Upload
vankiet
View
280
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
30
BAB III
SEJARAH OMA DAN OMA PANGGEL PULANG
Pada Bab ini akan dijelaskan tiga hal pokok, antara lain : (1) Gambaran umum negeri
Oma, (2) Sejarah dan proses pelaksanaan Tradisi Oma Panggel Pulang, (3) Makna Tradisi
Pesta Adat Soa Pari di Negeri Oma bagi masyarakat setempat dan Diaspora Masyarakat
negeri Oma.
3.1 Gambaran Umum Negeri Oma
Pada bagian ini membahas tentang latar belakang negeri, letak geografis, kependudukan,
mata pencaharian, sistem pemerintahan, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi.
3.1.1 Latar Belakang terbentuknya Negeri Oma
Negeri1 Oma adalah suatu negeri tertua di pulau Haruku yang letaknya di pesisir pantai
sebelah selatan pulau, berhadapan dengan lautan besar Banda. Dikatakan negeri tertua karena
menurut cerita, banyak orangtua khususnya orangtua pulau-pulau Lease yang ditemui, bahwa
diantara 11 negeri itu, yang pertama-tama datang menempati pesisir pantai pulau Haruku ini
adalah Oma. negeri-negeri lain pendatang berikutnya juga mendiami pesisir pantai pulai ini.
orang lalu menyebut anak-anak negeri yang mendiami pesisir pantai pulai ini dengan istilah
“orang-orang pante.” Akan tetapi jauh sebelum datangnya moyang-moyang untuk mendiami
Oma ini sudah ada penduduk asli yang mendiami pulau ini. mereka disebut orang “Afontir
atau suku Afontir.” Suku afontir ini hanya berkeliaran di hutan-hutan, di gunung-gunung.
Oleh sebab itu sering disebut “orang hutan”. Lawannya orang pante itu tadi. Tata cara hidup
1 Negeri merupakan sebutan yang digunakan oleh orang-orang Maluku Tengah dan Pulau Ambon
untuk menyebutkan desa mereka. Istilah desa digunakan oleh [VOC] sejak abad ke-17. Negeri dibentuk
berdasarkan ikatan-ikatan geneologis, teritorial dan religius. Negeri dapat dilihat sebagai kosmo yang
merupakan totalitas dari tanah, langit dan isinya. Karena itu keberadaan negeri dijunjung tinggi oleh
masyarakatnya terlihat dari sistem solidaritas yang tinggi dimana ancaman bagi negeri merupakan ancaman bagi
semua warga.
31
suku afontir ini adalah sama dengan suku alifuru dan suku Noaulu di pulau Seram atau suku
Tokuwa di Minahasa (Sulawesi Utara). Demikian dengan negeri Oma pada jaman dahulu
kala, jaman leluhurnya, negeri ini mempunyai nama asli “Aman Ira”2 yang menurut
bahasanya adalah “Negeri Besar.”3
Menurut cerita yang diyakini dan diceritakan turun temurun, asal mula negeri Oma
merupakan pemberian nama dari moyang atas tempat ini, karena setibanya mereka di pantai
mereka melihat kapal putih sudah jauh berlayar (tanpa tahu jangkat atau sauh besinya
ditinggalkan putus). Sambil menunggu kapal putih itu kembali dan sepakat mendiami tempat
ini karena salah satu moyang mendengar dari jauh bahwa dari kapal putih itu berteriak kata
“Oma”. Sebab itu, tempat yang dinamakan Oma ini, kemudian diperluas baru diketemukan
pondasi kota benteng, selanjutnya ditemukan pula tanaman-tanaman kayu jati dan bak air
panas itu. Asal usul negeri Oma ini sebenarnya bermula dari pihak Portugis yang memberi
nama Pulau Buang Besi.4
Negeri Oma memiliki nama lokal (Teun atau Teong)5 sewaktu mereka tiba di tempat itu
yaitu Leparissa Leamahu. Nama ini digunakan dalam acara-acara adat misalnya:
pengangkatan raja, menjamu pela (panas pela), pesta adat makan patita dan pasawari-
pasawari (doa-doa adat) adat yang dilakukan dalam berbagai kegiatan, dari sambutan, tari-
tarian, nyanyian dan sebagaimana bagi masyarakat negeri Oma yang terlibat dalam acara-cara
2 Aman (dengan variasi “amang” dan “amano”) yang berasal dari istilah pribumi ama yang berarti
“bapak” atau “ tuan”. Dengan demikian, aman adalah pemukiman yang diperintahi atau dimiliki ama.
Sedangkan Aman ira menurut bahasa indonesia Aman artinya Negeri, sedangkan Ira artinya Besar, dengan
Teonnya Leparissa Leamahu. Pada mulanya negeri tersebut bertempat di gunung yang namanya AMANIRAI dan
diperintahkan oleh Latu Risakau yang artinya Raja Darat (Raja Gunung). Raja tersebut merangkap pangkat
Hulubalang. Hulubalang tersebut terdiri dari beberapa pengribu yang terpilih yaitu: Ririassa, Lelekunasat,
manuela, Tuatuei, Malesi, Tuantinu, dan Maekenussa. Ketujuh orang laki-laki ini seibu sebapa dan yang akan
menjadi pemimpin bagi mereka dala keharusannya ialah Ririassa, karena ia tangkas dan cakap. Dengan
demikian ia digelar sebagai Kapitan. 3 Uneputty, Suatu Contoh Riwayat Hukum Adat Pela Negeri-negeri di Maluku (Ambon: Tidak
diterbitkan, 2008), 25-28. 4 Uneputty, Hukum Adat Negeri Oma ,..., 38.
5 Teun atau Teong merupakan sebuah nama bagi leluhur pertama tiap klen yang tiba di tempat itu untuk
pertama kali. Biasanya nama itu memperingati sesuatu kejadian yang ada hubungannya dengan kedatangan
leluhur.
32
adat tersebut. Teun negeri ini selalu menjadi kenangan yang terus diingat pada setiap anak
negeri yang berada dirantau.6 Disamping itu, negeri Oma memiliki banyak acara adat dengan
tujuan untuk mengikat hubungan kekerabatan dan persaudaraan dari satu kelompok dalam
negeri (soa7). Salah satu acara adat yang unik dari kelompok soa adalah makan patita. Sebab
itu, negeri Oma terdiri dari empat Soa yang di dalamnya ada 16 marga/fam.8
Keempat Soa ini dibagi dalam beberapa marga/fam yang sudah ditentukan sesuai dengan
kedudukan sosial, sebagai berikut9:
1. Soa Pari, terdiri dari marga : Kaihatu, Ririassa dan Sekewael (Soa ini dikepalai oleh
Kaihatu dan memiliki wilayah disebelah Barat)
2. Soa Latu Ei, terdiri dari marga : Uneputty, Manusiwa, Pattiata, Tohatta, dan Lesirolo
(Soa ini dikepalai oleh marga Uneputty dan memiliki wilayah ditengah bagian Barat)
3. Soa Tuni, terdiri dari marga : Wattimena, Haumahu, Hukom dan Hetharia (Soa ini
dikepalai oleh marga Hukom dan memiliki wilayah disebelah Timur)
4. Soa Raja, terdiri dari marga : Pattinama, Suripatty, Patty dan Pattikawa (Soa ini
dikepalai oleh marga Pattikawa dan memiliki wilayah ditengah bagian Timur).
