37
Bab IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang Perusahaan Ide perlunya Pusat Jantung (Cardiac Center) di Indonesia dicetuskan pertama kali pada tahun 1960 oleh Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI) yang kemudian mendapat sambutan baik dari Pengurus yayasan Jantung Indonesia (kelanjutan dari yayasan Jantung Indonesia Dewi Sartika). Pengurus yayasan Jantung Indonesia, dimana dr. Soekaman sebagai salah satu pendiri dan sekaligus kepala bagian Kardiologi mempunyai pandangan jauh ke depan, bahwa kemajuan bidang Kardiologi hanya mungkin dengan membangun Cardiac Center. Pengurus dan dr. Soekaman membawa ide tersebut kepada ibu Tien Soeharto. Ide awal sangat sederhana, tadinya hanya disetujui suatu wing dari RSAB, namun berkat perjuangan gigih akhirnya Ibu Tien selaku ketua yayasan Harapan Kita menyambutnya secara antusias dan dimulailah perancangan menyeluruh pembangunan Cardiac Center. Komunikasi dengan Prof. De Bakey dari Houston, USA berlangsung secara teratur, termasuk pengaturan jadwal keberangkatan tenaga yang akan disiapkan. Semua perencanaan tenaga diatur dari Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI RSCM) dan seluk beluk pembangunan di Kantor yayasan Jantung Indonesia, jalanTeuku Umar nomor 8 Jakarta. 55

Bab IV ANALISA DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/Bab 4_05-62.pdfadalah melakukan operasi tutup ASD pada anak usia 7 tahun yang selanjutnya diikuti dengan

Embed Size (px)

Citation preview

Bab IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Latar Belakang Perusahaan

Ide perlunya Pusat Jantung (Cardiac Center) di Indonesia dicetuskan pertama

kali pada tahun 1960 oleh Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI) yang

kemudian mendapat sambutan baik dari Pengurus yayasan Jantung Indonesia

(kelanjutan dari yayasan Jantung Indonesia Dewi Sartika). Pengurus yayasan Jantung

Indonesia, dimana dr. Soekaman sebagai salah satu pendiri dan sekaligus kepala

bagian Kardiologi mempunyai pandangan jauh ke depan, bahwa kemajuan bidang

Kardiologi hanya mungkin dengan membangun Cardiac Center. Pengurus dan dr.

Soekaman membawa ide tersebut kepada ibu Tien Soeharto. Ide awal sangat

sederhana, tadinya hanya disetujui suatu wing dari RSAB, namun berkat perjuangan

gigih akhirnya Ibu Tien selaku ketua yayasan Harapan Kita menyambutnya secara

antusias dan dimulailah perancangan menyeluruh pembangunan Cardiac Center.

Komunikasi dengan Prof. De Bakey dari Houston, USA berlangsung secara

teratur, termasuk pengaturan jadwal keberangkatan tenaga yang akan disiapkan.

Semua perencanaan tenaga diatur dari Bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI RSCM) dan seluk

beluk pembangunan di Kantor yayasan Jantung Indonesia, jalanTeuku Umar nomor 8

Jakarta.

55

56

Pelaksanaan pembangunan gedung rumah sakit dimulai tahun 1983. Pada

tahun 1984 dilakukan pengiriman beberapa dokter dan perawat untuk on the job

training ke Methodist Hospital (Houston, Amerika) dan Royal Children Hospital

(Melbourne, Australia). Pembangunan gedung rumah sakit selesai dikerjakan pada

tahun 1985 dan pada tanggal 9 November 1985 rumah sakit diresmikan oleh Presiden

Soeharto dengan nama Rumah Sakit Jantung Harapan Kita (RSJHK) dimana

Alm. Dr. Soekaman, Sp.JP ditetapkan sebagai Direktur dan ibu Suhardani Bustanil

Arifin ditunjuk sebagai Dewan Penyantun yang berkantor di Gedung RSJHK.

Ada tiga tugas utama yang diemban oleh RSJHK, yakni sebagai:

1) Pusat Rujukan Nasional Pelayanan Kardiovaskular

2) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kardiovaskular

3) Pusat Penelitian Kardiovaskular.

Setelah diresmikan, kegiatan pertama yang dilakukan tim bedah jantung

adalah melakukan operasi tutup ASD pada anak usia 7 tahun yang selanjutnya diikuti

dengan operasi CABG di tahun 1986. Sejalan dengan kemajuan teknologi

kedokteran, berbagai teknik operasi telah berhasil dilaksanakan, seperti TMR tahun

1996, BATISTA dan MIDCAB tahun 1997 dan MIDCAB dengan Off Pump tahun

1998.

Tidak hanya dari bedah jantung, kemajuan intervensi non bedah telah pula

berhasil dikembangkan. Diawali dengan pemeriksaan diagnostik seperti Kateterisasi

Jantung dan tindakan intervensi berupa pemasangan alat pacu jantung pada tahun

1985, kemudian PTCA pada tahun 1987, BMW - BMV - BAV - PAV pada tahun

57

1988, PDA Coil tahun 1989, PTCA dengan stent/PTCA Rotablator tahun 1991,

Ablasi tahun 1992, Primary PTCA tahun 1996 dan ASO - ADO tahun 2002.

Dalam perkembangan selanjutnya, sejalan dengan perubahan situasi dan

kondisi di tanah air, pada tahun 1998 yayasan Harapan Kita menyerahkan

pengelolaan RSJHK kepada Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Mencermati

perubahan dalam industri perumahsakitan yang tidak lepas dari pengaruh globalisasi

dan tuntutan masyarakat yang terus meningkat, pada tahun 2002 Rumah Sakit

Jantung Harapan Kita berubah status menjadi Perusahaan Jawatan dengan nama

Rumah Sakit Jantung & Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) atau Pusat

Jantung Nasional Harapan Kita (PJNHK).

Sebagai Perusahaan Jawatan berarti secara teknis RSJPDHK masih berada

dalam pengawasan Departemen Kesehatan, sementara pengelolaan keuangan berada

dibawah Departemen Keuangan.

Dengan total 1115 karyawan, diantaranya 35 orang dokter spesialis Jantung

dan Pembuluh Darah, 5 orang dokter spesialis bedah Jantung dan Pembuluh Darah, 9

orang dokter spesialis Anestesi, 1 orang dokter spesialis Penyakit Dalam dan Paru, 1

orang dokter spesialis Syaraf, 402 orang perawat kardiovaskular, 21 orang tenaga

Teknis Medis dan 641 orang tenaga lainnya, rumah sakit ini menyediakan pelayanan

Gawat Darurat, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan diagnostik

non invasif dan diagnostik invasif, intervensi non bedah dan bedah serta rehabilitasi.

Selain itu tersedia Pusat Pendidikan dan Pelatihan khusus bidang Kardiovaskuler.

Dapat dikatakan hampir semua teknologi diagnostik dan pengobatan di bidang

58

kardiovaskular yang dilakukan di negara maju sudah dapat dilakukan di PJNHK ini.

