23
38 BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Isu Bisnis Identifikasi dan Perumusan Masalah Studi Literatur - Buku referensi, website, diskusi, simposium dan seminar Analisis Situasi - Wawancara (In-depth with R&D) - Observasi (In-depth with R&D) Identifikasi Penyebab Masalah - Fishbone diagram Alternatif Solusi - Organizational Development Analisis Solusi - Organizational Development - Relationship Usulan Perbaikan - Training & Development Rekomendasi - Rencana Implementasi - Action Plan - Kebutuhan Sumber Daya

BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

38

BAB III

SOLUSI BISNIS

3.1 Metodologi Pemecahan Masalah

Gambar 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah

Isu Bisnis

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Studi Literatur

- Buku referensi, website, diskusi, simposium dan seminar

Analisis Situasi

- Wawancara (In-depth with R&D)

- Observasi (In-depth with R&D)

Identifikasi Penyebab Masalah

- Fishbone diagram

Alternatif Solusi

- Organizational Development

Analisis Solusi

- Organizational Development

- Relationship

Usulan Perbaikan

- Training & Development

Rekomendasi

- Rencana Implementasi

- Action Plan

- Kebutuhan Sumber Daya

Page 2: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

39

Data diperoleh dengan menggunakan metode wawancara dengan pihak-

pihak yang terkait dengan penelitian di PT. Bio Farma (Persero).

Penelitian ini akan memberikan analisis mengenai faktor-faktor yang

menjadi penyebab adanya keterlambatan dalam proses pengembangan

produk. Setelah diketahui apa penyebabnya, kemudian akan diberikan

usulan perbaikan dan alternatif solusinya.

3.2 Analisis Pelaksanaan Pengembangan Produk Baru di PT. Bio Farma

(Persero)

Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengembangan produk baru pada

PT. Bio Farma, yang meliputi pembahasan mengenai tahapan proses

pengembangan produk dan mengenai manajemen organisasi untuk

pengembangan produk baru.

3.2.1 Analisis Strategi Pengembangan Produk Baru

Berdasarkan hasil wawancara, strategi yang dikembangkan oleh PT. Bio

Farma dalam rangka pengembangan produk baru, diantaranya yaitu:

1. Inovasi produk

2. Meningkatkan kualitas laboratorium pengawasan mutu melalui

sarana, keahlian dan keterampilan SDM

3. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga internasional selaku

pemilik teknologi seperti NVI, GCVC, dan lain-lain

4. Menyediakan sarana dan fasilitas penelitian dan pengembangan yang

memadai sesuai dengan standar kualifikasi WHO untuk produk-

produk baru

Strategi pengembangan produk baru di PT. Bio Farma dilakukan untuk

mendapatkan keuntungan dan competitive advantage perusahaan.

Page 3: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

40

Meskipun hampir 50% produk baru yang diluncurkan di pasar tiap tahun

mengalami kegagalan suatu perusahaan akan terus menggali inovasi-

inovasi baru untuk menghasilkan produk yang sukses di pasar. Menurut

riset Booz, Allen & Hamilton’s (1993), tingkat kesuksesan produk baru

untuk seluruh industri antara 55%-65%. Memang menjadi suatu dilema

bagi perusahaan, di satu sisi inovasi produk baru akan meningkatkan

daya saing perusahaan namun di sisi lain inovasi berisiko besar dan

mahal.26

Produk baru yang dikembangkan oleh Bio Farma merupakan produk non

derivatif. Pada intinya, produk yang dikeluarkan mengacu pada kebijakan

pemerintah, yaitu produk untuk menanggulangi wabah penyakit yang

terjadi di masyarakat. Seperti saat ini beberapa penyakit yang menjadi

prioritas nasional yang diharapkan agar Bio Farma dapat membuat

produk untuk menanggulanginya, yaitu:

1. Polio

2. Tuberkulosis

3. Malaria

4. Kusta

5. ISPA/ Pneumonia Balita

6. HIV/AIDS

7. DHF & Flu burung

8. Diare

26 Artikel, Karno Budiono, 2005, Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Dengan Inovasi

Produk Baru, Dikutip 15 April 2008 dari

http://www.ristinet.com/index.php?ch=8&lang=ind&s=95bf2576043c5ce917b862c5bdfd81

&n=271

Page 4: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

41

Bio Farma telah menjadi salah satu dari 21 produsen vaksin dunia yang

mampu memasok kebutuhan vaksin di dalam negeri dan pasar global.

