Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
54 Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN
Dalam melakukan suatu penelitian dibutuhkan sebuah metode dan
pendekatan untuk pedoman dalam melakukan penelitian. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Design Based
Research (DBR).
Qualitative research is a means for exploring and understanding the
meaning individuals or groups ascribe to a social or human problem (John W.
Creswell, 2009 : hlm. 4)
Pendekatan kualitatif digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah
(Sugiyono, 2013 : 15). Alamiah yaitu suatu kondisi yang tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya. Obyek yang alamiah adalah obyek yang
berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti
tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Adapun mengenai
metode penelitian., penelitian ini akan menggunakan rancangan penelitian Design
Based research (DBR). Menurut Plomp (2007, hlm. 13) Design Based research
adalah sebagai berikut.
Suatu kajian sistematis tentang merancang, mengembangkan dan mengevaluasi intervensi pendidikan seperti program, strategi dan
bahan pembelajaran, produk dan sistem sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam praktik pendidikan, yang bertujuan untuk memajukan pengetahuan kita tentang karakteristik
dari intervensi-intervensi tersebut serta proses perancangan dan pengembangannya.
Dari ungkapan Plomp di atas, dapat dipahami bahwa Design Based research
(DBR) bertujuan untuk merancang dan mengembangkan komponen pembelajaran,
baik itu strategi pembelajaran, bahan pembelajaran maupun produk dan sistem.
Komponen-komponen tersebut dirancang lalu dikembangkan agar masalah yang
dihadapi di dunia pendidikan dapat dipecahkan, sehingga dunia pendidikan lebih
maju. Hasil akhir dari metode Design Based research (DBR) ini merupakan
merancang sebuah design model pembelajaran tari untuk menerapkan nilai-nilai
55
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Islami. Benny A. Pribadi (2009, hlm. 86) mengungkapkan “Model desain sistem
pembelajaran biasanya menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang
perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien
dan menarik”. Maka hasil dari penelitian ini merupakan langkah-langkah atau
prosedur pembelajaran yang dirancang agar proses pembelajaran menjadi
menarik dan efektif.
B. PROSEDUR DAN LANGKAH-LANGKAH DBR (DESIGN BASED
RESEARCH)
Dalam melaksanakan penelitian dengan mengacu kepada metode DBR atau
Design Based Research, tentu ada prosedur dan langkah-langkah penelitian yang
harus dilaksanakan. Setiap metode penelitian tentu memiliki prosedur dan
langkah-langkah penelitian yang berbeda-beda, begitu pula dengan prosedur dan
langkah-langkah penelitian dalam metode DBR atau Design Based Research ini.
Cobe at all 2003, Kelly 2003, reeves et all 2005 dalam Akker dkk (2006, hlm 4)
menjelaskan bahwa ada lima karakteristik dari DBR, yaitu interventionist,
iterative, process oriented, utility oriented, dan theory oriented. Ungkapan
tersebut memperkuat bahwa penggunaan metode DBR yang akan dilakukan
dengan percobaan berulang dalam pembelajaran tari untuk menerapkan nilai-nilai
Islam, sehingga akhirnya menghasilkan desain model pembelajaran. Selintas DBR
atau Design Based Research memiliki kesamaan dengan penelitian tindakan,
yakni dikembangkan dalam siklus namun tujuan yang ingin dihasilkan berbeda.
Rita Milyartini dkk (2015, hlm. 16) mengungkapkan sebagai beikut.
“Design Based Research (DBR) ini memiliki perbedaan dengan penelitian tindakan dalam tujuannya yakni untuk menghasilkan teori atau model yang
bersifat grounded. Sementara tujuan riset penelitian tindakan adalah mengimplementasikan sesuatu memperbaiki keadaan atau memecahkan persoalaan”.
Dari ungkapan Rita Milyartini di atas terlihat perbedaan dari tujuan
penelitian tindakan dan DBR atau design based research. Pada DBR atau design
based research ini peneliti ingin menghasilkan sebuah rancangan model
pembelajaran untuk menerapkan nilai-nilai Islami yang berdasarkan analisis
masalah sebelumnya. Untuk menghasilkan rancangan model pembelajaran tari
56
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang menerapkan nilai-nilai Islami, digunakan DBR atau design based research.
Latukeffu (2010, hlm. 24) mengungkapkan bahwa :
“Design based research adresses theoretical questions about the nature of learning in context, approaches to the study of learning phenomena in real situations and the need to derive research findings from formative
evaluations”.
Ungkapan Latukeffu di atas lebih kurang memiliki makna bahwa Penelitian
berbasis desain mengemukakan pertanyaan teoritis tentang sifat pembelajaran
dalam konteks, pendekatan terhadap studi fenomena pembelajaran dalam situasi
nyata dan kebutuhan untuk memperoleh temuan penelitian dari evaluasi formatif
yakni penilaian setiap akhir pembahasan atau topik untuk melihat apakah tujuan
pembelajaran dapat tercapai atau tidak. Untuk menghasilkan rancangan model
pembelajaran tari untuk menerapkan nilai-nilai Islami, peneliti harus melakukan
empat tahapan dalam penelitian metode DBR atau design based research .
Tel Amiel dan Thomas C. Reeves (2008, hlm. 29-40, menjelaskan bahwa
penelitian yang menggunakan metode DBR ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu
identifikasi dan analisis masalah, pengembangan prototype program, uji coba dan
implementasi serta refleksi untuk mendapatkan prinsip desain yang diharapkan
dan mengatasi berbagai permasalahan yang muncul. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada bagan berikut.
Bagan 3.1 : Pendekatan Design Based Research (DBR)
(diadaptasi dari: Pendekatan desain research Amiel dan Reeves 2008)
Analysis of
practical
problems by
researchers
and
practitioners
in
Development
of solutions
informed by
existing design
principles and
technological
innovations
Iterative
cycles of
testing and
refinement of
solutions in
practice
Reflection to
produce “design
principles” and
enhance solution
implementation
Hasil
57
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari rancangan Design Based research (DBR) Reeves 2008 di atas, maka
dihasilkan desain penelitian sebagai berikut.
(Bagan 3.2: Design penelitian DBR)
Berdasarkan desain penelitian di atas, maka dapat dijelaskan tahapan
penelitian sebagai berikut.
1. Identifikasi dan Analisis Masalah
Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran seni tari hampir di banyak
sekolah di Tasikmalaya adalah ketidakmampuan guru menyajikan pembelajaran
seni tari yang diharapkan kurikulum dan masyarakat umumnya. Pemahaman guru
dan masyarakat umum bahwa pembelajaran seni tari adalah menghasilkan peserta
didik yang mampu menari dengan baik. Adapun tarian yang berkembang dan
dianggap hanya mengedepankan keindahan fisik seperti tari Jaipong oleh
masyarakat di Tasikmalaya dianggap tidak sesuai untuk di terima peserta didik
khususnya tingkat Sekolah Menengah Pertama. Padahal, dalam pembelajaran tari
bukan hal tersebut yang menjadi tujuan pembelajaran. Melainkan nilai-nilai baik
yang terkandung dalam sebuah tarian yang kemudian diterapkan kepada peserta
didik, sehingga peserta didik mampu memahami teks dan konteks tari, makna
yang terkandung di dalamnya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata
hingga peserta didik mampu menampilkan gerak tari.
Dari sekian banyak sekolah yang peneliti kunjungi di Tasikmalaya, ada
dua sekolah yang secara khusus menyampaikan materi seni tari berbasis nilai-nilai
Hasil
1. Masalah
Mengidentif
ikasi
masalah
dan analisis
masalah
mengenai
pembelajar
2.
Perancangan.
Merancang
solusi
terhadap
masalah
tersebut,
beserta
dengan
3. Siklus Berulang
Ditetapkan 4
siklus
berdasarakan
langkah-
langkah
pembelajaran
model simulasi
4. Refleksi
Meninjau
kembali
hasil
belajar
siswa
untuk
mendapat
58
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Islami. Kemudian, peneliti analisis bagaimana proses pembelajarannya, media,
metode hingga model pembelajarannya hingga hasil dari pembelajaran tersebut.
Setelah peneliti amati, kemudian peneliti menganalis kekuatan dan kelemahan
yang dua sekolah tersebut miliki, sehingga peneliti bisa mengembangkan dan
membuat rancangan model pembelajaran tari untuk menerapkan nilai-nilai Islami
di sekolah lain.
Dua sekolah yang peneliti analisis yakni SMPN 2 Ciawi dan SMPN 1
Kadipaten yang berada di Kabupaten Tasikmalaya. Kedua sekolah tersebut
memiliki input dan output yang berbeda dalam pembelajaran tari berbasis nilai-
nilai Islami. Input merupakan stimulus yangg diberikan kepada peserta didik
untuk menerapkan nilai-nilai Islami sehingga nilai-nilai tersebut dapat
tersampaikan atau tertanam pada diri peserta didik. Peneliti menganalisis nilai-
nilai apa saja yang diimplementasikan kepada peserta didik melalui pembelajaran
tari. Berikut adalah bagan yang menjelaskan input dan output dari kedua sekolah
tersebut.
