Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan jenis penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel dengan variabel
yang lain, Hubungan ini dapat berupa hubungan biasa (Korelasi) pada
variabel Independent dan variabel dependent (Ulum dan Juanda, 2016).
B. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan kelompok orang, kejadia, atau hal –
hal yang ingin di investigasi (Ulum dan Juanda, 2016). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017 dan jumlah populasi pada
penelitian ini sebesar 57 perusahaan manufaktur.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling.purposive sampling merupakan teknik dalam
metode penetapan sampel berdasarkan kriteria – kriteria tertentu yang biasa
digunakan mahasiswa S1 karena relatif lebih mudah dan dapat disesuaikan
dengan kriteria sampel yang diinginkan oleh peneliti (Ulum dan Juanda,
2016). Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel yang
dipilih penelitian yaitu sebagai berikut :
a) Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2017
34
Perusahaan manufaktur dapat menggunakan modal dari pemegang saham
secara efektif dan efisien untuk memperoleh laba, sehingga dengan adanya
peningkatan laba bersih maka nilai ROE akan meningkat dan para investor
tertarik untuk membeli saham yang akhirnya harga saham perusahaan
mengalami kenaikan (Nurhayati, 2013)
b) Perusahaan yang mengalami kerugian pada tahun 2017
Menurut Husaini (2012) bahwa dengan naik turunnya saham di pasar modal
akan berdampak pada harga saham di perusahaan akan semakin menurun.
Karena tingkat pengembalian investasi yang akan diterima investor rendah,
sehingga investor tidak tertarik untuk membeli saham dan hal ini
menyebabkan harga pasar saham cederung turun dan perusahaan
mengeluarkan modalnya sendiri dari perusahaan.
c). Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara tunai pada tahun 2017
Menurut Hemastuti (2015) bahwa Perusahaan yang mempunyai Dividen
Payout Rasio (DPR) yang tinggi belum tentu akan membagikan dividen
secara tunai, Karena kemungkinan perusahaan akan menggunakan hasil
labanya yang akan digunakan sebagai tambahan modal untuk memutar
kegiatan perusahaan.
d). Perusahaan tidak mengeluarkan laporan keuangan pada tahun 2017
Berdasarkan sampel yang dapat diteliti oleh peneliti sebanyak 57 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017.
Sampel tersebut dipilih karena memenuhi semua kriteria – kriteria yang
35
ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis oleh peneliti. Berikut ini adalah
rincian populasi dan sampel perusahaan manufaktur yang digunakan dalam
penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1. Kriteria Penentuan Sampel
No Kriterian Sampel Jumlah Perusahaan
1. Perusahaan manufaktur yang telah tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017
144
2. Perusahaan yang mengalami kerugian pada
tahun 2017
(32)
3. Perusahaan yang tidak membagikan dividen
secara tunai pada tahun 2017
(29)
4 Perusahaan tidak mengeluarkan laporan
keuangan pada tahun 2017
(20)
5. Outlier (6)
6. Sampel yang memenuhi kriteria 57
Sumber : Data diolah, 2017
3. Teknik Pemerolehan Data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data
sekunder yang diperoleh dengan cara dokumentasi, Teknik dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data yang sudah jadi dan sudah diolah oleh
orang lain (Ulum dan Juanda, 2016). Data – data penelitian ini diperoleh
melalui www.idx.co.id. Dan literatur – literatur yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
36
4. Jenis dan sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
sekunder yaitu data yang diterbitkan atau digunakan oleh pihak lain yang
biasanya dalam bentuk publikasi (Nurhayati, 2013). Dalam hal ini data sekunder
berupa annual report, laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI).
5. Definisi Operasional dan PengukuranVariabel
5.1. Variabel Independent
a) Return On Assets (ROA)
Menurut dewi dan wirajaya (2013) Return On Asset (ROA)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang
diperoleh dari penggunaan aktiva. Semakin tinggi return on asset (ROA), maka
semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih
(Dewi dan Wirajaya, 2013). Hal ini dapat meningkatkan daya tarik perusahaan
kepada investor, sehingga peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan
perusahaan untuk semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian
semakin besar (Novitasari dan Widyawati, 2016).
