel
motivasi yaitu 84,3% lebih besar dari variabel komunikasi.
12
Long (2014) “The Impact of Transformational Leadership Style on Job
Satisfaction “The purpose of this study is to examine the relationship between
transformational leadership style and employee job satisfaction. Research
Methodology Research Design: This study investigates the effect of leadership
style on job satisfaction by means of a descriptive and analytical methodology.
Quantitative research designs area adopted. The quantitative study applies a
survey type of research design. The survey method using a structured
questionnaire was utilized to obtain primary data from the participants. The data
has been analyzed using Statistical Package for Social Sciences Version 18 (SPSS
18). The collected data is then analyzed using descriptive statistics and Pearson
correlation analysis. A multiple regression analysis has been used to test the
hypotheses.
Research Sample and Data Collection are An empirical study was conducted
in a Government Linked Company in Malaysia. 378 employees from 6 different
departments are invited to be the respondents of this research. The number of
completed surveys which were returned to the researcher was 255. This
represents a return rate of 67.46%. Research Instruments : The Multifactor
Leadership Questionnaire (MLQ) has been used to measure transformational
leadership style. Transformational leadership style is measured using 4 factors:
(a) Idealized Influence, (b) Inspirational Motivation, (c) Intellectual Stimulation
and (d) Individual Consideration . The Minnesota Satisfaction Questionnaire
(MSQ) is used for measurement of job satisfaction. MSQ includes measurement of
employee intrinsic job satisfaction, extrinsic job satisfaction as well as general
satisfaction. Results and discussion : the findings show that only one of the four
13
transformational leadership characteristics are found to have significant
relationship with job satisfaction. Characteristic of individualized consideration
are found to be contributed most in job satisfaction.
Perbedaan dan persamaan dalam penelitian ini dengan telaah penelitian
sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1
Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sebelumnya
Pengaruh
Kepemimpinan,
Kompensasi Dan
Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja
Karyawan Pada
Hotel Cendana
Resort & Spa
Ubud, Gianyar
(Ariana,2013 )
Perbedaan Persamaan
Lokasi Hotel Cendana Resort
& Spa Ubud, Gianyar
-
Variabel Kompensasi dan
disiplin
Kepemimpinan
Sampel - Sampling Jenuh
Teknik
Analisis
Data
Uji multikolinearitas,
Uji heterokedastisitas,
Uji validitas, uji
reliabilitas uji
regresi linier
berganda, uji F,uji
t
Hasil Kepemimpinan yang
paling
dominanberpengaruh
terhadap kinerja
karyawan
-
Pengaruh
Komunikasi Dan
Motivasi Terhadap
Semangat Kerja
Karyawan Guest
Activities
DepartmentThe
Patra Bali Resort &
VillasBali
(Indra,2013)
Lokasi Patra Bali Resort &
Villas-Bali
-
Variabel Motivasi Komunikasi dan
Semangat kerja
Sampel - Sampling Jenuh
Teknik
Analisis
Data
- Analisis regresi
linier berganda,uji
F,dan uji t
Hasil Motivasi merupakan
yang paling
berpengaruh terhadap
semangat kerja
karyawan
-
Lokasi
Government Linked
Company in Malaysia
-
Variabel Idealized Influence,
Inspirational
Motivation,
-
14
The Impact of
Transformational
Leadership Style
on Job Satisfaction
(Long,2014)
Intellectual
Stimulation and
Individual
Consideration
Sampel Survey method and
Multifactor
Leadership
Questionnaire (MLQ)
-
Teknik
Analisis
Data
Pearson correlation
analysis.
A multiple
regression
analysis
Hasil Characteristic of
individualized
consideration are
found to be
contributed most in
job satisfaction
-
2.2 Tinjauan Konsep
2.2.1 Tinjauan tentang Komunikasi
Menurut pendapat Wexley and Yukl yang mengatakan bahwa :
“Communication can be defined as the tranmission of information between two or
more persons”. Artinya “komunikasi dapat diberikan definisi sebagai pengiriman
informasi antara dua orang atau lebih”. (Dalam Wursanto. IG:153)
Menurut pendapat Koontz, et.al. (Dalam Bangun : 2012) yang menyatakan
bahwa “ Komunikasi sebagai penyampaian informasi dari pengirim kepada
penerima informasi dan dapat dipahami oleh penerima informasi tersebut”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu
proses penyampaian informasi yang berupa ide gagasan dan dapat diterima secara
lisan, tertulis maupun menggunakan alat bantu komunikasi dari pengirim kepada
penerima informasi antara dua orang atau lebih.
