Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
21
BAB IV
DATA DAN ANALISA
4.1. Umum
Bendungan Telaga Tunjung terletak di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan,
Kabupaten Tabanan. Berjarak sekitar 40 km di sebelah Barat Laut Kota Denpasar.
Secara hidrolis bendungan terletak di hilir pertemuan aliran Sungai Yeh Hoo sebagai
sungai utama dan Sungai Yeh Mawa (denah dapat dilihat pada lampiran 1).
Sungai Yeh Hoo mempunyai bentuk yang berkelok-kelok, daerah tangkapan
airnya sebesar 81,5 km2 dengan panjang sungai 9,2 km yang mempunyai daerah irigasi
seluas 2.410 ha membentang di sepanjang sungai. Topografi pada daerah genangan
relatif terjal sehingga penampang sungai relatif berbentuk huruf v sehingga volume
tampungan genangan relatif kecil bila dibandingkan dengan tinggi genangan. Terdapat
endapan sungai yang banyak berupa gravel dan boulder yang menunjukkan adanya
proses peremajaan atau pengangkatan akibat proses vulkanisme yang terjadi terus
menerus di daerah ini.
Tahap perencanaan bendungan ini dimulai pada tahun 1999 yang dibuat oleh
WRSPL Consultant (NIPPON KOEI Co. Ltd. dan asosiasinya) yang kemudian direvisi
kembali pada tahun oleh konsultan perencana PT. Tata Guna Patria Jaya pada tahun
2004 bersamaan dengan tahap pelaksanaan proyek. Alasan utama diadakan revisi desain
adalah karena kurang lengkapnya data-data investigasi geologi pada daerah bendungan.
Pelaksanaan pembangunan Bendungan Telaga Tunjung dimulai dari tahun 2003
yang akan direncanakan berlangsung selama 4 tahun yang dibagi dalam 4 tahap, yaitu:
1. Tahap I – tahun anggaran 2003 yang meliputi pelaksanaan:
a. Pembangunan sebagian Diversion Conduit
b. Pekerjaan grouting dibawah conduit
c. Jalan masuk (access road)
d. Pembangunan kantor lapangan/Base Camp
e. Relokasi saluran irigasi Meliling I
f. Pengadaan peralatan laboratorium
22
2. Tahap II – tahun anggaran 2004 yang meliputi pelaksanaan:
a. Sisa pekerjaan Diversion Conduit dan Outlet Structure
b. Pekerjaan Tower Intake sampai El. 185,50 m
c. Pekerjaan perbaikan pondasi pada tubuh bendungan dan Spillway
d. Concrete Spillway pada bangunan pelimpah samping
e. Timbunan tubuh bendungan di abutmen kiri Cofferdam hulu
3. Tahap III – tahun anggaran 2005 yang meliputi pelaksanaan:
a. Melanjutkan timbunan bendungan utama
b. Melanjutkan sisa pekerjaan Concrete Spillway secara keseluruhan
c. Fabrikasi dan pemasangan sebagian Hidromekanikal
d. Pembetonan Intake Tower sampai dengan El. 203 m
e. Penyangga dan tembok penahan Pura Merta Wangi dan Meru-meru
4. Tahap IV – tahun anggaran 2006 yang meliputi pelaksanaan:
a. Penyelesaian pekerjaan timbunan Dam
b. Penyelesaian pekerjaan Intake Tower dan Hidromekanikal
c. Pekerjan Elektrikal dan sistem kontrol
d. Pemasangan Instrumentasi Dam
e. Pekerjaan perlindungan lereng dan bangunan pelengkap Spillway
f. Normalisasi sungai hilir bendungan dan kolam olak.
4.1.1. Data Proyek Bendungan Telaga Tunjung
Waduk
Cacthment Area = 81,5 km2
Volume tampungan = 1.261.000 m3
Volume tampungan efektif = 1.000.000 m3
Volume tampungan mati (50 th) = 261.000 m3
Luas genangan waduk = 16.5 ha
Debit banjir rencana waduk (Q 1,5 PMF) = 776.08 m3/dt
Elevasi pada banjir maksimum (Q 1,5 PMF) = El. 201,51
Elevasi pada ketinggian air normal = El. 199,00
Elevasi pada ketinggian air rendah = El. 190,70
23
Tubuh Bendungan Dam
Tipe = Zonal Urugan Random dengan Inti
Tegak
Tinggi maksimum = 33,00 m
Panjang puncak = 225,40 m
Volume timbunan (termasuk cofferdam) = 246,632 m3
Free board (Q20th) = 1,49 m
Diversion
Tipe = Conduit
Panjang = 2 buah @ 3,5 × 3,5 m
[193,00 m]
Elevasi puncak cofferdam = El. 188,00
Free board (Q20th) = 0,43 m
Debit banjir rencana (Q20th) = 357,44 m3/dt
Pelimpah
Lokasi = Abutment kanan
Tipe = Pelimpah samping tanpa pintu, dengan
saluran peluncur
Kolam Olak = USBR tipe I dengan ambang hilir
Elevasi puncak pelimpah = El. 199,00
Elevasi air maksimum = El. 201,51
Lebar dan panjang pelimpah = 13,00 – 27,00 m dan 93,00 m
Lebar dan panjang peluncur = 27,00 m dan 62,85 m
Pengambilan
Tipe = Menara dengan pintu sorong baja tipe
bonnet dioperasikan dengan elektrik
dan pipa baja dengan pintu klep (Steel
Conduit + valve)
Kapasitas = 1,866 m3/dt [0,141 + 1,725]
24
4.1.2. Pekerjaan Yang Dilakukan Pada Tahap Pelaksanaan Proyek
Yang dimaksudkan disini adalah pekerjaan yang dilakukan di lapangan, yang
mana dari pekerjaan tersebut akan bersinggungan langsung dengan masyarakat pada
lokasi proyek dan jalan akses menuju proyek, sehingga ada kemungkinan terhadap
timbulnya dampak positif dan negatif.
1. Tahap Pra Konstruksi
Pada tahap ini dilakukan pekerjaan seperti:
a. Survey dan pengukuran
b. Penyampaian informasi (sosialisasi)
c. Pembebasan lahan (rencana areal Bale Subak Agung, rencana areal parkir,
rencanan pos tiket, jalan masuk, barak kerja, dan bangunan pelengkap)
2. Tahap Konstruksi
a. Kegiatan persiapan konstruksi:
Mobilisasi peralatan kerja
Pengoperasian barak kerja serta gudang penyimpan alat dan bahan
Pembersihan dan pembukaan lahan
Mobilisasi tenaga kerja
Pengambilan bahan timbunan dari quarry
b. Kegiatan pelaksanaan konstruksi
Pembangunan jalan masuk, jalan lingkungan, dan jembatan
Pembangunan areal parkir
Pembangunan Bale Subak Agung, Bale Kulkul, Kantor Pengelola, Open
Stage, serta bangunan pelengkapnya
Pembangunan dermaga
Pembangunan diorama subak dan museum pengairan nusantara
Pembangunan prasarana lingkungan (drainase, air bersih, listrik, telepon,
dan pembuangan limbah)
Pembangunan gerbang masuk dan ticketing
Pembangunan portal
Pembangunan sumber daya manusia (penyuluhan dan pelatihan kepada
masyarakat)
3. Tahap Pasca Konstruksi
25
a. Pada tahap ini dilakukan pekerjaan seperti:
b. Pemasaran kawasan pengembangan bendungan sebagai obyek wisata
c. Penyediaan moda transportasi (darat dan air)
d. Pengisian diorama subak dan museum
e. Pemeliharaan daerah terbuka hijau dan sempadan sungai serta daerah sekitar
mata air
f. Pemeliharaan fasilitas utama dan penunjang di kawasan (bangunan di areal
Bale Subak Agung, parkir, dan peruntukan lainnya).
g. Pemeliharaan daya tarik wisata pada kawasan pengembangan.
4.2. Tujuan Pembangunan Bendungan
Pembangunan Bendungan Telaga Tunjung memiliki tujuan utama, yaitu untuk:
a. Irigasi
Sebelum bendungan beroperasi dengan optimal, terdapat areal persawahan yang
berada pada Daerah Irigasi (DI) Meliling, Gadungan, dan Sungsang, dengan luas
total 2.410 ha yang tidak dapat menghasilkan padi dan palawija dengan maksimal.
b. Air bersih
Air dari bendungan ini nantinya juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan air bersih untuk rumah tangga di Kecamatan Selemadeg yang
mencakup 6 desa, Kecamatan Kerambitan yang mencakup 2 desa, dan Kecamatan
Tabanan untuk 1 desa. Debit air yang diperlukan untuk kebutuhan air bersih sebesar
46 lt/dt. Selain untuk rumah tangga, air bersih ini juga untuk digunakan pada
Kawasan Pariwisata Soka dengan kebutuhan air sebesar 50 lt/dt dan di Desa
Berembeng sebesar 24 lt/dt.
Dari tujuan utama pembangunan Bendungan Telaga Tunjung, terdapat potensi-
potensi yang akhirnya direncanakan dikembangkan kearah pariwisata. Konsep
pariwisata yang akan dikembangkan pada Kawasan Bendungan Telaga Tunjung adalah
wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus.