Demikian pula dari segi peralatannya.

4.2 Pelayanan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah

Harapan Kita

Rumah sakit yang berdiri pada tahun 1985, dipelopori oleh dr Soekaman dan

Perhimpunan Kardiologi Indonesia, disiapkan sebagai pusat riset dan pendidikan

maupun pelayanan kepada masyarakat di bidang kardiovaskular. Selain melayani

bidang penyuluhan juga terdapat kegiatan bedah jantung yang kemudian menjadi

layanan utama dari RSJPDHK, juga terdapat layanan kateterisasi maupun pelayanan

pemasangan alat pacu jantung.

Kegiatan bedah jantung yang dilayani pada RSJPDHK dibagi ke dalam

beberapa kelompok antara lain:

1. Bedah koroner yaitu bedah jantung yang berhubungan dengan

kelainan/malfungsi pada pembuluh darah jantung.

2. Bedah congenital yaitu bedah jantung yang berhubungan dengan kelainan

genital (faktor turunan/bawaan).

3. Bedah katup yaitu bedah jantung yang berhubungan dengan kelainan fungsi

katup pada jantung.

4. Bedah lain-lain yaitu bedah yang terkait dengan pemulihan kondisi jantung

selain ketiga faktor diatas.

59

4.3 Analisa Atas Proses Bisnis yang Ada

4.3.1 Proses yang Berlangsung Sekarang

Metoda yang digunakan untuk mengamati proses pemberian layanan medis

kepada pasien yang membutuhkan layanan bedah pada RSJPDHK adalah dengan

melakukan wawancara dan pengamatan visual maupun pengambilan data mengenai

proses yang harus dilalui oleh seorang calon pasien bedah. Adapun bagian yang

difokuskan untuk diteliti beserta pihak yang diwawancarai adalah sebagai berikut:

1) Ruang Operasi dengan suster kepala Ibu Anthoneta Paliama SKp, yang

bertugas mengatur persiapan dan pelaksanaan kegiatan bedah, merupakan

bagian utama dari alur kegiatan bedah pada RSJPDHK.

2) Ruang Intermediate Ward (IW) dengan suster kepala Ibu Eny Rosdiana SKp

sebagai pemimpin yang berfungsi sebagai ruangan persiapan bagi para

pasien yang akan menjalani kegiatan bedah, maupun untuk proses stabilisasi

kondisi pasien setelah menjalani bedah.

3) Ruang Intensive Care Unit (ICU) dengan suster kepala Ibu Eny Rosdiana

SKp sebagai pemimpin yang berfungsi sebagai ruangan yang digunakan

untuk menstabilkan kondisi fisik pasien setelah menjalani kegiatan operasi.

4) Ruang Rawat dengan yang berfungsi sebagai tempat bagi para pasien untuk

ditinjau keadaan medisnya sebelum operasi maupun sesudah operasi.

60

Ruang Intermediate Ward Anak &

Dewasa

ADM & Billing! Hasil Pemeriksaan penunjang

! Hasil Laboratorium ! Surat Ijin tindakan ! Surat Persetujuan biaya ! Status Poliklinik ! Status Rawat inap ! Terapi list

Calon pasien

Bagian pendaftaran

pada instalasi bedah

Ruang Intermediate Ward Anak &

Dewasa

Ruang Operasi

Ruang ICU

Diagram 4.1 Diagram alur pasien bedah

Diagram 4.1 memperlihatkan secara global proses yang terjadi pada bagian

bedah, dimulai dari awal saat pasien mendaftarkan diri sebagai calon pasien hingga

menjadi pasien, menjalani operasi dan perawatan setelah operasi. Detail proses pada

bagian bedah dapat dilihat dari diagram 4.2 sebagai berikut :

61

P endaftaran

R.IWP ra B edah

R.B edah

R.ICU

R.IWPasca B edah

R.Rawat Inap

S tart E m ergency?

P em eriksaan

P engecekkan data adm in Data lengkap ? P engecekkan

jadwal operas iP ersetujuan

pas ien

P as ien bersedia

m elengkapi?

P as ien m elengkapi

data yg dibutuhkan

P as ien loss

Input data & jadwal pas ien

P engecekkan data selam a 1

m inggu

P engecekkan s tatus

A /B /C/D

K etersediaanA ,B ,C,D

Jadwal M ingguan

Daftar UlangP as ien

tershedule ulang?

P engecekkan s tatus A /B /C

K onfirm as i pas ien via telp

P as ien konfirm ?

No

Y es

Y es

No

Y es No

Y es

No

Y es

No

Reschedule

P as ien setuju jadwal baru

P as ien loss

Y es

No

Y es

K etersediaan A /B /C

P em eriksaan kondis i pas ien

1 hr sblm operas i

Reschedule m ingguan

No

Y es

P em buatan schedule

harian

P engecekkan S tatus B /C

K etersediaan B /C

P roses B edah Sukses

P em ulihan kondis i pas ienK ondis i s tabil?

P roses penyem buhan

Y es

Y es

Y es

RescheduleNo

kondis i s tabil?

P roses perawatan

Y es

No

P as ien setuju?

No

No

No

P erlu pem bedahan ulang?

No

No

Y es

Y es

Y es

W ak tu tunggu

M eninggalNo

K ondis i P as ien s iap operas i?

Y es

P roses Tunggu

No

Diagram 4.2 Diagram detail alur pasien bedah

62

4.3.1.1 Ruang pendaftaran pasien

Pasien yang telah dirujuk oleh dokter untuk melakukan operasi di RSJPDHK

melakukan pendaftaran. Kemudian bagian pendaftaran memeriksa jadwal operasi

yang di keluarkan oleh instalasi bedah untuk memeriksa apakah calon pasien tersebut

dapat dilakukan operasi di RSJPDHK. Selain itu juga diperiksa ketersediaan ruangan

di bagian lain seperti ruangan rawat inap berdasarkan kelas dari ruangan yang

diinginkan oleh pasien. Jika operasi memungkinkan untuk dilakukan, pasien

diberikan Surat Perintah Masuk Rumah Sakit (SPMR) yang berfungsi menjelaskan

waktu kedatangan pasien ke rumah sakit untuk persiapan sebelum kegiatan bedah

dilakukan.

Pengecekan ketersediaan ruangan lain yang berhubungan dengan bedah

dilakukan dengan cara melakukan panggilan telepon ke bagian yang bersangkutan

atau berdasarkan informasi yang berada pada papan pengumuman di bagian tersebut.

Semua data pasien dan jadwal dituliskan pada buku jadwal pelaksanaan bedah dan

disimpan oleh staff administrasi bedah untuk kemudian dijadikan dasar dalam

pembuatan jadwal bedah mingguan dan harian (lihat lampiran).