1. Proses Komunikasi
15
Menurut pendapat Bangun ( 2012 : 362 ) yang menyatakan bahwa ada enam
proses komunikasi yaitu pengirim mempunyai ide
1)Pengirim Mempunyai Ide
Langkah pertama adalah pengirim mempunyai ide, langkah ini diambil
sebelum terbentuk pesan yang akan disampaikan ke penerima pesan. Ide
yang disampaikan terbentuk dari diri pengirim, seperti situasi, keadaan fisik,
suasana hati.
2) Pengkodean Ide
Tahap berikutnya adalah pengkodean , hal ini berarti mengubah ide
menjadi simbol agar dapat dengan mudah dipahami oleh penerima pesan
dengan jelas.
3)Penyampaian Pesan Melalui Media Komunikasi
Penyampaian pesan dapat disampaikan melalui media komunikasi seperti
media elektronik maupun non elektronik, penyampaian komunikasi dapat
dilakukan secara lisan maupun tertulis.
4) Penerimaan Ide
Setelah pesan dikirm melalui media komunikasi yang tepat, maka langkah
selanjutnya pesan diterima oleh penerima pesan.
5) Menafsirkan Pesan
Setelah penerimaan pesan,langkah selanjutnya menafsirkan pesan,
langkah ini sangat penting karena berkaitan dengan pemahaman penerima
pesan atas pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan.
6)Umpan Balik
16
Tahap terakhir dalam komunikasi adalah umpan balik. Umpan balik adalah
tanggapan penerima pesan atas pesan yang disampaikan oleh pengirim
pesan. Dengan adanya umpan balik berarti pesan yang disampaikan dapat
dimengerti dengan baik oleh si penerima, karena inilah yang merupakan
tujuan dari komunikasi.
2. Klasifikasi Komunikasi
Di dalam organisasi hendaknya pimpinan menyampaikan berbagai
informasi baik internal maupun eksternal. Berikut ini,ada beberapa klasifikasi
komunikasi yang digunakan dalam perusahaan menurut pendapat Wursanto
(2012 : 159) antara lain :
1) Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan adalah komunikasi yang melalui ucapan kata – kata
atau kalimat, melalui apa yang dikatakan dan bagaimana
mengatakannya. Media yang digunakan adalah wawancara, ceramah,
rapat, telepon, simposium.
2) Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis adalah komunikasi dengan mempergunakan
rangkaian kata-kata atau kalimat yang tertulis yang dimengerti oleh
pihak lain. Media yang digunakan adalah surat dinas, surat keputusan,
pengumuman, buletin, majalah, surat kabar.
3) Komunikasi Informal : yaitu komunikasi yang terjadi dalam suatu
organisasi tetapi tidak direncanakan dan tidak ditentukan dalam struktur
organisasi. Komunikasi ini tidak resmi sehinggah kurang objektif
17
kebenarannya. Saluran media yang dipergunakan biasanya melalui
rantai kerumunan dan biasanya dilakukan oleh para pejabat, bawahan,
dan pegawai.
4) Komunikasi Formal : yaitu saluran komunikasi yang terjadi di antara
para anggota organisasi. Komunikasi formal dapat menggunakan semua
media yang dipergunakan oleh komunikasi vertikal dan komunikasi
horisontal antara lain:
a. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal dapat dibedakan dua macam, yakni komunikasi
ke bawah (downward communication) dan komunikasi ke atas
(upward communication).
(1) Komunikasi vertikal ke bawah merupakan komunikasi yang
berlangsung dari pimpinan kepada bawahan. Media yang
digunakan adalah memo, buku pedoman, perintah, teguran,
pujian.
(2) Komunikasi vertikal ke atasmerupakan komunikasi dari para
karyawan (bawahan) kepada pimpinan perusahaan (atasan).