Berdasarkan pembagian soa di atas, terlihat bahwa dalam lingkungan penduduk negeri
Oma terdapat klasifikasi sosial berdasarkan kelompok-kelompok yang disebut “Soa” dan
pekerjaan harian yang dijalankan oleh pemerintah negeri dibantu oleh Kepala Soa (tua-tua
adat).
6 Uneputty, Hukum Adat Negeri Oma ,..., 39.
7 Soa adalah salah satu dari lembaga adat lainnya yang juga membantu pemerintah negeri dalam
menjalankan tugas pemerintahannya. Soa adalah kesatuan geneologis – teritorial yang terdiri dari beberapa
mata-rumah (rumah tua). 8 Hasil wawancara dengan mantan perangkat Desa (Bpk C.P) pada tanggal 12 Desember 2015.
9 Diambil dari dokumen alm. Max Hukom yang sebagai penyusun sejarah Oma Leparissa.
33
3.1.2 Letak Geografis dan Demografis
Negeri Oma terletak di pulau Haruku. Dari sudut geografis pulau Haruku dalam
gugus dan pulau-pulau Haruku, Kepulauan Lease itu terdiri dari: Pulau Haruku, Pulau
Saparua dan Pulau Nusalaut. Terlebih dahulu diperkenalkan negeri ini untuk dapat dipahami
dan diketahui. Letak geografis Negeri Oma adalah 3.80 Lu – 127, 58 BT. Negeri Oma
dipimpin oleh seorang Raja. Mayoritas penduduk negeri Oma beragama Kristen Protestan.
Bahasa yang digunakan oleh penduduk negeri Oma yaitu bahasa Indonesia. Leparissa
Negeriku merupakan lagu kebangsaan bagi negeri Oma. Negeri oma terletak dipesisir pantai
selatan pulau Haruku.10
Secara administrasi pemerintahan, Negeri Oma memiliki batas-batas
dengan beberapa wilayah sebagai berikut:11
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Negeri Pelauw
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Negeri Wassu
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Negeri Haruku dan Sameth.
Di samping itu, negeri Oma juga memiliki sebuah kampung bawahan (anak desa) yaitu
desa12
/kampung baru. Letaknya disebelah timur dari desa induk, agak kedarat dengan jarak
sekitar satu kilometer dari pesisir pantai dan pada ketinggian sekitar 15 m dari permukaan
laut. Jarak dari pusat desa induk ke kampung baru adalah 1.5 km, sedangkan dengan ibukota
kecamatan sekitar 20 km. Luas desa Oma terdiri dari tanah pertanian kering 27 Ha, tanah
perkebunan 700 Ha, tanah lainnya 30 Ha dan areal pemukiman 25 Ha. Luas pemukiman desa
induk 15 Ha, sedangkan kampung Baru 10 Ha. Desa Oma terletak ditepi pantai pada sebuah
10
Uneputty, Hukum Adat Negeri Oma ,..., 207. 11
Diambil dari Data Kantor Desa. 12
Kata Desa dipergunakan untuk menerjemahkan istilah “negeri” yang sampai kini digunakan di
seluruh Maluku Tengah untuk satuan terkecil dari hidup kebersamaan.
34
dataran rendah yang sempit. Garis pantainya lengkung dan berlikuh-likuh. Pesisir disini
berpasir dan berbatuan.13
3.1.3 Kependudukan
Berdasarkan data statistik Negeri Oma tahun 2015, jumlah penduduk Negeri Oma
seluruhnya adalah 2.534 jiwa dengan rincian yakni 1282 laki-laki dan 1252 perempuan. Total
jumlah Kepala Keluarga (KK) dalam negeri Oma sebanyak 658 KK.
Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
No. Nama Negeri Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah KK
1 Oma 1.282 1.252 2.534 658
Sumber data statistik Negeri Oma Tahun 201514
3.1.4 Mata pencaharian dan Tingkat Pendidikan
Sumber mata pencaharian utama masyarakat Oma adalah bertani selain dari profesi petani
masyarakat Oma juga memiliki profesi nelayan. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa negeri
Oma letaknya di pesisir pantai selatan pulau Haruku. Dari lingkungan alam inilah penduduk
menggantungkan hidupnya kepada kedua profesi tersebut. Secara ekonomi, mata pencaharian
kedua profesi ini hanya terpusat pada skala kecil. Meskipun masyarakat Oma memiliki
semangat yang tinggi dalam mencari nafkah untuk dapat meningkatkan taraf hidup. Namun
dalam tingkat pendidikan yang semakin tinggi dan meningkat pula, pada akhirnya masyarakat
negeri Oma dapat keluar merantau dan mencari hidup di luar daerah. Padahal tingkat
pendidikan penduduk negeri Oma pada umumnya hanyalah TK-SMA.15
13
Diambil dari Data Kantor Desa. 14
Sumber data statistik Negeri Oma Tahun 2015. 15
Diambil dari Data Kantor Desa.
35
3.1.5 Kehidupan Sosial-Budaya dan Ekonomi16
Salah satu hubungan sosial dan budaya yang paling dominan dalam kehidupan Orang
Oma yakni hubungan pela17
. Karena itu pranata pela gandong yang ada di Negeri Oma
terjalin dengan beberapa negeri lainnya. Negeri Oma terikat pada pela dengan 2 (dua) negeri
yaitu negeri Kulur di pulau Saparua sebagai pela batu karang18
, dan negeri Pelauw di
Hatuhaha utara pulau Haruku sebagai pela perang, dimana Pelauw mendapat pertolongan
dari negeri Oma dalam perang Alaka antara Belanda/Kompeni vs Alaka/Amarima Hatuhaha.
Gandong, Negeri Oma Leparissa Leamahu memiliki gandong dengan Ullath (Beilohi
Amalatu) yang merupakan adiknya di pulau Saparua, dan Buano (Nurlete Palemahu) yang
merupakan Kakaknya di pulau Buano. Pranata pela gandong19
di Negeri Oma ini merupakan
bentuk pranata budaya yang penting untuk membangun persaudaraan dengan nilai-nilai sosial
yang mengedepankan hidup saling berbagi dan saling menopang.
Sejalan dengan itu tradisi adat yang sangat kental dan dominan bagi masyarakat Negeri
Oma adalah Pertama: Pesta adat makan patita (makan bersama) yang dilaksanakan oleh
masing-masing ke empat Soa yakni Soa Pari, Soa Latu Ei, Soa Tuni dan Soa Raja. Kedua:
Pesta syukuran tanggal 2 Januari (makan patita dan pesta dansa). Bagi masyarakat negeri
Oma, acara ini biasa dilaksanakan untuk mempereratkan kembali persaudaraan yang sudah
sekian lama putus dan terpisah karena hidup di perantauan.