Potensi wisata yang akan dijadikan daya tarik wisatawan pada rencana
pengembangan Kawasan Bendungan Telaga Tunjung, yaitu:
a. Wisata Tirta
26
Ditinjau dari rencana pengembangan sekitar Bendungan Telaga Tunjung, kawasan
ini memiliki areal genangan yang mempunyai potensi bagi perkembangan kegiatan
wisata tirta dengan jenis kegiatan wisata seperti memancing, kano, dan lain-lain di
sekitar areal genangan.
b. Wisata Alam
Dengan daya tarik wisata alam persawahan dan alam pedesaan berjenis kegiatan
seperti: hiking, tracking, camping, bersepeda, berkuda, yang disertai juga
mengamati pemandangan alam. Ditinjau dari topografinya, kawasan ini memiliki
lahan yang berbukit-bukit dengan kemiringan 3-35 % sehingga sangat potensial
untuk wisata berkuda dan bersepeda. Keberadaan areal tegalan dengan suasana
masih alami memiliki potensi untuk pengembangan kegiatan camping/perkemahan
sebagai atraksi wisata alam. Dominasi penggunaan lahan di kawasan pengembangan
adalah sawah bertanah datar dan di beberapa tempat sawah berterasering sehingga
terbentuk panorama yang indah. Hal ini tentu merupakan potensi bagi
berkembangnya atraksi look out yakni menikmati keindahan alam.
c. Wisata Budaya
Dengan daya tarik berupa aktivitas keagamaan di pura, kesenian, dan sosial budaya
masyarakat.
d. Agrowisata
Pengembangan kawasan Bendungan Telaga Tunjung yang agraris terutama untuk
kegiatan pertanian lahan basah tentunya sangat berpeluang untuk mengembangkan
agrowisata aktif. Secara visual hamparan persawahan yang berterasering tergolong
indah dan layak untuk dinikmati secara pasif. Namun demikian dapat pula
ditawarkan berwisata agro secara aktif, dalam artian ikut serta dalam aktivitas sawah
secara tradisional, seperti: membajak, menanam atau panen, dan prosesi upacara
keagamaan/budaya yang dilaksanakan.
e. Pameran etnograf alat-alat pertanian tradisional dan perabot rumah tangga
tradisional.
Denah rencana pengembangan wisata Bendungan Telaga Tunjung dapat dilihat
pada lampiran 1.
27
4.3. Identifikasi dan Perhitungan Manfaat
Sebelum menghitung manfaat dari pembangunan Bendungan Telaga Tunjung,
dilakukan identifikasi dan penggolongan manfaat menjadi 2 yaitu tangible dan
intangible. Manfaat tangible yaitu manfaat yang dapat dinilai dalam bentuk uang dan
manfaat intangible yaitu manfaat yang tidak dapat dinilai dalam bentuk uang.
4.3.1. Identifikasi Manfaat
Menurut Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi Bali selaku
pemilik Proyek Bendungan Telaga Tunjung, pembangunan bendungan ini memiliki
tujuan dan manfaat pokok, yaitu:
a. Memenuhi kebutuhan air irigasi untuk sawah seluas 2.410 ha pada Daerah Irigasi
Meliling, Gadungan, dan Sungsang.
b. Memenuhi kebutuhan air bersih di Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Kerambitan,
Kecamatan Tabanan, dan sekitarnya dengan jumlah debit air 120 lt/dt
Selain dari tujuan pokok yang telah disebutkan diatas, Bendungan Telaga
Tunjung juga dikembangkan menjadi obyek wisata sesuai yang tertera pada sub bab 4.2
diatas.
Dari pembangunan Bendungan Telaga Tunjung akan diperoleh manfaat yang
dapat dinilai dalam bentuk uang (tangible), yang kemudian akan diproses menggunakan
Metode Benefit Cost Ratio untuk mendapatkan rasio manfaat terhadap biaya, dan juga
manfaat yang tidak dapat dinilai dalam bentuk uang (intangible). Berikut ini adalah
identifikasi dari manfaat pembangunan Bendungan Telaga Tunjung.
a. Manfaat tangible, yaitu berupa peningkatan hasil pertanian karena terpenuhinya
irigasi lahan seluas 2.410 ha.
b. Manfaat intangible, yaitu:
1. Merangsang pembangunan di perdesaan dan mendorong pertumbuhan sektor-
sektor lain. Dengan dibangunnya Bendungan Telaga Tunjung maka akan
dibangun juga fasilitas-fasilitas pendukung sebagai dampak pengembangan ke
arah pariwisata yang akan memacu pertumbuhan ekonomi desa dan tidak hanya
pada sektor pertanian saja tetapi juga akan mengembangkan sektor lain seperti
industri. Industri yang akan berkembang di daerah sekitar bendungan adalah
seperti industri kerajinan dan barang-barang kesenian.
28
2. Menggali potensi-potensi daerah.
Dengan semakin meningkatnya perekonomian, akan dibarengi peningkatan-
peningkatan kreatifitas terpendam masyarakat untuk menghasilkan sesuatu
berupa barang ataupun jasa.
3. Meredam alih fungsi lahan (konservasi lahan).
Alih fungsi lahan pertanian di Tabanan rata-rata yang terjadi pada tahun 1995-
2005 adalah sebesar 143 ha per tahun. Diharapkan setelah bendungan
beroperasi, pemilik lahan tetap menggunakan lahannya sebagai lahan pertanian.
4. Antisipasi terhadap kejenuhan obyek wisata lain dan membuka pangsa pasar.
Pengembangan pariwisata Bendungan Telaga Tunjung akan menambah daftar
obyek wisata yang ada di Tabanan sehingga memberi tambahan alternatif yang
tidak sama dengan yang sudah ada bagi wisatawan yang akan berwisata. Hal ini
juga akan menarik wisatawan yang tertarik pada hal-hal khusus yang terdapat
pada obyek wisata ini.
5. Menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap daerahnya dengan adanya daya tarik
obyek wisata yang mendatangkan wisatawan ke daerah tersebut.
6. Menumbuhkan kreativitas masyarakat dalam berkesenian, berbudaya, dan
beragama sehingga adat dan tradisi tetap lestari. Salah satu sajian untuk
wisatawan di obyek wisata Bendungan Telaga Tunjung adalah wisata budaya
yang menyajikan tontonan berupa tarian, gamelan, upacara dari awal menanam
padi sampai panen, dan lain-lain.
7. Menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga urbanisasi berkurang.
Dengan meningkatnya perekonomian perdesaan, berbagai usaha akan tumbuh
berkembang dan menarik pekerja sehingga tidak perlu lagi mencari pekerjaan
ke kota.
8. Meningkatnya nilai produksi pertanian.
Meningkatnya nilai produksi pertanian di sekitar bendungan disebabkan petani
tidak perlu lagi menjual hasil panennya ke kota atau daerah lain. Hasil
pertanian akan langsung digunakan di daerah itu untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi wisatawan yang mengunjungi obyek wisata.
9. Terpenuhinya kebutuhan akan air bersih.
29
Dengan lancarnya pasokan air sampai kedaerah-daerah, masyarakat akan bisa
menggunakan air bersih sehingga kesehatan masyarakat lebih terjamin.
4.3.2. Perhitungan Manfaat
Pembangunan Bendungan Telaga Tunjung ini dimaksudkan untuk mengatasi
masalah kekurangan air irigasi areal persawahan yang meliputi Daerah Irigasi
Gadungan, Meliling, dan Sungsang dengan luas total lahan persawahan 2.410 ha.
Sehingga akan didapatkan peningkatan hasil pertanian dengan semakin optimalnya luas
panen yaitu luas panen yang mencapai 100% dari luas tanam pada sawah-sawah yang
air irigasinya berasal dari Bendungan Telaga Tunjung walaupun pada musim kemarau.
Selain itu diharapkan terdapat peningkatan pola tanam pada lahan yang pada awalnya
hanya bisa panen padi sekali setahun pada kondisi sebelum bendungan dibangun
menjadi dua kali setahun setelah bendungan beroperasi.
Daerah Irigasi Gadungan terletak di Kecamatan Selemadeg Timur, sedangkan
Daerah Irigasi Meliling dan Sungsang berada di Kecamatan Kerambitan. Satu daerah
irigasi terdiri dari subak-subak. Subak adalah organisasi sosial kemasyarakatan di Bali
yang bergerak dalam bidang pengelolaan air irigasi yang beranggotakan para petani
penggarap.