Media yang dipergunakan adalah keluhan, pendapat, dan saran.
b. Komunikasi Horisontal
Merupakan komunikasi yang terjadi antara pimpinan dan bawahan
secara timbal balik (antar satuan organisasi yang setingkat dalam
suatu organisasi) juga terjadi hubungan antara karyawan satu dengan
yang lainnya yang memiliki tugas dan wewenang relative sama.
Komunikasi ini dapat diwujudkan melalui fiat setuju, rapat kerja dan
18
musyawarah.Komunikasi horisontal digunakan sebagai wahana
untuk menyampaikan berbagai hal seperti informasi, nasehat dan
saran sehingga berbagai satuan kerja dalam organisasi bergerak
sebagai suatu kesatuanyang bulat, mempunyai persepsi yang sama
tentang arah yang akan ditempuh serta langkah yang seirama dalam
menghadapi berbagai masalah yang rumit. Berbeda dengan
komunikasi vertikal yang sifatnya tidak formal. Karyawan
berkomunikasi satu sama lain saat istirahat, waktu rekreasi dan
waktu pulang kerja.
Menurut pendapat Shaw (dalam Madlock ,2008) ada beberapa ndikator –
indikator komunikasidiantaranya :
1) Communicating effectively
Sebagai seorang pemimpin tahu bagaimana berkomunikasi dengan
bawahannya secara efektif.
2) Communicating very dissatisfied
Pemimpin mampu membuat percakapan menjadi menarik dan bawahan
atau si pendengar merasa puas terhadap percakapan yang dilakukan.
3) Understand
Pemimpin mempunyai sifat yang mampu mengerti apa yang dikatakan
dan mampu mengerti keinginan bawahnnya di dalam melakukan
komunikasi.
4) Conversations flow smoothly
19
Sebagai seorang pemimpin mampu melakukan komunikasi dalam
percakapan sehari – hari dengan mengalir, lancar, dan lemah lembut.
3. Fungsi-fungsi Komunikasi
Adapun fungsi – fungsi komunikasi menurut pendapat Bangun (2012 :
361)sebagai berikut:
1) Fungsi pengawasan , setiap organisasi mempunyai garis dan struktur
komando. Bila karyawan mengkomunikasikan keluhannya kepada
atasannya berkaitan dengan pekerjaannya, sesuai dengan deskripsi
pekerjaan dan kebijakan perusahaan, maka komunikasi tersebut sudah
menjalankan fungsi pengawasan.
2) Sebagai motivasi, dengan memberi penjelasan kepada karyawan apa
yang harus dilakukan, bagaimana prestasi dan cara kerja karyawan.
Dengan hal tersebut akan mendorong karyawan agar mau melaksanakan
tugasnya dengan baik, dan menuntut komunikasi yang efektif.
3) Pengungkapan Emosi, komunikasi yang terjadi dalam organisasi
merupakan mekanisme yang terdapat pada masing-masing individu
tersebut yang menunjukan rasa kecewa dan kepuasannya. Dengan
demikian komunikasi merupakan sarana dalam melepaskan rasa emosi
sebagai rasa pemenuhan kebutuhan sosial.
4) Informasi, fungsi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. Melalui
kegiatan komunikasi dapat memberikan informasi kepada individu atau
kelompok dalam pengambilan keputusan.
2.2.2 Tinjauan Tentang Gaya Kepemimpinan
20
Menurut pendapat Siagian (dalam Sutrisno ,2009) yang menyatakan
bahwa “gaya kepemimpinan adalah sebagai kesanggupan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain dalam suatu arah tertentu”.
Menurut pendapat Usman (dalam Djestawana) yang menyatakan bahwa
“gaya kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam situasi
tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi keaarah pencapaian satu atau
beberapa tujuan tertentu”.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinann adalah
kesanggupan untuk mempengaruhi orang lain melalui komunikasi kearah untuk
mencapai tujuan tertentu.
1 Gaya Kepemimpinan
Banyak pendekatan yang digunakan untuk membedakan kepemimpinan.
