Upload
hatuong
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Provinsi Gorontalo
Secara geografis Provinsi Gorontalo dengan ibu kota Gorontalo terletak
antara 0o19’ – 1
o15’ Lintang Utara dan 121
o 23’ – 123
o 43’ Bujur Timur.
Wilayah provinsi ini berbatasan langsung dengan dua provinsi lain,
diantaranya Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat dan Provinsi Sulawesi
Utara di sebelah Timur. Sedangkan di sebelah Utara berhadapan langsung
dengan Laut Sulawesi dan sebelah Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini. Yang
secara keseluruhan luas Provinsi Gorontalo adalah 12.215,44 km2
(1.221.544 Ha). Jika dibandingkan dengan wilayah Indonesia, luas wilayah
provinsi ini hanya sebesar 0,64 persen (BPS, 2009).
Sumber: Pemerintah Provinsi Gorontalo
Gambar 4.1 Peta daerah Provinsi Gorontalo
Provinsi Gorontalo terdiri dari 5 (lima) Kabupaten dan 1 (satu) kota yaitu
Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten
32
Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara dan kota Gorontalo. Sedangkan
kecamatan sebanyak 66 dan Desa/Kelurahan 619 yang tersebar di Provinsi
Gorontalo (BPS, 2011).
Kondisi wilayah Provinsi Gorontalo yang letaknya di dekat garis
khatulistiwa, menjadikan daerah ini mempunyai suhu udara yang cukup panas.
Suhu minimum terjadi di bulan Februari yaitu 22,2oC. Sedangkan suhu
maksimum terjadi di bulan Oktober dengan suhu 34,2oC. Jadi pada tahun 2012,
suhu udara rata-rata Provinsi Gorontalo berkisar antara 26,3 – 27,6oC, dengan
kelembaban udara yang relatif tinggi, rata-rata kelembaban pada tahun 2012
mencapai 82,58 persen (BPS, 2013).
Tabel 4.1 Suhu udara maksimum, minimum dan rata-rata
menurut bulan di Provinsi Gorontalo (Thn. 2012).
Bulan Suhu Udara (
oC)
Rata-rata Maksimum Minimum
Januari 31,7 23,0 26,6
Februari 32,5 22,2 26,6
Maret 32,5 22,5 26,9
April 32,4 23,5 27,1
Mei 32,5 23,3 27,4
Juni 31,4 23,0 26,8
Juli 31,5 23,1 26,3
Agustus 32,8 22,6 27,1
September 32,8 22,6 27,1
Oktober 34,2 23,3 27,6
November 32,8 24,1 27,2
Desember 32,4 22,8 27,0
Rata-rata 32,46 23 26,97
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Gorontalo, dalam BPS, 2013
33
Dengan letak geografis yang berbeda-beda, yaitu terdiri dari dataran,
pantai dan danau serta sungai menyebabkan potensi Desa/Kelurahan, mata
pencaharian, maupun perilaku penduduk juga berbeda-beda. Untuk daerah yang
terletak di pesisir pantai, sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah
nelayan. Sementara itu penduduk di Desa dataran maupun perbukitan banyak
yang menjadi petani, yaitu petani sawah dan berkebun.
Jika ditinjau dari luas wilayahnya, yaitu dari total 12.215,44 Km2,
Kabupaten Pohuwato merupakan daerah terluas, yaitu 4.244,31 Km2 atau sekitar
34,75 persen, kemudian Kabupaten Boalemo mempunyai luas 2.567,36 Km2
atau sekitar 21,02 persen, dan kota Gorontalo mempunyai luas hanya 64,79 Km2
atau hanya sekitar 0,53 persen.
Sumber: BPS, 2009
Gambar 4.2 Luas daerah Provinsi Gorontalo menurut Kabupaten/Kota
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Lokasi Potensil Agropoitan
Untuk mengetahui prospek potensi pembangkit listrik energi surya sebagai
sumber energi alternatif dalam menunjang program agropolitan di Provinsi
Gorontalo, maka dilakukan observasi dan pengumpulan data karateristik
intensitas radiasi matahari di lokasi penelitian.