Komitmen global yang diembannya merupakan pendorong utama dalam

membantu negara-negara lain memberantas berbagai penyakit menular.

Ke depan Bio Farma akan terus melakukan pengembangan produk yang

sesuai dengan kebutuhan pasar. Bio Farma mampu meningkatkan

penetrasi pasar dan telah menjangkau hingga 100 negara tujuan. 27

Gambar 3.2 Konsumen global Bio Farma

3.2.2 Analisis Alur Proses Pengembangan Produk Baru

Pengembangan produk baru sangat penting demi mempertahankan

eksistensi jangka panjang perusahaan. Produk baru yang dikembangkan

oleh PT. Bio Farma merupakan hasil kebijakan dengan pemerintah. Dalam

27Bio Farma. 2007. Internal Source Company.

Page 5: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

42

mengembangkan produk baru memerlukan prioritas untuk perencanaan

secara efektif dan efisien. Penentuan prioritas tersebut dapat dilihat dari

jumlah biaya yang harus dikeluarkan, permintaan pasar, keuntungan

yang diperoleh dan waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan

produk. Pihak marketing biasanya melihat dari kebutuhan pasar dan

prospek dari produk itu sendiri bila diluncurkan ke pasar.

Berikut adalah alur proses pengembangan produk baru PT. Bio Farma:

Gambar 3.3 Alur Proses Pengembangan Produk di PT. Bio Farma (Persero)

Berdasarkan alur proses pengembangan produk baru diatas, dapat dilihat

bahwa pembuatan produk baru berdasarkan permintaan dari customer

yaitu pemerintah. Pemerintah yang membuat kebijakan produk apa yang

Customer

Marketing

(Order)

Uji klinis &

Surveilans

Pengendalian

Mutu

Pengujian

Mutu

Penunjang

Produksi

Distribusi

Produk

Pembuatan

Produk

R&D

Pengadaan

Bahan Baku

Estimasi

Penjualan

Supplier

Page 6: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

43

akan dibuat berdasarkan permintaan pasar. Biasanya produk baru

dikeluarkan berdasarkan penyakit yang sedang terjadi di masyarakat.

Pihak marketing akan melakukan estimasi penjualan, prioritas dan

keuntungan. Jika produk baru tersebut akan menguntungkan maka akan

dilakukan design plan untuk membuat produk tersebut. Departemen

Research and Development akan menerima dan melaksanakan permintaan

pengembangan produk baru sesuai dengan waktu yang telah

dijadwalkan oleh manajemen perusahaan. Pada tahap ini membutuhkan

waktu yang lama dan biaya yang sangat besar.

Jika tahap riset telah dilakukan maka proses selanjutnya adalah proses

produksi dimana produk yang dihasilkan akan selalu diawasi oleh bagian

quality control. Hal ini perlu untuk dilakukan agar produk tersebut dapat

memenuhi standar WHO dan kepuasan konsumen. Pada proses R&D dan

produksi, pengadaan bahan baku dan alat sangat berperan penting

terhadap kelangsungan proses pengembangan produk.

Setelah produk memenuhi standar WHO maka produk tersebut dapat

didistribusikan untuk digunakan sebagai uji klinis dimana dalam hal ini

dilakukan survey tentang efektifitas dari produk yang dihasilkan.

Page 7: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

44

3.2.3 Analisis Proses Pengembangan Vaksin Baru

Gambar 3.4 Proses Pengembangan Produk Vaksin28

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa membutuhkan waktu 12 tahun

untuk menciptakan suatu vaksin baru. Hal ini dikarenakan setiap proses

yang dilalui mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda-beda dan dari

setiap proses mempunyai banyak sub proses yang harus dilakukan.

Ketersediaan dana merupakan hal yang krusial dalam pengembangan

vaksin dimana dana tersebut digunakan untuk penyediaan fasilitas baik

sarana maupun prasarana yang dibutuhkan.

Saat ini, Bio Farma tengah melakukan pengembangan vaksin-vaksin baru

diantaranya yaitu Rotavirus, Thypoid Vi, Cholera, Hib, Td, Seasonal Influenza

dan Sabin IPV (Gambar 3.5). Vaksin-vaksin tersebut saat ini sedang dalam

proses experimental lot, clinical development dan commercial manufacturing.