4.3.1.2 Ruang Rawat

Setelah pasien di terima untuk dapat dioperasi di RSJPDHK dan telah masuk

ruang rawat inap, maka prosedur selanjutnya adalah melakukan kegiatan persiapan

pra operasi yang bertujuan untuk mempersiapkan pasien secara klinis, sosial dan

emosional dan agar mendapatkan hasil operasi yang optimal, yang meliputi:

63

1) Dokter bedah menjelaskan alasan dan indikasi tindakan bedah yang akan

dilakukan serta komplikasi maupun resiko yang mungkin timbul dan akibat

tindakan bedah.

2) Pasien harus menandatangani informed Consent atau diwakilkan oleh

keluarga yang bertanggung jawab, saksi-saksi dan dokter pelaksana.

3) Preoperasi visit oleh dokter anestesi untuk menjelaskan pembiusan secara

umum beserta resikonya, perawatan di ICU paska bedah.

4) Permintaan persediaan darah

5) Persiapan usus, 1 (satu) hari sebelum pembedahan dengan puasa untuk

pasien dewasa 6 -8 jam dan pasien pediatrik 3 -4 jam.

6) Mencukur daerah operasi 1 hari sebelum pembedahan

Sebelumnya tim medis berdiskusi dengan pasien mengenai kebutuhan akan

operasi yang didasarkan dari hasil tes pemeriksaan bedah yang meliputi

elektrokardiogram, Thorak foto, echocardiography maupun hasil laboratorium

lainnya. Selain itu dilakukan konsultasi dengan dokter THT maupun dokter bidang

lainnya untuk mengeliminir dampak dari operasi terhadap tubuh pasien.

Proses yang dilakukan pada kasus pasien yang merupakan limpahan dari

bagian gawat darurat pada umumnya sama, hanya tidak terdapat proses konferensi

medis dengan pasien, maupun keharusan mendapatkan informed consent dari pasien,

sehingga keputusan untuk melakukan operasi semata dilakukan berdasarkan kondisi

medis pasien dan kebutuhan dari pasien.

64

4.3.1.3 Ruang Intermediate Ward

Fungsi dari ruangan ini adalah menyiapkan pasien sesaat sebelum dan sesudah

kegiatan operasi dilakukan. Pada tahap ini pasien sudah dalam keadaan steril dan siap

untuk dioperasi. Setelah pasien siap untuk dioperasi, maka proses pembiusan pasien

dilakukan untuk mengurangi dampak dari operasi yang dilakukan terhadap pasien.

Adapun rangkaian proses pembiusan sebelum dilakukan tindakan operasi antara lain:

1) Evaluasi dilakukan sehari sebelum tindakan pembedahan, kecuali pada

pasien darurat evaluasi dilakukan setelah menerima konsultasi untuk

tindakan operasi. Pada tahap ini masih memungkinkan untuk terjadinya

pembatalan operasi, sehubungan keadaan pasien yang tidak memadai.

2) Evaluasi kembali pasien sebelum induksi anestesi.

3) Pemeriksaan peralatan yang dibutuhkan, obat-obatan, suplai gas dan

ventilator.

4) Persiapan monitoring pasien sesuai kasus.

5) Memilih dan memberikan obat anestesi dan obat vasoaktif untuk

mempertahankan stabilitasi hemodinamik pasien.

6) Mencatat semua tindakan dalam status anestesi.

Selain itu terdapat proses yang dapat dilakukan pada bagian Intermediate

Ward, bilamana pasien dinyatakan cukup stabil (dapat melakukan proses bernafas

secara mandiri), maka pasien setelah menjalani kegiatan bedah, dialihkan ke ruang

intermediate ward untuk menjalani penstabilan kondisi fisik sebelum dipindahkan ke

ruang rawat. Adapun proses yang dilakukan antara lain:

1) Pemasangan alat bantu kepada pasien

65

2) Proses penutupan luka pasien

3) Pengevaluasi luka pasien dengan melakukan foto rontgen

4) Proses mobilisasi dari pasien

4.3.1.4 Ruang ICU

Pada ruang ini pasien akan distabilkan kondisi fisiknya, sebelum

dikembalikan ke ruang rawat inap. Prosedur yang dilakukan pada ruangan ini adalah

pengecekan status anestesi pasien setelah operasi. Prosedur pengecekan anestesi

paska operasi meliputi:

1) Mencatat status hemodinamik, respirasi dan obat-obatan, sebelum

pemindahan pasien ke ICU.

2) Pemindahan pasien ke ICU bila pasien telah stabil.

3) Dalam hal pasien paska bedah tidak dirawat di ICU, setelah ekstubasi di

kamar operasi pasien dikirim ke ruang pulih (recovery room) untuk

diobservasi.

4) Setelah dinilai stabil oleh staf anestesi dan memenuhi kriteria untuk pindah,

maka pasien dipindahkan ke ruang Intermediate Ward (IW).

4.4 Analisis Kapasitas

4.4.1 Metode Pengukuran Maksimalisasi Kapasitas

Dalam menentukan apakah kapasitas terpasang suatu unit/bagian dapat diukur

melalui tingkat utilitas dari bagian yang bersangkutan. Adapun cara untuk

66

melakukan pengukuran atas tingkat utilisasi dari unit/bagian di RSJPDHK adalah

dengan membandingkan tingkat pasien rumah sakit yang membutuhkan pelayanan

medis dengan asumsi kapasitas yang dapat dilayani oleh Rumah Sakit Jantung

Harapan Kita. Asumsi atas kapasitas layanan RSJPDHK disusun berdasarkan

berbagai variabel yang mempengaruhi jumlah layanan bedah, antara lain jumlah

ruangan yang tersedia dan jumlah tenaga medis yang diperlukan, sehingga didapatkan

maksimum jumlah pasien yang mampu dilayani. Selain itu dibuat perkiraan

mengenai pasien di masa mendatang sehingga diperoleh gambaran jumlah pasien

dimasa mendatang yang dapat menjadi masukkan bagi manajemen RSJPDHK dalam

perencanaan di masa mendatang.

4.4.2 Metode untuk meningkatkan kapasitas pelayanan

Cara untuk meningkatkan kapasitas pelayanan pada RSJPDHK dapat

diperoleh dengan melakukan perbaikan atas proses pelayanan kepada pasien antara

lain:

1) Peningkatan waktu operasional ruangan bedah, yang dapat dilakukan dengan

memaksimalkan fungsi dari tenaga medis yang tersedia dan pengaturan jadwal

pasien yang hendak dioperasi.

2) Proses reengineering terhadap proses operasional pelayanan pasien selama

operasi dilakukan, yang dilakukan dengan meningkatkan efisiensi dari waktu

kegiatan bedah sehingga waktu pelaksanaan bedah dapat berkurang.

3) Proses reengineering terhadap proses operasionalisasi pelayanan pasien

sebelum dan sesudah operasi dilakukan, yaitu dengan mencermati apakah

67

langkah-langkah dalam proses penerimaan pasien hingga pasien siap untuk

dioperasi maupun pasien yang sudah dioperasi dapat dilakukan perbaikan

sehingga tidak terjadi hambatan yang dapat mengurangi tingkat pelayanan

pasien.