Adapun terdapat beberapa lembaga sosial ekonomi di negeri Oma adalah koperasi desa
(serbaguna), kelompok tani yang masing-masing kelompok beranggotakan 30 orang petani,
16
Diambil dari data Kantor Desa. 17
Pela adalah sebuah ikatan persahabatan atau persaudaraan yang dilembagakan oleh seluruh
penduduk pribumi dari dua negeri atau lebih. Ikatan tersebut telah ditetapkan sejak para leluhur dalam keadaan
atau situasi khusus dan menyertakan hak-hak serta kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi oleh pihak-pihak
yang terikat dalam ikatan pela tersebut. 18
Batu karang, melambangkan dasar yang kuat, dasar yang teguh. Batu yang kuat, bergerigi ini
walaupun disusun tanpa spasi, (campuran semen, pasir dan kapur) ia tetap kokoh karena gigi-giginya saling
berkaitan. 19
Pela Gandong didasarkan pada ikatan darah atau keturunan untuk menjaga hubungan antar kerabat
keluarga yang berada di negeri atau pulau yang berbeda.
36
muhabet (suatu bentuk gotong royong dalam hal kematian). Masyarakat negeri selalu hidup
dalam suasana tolong menolong dan bergotong royong. Selain itu terdapat sistem “sasi”20
yaitu pengaturan pemungutan hasil kekayaan alam dalam sebuah desa, dan “pela” merupakan
suatu sistem hubungan sosial antara dua atau beberapa negeri yang disebabkan oleh latar
belakang historis.
3.1.6 Sistem Pemerintahan
Ada dua sistem pemerintahan yang ditemukan di negeri Oma, yakni (1). Sistem
pemerintahan yang didasarkan pada sistem pemerintahan adat, dan (2). Sistem pemerintahan
yang didasarkan pada sistem pemerintahan yang sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5/2004 tentang Sistem Pemerintahan. Negeri Oma pada masa ini dipimpin
oleh seorang Raja Yoseph C. Pattinama. Kedudukan pimpinan Raja ini dilakukan
berdasarkan garis keturunan (geneologis) secara turun-temurun, dan dalam pelaksanaan
tugasnya dikenal dan ditentukan dengan masa jabatan atau tenggang waktu dalam
memerintah. Hanya pada tahun 2015 struktur pemerintahan diadakan kesepakatan
musyawarah bersama yang dipilih dan dilantik sebagai Raja.21
Struktur organisasi pemerintahan negeri Oma yang didasarkan pada sistem
pemerintahan adat tergambar dalam sketsa sebagai berikut:
20
Sasi merupakan pranata adat yang mengatur pelaksanaan larangan pengambilan hasil sebelum
waktunya untuk di panen. 21
Hasil wawancara dengan Bpk O.R sebagai mantan Sekretaris Negeri, 28 Desember 2015
37
Struktur Pemerintahan
Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintahan Negeri Oma
Negeri ini dipimpin oleh Raja22
(Kepala Desa) yang mempunyai fungsi pokok sebagai
aparat terbawah dalam pemerintah umum dan sebagai ketua masyarakat adat negeri atau
desanya. Posisi Raja dibantu oleh para kepala Soa (empat soa) dan anggota saniri. Jumlah
anggota saniri sebanyak 16 orang, masing-masing, masing-masing dari 16 mata rumah asli.
Seluruhnya berjumlah 21 orang dan menjadi inti dalam pemerintah negeri yang disebut
Badan Saniri Raja Patih (Latupatih). Disamping menjalankan fungsi legislatif, Badan Saniri
22
Raja berperan dan berfungsi mengatur semua yang menyangkut kepentingan masyarakat bertindak
sebagai kepala (pemimpin) seluruh masyarakat dalam menentukan strategi pertahanan jika ada ancaman dari
luar, memerintah sesuai dengan kesepakatan rapat dan mengatur perjanjian dengan suku-suku lain. Raja
diangkat berdasarkan keturunan dan biasanya ditentukan oleh raja yang lagi berkuasan dan atas dasar marga-
marga (soa) yang telah ditetapkan dan dikukuhkan dalam pertemuan Saniri Negeri.
Kepala Pemerintahan Negeri Oma
(Raja)
Sekretaris Negeri
1. Kaur Pemerintah
2. Kaur Umum
3. Kaur Pembangunan
Saniri Negeri
Kepala Soa
Kapitan
Masyarakat
(Jujaro – Mungare)
Marinyo
38
Negeri23
mengembangkan fungsi eksklusif, khsusunya dengan unsur-unsur adat lainnya
seperti “Kapitan” (kepala bidang keamanan) dan “malessi” (pembantu kapitan)24
,
“mauwen”25
(kepala bidang adat istiadat), “Kewang”26
(kepala bidang pengawasan dan
pemanfaatan lingkungan sekitarnya agar tidak dirusaki oleh masyarakat), tua-tua adat atau
tua-tua negeri (orang yang mempunyai kedudukan terpandang atau berpengaruh serta
berpengalaman dalam masyarakat), “Marinyo”27
dan Juru tulis negeri28
(sekretaris desa).
Tempat untuk melaksanakan pekerjaan pemerintahan sehari-hari adalah Kantor Negeri,
sedangkan tempat untuk Saniri Besar untuk mengadakan rapat adalah Baileu29
Baileu negeri
Oma bernama “Asari Nusa” , yang memiliki arti Baileu Pulau.
3.2 Sejarah Mata-Rumah30
Soa Pari
Tiap adat dalam sebuah negeri memiliki sejarah dalam bentuk lisan maupun tulisan,
demikian juga dengan Pesta Adat31
bagi masyarakat negeri Oma. Pada perkembangan
23
Lembaga/Badan Saniri disahkan oleh paraturan tahun 1824 (zaman kolonialisme Belanda). “Saniri
Negeri” adalah lembaga musyawarah rakyat sekaligus lembaga peradilan yang menetapkan aturan-aturan dan
memusatkan perkara-perkara yang berhubungan dengan masalah-masalah adat. 24
Kapitan (dalam bahasa asli disebut “Malessi”) adalah kepala pasukan atau panglima perang. Kapitan
memiliki tanggung jawab bagi keamanan negerinya. Jika terjadi peperangan antar negeri maka “Kapitan” yang
akan memimpin anggota negerinya untuk berperang. 25
Mauwen adalah seorang pemuka agama tradisional yang bertindak sebagai penghubung antara dunia
nyata dan dunia supranatural. 26
Kewang adalah seorang atau lebih yang diberikan tanggung jawab untuk memelihara semua hasil-
hasil tanah, hutan dan laut. Kewang dalam istilah modern sering disebut dengan “Polisi Hutan” . atau “Polisi
Perairan”. Kedudukan Kewang dalam Badan Saniri Negeri dapat diganti dengan orang lain yang diangkat oleh
Raja. 27
Marinyo seseorang yang mendapat tanggung jawab dari Badan Saniri Negeri untuk membantu
Kapitan dalam penyampaian berbagai informasi yang menyangkut keamanan negeri. 28
Juru Tulis ialah seseorang yang mendapat tanggung jawab dari Badan Saniri Negeri untuk mencatat
berbagai persoalan yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan Badan Saniri dan menyerahkan catatan-
catatan tersebut kepada Badan Saniri Negeri. 29
Baileu atau Balai desa merupakan tempat untuk melakukan upacara adat seperti pelantikan Raja
(Bapa Raja = pemimpin Negeri), upacara penyerahan harta kawin (mas kawin) dan digunakan sebagai tempat
rapat negeri (desa). 30
Mata-rumah biasanya yang dikenal dengan fam atau marga (klen) merupakan suatu kelompok
kekerabatan yang menganut garis keturunan ayah (patrilinieal). 31
Pesta Adat atau upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun-temurun yang
berlaku di suatu daerah dan tidak lepas dari unsur sejarah.