34
Sebelum melakukan observasi dan pengumpulan data, hal penting pertama
yang dilakukan oleh peneliti adalah mengidentifikasi lokasi-lokasi potensil
agropolitan di Provinsi Gorontalo, serta melakukan persiapan seperti
mengumpulkan informasi yang tersedia, merencanakan kecukupan alat-alat dan
jadwal dari aktivitas-aktivitas survei.
Untuk lokasi-lokasi pengumpulan data penelitian dilakukan pemilihan
lokasi-lokasi potensil yang telah dimanfaatkan untuk menunjang program
agropolitan di Provinsi Gorontalo. Adapun lokasi-lokasi tersebut, sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Lokasi agropolitan berbasis jagung di Provinsi Gorontalo.
No. Kabupaten Kecamatan Desa Koordinat
Bujur Timur Lintang Utara
1. GORUT Kwandang Pontolo Atas 122
051’35.6” 00
046’03.9”
Anggrek Tutuwoto 122059’11.3” 00
056’12.0”
2. Bone
Bolango
Bulango U. Tupa 123004’59.8” 00
004’55.7”
Tapa Meranti 123005’55.3” 00
005’39.4”
3. Gorontalo Limboto Bongohulawa 122
058’16.5” 00
039’00.5”
Limboto Polohungo 122059’27.8” 00
040’08.5”
4. Boalemo Botumoito Tapadaa 122
012’46.7” 00
030’35.9”
Dulupi Polohungo 122027’21.4” 00
035’11.6”
5. Pohuwato Paguat Maleo 122
000’06.7” 00
028’02.9”
Paguat Molamahu 122005’40.5” 00
030’14.2”
Pengumpulan data untuk setiap lokasi penelitian dilakukan selama 5 hari,
dimulai pada bulan April 2013 sampai dengan bulan Mei 2013, dimana pada
bulan tersebut, secara umum wilayah di Indonesia bagian tengah mengalami
musim pancaroba.
35
4.2.2 Karakteristik Intensitas Radiasi Matahari
Dibawah ini akan diuraikan karateristik intensitas radiasi matahari di tiap-
tiap lokasi pengukuran intensitas radiasi matahari (lahan pertanian tempat
pengambilan data) di daerah agropolitan yang telah disebutkan di atas sebagai
berikut:
4.2.2.1 Kabupaten Gorontalo Utara
Untuk Daerah Kabupaten Gorontalo Utara, penelitian dilakukan di 2 (dua)
lokasi yaitu Desa Pontolo Atas dan Desa Tutuwoto.
1. Desa Pontolo Atas
Hasil pengukuran yang dilakukan di Desa Pontolo Atas selama 5 hari
yaitu pada tanggal 1 Mei 2013 sampai dengan 5 Mei 2013 diperoleh data
karateristik intensitas radiasi matahari sebagaimana terlampir pada Lampiran
1. Berikut data pembacaan alat ditunjukkan pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data pembacaan alat di Desa Pontolo Atas
No. Tanggal
Mulai dan Berakhirnya
Pembacaan Alat
Nilai Terendah dan Tertinggi
Pembacaan Alat Rata-rata
Harian Mulai Berakhir Terendah Tertinggi
Pukul W/m2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 W/m
2
1 1 Mei 13 06.30 22 17.30 50 06.30 22 12.00 940 519,32
2 2 Mei 13 06.30 20 17.30 100 06.30 20 12.30 989 519,32
3 3 Mei 13 06.30 50 17.30 62 06.30 50 11.30 968 443,24
4 4 Mei 13 06.30 70 17.30 41 17.30 41 12.00 919 399,12
5 5 Mei 13 06.30 30 17.30 12 17.30 12 11.00 891 333
Rata-rata 440,72
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dibuatlah grafik rata-rata
harian intensitas radiasi matahari di Desa Pontolo Atas, seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.3 sebagai berikut:
36
Gambar 4.3 Grafik karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari
di Desa Pontolo Atas
Dari grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata harian intensitas radiasi
matahari tertinggi terjadi pada hari pertama dengan rata-rata harian 519,32
W/m2, sedangkan
intensitas radiasi matahari terendah terjadi pada hari kelima
dengan rata-rata harian 333 W/m2, dan rata-rata intensitas radiasi matahari di
Desa Pontolo Atas dalam 5 hari pengkuran adalah 440,72 W/m2. Untuk data
keseluruhan harian intensitas radiasi matahari dapat dilihat pada lampiran 2.
