32
63 BAB IV HAMBATAN PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH OBYEK LANDREFORM DAN UPAYA YANG HARUS DILAKUKAN DI KECAMATAN TALANG EMPAT KABUPATEN BENGKULU TENGAH A. Hambatan Pelaksanaan Redistribusi Tanah Obyek Landreform Pelaksanaan Kegiatan Redistribusi Tanah Objek Landreform di Kabupaten Bengkulu Tengah tepatnya di Desa Taba Lagan Kecamatan Talang Empat tidak luput dari berbagai hambatan yang terjadi, antara lain sebagai berikut : 1. Pemahaman masyarakat (petani atau penggarap) tentang kegunaan serta tujuan sertipikat sebagai alat bukti hak atas tanah masih rendah. Hal ini terbukti pada saat petugas melakukan identifikasi subjek dan objek, masih banyak yang tidak bersedia bahkan menolak untuk mensertipikatkan tanahnya. Masyarakat beranggapan bahwa tanah yang dikuasai atau dimilikinya tidak memerlukan sertipikat karena tanpa sertipikat pun masyarakat disekitar mengetahui bahwa tanah tersebut dikuasai atau dimiliki oleh masyarakat daerah itu sendiri, karena masyarakat yang menguasai tanah tersebut menggarap dan mengusakan sendiri secara aktif tanah tersebut sehingga dapat menjadi bukti bahwa mereka telah memiliki tanah tersebut sehingga tidak perlu mengurus penerbitan sertipikat atas tanah tersebut. 2. Kurangnya antusias permohonan Redistribusi tanah obyek Landreform karena kurangnya pemahaman dari masyarakat tentang sertipikat tanah dan masyarakat juga tidak setuju dengan ketentuan

BAB IV HAMBATAN PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH …repository.unib.ac.id/8939/1/IV,V,LAMP,II-14-all.FH.pdf · besar dalam pembuatan sertipikat sebagai alas bukti hak yang kuat ,

  • Upload
    trannhu

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

63

BAB IV

HAMBATAN PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH OBYEK

LANDREFORM DAN UPAYA YANG HARUS DILAKUKAN DI

KECAMATAN TALANG EMPAT KABUPATEN

BENGKULU TENGAH

A. Hambatan Pelaksanaan Redistribusi Tanah Obyek Landreform

Pelaksanaan Kegiatan Redistribusi Tanah Objek Landreform di

Kabupaten Bengkulu Tengah tepatnya di Desa Taba Lagan Kecamatan

Talang Empat tidak luput dari berbagai hambatan yang terjadi, antara lain

sebagai berikut :

1. Pemahaman masyarakat (petani atau penggarap) tentang kegunaan

serta tujuan sertipikat sebagai alat bukti hak atas tanah masih rendah.

Hal ini terbukti pada saat petugas melakukan identifikasi subjek dan

objek, masih banyak yang tidak bersedia bahkan menolak untuk

mensertipikatkan tanahnya. Masyarakat beranggapan bahwa tanah

yang dikuasai atau dimilikinya tidak memerlukan sertipikat karena

tanpa sertipikat pun masyarakat disekitar mengetahui bahwa tanah

tersebut dikuasai atau dimiliki oleh masyarakat daerah itu sendiri,

karena masyarakat yang menguasai tanah tersebut menggarap dan

mengusakan sendiri secara aktif tanah tersebut sehingga dapat

menjadi bukti bahwa mereka telah memiliki tanah tersebut sehingga

tidak perlu mengurus penerbitan sertipikat atas tanah tersebut.

2. Kurangnya antusias permohonan Redistribusi tanah obyek

Landreform karena kurangnya pemahaman dari masyarakat tentang

sertipikat tanah dan masyarakat juga tidak setuju dengan ketentuan

64

masa peralihan hak tanah yang telah ditentukan oleh Badan

Pertanahan Nasional atau BPN yaitu masa peralihan hak atas tanah

baru boleh di laksanakan 10 tahun setelah kepemilikan sertipikat

3. Masih kurangnya jumlah dan mobilisasi SDM serta sumber daya

lainnya yang tersedia di Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkulu

Tengah, dimana jumlah pegawai menurut struktural jabatan pada

Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkulu Tengah hingga Desember

2013 berjumlah 24 orang dengan jabatan struktural Eselon III

berjumlah 1 orang, Eselon IV berjumlah 6 orang, Eselon V

berjumlah 11 orang dan Staf berjumlah 6 orang. Dengan jumlah

SDM yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkulu Tengah

tersebut,harus menangani 10 (sepuluh) Kecamatan dengan 142 Desa

dan 1 (satu) Kelurahan di Kabupaten Bengkulu Tengah. Luas

wilayah di Kabupaten Bengkulu Tengahberdasarkan Geografic

Information System (GIS) diseluas 1.223,94 Km2

yang harus ditinjau

oleh para petugas di Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkulu

Tengah.

4. Faktor cuaca dan lokasi yang menghambat pengukuran. Hal ini

dikarenakan pengukuran keliling untuk lokasi subjek dan objek

dilakukan pada musim hujan. Sehingga topografi yang berbukit

maka sangat kesulitan ketika dilakukan pengukuran.