SMP NEGERI 2 CIAWI
1.
2.
3.
Bagan 3.3: Nilai dan Indikator penilaian SMPN 2 Ciawi
INPUT
Cerita tokoh Islam
NILAI-NILAI
ISLAMI
OUTPUT
RELIGIUS
GIGIH
PANTANG
MENYERA H
Indikator :
Religius : Mengagumi Kebesaran Allah SWT atas
kesenian yang dipelajari dan Mengagumi Kebesaran
Allah SWT atas kemampuan yang dimiliki
Gigih : Bekerja keras dalam mengerjakan tugas
Pantang Menyerah : Tidak mudah putus asa ketika
menghadapi kesulitan dalam pembelajaran tari.
59
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SMPN 1 KADIPATEN
4.
5.
Bagan 3.4: Nilai dan Indikator penilaian SMPN 1 Kadipaten
Berdasarkan analisis di SMPN 2 Ciawi dan SMPN 1 Kadipaten, peneliti
menemukan stimulus atau input yang digunakan oleh kedua sekolah tersebut
memiliki perbedaan. SMPN 1 Kadipaten memilih stimulus dari kesenian Marawis
dikarenakan kesenian tersebut tumbuh dan berkembang disebagian besar
lingkungan peserta didik, sehingga peserta didik tidak asing lagi dengan kesenian
Marawis tersebut. Apabila stimulus yang diberikan kepada peserta didik
merupakan sesuatu yang mereka kenal maka akan lebih mudah masuk atau
menyerap saat proses pembelajaran, sehingga nilai religius, bersahaja dan
kebersamaan dapat tercapai. Maka guru seni budaya di SMPN 1 Kadipaten
memilih kesenian Marawis untuk disampaikan pada kegiatan belajar mengajar
(KBM) mata pelajaran seni tari.
Selain SMPN 1 Kadipaten, SMPN 2 Ciawi memiliki stimulus berbeda.
SMPN 2 Ciawi memilih cerita pahlawan atau tokoh Islam sebagai stimulus yang
diberikan kepada peserta didik. Stimulus tersebut dipilih oleh guru seni
budayanya, karena tujuan pembelajaran untuk menerapkan nilai religius, gigih
dan pantang menyerah tercermin dalam diri seorang pahlawan. Maka stimulus
INPUT
Kesenian Marawis
NILAI-NILAI
ISLAMI
OUTPUT
RELIGIUS
BERSAHAJA
KEBERSAMAAN
Indikator :
Religius : Mengagumi Kebesaran Allah SWT atas kesenian
yang dipelajari dan Mengagumi Kebesaran Allah SWT atas
kemampuan yang dimiliki
Bersahaja : Rendah hati dan Tidak sombong ketika mampu
menyelesaikan tugas atau memahami materi dalam
pembelajaran
Kebersamaan : Saling membantu dengan teman yang kesulitan
60
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cerita pahlawan atau tokoh Islam digunakan dalam pembelajaran tari untuk
menerapkan nilai-nilai Islami, yakni religius, gigih dan pantang menyerah.
Berdasarkan identifikasi dari SMPN 2 Ciawi dan SMPN 1 Kadipaten di
atas, terdapat kekuatan dan kelemahan dari setiap sekolah. Dari identifikasi
masalah tersebut muncul ide untuk membuat sebuah rancangan desain model
pembelajaran dari keunikan dua sekolah yang peneliti analisis. Untuk
mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran di SMPN 1 Kadipaten dan
SMPN 2 Ciawi yang meliputi guru, peserta didik, bahan ajar, metode dan model
pembelajaran, peneliti menggunakan teknik SWOT yang dikemukakan oleh
Albert Humphrey. SWOT adalah metode perencanaan strategis untuk
menganalisis strength (kekuatan), weakness (Kelemahan), opurtunities (Peluang)
dan threats (Ancaman). Analisis SWOT tersebut akan digambarkan lewat bagan
di bawah ini, agar memudahkan peneliti dalam menganalisis komponen
pembelajaran serta model pembelajaran yang digunakan di kedua sekolah
tersebut. Berikut adalah bagan yang akan memperlihatkan strength, weakness,
opurtunities, dan threats dari kedua sekolah yang dapat dijadikan acuan untuk
mengembangkan model menjadi sebuah desain pembelajaran yang lebih baik lagi.
62
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. ANALISIS SWOT TERHADAP KOMPONEN PEMBELAJARAN DI SMPN 1 KADIPATEN DAN SMPN 2 CIAWI
SMPN 1 KADIPATEN
(MODEL INSTRUKS I LANGSUNG)
SMPN 2 CIAWI
(MODEL SIMULASI)
STRENGTHS
Tujuan pembelajarannya untuk menerapkan nilai religius,
bersahaja dan kebersamaan melalui pembelajaran tari (Kesenian
Marawis)
Metode pembelajarannya menggunakan mix method yaitu metode
ceramah, metode tanya jawab, metode diskus i dan metode
demonstrasi
Evaluasi pembelajarannya dengan cara evaluasi kualitatif yang
dinyatakan dengan ungkapan sangat baik, baik, cukup, kurang dan
sangat kurang.
Menggunakan media audio dan audio visual.
Peran guru yang banyak memotivasi siswa untuk mencintai
budayanya dan mengangkat kesenian lokal, .
Tujuan pembelajarannya untuk menerapkan nilai religius, gigih
dan pantang menyerah melalui pembelajaran tari.
Materi atau bahan ajar yang digunakan selain dari buku paket
dari pemerintah juga membahas cerita kepahlawanan Islam.
Metode pembelajarannya menggunakan mix method yaitu
metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
demonstrasi, metode resitasi, dan metode eksperimental.
Evaluasi pembelajarannya dengan cara evaluasi kualitatif yang
dinyatakan dengan ungkapan sangat baik, baik, cukup, kurang
dan sangat kurang.
Menggunakan media audio, audio visual, dan interaktif.
WEAKNESS ES
Materi atau bahan ajar yang digunakan tidak terlalu mendalam
membahas mengenai kesenian Marawis.
Strategi pemeblajaran yang digunakan yaitu Strategi Ekspositori,
yaitu strategi dengan guru yang memiliki peran lebih banyak
dibanding peserta didik. Hal tersebut menyebabkan anak kurang
kreatif.
Penyampaian guru mengenai kesenian Marawis yang digunakan
sebagai bahan ajar kurang mendalam serta pembatasan gerak yang
menyebabkan peserta didik kurang kreatif.
Guru terlalu memberikan kebebasan dalam menciptakan gerak,
sehingga gerak yang dihasilkan kurang bermakna.
OPPORTUNITIES
Dengan kekuatan dari tujuan, media, metode, evaluasi serta peran
guru dalam pembelajaran seni tari yang dilakukan jika tidak disertai
dengan bahan ajar dan strategi yang baik maka tujuan pembelajaran
tidak akan tercapai.
Pembelajaran seni tari melalui cerita tokoh Islam di SMPN 2
Ciawi akan lebih baik lagi jika guru tidak terlalu membebaskan
peserta didik dalam eksplorasi gerak. Namun harus tetap diberi
dasar yang kemudian dikembangkan oleh peserta didik.
THREATS
Jika materi dan strategi yang digunakan tidak diperbaiki makan
tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
Jika guru terlalu memberikan kebebasan dalam mengeksplorasi
gerak kepada peserta didik maka gerak yang dihasilkan tidak akan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Tabel 3.1 Analisis swot terhadap komponen pembelajaran di smpn 1 kadipaten dan smpn 2 ciawi
63
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah melihat strength (kekuatan), weakness (Kelemahan), opurtunities (Peluang) dan threat (Ancaman) dari dua sekolah di atas.
Peneliti dapat melihat strength dan weakness dari setiap sekolah. Dengan analisis ini, peneliti dapat melihat sekolah yang memiliki peluang
yang potensial dengan ancaman yang dapat diminimalisir, sehingga model yang digunakan di sekolah tersebut dapat peneliti jadikan
sebagai acuan untuk mengembangkan desain model pembelajaran yang baru.
Dari tabel di atas terlihat bahwa SMPN 2 Ciawi yang menggunakan model simulasi memiliki strength yang lebih potensial
dibandingkan dengan SMPN 1 Kadipaten. Dengan menanggulangi ancaman yang ada di SMPN 2 Ciawi yaitu guru terlalu memberikan
kebebasan dalam mengeksplorasi gerak kepada peserta didik maka gerak yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan tujuan, maka perlu
dilakukan pengembangan model simulasi menjadi sebuah design model pembelajaran yang baru sehingga dapat mengontrol pembuatan dan
pengembangan gerak yang dilakukan peserta didik.
64
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. ANALISIS SWOT TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN YANG DILAKSANAKAN DI SMPN 1 KADIPATEN DAN
SMPN 2 CIAWI
MODEL INSTRUKSI LANGSUNG
(SMPN 1 KADIPATEN)
MODEL SIMULAS I
(SMPN 2 CIAWI)
STRENGTHS
Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi
materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga
guru dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus
dicapai oleh siswa.
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep
dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang
berprestasi rendah.
Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan
mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya
demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan
cara-cara ini.
Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan
refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi
dan memperbaikinya.
Simulasi dapat membuat siswa mengetahui kondisi yang
terjadi saat suatu peristiwa berlangsung walaupun sudah
terjadi sangat lama. Misalnya kondisi peperangan pahlawan
melawan penjajah pada zama dahulu.
Simulasi dapat mengembangkan kreativitas penciptaan gerak
siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk
memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang
problematis.
Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses
pembelajaran.
Siswa diberikan kesempatan untuk menyalurkan perasaannya
yang terpendam. Perasaan yang terpendam tersebut, akan
memperoleh kepuasan, kesegaran, dan kesehatan jiwa dengan
menerapkan teknik simulasi ini.
Metode simulasi dapat membantu siswa dalam
mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimiliki.
WEAKNESS ES
Dalam model pembelajaran langsung, guru sulit untuk mengatasi
perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat
pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan
siswa. Karena di dalam setiap kelas, terdapat bermacam-macam
siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Dan
setiap siswa memiliki perlakuan yang berbeda pula.
Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat
secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan
dan kreatifitas mereka.
Pengelolaan yang kurang baik. sering simulasi dijadikan
sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi
terabaikan.
Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering
mempenggaruhi siswa dalam melakukan simulasi
65
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini,
kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image
guru. Artinya, guru harus memiliki kesiapan yang lebih dalam
berhadapan dengan siswa, lebih percaya diri, dan juga
berpengetahuan yang luas pula. Selain itu, gaya berkomunikasi
guru juga mempengaruhi sukses tidaknya model ini. Jika hal ini
tidak dicapai oleh guru, maka pembelajaran akan terhambat,
suasana kelas menjadi tidak kondusif, serta siswa akan menjadi
bosan.
OPPORTUNITIES
Jika siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran serta guru
dapat menemukan cara untuk mengatasi perbedaan kemampuan
peserta didik dalam proses pembelajaran maka tujuan pembelajaran
akan tercapai.
Jika guru dapat mengelola kelas dan peserta didik saat
pembelajaran maka tujuan pebelajaran akan tercapai.
THREATS
Jika siswa tidak ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran serta
guru tidak dapat menemukan cara untuk mengatasi perbedaan
kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran maka tujuan
pembelajaran tidak akan tercapai.
Jika guru tidak dapat mengelola kelas dan peserta didik saat
pembelajaran maka tujuan pebelajaran tidak akan tercapai.
Tabel 3.2 Analisis swot terhadap model pembelajaran yang dilaks anakan di smpn 1 kadipaten dan smpn 2 ciawi
Dari tabel SWOT di atas, dapat terlihat bahwa model simulasi yang digunakan di SMPN 2 Ciawi memiliki strength (kekuatan) yang
potensial untuk diimplementasikan. Sedangkan model instruksi langsung yang digunakan di SMPN 1 Kadipaten memiliki daya potensial
yang kurang memadai. Kelemahan yang timbul apabila tidak dapat ditanggulangi, maka akan menyebabkan tujuan pembelajaran tidak akan
tercapai, sedangkan apabila kelemahan tersebut dapat ditanggulangi maka peluang untuk dapat mencapai tujuan akan terealisasikan.
Dari tabel pengamatan model pembelajaran didua sekolah di atas, peneliti mengambil model simulasi yang digunakan di SMPN 2
Ciawi untuk dikembangkan sehingga menjadi desain model pembelajaran yang baru. Setiap point kekuatan yang terdapat pada model
simulasi akan dipertahankan, dan kelemahan yang muncul akan ditanggulangi sehingga akan menghasilkan desain pengembangan model
pembelajaran yang lebih baik lagi.
67
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari bagan di atas masing-masing sekolah memiliki strength (kekuatan),
weakness (Kelemahan), opurtunities (Peluang) dan threats (Ancaman) tersendiri.
Peneliti menganalisis bahwa model yang digunakan di SMPN 2 Ciawi mengarah
kepada model simulasi namun belum sempurna, ada beberapa bagian yang harus
diubah dan bahkan di gabungkan dengan keunikan SMPN 1 Kadipaten untuk
menghasilkan desain pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman dan
menanamkan nilai-nilai Islami dalam diri peserta didik. Dalam model simulasi ini
juga, aspek psikomotor tidak muncul, sehingga peneliti akan memunculkan aspek
psikomotor disamping aspek kognitif dan afektifnya. Aspek psikomotor dalam
pengembangan gerak akan dimasukan ke dalam setiap tahap dalam desain model
pembelajaran tari untuk menerapkan nilai-nilai Islami.
Setelah mendapatkan nilai-nilai Islami yang akan diterapkan dalam
pembelajaran tari, peneliti akan mengembangkan model pembelajaran simulasi
menjadi sebuah desain model pembelajaran yang lebih baik lagi dan sesuai untuk
diimplemetasikan kepada peserta didik.
Model simulasi di atas yang digunakan di SMPN 2 Ciawi memiliki 4 tahap.
Setiap tahapan memiliki beberapa langkah-langkah pembelajaran.dalam simulasi
di atas, aspek kognitif dan aspek afektif sudah tercantum namun aspek psikomor
bagi peserta didik belum ada. Peran guru dalam model ini sangat berpengaruh,
namun terlalu mendominasi. Dari analisis masalah inilah peneliti akan
memasukan aspek psikomotor bagi peserta didik serta membuat peran peserta
didik lebih signifikan. Hal tersebut agar melahirkan keterampilan bagi peserta
didik serta pengetahuan serta sikap peserta didik juga meningkat.
2. Perancangan program
Pada tahapan ini merupakan tahapan perancangan dan program.
Perancangan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran tari dengan desain
pengembangan model simulasi untuk menerapkan nilai-nilai Islami melalui cerita
pahlawan atau tokoh Islami. Peneliti menentukan nilai-nilai Islami yang akan
diterapkan kepada peserta didik. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka
dapat dirancang program sebagai berikut.
68
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Menentukan konsep nilai-nilai Islami pada pembelajaran tari melalui cerita
tokoh Islami.
Nilai-nilai Islami yang diterapkan di SMPN 2 Ciawi dan SMPN 1 Kadipaten
memang beragam. Nilai-nilai tersebut berasal dari pakar-pakar pendidikan bahkan
dari pemerintah yang dapat diterapkan kepada peserta didik. Jika peneliti telaah
nilai-nilai karakter dari pemerintah dan nilai-nilai Islami dari beberapa pakar ada
banyak sekali jumlahnya. Namun karakter atau sikap yang patut kita contoh
adalah sikap yang berasalah dari diri Rasulullah SAW. Beliau merupakan
tauladan bagi seluruh umat muslim, sehingga sikap-sikapnya dapat
diinternalisasikan pada peserta didik melalui proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian pada analisis tulisan diatas dan fokus masalahnya, maka
dapat diambil kesimpulan bahwasan Karakter yang mesti di internalisasikan yaitu
karakter yang telah ada pada diri Rasulullah sehingga kegiatan proses belajar-
mengajar mencirikhaskan karakter yang berbasis nilai-nilai Islam. Adapun
menurut Hermansyah (2015) bahwa “Karakter berbasis nilai-nilai Islam yang di
ambil dari karakter Rasulullah yaitu : Nilai-nilai karakter yang esensial (core
essential character values), yang ada pada diri Nabi sangat dikenal dengan empat
akhlaknya, yang sering dibuat akronim sebagai sifat, yaitu: (1) Siddiq, (2)
Tabligh, (3) Amanah, dan (4) Fathonah (STAF)”. Dibawah ini akan di uraikan
core essential character values yang ada pada diri Rasulullah SAW beserta
indikatornya.
Tabel 3.3
Variabel penerapan nilai-nilai Islami menurut Hermansyah
Nilai-nilai Islami Indikator
Sidiq
(Benar)
1. Benar
2. Ikhlas
3. Jujur
4. Sabar
Tabligh
(Menyampaikan)
1. Kasih sayang
2. Lemah lembut
3. Bersih
4. Empati
5. Rendah hati
6. Sopan santun
7. Tanggung jawab
Amanah
(Dapat dipercaya)
1. Adil
2. Istiqomah
3. Berbakti
69
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Waspada
5. Hormat
Fatonah
(Cerdas)
1. Disiplin
2. Rajin
3. Ulet/gigih
4. Logis
5. Kreatif
6. Teliti
Dari nilai-nilai karakter Rasulullah tersebut sudah mencakupi sekian
karakter yang telah digagas oleh pemerintah dan para pakar karakter yang ada dan
juga karakter yang telah digalinya tidak terlepas dari karakter Rasululah, asmaul
husna dan lain-lainya yang ada dalam pola hidup yang dituntut oleh Islam. Hanya
saja basis islam tidak dijadikan indikator dalam pendidikan di Indonesia karna
Indonesia merupakan Negara Multikultural, sehingga pemerintah memiliki
kebijakan untuk menentukan nilai-nilai karakter yang harus dimasukan dalam
sebuah asupan kurikulum pendidikan sebagai penenaman moral dan akhlaknya
peserta didik.