39
sejarahnya, Pesta Adat Makan Patita masing-masing Soa semacam ini hanya terdapat di
Negeri Oma. Karena negeri lain hanya mengenal makan patita.32
Pesta adat awalnya dilakukan oleh para leluhur, yaitu dengan menggunakan Lesa yaitu
meja panjang yang ditutupi dengan daun kelapa, kemudian alat makan juga masih sangat
tradisional. Walaupun hanya tradisi lisan bukan tulisan, adat yang satu ini tidak akan pernah
musnah. Karena diperkirakan cerita-cerita dari tua-tua adat bahwa tradisi ini dilaksanakan
karena orang tua begitu menyayangi dan mengasihi anak-anak atau saudara perempuan
mereka, maka dibuat dan dilaksanakan jamuan pesta seperti ini, sehingga adat ini disebut
pesta adat.33
Menurut sejarah mata-rumah Nantimu Rutuhitu,34
nama moyang atau rumpun bagi soa
pari adalah Pari. Tempat asal dari Soa Pari adalah Huku Yamalomi yang terdapat di kaki
gunung Nunusaku Nusa Ina (Seram Barat).35
Adapun terdapat daftar urutan dalam keturunan
Soa Pari ini adalah sebagai berikut :
No. Nama Asli/Teon Arti Nama Marga/Fam Arti
1. LELEKUNASAT Berjalan kuat di
panas/bungkus baru
panah
KAIHATU
KAKAK
Panggayo di
atas batu
2. MANTURA
KEKEKE
Bergerak seperti ayam
tidak dapat
tempat/dapat musuh
tidak mundur
RIRIASSA Tiang yang
kokoh kuat
dari kayu
3. SEKE
MANUELA
Cuci air/hilangkan jejak SEKEWAEL Bersihkan air
4. TUATEIT Kepala perkumpulan
orang basudara
Hilang Tak ada
keturunan
32
Diambil dari dokumen alm. Max Hukom yang sebagai penyusun sejarah Oma Leparissa 33
Hasil wawancara dengan mantan Sekretaris Desa (Bpk O.R) pada tanggal 22 Desember 2015. 34
Keluarga/Mata-rumah Nantimu Rutuhitu yang artinya itu tujuh dalam Bahasa Adat. Sebenarnya
terdapat 7 moyang/leluhur dalam Soa Pari hanya karena 3 menghilang tidak diketahui hilangnya, maka sekarang
hanya tinggal 4 moyang/leluhur saja. 35
Diambil dari dokumen Keluarga Besar Mata-rumah Nantimu Rutuhitu (Peletak Dasar Negeri Oma).
40
5. TUANTIMU Menyelam tujuh depa Hilang Tak ada
keturunan
6. MALESI Pembantu kepala
perang
Hilang Tak ada
keturunan
7. MAEEKE NUSA Panggil pulau/pegang
kuasa atas pulau
KAIHATU ADIK Panggayo di
atas batu
Alasan mata-rumah Nantimu Rutuhitu pindah dari Huku Yamalomi Nusa Ina ke Nusa
Ama adalah untuk menghindari perang saudara di Kerajaan Nunusaku. Dengan mengatur
rute perjalanan dari gunung turun ke pantai Selatan Nusa ina menggunakan kora-kora36
tiba
di Nusa Aponno (Pulau Ambon) dan mendarat di sekitar negeri Waai, karena terdapat orang
terus ke Hutumuri juga terdapat orang. Dari situlah mereka ke salah satu pulau di arah Timur
dan tiba di pantai Selatan Nusa Ama (Pulau Haruku) untuk mencari tempat tinggal di
pedalaman yaitu di Aman Irai lalu menetap di situ.
Selain tabel di atas adapun tabel yang merincikan daftar mata air yang dijaga oleh mata-
rumah Nantimu Rutuhitu, sebagai berikut :
No. Nama Penjaga Nama Air Nama Pantai Lokasi
1. LELEKUNASAT TURAMATA TUTUARU Hitalawa
2. MANTURA KEKEKE NAHURU MAKAHANA Tihurui
3. SEKEMANUELA YELAURUO PASALEA Wai Marain
4. TUATEIT LURIMUA PUTUSELE Wai Putseit
5. TUANTIMU PUAWARU NAHUSAHU Timur Hihai
6. MALESI YELASURUI PELELALA Sarlsawei
7. MAEKE NUSA KURUMATA PELENUSA Tope Kecil
8. SEMUA/TUJUH
ORANG
WAI SIRA SIRA Pantai Sila
36
Kora-kora atau perahu tradisional bagi orang Maluku dari abad ke-17 yang digunakan untuk
perdagangan maupun peperangan dengan Belanda di kepulauan Banda.
41
Setelah pembagian mata air oleh mata-rumah Nantimu Rutuhitu, maka mereka
mengadakan pertemuan dengan Amanupui dan membentuk sebuah pemerintahan baru
bernama Tokaya di Aman Irai sampai turun ke Pantai (Negeri Oma) dengan cerita singkat,
yakni : Suatu saat Lelekunasat (keturunan pertama dalam Nantimu Rutuhitu) bertemu dengan
seseorang yang juga datang dari gunung Nunusaku yaitu Amanupui (Manusiwa). Ternyata
Amanupui ini juga berasal dari Huku Yamanegara dimana Amanupui adalah saudara tertua
dari moyang PARI. Perjumpaan dilakukan di kaki gunung Nunu dekat Tonaputi dan diberi
nama gunung Nunu oleh mereka berdua sebagai kenangan atas negeri asal mereka Nunusaku
yang sekarang disebut dengan gunung Nunu. Kemudian Amanupui dibawah ke Aman Irai
dan diberi penghargaan sebagai sebutan Bapak Negeri, karena beliau merupakan saudara
tertua.37
Selanjutnya keluarga/mata-rumah Soa Pari merupakan salah seorang kapitan negeri yang
berasal dari mata-rumah Ririassa. Kapitan Ririassa bertugas bilamana ada terjadi suatu
sengketa antara negeri ataupun apabila ada acara seperti penjemputan tamu pela atau tamu-
tamu yang datang ke negeri Oma.38
Pembagian lokasi tempat tinggal mata-rumah Nantimu
Rutuhitu juga terdapat dibeberapa lokasi, yaitu:39
1) Lokasi pastori gereja sekarang oleh Tokaya (Lelekunasat) sekaligus Rumah Negeri,
2) Lokasi gedung gereja oleh Mantura Kekeke (Kapitan) Ririassa,
3) Lokasi Rumah Tua/Baileo Soa Pari oleh Maeke Nusa Kaihatu Adik,
4) Lokasi Rumah Tua ke strat tengah oleh Sekemanuela/Sekewael.