2. Desa Tutuwoto
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di Desa Tutuwoto selama
5 hari yaitu pada tanggal 25 April 2013 sampai dengan 29 April 2013
diperoleh data karateristik intensitas radiasi matahari sebagaimana terlampir
pada Lampiran 1. Berikut data pembacaan alat ditunjukkan pada Tabel 4.4
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data pembacaan alat di Desa Tutuwoto
No. Tanggal
Mulai dan Berakhirnya
Pembacaan Alat
Nilai Tertinggi dan Terendah
Pembacaan Alat Rata-rata
Harian Mulai Berakhir Terendah Tertinggi
Pukul W/m2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 W/m
2
1 25 April 13 06.30 20 17.30 5 17.30 5 12.00 1050 348,68
2 26 April 13 06.30 50 17.30 31 06.30 50 11.10 1010 399,44
3 27 April 13 06.30 75 17.30 30 17.30 30 12.30 941 429,72
4 28 April 13 06.30 14 17.30 65 06.30 14 13.00 935 473,76
5 29 April 13 06.30 50 17.30 19 17.30 19 12.00 929 477,96
Rata-rata 425,96
519.32 508.92443.24
399.12333
0
200
400
600
1 2 3 4 5
(W/m
²)
Hari Pengukuran
Intensitas Radiasi Matahari di Desa Pontolo Atas
37
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dibuatlah grafik rata-rata
harian intensitas radiasi matahari di Desa Tutuwoto, seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.4 sebagai berikut:
Gambar 4.4 Grafik karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari
di Desa Tutuwoto
Dari grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata harian intensitas radiasi
matahari tertinggi terjadi pada hari pertama dengan rata-rata harian 477,96
W/m2, sedangkan
intensitas radiasi matahari terendah terjadi pada hari kelima
dengan rata-rata harian 348,68 W/m2, dan rata-rata intensitas radiasi matahari
di Desa Tutuwoto dalam 5 hari pengkuran adalah 425,96 W/m2. Untuk data
keseluruhan harian intensitas radiasi matahari dapat dilihat pada lampiran 2.
4.2.2.2 Kabupaten Bone Bolango
Untuk Daerah Kabupaten Bone Bolango, penelitiaan dilakukan di 2 (dua)
Lokasi yaitu Desa Meranti dan Desa Tupa.
1. Desa Meranti
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di Desa Meranti selama
5 hari yaitu pada tanggal 13 April 2013 sampai dengan 17 April 2013
diperoleh data karateristik intensitas radiasi matahari sebagaimana terlampir
pada Lampiran 1. Berikut data pembacaan alat ditunjukkan pada Tabel 4.5
sebagai berikut:
348.68399.44 429.72
473.76 477.96
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5
(W/m
²)
Hari Pengukuran
Intensitas Radiasi Matahari di Desa Tutuwoto
38
Tabel 4.5 Data pembacaan alat di Desa Meranti
No. Tanggal
Mulai dan Berakhirnya
Pembacaan Alat
Nilai Tertinggi dan Terendah
Pembacaan Alat Rata-rata
Harian Mulai Berakhir Terendah Tertinggi
Pukul W/m2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 W/m
2
1 13 April 13 06.30 115 17.30 10 17.30 10 11.30 870 358,52
2 14 April 13 06.30 126 17.30 32 17.30 32 11.00 945 313,56
3 15 April 13 06.30 120 17.30 27 17.30 27 11.30 855 338,32
4 16 April 13 06.30 75 17.30 40 17.30 40 10.30 850 381,88
5 17 April 13 06.30 27 17.30 50 06.30 27 12.00 912 430,44
Rata-rata 364,544
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dibuatlah grafik rata-rata
harian intensitas radiasi matahari di Desa Meranti, seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.5 sebagai berikut:
Gambar 4.5 Grafik karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari
di Desa Meranti
Dari grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata harian intensitas radiasi
matahari tertinggi terjadi pada hari pertama dengan rata-rata harian 430,44
W/m2, sedangkan
intensitas radiasi matahari terendah terjadi pada hari kelima
dengan rata-rata harian 313,56 W/m2, dan rata-rata intensitas radiasi matahari
di Desa Meranti dalam 5 hari pengkuran adalah 364,544 W/m2. Untuk data
keseluruhan harian intensitas radiasi matahari dapat dilihat pada lampiran 2.