Berbicara masalah karakter tidak terlepas dari kecendrungan beberapa pakar
yang mengkaji nilai karakter dalam tata laksana kehidupan yang telah di
temukannya seperti halnya dari sumber Ratna Megawangi (2004. Hlm. 95) dalam
Dharma Kesuma dkk (2012, hlm. 14) bahwa nilai-nilai karakter yang perlu
ditanamkan menurut Indonesia Heritage Foundation (IHF) mengemukakan 9
pilar karakter yaitu: (1). Cinta Tuhan dan segenap ciptaaan-Nya, (2). Kemandirian
dan tanggungjawab, (3). Kejujuran/amanah, diplomatis. (4). Hormat dan santun,
(5). Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama, (6).Percaya
diri dan pekerja keras, (7).Kepemimpinan dan keadilan, (8).Baik dan rendah hati,
(9).Toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Demikian juga dikemukakan oleh Ary
Ginanjar (2007, hlm. 131) seorang pakar ESQ, dari sekian banyak karakter yang
bisa diteladani dari nama-nama Allah, Ginanjar merangkumnya dalam 7 Pilar
karakter dasar yaitu: Jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, dan
kerja sama. Nilai-nilai tersebut bersumber dari konsep 165 yakni ihsan, iman dan
islam, dari konsep tersebut kemudian dibangun nilai-nilai karakter dasar untuk di
terapkan dalam keseharian seperti yang dipaparkan di atas. Ary Ginanjar (2003,
hlm. 269) mengungkapkan bahwa “...Saya berikhtiar untuk menjelaskan konsep
70
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemikiran ESQ melalui sebuah pendekatan psikologi nerdasarkan nilai-nilai
spiritual Islam universal, yang saya namakan Psikologi Asmaul Husna”.Dari
sekian karakter yang telah diungkap oleh para pakar di atas maka kesemuanya itu
tidak terlepas dari karakter dasar yang telah ada pada diri rasulullah sejak awal.
Karakter berbasis niali-nilai Islam yang menjadi pilihan untuk
diinternalisasikan pada generasi, sebab disamping umat Islam memiliki kitab
pedoman yang menjadi petunjuk mutlak sebuah kebenran demikian juga telah
tampak pada apa yang telah dijalankan oleh Rasul sebagai Nabi akhir zaman yang
menjadi panutan dan figur yang terbaik bagi ummatnya. Indikator dari nilai-nilai
tersebut sudah mencakup nilai-nilai yang dipaparkan oleh para ahli. Adapun
indikator yang peneliti terapkan kepada peserta didik dari tabel 3.3 tidaklah semua
diterapkan, melainkan peneliti mengambil beberapa nilai yang sesuai dengan
karakter seorang pahlawan atau tokoh Islam dan diterapkan kepada peserta didik,
dan nilai-nilai tersebut berada pada tabel 3.4.
Bagan 3.5
Variabel penerapan nilai-nilai Islami terhadap pembelajaran tari
SIDIQ
FATONAH
AMANAH
TABLIGH PSIKOMOTOR
KOGNITIF
AFEKTIF
71
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4
Variabel penerapan nilai-nilai Islami
Nilai-nilai Islami Indikator
Sidiq
(Benar)
Ikhlas
Jujur
Tabligh
(Menyampaikan)
Sopan santun
Tanggung jawab
Amanah
(Dapat dipercaya) Adil
Hormat
Fatonah
(Cerdas)
Ulet/gigih
Disiplin
Tabel 3.5
Variabel pembelajaran tari
Variabel Dimensi Indikator
Pembelajaran
Tari
Kognitif 1. Memahami makna nilai-nilai Islami dari cerita
pahlawan atau tokoh Islam
2. Memahami cerita pahlawan atau tokoh Islam
secara tekstual dan kontekstual
Afektif 1. Merasakan makna nilai-nilai Islami dari cerita
pahlawan atau tokoh Islam
2. Merasakan cerita pahlawan atau tokoh Islam
secara tekstual dan kontekstual
Psikomotor 1. Mengeksplorasi nilai-nilai Islami melalui ragam
gerak ibing pencak
2. Melakukan aplikasi nilai-nilai Islami melalui
ragam gerak ibing pencak
Dalam membuat indikator dari nilai-nilai Islami perlu menggunakan kata
kerja operasional. Menurut Taksonomi Bloom bahwa kata kerja operasional
adalah kata kerja yang dapat diukur, dievaluasi, dicapai, dan dibuktikan (Bermawi
Munthe, 2009: hlm. 40). Hal tersebut dapat membantu pendidik dalam
menentukan kejelasan kompetensi dasar dan indikator yang sesuai dengan tingkat
kesulitannya, dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Berikut adalah
indikator pembelajaran dari nilai-nilai Islami.
72
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.6
Indikator nilai-nilai Islami
Aspek Nilai-nilai
Islami Indikator Kriteria Penilaian
Kognitif
Sidiq
1. Menjelaskan cara membantu sesama
tanpa pamrih
2. Menjelaskan cara membantu sesama
tanpa pamrih dan berkata terus terang
jika tidak mengerti
3. Menjelaskan cara membantu sesama
tanpa pamrih, berkata terus terang jika
tidak mengerti dan tidak menyontek
pekerjaan teman atau tidak menjadi
plagiat.
1. Kurang (72-79)
2. Cukup (80-86)
3. Baik (87-100)
Tabligh
1. Memberikan contoh berbicara dan
berbuat santun
2. Menunjukkan cara berbicara dan
berbuat santun serta mengerjakan tugas
yang diberikan
3. Menunjukkan cara berbicara dan
berbuat santun, mengerjakan tugas yang
diberikan serta menyelesaikan tugas
yang diberikan.
1. Kurang (72-79)
2. Cukup (80-86)
3. Baik (87-100)
Amanah
1. Menjelaskan sikap tidak membeda-
bedakan dalam pertemanan
2. Menunjukkan sikap tidak membeda-
bedakan dalam pertemanan dan
membagi tugas sesuai kemampuan
masing-masing
3. Menunjukkan sikap tidak membeda-
bedakan dalam pertemanan, membagi
tugas sesuai kemampuan masing-
masing dan menghormati semua orang.
1. Kurang (72-79)
2. Cukup (80-86)
3. Baik (87-100)
Fatonah
1. Menjelaskan sikap rajin dalam
mempelajari materi pelajaran
2. Menunjukkan sikap rajin dalam
mempelajari materi pelajaran dan
1. Kurang (72-79)
2. Cukup (80-86)
3. Baik (87-100)
73
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bekerja keras dalam mengerjakan tugas
3. Menunjukkan sikap rajin dalam
mempelajari materi pelajaran, bekerja
keras dalam mengerjakan tugas dan
tepat waktu dalam mengerjakan tugas
Afektif
Sidiq
1. Memiliki inisiatif membantu sesama
tanpa pamrih
2. Memiliki inisiatif sesama tanpa pamrih
dan berkata terus terang jika tidak
mengerti
3. Memiliki inisiatif membantu sesama
tanpa pamrih, berkata terus terang jika
tidak mengerti dan tidak menyontek
pekerjaan teman atau tidak menjadi
plagiat.
1. Kurang (72-79)
2. Cukup (80-86)
3. Baik (87-100)
Tabligh
1. Mempraktikan cara berbicara dan
berbuat santun
2. Mempraktikan cara berbicara dan
berbuat santun serta mengerjakan tugas
yang diberikan
3. Mempraktikan cara berbicara dan
berbuat santun, mengerjakan tugas yang
diberikan serta menyelesaikan tugas
yang diberikan.
1. Kurang (72-79)
2. Cukup (80-86)
3. Baik (87-100)
Amanah
1. Mempraktikan sikap tidak membeda-
bedakan dalam pertemanan
2. Mempraktikan sikap tidak membeda-
bedakan dalam pertemanan dan
membagi tugas sesuai kemampuan
masing-masing
3. Mempraktikan sikap tidak membeda-
bedakan dalam pertemanan, membagi
tugas sesuai kemampuan masing-
masing dan menghormati semua orang.
1. Kurang (72-79)
2. Cukup (80-86)
3. Baik (87-100)
Fatonah
1. Mempraktikan sikap rajin dalam
mempelajari materi pelajaran
2. Mempraktikan sikap rajin dalam
mempelajari materi pelajaran dan
1. Kurang (72-79)
2. Cukup (80-86)
3. Baik (87-100)
74
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bekerja keras dalam mengerjakan tugas
3. Mempraktikan sikap rajin dalam
mempelajari materi pelajaran, bekerja
keras dalam mengerjakan tugas dan
tepat waktu dalam mengerjakan tugas.
Psikomotor
Sidiq
1. Membantu sesama tanpa pamrih
2. Membantu sesama tanpa pamrih dan
berkata terus terang jika tidak mengerti
3. Membantu sesama tanpa pamrih,
berkata terus terang jika tidak mengerti
dan tidak menyontek pekerjaan teman
atau tidak menjadi plagiat.