Disamping hal-hal tersebut di atas adapula hal yang lain, yaitu tempat makan patita dari
Soa ini adalah di Wael Mar Aing. Bentuk makanan dari Soa Pari ini hampir sama dengan Soa
37
Diambil dari dokumen Keluarga Besar Mata-rumah Nantimu Rutuhitu (Peletak Dasar Negeri Oma). 38
Diambil dari dokumen alm. Max Hukom yang sebagai penyusun sejarah Oma Leparissa. 39
Diambil dari dokumen Keluarga Besar Mata-rumah Nantimu Rutuhitu (Peletak Dasar Negeri Oma).
42
Tuni, hanya ada terdapat sedikit perbedaan, dimana pada Soa Pari makanannya harus
ditambah dengan Pali-pali40
(sejenis ketupat tetapi anyamannya kurang lebih dari 25 cm).
Selain perbedaan dalam penyajian makanan adapun perbedaan dalam cara berpakian, susunan
dan aturan meja bahkan acaranya.41
Panggilan anak terhadap paman dalam Soa Pari ialah Om
Soa Pari, sedangkan sebaliknya paman memanggil anaknya ialah anak mara pali.42
3.3 Proses Pelaksanaan Tradisi Oma Panggil Pulang
Munculnya pesta adat Soa Pari ini pada Tahun 1973 dimana yang disebut sebagai paman
(om Soa Pari) menghormati dan memberi makan anak-anak (anak mara pali). Kemudian
dilakukan kembali pada Tahun 1985 oleh anak-anak (anak mara pali) membalas dengan
memberi makan pamannya (om Soa Pari) sebagai tanda „Kasih Sayang‟ dan „Penghormatan‟.
Setelah sekian lama tidak dilakukan lagi maka ada saran dari mata-rumah Soa Pari untuk
dilakukan lagi pada tahun 2015, dimana paman (om Soa Pari) membalas tanda kasih sayang
dan menghormati anak-anak-nya (anak mara pali) dengan memberi makan. Hal ini sudah
menjadi warisan turun temurun dalam sejarah mata-rumah Soa Pari, walaupun baru dilakukan
ke tiga kali-nya dengan tujuan agar nilai-nilai sosio-budaya yang ada di negeri Oma tidak
hilang dan pudar namun tetap dipegang.43
40
Pali-pali adalah sejenis ketupat yang panjangnya kurang lebih dari 25 cm. Pali-pali ini juga
merupakan makanan khas bagi masyarakat negeri Oma, terkhususnya bagi Soa Pari dalam melaksanakan pesta
adat makan patita. 41
Hasil wawancara dengan mantan perangkat Desa (Bpk C.P) pada tanggal 12 Desember 2015. 42
Diambil dari dokumen alm. Max Hukom yang sebagai penyusun sejarah Oma Leparissa. 43
Hasil wawancara dengan Koordinator pelaksanaan pesta adat (Bpk J.K) pada tanggal 12 Desember
2015.
43
Gambar 1 : Nama dan Simbol Mata-rumah Soa Pari
Pada perayaan pesta adat Soa Pari yang sering bertugas adalah ketujuh bapak-bapak tua
yang menjadi orang tua-tua dalam keluarga/mata-rumah Soa Pari. Mereka mulanya ada tujuh
moyang dalam Soa Pari hanya juga, karena tiga menghilang dan tidak diketahui perginya
kemana. Sehingga sekarang hanya tinggal empat moyang saja. Berdasarkan tugas dan
tanggung jawab masing-masing untuk mempersiapkan alat bahkan bahan-bahan ritual yang
akan digunakan dalam proses pesta adat tersebut. Adapun dalam ritual pesta adat yang
disajikan di dalam rumah tua44
Soa Pari adalah berupa : Sopi, Rokok, Daun sirih, Kapur sirih,
Tembakau, dan Pinang.
44
Rumah tua merupakan rumah asal usul bagi sebuah keturunan di Maluku. Tanah di mana rumah tua
itu berdiri dianggap sakral sebab di situlah penghuni pertama menapakkan kakinya, menemukan tempat untuk
hidup dan menjadi tumpuan atau tempat untuk berlindung. Dari sinilah muncul keturunan-keturunan
selanjutnya.
44
Di dalam rumah tua Soa Pari, bahan-bahan yang disajikan ini diletakkan di tempat yang
sudah disiapkan dan memiliki posisi di tengah-tengah rumah tua. Tempatnya itu terbuat dari
gaba-gaba,45
yang di atasnya ada simbol tampa sirih (di dalamnya terdapat pinang, daun sirih,
tembakau dan kapur sirih) dan 2 piring besar untuk diletakkan sopi dan rokok yang telah
disiapkan.46
Sirih dan pinang merupakan pusat persekutuan melalui makan bersama. Dengan
makan bersama dalam sebuah pertemuan, maka mereka akan memiliki hubungan
kekeluargaan yang erat. Oleh karena itu, semua bahan yang disebutkan harus tersedia dalam
sebuah pertemuan adat.47
Gambar 2 : Ini bagian dari Ritual Pesta Adat Soa Pari
45
Gaba-Gaba atau tangkai daun sagu yang dipakai untuk membuat atap (pada masa Hindia Belanda).
Tetapi dengan perkembangan zaman maka biasa dibuat kursi atau tempat tidur. 46
Hasil wawancara dengan salah satu orang tua-tua adat dalam keluarga/mataruma Soa Pari (Bpk B.S)
pada tanggal 22 Desember 2015. 47
Hasil wawancara dengan mantan Sekretaris Negeri (Bpk O.R) pada tanggal 22 Desember 2015.
45
Pada Pelaksanaannya dibagi dalam beberapa tahapan yakni:
3.3.1 Tahap Persiapan
Persiapan pada malam hari sebelum acara puncak besok, ketujuh bapak tua mata-rumah
Soa Pari mengadakan pertemuan dan rapat bersama di rumah tua Soa Pari untuk
membicarakan proses pelaksanaan pesta adat yang akan dilakukan besoknya. Dalam
pertemuan tersebut mereka sudah membicarakan hal-hal baik atau hal-hal buruk yang akan
terjadi besok harinya. Pertemuan ini juga dilakukan bukan saja bagi ketujuh bapak dalam
mata-rumah Soa Pari tetapi dihadiri juga oleh para leluhur. Jadi pertemuan ini dipandang
sangat sakral dan tidak bisa diganggu oleh masyarakat sekitar.48
Dikatakan sakral, karena
sudah menggunakan ritual pesta adat dengan membawa semua yang telah disediakan dalam
mata-rumah Soa Pari atau diberikan dari Saudara Angkat (mata-rumah Soa latu ey).49
Sebab
ketujuh bapak tua yang mempunyai tugas untuk mengatur persiapan dan pelaksanaan acara
pesta adat mata-rumah Soa Pari.50
Sebelumnya, dalam penyusunan kepanitian pesta adat dari mata-rumah, orang Soa Pari
sendiri yang bertugas menyusun kepanitiannya serta memberi tugas kepada masing-masing.