Daerah Irigasi Gadungan terdiri dari:
11. Subak Babakan Betenan
12. Subak Babakan Babuanan
13. Subak Penarukan
14. Subak Tasakan Punjuan
15. Subak Pande
16. Subak Gede Mambang
17. Subak Mungkling
18. Subak Babakan Anyar
19. Subak Gadungan Delod
Desa
1. Subak Aseman II
2. Subak Aseman III
3. Subak Aseman IV
4. Subak Aseman V
5. Subak Aseman VI
6. Subak Lanyah Delod Jalan
7. Subak Gebang Gading
8. Subak Pupuan Luah
9. Subak Nyampuan
10. Subak Bale Agung Kelod
30
Daerah Irigasi Meliling terdiri dari:
1. Subak Meliling
2. Subak Timpag
3. Subak Buluh
Daerah Irigasi Sungsang terdiri dari:
1. Subak Sungsang
2. Subak Belumbang
Untuk menghitung manfaat dari hasil pertanian setelah bendungan beroperasi,
akan dicari selisih antara pendapatan dari panen dengan anggapan kondisi ada
bendungan (beroperasi) dan tidak ada bendungan. Pertama-tama akan dicari target luas
panen dengan pedoman pola tanam dan diharapkan terdapat peningkatan pola tanam
untuk lahan yang panen padi sekali setahun menjadi dua kali setahun. Target luas panen
yang diharapkan ini akan mewakili kondisi pada saat bendungan telah beroperasi dan
data luas panen aktual yang didapatkan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Tabanan akan mewakili kondisi tidak dibangunnya bendungan. Selisih
tersebut dikalikan dengan produktifitas lahan dan faktor koreksi luas sehingga
didapatkan produksi hasil pertanian pada lahan tersebut. Hasil produksi kemudian
dikalikan dengan harga dan dilakukan ekivalensi ke tahun yang ditijau sehingga
didapatkan nilai manfaat dari hasil pertanian.
4.3.2.1. Pertambahan Produksi Pertanian
Untuk mengitung pertambahan produksi pertanian setelah bendungan beroperasi
(2008), terlebih dahulu ditentukan target pertambahan hasil panen yang diharapkan dari
data pola tanam per kecamatan di Kabupaten Tabanan dengan cara menjumlahkannya
berdasarkan jenis tanaman yang ditanam pada lahan yang menggunakan air irigasi dari
Bendungan telaga Tunjung yaitu padi, jagung (syr), dan kedelai (plw). Data pola tanam
untuk lahan di Kecamatan Selemadeg Timur dan Kerambitan yang air irigasinya berasal
dari Bendungan Telaga Tunjung dapat dilihat pada tabel 4.1. Dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa Subak Aseman III dalam satu tahun terdapat 16 ha sawah panen padi
sebanyak 3 kali, 85 ha sawah panen padi sebanyak 2 kali, 3 ha sawah panen padi dan
31
palawija sekali, 2 ha sawah panen padi dan sayur sekali, dan 21 ha panen padi sekali
setahun. Berarti dalam setahun terdapat panen padi yang diharapkan berhasil sejumlah
245 ha. Karena diasumsikan bahwa sawah yang panen padi sekali setahun sebelum
bendungan beroperasi menjadi 2 kali setahun sedangkan untuk panen jagung dan
kedelai dianggap tetap, maka target luas panen yang diharapkan berhasil seluas 272 ha.
Dengan diketahuinya luas panen, dapat dicari pertambahan hasil produksi dari lahan
pertanian tersebut.
Untuk mendapatkan pertambahan jumlah produksi yang diharapkan, dilakukan
dengan mencari selisih produksi sebelum dan setelah bendungan beroperasi. Produksi
dicari dengan mengalikan luas panen dengan produktifitas rata-rata selama tahun 1995-
2005 (tabel 4.2) dan dikalikan dengan faktor koreksi luas panen karena pematang sawah
sebesar 0,9611. Data produktifitas untuk Kecamatan Selemadeg Timur tersebut diambil
dari data produktifitas Kecamatan Selemadeg untuk tahun 1995-2003 dan untuk data
tahun 2004-2005 digunakan data dari Kecamatan Selemadeg Timur karena dilakukan
pemekaran kecamatan. Produksi padi (tabel 4.3), jagung (tabel 4.4), dan kedelai (tabel
4.5) diasumsikan tetap setiap tahun.
Tabel 4.1
Data pola tanam subak per kecamatan yang air irigasinya berasal dari Bendungan
Telaga Tunjung.
KECAMATAN SELEMADEG TIMUR
P O L A T A N A M
NO SUBAK / TEMPEK
Luas Baku 2005 (ha)
3 X Padi (ha)
2 x Padi 1 x Plw (ha)
2 x Padi 1 x Syr (ha)
2 x Padi (ha)
1 x Padi 1 x Plw (ha)
1 x Padi 1 x Syr (ha)
1 x Padi (ha)
1 x Plw/Syr
(ha)
1 Aseman III 128 16 -
-
85
3
2
21 -
2 Aseman IV 110 -
-
-
73
- -
37 -
3 Lanyah Delod Jalan 222 6
55
9
152
- - - -
4 Aseman V 125 -
-
-
102
- -
23 -
5 Aseman V I 160 -
11
7
131
-
11 - -
6 Gebang Gading 130 -
-
-
94
- -
36 -
7 Pupuan Luah 83 -
-
-
33
- -
50 -
8 Nyampuan 21 -
-
-
-
- -
21 -
32
Lanjutan: Data pola tanam subak per kecamatan yang air irigasinya berasal dari
Bendungan Telaga Tunjung.
P O L A T A N A M
NO SUBAK / TEMPEK
Luas Baku 2005 (ha)
3 X Padi (ha)
2 x Padi 1 x Plw (ha)
2 x Padi 1 x Syr (ha)
2 x Padi (ha)
1 x Padi 1 x Plw (ha)
1 x Padi 1 x Syr (ha)
1 x Padi (ha)
1 x Plw/Syr
(ha)
9 Bantas Bale Agung Kelod 109 6
-
10
92
-
-
1 -
10 Babakan Betenan 13 -
-
-
13
- - - -
11 Babakan Babuanan 21 -
- -
11
-
-
10 -
12 Penarukan 77 -
-
-
77
- - - -
13 Tasakan Punjuan 7 -
-
-
7
- - - -
14 Pande 7 -
-
-
7
- - - -
15 Gede Mambang 75 -
-
-
59
- -
16 -
16 Mungkling 6 6
-
-
-
- - - -
17 Babakan Anyar 42 -
-
-
32
- -
10 -
18 Gadungan Delod Desa 74 -
-
-
-
28 -
41 -
19 Aseman II 80 -
-
-
54
- -
9 -
Total Kecamatan
1.490 34
66
26
1.022
31
13
275 -
KECAMATAN KERAMBITAN
P O L A T A N A M
NO SUBAK / TEMPEK
Luas Baku 2005 (ha)
3 X Padi (ha)
2 x Padi 1 x Plw (ha)
2 x Padi 1 x Syr (ha)
2 x Padi (ha)
1 x Padi 1 x Plw (ha)
1 x Padi 1 x Syr (ha)
1 x Padi (ha)
1 x Plw/Syr
(ha)
1 Timpag 158 - 27
-
128
3
- - -
2 Meliling 290 - -
-
271
-
-
15 4
3 Buluh 90 5 -
-
85
-
- - -
4 Belumbang 174 - 18
1
141
-
14 - -
5 Sungsang 226 - -
-
60
115
16
35 -
Total Kecamatan 938 5
45
1
685
118
30
50 4
Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kab. Tabanan
33
Tabel 4.2
Rata-rata produktifitas tanaman pertanian selama tahun 1995-2005.
PADI JAGUNG KEDELAI
TAHUN SELEMADEG TIMUR (kw/ha)
KERAMBITAN (kw/ha)
SELEMADEG TIMUR (kw/ha)
KERAMBITAN (kw/ha)
SELEMADEG TIMUR (kw/ha)
KERAMBITAN (kw/ha)
1995 50,04 46,37 17,50 17,96 8,48 8,75
1996 54,98 50,04 25,00 24,75 15,00 11,00
1997 55,96 48,61 24,58 26,05 7,50 10,00
1998 55,23 56,74 21,84 22,70 10,00 10,38
1999 54,75 44,30 38,26 38,28 10,37 9,52
2000 56,97 40,88 25,43 25,03 13,07 11,88
2001 51,47 53,48 34,57 33,53 12,05 13,69
2002 53,04 53,51 48,71 39,42 9,00 9,38
2003 50,46 58,71 40,65 37,53 10,00 10,43
2004 52,95 64,05 40,97 88,74 10,46 13,12
2005 56,05 62,44 47,50 58,12 10,56 16,01
RATA-RATA
53,81 52,65 33,18 37,46 10,59 11,29
Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kab. Tabanan
Tabel 4.3
Pertambahan produksi padi per tahun.
KECAMATAN SELEMADEG TIMUR
NO. SUBAK KONDISI
BENDUNGAN DIBANGUN (ton)
KONDISI BENDUNGAN TIDAK
DIBANGUN (ton)
SELISIH PRODUKSI
(ton)
1 Aseman III 1.406,70 879,19 527,51 2 Aseman IV 1.137,77 749,89 387,88 3 Lanyah Delod Jalan 2.327,26 1.882,49 444,76 4 Aseman V 1.292,92 646,46 646,46 5 Aseman V I 1.654,94 1.303,26 351,67 6 Gebang Gading 1.344,64 827,47 517,17 7 Pupuan Luah 858,50 429,25 429,25 8 Nyampuan 217,21 129,29 87,92 9 Bantas Bale Agung Kelod 1.158,46 1.086,05 72,40
10 Babakan Betenan 134,46 134,46 0,00 11 Babakan Babuanan 217,21 217,21 0,00 12 Penarukan 796,44 796,44 0,00 13 Tasakan Punjuan 72,40 72,40 0,00 14 Pande 72,40 56,89 15,52 15 Gede Mambang 775,75 775,75 0,00
34
Lanjutan: Pertambahan produksi padi per tahun.