Selain dengan melakukan penambahan fasilitas berupa bangunan maupun alat

peningkatan kapasitas RSJPDHK juga dapat dilakukan melalui penambahan variabel

yang berpengaruh terhadap proses pelayanan pasien bedah yaitu:

1) Penambahan tenaga medis yang terkait dengan kegiatan bedah.

2) Penambahan ruangan operasi maupun peralatan pendukung.

4.4.3 Analisis Kapasitas Ruang Bedah

Metode yang digunakan adalah metode peramalan dari data pasien yang ada,

dan hasil peramalan dalam kurun waktu tiga (3) tahun kedepan di bandingkan dengan

kapasitas maksimal yang mampu dilayani oleh instalasi bedah RSJPDHK. Berikut

data jenis operasi per tipe dan besaran dalam prosentase.

Tabel 4.1 Jumlah Pasien Menurut Jenis Operasi 2001 2002 2003 2004 No Jenis Operasi

Total Persen Total Persen Total Persen Total Persen 1 Koroner 410 35.00% 443 43.00% 437 40.00% 425 37.00% 2 Congenital 570 49.00% 428 42.00% 472 43.00% 505 44.00% 3 Katup 125 11.00% 99 10.00% 118 11.00% 145 13.00% 4 Lain – lain 69 5.00% 53 5.00% 60 6.00% 77 6.00%

TOTAL 1,174 100.00% 1,023 100.00% 1,087 100.00% 1,152 100.00%

68

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas operasi yang

dilakukan adalah operasi koroner dan konginental, yang besarnya mencapai rata-rata

82% dari total operasi.

Rata-rata waktu operasi menurut tipe operasi yang dilakukan :

1. Operasi Koroner : 4-5 jam

2. Operasi Conginental : 2-3 jam

3. Operasi Katup : 3-4 jam

4. Operasi Lain-lain : 1-2 jam

Dengan data yang ada maka kami mengambil asumsi yang digunakan sebagai

berikut:

1) Data jumlah pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan pada RS Jantung

Harapan Kita pada setiap bulan, dengan tingkat peramalan jumlah pasien

selama 3 tahun.

2) Jumlah ruangan operasi sebanyak 3 ruangan.

3) Berdasarkan rata-rata waktu operasi koroner dan congenital yang memakan

waktu rata-rata operasi yang berkisar 4-5 jam, sehingga diasumsikan satu

ruangan diperkirakan dapat melayani kegiatan operasi sebanyak 2 kali dalam

sehari.

4) Jam operasional antara pukul 09.00 hingga jam 17.00, dengan waktu istirahat

selama 1 jam pada pukul 12.00 hingga pukul 13.00

5) Tim dokter dan tenaga medis yang terdiri dari:

a) Dokter bedah sebanyak 5 orang.

b) Dokter anestesi sebanyak 5 orang.

69

c) Perawat bagian bedah sebanyak 17 orang.

d) Perawat bagian anestesi sebanyak 6 orang.

e) Teknisi Perkusi sebanyak 5 orang.

Kebutuhan tenaga medis untuk setiap kegiatan operasi adalah sebagai berikut:

• Dokter bedah sebanyak 2 orang.

• Dokter anestesi sebanyak 1 orang.

• Perawat bagian bedah sebanyak 2 orang.

• Perawat bagian anestesi sebanyak 1 orang.

• Teknisi Perfusi sebanyak 1 orang.

Dari data mengenai tenaga medis maupun jam operasional RSJPDHK diatas,

jumlah ruang bedah (3 unit), interval operasi (4-5 jam) dan jam operasional (8 jam)

menjadi pembatas dari jumlah maksimum operasi yang dapat dilakukan. Berdasarkan

data tersebut dapat dihitung jumlah maksimum operasi yang dapat dilaksanakan

dalam satu hari adalah sebanyak 6 operasi (2 kali operasi dalam satu ruang bedah per

hari).

Dari data diatas dapat diketahui bahwa kapasitas maksimum bulanan dari

instalasi bedah adalah sebesar 120 pasien bedah per bulan, dimana perhitungannya

adalah sebagai berikut:

Kapasitas maksimum bulanan instalasi bedah

= 6 Operasi per hari x 5 hari kerja x 4 minggu dalam satu bulan

= 120 pasien bedah per bulan

70

Angka ini kemudian dijadikan pedoman pembanding dengan pasien bedah yang ada

pada setiap bulan pada periode 2000-2004, dan data perkiraan pasien pada periode

2005-2007. Pembuatan perkiraan jumlah pasien pada periode 2005-2007, digunakan

metode time series model dengan menggunakan data pasien periode 2000-2004 yang

dikelompokkan berdasarkan periode bulanan.

Perhitungan perkiraan jumlah pasien adalah sebagai berikut:

Data bulan Januari periode 2000-2004 adalah

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004

Jumlah pasien bulan Januari 49 102 105 81 71

Time series model: y = a + b x, dimana y: jumlah pasien per bulan

x: interval tahun

Dengan memasukkan data jumlah pasien di atas, dapat diperoleh nilai a = 74.7

dan nilai b = 2.3, sehingga rumus perkiraan jumlah pasien untuk bulan Januari

adalah:

y = 74.7 + 2.3 x

dari rumus ini dapat diperoleh perkiraan jumlah pasien bulan Januari adalah

tahun 2005 = y = 74.7 + 2.3 x 6 = 89 pasien 6

tahun 2006 = y = 74.7 + 2.3 x 7 = 91 pasien 7

tahun 2007 = y8 = 74.7 + 2.3 x 8 = 93 pasien

Berdasarkan data pasien periode 200-2004 dan dengan bantuan perangkat lunak

Microsoft Excel, diperoleh perkiraan jumlah pasien per bulan pada periode 2005-

2007 sebagai berikut:

71

Data Pasien Tahun 2000-2004

0

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan/periode

Juml

ah P

asien

per b

ulan/p

eriod

e

Tahun 2000 Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004

Grafik 4.1 Data Pasien Ruangan Bedah Periode 2000-2004

Grafik 4.2 Perkiraan Pasien Bedah Periode 2005-2007

Berdasarkan data diatas dan jumlah kapasitas maksimum ruang bedah sebesar

120 pasien per bulan, maka dapat dihitung dan digambarkan tingkat utilisasi ruang

bedah selama tahun 2000-2004 dan pada periode 2005-2007 sebagai berikut:

Data Perkiraan pasien Periode 2005-2007

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan

Juml

ah P

asien

per B

ulan

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007

72

Data Utilisasi Ruang Bedah Periode 2000-2004

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tingkat Utilisasi per Periode

Tingk

at Ut

ilisas

i per

Bula

n

tahun 2000 Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004

Grafik 4.3 Tingkat Utilisasi Ruang Bedah periode 2000-2004

Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa pada periode 2000-2004 dan periode

2005-2007 tingkat utilitas dari instalasi RSJPDHK berada di bawah kisaran 100 %

atau dibawah kapasitas maksimum RSJPDHK. Khusus pada bulan April dan Agustus

Data Perkiraan Tingkat Utilisasi periode 2005-2007

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Bulan

Tingk

at Ut

ilisas

i

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007

Grafik 4.4 Tingkat Utilisasi Ruang Bedah periode 2005-2007

73

terdapat kecenderungan utilitas berada diatas level 100%. Untuk mengantisipasi

keadaan ini, hal yang lebih mudah, cepat dan murah untuk dilakukan adalah membuat

perpanjangan jam operasional bedah. Konsekuensinya adalah melakukan optimalisasi

personel yang ada atau menambah personel. Sementara itu, bulan November

kecenderungannya terus menurun. Hal ini disebabkan pada 2 tahun terakhir bulan

puasa jatuh pada bulan ini sehingga mengurangi jumlah pasien bedah.