Acara ini sudah direncanakan dan disusun dari 3 bulan sebelum acara tersebut dimulai. Sebab
acara ini ditujukan bagi semua keluarga/mata-rumah Soa Pari yang berada di dalam negeri
Oma maupun yang merantau.51
Dalam prosesi penjemputan, mereka dapat dibantu dari pihak
kepanitian pelaksanaan pesta Adat ini. Sebab berhubungan dengan beberapa hal yang
menjadi bahan pertimbangan bagi panitia pelaksanaan, yakni:
48
Hasil wawancara dengan Koordinaror pelaksanaan pesta adat (Bpk J.K) pada tanggal 12 Desember
2015. 49
Hasil wawancara dengan salah satu orang tua-tua adat dalam keluarga/mataruma Soa Pari (Bpk B.S)
pada tanggal 22 Desember 2015. 50
Hasil wawancara dengan mantan Sekretaris Negeri (Bpk O.R) pada tanggal 22 Desember 2015. 51
Hasil wawancara dengan Koordinator pelaksanaan pesta adat (Bpk J.K) pada tanggal 12 Desember
2015.
46
Orang-orang yang ingin pulang untuk mengikuti acara ini, sebagian mereka lahir di
Pulau Ambon bahkan di luar Pulau Ambon (Jakarta, Surabaya, Belanda, dan lain-lain)
Orang-orang ini belum pernah mengikuti acara pesta Adat
Orang-orang yang pulang juga seperti anak-anak muda zaman sekarang yang kurang
terlalu mengenal saudara bahkan keluarga mereka yang berada di negeri Oma.
Orang-orang ini jarang sekali bahkan ada yang baru pernah pulang ke negeri Oma
Mereka inilah yang disebut dengan masyarakat diaspora. Mereka yang menjadi bahan
pertimbangan bagi panitia pelaksanaan pesta Adat. Pesta adat ini kemudian dapat dikatakan
sebagai suatu tradisi “Oma Panggel Pulang,” untuk mengumpulkan keluarga besar/mata-
rumah Soa Pari.52
Di dalam ritual pesta adat mata-rumah Soa Pari terdapat beberapa jenis makanan yang
disajikan adalah berupa : Pali-pali, Kue Cucur dan Babengka,53
Nasi putih, Nasi Kuning, dan
1 (satu) ekor ayam. Makanan-makanan di atas ini merupakan makanan yang identik dengan
angka 7 (tujuh) bagi mata-rumah Soa Pari. Dalam persiapan makanan ini disajikan dalam
bentuk, di atas 1 (satu) piring terdapat 7 (tujuh) jenis makanan dengan posisinya 1 (satu) kue
bubengka berada ditengah dan 6 (enam) kue cucur melingkar kue bubengka itu. Adapun
posisi lainnya, 1 (satu) pali-pali di tengah, 3 (tiga) kue cucur dan 3 (tiga) kue bubengka
melingkar pali-pali tersebut. Sedangkan pengaturan di atas meja, 1 (satu) piring nasi putih
berada di sebelah kanan dan 1 (satu) piring nasi kuning berada di sebelah kiri, sedangkan 5
(lima) piring dengan masing-masing 1 (satu) piring ditaruh 7 (tujuh) jenis makanan yang tadi,
52
Hasil wawancara dengan salah satu Kapitan mataruma Soa Pari (Bpk N.R) pada tanggal 22
Desember 2015. 53
Kue cucur dan babengka adalah kue yang dibuat dari beras yang sudah ditumbuk lalu digoreng atau
dipanggang, tetapi keduanya memiliki bentuk yang berbeda.
47
dan ditambah 1 (ekor) ayam. Jadi semua yang tersedia di atas meja harus berjumlah 28 (dua
delapan) piring makan, dan tergantung dari panjang meja yang disiapkan.54
Gambar 3 : Salah satu ciri khas makanan dalam mata-rumah Soa Pari
Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka orang Oma mulai menambahkan
jenis makanan yang dianggap mewah untuk dapat dihidangkan kepada tamu, berupa : Ikan
tumis, ikan kuah kuning, ikan bakar, Mie hun, Sayur acar, Sayur kacang panjang tumis, Acar
mentah, Sayur kering tempe, Mie goreng55
54
Hasil wawancara dengan koordinator pelaksanaan pesta adat (Bpk J.K) pada tanggal 12 Desember
2015. 55
Hasil wawancara dengan salah satu Ibu RT dalam mata-rumah Soa Pari (Ibu R.R/P) pada tanggal 22
Desember 2015.
48
Gambar 4 : Cara penyajian makanan bagi mata-rumah Soa Pari
Sebenarnya makanan ini harus berbentuk arumbai56
yang diletakkan di Lesa57
dan dihiasi
dengan bendera-bendera yang berwarna warni. Isi dari arumbai itu ialah tidak lain dari
makanan-makanan yang sudah disiapkan untuk dihidangkan dalam acara makan patita
bersama.58
Namun, dengan adanya perkembangan zaman maka semuanya beralih ke meja
yang ditutupi dengan kain putih panjang. Perlu diketahui juga, bahwa pakian yang digunakan
dalam acara Pesta Adat ini sedikit berbeda dalam warnanya, hal ini dilakukan agar terlihat
perbedaan antara paman (om soa pari) dan anak-anak. Sehingga warna yang dikenakan
paman (om) Soa Pari adalah berwarna biru kotak-kotak, sedangkan warna yang dikenakan
oleh anak-anak (anak mara pali) berwarna merah kotak-kotak.59
56
Arumbai adalah perahu kora-kora atau perahu tradisional orang Maluku dari abad ke-1 yang
digunakan untuk perdagangan maupun peperangan dengan Belanda di kepulauan Banda. 57
Lesa adalah meja yang dibuat dari daun-daun kelapa muda dan ditaruh di atas tanah lalu disusun
dengan rapih untuk dihidangkan makan-makanan di atasnya. 58
Diambil dari dokumen alm. Max Hukom yang sebagai penyusun sejarah Oma Leparissa. 59
Hasil wawancara dengan koordinator pelaksanaan pesta adat (Bpk J.K) pada tanggal 12 Desember
2015.
49
Dalam proses pelaksanaan pesta adat mata-rumah Soa Pari memerlukan anggaran yang
cukup besar. Donatur dana dalam acara ini dibantu dari marga/fam yang termasuk dalam
mata-rumah Soa Pari yang ada di dalam negeri Oma maupun yang merantau.60
Oleh karena
itu, acara pesta adat tidak sering dilakukan. Dan jika dilakukan juga semua tergantung dana
dan ketersediaan dari mata-rumah tersebut.61
3.3.2 Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan pesta adat mata-rumah Soa Pari menyangkut waktu, tempat, pelengkapan
dan orang-orang yang terlibat di dalam acara tersebut:62
Tempat penyelenggaraan acara pesta
adat di depan Gereja sampai ke depan Baileo Negeri. Alasan pemimilihan tempat karena
harus di depan rumah tua mata-rumah Soa Pari. Karena dalam menyelenggarakan suatu ritual
biasanya dipilih tempat yang dianggap sakral. Setiap pesta adat yang diselenggarakan oleh
masing-masing Soa, biasanya memiliki patokan hari untuk melakukan kegiatan tersebut.
Tradisi pesta adat ini akan dilaksanakan pada hari Senin 22 Desember 2015. Masyarakat Soa
Pari menentapkan hari dan waktu untuk memulai ritual pun ditetapkan yaitu pukul 14.00 WIT
sampai selesai. Ditentukan pada pukul 14.00 WIT karena mengingat persiapan yang harus
disiapkan. Disamping itu orang-orang yang mengikuti tradisi pesta adat terbagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok pihak anak-anak (ana mara pali) dan kelompok pihak orang tua
(om soa pari).