NO. SUBAK KONDISI
BENDUNGAN DIBANGUN (ton)
KONDISI BENDUNGAN TIDAK
DIBANGUN (ton)
SELISIH PRODUKSI
(ton)
16 Mungkling 93,09 62,06 31,03 17 Babakan Anyar 434,42 434,42 0,00 18 Gadungan Delod Desa 765,41 729,21 36,20
19 Aseman II 827,47 424,08 403,39
TOTAL 15.587,44 11.636,28 3.951,16
KECAMATAN KERAMBITAN
NO. SUBAK KONDISI
BENDUNGAN DIBANGUN (ton)
KONDISI BENDUNGAN TIDAK
DIBANGUN (ton)
SELISIH PRODUKSI
(ton)
1 Timpag 1.599,02 1.599,02 0,00 2 Meliling 2.894,43 2.186,00 708,43 3 Buluh 936,14 910,83 25,30 4 Belumbang 1.760,95 1.760,95 0,00
5 Sungsang 2.287,21 2.196,12 91,08
TOTAL 9.477,74 8.652,93 824,81
Sumber: perhitungan.
Tabel 4.4
Pertambahan produksi jagung per tahun.
KECAMATAN SELEMADEG TIMUR
NO. SUBAK KONDISI
BENDUNGAN DIBANGUN (ton)
KONDISI BENDUNGAN TIDAK
DIBANGUN (ton)
SELISIH PRODUKSI
(ton)
1 Aseman III 6,38 3,19 3,19 2 Lanyah Delod Jalan 28,70 3,19 25,51 3 Aseman V I 57,40 0,00 57,40
4 Bantas Bale Agung Kelod 31,89 25,51 6,38
TOTAL 124,37 31,89 92,48
KECAMATAN KERAMBITAN
NO. SUBAK KONDISI
BENDUNGAN DIBANGUN (ton)
KONDISI BENDUNGAN TIDAK
DIBANGUN (ton)
SELISIH PRODUKSI
(ton)
1 Meliling 7,20 0,00 7,20 2 Belumbang 54,00 36,00 18,00
3 Sungsang 57,60 0,00 57,60
TOTAL 118,81 36,00 82,81
Sumber: perhitungan.
35
Tabel 4.5
Pertambahan produksi kedelai per tahun.
KECAMATAN SELEMADEG TIMUR
NO. SUBAK KONDISI
BENDUNGAN DIBANGUN (ton)
KONDISI BENDUNGAN TIDAK
DIBANGUN (ton)
SELISIH PRODUKSI
(ton)
1 Aseman III 3,05 1,02 2,04 2 Lanyah Delod Jalan 55,98 0,00 55,98 3 Aseman V I 11,20 0,00 11,20
4 Gadungan Delod Desa 28,50 0,00 28,50
TOTAL 98,73 1,02 97,71
KECAMATAN KERAMBITAN
NO. SUBAK KONDISI
BENDUNGAN DIBANGUN (ton)
KONDISI BENDUNGAN TIDAK
DIBANGUN (ton)
SELISIH PRODUKSI
(ton)
1 Timpag 30,53 2,04 28,50 2 Meliling 2,04 2,04 0,00 3 Belumbang 18,32 2,04 16,28
4 Sungsang 117,05 0,00 117,05
TOTAL 167,94 6,11 161,83
Sumber: perhitungan.
4.3.2.2. Prediksi nilai panen
Berdasarkan data harga di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Tabanan, awal tahun 2006 harga gabah kering panen rata-rata di Kabupaten Tabanan
adalah Rp. 1.750 per kilogram, jagung Rp. 2.100 per kilogram, dan kedelai Rp. 3.850
per kilogram. Diasumsikan terjadi peningkatan harga rata-rata sebesar Rp. 200 per
kilogram setiap tahun. Nilai uang dari peningkatan hasil panen setelah bendungan
beroperasi (2008) dicari dengan mengalikan harga dengan jumlah produksi masing-
masing komoditas pertanian per tahun, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.6.
4.3.2.3. Ekivalensi nilai panen
Dilakukan terhadap jumlah total nilai manfaat dari peningkatan produksi panen
padi, jagung, dan kedelai, untuk mendapatkan nilai present (P) yang akan digunakan
pada perhitungan Benefit Cost Ratio. Dalam melakukan ekivalensi, digunakan tolak
ukur waktu tahun 2003 dengan asumsi nilai bunga sebesar 5%.
Perumusan dalam menghitung nilai present:
36
P = F × (1 + i)-n
Dimana:
P = nilai present pada tahun yang ditinjau
F = nilai future pada tahun yang ditinjau
i = nilai bunga
n = selisih tahun tolak ukur dengan tahun yang ditinjau
Untuk lebih lengkapnya, hasil perhitungan nilai present (P) dari parameter manfaat
dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.6
Nilai produksi dari hasil panen padi, jagung, dan kedelai.
PADI JAGUNG KEDELAI
TAHUN KE-
TAHUN PREDIKSI HARGA (Rp./kg)
NILAI PANEN (Rp.)
PREDIKSI HARGA (Rp./kg)
NILAI PANEN (Rp.)
PREDIKSI HARGA (Rp./kg)
NILAI PANEN (Rp.)
- 2006 1.750 - 2.100 - 3.850 -
- 2007 1.950 - 2.300 - 4.050 -
1 2008 2.150 10.268.344.201 2.500 438.213.545 4.175 1.083.580.542
2 2009 2.350 11.223.539.010 2.700 473.270.629 4.300 1.116.023.073
3 2010 2.550 12.178.733.820 2.900 508.327.712 4.425 1.148.465.604
4 2011 2.750 13.133.928.629 3.100 543.384.796 4.550 1.180.908.135
5 2012 2.950 14.089.123.438 3.300 578.441.879 4.675 1.213.350.666
6 2013 3.150 15.044.318.248 3.500 613.498.963 4.800 1.245.793.198
7 2014 3.350 15.999.513.057 3.700 648.556.047 4.925 1.278.235.729
8 2015 3.550 16.954.707.866 3.900 683.613.130 5.050 1.310.678.260
9 2016 3.750 17.909.902.676 4.100 718.670.214 5.175 1.343.120.791
10 2017 3.950 18.865.097.485 4.300 753.727.297 5.300 1.375.563.322
11 2018 4.150 19.820.292.295 4.500 788.784.381 5.425 1.408.005.854
12 2019 4.350 20.775.487.104 4.700 823.841.465 5.550 1.440.448.385
13 2020 4.550 21.730.681.913 4.900 858.898.548 5.675 1.472.890.916
14 2021 4.750 22.685.876.723 5.100 893.955.632 5.800 1.505.333.447
15 2022 4.950 23.641.071.532 5.300 929.012.715 5.925 1.537.775.978
16 2023 5.150 24.596.266.342 5.500 964.069.799 6.050 1.570.218.509
17 2024 5.350 25.551.461.151 5.700 999.126.883 6.175 1.602.661.041
18 2025 5.550 26.506.655.960 5.900 1.034.183.966 6.300 1.635.103.572
19 2026 5.750 27.461.850.770 6.100 1.069.241.050 6.425 1.667.546.103
20 2027 5.950 28.417.045.579 6.300 1.104.298.133 6.550 1.699.988.634
37
Lanjutan: Nilai produksi dari hasil panen padi, jagung, dan kedelai.
PADI JAGUNG KEDELAI
TAHUN KE-
TAHUN PREDIKSI HARGA (Rp./kg)
NILAI PANEN (Rp.)
PREDIKSI HARGA (Rp./kg)
NILAI PANEN (Rp.)
PREDIKSI HARGA (Rp./kg)
NILAI PANEN (Rp.)
21 2028 6.150 29.372.240.388 6.500 1.139.355.217 6.675 1.732.431.165
22 2029 6.350 30.327.435.198 6.700 1.174.412.301 6.800 1.764.873.697
23 2030 6.550 31.282.630.007 6.900 1.209.469.384 6.925 1.797.316.228
24 2031 6.750 32.237.824.817 7.100 1.244.526.468 7.050 1.829.758.759
25 2032 6.950 33.193.019.626 7.300 1.279.583.551 7.175 1.862.201.290
Sumber: perhitungan.
Tabel 4.7
Nilai present manfaat hasil panen padi, jagung, dan kedelai.
TAHUN KE-
TAHUN n (1+i)-n NILAI PANEN TOTAL (Rp.)
NILAI PRESENT (P) (Rp.)