1. Kurang (72-79)
2. Cukup (80-86)
3. Baik (87-100)
Tabligh
1. Berbicara dan berbuat santun
2. Berbicara dan berbuat santun serta
mengerjakan tugas yang diberikan
3. Berbicara dan berbuat santun,
mengerjakan tugas yang diberikan serta
menyelesaikan tugas yang diberikan.
1. Kurang (72-79)
2. Cukup (80-86)
3. Baik (87-100)
Amanah
1. Melaksanakan sikap tidak membeda-
bedakan dalam pertemanan
2. Melaksanakan sikap tidak membeda-
bedakan dalam pertemanan dan
membagi tugas sesuai kemampuan
masing-masing
3. Melaksanakan sikap tidak membeda-
bedakan dalam pertemanan, membagi
tugas sesuai kemampuan masing-
masing dan menghormati semua orang.
1. Kurang (72-79)
2. Cukup (80-86)
3. Baik (87-100)
Fatonah
1. Melaksanakan sikap rajin dalam
mempelajari materi pelajaran
2. Melaksanakan sikap rajin dalam
mempelajari materi pelajaran dan
bekerja keras dalam mengerjakan tugas
3. Melaksanakan sikap rajin dalam
mempelajari materi pelajaran, bekerja
keras dalam mengerjakan tugas dan
tepat waktu dalam mengerjakan tugas
1. Kurang (72-79)
2. Cukup (80-86)
3. Baik (87-100)
75
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Mengaplikasikan desain pembelajaran simulasi melalui cerita tokoh Islam
dan Kesenian Marawis.
SMPT MANAHIJUL HUDA
Bagan 3.6 Nilai-nilai Islami yang akan diimplementasikan di SMPT Manahijul Huda
DESAIN PENGEMBANGAN MODEL SIMULASI
Tujuan pembelajarannya untuk menerapkan nilai-nilai Islmai melalui
pembelajaran tari dengan cerita tokoh Islami, yaitu sidiq, tabligh, amanah, dan
fatonah dengan indikator nilai yang telah ditentukan.
Materi atau bahan ajar yang digunakan yaitu cerita kepahlawanan Islam yang
mendunia agar lebih memotivasi siswa. Zaim Elmubarok mengungkapkan
bahwa.
Dikarenakan misi pendidikan nilai adalah memuncakan domain afeksi
dalam rangka memanusiakan manusia (N. Driyarkara, 1991), maka cerita dan kisah yang ditampilkan mewakili kisi-kisi tentang kemanusian dan menjadi manusia. Diantara kisi-kisi itu adalah : menolong sesama, empati,
kejujuran, saling berbagi, kesetiaan, kesejatian, hikmah (pelajaran berharga). Kegigihan dan keuletan, kebermanfaatan, toleransi, menghargai
sesama, kesabaran, membalas kejelekan denga kebaikan, mengedepankan kebaikan dari keburukan, bahaya kejelekan dan kualitas amal kebaikan”.
Dari ungkapan Zaim Elmubarok di atas, melalui cerita pahlawan atau tokoh
Islam yang inspiratif kaya akan pesan dan nilai di dalamnya, sehingga setelah
mendengarkan cerita peserta didik mendapatkan nilai-nilai baik atau karakter
yang harus mereka implementasikan dalam kehidupan nyata. Beberapa cerita
pahlawan atau tokoh Islam yang akan peneliti samapikan kepada peserta didik,
yakni sebagai berikut.
INPUT
Cerita tokoh Islam
NILAI-NILAI
SLAMI
OUTPUT
SIDIQ
TABLIGH
AMANAH
FATONAH
76
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a) Muhammad Al Fatih
Pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari
Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya,
Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan
jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah
Subhana Wa Ta‟ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur‟an mengenainya
serta hadis Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota
Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera
dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah
Subhana Wa Ta‟ala.
Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke
benteng Bizantium di sana. Takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” terus
membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota
itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya
berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta‟ala.
Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari
Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M,
serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya
meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara
Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu
Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota.
Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih,
akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
b) Umar Bin Khattab
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat.
Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti
Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta
77
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium).
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini.
Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20
ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan
mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam
lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia
dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat
sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin
Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal
Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad. (Sumber : Husayn Ahmad Anin,
1997)
c) ALI BIN ABI THALIB : PINTU ILMU YANG JAGO BERPERANG
Demikianlah slogan yang selalu didengung-dengungkan oleh kaum muslimin
ketika perang Uhud yang amat dahsyat itu tengah berlangsung.
Ia lahir sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah/599 dan wafat 21 Ramadan 40
Hijriah/661 M. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib. Haydar yang
berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus
yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy
Mekkah
Pada perang Uhud, Ali bin Abu Thalib memperlihatkan ketangguhannya
sebagai seorang pahlawan Islam yang gagah perkasa. Pada saat itu beliau
tergabung dalam sayap kanan pasukan yang memegang panji setelah Mush‟ab
bin Umair.
Hampir semua peperangan beliau ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili
Nabi Muhammad SAW untuk menjaga kota Madinah. Rasulullah SAW
memintanya menetap di Mekkah untuk menjaga stabilitas wilayah. Sebab
Rasulullah mengetahui, ada upaya busuk dari kaum munafiq untuk
melemahkan Mekkah dari dalam saat Rasulullah keluar memimpin perang
Tabuk. Kehadiran Ali di Mekkah, meski seorang diri, telah berhasil
78
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memporakporandakan rencana buruk itu. Nyali mereka ciut, mengetahui ada
Ali di tengah-tengah mereka.
Ali bin Abi Thalib adalah pribadi yang sangat cerdas. Itu ditunjukkan sejak
masa Rasulullah SAW. (Sumber : Husayn Ahmad Anin, 1997)
Setelah memberikan stimulus lewat cerita pahlawan atau tokoh Islam, peserta
didik memahamai bahwa karakter yang harus mereka miliki yang kemudian
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, dari cerita
pahlawan atau tokoh Islam di atas peserta didik membuat ragam gerak yang
sesuai dengan karakter seorang pahlawan atau tokoh Islam. Gerak yang
diberikan sebagai dasar kepada peserta didik yakni dari ibing pencak. Ibing
pencak adalah gerak dasar beladiri yang disajikan dalam bentuk tarian atau
gerak kembangnya beladiri Pencak Silat (Yuliawan dan Isus 2010, hlm. 7).
Ibing pencak sendiri dalam penyajiannya diiringi alat musik tradisional
kendang pencak. Pemain ibing pencak dapat menggunakan senjata maupun
tidak, sesuai dengan kebutuhan. Dalam praktik pembelajaran peneliti tidak
mengharuskan peserta didik menggunakan senjata sebagai properti. Ibing
pencak dipilih karena dalam berperang tentu saja seorang pahlawan atau tokoh
Islam perlu memiliki cara beladiri, sehingga ibing pencak sesuai dengan topik
pembelajaran. Gerak gerak yang akan dijadikan contoh dalam proses
pembelajaran tari yaitu sikap, pasang, besot, ayun muka dan ayun nutup, giles
kanan, langkah maju giles tangan, sikut kanan serta bandul. Selain itu, dalam
gerakan tersebut terkandung makna dan nilai-nilai Islami. Penelitian
memfokuskan pada proses pengembangan gerak ibing pencak yang dikreasikan
oleh peserta didik sebagai subjek penelitian. Deskripsi mengenai ragam gerak
ibing pencak yang mewakili nilai-nilai Islami yaitu sebagai berikut.
79
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7
Deskripsi ragam gerak ibing pencak
NO RAGAM GERAK KETERANGAN KETERKAITAN DENGAN NILAI-NILAI
ISLAMI
1
Sikap
Posisi badan tegap. Pergelangan tangan disimpan di tulang
iga dengan telapak tangan terbuka menghadap ke atas.
Gerak sikap menggunakan tenaga yang kuat dan
posisi badan yang tegak melambangkan sikap gigih
dan disiplin. Nilai-nilai tersebut terdapat pada
nilai-nilai Islami yakni fatonah.
80
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Pasang
Posisi siap, kaki kanan melangkah ke samping kanan
sambil teluk rengkuh dan posisi kaki kedua sejajar dengan
posisi tangan kanan menjorok ke depan sedangkan posisi
tangan kiri ditekuk.
Gerak sikap menggunakan tenaga yang kuat dan
posisi badan yang tegak melambangkan gigih,
disiplin (fatonah). Posisi kaki terlihat kuat dengan
kuda-kuda melambangkan sikap tanggung jawab
(tabligh). Nilai-nilai tersebut terdapat pada nilai-
nilai Islami.
3
Besot
Bahu kiri memutar kearah kanan, tangan kiri maju dengan
telapak tangan membuka sesangkan tangan kanan ditarik
ke iga samping, badan condong ke kanan dengan pusat
tumpuan beban ke kaki kanan.
Pada gerak besot ada pergantian tangan kiri dan
tangan kanan melambangkan bahhwa seseorang
harus dapat mempertimbangkan sesuatu yang akan
dimabil sehingga tidak ada yang dirugikan. Sikap
demikan melambangkan sikap adil (amanah),
sehingga keputsan yang diambil harus diterima
dengan ikhlas melambangkan sikap ikhlas (sidiq).