Adapun garis besar urut-urutan acara pelaksanaan pesta adat mataruma Soa Pari adalah
sebagai berikut:
60
Hasil wawancara dengan koordinator pelaksanaan pesta adat (Bpk J.K) pada tanggal 12 Desember
2015. 61
Hasil wawancara dengan mantan perangkat Desa (Bpk C.P) pada tanggal 12 Desember 2015. 62
Hasil wawancara dengan koordinator pelaksanaan pesta adat (Bpk J.K dan Bpk N.R) pada tanggal 12
Desember 2015.
50
Pesta adat ini dibagi atas dua tempat, yakni: tempat untuk anak-anak (ana mar pali)
bertempat Kel.Uneputty-Sekewael) dan tempat untuk orang tua soa pari bertempat tetap di
rumah tua Soa Pari (Nantimu Rutuhitu).
Gambar 5 : Rumah Tua Soa Pari dan yang duduk di rumah tua hanya Tua-
tua adat dalam mata-rumah Soa Pari
Rumah tua merupakan rumah asal usul bagi sebuah keturunan di Maluku. Tanah di mana
rumah tua itu berdiri dianggap sakral sebab di situlah penghuni pertama menapakkan
kakinya, menemukan tempat untuk hidup dan menjadi tumpuan atau tempat untuk
berlindung. Dari sinilah muncul keturunan-keturunan selanjutnya. Di dalam rumah tua
berdiam sebuah mata-rumah yang biasa dikenakan dengan fam atau marga yaitu suatu
kelompok kekerabatan yang menganut garis keturunan ayah (patrilineal). Sehubungan dengan
Tradisi pesta adat ini, rumah tua tidak boleh dilewatkan begitu saja. Sebab rumah tua
merupakan tempat yang sangat penting dalam setiap tradisi pesta adat.
51
Sebuah narasi singkat sebelum masuk dalam penjemputan yang dilakukan oleh paman
(om soa pari), dilakukan terlebih dahulu sebagai berikut: Terdapat 7 (tujuh) orang anak
dipersiapkan untuk berperang, mereka berlari turun dari gunung untuk mencari orangtua (om-
om) mereka dan dihalau oleh pasukan perang dari pihak tua-tua adat ditengah-tengah negeri,
terjadilah dialog-dialog dengan menggunakan bahasa adat oleh tua-tua adat. Setelah itu ke 7
(tujuh) anak tadi mengantarkan om-om ke rumah tua anak-anak (ana mara pali) untuk
menjemput anak-anak. Proses penjemputan dalam bentuk arak-arakan yang diiringi oleh tifa
dan gong. Demikian dengan pihak anak-anak (ana mara pali) yang sudah menunggu
penjemputan sambil bernyanyi dan menari-nari dengan diiringi oleh tifa dan gong yang
keluar dari rumah tua ana mara pali.
Gambar 6 : Dialog antara pihak om dengan pihak ana mara pali
Sampailah pada perjumpaan kedua pihak, maka ke 7 (tujuh) tua-tua adat dan 1 (satu)
bapa besar melakukan dialog untuk membawa mereka kembali ke rumah tua Soa Pari, karena
52
sudah dipertemukan kembali dengan anak-anak mara pali yang hilang tadi. Proses pertemuan
kedua pihak masih diramaikan oleh tifa dan gong dalam bentuk arak-arakan, sambil
menyanyikan syair-syair lagu mataruma Soa Pari yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia untuk memberikan semangat kepada para peserta ritual.
Gambar 7 : Syair-syair Lagu dalam mata-rumah Soa Pari
Setelah tiba di depan tempat acara, kedua belah pihak berhenti dan disambut oleh
nyanyian daerah yang dikolaborasikan dengan tari-tarian penyambutan dari pihak orang tua-
tua adat yang menunggu di rumah tua untuk mempersilahkan anak-anak (ana mara pali)
masuk dalam acara pesta adat makan bersama. Setelah anak-anak tiba di rumah sebagian
paman (om soa pari) bertugas menjemput dan ada yang bertugas membantu menyediakan
makanan kepada anak-anak (ana mara pali), sebagai tanda ungkapan kasih, saling
menghargai, dan saling menghormati.
53
Gambar 8 : Proses masuknya anak (ana mara pali) dalam pesta adat
Pada proses masuk dalam acara tersebut, mereka masuk sambil menari dan menyanyi
bersama. Anak-anak (ana mara pali) kemudian dipersilahkan untuk mengambil tempat di
setiap meja yang sudah disediakan oleh paman (om soa pari). Pada saat semua tempat sudah
ditempati oleh anak-anak (ana mara pali) maka dipersilahkan ketujuh bapak tua-tua adat
dalam mata ruma Soa Pari untuk masuk dan menuju ke rumah tua Soa Pari.
Sebelum masuk dalam acara makan bersama, semua itu harus didahului dengan Doa.
Dan doa ini dilakukan oleh Pendeta Jemaat yang ada di negeri Oma. Setelah itu barulah
paman (om soa pari) mempersilahkan anak-anak (ana mara pali) untuk menyantap makanan
54
yang sudah dihidangkan. Selain itu yang diperkenankan untuk duduk di meja hanyalah anak-
anak (ana soa pari) dan wate63
dalam mata-rumah Soa Pari.
Gambar 9 : Proses Pesta Adat Makan Patita Soa Pari
Sementara proses makan patita berlangsung, para kapitan-kapitan dalam Soa Pari terus
berjaga-jaga disekitar pesta adat, yang diiringi oleh nyanyian-nyanyian yang isinya berupa
pantun berbalas-balasan dari anak-anak (ana mara pali) dan paman (om soa pari). Makanan
yang dihidangkan kepada anak-anak (ana mara pali) harus dapat dihabiskan, dan jika tidak
dapat dihabiskan makan anak-anak (ana mara pali) dipersilahkan untuk membungkusnya dan
dibawa pulang semuanya. Karena dalam tradisi pesta adat ini, perlu diingat bahwa paman
(om soa pari) tidak mempunyai hak untuk makan sedikitpun dari apa yang sudah diberikan
kepada anak-anak (ana mara pali). Jadi semua makanan itu milik anak-anak (ana mara pali).
63
Wate adalah sebutan dari orang maluku bagi suami dari saudara perempuan bapak.
55
Setelah acara pesta adat makan patita selesai. Pada malam harinya diadakan pengucapan
syukur Natal bersama oleh mata-rumah Soa Pari yang bertempat di Gedung Gereja negeri
Oma.