1 2008 5 0,783526 11.790.138.287 9.237.881.855 2 2009 6 0,746215 12.812.832.712 9.561.133.044 3 2010 7 0,710681 13.835.527.136 9.832.650.828 4 2011 8 0,676839 14.858.221.560 10.056.629.202 5 2012 9 0,644609 15.880.915.984 10.236.980.041 6 2013 10 0,613913 16.903.610.408 10.377.350.462 7 2014 11 0,584679 17.926.304.833 10.481.139.165 8 2015 12 0,556837 18.948.999.257 10.551.511.823 9 2016 13 0,530321 19.971.693.681 10.591.415.567 10 2017 14 0,505068 20.994.388.105 10.603.592.625 11 2018 15 0,481017 22.017.082.529 10.590.593.147 12 2019 16 0,458112 23.039.776.953 10.554.787.286 13 2020 17 0,436297 24.062.471.378 10.498.376.558 14 2021 18 0,415521 25.085.165.802 10.423.404.521 15 2022 19 0,395734 26.107.860.226 10.331.766.836 16 2023 20 0,376889 27.130.554.650 10.225.220.712 17 2024 21 0,358942 28.153.249.074 10.105.393.795 18 2025 22 0,34185 29.175.943.498 9.973.792.524 19 2026 23 0,325571 30.198.637.923 9.831.809.982 20 2027 24 0,310068 31.221.332.347 9.680.733.277 21 2028 25 0,295303 32.244.026.771 9.521.750.476 22 2029 26 0,281241 33.266.721.195 9.355.957.118 23 2030 27 0,267848 34.289.415.619 9.184.362.333 24 2031 28 0,255094 35.312.110.043 9.007.894.586 25 2032 29 0,242946 36.334.804.468 8.827.407.073
Total 249.643.534.836
Sumber: perhitungan.
38
Dari perhitungan manfaat di atas, didapat nilai present total sebesar Rp.
249.643.534.836,-
4.4. Identifikasi dan Perhitungan Kerugian
Sama seperti manfaat, kerugian yang ditimbulkan dari pembangunan Bendungan
Telaga Tunjung diidentifikasi dan digolongkan menjadi 2 yaitu kerugian tangible dan
intangible.
4.4.1. Identifikasi Kerugian
Dengan dibangunnya Bendungan Telaga Tunjung, disamping didapatkan
manfaat juga akan ditimbulkan kerugian. Kerugian-kerugian ini diidentifikasi sebagai
berikut:
a. Kerugian tangible dari pembangunan Bendungan Telaga Tunjung, yaitu:
1. Perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lokasi pengambilan
bahan-bahan urugan bendungan.
2. Terganggunya irigasi lahan pertanian pada Daerah Irigasi Meliling pada masa
konstruksi bendungan akibat dari pembongkaran intake yang tepat berada di
bagian hulu tubuh bendung.
b. Kerugian intangible dari pembangunan Bendungan Telaga Tunjung dan
pengembangan pariwisata, yaitu:
1. Hilangnya daerah rekreasi masyarakat di sungai karena telah dibangun
bendungan.
2. Endapan tanah subur yang terbawa arus sungai tertahan pada bendungan
sehingga tanah pada bagian hilir tidak mendapatkan tanah subur yang baik
digunakan untuk pertanian.
3. Meningkatnya polusi udara, air, dan suara, pada lokasi proyek (pada tahap
konstruksi).
4. Kompetisi pemanfaatan lahan.
Setelah bendungan serta pengembangan pariwisata beroperasi, maka akan
banyak masyarakat yang membangun usaha seperti art shop, mini market, dan
lain-lain, disekitar obyek wisata. Sehingga lahan pertanian di sekitar bendungan
akan berkurang sedikit demi sedikit.
39
5. Perubahan mata pencaharian penduduk.
Dengan mulai berkembangnya pariwisata pada kawasan bendungan, maka
masyarakat yang awalnya hidup sebagai petani sedikit demi sedikit beralih
profesi dan menekuni pekerjaan di bidang pariwisata karena menjanjikan
penghasilan yang lebih besar.
6. Bertambahnya orang-orang pendatang.
Perkembangan perekonomian suatu daerah juga akan diikuti dengan
bertambahnya orang-orang yang mencari pekerjaan dimana tidak semua pencari
kerja tersebut memiliki keahlian yang diperlukan.
4.4.2. Perhitungan Kerugian
Dalam melakukan perhitungan Benefit Cost Ratio, kerugian tangible yang
ditinjau untuk mendapatkan nilai kerugian adalah dari perubahan fungsi lahan
persawahan pada lokasi borrow area (tempat pengambilan material) di bagian barat
tubuh bendung seluas 3 ha yang berada pada area Subak Caguh di Kecamatan
Kerambitan. Untuk lahan lain yang dibebaskan untuk daerah genangan bendungan tidak
dimasukkan dalam perhitungan karena lahannya berupa tebing-tebing sungai yang tidak
produktif dan pemilik terdahulu tidak mengusahakan lahan tersebut (gambar dapat
dilihat pada lampiran). Selain itu kerugian juga ditimbulkan dari penurunan produksi
padi di Daerah Irigasi Meliling seluas 180 ha karena terkena dampak proses konstruksi
bendungan, yang diperhitungkan mulai tahun 2003 sampai 2007.
4.4.2.1. Perhitungan kerugian dari perubahan fungsi lahan
Seperti yang telah tertulis diatas, terdapat lahan persawahan seluas 3 ha yang
beralih fungsi, karena digunakan sebagai tempat pengambilan bahan urugan tubuh
bendung. Pada area tersebut hanya terdapat tanaman padi dan diasumsikan panen 2 kali
setahun.
Untuk mencari kerugian produksi padi pada lahan tersebut, dilakukan dengan
cara yang sama dengan perhitungan manfaat yaitu dengan mengalikan luas lahan yang
beralih fungsi, produktifitas rata-rata, jumlah panen dalam setahun, dan faktor koreksi
luas. Data produktifitas dapat dilihat pada tabel 4.2 pada Perhitungan Manfaat.
40
Sehingga didapatkan jumlah produksi padi per tahun pada area yang beralih fungsi
sebesar 31,36 ton. Produksi gabah diasumsikan tetap setiap tahun.
Kemudian dicari nilai kerugian dengan cara mengalikan produksi padi per tahun
dengan harga gabah. Harga gabah yang digunakan adalah harga gabah kering panen
(belum siap digiling). Untuk harga gabah tahun 2003-2005 digunakan harga gabah yang
didapat dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Tabanan. Prediksi harga
gabah tahun 2006-2032 mengikuti prediksi harga gabah pada Perhitungan Manfaat,
tabel 4.6.
Ekivalensi terhadap nilai kerugian dilakukan dengan menggunakan tolak ukur
tahun 2003 dengan asumsi nilai bunga 5%. Perumusan yang digunakan adalah sama
dengan perumusan pada perhitungan manfaat. Hasil dari perhitungan ekivalensi
kerugian dari lahan yang beralih fungsi dapat dilihat pada tabel 5.17.
Tabel 4.8
Kerugian akibat perubahan fungsi lahan.
TAHUN KE-
TAHUN ASUMSI HARGA GABAH PER Kg
(Rp.)
NILAI KERUGIAN PER
TAHUN (Rp.)
NILAI PRESENT (P) KERUGIAN
(Rp.)
1 2003 1.225 38.416.000 38.416.000 2 2004 1.350 42.336.000 40.320.000 3 2005 1.650 51.744.000 46.933.333 4 2006 1.750 54.880.000 47.407.407 5 2007 1.950 61.152.000 50.309.902
6 2008 2.150 67.424.000 52.828.468 7 2009 2.350 73.696.000 54.993.090 8 2010 2.550 79.968.000 56.831.765
9 2011 2.750 86.240.000 58.370.627
10 2012 2.950 92.512.000 59.634.060 11 2013 3.150 98.784.000 60.644.807 12 2014 3.350 105.056.000 61.424.067 13 2015 3.550 111.328.000 61.991.596 14 2016 3.750 117.600.000 62.365.791 15 2017 3.950 123.872.000 62.563.777 16 2018 4.150 130.144.000 62.601.489 17 2019 4.350 136.416.000 62.493.741 18 2020 4.550 142.688.000 62.254.302 19 2021 4.750 148.960.000 61.895.957 20 2022 4.950 155.232.000 61.430.574 21 2023 5.150 161.504.000 60.869.159 22 2024 5.350 167.776.000 60.221.914
41
Lanjutan: Kerugian akibat perubahan fungsi lahan.
TAHUN KE-
TAHUN ASUMSI HARGA GABAH PER Kg
(Rp.)
NILAI KERUGIAN PER
TAHUN (Rp.)
NILAI PRESENT (P) KERUGIAN
(Rp.)
23 2025 5.550 174.048.000 59.498.286 24 2026 5.750 180.320.000 58.707.018 25 2027 5.950 186.592.000 57.856.192 26 2028 6.150 192.864.000 56.953.274 27 2029 6.350 199.136.000 56.005.155 28 2030 6.550 205.408.000 55.018.188 29 2031 6.750 211.680.000 53.998.221
30 2032 6.950 217.952.000 52.950.637
JUMLAH 1.697.788.796
Sumber: perhitungan.
4.4.2.2. Perhitungan kerugian akibat terganggunya irigasi lahan
Sejak dimulainya pekerjaan konstruksi bendungan, lahan persawahan yang
berada pada Daerah Irigasi Meliling mengalami penurunan produksi padi akibat dari
kekurangan air irigasi. Gangguan ini disebabkan karena intake pengambilan air untuk
area ini berada tidak jauh disebelah hulu bendungan tersebut dibongkar. Akibatnya air
yang masuk ke saluran irigasi DI Meliling berkurang. Setelah bendungan ini selesai
dibangun, akan dibuatkan saluran intake pengganti untuk DI Meliling.