Pada kenyataannya, dalam pengembangan vaksin, proses yang dilalui

28

Bio Farma, 2008, Internal Source Company

Basic Research

•Candidate Vaccines

•Four years to develop

Applied Research

•Experimental Lot Laboratorium

•Three years to develop

Clinical Development

•Clinical Lot (cGMP)

•Two years to develop

Commercial Manufacturing

•Scale-up (cGMP)

•Two years to develop

Marketing Diffusion

•Market

•One year to develop

Page 8: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

45

untuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research

dan ada yang memulai dari clinical development.

Gambar 3.5 Vaksin Yang Tengah Dikembangkan

Proses pengembangan vaksin tersebut telah sesuai dengan prioritas yang

ditentukan oleh WHO, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Prioritas Pengembangan Vaksin WHO

3.2.4 Manajemen Organisasi Pengembangan Produk Baru

Untuk menangani secara serius pengembangan produk baru yang akan

diluncurkan dipasar maka perusahaan harus memiliki organisasi yang

New Vaccines

Hib FD Project

Hib Liquid Project

Sabin IPVRotavirus

Project

Seasonal Flu Project

Priority PQ WHO 2007-2008High Priority

•Pentavalent Vaccine

•MMR Group

•Rotavirus Vaccine

•Pneumococcal

•IPV & mOPV

•Seasonal Influenza

Medium Priority

•Human Papiloma Vaccine

•Meningococcal Vaccine

•TT/Td

•DTP-Hep B

Low Priority

•Yellow Fever

•Japanese Encephalitis

•Combo Hep B-Hib, DTP

•DTP, Hb monovalent

•Rabies, Hep-B

Page 9: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

46

dapat menjamin bahwa produk baru mempunyai standar kualitas yang

baik. Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam organisasi ini adalah

mengawal proses pengembangan produk sesuai dengan yang telah

ditetapkan, menentukan analisis dan forecasting serta membuat keputusan

layak tidaknya suatu produk diluncurkan ke pasar.

Proses pengembangan produk baru hampir seluruhnya dilakukan pada

divisi Reserach and Development, walaupun tidak bisa lepas dari divisi di

luar Reserach and Development. Koordinasi dalam organisasi dilakukan

agar tujuan dan visi misi perusahaan dapat tercapai dengan baik. Hal ini

dapat dilakukan dengan menjalin komunikasi yang baik agar tidak terjadi

kesalahpahaman antar divisi.

Agar pengembangan suatu produk baru dapat berjalan sesuai dengan

rencana, pihak manajemen perusahaan akan membuat tim tertentu yang

akan bertanggung jawab terhadap pengembangan suatu produk. Tim ini

terdiri dari divisi yang berbeda, tetapi memiliki kesamaan visi yaitu untuk

mensukseskan terciptanya suatu produk baru. Koordinasi yang baik

sesama rekan tim sangat diperlukan, dimana biasanya tim akan

melakukan koordinasi setiap minggu mengenai scheduling dan work in

process. Ketua tim akan melaporkan hasil koordinasi kepada pihak

manajemen perusahaan setiap minggunya untuk mendefinisikan usulan

produk baru dan melakukan evaluasi selama tahap pengembangan

produk.

Secara garis besar pengembangan produk baru melibatkan beberapa

divisi, seperti yang digambarkan di bawah ini:

Page 10: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

47

Gambar 3.6 Alur aktivitas pengembangan produk baru

3.2.5 Permasalahan Yang Terjadi Selama Proses Pengembangan Produk

Baru

Berdasarkan wawancara dengan pihak yang berkaitan dengan

pengembangan produk baru, maka didapat informasi bahwa adanya

beberapa permasalahan yang menjadi hambatan dalam melakukan

pengembangan suatu produk baru, yaitu:

Perkembangan Teknologi Yang Pesat

Dengan pesatnya perkembangan teknologi vaksin maka perusahaan

dituntut agar dapat selalu mengikuti trend perkembangan teknologi

pembuatan vaksin. Oleh karena itu, seiring dengan teknologi yang

terus berubah maka diperlukan dana yang besar dan personil yang

kompeten. Hal tersebut menyebabkan keterlambatan dalam proses

pengembangan produk baru karena untuk penyediaan dana dan

sumber daya yang dibutuhkan memakan waktu yang cukup lama.