358.52313.56 338.32
381.88430.44
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4 5
(W/m
²)
Hari pengukuran
Intensitas Radiasi Matahari di Desa Meranti
39
2. Desa Tupa
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di Desa Tupa selama 5
hari yaitu pada tanggal 19 April 2013 sampai dengan 23 April 2013 diperoleh
data karateristik intensitas radiasi matahari sebagaimana terlampir pada
Lampiran 1. Berikut data pembacaan alat ditunjukkan pada Tabel 4.6 sebagai
berikut:
Tabel 4.6 Data pembacaan alat di Desa Tupa
No. Tanggal
Mulai dan Berakhirnya
Pembacaan Alat
Nilai Tertinggi dan Terendah
Pembacaan Alat Rata-rata
Harian Mulai Berakhir Terendah Tertinggi
Pukul W/m2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 W/m
2
1 19 April 13 06.30 0 17.30 5 06.00 0 12.00 940 375,92
2 20 April 13 06.30 32 17.30 35 06.00 32 13.00 1065 350,6
3 21 April 13 06.30 35 17.30 30 17.30 30 09.30 989 367,2
4 22 April 13 06.30 49 17.30 11 17.30 11 09.00 705 314,76
5 23 April 13 06.30 60 17.30 0 15.30-
17.30 0 13.30 1015 303,6
Rata-rata 342,416
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dibuatlah grafik rata-rata
harian intensitas radiasi matahari di Desa Tupa, seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.6 sebagai berikut.
Gambar 4.6 Grafik karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari
di Desa Tupa
375.92350.6 367.2
314.76 303.6
0
100
200
300
400
1 2 3 4 5
(W/m
²)
Hari Pengukuran
Intensitas Radiasi Matahari di Desa Tupa
40
Dari grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata harian intensitas radiasi
matahari tertinggi terjadi pada hari pertama dengan rata-rata harian 375,92
W/m2, sedangkan
intensitas radiasi matahari terendah terjadi pada hari kelima
dengan rata-rata harian 314,76 W/m2, dan rata-rata intensitas radiasi matahari
di Desa Tupa dalam 5 hari pengkuran adalah 342,416 W/m2. Untuk data
keseluruhan harian intensitas radiasi matahari dapat dilihat pada lampiran 2.
4.2.2.3 Kabupaten Gorontalo
Untuk Daerah Kabupaten Gorontalo, penelitiaan dilakukan di 2 Lokasi
yaitu Desa Polohungo dan Desa Bongohulawa.