Penurunan produksi disini adalah berkurangnya hasil panen karena lahan yang
telah ditanami tapi tidak menghasilkan dan lahan yang sengaja tidak ditanami (kurang)
sesuai dengan pola tanam yang berlaku. Pengurangan produksi dihitung dengan cara
mengalikan produktifitas padi dan faktor koreksi luas sebesar 0,9611 dengan jumlah
dari selisih luas tanam sesuai dengan pola tanam dan luas lahan yang ditanami dengan
selisih luas tanam dan luas panen padi setiap tahun selama masa konstruksi yaitu mulai
tahun 2003-2006 yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9. Tanaman jagung dan
kedelai tidak diperhitungkan karena jenis tanaman ini tidak memerlukan banyak air
untuk tumbuh. Untuk tahun 2006 dan 2007 diambil asumsi bahwa luas gagal panen
sama dengan tahun 2005.
42
Tabel 4.9
Kerugian dari panen padi pada Daerah Irigasi Meliling.
PADI
NO SUBAK LUAS
SESUAI POLA
TANAM (ha)
LUAS DITANAMI
(ha)
LUAS PANEN
(ha)
KERUGIAN (ha)
JUMLAH KERUGIAN
(ton)
Th. 2002 1 Timpag 316 316 316 0 0,00 2 Meliling 572 561 432 140 737,10 3 Buluh 185 185 180 5 26,33
Jumlah 1.073 1062 928 145 763,43 Th. 2003 1 Timpag 316 316 316 0 0,00 2 Meliling 572 360 350 222 1.168,83 3 Buluh 185 180 130 55 289,58
Jumlah 1.073 856 796 277 1.458,41 Th. 2004 1 Timpag 316 316 316 0 0,00 2 Meliling 572 310 305 267 1.405,76 3 Buluh 185 180 180 5 26,33
Jumlah 1.073 806 801 272 1.432,08 Th. 2005 1 Timpag 316 314 313 3 15,80 2 Meliling 572 116 115 457 2.406,11 3 Buluh 185 157 155 30 157,95
Jumlah 1.073 587 583 490 2.579,85 Th. 2006 1 Timpag 316 314 313 3 15,80 2 Meliling 572 116 115 457 2.406,11 3 Buluh 185 157 155 30 157,95
Jumlah 1.073 587 583 490 2.579,85 Th. 2007 1 Timpag 316 314 313 3 15,80 2 Meliling 572 116 115 457 2.406,11 3 Buluh 185 157 155 30 157,95
Jumlah 1.073 587 583 490 2.579,85 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tabanan.
Penurunan nilai produksi setiap tahun didapatkan dengan mengalikan produksi
padi dengan harga. Harga gabah yang digunakan mengikuti asumsi seperti pada
43
perhitungan manfaat tabel 4.6. Cara perhitungan untuk mencari nilai present sama
seperti perhitungan nilai present pada perhitungan manfaat, dengan mengambil asumsi
nilai bunga sebesar 5%. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Nilai penurunan produksi padi dan nilai present dari kerugian akibat penurunan
produksi padi.
TAHUN KE-
TAHUN ASUMSI HARGA GABAH PER Kg
(Rp.)
NILAI KERUGIAN PER
TAHUN (Rp.)
NILAI PRESENT (P) KERUGIAN
(Rp.)
1 2003 1.225 1.786.546.125 1.786.546.125 2 2004 1.350 1.933.308.000 1.841.245.714 3 2005 1.650 4.256.752.500 3.861.000.000 4 2006 1.750 4.514.737.500 3.900.000.000 5 2007 1.950 5.030.707.500 4.138.775.510
TOTAL 15.527.567.349Sumber: perhitungan.
Dari perhitungan kerugian, diperoleh nilai present total sebesar Rp.
17.225.356.147,-.
4.5. Identifikasi Biaya
Pembangunan Bendungan Telaga Tunjung menelan dana yang tidak sedikit.
Dana tersebut berasal dari APBN, APBD I, dan APBD II. Selain untuk pembangunan
kawasan bendungan dengan bangunan pelengkapnya serta untuk fasilitas pariwisata,
juga diperlukan biaya-biaya untuk pemeliharaan daerah cachement dari Sungai Yeh
Hoo dengan cara reboisasi. Dan setelah tahapan pelaksanaan kawasan bendungan
selesai dibangun, sesuai dengan adat istiadat di Bali, maka bendungan diupacarai
terlebih dahulu sebelum dioperasikan.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan kawasan Bendungan Telaga
Tunjung (perinciannya dapat dilihat pada tabel 4.13):
a. Pembangunan kawasan bendungan serta bangunan pelengkapnya, terdiri dari:
1. Biaya pembebasan lahan, terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk
membebaskan lahan yang digunakan untuk bendungan serta daerah
44
genangannya dan biaya pengganti tanaman produktif pada tanah tersebut untuk
pemilik tanah.
2. Biaya konstruksi, terdiri dari biaya konstruksi bendungan, perlindungan untuk
tebing sungai yang terkena dampak genangan, pemindahan pura yang terkena
genangan, dan bantuan konstruksi untuk Pura Subak Meliling.
b. Biaya pengembangan pariwisata meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
menunjang kegiatan pariwisata, seperti: pengembangan dan peningkatan fasilitas
infrastruktur, pembangunan fasilitas pengembangan kawasan yang terdiri dari:
komplek bale subak agung, dermaga, landscape, camping ground, pesanggrahan,
dan lain-lain.
c. Biaya untuk upacara megingsir, makemit, melaspas untuk Pura Merta Wangi dan
Dalem Meru-meru, dan Pemelaspasan Pura Subak Meliling. Selain itu juga
termasuk biaya pembangunan pura untuk bendungan itu sendiri.
d. Biaya konservasi sumber daya air, biaya yang dikeluarkan untuk reboisasi pada
daerah tangkapan air (cachement area) dengan menggunakan 3000 bibit pohon
arbesia, majagau, panggal buaya, ketapang, dan mahoni.
e. Biaya operasional dan perawatan.
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan bendungan
seperti untuk menggaji penjaga bendungan, rekening listrik, dan lain-lain. Dan
biaya perawatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjaga efektifitas
operasional bendungan, seperti biaya untuk membersihkan sedimentasi pada
waduk. Dalam menghitung biaya operasional dan perawatan dilakukan dengan
mengambil asumsi mengikuti Tugas Akhir yang berjudul Analisa Manfaat Biaya
Bendungan Nipah di Kabupaten Sampang, disusun oleh Praditya Anthoni Hidayat
(2005). Asumsi dari tugas akhir tersebut digunakan karena tipe bendungan yang
sama dengan yang ditinjau. Diasumsikan biaya operasional dan pemeliharaan
bendungan meningkat setiap 5 tahun sebesar 10%. Rinciannya dapat dilihat pada
tabel 4.11 dan tabel 4.12.
45
Tabel 4.11
Asumsi biaya operasional dan perawatan setiap tahun.
NO. URAIAN SATUAN VOL. HARGA SATUAN
(Rp. ) HARGA (Rp. )
A Biaya operasional
1 Gaji kepala operasi dan pemeliharaan org/th 1 33.000.000 33.000.000
2 Gaji tenaga teknis org/th 5 26.400.000 132.000.000 3 Gaji tenaga administrasi org/th 2 9.900.000 19.800.000
B Biaya pemeliharaan 1 Bendungan % 0.1 95.517.600.000 95.517.600 2 Saluran % 1 1.159.019.400 11.590.194
TOTAL 291.907.794 Sumber: asumsi.
Tabel 4.12
Nilai present biaya perawatan dan operasional.
TAHUN KE-
TAHUN n (1+i)-n
BIAYA PERAWATAN + OPERASIONAL
(Rp.)
NILAI PRESENT (P) (Rp.)
1 2008 5 0,7835262 291.907.794 228.717.395 2 2009 6 0,7462154 321.098.573 239.608.699 3 2010 7 0,7106813 353.208.431 251.018.637 4 2011 8 0,6768394 388.529.274 262.971.906 5 2012 9 0,6446089 427.382.201 275.494.378 6 2013 10 0,6139133 470.120.421 288.613.157 7 2014 11 0,5846793 517.132.463 302.356.641 8 2015 12 0,5568374 568.845.710 316.754.576 9 2016 13 0,5303214 625.730.281 331.838.128 10 2017 14 0,505068 688.303.309 347.639.943 11 2018 15 0,4810171 757.133.640 364.194.226 12 2019 16 0,4581115 832.847.004 381.536.808 13 2020 17 0,4362967 916.131.704 399.705.228 14 2021 18 0,4155207 1.007.744.874 418.738.810 15 2022 19 0,395734 1.108.519.362 438.678.754 16 2023 20 0,3768895 1.219.371.298 459.568.218 17 2024 21 0,3589424 1.341.308.428 481.452.419 18 2025 22 0,3418499 1.475.439.271 504.378.724 19 2026 23 0,3255713 1.622.983.198 528.396.759 20 2027 24 0,3100679 1.785.281.518 553.558.509
46
Lanjutan: Nilai present biaya perawatan dan operasional.