3.4 Makna Tradisi Pesta Adat Soa Pari di Negeri Oma bagi masyarakat setempat dan
Diaspora
Oma merupakan salah satu Negeri yang masih memegang kuat adat-istiadat yang berlaku
dari zaman dulu hingga sekarang, hal ini terbukti dari masih diberlakukan pesta adat yang
berfungsi untuk menjalin kekerabatan, mengikat tali persaudaraan yang sudah lama putus
karena terpisah hidup di perantauan, menekan relasi dalam sebuah keluarga, bahkan untuk
saling mengenal antar anggota keluarga dalam tiap mata-rumah.64
Bagi Orang Oma, pesta adat Soa Pari adalah salah satu budaya penghormatan terhadap
leluhur dan juga karena masih mempertahankan ajaran bahkan nilai-nilai leluhur yang sudah
diturunkan kepada setiap generasi dalam tiap-tiap mata-rumah, terutama dalam
keluarga/mata-rumah Soa Pari.65
Selain itu dengan adanya acara pesta adat Soa Pari juga,
para orang tua dapat memikirkan pengikisan nilai-nilai budaya yang sudah mulai merosot
karena perkembangan modernisasi dan globalisasi. Oleh sebab itu, pesta ada ini dibuat untuk
individu bahkan kelompok agar tidak melupakan identitas mereka.66
Pendapat dari masyarakat diaspora khususnya Ibu. J.K juga sependapat dengan pendapat
dari Bapak V.K dan Bapak A.K, mereka mengatakan bahwa pada Tahun 1973 kami sudah
pernah mengikuti acara pesta adat ini, hanya saja pada saat itu masih terlalu kecil jadi belum
bisa mengetahui makna tradisi pesta adat ini. Berbeda saat kami sudah besar dan dapat
merasakan makna yang sesungguhnya dalam acara pesta adat ini. Makna yang kami dapatkan
64
Hasil wawancara dengan mantan perangkat Desa (Bpk C. P) pada tanggal 22 Desember 2015 65
Hasil wawancara dengan kapitan matarumah Soa Pari (Bpk N.R) pada tanggal 22 Desember 2015 66
Hasil wawancara dengan koordinator pelaksanaan pesta adat (Bpk J.K) pada tanggal 12 Desember
2015
56
dalam mengikuti acara pesta adat ini yakni bahwa nilai-nilai budaya tidak akan pernah pudar
bagi orang Oma yang merantau. Kami merasa bahwa identitas sebagai orang Oma ini dapat
kembali penuh lagi, setelah sekian lama tidak pulang ke kampung halaman. Karena alasan
tugas dan tanggung jawab. Hal ini juga menyadarkan kami bahwa kemana pun kami berada,
kami tetap membawa identitas kami sebagai orang Oma. Dan dengan adanya pesta adat ini
juga dapat mengikat kami kembali dengan kehidupan sosial yang ada di daerah asal kami
terutama dengan keluarga/mata-rumah Soa Pari dimana saja.67
Lebih lanjut Bapak J.S berpendapat bahwa bagi saya acara pesta adat ini sangat sakral.
Sebab negeri Oma ini memiliki adat yang sangat kuat dan pesta adat Soa Pari ini hanya ada di
negeri Oma. Mungkin kampung-kampung lain memiliki adat-istiadat tersendiri dan berbeda
pula dengan adat di negeri Oma. Pesta adat Soa Pari ini dilakukan untuk mengikat orang
basudara dan saya merasa bangga karena bisa turut ambil bagian dalam pesta adat ini.
Persiapan bahkan pelaksanaan dalam acara ini sudah sangat baik bagi orang yang merantau.68
Dari pesta adat ini ada 2 hal yang saya dapatkan, yakni hal positif dan hal negatif.
a) Hal Positif adalah untuk mengingat kembali anak cucu atau keturunan kita, bahwa
kita memiliki adat-istiadat kepada para leluhur tentang tradisi ini.
b) Hal Negatif adalah untuk anak-anak yang lebih mementingkan perkembangan zaman
dan merasa bahwa diri mereka lebih pintar ketimbang harus mengikuti adat-adat yang
ada dalam budaya asal kita.
Makna dalam mengikuti pesta adat ini sangat bagus bagi pribadi bahkan keluarga saya,
apalagi suami saya bukan asli orang Oma tetapi orang Batak. Jadi saya dapat mengenal
tradisi saya seperti ini kepada orang lain dan ini merupakan suatu kebanggaan bagi saya
67
Hasil wawancara dengan Masyarakat Diaspora (Ibu J.K, Bpk V.K & Bpk A.K) pada tanggal 22
Desember 2015 68
Hasil wawancara dengan Masyarakat Diaspora (Bpk J.S) pada tanggal 22 Desember 2015
57
selaku anak negeri Oma, bahwa pesta adat Soa Pari ini tidak dimiliki oleh negeri-negeri
lainnya di Maluku maupun di luar Maluku. Oleh sebab itu jauh-jauh saya pulang dengan
keluarga besar saya untuk mengikuti pesta adat Soa Pari ini karena belum tentu kami dapat
mengikutinya lagi di tahun-tahun berikutnya.69
Pesta adat Soa Pari merupakan salah satu bagian tradisi yang ada di negeri Oma yang
masih dilestarikan sampai sekarang walaupun tidak sering dibuat. Artinya ada keterikatan
sendiri antar pribadi dan keluarga yang mengikat kita sebagai orang Oma dengan budaya
yang ada dalam negeri ini. Jadi nilai-nilai budaya tidak dibuang begitu saja tetapi masih
dipegang dan tetap dilestarikan.70
Proses penyambutan dan pelaksanaan acara pesta adat
dibuat sangat berbeda dengan acara pesta makan patita setiap tangal 2 Januari. Karena tiap
tahun saya pulang dan mengikuti acara pesta makan patita, namun pesta adat Soa Pari ini
dilakukan dengan tujuan untuk dapat saling mengenal dan mengikat hubungan persaudaraan
antar keluarga/mata-rumah Soa Pari.71
Pendapat lain dari Ibu V.S/K yang senada dengan Ibu M.S/K dan Ibu W.S/K,72
mereka
mengatakan bahwa makan dalam pesta adat Soa Pari untuk mengikat dan mempereratkan
hubungan persaudaraan antar individu dan kelompok dalam negeri Oma terkhususnya bagi
keluarga/mata-rumah Soa Pari. Inti dari pesta adat ini ingin mengajarkan dan mengingatkan
keluarga/mata-rumah Soa Pari bahwa inilah suatu cara khas dalam menghargai dan
menghormati satu dengan yang lain, seperti orang tua terhadap anak-anaknya sebaliknya juga
anak-anak terhadap orang tua.73
69
Hasil wawancara dengan Masyarakat Diaspora (Ibu C.K) pada tanggal 22 Desember 2015 70
Hasil wawancara dengan Masyarakat Diaspora (Bpk P.R) pada tanggal 22 Desember 2015 71
Hasil wawancara dengan Masyarakat Diaspora (Ibu M.S) pada tanggal 22 Desember 2015 72
Hasil wawancara dengan Masyarakat Diaspora (Ibu V.S/K, Ibu M.S/K & Ibu W.S/K) pada tanggal
22 Desember 2015
58
Pandangan Masyarakat Setempat dan Diaspora terhadap pelaksanaan tradisi Pesta adat
Soa Pari secara langsung dapat mengambarkan pemahaman mereka terhadapnya. Sebab
kebanyakan masyarakat Oma memaknainya sebagai mempereratkan tali persaudaraan untuk
tetap saling menghormati dan menghargai antar orang tua dan anak-anak dalam sebuah
keluarga/mataruma, serta sebagai suatu penghargaan terhadap para leluhur karena masih tetap
memegang nilai-nilai leluhur yang ada di negeri Oma. Hal ini yang menyebabkan masyarakat
negeri Oma tetap melaksanakan tradisi pesta adat Soa Pari.