Research & Development

Marketing

Produksi

Quality Assurance

Quality Control

Logistik

Teknik

Pengembangan

Produk Baru

Page 11: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

48

Waktu Pengembangan Produk Baru

Dalam melakukan pengembangan produk baru dibutuhkan waktu

yang lama dikarenakan banyak tahap yang harus dilalui dalam

melakukan pengembangan produk baru seperti basic research

pembuatan experimental lot, clinical lot, clinical trial, dan lisensi dari

pihak berwenang. Dimana dari setiap proses memiliki tingkat

kesulitan yang berbeda-beda terutama dari segi waktu dan keadaan

material biologis yang digunakan.

Besarnya Dana Pengembangan Produk Baru

Dibutuhkan dana yang besar untuk dapat memenuhi kebutuhan

konsumen dalam menanggulangi penyakit yang sedang berkembang

sehingga keputusan pengembangan produk baru menyangkut banyak

aspek yang harus dipertimbangkan seperti aspek ekonomi, kebijakan

pemerintah, maupun target pasar yang akan dicapai. Dimana dana

tersebut dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan prasarana yang

spesifik untuk setiap produk yang akan dibuat.

Adanya Klausul Kerjasama

Dengan adanya kerjasama dengan pihak lain dalam pengembangan

produk, maka diperlukan klausul kerjasama yang terkadang

memerlukan waktu lama sehingga dapat menghambat pengembangan

produk baru. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan fasilitas baik alat

maupun bahan dalam melakukan pengembangan riset.

Keterbatasan Personil Pengembangan Riset

Seiring dengan teknologi yang terus berubah maka dibutuhkan

personil berkompeten yang dapat mengikuti perkembangan teknologi

pembuatan vaksin dalam pengembangan riset. Dalam kenyataannya,

personil yang berkompeten jumlahnya minim sehingga dapat

Page 12: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

49

menyebabkan keterlambatan dalam proses pengembangan produk

baru.

Berkurangnya koordinasi antar personil

Koordinasi antar personil pengembangan riset sangat diperlukan

untuk menjaga kelangsungan proses pengembangan produk baru.

Dikarenakan oleh proses yang memakan waktu lama dan menguras

tenaga serta pikiran, maka hal ini dapat menyebabkan pecahnya

koordinasi antar personil. Untuk memperbaiki hal ini dibutuhkan

waktu lama sehingga secara tidak langsung dapat menyebabkan

keterlambatan dalam proses pengembangan produk baru.

Keterbatasan Fasilitas Untuk Pengembangan Riset

Pada kenyataannya, permasalahan utama yang dihadapi adalah

keterbatasan penyediaan fasilitas, yaitu alat-alat, ruangan berkelas dan

bahan baku. Banyak faktor yang mempengaruhi keterbatasan tersebut

diantaranya adalah keterlambatan supplier dalam mengirimkan alat

dan bahan baku, dan dana yang minim untuk penyediaan fasilitas

ruangan berkelas.

Apabila masalah-masalah di atas tidak segera di atasi, maka akan

mempengaruhi terciptanya suatu produk baru. Seperti yang sudah terjadi,

yaitu keterlambatan pada saat pengembangan produk yang berimbas

pada kinerja R&D yang tidak optimal. Dampak-dampak yang lain sangat

mungkin terjadi, sehingga diperlukan antisipasi agar risiko yang terjadi

dapat ditanggulangi sedini mungkin.

Page 13: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

50

3.3 Sumber Penyebab Keterlambatan Dalam Proses Pengembangan

Produk Baru

Dari kelima produk pada gambar 3.5, diketahui bahwa produk

mengalami keterlambatan atau penyimpangan dari rencana awal dalam

proses pengembangannya sehingga mempengaruhi kinerja dari R&D.

Pembahasan berikutnya adalah mengenai hal-hal yang menjadi penyebab

kinerja R&D tidak optimal akibat terjadinya keterlambatan dalam proses

pengembangan vaksin baru. Banyak faktor yang menyebabkan

pengembangan vaksin tidak sesuai dengan rencana awal.

Penyebab keterlambatan pengembangan produk tersebut dapat

disimpulkan pada fishbone diagram berikut ini:

Gambar 3.7 Fishbone Diagram Penyebab Keterlambatan dalam Proses

Pengembangan Produk Baru

Keterbatasan

Personil

Fasilitas

Pengembangan

Knowledge Integrasi antar

personil

Penyediaan

bahan baku

Keterlambatan

dalam proses

pengembangan

vaksin baru

Jumlah personil tidak

memadai

Kelengkapan

training

personil

Dana fasilitas

minim

Keterlambatan

penyediaan bahan

baku

Komunikasi terhambat

Pengetahuan yang

terbatas

Page 14: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

51

Pembahasan berikutnya akan mengambil 1 contoh vaksin, yaitu vaksin A.