Tabel 4.2 Analisis Sensitivitas (bulan Agustus)

VARIABEL UNIT KEBUTUHAN PER OPERASI EXISTING

PENAMBAHAN HARI

OPERASIONAL PENAMBAHAN

RUANGAN

Tenaga medis

- Dokter bedah orang 2 5 3 4 - Dokter Anestesi orang 1 5 3 4 - Perawat bedah orang 2 17 6 8 - Perawat Anestesi orang 1 6 3 4 - Teknisi Perfusi orang 1 5 3 4

Waktu Operasional Ruang Bedah jam 8 8 8

Ruang Bedah unit 3 3 4 Waktu Rata-rata Operasi jam 4 3.9 4 Hari Operasional hari 20 24 20 Jumlah shift Operasi per hari shift 2 2 2 Kapasitas Maksimum Ruang bedah per bulan operasi 120 140 160

Pemakaian Ruang Bedah operasi 140 140 140 Utilitas Ruang bedah persen 117% 100% 88%

Dampak Perubahan Biaya operasional Biaya investasi

Pilihan 1. Penambahan Hari Operasional

Penambahan hari operasional dari 20 hari per bulan menjadi 24 hari per bulan,

hanya membutuhkan 2 ruang operasi. Terdapat sisa 1 ruang operasi untuk digunakan

kasus gawat darurat. Penambahan ini bersifat sewaktu-waktu menyesuaikan dengan

74

kebutuhan akan kapasitas. Peningkatan biaya yang terjadi merupakan biaya

operasional seperti; biaya utilitas, biaya gaji.

Pilihan 2. Penambahan ruangan

Penambahan ruang operasi menjadi 4 ruangan, akan meningkatkan kapasitas

bedah menjadi 160 operasi per bulan. Penambahan ini bersifat permanent, sehingga

cenderung akan menimbulkan under utility pada bulan-bulan yang lain. Penambahan

ruangan beserta peralatan yang standar akan membutuhkan biaya antara 6-7 milyar.

Untuk Mengatasi over utilities pada bulan agustus, pihak RSJPDHK memiliki 2

pilihan untuk mengatasinya. Pilihan yang dimiliki adalah:

1. Penambahan hari operasional

2. Penambahan ruangan

Berdasarkan dari hasil analisis sensitivitas, maka pihak RSJPDHK sebaiknya

menagmbil pilihan pertama yaitu penambahan hari operasi, hal ini dikarenakan

pilihan ini mempunyai fleksibilitas dalam pelaksanaannya, yaitu dapat disesuaikan

dengan keadaan pada bulan-bulan lain. Adapun penambahan biaya tidak terlalu besar

karena tidak ada penambahan alat.

Tabel 4.3 Analisis Kebutuhan Waktu Operasi (bulan Agustus) OPERASI BULAN

AGUSTUS LAMA

OPERASITOTAL

OPERASI TOTAL

OPERASI TIPE OPERASI PERSENTASE

(operasi) (jam) (operasi) (jam) Coroner 40% 140 5 56 280 Contingental 42% 140 3 59 177 Katup 12% 140 4 17 68 Lain-lain 6% 140 2 8 17

TOTAL 100% 140 542

75

Tabel 4.4 Pengaturan jadwal Operasi (bulan Agustus) RUA

NG BEDAH

SHIFT JAM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 08:00-10:00add 1 10:00-1200

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3

2 08:00-10:00 2 2 2 2 1

add 2 10:00-12004 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3

2 2 2 2

1 08:00-10:00add 1 10:00-1200

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 3 3

2 08:00-10:002

add 2 10:00-12003 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

1 08:00-10:00

add 1 10:00-12005 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3

2 08:00-10:00

3

add 2 10:00-12003 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Keterangan:

2 – Operasi lain-lain 3 – Operasi Contingental 4 – Operasi Katup 5 – Operasi Koroner

Berdasarkan analisa awal atas besaran operasi didapati, pada bulan Agustus jenis

operasi yang paling sering dilakukan adalah operasi koroner sebesar 56 operasi (40%)

dan operasi congenital sebesar 59 operasi (42%). Sedangkan sisanya sebesar 85

operasi (18%) merupakan jenis operasi katup dan lain-lain.

Dengan melakukan penambahan hari operasi menjadi 24 hari dan penambahan jam

operasional menjadi 9 jam sehari, maka diperkukan pengaturan jadwal untuk dapat

mengatur agar keseluruhan operasi (140 operasi) dapat dilayani. Pengaturan jadwal

dilakukan dengan menggabungkan jadwal operasi sehingga sehari terdapat 3 shift

operasi dalam sehari maupun memperpanjang jam operasi per shift, seperti tertera

pada jadwal. Pengaturan jadwal maupun penambahan hari operasional masih

memberikan sisa satu ruang operasi yang dipersiapkan untuk kasus gawat darurat.

76

4.4.4 Analisis atas Kapasitas Ruang ICU

Kapasitas ruangan Intermediate ward yang memiliki 7 ruangan yang

diperuntukkan bagi kegiatan bedah maupun non-bedah, maka dengan tingkat turn

over pasien rata-rata sebanyak 2 hari per pasien, maka dapat diasumsikan bahawa

kapasitas terpasang dari ruang intermediate ward khusus bedah adalah sebesar 105

pasien per bulan, yang perhitungannya adalah sebagai berikut:

= (30 hari/2 hari) x 7 unit

= 105 pasien per bulan

Adapun data penggunaan ruang intermediate ward selama tahun 2004 dalam periode

bulanan dapat dilihat sebagai berikut:

Grafik 4.5 Data Pasien Ruangan ICU periode 2004

Berdasarkan data grafik diatas bila kita melakukan perbandingan dengan

kapasitas terpasang ruang intermediate ward yang sebesar 120 pasien per bulan,

maka didapatkan tingkat utilisasi ruang intermediate ward selama tahun 2004 sebagai

berikut:

Data Pasien Ruang ICU tahun 2004

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Bulan

Juml

ah P

asien

per B

ulan

77

Tingkat Utilisasi Ruang ICU Tahun 2004

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan

Ting

kat u

tilis

asi p

er B

ulan

Grafik 4.6 Tingkat Utilitasasi Ruangan ICU Periode 2004

Analisis atas tingkat utilitas dari ruang ICU, menunjukkan kecenderungan

tingkat utilitas berada dibawah level 100%, atau dibawah kapasitas maksimum. Hal

ini konsisten dengan tingkat utilitas dari ruang bedah yang merupakan alur masukan

dari ruang ICU. Pada bulan November didapatkan angka utilitas yang menurun

akibat rendahnya kegiatan operasi. Pada bulan Agustus tingkat utilitas melebihi

kapasitas maksimum, yang berdasarkan wawancara dengan kepala instalasi hal

tersebut diatasi dengan melakukan penggunaan ruang khusus untuk pasien dengan

luka yang cenderung menular, dan melakukan pemindahan pasien yang sudah

cenderung membaik ke ruangan intermediate ward. Sedikit perbedaan adalah pada

bulan Juli dimana tingkat utilitas yang turun drastis. Hal ini disebabkan oleh

banyaknya pasien yang seharusnya keluar pada akhir bulan Juni baru dapat keluar

pada awal bulan Juli dan banyaknya pasien yang seharusnya keluar pada akhir bulan

78

Juli baru dapat keluar pada awal bulan Agustus. Sehingga pencatatan pasien pada

ruang ICU cenderung fluktuatif pada bulan-bulan tersebut.

4.4.5 Analisis Atas Kapasitas Ruang Intermediate Ward

Kapasitas ruangan Intermediate Ward yang memiliki 16 ruangan yang terdiri

dari 8 ruangan Intermediate ward bedah dan 8 ruangan Intermediate ward non bedah.

Pemakaian kedua tipe ruangan ini cenderung lebih fleksibel berdasarkan jumlah

pasien yang memerlukan penanganan. Dengan tingkat turn over pasien rata-rata

sebanyak 2 hari per pasien, maka dapat diasumsikan bahawa kapasitas terpasang dari

ruang Intermediate Ward khusus bedah adalah sebesar 120 pasien per bulan, yang

perhitungannya adalah sebagai berikut:

= (30 hari/2 hari) x 8 unit

= 120 pasien per bulan)

Adapun data penggunaan ruang intermediate ward selama tahun 2004 dalam periode

bulanan dapat dilihat sebagai berikut:

79

Data Pasien Ruang Intermediate Ward Tahun 2004

0

50

100

150

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Bulan

Juml

ah P

asien

per B

ulan

Grafik 4.7 Data Pasien Ruangan Intermediate Ward Periode 2004

Grafik 4.8 Tingkat Utilisasi Ruangan Intermediate Ward Periode 2004

Berdasarkan data diatas dan kapasitas maksimum terpasang ruang

intermediate ward sebesar 120 pasien per bulan, didapatkan tingkat utilisasi ruang

intermediate ward selama tahun 2004 sebagai berikut:

Tingkat Utilisasi Ruang Intermediate Ward tahun 2004

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan

Tingk

lat U

tilisa

si pe

r Bula

n

80

Analisis atas tingkat utilitas dari ruang intermediate ward, menunjukkan

kecenderungan tingkat utilitas berada dibawah level 100%, atau dibawah kapasitas

maksimum. Hal ini sesuai dengan tingkat utilitas dari ruang ICU yang merupakan

alur masukan dari ruang intermediate ward. Pada bulan November didapatkan angka

utilitas yang menurun akibat rendahnya kegiatan operasi pada bulan tersebut. Pada

bulan Agustus tingkat utilitas melebihi kapasitas maksimum. Hal ini, berdasarkan

wawancara dengan kepala instalasi, diatasi dengan melakukan pengalokasian ulang

antara jumlah unit yang digunakan untuk kebutuhan bedah dengan kebutuhan non-

bedah. Sedikit perbedaan adalah pada bulan Juli dimana tingkat utilitas yang turun

drastis, hal ini dipicu oleh banyaknya pasien yang seharusnya keluar pada akhir bulan

Juni baru dapat keluar pada awal bulan Juli dan banyaknya pasien yang seharusnya

keluar pada akhir bulan Juli baru dapat keluar pada awal bulan Agustus. Sehingga

pencatatan pasien pada ruang intermediate ward cenderung fluktuatif pada bulan-

bulan tersebut.

4.4.6 Analisis atas Kapasitas Unit Terkait Kegiatan Bedah

Berdasarkan hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat

utilitas dari unit terkait kegiatan bedah dari RSJPDHK masih dibawah utilitas

maksimum sehingga masih dapat menangani pasien. Untuk memperoleh hasil yang

maksimal dari fasilitas bedah RSJPDHK, dapat dilakukan dengan melakukan proses

rekayasa terhadap proses pelayanan pasien yang membutuhkan jasa bedah.

81

4.5 Pembahasan Kapasitas

Melalui penelitian lanjutan, dimana rata-rata tingkat utilitas atas instalasi

terkait dengan kegiatan bedah yang masih berada di bawah level 100%, peneliti

berkesimpulan bahwa ruangan bedah, ruang Intermediate Ward dan ruang ICU masih

memadai untuk melayani pasien yang ada. Hanya pada bulan-bulan tertentu seperti

pada bulan Agustus dan Juli, tingkat utilitas ruangan akan mencapai tingkat kapasitas

maksimum. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pengalokasian ke instalasi lain

dengan kapasitas besar tetapi memiliki utilitas yang masih rendah. Sebagai contoh

adalah ruang Intermediate Ward dapat digunakan sebagai ruang ICU jika terjadi

penumpukan pasien di ICU. Hal ini dipandang efektif karena pada umumnya tingkat

utilitas maksimum jarang tercapai (hanya pada kisaran bulan November dan Juli) dan

tingkat pencapaiannya kurang dari 120%. Dengan melakukan pengaturan ruangan

dapat mengatasi persoalan kapasitas dan biaya yang dikeluarkankan relatif lebih kecil

karena tidak ada penambahan fasilitas.

Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perpanjangan jam

operasional dari kegiatan bedah. Melalui hal ini memungkinkan untuk diperoleh

tambahan kapasitas minimal sebanyak 1 operasi dalam satu hari.

Penelitian selanjutnya diarahkan untuk mendapatkan gambaran mengenai

proses operasional dari kegiatan bedah di RSJPDHK mulai dari pendaftaran pasien

hingga pasien masuk ke ruang rawat inap. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan

penjelasan atas tingkat utilitas RSJPDHK yang belum maksimal yang disebabkan

oleh minat calon pasien terhadap layanan yang belum seperti yang diharapkan.

82

Berdasarkan dari penelitian dan wawancara dengan manajemen RSJHK hal ini

disebabkan oleh prosedur pencatatan pada administrasi bagian bedah, yang hanya

mencatat calon pasien yang sudah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan

bedah di RSJPDHK sebagai basis data calon pasien. Sedangkan untuk calon pasien

yang tidak memenuhi persyaratan tidak dimasukkan ke dalam basis data calon pasien

di RSJPDHK. Hal ini menyebabkan rendahnya tingkat utilitas dari RSJPDHK serta

menyebabkan besar permintaan sesungguhnya dari jasa layanan rumah sakit tersebut

tidak dapat diketahui.