Profitabilitas merupakan kinerja keuangan yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Mayogi dan Fidiana,
2016). Menurut Achmad (2015) bahwa tingkat profitabilitas adalah suatu
indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam
mengelola perusahaan sebagai laba yang dihasilkan oleh perusahaan,
37
sehingga laba berasal dari penjualan dan keputusan investasi perusahaan. Dalam
penelitian ini Return On Assets (ROA) digunakan untuk menggukur tingkat
profitabilitas dalam perusahaan.Variabel ini diukur dengan menggunakan
rumus :
ROA =
b) Return On Equity (ROE)
Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu (Hemastuti,
2014). Dalam penelitian ini Return On Equity (ROE) digunakan untuk
mengukur profitabilitas perusahaan karena Return On Equity (ROE) merupakan
rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa untuk mengukur tingkat pengembalian
atas investasi pemegang saham biasa. ( Brigham dan Houston, 2014). Analisis
mengenai profitabilitas sangat penting bagi kreditor dan investor ekuitas
(Mahpudin, 2016). Bagi kreditor, laba merupakan sumber pembayaran bunga
dan pokok pinjaman. Sedangkan bagi investor ekuitas, laba merupakan salah
satu faktor penentu perubahan nilai saham ( Mahpudin, 2016). Hal yang
terpenting bagi perusahaan adalah bagaimana laba tersebut bisa memaksimalkan
pemegang saham bukan seberapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan
( Mahpudin, 2016). Para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah
untuk mendapatkan return (Alamsyah, 2017). semakin tinggi kemapuan
perusahaan untuk memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan
investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan menjadi lebih baik (Alamsyah,
38
2017). Profitabilitas yang meningkat mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham.
(hemastuti, 2015). Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividennya
(Hemastuti, 2015). Hal ini berdampak pada kenaikan nilai perusahaan, dengan
nilai rasio Return On Equity ( ROE) yang dimiliki perusahaan meningkat,
maka akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya
diperusahaan (Mahpudin, 2016). Rumus rasio profitabilitas yang diukur
menggunakan Return On Equity (ROE) atau hasil pengembalian ekuitas
yaitu sebagai berikut :
ROE =
c) Dividend Payout Ratio (DPR)
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang menentukan berapa
banyak keuntungan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham dan berapa
banyak yang ditanamkan kembali di perusahaan (Hemastuti, 2014). Dalam
penelitian ini Dividend Payout Ratio (DPR) digunakan untuk mengukur
Kebijakan deviden pada perusahaan karena dalam keputusan kebijakan
deviden seberapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen dari
pada laba ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaa ( Brigham dan
Houston, 2014). Shingga semakin besar dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham, maka kinerja emiten diperusahaan semakin baik dan pada
perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang baik dianggap
39
menguntungkan dan nilai perusahaan akan semakin baik melalui tingkat harga
saham perusahaan (Mahpudin, 2014). Rumus rasio profitabilitas yang diukur
menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu sebagai berikut :
DPR =
5.2. Variabel Dependen
Menurut Hemastuti (2015) bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi
investor terhadap perusahaan yang berkaitan dengan harga saham. Nilai
perusahaan tercermin dari harga saham, nilai perusahaan dalam penelitian ini
diukur menggunakan price book value (PBV) ratio karena berkaitan dengan
pertumbuhan modal dari perusahaan sendiri yang membandingkan nilai pasar
dengan nilai bukunya (Mahpudin, 2016). Price book value (PBV) dapat
menggambarkan seberapa besar nilai pasar dalam menghargai nilai buku saham
suatu perusahaan, Jika semakin tinggi rasio price book value (PBV) berarti nilai
pasar percaya dengan prospek perusahaan yang baik di masa depan (Hemastuti,
2015). Rumus nilai perusahaan yang diukur menggunakan price book value
(PBV)yaitu sebagai berikut :
PBV =
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi statistik
deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis dan Uji Analisis Regresi Linie
Berganda
40
a. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, dan sebagainya (Achmad, 2015). Dalam
penelitian ini variabel yang digunakan adalah Profitabilitas, Kebijakan
Deviden dan Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui kekuatan
variabel independen terhadap variabel dependen (Achmad, 2015).