Menurut pendapat House (dalam Bangun,2012 ) yang mengkategorikan gaya
kepemimpinan ke dalam empat kelompok, antara lain :
1) Kepemimpinan direktif (directiveleadership )
Gaya kepemimpinan ini selalu memberikan pengarahan yang spesifik
dalam menyelesaikan tugas, sehingga bawahan mengetahui apa yang
diharapkan dari mereka
2) Kepemimpinan suportif (supportiveleadership)
Gaya kepemimpinan seperti ini mempunyai sikap ramah, dan
menunjukan perhatian yang besar kepada para bawahannya.
3) Gaya kepemimpinan partisipatif ( participativeleadership)
Gaya kepemimpinan ini mampudiajak berkonsultasi dan menggunakan
saran dari bawahan sebelum mengambil keputusan.
21
4) Gaya kepemimpinan beorientasi pada prestasi (theachievement-
orientedleadership), pemimpin menetapkan serangkaian sasaran yang
menantang dan mengharapkan mereka bisa mengerjakan dengan hasil
yang baik.
Menurut pendapat Northouse (dalam Madlock,2008) indikator – indikator
gaya kepemimpinan diantaranya :
1) Acts friendly with members of the group.
Gaya kepemimpinan ini adalah seorang pemimpin harus mempunyai
sifat bertindak ramah dengan bawahannya. Hal ini dilakukan untuk
menjalin hubungan yang baik antara bawahan dengan atasan.
2) Sets standards of performance for group members.
Gaya pemimpin seorang pemimpin yang mampu menetapkan standar
kinerja apa yang digunakan didalam menjadi seorang pemimpin.
3) Helps other
Pemimpin selalu memberikan bantuan kepada bawahannya agar
karyawan tersebut merasa nyaman dalam organisasi yang dipimpinnya.
4) Makes suggestions and responds favorably
Gaya pemimpin ini, jika terjadi masalah dalam sebuah organisasi
seorang pemimpin mampu membuat saran atau solusi untuk
memecahkan masalah dan merespon secara positif saran yang dibuat
oleh orang lain.
5) Treats
22
Sebagai seorang pemimpin harus mempunyai sifat dan sikap yang adil
terhadap bawahannya agar nantinya tidak terjadi cemburu sosial di
dalam sebuah organisasi.
6) Responsibilities
Pemimpin memberikan tangguang jawab untuk setiap bawahannya
dalam tugas pekerjaan yang telah diberikan.
7) Care
Sebagai pemimpin harus mampu menunjukan dan memberikan
perhatian dalam bentuk kepedulian terhadap kesejahteraan anak
buahnya.
8) Flexibility
Gaya pemimpin ini mempunya sifat fleksibel seperti jika karyawan
melakukan kesalahan sebagai seorang pemimpin harus mampu
membuat suatu keputusan secara fleksibilitas.
2 Tipe kepemimpinan
Menurut pendapat Wj Reddin (dalam Kartono,2008), tipe kepemimpinan
yang digolongkan menjadi 8 yaitu :
1) Tipe Diserter (pembelot)
Tipe pemimpin seperti ini bersifat bermoral rendah,tidak memiliki rasa
keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar
diramalkan.
2) Tipe Birokrat
23
Tipe pemimpin birokrat bersifat correct, kaku, patuh pada peraturan dan
norma – norma, yang mempunyai pikiran cermat, tepat, berdisplin, dan
keras.
3) Tipe Misionaris (misionary)
Tipe pemimpin seperti ini bersifat penolong, terbuka, lembut hati,
ramah tamah
4) Tipe Developer
Tipe pemimpin ini mempunyai sifat kreatif, dinamis, inovatif,
memberikan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan kepada
bawahannya.
5) Tipe Otokrat
Tipe pemimpin seperti ini mempunyai sifat keras, mau menang sendiri,
dan keras kepala.
6) Tipe BenevolentAutocrat (otokrat yang bijak)
Tipe pemimpin ini bersifat lancar, tertib, ahli dalam menggorganisir,
besar rasa keterlibatan diri.
7) Tipe Compromiser (kompromis)
Tipe pemimpin seperti ini mempunyai sifat yang plintat plintut, selalu
mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan,
berpandangan pendek dan sempit.
8) Tipe Eksekutif
Tipe pemimpin ini mempunyai sifat bermutu tinggi, dapat memberikan
moivasi yang baik, berpandangan yang jauh dan tekun.