4.5.1 Analisa Proses Pendaftaran

Setelah melalui proses penelitian pada kegiatan pendaftaran di RSJPDHK,

ternyata peneliti menemukan prosedur pencatatan yang kurang tepat. Dimana calon

pasien yang setuju dengan jadwal operasi yang diberikan pihak RSJPDHK akan

dimasukkan ke dalam basis data calon pelanggan, sedangkan apabila pasien tidak

setuju maka tidak dimasukkan ke dalam basis data calon pelanggan. Dalam

manajemen operasi hal ini disebut sebagai fenomena “bullwhip effect” Chase (2004,

p194), yang menegaskan bahwa kesalahan pencatatan atas permintaan barang atau

jasa menyebabkan perusahaan tidak dapat memberikan layanan secara maksimal

kepada pelanggan. Hal ini berpotensi menimbulkan kekeliruan bagi pihak

manajemen dalam menentukan perencanaan kapasitas dari instalasi terkait kegiatan

bedah.

83

4.5.2 Analisa Atas Besaran Calon Pasien Potensial

Berdasarkan data pasien yang berhasil dikumpulkan melalui survei yang

dilakukan selama 4 minggu pada periode 3 Januari 2005 hingga 4 Februari 2005

terhadap calon pasien potensial yang melakukan pendaftaran, didapatkan data berupa

jumlah pasien yang melakukan pendaftaran dan diterima sebagai calon pasien

sebanyak 27 orang per minggu yang mencapai rata-rata 88,6% dari kapasitas yang

terdapat pada instalasi bedah. Bila dibandingkan dengan rata-rata utilitas ruang

operasi pada bulan Januari sebesar 74%, maka didapatkan selisihnya sebesar 26%

dari kapasitas ideal ruang bedah.

Tabel 4.5 Pola Pendaftaran Calon Pasien Bedah Periode Januari 2005 Tanggal (Januari - Februari)

3 – 7 10 – 14 17 – 21 24 – 28 31 – 4 Total Rata-rata

Jumlah pasien mendaftar 26 25 22 24 22 119 89% Jadwal tidak sesuai 2 1 2 2 0 7 5%

Masalah administrasi 1 0 3 1 0 5 4% Fasilitas tidak tersedia 0 0 0 0 0 0 0% Lain-lain 1 1 0 0 0 2 2% Jumlah gagal daftar 4 2 5 3 0 14 11% Total 30 27 27 27 22 133 100% Kapasitas ideal 30 30 30 30 30 150 100% Tingkat Utilitas Potential 100% 90% 90% 90% 73% 443% 88,6%

Sementara data hasil survei atas pola pendaftaran pasien didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.6 Perhitungan Pasien loss dan Shifting Pasien Items Januari Total

Pasien Baru 25 25 25 25 100 Slack pendaftaran 3 3 3 3 Pasien pindah jadwal 9 11 13 15 Total 31 33 35 37 Pasien terjadwal 30 30 30 30 Pasien teroperasi 18 18 18 18 Slack operasi 2 2 2 2 Pasien shifting 11 13 15 17

84

Berdasarkan data survei pendaftaran oleh calon pasien, dapat diperkirakan

jumlah rata-rata pendaftar sebanyak 25 orang. Sementara jumlah pasien gagal

(selanjutnya disebut slack) pada bagian pendaftaran dan operasi sebesar 12% (3

pasien) dan 10% (2 pasien), diperoleh pasien pindahan (pasien yang mengalami

pemindahan jadwal akibat keterbatasan fasilitas baik ruangan maupun tenaga medis,

selanjutnya disebut shifting) sejumlah 11 orang, dan terdapat kecenderungan untuk

meningkat. Pada teori manajemen operasi hal ini disebut bullwhip effect.

Berdasarkan survei pendaftaran yang dilakukan calon pasien pada periode

Januari 2005 – Februari 2005, dari calon pasien sebesar 150 orang, yang berhasil

didaftarkan sebagai pasien sebesar 97 orang atau 89%, sisanya sebesar 14 orang atau

11 % dikategorikan sebagai calon pasien gagal daftar. Oleh peneliti kategori ini

dikelompokkan sebagai pasien potensial, yang diharapkan dengan penerapan sistem

pendaftaran yang baru, dapat dijadikan sebagai pasien RSJPDHK.

4.5.3 Solusi yang Ditawarkan

Untuk mengatasi permasalahan pada bagian administrasi RSJPDHK, penulis

mengusulkan penggunaan aplikasi sistem pendaftaran yang terpadu yang dapat

membantu perusahaan untuk mendapatkan data yang lebih akurat mengenai jumlah

calon pengguna jasa kesehatan di RSJPDHK.

85

Diagram 4.3 Pendekatan Pemecahan Masalah

Setelah dilakukan analisa awal atas tingkat utilisasi dari kapasitas unit terkait

dengan kegiatan bedah, ternyata tidak ditemukan permasalahan dengan kapasitas unit

terkait. Penulis selanjutnya melakukan penelitian atas keseluruhan proses bedah yang

diawali dari proses pendaftaran hingga pasien dialihkan ke ruang rawat inap. Dari

pengamatan selanjutnya ditemukan bahwa pokok permasalahan dari rendahnya

tingkat utilitas adalah pada bagian pendaftaran. Hal ini disebabkan proses pencatatan

calon pasien, dimana calon pasien yang gagal daftar tidak dimasukkan ke dalam basis

data calon pasien, sehingga demand dari calon pasien terlihat lebih kecil. Selain itu

diketahui pula, bahwa sistem pendaftaran masih dilakukan secara manual. Hal ini

menyebabkan terjadinya proses konfirmasi yang berulang-ulang, sehingga pasien

membutuhkan waktu yang panjang untuk mendapatkan kepastian akan ketersediaan

jadwal operasi. Hal lain yang turut berpengaruh akibat masih digunakan cara manual

adalah bila terdapat perubahan jadwal, baik akibat perubahan jadwal dokter, maupun

kondisi pasien yang memburuk, maka perubahan tersebut akan mengacaukan jadwal

SistemLama

Proses komputerisasi sistem pendaftaran

Reengenering Proses pendaftaran

Simulasi sistem baru

menggunakan Process 2000

Sistem Pendaftaran

Baru

Masukan dari pihak rumah sakit, studi

literatur

Analisis Awal

proses pendaftaran

pasien bedah

86

operasi yang sudah lama terjadwal, sehingga jadwal yang telah dibuat diawal

pendaftaran dengan pasien cenderung tidak dapat diandalkan. Dan pada beberapa

pasien membatalkan/memindahkan tempat untuk rencana operasi mereka.