5. Belum adanya dukungan dari stakeholder (Pemerintah Kabupaten

Bengkulu Tengah) dalam rangka penyiapan infrastruktur mengingat

Kabupaten Bengkulu Tengah baru 5 tahun dilakukan pemekaran

wilayah Kabupaten.

65

6. Proses pengurusan sertipikat yang lambat dikarenakan masyarakat

belum menyelesaikan pembayaran administrasi serta terbatasnya

anggaran yang disediakan oleh pemerintah, selain itu kurangnya

koordinasi antar lembaga yang berwenang dalam meredistribusikan

tanah obyek Landreform, serta tidak ada pembinaan yang dilakukan

oleh pihak yang terkait kepada petani penerima Redistribusi pasca

Redistribusi dilakukan. Pembinaan itu sendiri dilakukan untuk

memberikan pendampingan serta pembelajaran kepada para petani

penerima Redistribusi agar dapat memanfaatkan tanah Redistribusi

sebaik mungkin sehingga dapat meningkatkan hasil panennya,

membuka peluang pasar yang lebih baik kepada petani penerima

agar pendistribusian hasil panen dapat tersalurkan.

7. Bukti kepemilikan tanah petani penerima masih lemah, karena petani

penerima tidak melakukan pendaftaran ulang terhadap tanah

Redistribusi, tanah yang diredistribusikan luasnya rata-rata kurang

dari 1 Ha, serta kurangnya pemahaman petani penerima terhadap

kegiatan Redistribusi, petani penerima juga dikenakan biaya yang

besar dalam pembuatan sertipikat sebagai alas bukti hak yang kuat,

sehingga banyak diantara petani penerima yang belum memiliki

sertipikat.

B. Upaya yang dilakukan untuk Mengatasi Masalah yang dihadapi

Berdarkan hasil penelitian dan analisis permasalahan yang

dihadapi, maka ada beberapa langkah dalam penanganan permasalahan

yang terjadi dalam Redistribusi Tanah Objek Landreform di Desa Taba

66

Lagan Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah, antara

lain :

1. Model pembaharuan agraria yang paling sesuai di Provinsi Bengkulu

terkhusus di Kabupaten Bengkulu Tengah dengan memperhatikan

dan mempertimbangkan kondisi fisik, sosial, ekonomi dan

perkembangan politik lokal, sosial budaya, objek dan subjek adalah :

a. Model pemberdayaan koperasi & UKM

b. Model Swasta Murni.

2. Perlu adanya penambahan jumlah jumlah dan mobilisasi SDM serta

sumber daya lainnya yang tersedia di Kantor Pertanahan Kabupaten

Bengkulu Tengah mengingat luasan tanah yang ditinjau cukup luas

di Kabupaten Bengkulu Tengah.

3. Perlu adanya pengawasan atau monitoring yang dilakukan setiap

tahapan kegiatan agar semua proses sesuai dengan norma, standar

dan prosedur yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

4. Perlu adanya pendekatan kepada Pemerintah Kabupaten Bengkulu

Tengah dan koordinasi instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan

Redistribusi tanah melalui undangan sosialisasi dan rapat.

5. Perlu adanya dilakukan pembinaan kepada petani penerima

Redistribusi, dengan cara Pengembangan dan pemeliharaan

infrastruktur sarana dan prasarana produksi, jalan, irigasi,

pengolahan hasil pertanian, pasar, air bersih, listrik, fasilitas sosial.

serta melakukan pembinaan subyek, yaitu pembinaan usaha tani,

pembelajaran dan fasilitasi akses permodalan dan pemasaran.

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Redistribusi Tanah Objek Landreform terdiri dari beberapa

tahapan, yaitu :

a. Persiapan dan perencanaan Kegiatan

b. Pelaksanaan Kegiatan Redistribusi Tanah Negara

c. Monitoring, Evaluasi dan Pengawasan

d. Pelaporan

Kegiatan Redistribusi Tanah Objek Landreform pada Tahun

2012 di Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu sejumlah

6.000 persil, dengan pemberian Hak Milik untuk Desa Taba Lagan

Kecamatan Talang Empat telah dikukuhkan dalam surat Keputusan

Kepala Kantor Wilayah Badan Pertahanan Nasional Provinsi

Bengkulu Nomor : 82/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 seluas 299,70

Ha dengan jumlah 90 Bidang.

2. Permasalahan yang dihadapi dan upaya yang dilakukan dalam

kegiatan Redistribusi Tanah Objek Landreform di Desa Taba Lagan

Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah antara lain :

a. Adanya sebagian penerima Redistribusi tanah untuk status

tanahnya merupakan tanah waris, dan setelah dilakukan seleksi

calon penerima Redistribusi ada yang sudah bersertipikat bahkan

ada diantaranya sedang sengketa batas. Untuk itu perlu adanya

68

peninjauan kembali terhadap lokasi tanah para calon penerima

Redistribusi TOL tersebut.

b. Pemahaman masyarakat (petani atau penggarap) tentang

kegunaan serta tujuan sertipikat sebagai alat bukti hak atas tanah

masih rendah. Hal ini terbukti pada saat petugas melakukan

identifikasi subjek dan objek, masih banyak yang tidak bersedia

bahkan menolak untuk mensertipikatkan tanahnya. Untuk itu

perlu adanya sosialisasi dan pemberian pemahaman kepada

masyarakat mengenai pentingnya seripikat tanah sebagai bukti

hak milik.

c. Masih kurangnya jumlah dan mobilisasi SDM serta sumber daya

lainnya yang tersedia di Kantor Pertanahan Kabupaten Bengkulu

Tengah.

B. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perlu adanya pengawasan atau monitoring yang dilakukan oleh panitia

pengawas BPN pada setiap tahapan kegiatan agar semua proses sesuai

dengan norma, standar dan prosedur yang ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan Redistribusi tanah obyek

Landreform.

2. Perlu adanya pendekatan kepada Pemerintah Kabupaten Bengkulu

Tengah dan koordinasi instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan

Redistribusi tanah melalui undangan sosialisasi dan rapat kepada

semua pihak yang terkait.

69

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku:

Achmad Chuleemi, 1995, Hukum Agraria Perkembangan Macam-macam Hak

Atas Tanah dan Pemindahannya, FH. Undip, Semarang.

A.P. Parlindungan, 1986, Aneka Hukum Agraria, Alumni, Bandung

Arie Susanti Hutagalung, 1985, Program Redistribusi Tanah di Indonesia, Suatu

Sarana ke Arah Pemenuhan Masalah Penguasaan Tanah dan

Pemilikan Tanah. Rajawali Jakarta.

Bambang Sunggono, 2007, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Boedi Harsono, 1994, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan UUPA, Isi

dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta.

____________,. 1999, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-

Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta

Doneer dalam Koensoebekti, 1975, Landreform Cacat-cacat di dalam Struktur

Agraria sebagai Hambatan-hambatan bagi Perkembangan Ekonomi,

Badan Pendidikan dan Latihan Dalam Negeri, Jakarta.

Herawan Sauni, 2002, Bahan Ajar Hukum Agraria, Depdiknas UNIB Fakultas

Hukum, Bengkulu.

, 2006, Politik Hukum Agraria,Kajian Atas Landreform dalam

rangka pembangunan hukum ekonomi di Indonesia, Pustaka Bangsa

Press,Sumatera Utara.

Hustiati, 1990, Agraria Reform di Philipina dan Perbandingannya dengan

Landreform di Indonesia, Mandar Maju, Bandung.

I Nyoman Budi Jaya. 1989, Tinjauan Yuridis tentang Redistribusi Tanah

Pertanian dalam Rangka Pelaksanaan Landreform, Liberty,

Yogyakarta.

Jhon Salihendo, 1994, Manusia, Tanah Hak, dan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

J. Supranto, 2003, Metode Penelitian Hukum dan statistik, Jakarta: PT. Bhineka

Cipta.

70

Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja, 2008, Hak - Hak atas Tanah, Edisi

Revisi, Kencana, Jakarta.

Kertasapoetra, dkk, 1984, Hukum Tanah Jaminan UUPA bagi Keberhasilan

Pendayagunaan Tanah, Bina Aksara, Jakarta.

Koen Soebakti, 1975, Landrefom Catat-catat di Dalam Struktur Agraria sebagai

Hambatan bagi Perkembangan Ekonomi, Jakarta Pusdiklat, Jakarta.

Lutfi Ibrahim Nasoetion, 1995, Rethingking Land Reform In Indonesia, Bhumi

Bakti.

Mochammad Mahfud, 1998, Politik di Indonesia, LP3ES, Jakarta.

M.Yamani Komar, dkk, 2001, Hukum Agraria Indonesia, Lemlit UNIB Press,

Bengkulu.

R. Soehadi, 1974, Penyelesaian Konflik Tentang Tanah Sesudah Berlakunya

Undang-Undang Pokok Agraria, Usaha Nasional, Surabaya

Rediansyah, 1996, Dit Pengaturan Penguasaan Tanah, Tata Cara Kerja Proyek

Pengembangan Penguasaan Tanah, Jakarta.

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:

Ghalia Indonesia

Setiawan, 1997, Konsep Pembaharuan Agraria, Sebuah Tinjauan Umum,

Reformasi Agraria Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Soeprapto, R. 1986, UUPA dalam Praktek, Jakarta.

Soerjono Soekanto, 1986, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta:UI Press.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok

Agraria

Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961

71

Artikel, Jurnal dan Internet :

Sri Sudaryatmi, Penentuan Hak dan Pemanfaatan Tanah Timbul dalam

Kaitannya dengan Pengembangan EkonoPmi Wilayah Pantai (Studi

Kasus di Desa Bulumanis Kidul, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten

Pati). Tesis Magister Ilmu Hukum, Program Sarjana

Sulaeman, 1993, Redistribusi Tanah Objek Landreform dan Permasalahannnya,

Jurnal Ilmiah Badan Pertanahan.

www.wikipedia.com. Landreform. Diakses tanggal 7 November 2013 pukul 20.00

WIB.