2.2.3 Tinjauan Tentang Semangat Kerja
24
Menurut pendapat Duwi (2007) (dikutip oleh Triyana) menyatakan
bahwa “semangatikerja yaitu sikap individu dan kelompok terhadap seluruh
lingkungan kerja serta kerjasama dengan orang lain secara maksimal sesuai
dengan kepentingan yang baik demi perusahaan”.
Menurut pendapat Siswanto (2001:264) (dikutip oleh Fauji,2013),
mengemukakan bahwa “Semangat kerja adalah sebagai suatu kondisi rohaniah
atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok-kelompok yang menimbulkan
kesenangan dalam diri pekerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuensi dalam
mencapai tujuan dan aturan niat yang telah di tetapkan oleh perusahaan”.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa semangat kerja
merupakan keiinginan dari individu ataupun kelompok yang menunjukan
kegairahan didalam melaksanakan pekerjaannya, yang mana dapat mendorong
mereka untuk bekerja lebih giat dan lebih baik sehingga dapat memperkecil
kekeliruan serta dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai yang ditentukan dalam
mengejar tujuan bersama.
1. Indikasi-indikasi penurunan semangat kerja
Indikasi turunnya semangat kerja penting diketahui oleh setiap
perusahaan karena dengan pengetahuan indikasi ini akan dapat diketahui sebab
turunnya semangat kerja sehingga nanttinya akan diambil tindakan-tindakan
pencegahan dan pemecahan masalah seawal mungkin.
Adapun indikasi-indikasi turunnya semangat kerja karyawan. Menurut
Nitisemo (2000:97) (dikutip oleh Masari,2014) antara lain :
1) Turun atau rendahnya produktivitas kerja
25
Turunnya produktivitas merupakan salah satu indikasi turunnya
semangat kerja. Turunnya semangat kerja ini dapat diukur atau
diperbandingkan dengan produktivitas sebelumnya. Untuk dapat
mengetahui rendahnya produktivitas kerja, maka dapat membuat standar
kerja, sehingga kita dapat mengetahui apakah produktivitas rendah atau
tidak.
2) Tingkat Absensi Yang Naik/Tinggi
Pada umumnya bila semangat kerja menurun maka mereka akan
malas datang untuk bekerja, untuk melihat apakah tingkat absensi itu tinggi
maka tidak dapat melihat tingkat absensi secara perorangan tetapi dilihat
secara rata-rata
3) Tingkat Labour Turn Over Yang Tinggi
Apabila dalam perusahaan tingkat keluar masuknya karyawan naik
dari pada sebelumnya, maka ini sebenarnya merupakan indikasi turunnya
semangat kerja karyawan.
4) Tingkat Kerusakan Yang Tinggi
Naiknya jumlah kerusakan tidak selalu karena semangat kerja
menurun tapi banyak faktor lain. Yang dapat diakibatkan oleh faktor
kerusakan mesin dan peralatan, kesalahan pembelian bahan baku dan
sebagainya. Meskipun demikian naiknya tingkat kerusakan merupakan
indikasi yang cukup kuat yang menunjukkan dimana-mana.
5) Kegelisahan dimana-mana
26
Kegelisahan dapat terjadi bilamana semangat kerja menurun,
kegelisahan-kegelisahan tersebut dapat berupa keluh kesah, perasaan
jengkel serta yang lainnya.
6) Tuntutan yang sering terjadi
Tuntutan sebenarnya perwujudan dari ketidakpuasan, dimana pada tahap
tertentu akan mengabaikan keberanian untuk mengajukan tuntutan.
Seringnya terjadi tuntutan adalah indikasi yang cukup kuat adanya semangat
kerja yang menurun.
7) Pemogokan
Tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya semangat kerja
adalah bilamana terjadi pemogokan. Setiap perusahaan harus mencegah
kemungkinan timbulnya pemogokan karena hal ini bukan saja indikasi
turunnya semangat kerja tetapi pemogokan ini dapat menimbulkan
kelumpuhan bagi perusahaan dengan segala akibatnya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Menurut Gorda (2004 : 76) (dikutip oleh Masari,2014) bahwa
tinggirendahnya semangat kerja karyawan dalam suatu organisasi atau
perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
1) Kepemimpinan : merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain agar orang lain bersedia secara iklas melaksanakan suatu
pekerjaan dalam upaya mencapa tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2) Motivasi : merupakan dorongan terhadap seseorang untuk melakukan
tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan
27
3) Komunikasi : merupakan suatu proses penyampaian informmasi yang
memberikan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
4) Hubungan manusiawi : merupakan keseluruhan rangkaian hubungan
baik yang bersifatformal maupun informal, antara atasan dengan
bawahhan lainnya agar dibina ke arah hubungan yang harmonis
sehingga timbul kebersamaan dikalangan anggota organisasi ataupun
perusahaan.