Dengan terdapatnya sistem pencatatan pelanggan yang terkomputerisasi,

diharapkan pengumpulan data calon pasien tidak hanya memasukkan data calon

pasien yang akan dioperasi di RSJPDHK, namun juga calon pasien potensial yang

batal beroperasi di RSJPDHK. Sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai

tingkat permintaan atas layanan bedah pada RSJPDHK. Manfaat lain yang dapat

diberikan dengan sistem yang terpadu antara instalasi terkait kegiatan bedah adalah

proses pengecekan ketersediaan ruangan bagi calon pasien akan menjadi lebih cepat,

proses pembuatan jadwal operasi yang lebih cepat dan akurat, serta memungkinkan

bagi pihak manajemen RSJPDHK untuk melihat prediksi jumlah pasien di tahun yang

akan datang agar dapat dibuat perencanaan yang baik untuk pihak manajemen. Hal

ini akan berguna bagi pelaksanaan manajemen kapasitas yang lebih baik pada

RSJPDHK.

4.5.4 Konsep dari Sistem Pendaftaran yang Baru

Konsep sistem pendaftaran baru yang diusulkan adalah dengan menerapkan

suatu sistem database yang terintegrasi dan menampung data-data dari setiap ruang

yang terkait dalam proses bedah.

87

- Registrasi- Transaksi Dokter- Transaksi Penunjang Medis- Transaksi Obat / Disposable- Transaksi Fasilitas- Billing

Invoice

RekapitulasiPendapatan per

Pasien

Pendapatan perDokter

Pendapatan PerPenunjang Medis

Pendapatan Obat

RekapitulasiJumlah Pasien

Lama / BaruRekapitulasi

Jumlah Pasienper Dokter

RekapitulasiJumlah Resep

dan R/

Master PasienMaster Tenaga

MedisMaster Ruang ICU Master Ruang IW

Keuangan Statistik

RekapitulasiJumlah Pasienper Penunjang

Master RuangBedah

Diagram 4.4 Konsep sistem pendaftaran dengan menggunakan database

Konsepnya adalah melakukan pencatatan data pasien, ketersediaan ruang yang

berhubungan dengan kegiatan bedah dan jadwal tenaga medis yang kemudian

memasukkan ke dalam suatu database. Semua pihak terkait dapat melakukan update

data secara realtime sesuai dengan kondisi terakhir. Manfaat yang diperoleh dari

database ini adalah:

1. Pembuatan jadwal bedah pasien dengan lebih cepat dan akurat.

2. Data sesuai dengan kondisi terakhir dari bagian-bagian yang berhubungan

dengan bedah sehingga jika terjadi perubahan pada satu bagian dapat

dilakukan perubahan jadwal pasien dengan cepat.

3. Database pasien dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan analisa

lebih lanjut terhadap kegiatan bedah seperti analisa peramalan kebutuhan

pasien terhadap pelayanan bedah untuk tahun mendatang, analisa terhadap

88

pengguna pelayanan bedah, analisa tingkat kepuasan pelayanan bedah dan

analisa lainnya.

4. Database dapat dihubungkan dengan bagian lain di luar bagian yang

berhubungan dengan pelayanan bedah sehingga mempercepat dan

mempermudah proses pelayanan secara keseluruhan. Sebagai contoh,

database terhubung dengan database bagian keuangan untuk keperluan

tagihan biaya pasien.

Proses urutan dari proses bedah menjadi lebih singkat dan akurat, dapat dilihat pada

proses berikut :

89

Pendaftaran

R.IW

R.Bedah

R.ICU

R.IW

R.Rawat Inap

Start Pasien emergency?

Input data Pasien & Pemeriksaan

kelengkapan data pasien

Lengkap?No Pengecekkan

Jadwal A/B/C/D

Jadwal OperasiYes

Penyimpanan data pasien

Waktu Tunggu (queuing time)

1 hari sblm operasi,

Konfirm pasien

Pasien Ok

Pengecekkan kondisi pasien

Proses OperasiBerhasil?

Proses Penyadaran

pasien

kondisi stabil syarat

terpenuhi

Proses Pemulihan

kondisi pasien

Yes

kondisi baik

Perlu Pembedahan

ulang?

No

No

Yes

Yes

Perlu masuk ICU

Proses Istirahat

No

Yes

Yes

No

Pasien Melengkapi

No

MeninggalNo

Yes

No

Siap Operasi ?

Yes

No

Pemeriksaan kondisiPasien

Siap Operasi

Yes

Proses Tunggu

Yes

No

Diagram 4.5 Usulan Urutan Proses Bedah

Dengan menggunakan bantuan software Process 2000 dapat disimulasikan

alur proses dari bagian bedah sehingga dapat dilihat hasil lama waktu yang

diperlukan oleh setiap bagian untuk melakukan transaksi. Dengan menggunakan

90

sistem komputerisasi dengan basis data dapat terlihat pengurangan lama waktu secara

total dari proses bedah dibanding saat ini yang diperkirakan memakan waktu 31,02

hari, sedangkan setelah menggunakan komputerisasi hanya diperlukan waktu 23,13

hari. Hal tersebut dapat terjadi karena dibagian pendaftaran ada beberapa proses yang

dapat dilakukan secara bersamaan dan proses penjadwalan menjadi lebih cepat dan

akurat.

Table 4.7 Tabel perbandingan waktu operasional (Lama Hari Operasional) No Deskripsi

Sistem Lama Sistem Baru 1 Total waktu 31.02 23.13 2 Bagian Pendaftaran 9.09 6.03

Beberapa proses lama yang dapat dihapuskan dengan adanya sistem baru adalah

sebagai berikut:

1). Bagian Pendaftaran

! Pengecekan ketersediaan jadwal operasi di awal pendaftaran.

! Penyusunan dan pengecekan jadwal operasi pasien ke dalam jadwal operasi

mingguan.

! Proses pendaftaran ulang pasien untuk mengkonfirmasikan jadwal operasi

yang telah diberikan kepada pasien.

! Pengecekan status ketersediaan dari jadwal (Ruang, Dokter,Tenaga medis

lainnya).

2). IW Pra bedah

Pengecekkan status ketersediaan ruangan IW pra Bedah. !

! Pembuatan jadwal status pasien per hari ruangan IW pra Bedah.

91

4.5.5. Usulan Rekomendasi Lanjutan

Penggunaan database yang terintegrasi diharapkan dapat meningkatkan

pengguna layanan bedah di masa mendatang. Hal ini perlu dipertimbangkan untuk

dilakukan perpanjangan jam operasional atau penambahan ruang yang berhubungan

dengan bedah untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Sistem ini juga memungkinkan dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk

memaksimalkan manfaat yang didapat. Peneliti mengusulkan untuk

dikembangkannya:

1. Situs internet yang tersedia sehingga, calon pasien dapat melakukan akses

untuk pemesanan jadwal, maupun untuk proses konfirmasi kepastian dari

pasien untuk masuk ke rumah sakit.

2. Terintegrasinya layanan rumah sakit harapan kita, khususnya layanan bedah

jantung, yang mengintegrasikan layanan tersebut unit rawat inap, maupun

dengan proses administrasi pasien yang hendak keluar.