Gerak besot menggunakan ruang tangan maupun
kaki yang luas dan tenaga yang kuat
melambangkan sikap gigih (fatonah). Dalam
melakukan semua gerak tentu seseorang harus
81
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki sikap disiplin (fatonah) sehingga dapat
melakukan gerak yang benar. Nilai-nilai tersebut
terdapat pada nilai-nilai Islami.
4
Sogok
Posisi kaki dalam keadaan seimbang, posisi tangan kanan
ditusukkan ke depan sedangkan tangan kiri ditekuk kedada.
Pada gerak sogok ada pergantian tangan kiri dan
tangan kanan melambangkan bahhwa seseorang
harus dapat mempertimbangkan sesuatu yang akan
dimabil sehingga tidak ada yang dirugikan. Sikap
demikan melambangkan sikap adil (amanah) dan
gerak sogok menggunakan ruang tangan maupun
kaki yang luas dan tenaga yang kuat
melambangkan sikap gigih (fatonah). Nilai-nilai
tersebut terdapat pada nilai-nilai Islami.
82
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Ayun Muka
Telapak tangan kiri dan tangan kanan terbuka mengayun
ke atas dibarengi dengan posisi kaki dalam keadaan tegak.
Gerak ayun muka dan ayun nutup merupakan
gerak berkelanjutan. Pada gerak ini terlihat ada
level yang digunakan, yakni level tinggi dan
rendah. Hal tersebut menandakan bahwa seseorang
harus menghormati orang lain dengan
merengkuhkan badannya, sikap tersebut
melambangkan sikap hormat (amanah) dan sopan
santun (tabligh), gerak ini menggunakan ruang
tangan maupun kaki yang luas dan tenaga yang
kuat melambangkan sikap gigih (fatonah). Nilai-
nilai tersebut terdapat pada nilai-nilai Islami.
83
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Ayun Nutup
Telapak tangan kiri dan tangan kanan tertutup mengayun
ke bawah dibarengi dengan posisi kaki rengkuh atau
ditekuk.
Gerak ayun muka dan ayun nutup merupakan
gerak berkelanjutan. Pada gerak ini terlihat ada
level yang digunakan, yakni level tinggi dan
rendah. Hal tersebut menandakan bahwa seseorang
harus menghormati orang lain dengan
merengkuhkan badannya, sikap tersebut
melambangkan sikap hormat (amanah) dan sopan
santun (tabligh), gerak ini menggunakan ruang
tangan maupun kaki yang luas dan tenaga yang
kuat melambangkan sikap gigih (fatonah). Nilai-
nilai tersebut terdapat pada nilai-nilai Islami.
84
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Giles Kanan
Tangan kanan melakukan gilesan ke depan dan tangan
kanan ditarik tertutup disamping tulang iga.
Kaki kanan rengkuh dan berat badan pada kaki kanan
sedangkan kaki kiri sebagai tumpuan.
Gerak giles menggunakan ruang tangan maupun
kaki yang luas dan tenaga yang kuat
melambangkan sikap gigih (fatonah).
Menggerakan tangan kanan ke depan dan menarik
tangan kiri melambangkan sikap jujur (sidiq),
karena dalam berbuat jujur kita harus berani
mengungkapkan kebenaran yang dilambngkan
dengan tangan kanan. Nilai-nilai tersebut terdapat
pada nilai-nilai Islami.
85
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
Langkah Maju Giles Tangan
Tangan kanan melakukan gilesan ke depan dan tangan
kanan ditarik tertutup disamping tulang iga.
Kaki kanan dilangkahkan ke depan simpan tekuk rengkuh
berat badan pada kaki kanan sedangkan kaki kiri sebagai
tumpuan.
Gerak giles menggunakan ruang tangan maupun
kaki yang luas dan tenaga yang kuat
melambangkan sikap gigih (fatonah).
Menggerakan tangan kanan ke depan dan menarik
tangan kiri melambangkan sikap jujur (sidiq),
karena dalam berbuat jujur kita harus berani
mengungkapkan kebenaran yang dilambngkan
dengan tangan kanan. Gerak ini menggunakan
ruang tangan maupun kaki yang luas dan tenaga
yang kuat melambangkan sikap gigih (fatonah),
dan langkah pasti ke depan melambangkan siakp
tanggung jawab (tabligh). Nilai-nilai tersebut
terdapat pada nilai-nilai Islami.
86
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
Sikut Kanan
Tangan kanan menyikut ke samping kiri dan tangan kiri
menempel di tangan kanan.
Gerak menyikut dengan tangan kiri melambangkan
kita harus mampu menghadang sikap buruk dengan
kebaikan. Gerak tersebut melambangkan kejujuran
(sidiq)dan tanggung jawab (tabligh). Gerak ini
menggunakan ruang tangan maupun kaki yang luas
dan tenaga yang kuat melambangkan sikap gigih
(fatonah). Nilai-nilai tersebut terdapat pada nilai-
nilai Islami.
87
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
Bandul
Tangan kanan memukul ke depan dan tangan kiri disimpan
ditulang iga. Kaki kanan rengkuh dan berat badan pada
kaki kanan sedangkan kaki kiri sebagai tumpuan.
Gerak ini menggunakan ruang tangan maupun kaki
yang luas dan tenaga yang kuat melambangkan
sikap gigih (fatonah). Sikap berani dalam melawan
keburukan di tandai dengan gerak memukul
menggunakan tangan kanan melambangkan sikap
Tanggung jawab (tabligh). Nilai-nilai tersebut
terdapat pada nilai-nilai Islami.
88
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Metode pembelajarannya menggunakan mix method yaitu metode ceramah,
metode tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode resitasi, dan
metode eksperimental.
Evaluasi pembelajarannya dengan cara evaluasi kualitatif yang dinyatakan
dengan ungkapan baik, cukup, dan kurang. Serta evaluasi menggunakan teknik
non tes melalui pengamatan, wawancara, hasil karya dan skala sikap.
NO NAMA SIDIQ AMANAH TABLIGH FATONAH
B C K B C K B C K B C K
1
2
3
dst
Tabel 3.8 Contoh Format Penilaian
Menggunakan media audio, audio visual, dan interaktif.
Langkah-langkah pembelajaran tari melalui cerita tokoh Islam dengan
Pengembangan model simulasi.
TAHAP 1 ORIENTASI
• Guru menyajikan nilai-nilai Islami yang akan diimplementasikan yang berasal dari sikap Rasulullah SAW.
• Guru menyajikan topik mengenai cerita kepahlawan dan tokoh Islam yang inspiratif.
• Guru menjelaskan gerak khas dari tari yang bertema
kepahlawanan yaitu ibing pencak dengan makna dan nilai -nilai Islam yang terkandung di dalamnya.
• Guru menjelaskan bahwa siswa akan membuat simulasi dari materi yang telah diberikan dalam bentuk tarian
• Guru menyajikan ikhtisar simulasi
TAHAP 2 LATIHAN
PARTISIPASI
• Guru meminta siswa membuat skenario (aturan, peran dan
prosedur) • Guru menugaskan peran simulasi kepada siswa • Guru menugaskan siswa untuk membuat gerak pengembangan
dari gerak dari ibing pencak dan membuat gerak yang bertema kepahlawanan untuk menanamkan nilai-nilai Islami.
• Siswa mengeksplor gerak • Siswa memaknai dari setiap gerak yang dibuat
89
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bagan 3.7 Rancangan Desain Model Pembelajaran Simulasi untuk menanamkan nilai-nilai Islami
3. Siklus Berulang
Pada tahapan ini pembelajaran yang sudah dirancang akan diberikan
secara berulang guna mengujicobakan desain model pembelajaran simulasi
melalui cerita pahlawan atau tokoh Islam. Matthew W. Easterday, Daniel Rees
Lewis and Elizabeth M. Gerber (2014, hlm. 321) mengungkapkan “iterative
design argues for quickly building low fidelity prototypes, testing them, and re-
designing--gradually evolving the intervention over time”. Berdasarkan design
yang telah dibuat, maka pada tahapan pertama dirancang 2-3 kali pertemuan. Pada
tahapan kedua dirancang 2-3 kali pertemuan, tahap ketiga dan empat masing-
masing 1-2 pertemuan, sehingga total peneliti memerlukan 6-10 pertemuan untuk
mengujicobakan rancangan desain desain pembelajaran dari model simulasi ini.
Dari nilai-nilai yang dihasilkan melalui pembelajaran tari di SMPN 1
Kadipaten dan SMPN 2 Ciawi melalui input atau stimulus yang berbeda
TAHAP 4
WAWANCARA SISWA
TAHAP 3 PELAKSANAAN
SIMULASI
• Siswa memimpin aktifitas simulasi • Guru mengawasi jalannya simulasi
• Siswa mendapatkan umpan balik dan evaluasi (mengenai penampilan)
• Siswa merancang sebuah karya dari gerak yang telah dibuat • Siswa melanjutkan simulasi
Siswa menampilkan hasil karyanya
Guru dann siswa menilai dan menyimpulkan kejadian dan
persepsi dari hasil karya siswa Siswa menyimpulkan kesulitan dan pandangan-pandangannya
Guru dan siswa menganalisis proses
Guru dan siswa membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia
nyata Siswa menghubungkan aktifitas simulasi dengan materi pelajaran
90
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menghasilkan output yang berbeda pula. Peneliti menggabungkan nilai-nilai
Islami dari kedua sekolah tersebut dan menggabungkan stimulus yang akan
diberikan kepada SMPT Manahijul Huda. SMPT Manahijul Huda adalah sekolah
yang peneliti pilih sebagai tempat implementasi nilai-nilai di bawah ini.