TAHUN KE-
TAHUN n (1+i)-n
BIAYA PERAWATAN + OPERASIONAL
(Rp.)
NILAI PRESENT (P) (Rp.)
21 2028 25 0,2953028 1.963.809.669 579.918.438 22 2029 26 0,2812407 2.160.190.636 607.533.602 23 2030 27 0,2678483 2.376.209.700 636.463.774 24 2031 28 0,2550936 2.613.830.670 666.771.572
25 2032 29 0,2429463 2.875.213.737 698.522.600
Total 10.564.431.903
Sumber: perhitungan.
Tabel 4.13
Rincian biaya-biaya yang digunakan untuk pembangunan Bendungan Telaga Tunjung
serta biaya operasional dan perawatan.
PENGGUNAAN DANA NILAI (Rp.) Pembebasan Lahan + Genangan waduk, borrow area, dan pengembangan pariwisata 3.493.516.070,41 Konstruksi + Bendungan 95.517.599.568,85+ Fasilitas Keagamaan (terkena genangan) - Pondasi, tembok penahan, penyangga Pura Merta Wangi + Dalem Meru-meru 2.855.761.868,19 - Bangunan fisik pura Pura Merta Wangi + Dalem Meru-meru 1.359.681.000,00 - Bantuan konstruksi Pura Subak Meliling 130.000.000,00+ Pengembangan pariwisata - Pengembangan dan peningkatan fasilitas infrastruktur - Pembangunan fasilitas pengembangan kawasan (Kompleks bale subak, dermaga, landscape, camping ground, desa wisata, pesanggrahan) 21.346.000.000,00 Upacara + Megingsir, makemit, melaspas untuk Pura Merta Wangi + Dalem Meru-meru 252.113.000,00+ Pemelaspasan Pura Subak Meliling 15.000.000,00
47
Lanjutan: Rincian biaya-biaya yang digunakan untuk pembangunan Bendungan Telaga
Tunjung serta biaya operasional dan perawatan.
PENGGUNAAN DANA NILAI (Rp.) Penghijauan pada daerah tangkapan hujan + 3000 bibit (arbesia, majagau, panggal buaya, ketapang, mahoni) 21.000.000,00 Biaya operasional dan perawatan 10.564.431.903,00
TOTAL 135.555.103.410,46
Sumber: 1. Biro Tata Pemerintahan Kab. Tabanan, 2. Dep. Kimpraswil dan Bapeda Kab. Tabanan, 3. Bapeda Kab. Tabanan, 4. Bapeda Kab. Tabanan, 5. Asumsi.
4.6. Identifikasi dan Perhitungan Pendapatan
Dari pembangunan bendungan ini akan dikembangkan kearah pariwisata dengan
dibangunnya prasarana-prasarana pendukung. Dari pengembangan ini akan didapatkan
pendapatan yang akan menambah PAD melalui retribusi masuk obyek wisata. Selain itu
masyarakat sekitar juga akan mendapatkan pendapatan dari usaha-usaha, seperti:
membuka toko/art shop, rumah makan, menjadi pemandu wisata, dan lain-lain.
Selain dari pariwisata, pendapatan daerah juga akan meningkat dengan
penjualan air bersih hasil dari pengolahan air Bendungan Telaga Tunjung melalui
PDAM.
4.6.1. Identifikasi Pendapatan
Dari pembangunan Bendungan Telaga Tunjung akan diperoleh pendapatan,
yaitu:
a. Pendapatan tangible, yaitu berasal dari:
1. Retribusi masuk obyek wisata.
Retribusi masuk obyek wisata dikenakan kepada setiap wisatawan yang
mengunjungi obyek wisata yang akan menambah pendapatan asli daerah (PAD).
2. Pengelolaan dan penjualan air bersih.
Air dari Bendungan Telaga Tunjung juga dimanfaatkan untuk keperluan air
bersih, yang diolah dan didistribusikan melalui PDAM.
b. Pendapatan intangible, yaitu berasal dari usaha-usaha yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar Bendungan Telaga Tunjung yang nilainya tidak bisa diukur
secara pasti. Usaha-Usaha tersebut seperti:
48
1. Rumah makan dan penginapan
2. Art shop dan toko cenderamata
3. Penyewaan alat-alat memancing
4. Jasa pemandu wisata
Selain pendapatan dari yang telah disebutkan diatas, juga ada pendapatan atas
sewa tempat dan pajak dari fasilitas-fasilitas yang disediakan investor untuk wisata air
seperti: kano, boat, perahu, dan lain-lain. Tetapi pendapatan tersebut tidak dimasukkan
dalam perhitungan.
4.6.2. Perhitungan Pendapatan
Pendapatan Bendungan Telaga Tunjung diperhitungkan berasal dari retribusi
masuk obyek wisata dan pengelolaan air bersih.
4.6.2.1. Pendapatan dari pariwisata
Jumlah retribusi masuk obyek wisata didapatkan dengan mengalikan harga
retribusi dengan jumlah wisatawan. Diasumsikan bahwa wisatawan yang datang ke
wilayah studi adalah 1,5% dari jumlah total wisatawan yang datang ke Kabupaten
Tabanan. Yang dimaksud wisatawan adalah orang yang berwisata, termasuk juga orang
lokal Tabanan dan Bali.
Untuk mendapatkan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun yang akan datang,
maka dilakukan prediksi berdasarkan data kunjungan wisatawan pada tahun 1993-2003
(tabel 4.14) yang bersumber dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Tabanan. Prediksi tersebut dilakukan dengan cara mencari persamaan regresi dengan
mencoba-coba trend yang ada dengan bantuan software Microsoft Excel sehingga
didapatkan persamaan:
y = 5802,99x2 - 23122437,89x + 23034414253,26
R2 = 0,62
Dimana:
x adalah tahun yang ditinjau
y adalah jumlah kunjungan wisatawan pada tahun x
49
Untuk mendapatkan prediksi kunjungan wisatawan tahun x, dilakukan dengan
memasukkan angka tahun pada pada persamaan diatas (variabel x).
Kemudian nilai pendapatan dari retribusi masuk obyek wisata dihitung dengan
mengalikan jumlah wisatawan dengan tarif masuk. Wisatawan yang mengunjungi
obyek wisata diasumsikan 30% adalah jumlah wisatawan anak-anak (usia 12 tahun
kebawah) dengan retribusi masuk adalah Rp. 3.000 dan wisatawan dewasa adalah
sisanya dengan retribusi masuk adalah Rp. 4.500. Diasumsikan terjadi kenaikan tarif
retribusi Rp. 1.000,- setiap 5 tahun obyek wisata tersebut beroperasi mulai awal tahun
2009.
Setelah didapatkan jumlah retribusi yang diharapkan, maka dilakukan ekivalensi
nilai uang terhadap waktu untuk mendapatkan nilai present dengan acuan tahun 2003
dengan asumsi nilai bunga sebesar 5%. Hasil dari perhitungan diatas dapat dilihat pada
tabel 4.15 dan tabel 4.16.
Tabel 4.14
Data kunjungan wisatawan ke Tabanan tahun 1993 – 2003.
TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN (orang)
1993 1.176.139 1994 1.247.782 1995 1.119.770 1996 1.244.784 1997 1.173.370 1998 1.056.110 1999 1.338.628 2000 1.904.724 2001 1.677.244 2002 1.718.015 2003 1.627.016
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan
51
Tabel 4.15
Prediksi jumlah wisatawan yang mengunjungi obyek wisata Telaga Tunjung dan
retribusi yang diharapkan.
TAHUN KE-
TAHUN JUMLAH
WISATAWAN PREDIKSI (orang)
ANAK-ANAK (orang)
DEWASA (orang)
RETRIBUSI YANG DIHARAPKAN
(Rp.)
1 2009 41.614 12.485 29.129 168.535.500 2 2010 44.610 13.383 31.227 180.670.500 3 2011 47.781 14.335 33.446 193.512.000 4 2012 51.126 15.338 35.788 207.060.000 5 2013 54.645 16.394 38.251 221.311.500 6 2014 58.338 17.502 40.836 294.606.000 7 2015 62.205 18.662 43.543 314.134.500 8 2016 66.246 19.874 46.372 334.542.000 9 2017 70.462 21.139 49.323 355.832.500 10 2018 74.851 22.456 52.395 377.996.500 11 2019 79.415 23.825 55.590 480.460.000 12 2020 84.152 25.246 58.906 509.119.000 13 2021 89.064 26.720 62.344 538.836.000 14 2022 94.150 28.245 65.905 569.607.500 15 2023 99.409 29.823 69.586 601.424.000 16 2024 104.843 31.453 73.390 739.143.000 17 2025 110.451 33.136 77.315 778.678.500 18 2026 116.234 34.871 81.363 819.448.500 19 2027 122.190 36.657 85.533 861.439.500 20 2028 128.320 38.496 89.824 904.656.000 21 2029 134.624 40.388 94.236 1.083.722.000 22 2030 141.103 42.331 98.772 1.135.879.000 23 2031 147.755 44.327 103.428 1.189.427.000 24 2032 154.582 46.375 108.207 1.244.384.500
Sumber: perhitungan.
Tabel 4.16
Nilai present dari retribusi masuk obyek wisata.