Pembahasan ini menyangkut tahapan proses pengembangan produk

tersebut yang mengalami keterlambatan dari jadwal yang telah

ditentukan.

VAKSIN A

Vaksin A adalah salah satu vaksin yang sedang dikembangkan oleh Bio

Farma untuk menanggulangi suatu penyakit yang sedang terjadi di

masyarakat. Pengembangan vaksin A ini membutuhkan waktu lama

dimana sudah dimulai dari tahun 2001 dan saat ini telah mencapai tahap

experimental lot. Diperkirakan vaksin ini akan diluncurkan ke pasaran

pada tahun 2011. Dari data proses pengembangan produk A terdapat

beberapa proses yang mengalami keterlambatan dimana tidak sesuai

dengan perencanaan jadwal aktivitas yang telah dibuat sebelumnya.

Dari tabel 3.2 dibawah ini menunjukkan tahapan proses pengembangan

produk baru pada Vaksin A, yang mengalami keterlambatan dalam

prosesnya. Namun tidak semua proses mengalami keterlambatan. Tabel

dibawah ini hanya menunjukkan proses mana saja yang tidak sesuai

dengan jadwal awal (mengalami keterlambatan). Dari Tabel 3.2 dapat

diketahui bahwa proses yang mengalami keterlambatan dimulai dari

pembuatan Virus Culture Fluid yang terdiri dari pembuatan aliquot virus

dan pemeliharaan sel, dengan selisih 84 hari dari lamanya waktu proses

yang seharusnya. Proses yang menjadi penyebab langsung keterlambatan

adalah proses pembuatan Virus Culture Fluid, dimana dalam hal ini

menyangkut sumber daya yang terbatas.

Page 15: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

Tabel 3.2 Proses Pengembangan Vaksin A berdasarkan Durasi Keterlambatan

Mulai Berakhir Mulai Berakhir 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5

Keterangan:

Base Main Process

Actual Main Process

Base Sub-main Process

Actual Sub-main Process

Mei-08

Minggu ke-

April-08

Minggu ke-

Maret-08

Minggu ke-

November-07

Minggu ke-

Oktober- 07

Minggu ke-

September-07

Minggu ke-

Februari-08

Minggu ke-

Januari-08

Minggu ke-

Desember-07

Minggu ke-AktivitasNoRencana Aktual

Kualifikasi Ruangan dan LAF 17/09/07 10/10/07 17/09/07 26/10/07

1 Leak Test HEPA 17/09/07 28/09/07 17/09/07 5/10/2007

OQ & PQ Ruangan dan LAF 3/10/07 10/10/07 12/10/2007 26/10/07

Preparasi Medium 1/10/07 3/10/07 5/10/2007 8/10/2007

Inventarisasi Medium 1/10/07 3/10/07 5/10/2007 8/10/2007

Pembuatan Medium 3/10/07 10/10/07 10/10/2007 17/10/07

Pembuatan Aliquot Virus 22/10/07 29/10/07 23/1/08 8/2/2008

Persiapan Alat 22/10/07 25/10/07 23/1/08 25/1/08

Persiapan Bahan 26/10/07 28/10/07 28/1/08 31/1/08

Aliquot Virus 28/10/07 28/10/07 1/2/2008 1/2/2008

Inokulasi Virus 29/10/07 29/10/07 1/2/2008 8/2/2008

Persiapan Sel 1/11/07 19/12/07 13/2/08 21/3/08

Persiapan Alat 1/11/07 4/11/07 13/2/08 15/02/08

Persiapan Bahan 5/11/07 11/11/07 13/2/08 15/02/08

Pemeliharaan Sel 18/11/07 18/12/07 15/2/08 21/3/08

21/3/0821/3/0819/12/0718/12/07 Inokulasi Sel

Inokulasi Virus 19/12/07 5/1/08 24/3/08 1/4/2008

27/3/0824/3/0824/12/0719/12/07 Persiapan Alat

Persiapan Bahan 25/12/07 30/12/07 24/3/08 27/3/08

28/3/0828/3/0831/12/0731/12/07 Inokulasi Virus

Pemeliharaan Virus 31/12/07 5/1/08 28/3/08 1/4/2008

1/4/200829/3/0819/01/086/1/08Harvest Virus Culture Fluid

Persiapan Alat 6/1/08 12/1/08 29/3/08 31/3/08

31/3/0829/3/0819/1/0813/1/08 Persiapan Bahan

Persiapan Alat 20/1/08 24/1/08 3/4/2008 6/4/2008

6/4/2008 Persiapan Bahan

Harvest VCF 19/1/08 19/1/08 1/4/2008 1/4/2008

7/4/20083/4/200829/1/0820/1/08Klarifikasi

Klarifikasi

Stabilize & Freeze 30/1/08 12/2/08 11/4/2008 17/4/08

7/4/2008

3/4/2008

7/4/2008

29/1/08

29/1/08

25/1/08

29/1/08

13/4/0811/4/20083/2/0830/1/08 Persiapan Alat

Persiapan Bahan 4/2/08 10/2/08 11/4/2008 16/4/08

17/4/0816/4/0812/2/0810/2/08 Stabilize&Freeze

Formulasi 12/2/08 22/12/08 18/4/08 30/4/08

25/4/0818/4/0816/2/0812/2/08 Persiapan Alat

Persiapan Bahan 17/2/08 21/2/08 18/4/08 29/4/08

22/2/08 Formulasi & Stok 22/2/08 30/4/08 30/4/08

14/5/082/5/20085/3/0823/2/08 Evaluasi Pre Experimental Lot

8

9

10

11

2

3

4

5

6

7

Page 16: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

53

Gambar 3.8 Durasi Proses Pengembangan Vaksin A

3.4 Analisis Penyebab Keterlambatan Dalam Proses Pengembangan

Produk Baru

Berikut akan dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang menjadi

penyebab langsung adanya keterlambatan proses pengembangan vaksin

baru. Berdasarkan gambar 3.8, penyebab keterlambatan adalah

keterbatasan fasilitas (sarana dan bahan baku), terbatasnya knowledge

personil, dan integrasi antar personil.

Dalam hal ini yang termasuk keterbatasan fasilitas adalah bahan baku dan

infrastruktur.

- Keterbatasan bahan baku menjadi penyebab keterlambatan dalam proses

pengembangan vaksin baru. Hal yang mendasari adalah pengadaan

barang oleh supplier yang membutuhkan waktu lama. Banyak faktor

Page 17: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

54

yang mempengaruhi diantaranya yaitu Bio Farma tergantung pada

supplier tunggal, bahan baku yang dibutuhkan masih impor dan bahan

baku yang digunakan bersifat spesifik maka pengadaan barangnya

pun indent karena perusahaan supplier pada umumnya bersifat make to

order. Penggunaannya pun memerlukan perlakuan khusus terlebih

dahulu sehingga memakan waktu yang lama.

- Keterbatasan alat juga merupakan hal yang dapat menyebabkan

keterlambatan dalam proses pengembangan vaksin. Alat yang

digunakan nilai investasinya relatif tinggi. Sedangkan perusahan

hanya menganggarkan 2% untuk investasi keseluruhan proses research

and development. Alat yang dibutuhkan bersifat indent dan pada

umumnya supplier bersifat make to order. Untuk pembuatan alat ini

dibutuhkan waktu 6 bulan hingga 1 tahun dikarenakan spare part dari

alat tersebut yang bersifat khusus. Pada kenyataannya, terkadang alat

yang dipesan tidak sesuai dengan spesifikasi yang diajukan sehingga

personil yang terkait dengan pemakaian alat tersebut akan melakukan

FAT (Factory Acceptance Test) ke perusahaan supplier agar alat yang

dipesan sesuai dengan spesifikasi. Tentunya hal ini akan memakan

waktu yang cukup lama hingga alat tersebut dapat digunakan.

- Fasilitas minim merupakan hal yang dapat menyebabkan

keterlambatan dalam proses pengembangan vaksin. Fasilitas

pengembangan yang dimiliki Bio Farma saat ini dapat dikatakan

masih minim. Penyediaan fasilitas gedung yang terdiri dari ruang-

ruang berkelas masih banyak kekurangan. Selain itu, dikarenakan

banyaknya proyek pengembangan vaksin baru sedangkan fasilitas

gedung untuk penelitian dan pengembangan masih terbatas.

Page 18: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

55

Knowledge dari personil merupakan hal yang sangat penting dalam proses

pengembangan produk baru. Setiap personil harus memiliki kualifikasi

dalam mengerjakan setiap proses pengembangan produk. Yang saat ini

dihadapi dalam pengembangan vaksin adalah kurangnya knowledge yang

up-to-date dari setiap personil. Sehingga hal ini dapat mengakibatkan

keterlambatan dalam proses pengembangan vaksin baru.