4. Refleksi
Hasil uji coba selanjutnya direfleksi guna mendapat desain dari
pengembangan model simulasi melalui cerita tokoh Islam yang diharapkan untuk
menumbuhkan nilai-nilai Islami kepada peserta didik.
5. Hasil
Hasil merupakan rujukan dari hasil refleksi akhir yang dilakukan peneliti
yang didapat dari teori-teori yang mendasari. Hasil akhir inilah yang akan
menunjukan desain baru dari pengembangan model simulasi yang sudah
diujicoba, sehingga komponen-komponen pembelajaran akan lebih sempurna
guna mencapai tujuan yang diharapkan.
C. LOKASI DAN SASARAN PENELITIAN
a. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian dalam penelitian ini ada
beberapa sekolah. Awalnya, peneliti memilih dua sekolah yang dipilih dengan
cara purposive dengan alasan sekolah tersebut merupakan sekolah yang
mengajarkan pembelajaran tari berbasis nilai-nilai Islami. Sekolah-sekolah
tersebut yaitu SMPN 2 Ciawi dan SMPN 1 Kadipaten. SMPN 2 Ciawi beralamat
di Desa Kertamukti Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa
Barat kode pos 46156. Adapun SMPN 1 Kadipaten beralamat di Desa Buniasih
Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat kode pos
46157. Di dua sekolah peneliti melihat proses pembelajaran dan komponen-
komponen pembelajaran yang digunakan. Kemudian, peneliti merancang dan
mengembangkannya di sekolah yang berbeda yaitu di SMPT Manahijul Huda
yang beralamat di Desa Tejamaya Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.
91
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Sasaran Penelitian
Pada umumnya, sampel atau subjek penelitian yang diambil haruslah
sampel yang dapat mewakili populasi (Juanda, 2007). Penelitian ini didukung
oleh berbagai partisipan, namun yang menjadi responden utama yakni peserta
didik SMPT Manahijul Huda. Populasi umum adalah populasi secara
keseluruhan, sedangkan populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran
penelitian kita (Sukmadinata, 2012). Sasaran penelitian dalam penelitian ini
adalah guru seni budaya di dua sekolah yang mengajar di kelas VII SMPN 2
Ciawi dan SMPN 1 Kadipaten yaitu Euis Riska Sari S.Pd dan Dadang Cahya,
AMd. Kemudian, guru dan peserta didik di sekolah tempat peneliti merancang
dan mengembangkan komponen pembelajaran yaitu Ade Fita, S.Pd dan peserta
didik di SMPT Manahijul Huda. Peneliti juga membutuhkan subjek penelitian
tambahan seperti peserta didik, kepala sekolah, staff guru dan TU serta beberapa
pihak lainnya yang dapat memberikan informasi lainnya seputar penelitian ini.
Salah satu kelebihan dari DBR, metode ini dapat menyelesaikan masalah
individual maupun yang melibatkan banyak orang (Gerber dkk, 2014), sehingga
dalam penelitian yang menggunakan DBR dapat melibatkan banyak subjek
namun juga dapat menggunakan sedikit subjek peneltian.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Alat ukur penelitian dinamakan instrumen, menurut Sugiyono (2013 :
148) bahwa “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam ataupun sosial yang diamati”. Secara spesifik semua fenomena
tersebut dinamakan variabel. Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu
komponen pembelajaran tari berbasis nilai Islami yang dilakukan di SMPN 2
Ciawi dan SMPN 1 Kadipaten Tasikmalaya yang kemudian akan dikembangkan
dan diterapkan di SMPT Manahijul Huda. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini guna mencari informasi- informasi yang dibutuhkan peneliti adalah :
1) Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan untuk mengamati seluruh proses
pembelajaran di kelas, proses pengembangan materi ajar, model pembelajaran,
92
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
metode pembelajaran, respon sekolah dalam proses pembelajaran seni tari
berbasis nilai-nilai Islami di sekolah, dan hasil yang didapatkan dari
pengembangan yang dilakukannya. Proses pembelajaran di kelas meliputi hal-
hal yang dilakukan guru dan peserta didik dari awal jam pelajaran hingga akhir
jam pelajaran, dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir.
Observasi proses pembelajaran yang peneliti lakukan di SMPN 1
Kadipaten sebanyak 6 kali yaitu observasi awal yag dilakukan pada tanggal 2
Maret 2017 meliputi pengamatan respon sekolah dalam proses pembelajaran
tari berbasis nilai-nilai Islami dan proses pengembangan materi ajar yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran seni budaya. Observasi kedua yang
dilakukan selama penelitian berlangsung yaitu pada tanggal 13, 20 dan 27
Maret serta 3 dan 10 April 2017 meliputi pengamatan proses pembelajaran,
penggunaan metode dan model pembelajaran serta hasil dari proses
pengembangan komponen pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata
pelajaran seni budaya.
Adapun Observasi yang dilakukan di SMPN 2 Ciawi, peneliti lakukan
sebanyak 6 kali yaitu observasi awal pada tanggal 1 Maret 2017 meliputi
pengamatan respon sekolah dalam proses pembelajaran tari berbasis nilai-nilai
Islami dan proses pengembangan materi ajar yang dilakukan oleh guru mata
pelajaran seni budaya, kemudian observasi kedua dilakukan selama proses
penelitian yaitu pada tanggal 16, 23 dan 30 Maret 2017 serta 6 dan 13 April
2017 meliputi pengamatan proses pembelajaran, penggunaan metode dan
model pembelajaran serta hasil dari proses pengembangan komponen
pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran seni budaya.
Adapun untuk penerapan pengembangan desain model pembelajaran
yang di lakukan di SMPT Manahijul Huda dilakukan selama 7 kali yaitu
observasi pertama yang dilakukan 29 April 2017 meliputi pengamatan respon
sekolah dalam proses pembelajaran tari berbasis nilai-nilai Islami dan proses
pengembangan materi ajar yang dilakukan oleh guru mata pelajaran seni
budaya kemudian observasi kedua yang dilakukan selama proses penelitian
yaitu pada tanggal 1, 4, 8, 11, 15 dan 22 Mei 2017 meliputi pengamatan proses
pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran serta hasil dari
93
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
proses pengembangan komponen pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata
pelajaran seni budaya.
2) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan instrumen yang digunakan untuk
memandu wawancara. Dalam penelitian ini, pedoman wawancara yang
digunakan meliputi daftar pertanyaan mengenai data-data pribadi guru bidang
seni tari, tujuan pembelajaran, model pembelajaran, metode pembelajaran.
Pedoman wawancara yang diajukan pada siswa meliputi seluruh proses
pembelajaran seni tari, sikap siswa dalam pembelajaran seni tari, sikap siswa
dalam lingkungan sosialnya, dan hasil pengembangan kurikulum mata
pelajaran seni tari berbasis Islam. Menurut Arikunto (2013, hlm. 198) bahwa
wawancara dilakukan untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk
mencari data latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian dan sikap
terhadap sesuatu.
Wawancara terbagi menjadi 2 jenis yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang
telah direncanakan dengan matang pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan,
waktu dan tempat berlangsungnya wawancara tersebut. Adapun wawancara
tidak terstruktur dilakukan tanpa adanya pembuatan daftar pertanyaan yang
akan diajukan juga tidak ditentukan waktu dan tempat berlangsungnya
wawancara. Wawancara terstruktur dalam penelitian ini dilakuakan kepada
beberapa pihak dengan konten yang berbeda sesuai dengan keahliannya. Di
bawah ini merupakan daftar orang-orang serta waktu berlangsungnya
wawancara terstruktur.
a) Kepala sekolah SMPN 1 Kadipaten dilakukan pada tanggal 2 Maret 2017,
Kepala sekolah SMPN 2 Ciawi dilakukan pada tanggal 1 Maret 2017 dan
Kepala sekolah SMPT Manahijul Huda dilakukan pada tanggal 29 April
2017, wawancara yang dilakukan berkaitan dengan respon sekolah dalam
proses pembelajaran seni atri berbasis nilai-nilai Islami di sekolah.
Wawancara ini dilakuakan secara langsung dan pertanyaan yang diajukan
merupakan pertanyaan yang telah dibuat dan ada juga yang spontan
disampaikan pada saat wawancara berlangsung.