Hubungan antar variabel dapat digambarkan dengan persamaan sebagai
berikut:
Y = α +β1ROA + β2ROE+β3DPR+ e
Keterangan :
Y = Nilai perusahaan
α = Konstanta
β = Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen
ROA = Tingkat profitabilitas digambarkan melalui ROA
ROE = Tingkat profitabilitas digambarkan melalui ROE
DPR = Kebijakan deviden digambarkan melalui DPR
e = Variabel acak atau pengganggu
41
b. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak (Mayogi dan Fidiana, 2016). Proses uji
normalitas data dilakukan dengan memperhatikan penyebaran data pada uji
normal P Plot dari variabel independen, dimana jika data menyebar diatas
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas (Mayogi dan Fidiana, 2016). Dengan melihat
tampilan grafik normal p-plot terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan bahwa
model regresi layak digunakan karena telah memenuhi asumsi
normalitas.Selain itu cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan
menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov(Herawati,
2013). Kriteria uji Kolmogorov Smirnov adalah jika nilai probabilitas > 0,05
data terdistribusi normal, dan sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05 data
tidak berdistribusi norma (Herawati , 2013)
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat ada atau tidaknya
korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi
linear berganda.Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel
bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya
menjadi terganggu (Apriada dan Suardikha, 2013). Alat statistik yang sering
dipergunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dengan
42
variance inflation factor (VIF) (Apriada dan Suardikha, 2013). Kriteria dari
uji multikolinieritas jika nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10, maka
model regresi berganda tidak terjadi multikolienieritas (Apriada dan
Suardikha, 2013).
3. Uji Korelasi
Analisis korelasi tidak menggambarkan hubungan fungsional atau dengan kata
lain analisis yang tidak membedakan antar variabel dependen dengan variabel
independen (Ghozali, 2016). Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui
atau mengukur hubungan linear antara dua variabel.
4. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat
ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat
kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap atau disebut homoskedastisitas (Mayogi dan Fidiana, 2016). Deteksi
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan
memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai
residualnya). Model yang baik di dapatkan jika tidak terdapat pola tertentu
pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar
atau sebaliknya melebar kemudian menyempit (Mayogi dan Fidiana, 2016).
Kriteria heterokedastisitas adalah jika sebaran titik-titik berada di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka
tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi (Sheisarvian, 2015).
43
c. Uji Hipotesis
1. Uji F
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menafsirkan nilai actual dapat
diukur dengan menggunakan uji F. Uji F menguji H0 bahwa data empiris
cocok atau sesuai dengan model. Dengan kata lain tidak ada perbedaan antara
model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit (Nurhayati, 2013).
Kriteria uji F adalah sebagai berikut : a. Jika nilai uji F test statistics > 0,05
maka H0 ditolak yang berarti ada perbedaan antara modal dengan nilai
observasinya sehingga model penelitian belum tepat; b. Jika nilai uji F test
statistics < 0,05 maka H0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan antara
modal dengan nilai observasinya sehingga model penelitian tepat (Nurhayati,
2013).
2. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen(Marpaung dan Hadianto, 2011). Pengujian dilakukan dengan
menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan
hipotesis dilakukan dengan kriteria: a. Jika nilai signifikan > 0,05 maka
hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti secara parsial
variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen; b. Jika nilai signifikan ≤ 0,05maka hipotesis diterima
(koefisien regresi signifikan) (Marpaung dan Hadianto, 2011). Ini berarti
44
secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen (Marpaung dan Hadianto, 2011).
3. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Dewi dan
Wirajaya, 2013).Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai
R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Dewi dan Wirajaya,
2013).Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen.(Dewi dan Wirajaya, 2013).
d. Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Persyaratan untuk dapat menggunakan persamaan regresi linier
berganda adalah terpenuhinya asumsi klasik (Suharli, 2008).Dari hasil
pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan
dalam penelitian layak untuk dilakukan analisis regresi berganda.Analisis
regresi linier berganda digunakan untuk menguji perngaruh variabel
independen terhadap variabel dependen (Suharli, 2008).