5) Lingkungan fisik tempat kerja : merupakan segala sesuatu yang ada di
sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalannkan tugas-tugasnya yang dibebankan.
Menurut pendapat Nitisemito (2001)(dikutip oleh Fauji,2013)faktor-
faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai berikut :
1) Bangga akan pekerjaan dan puas dalam menjalankan pekerjaan
2) Sikap pekerja terhadap pimpinan dan sebaliknya pekerja diperlakukan
dengan baik
3) Hasrat untuk maju kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaan
3. Indikator Semangat Kerja karyawan
Menurut pendapat Heidjrachman dan Husnan (2002 : 21)(dikutip oleh
Triyana)yang menyatakan indikator semangat kerja meliuti antara lain :
1) Disiplin merupakan ketaatan setiap karyawan akan tata tertib yang
berlaku dalam perusahaan tersebut. Meliputi kebutuhan akan jam
kerja, tata tertib yang berlaku, pakaian serragam dan sebagainya.
28
2) Absensi merupakan data yang menunjukkan ketidak hadiran para
karyawan dalam tugasnya, hal ini termasuk waktu hilang karena sakit,
kecelakaan atau kepentingan pribadi yang diberi wewenang atau yang
dapat diperhitungkan dalam tingkat absensi adalah diberhentikan
sementara, cuti yang sah, periode libur kerja, yang diperhitungkan
meliputi : hari ketidakhadiran karyawan selama satu bulan selain cuti,
hari libur yang diterakan, tingkat ketidakhadiran dikarenakan sakit.
3) Kerjasama merupakan suatu tindakan bersama-sama antara seorang
dengan orang lain dimana setiap orang bekerja dan menyumbangkan
tenaganya secara sukarela dan sadar untuk saling membantu guna
mencapai tujuan bersama.
4) Kepuasan merupakan suatu sikap para karyawan yang menunjukkan
tingkat kepuasan terhadap tugasnya, lingkungan perusahaan serta
terhadap jaminan-jaminan yang diperolehnya.
Menurut pendapat Anwar (2002:180) (dikutip oleh Fauji,2013),adapun
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari Semangat Kerja yaitu:
1) Perilaku yang agresif yang menimbulkan frustasi:
a. Konsentrasi Kerja merupakan suatu prilaku setiap karyawan yang
harus mampu ditunjukan di dalam bekerja. Prilaku ini harus ada
disetiap karyawan supaya tidak terjadi kesalahan dalam bekerja.
29
b. Ketelitian merupakan suatu sikap atau prilaku yang harus dimiliki
setiap karyawan, jika tidak ada prilaku ketelitian dalam bekerja
kemungkinan kesalahan itu pasti ada. Tidak adanya ketelitian
disebabkan oleh frustasi yang dialami oleh karyawan itu sendiri.
c. Hasrat untuk maju merupakan sikap atau prilaku yang ingin diperoleh
oleh setiap karyawan, berdasarkan semangat dalam bekerja yang ada
di dalam dirinya untuk menjadi lebih baik.
2) Individu bekerja dengan suatu perasaan bagaimana dari perasaan lain
yang menyenangkan:
a. Kebanggaan karyawan merupakansuatu perasaan bangga akan
pekerjaan dan puas dalam menjalankan pekerjaan yang dilakukan.
b. Kepuasan karyawan merupakan perasaan yang dirasakan oleh
karyawan,ketika pekerjaannya mendapat penghargaan dari
atasannnya.
c. Labour turn over merupakan tingkat keluar masuknya karyawan di
dalam suatu perusahaan. Jika tingkat keluar masuknya menurun maka
ini sebenarnya merupakan indikasi meningkatnya semangat kerja
karyawan.
d. Tingkat absensi merupakan suatu hal yang dapat dilihat pada setiap
absensi karyawan, jika absensinya meningkat hal itu berarti turunnya
semangat kerja karyawan, dan jika sebaliknya maka dapat dipastikan
adanya semangat kerja yang tinggi untuk bekerja.