94
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Guru Mata Pelajaran Seni Budaya dari SMPN 1 Kadipaten, SMPN 2
Ciawi dan SMPT Manahijul Huda, wawancara yang dilakukan berkaitan
dengan proses pembelajaran di kelas, model serta metode yang digunakan
dalam proses pembelajaran, serta hasil yang didapatkan setelah melakuakn
kegiatan belajar mengajar. Wawancara yang dilakukan kepada guru bidang
studi tidak hanya terjadi satu kali tetapi berkali-kali setiap peneliti
melakukan penelitian di sekolah tersebut. Wawancara yang dilakukan
menggunakan wawancara terstruktur dan tidakk terstruktur. Apabila ada
yang masih kurang dan peneliti tidak ada jadwal untuk datang ke sekolah
tersebut maka peneliti melakukan wawancara tidak langsung yaitu lewat
telepon, SMS maupun chating lewat aplikasi BBM. Hal yang tidak
didapatkan oleh peneliti ketika melakukan wawancara langsung dengan
Dadang Cahya, AMd yaitu alokasi waktu yang digunakan, prestasi apa
saja yang pernah didapatkan, kegiatan ekstrakurikuler seni tari serta peran
serta sekolah dalam proses pembelajaran seni tari berbasis nilai-nilai
Islami. Sedangkan untuk Euis Riska Sari, S.Pd hal yang tidak didapatkan
ketika melakukan wawancara langsung yaitu bagaimana kondisi siswa
sebelum dan sesudah mendapatkan pembelajaran seni tari berbasis nilai-
nilai Islami, serta prestasi apa saja yang pernah didapatkan berkaitan
dengan topik penelitian.
c) Peserta didik dari SMPN 1 Kadipaten, SMPN 2 Ciawi dan SMPT
Manahijul Huda, wawancara yang dilakukan berkaitan dengan seluruh
proses pembelajaran seni tari, sikap siswa dalam pembelajaran seni tari,
sikap siswa dalam lingkungan sosialnya, dan hasil pengembangan
kurikulum mata pelajaran seni tari berbasis nilai-nilai Islami. Memberikan
pertanyaan pada anak tidaklah mudah, perlu disusun pertanyaan yang
efisien dan efektif agar dapat menimbulkan hasil yang baik pula bagi guru
maupun anaknya (Yuliana, 2010).
3) Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti melihat
95
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang digunakan guru seni budaya,
peneliti juga melihat visi misi setiap sekolah yang ditempelkan di ruang tamu
sekolah tersebut, piala-piala yang tertata rapi di dalam lemari, kondisi guru
yang terdapat pada papan struktur guru dan lain-lain. Selain itu, peneliti juga
melihat prestasi-prestasi yang berkaitan dengan topik penelitian yang
didapatkan di sekolah-sekolah tempat peneliti melakukan penelitian.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pada suatu penelitian, diperlukan alat-alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, meyelidiki, mengumpulkan, mengolah, menganalisa,
maupun menyajikan data-data secara sistematis dan objektif, alat-alat tersebut
disebut dengan instrumen penelitian (Didi, 2013). Instrumen yang telah teruji
validitas dan realibilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan
realiabel, apabila data tersebut tidak digunakan secara cepat tepat dalam
pengumpulannya. Dalam pengumpulan data terdapat terdapat dua sumber yang
dapat diminta informasinya, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
primer adalah orang yang langsung memberitahu peneliti mengenai informasi-
informasi yang dibutuhkan untuk kebutuhan penelitan. Adapun sumber sekunder
tidak secara langsung memberi informasi terhadap peneliti misalnya lewat orang
lain aatau lewat dokumen. Menurut Sugiyono (2013 : 308) bahwa pengumpulan
data dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut.
a) Observasi adalah teknik pengumpulan data mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Jika wawancara dan angket selalu
berkomunikasi dengan orang, sedangkan observasi tidak terbatas pada orang tetapi bisa terhadap objek-objek alam yang lain, teknik ini digunakan
apabila kita ingin melihat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, dan lain-lain
b) Wawancara, menggali informasi dari narasumber dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seputar topik penelitian. Teknik pengumpulan data dengan wawancara terbagi menjadi dua yaitu terstruktur dan tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur adalah jika peneliti sudah mengetahui apa yang akan dicari, sehingga sudah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan utama hingga pertanyaan alternatif yang akan ditanyakan.
Adapun wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun
sebelumnya;
96
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Selanjutnya tahapan yang harus dilakukan setelah teknik pengumpulan data
selesai adalah teknik analisis data. Dalam penelitian ini, tahap analisis data
dilakukan dengan cara mencari informasi, baik dari wawancara maupun observasi
yang kemudian disusun untuk diinformasikan kepada orang lain. Dengan
demikian, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data
dan selanjutnya membuat kesimpulan. Nasution (1988) dalam Sugiyono (2015,
hlm. 336) menyatakan sebagai berikut.
“Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penelitian hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded. Namun, dalam penelitian
kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan demikian dalam
analisisnya, data kualitatif tersebut meliputi sebuah proses analisis induktif.
Mertler (2011, hlm. 249) mengemukakan sebagai berikut.
“Proses analisis induktif yaitu ketika melakukan analisis data kualitatif, peneliti mengawalinya dengan observasi spesifik (yaitu, data),
mencatat/mencermati setiap pola di dalam data tersebut, merumuskan satu hipotesis atau lebih, dan terakhir menyusun kesimpulan dari teori umum”.
Analisis data kualitatif memiliki tiga komponen, yakni reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi data (conclusion
drawing/verification). Berikut dijabarkan mengenai 3 komponen tersebut :
1) Reduksi Data (Data Reduction)
97
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam kegiatan mereduksi data, peneliti meringkas data-data yang ada
kemudian memfokuskan pada hal-hal yang penting agar penelitian tidak
menjadi luas. Sugiyono (2015, hlm. 338) mengemukakan bahwa mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Dengan kegiatan mereduksi data tersebut, maka peneliti akan lebih
mudah untuk mengumpulkan data selanjutnya. Ketika peneliti sedang
mengumpulkan data baik dengan cara observasi maupun wawancara, peneliti
sering dihadapkan pada narasumber yang menjawab pertanyaan dengan
sangat luas sehingga peneliti perlu meringkas data-data yang diperlukan
untuk penelitian ini. Misalnya, ketika peneliti mewawancarai kepala sekolah
untuk melihat bagaimana respon sekolah terhadap pembelajaran tari berbasis
Islam. Jawaban yang peneliti dapatkan bukan hanya mengenai pembelajaran
tari saja, melainkan kegiatan ekstrakurikuler , perlombaan, dan pembelajaran
mata pelajaran lainnya ikut dipaparkan oleh kepala sekolah. Maka peneliti
meringkas hal-hal yang penting dan membuang hal-hal yang tidak diperlukan
bagi penelitian.
2) Penyajian Data (Data Display)
Selanjutnya setelah mereduksi data yaitu tahap penyajian data (data display).
Sugiyono (2015, hlm. 341) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif
penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie chard,
pictogram, dan sejenisnya. Tahap penyajian data, maka data yang terkumpul
dapat terorganisasikan dengan optimal. Penyajian data demikian dapat
mempermudah kita untuk melihat data yang ditemukan. Miles dan Huberman
(1984) dalam Sugiyono (2015, hlm. 341) mengemukakan bahwa “the most
frequent form of display ata for qualitative research data in the past has been
narrative tex”. Pernyataan Miles dan Huberman tersebut mengandung arti
bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan demikian, teks
yang bersifat naratif tersebut dapat mendeskripsikan data yang diperoleh
selama penelitian untuk disajikan. Penyajian data yang peneliti lakuakan
98
Sinta Setiawati, 2017 DESAIN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI ISLAMI DI SMPT MANAHIJUL HUDA TASIKMALAYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam penelitian penelitian ini yaitu dengan memaparkan atau
mendeskripsikan setiap proses penelitian mulai dari observasi, wawancara,
hingga proses pembelajaran tari berbasis nilai-nilai Islami yang disertai
gambar dan tabel-tabel yang dapat memperjelas gambaran penelitian yang
peneliti paparkan.
3) Verifikasi Data (Conclusion Drawing/Verification)
Setelah peneliti melakukan penyajian data, tahap ketiga yaitu tahap penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Pada tahapan ini kita dapat melihat apakah data
yang kita dapatkan dari lapangan dapat menjawab rumusan masalah
penelitian yang telah kita rancang. Sugiyono (2015, hlm. 345) menyatakan
sebagai berikut.
“Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada di lapangan”.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan berupa temuan baru yang
belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran
obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah
diteliti menjadi jelas (Sugiyono: 2015, hlm. 345). Pada tahapan penarikan
kesimpulan ini dilakukan untuk memberikan data yang terpercaya kepada
pembaca sebagai hasil penelitian di lapangan.
Hasil dari penelitian yang peneliti lakukan awalnya di dua sekolah yang
berbeda namun sama-sama melakukan pembelajaran berbasis nilai-nilai
Islami, peneliti menemukan keunikan, dari keunikan tersebut peneliti
merancang sebuah desain pembelajaran yang lebih baik lagi kemudian
diterapkan di sekolah lain. Hasil dari pembelajaran tari berbasis nilai-nilai
Islam ternyata dapat meningkatkan nilai-nilai Islami dalam diri peserta didik.