TAHUN KE-
TAHUNRETRIBUSI YANG
DIHARAPKAN (Rp.) NILAI PRESENT (P)
(Rp.)
1 2009 168.535.500 125.763.785 2 2010 180.670.500 128.399.151 3 2011 193.512.000 130.976.539 4 2012 207.060.000 133.472.722 5 2013 221.311.500 135.866.063 6 2014 294.606.000 172.250.027 7 2015 314.134.500 174.921.844 8 2016 334.542.000 177.414.765 9 2017 355.832.500 179.719.592
10 2018 377.996.500 181.822.780
52
Lanjutan: Nilai present dari retribusi masuk obyek wisata.
TAHUN KE-
TAHUNRETRIBUSI YANG
DIHARAPKAN (Rp.) NILAI PRESENT (P)
11 2019 480.460.000 220.104.262 12 2020 509.119.000 222.126.933 13 2021 538.836.000 223.897.488 14 2022 569.607.500 225.413.030 15 2023 601.424.000 226.670.380 16 2024 739.143.000 265.309.736 17 2025 778.678.500 266.191.145 18 2026 819.448.500 266.788.918 19 2027 861.439.500 267.104.746 20 2028 904.656.000 267.147.424 21 2029 1.083.722.000 304.786.772 22 2030 1.135.879.000 304.243.281 23 2031 1.189.427.000 303.415.260 24 2032 1.244.384.500 302.318.636
Jumlah 5.206.125.278 Sumber: perhitungan.
Dari perhitungan di atas didapatkan jumlah nilai present dari pendapatan pada
tahun 2003 adalah sebesar Rp. 5.206.125.278,-.
4.6.2.2. Pendapatan dari pengelolaan air bersih
Selain pariwisata, pendapatan juga diperoleh melalui pengolahan air bersih.
Untuk pengelolaan sumber air bersih, dilakukan oleh pemerintah melalui PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum). Air dari bendungan yang sudah diolah untuk air
bersih akan didistribusikan ke Desa Berembeng sebesar 24 lt/dt, pengembangan
Kawasan Pariwisata Soka sebesar 50 lt/dt, dan Kecamatan Selemadeg untuk 6 desa, 2
desa di Kecamatan Kerambitan, dan 1 desa di Kecamatan Tabanan dengan debit air 46
lt/dt dengan jumlah total 120 lt/dt.
Menurut data yang didapatkan dari PDAM Kabupaten Tabanan, untuk
membangun instalasi pengolahan air bersih sesuai dengan kebutuhan diatas diperlukan
biaya sebesar Rp. 28.217.057.540. Nantinya air dari pengolahan tersebut akan dijual
rata-rata seharga Rp. 1.500 per mP
3P.
Pendapatan dihitung dengan cara mengalikan debit air output selama satu tahun
dengan harga air per meter kubik. Hasil output dari pengolahan tersebut akan langsung
53
digunakan secara penuh sehingga tidak ada sisa dari output pengolahan air.
Diasumsikan unit pengolahan air bersih tersebut beroperasi mulai tahun 2009 dan setiap
5 tahun sekali ada kenaikan harga air sebesar Rp. 500 per mP
3P.
Setelah didapatkan pendapatan dari pengolahan air bersih, dilakukan ekivalensi
nilai uang terhadap waktu untuk memperoleh nilai present pendapatan pada tahun 2003
dengan bunga 5%. Hasil dari perhitungan diatas dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17
Perhitungan pendapatan dari pengolahan air bersih.
TAHUN KE-
TAHUN PENDAPATAN (Rp. ) NILAI PRESENT (P) (Rp. )
1 2009 5.676.480.000 4.235.876.775 2 2010 5.676.480.000 4.034.168.357 3 2011 5.676.480.000 3.842.065.102 4 2012 5.676.480.000 3.659.109.621 5 2013 5.676.480.000 3.484.866.305 6 2014 7.568.640.000 4.425.227.055 7 2015 7.568.640.000 4.214.501.957 8 2016 7.568.640.000 4.013.811.387 9 2017 7.568.640.000 3.822.677.512
10 2018 7.568.640.000 3.640.645.249 11 2019 9.460.800.000 4.334.101.487 12 2020 9.460.800.000 4.127.715.702 13 2021 9.460.800.000 3.931.157.812 14 2022 9.460.800.000 3.743.959.821 15 2023 9.460.800.000 3.565.676.020 16 2024 11.352.960.000 4.075.058.308 17 2025 11.352.960.000 3.881.007.912 18 2026 11.352.960.000 3.696.198.012 19 2027 11.352.960.000 3.520.188.583 20 2028 11.352.960.000 3.352.560.555 21 2029 13.245.120.000 3.725.067.283 22 2030 13.245.120.000 3.547.683.127 23 2031 13.245.120.000 3.378.745.835 24 2032 13.245.120.000 3.217.853.176
Jumlah 91.469.922.952
Sumber: perhitungan.
Jadi, dari pariwisata dan pengelolaan air bersih didapatkan total jumlah
pendapatan sebesar Rp. 96.676.048.230,-.
54
4.7. Analisa Manfaat Biaya
Dalam menghitung Rasio Manfaat Biaya pada Tugas Akhir ini, digunakan nilai
present dari manfaat, kerugian, biaya, dan pendapatan. Nilai present tersebut ditinjau
terhadap tahun 2003 yang merupakan tahun dimulainya tahap konstruksi bendungan.
Perumusan yang digunakan yaitu:
)( MOPWI
BC
B
UDimana: U PW = present worth (nilai sekarang)
B = benefit dari proyek
I = investasi awal
O+M = biaya-biaya dari operasional dan perawatan
Dalam menggunakan perumusan tersebut untuk menghitung Benefit Cost Ratio,
maka nilai benefit (B) dari proyek merupakan gabungan dari nilai total manfaat dan
pendapatan yang dikurangi dengan kerugian. Nilai investasi awal (I) dan biaya-biaya
dari operasional dan perawatan (O+M) digunakan nilai total dari biaya-biaya yang
digunakan yang telah termasuk biaya perawatan dan operasional dan biaya
pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA).
Nilai total manfaat = Rp. 249.643.534.836,-
Nilai total kerugian = Rp. 17.225.356.147,-
Nilai total pendapatan = Rp. 96.676.048.230,-
Nilai biaya + IPA = Rp. 163.772.160.950,-
CB =
0.950163.772.16
.14717.225.356-.230)96.676.0484.836249.643.53(
= 2,02
55
4.8. Analisa Sensitifitas
Analisa sensitifitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan biaya-
biaya terhadap keputusan kelayakan proyek.
4.8.1. Terhadap MARR
Analisa Sensitifitas dilakukan dengan mengganti bunga menjadi dengan nilai
yang lebih besar. Pada perhitungan semula digunakan bunga sebesar 5% dan
menghasilkan nilai B/C yang lebih besar dari satu berarti proyek layak untuk
dilaksanakan.
Tabel 4.18
Benefit Cost Rasio terhadap perubahan MARR.
Bunga 7% 9% 10%
Manfaat 184.645.624.053 138.752.330.281 121.243.129.237
Pendapatan 70.364.157.202 52.345.080.837 45.497.515.604
Kerugian 16.130.445.713 15.210.616.863 14.800.786.078
Biaya 160.603.325.479 158.511.549.292 157.739.023.389
B/C 1,49 1,11 0,96
Sumber: hasil analisa.
Dengan melihat tabel 4.18, dapat diketahui bahwa proyek menjadi tidak layak apabila
menggunakan MARR sebesar 10%.
4.8.2. Terhadap Perubahan Biaya Konstruksi
Untuk mengetahui sensitifitas kelayakan proyek terhadap perubahan biaya
konstruksi dilakukan dengan memperhitungkan kenaikan biaya konstruksi sampai
akhirnya terjadi perubahan keputusan kelayakan proyek. Biaya konstruksi yang
diperhitungkan adalah biaya konstruksi bendungan dan pengembangan pariwisata.
56
Tabel 4.19
Benefit Cost Ratio terhadap peningkatan biaya konstruksi dan pengembangan
pariwisata.
% Peningkatan
Biaya 100% 125% 142% 145%
Manfaat 249.643.534.836,00 249.643.534.836,00 249.643.534.836,00 249.643.534.836,00
Kerugian 17.225.356.147,00 17.225.356.147,00 17.225.356.147,00 17.225.356.147,00
Pendapatan 96.676.048.230,00 96.676.048.230,00 96.676.048.230,00 96.676.048.230,00
Biaya 280.635.760.522,30 309.851.660.415,51 329.718.472.343,22 333.224.380.331,28
B/C 1,17 1,06 1,00 0,99
Sumber: hasil analisa.
Dari tabel 4.19 dapat diketahui bahwa proyek menjadi tidak layak apabila terjadi
peningkatan biaya konstruksi bendungan dan pengembangan pariwisata sebesar 145%
dari biaya semula.
50
DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE TABANANTAHUN 1993 - 2003
y = 5802,99x2 - 23122437,89x + 23034414253,26
R2 = 0,62
800000
1000000
1200000
1400000
1600000
1800000
2000000
1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004
Tahun
ora
ng
Gambar 4.1 Grafik regresi kunjungan wisatawan.