Hal-hal diatas yang menyebabkan keterlambatan dalam proses

pengembangan vaksin baru sepatutnya menjadi perhatian utama yang

harus segera diantisipasi dan dicari solusinya.

3.5 Alternatif Solusi Bisnis

Ada beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang

terjadi pada proses pengembangan produk baru di PT Bio Farma.

Alternatif solusinya akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Organizational Development

Melakukan koordinasi antar personil untuk meningkatkan integrasi

antar personil dan knowledge serta skill personil. Hal ini dapat

dilakukan dengan berbagai metoda, diantaranya yaitu:

- Action Research

Langkah progresif untuk memecahkan masalah yang terjadi.

- Collaborative Methods

Melakukan kolaborasi dalam memecahkan suatu masalah yang

sedang terjadi.

- Knowledge Management

Aktivitas untuk meningkatkan performance, competitive advantage,

innovation dan development processes.

Page 19: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

56

- Team Building

Semua aktivitas dilakukan untuk meningkatkan self-assessment dan

performance dari setiap personil.

- Training & Development

Semua aktivitas yang dimaksudkan untuk meningkatkan

performance, skills dan knowledge.

2. Mengadakan kerjasama

Kerjasama dilakukan dengan institusi-institusi berskala nasional dan

internasional dalam hal pengembangan vaksin baru.

3. Mengefisienkan setiap proses yang dilakukan.

4. Menjalin hubungan baik dengan supplier-supplier.

5. Menggalakkan kolaborasi dengan industri-industri farmasi di

Indonesia

3.6 Analisis Solusi Bisnis

Berikut akan dijelaskan mengenai solusi bisnis diatas

1. Organizational Development

Melakukan koordinasi antar personil untuk meningkatkan integrasi

antar personil dan knowledge serta skill personil. Hal ini dapat

dilakukan dengan berbagai metoda, diantaranya yaitu:

- Action Research

Langkah progresif untuk memecahkan permasalahan yang terjadi

dalam proses pengembangan vaksin. Hal ini dilakukan dengan

membuat "community of practice" yang terdiri dari beberapa

personil yang membentuk suatu tim dimana tim ini akan

memecahkan suatu permasalahan yang terjadi dengan tujuan

untuk meningkatkan strategi dan knowledge perusahaan.

Page 20: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

57

- Collaborative Methods

Hal ini diwujudkan dengan melakukan kolaborasi antar personil.

Metoda ini khusus digunakan untuk meningkatkan kesuksesan

dari suatu tim dalam memecahkan suatu masalah yang sedang

terjadi terutama dalam mengatasi permasalahan proses

pengembangan produk baru.

- Knowledge Management

Hal ini dapat dilakukan untuk mengidentifikasi, membuat,

merepresentasikan dan menyalurkan knowledge antar personil

yang terlibat dalam proses pengembangan produk baru. Aktivitas

untuk meningkatkan performance, competitive advantage, innovation

dan development processes.

- Team Building

Solusi ini akan meningkatkan motivasi antar personil dari suatu

tim dimana hal ini untuk meningkatkan self-assessment dan

performance dari setiap personil.

- Training & Development

Dalam hal ini yang lebih ditekankan adalah Human Resources dari

perusahaan yang terlibat dengan proses pengembangan produk

baru. Semua aktivitas yang dimaksudkan untuk meningkatkan

performance, skills dan knowledge.

2. Mengadakan kerjasama

Dalam melakukan proses pengembangan vaksin baru dibutuhkan

dana yang besar yang digunakan untuk investasi fasilitas, alat dan

bahan. Dikarenakan anggaran Bio Farma untuk research and

development hanya 2% maka dibutuhkan kerjasama dengan institusi-

institusi nasional maupun internasional untuk mengatasi keterbatasan

Page 21: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

58

fasilitas, alat dan bahan. Selain itu, dengan adanya kerjasama tersebut

dapat mengatasi lack of knowledge dari personil R&D. Kerjasama-

kerjasama dari institusi nasional maupun internasional, diantaranya

yaitu JPRI (Japan Poliomyelitis Research Institute) untuk pengembangan

vaksin Sabin-IPV, BIKEN (Research Foundation for Microbial Disease of

Osaka University) untuk pengembangan vaksin Seasonal Influenza,

MCRI (Murdoch Children’s Research Institute) untuk pengembangan

vaksin Rotavirus, dan NVI (Netherland Vaccine Institute) untuk

pengembangan vaksin Hib. Dengan adanya kerjasama-kerjasama

tersebut, proses pengembangan suatu vaksin akan lebih cepat dari

waktu 12 tahun (Gambar 3.3). Bentuk kerjasama yang dilakukan salah

satunya adalah transfer teknologi dan knowledge.