3) Keterlibatan ego dalam bekerja
30
a. Tanggung jawab adalah sikap yang harus dipertunjukan oleh setiap
karyawan dalam mengerjakan tugas yang diberikan atasannya.
b. Lancarnya aktivitas merupakan hal yang diinginkan oleh karyawan,
hal ini dimaksudkan lancarnya setiap pekerjaan yang dilakukan maka
akan meningkatkan semangat kerja karyawan itu sendiri.
Menurut pendapat Moekijat (2003:136) (dikutip oleh Malvinas,2013) yang
meyatakan indikator – indikator semangat kerja yang terdiri dari:
1) Kegembiraan
Orang yang optimis adalah orang yang selalu berpandangan baik dalam
menghadapi segala hal (Moekijat, 2003:136). Karyawan yang selalu
gembira biasanya mempunyai peluang yang besar untuk mengerjakan
dengan baik, sedangkan karyawan yang tidak mempunyai rasa gembira,
biasanya pekerjaan yang dihasilkan tidak akan maksimal.
2) Kerjasama
Kerjasa sama di antara rekan kerja merupakan kondisi yang diinginkan oleh
manajemen perusahaan, agar setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan
baik.
3) Kebanggaan dalam dinas
Perasaan senang terhadap pekerjaan merupakan perasaan senang pada diri
karyawan terhadap pekerjaan yang diberikan perusahaan. Apabila seseorang
mengerjakan suatu pekerjaan dengan senang atau menarik bagi dirinya,
maka hasil pekerjaannya akan lebih memuaskan daripada mengerjakan
pekerjaan yang tidak disenangi. Demikian pula apabila akan memberikan
31
tugas pada seseorang, maka alangkah baiknya bila sebelumnya mengetahui
apakah orang tersebut senang atau tidak dengan pekerjaan yang akan
diberikan. Hal ini dilakukan agar mendapatkan suatu hasil yang lebih
memuaskan. Jadi rasa senang dengan suatu pekerjaan juga merupakan hal
yang sangat penting dalam meningkatkan mutu dari hasil produksi.
4) Ketaatan kepada kewajiban
Ketaatan kepada kewajiban merupakan tindakan karyawan terhadap
peraturan yang telah ditetapkan perusahaan apakah bisa mentaatinya
(Moekijat, 2003:144). Karyawan yang mempunyai konsekuensi tinggi harus
mau menaati semua kewajibannya sesuai dengan kesepakatan saat pertama
kali bekerja.
5) Kesetiaan
Kesetiaan timbul dari dalam diri sendiri, karyawan merasakan kesadaran
yang tinggi bahwa antara dirinya dengan perusahaan merupakan dua pihak
yang saling membutuhkan. Karyawan tersebut membutuhkan perusahaan
tempat mencari sumber penghidupan dan pemenuhan kebutuhan sosial
lainnya. Disisi lain perusahaan dianggap mempunyai kepentingan kepada
karyawan, karena dengan karyawan itulah perusahaan akan dapat
melakukan produksi dalam rangka pencapaian tujuannya.
32
2.3Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan singkat
yang disimpulkam dari tujuan penelitian sebagai jawaban sementara atas
permasalahan yang akan diteliti. Suatu hipotesis akan diterima sebagai sebuah
keputusan apabila hasil analisis data empiris dapat membuktikan hipotesis
tersebut benar. Berdasarkan latar belakang masalah dan dilandasi oleh telaah
pustaka, maka dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis I : Adanya pengaruh yang signifikan secara simultan antara
komunikasi dan gaya kepemimpinan terhadap semangat
kerja karyawan di Fontana Hotel Bali
Hipotesis II :Adanya pengaruh yang signifikan secara parsial antara
komunikasi terhadap semangat kerja karyawan di Fontana
Hotel Bali
Hipotesis III : Adanya pengaruh yang signifikan secara parsial antara
gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan di
Fontana Hotel Bali