3. Mengefisienkan setiap proses yang dilakukan

Dikarenakan semua proses sudah baku dan harus dilakukan sebagai

sebuah proses pengembangan produk yang utuh maka proses

pemotongan suatu proses tertentu tidak dapat dilakukan.

Mengefisienkan setiap proses dapat dilakukan mengingat karena hal

ini mengacu kepada waktu yang merupakan kunci keberhasilan

produk baru dimana hal ini akan mempersingkat waktu

pengembangan vaksin baru. Misalnya dengan melakukan efisiensi

pada inventarisasi alat dan bahan untuk semua proses pada satu

waktu atau pemesanan bahan dan alat untuk semua proses

pengembangan produk.

4. Menjalin hubungan baik dengan supplier

Secara tidak langsung sebagian besar penyebab keterlambatan

disebabkan karena pihak di luar perusahaan, seperti supplier. Proses

yang tidak bisa lepas adalah pengadaan bahan baku dan alat. Maka

Page 22: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

59

hubungan yang baik, sangat diperlukan agar semua pihak yang

bersangkutan mempunyai value yang sama untuk keberhasilan suatu

produk.

5. Menggalakkan kolaborasi dengan industri-industri farmasi di

Indonesia

Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya keterbatasan bahan

baku karena pengadaannya yang membutuhkan waktu lama. Hal ini

dapat dilakukan agar perusahaan farmasi tidak mengalami

keterlambatan dalam proses pengembangan produk baru dikarenakan

penyediaan bahan baku impor yang lama.

Masalah-masalah lain yang terjadi selama proses pengembangan produk

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya harus ada problem solvingnya

agar tidak mempengaruhi output perusahaan di kemudian hari. Solusinya

akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Untuk mengikuti trend perkembangan teknologi vaksin maka Bio

Farma harus meningkatkan anggaran R&D agar produk yang

dihasilkan dapat bersaing dengan kompetitor. Dalam hal ini,

perusahaan dapat melakukan pengiriman personil untuk melakukan

training di institusi yang mempunyai teknologi terbaru untuk

pengembangan vaksin.

2. Keterbatasan personil pengembangan produk baru dapat dilakukan

dengan melakukan recruitment skilled researcher yang mempunyai

kapabilitas tinggi terhadap perusahaan yang mempunyai tujuan untuk

menciptakan vaksin baru sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Page 23: BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Metodologi Pemecahan  · PDF fileuntuk setiap vaksin berbeda-beda, ada yang dimulai dari applied research dan ada yang memulai dari clinical development

60

Dari penjelasan pemecahan masalah diatas, maka dapat diketahui hal-hal

yang harus diperhatikan oleh perusahaan, yaitu:

1. Skill & knowledge. Hal ini harus diperhatikan mengingat dalam proses

pengembangan vaksin baru dibutuhkan sumber daya manusia yang

memiliki keahlian dan pengetahuan yang baik dan menyeluruh untuk

setiap proses pengembangan yang dilakukan. Sehingga apabila semua

sumber daya manusia yang terlibat langsung mempunyai keahlian

dan pengetahuan yang setara maka proses pengembangan produk

baru akan selesai tepat pada waktunya.

2. Pemilihan supplier yang mempunyai komitmen untuk menyediakan

barang tepat pada waktunya dan mempunyai kualitas yang baik. Hal

ini perlu diperhatikan dikarenakan penyediaan bahan baku dan alat

dilakukan oleh pihak luar perusahaan yaitu supplier dimana pada

kenyataannya penyediaan barang oleh supplier tidak sesuai dari segi

waktu. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan keterlambatan

dalam proses pengembangan produk baru.

3. Collaboration. Hal ini perlu diperhatikan karena dengan adanya

kolaborasi yang baik antar pihak manajemen perusahaan maka miss

communication dapat diatasi. Sehingga hal ini secara langsung akan

mempengaruhi kinerja dari R&D.