1. Desa Polohungo
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di Desa Polohungo
selama 5 hari yaitu pada tanggal 7 April 2013 sampai dengan 11 April 2013
diperoleh data karateristik intensitas radiasi matahari sebagaimana terlampir
pada Lampiran 1. Berikut data pembacaan alat ditunjukkan pada Tabel 4.7
sebagai berikut:
Tabel 4.7 Data pembacaan alat di Desa Polohungo
No. Tanggal
Mulai dan Berakhirnya
Pembacaan Alat
Nilai Tertinggi dan Terendah
Pembacaan Alat Rata-rata
Harian Mulai Berakhir Terendah Tertinggi
Pukul W/m2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 W/m
2
1 7 April 13 06.30 50 17.30 23 17.30 23 10.00 850 240,32
2 8 April 13 06.30 41 17.30 10 17.30 10 12.00 1075 323,28
3 9 April 13 06.30 15 17.30 48 06.30 15 12.30 875 411,4
4 10 April 13 06.30 26 17.30 70 06.30 26 10.00 935 450,48
5 11 April 13 06.30 35 17.30 30 17.30 30 12.00 960 341,44
Rata-rata 353,384
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dibuatlah grafik rata-rata
harian intensitas radiasi matahari di Desa Polohungo, seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.7 sebagai berikut:
41
Gambar 4.7 Grafik karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari
di Desa Polohungo
Dari grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata harian intensitas radiasi
matahari tertinggi terjadi pada hari pertama dengan rata-rata harian 450,48
W/m2, sedangkan
intensitas radiasi matahari terendah terjadi pada hari kelima
dengan rata-rata harian 240,32 W/m2, dan rata-rata intensitas radiasi matahari
di Desa Polohungo dalam 5 hari pengkuran adalah 353,384 W/m2. Untuk data
keseluruhan harian intensitas radiasi matahari dapat dilihat pada lampiran 2.
2. Desa Bongohulawa
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di Desa Bongohulawa
selama 5 hari yaitu pada tanggal 1 April 2013 sampai dengan 5 April 2013
diperoleh data karateristik intensitas radiasi matahari sebagaimana terlampir
pada Lampiran 1. Berikut data pembacaan alat ditunjukkan pada Tabel 4.8
sebagai berikut:
Tabel 4.8 Data pembacaan alat di Desa Bongohulawa
No. Tanggal
Mulai dan Berakhirnya
Pembacaan Alat
Nilai Tertinggi dan Terendah
Pembacaan Alat Rata-rata
Harian Mulai Berakhir Terendah Tertinggi
Pukul W/m2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 W/m
2
1 1 April 13 06.30 69 17.30 32 17.30 32 11.30 965 462,48
2 2 April 13 06.30 72 17.30 0 17.30 0 12.00 910 469,04
3 3 April 13 06.30 10 17.30 70 06.30 10 13.00 915 372,08
4 4 April 13 06.30 55 17.30 32 17.30 32 12.30 945 389,08
5 5 April 13 06.30 0 17.30 25 06.30 0 12.00 917 383,92
Rata-rata 415,32
240.32
323.28
411.4450.48
341.44
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4 5
(W/m
²)
Hari Pengukuran
Intensitas Radiasi Matahari di Desa Polohungo
42
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dibuatlah grafik rata-rata
harian intensitas radiasi matahari di Desa Bongohulawa, seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.8 sebagai berikut.
Gambar 4.8 Grafik karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari
di Desa Bongohulawa
Dari grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata harian intensitas radiasi
matahari tertinggi terjadi pada hari pertama dengan rata-rata harian 469,04
W/m2, sedangkan
intensitas radiasi matahari terendah terjadi pada hari kelima
dengan rata-rata harian 372,08 W/m2, dan rata-rata intensitas radiasi matahari
di Desa Bongohulawa dalam 5 hari pengkuran adalah 415,32 W/m2. Untuk
data keseluruhan harian intensitas radiasi matahari dapat dilihat pada
lampiran 2.
4.2.2.4 Kabupaten Boalemo
Untuk Daerah Kabupaten Boalemo, penelitiaan dilakukan di 2 Lokasi
yaitu Desa Tapadaa dan Desa Polohungo.
1. Desa Tapadaa
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di Desa Tapadaa selama
5 hari yaitu pada tanggal 7 Mei 2013 sampai dengan 11 Mei 2013 diperoleh
data karateristik intensitas radiasi matahari sebagaimana terlampir pada
462.48 469.04
372.08 389.08 383.92
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4 5
(W/m
²)
Hari Pengukuran
Intensitas Radiasi Matahari di Desa Bongohulawa
43
Lampiran 1. Berikut data pembacaan alat ditunjukkan pada Tabel 4.9 sebagai
berikut:
Tabel 4.9 Data pembacaan alat di Desa Tapadaa
No. Tanggal
Mulai dan Berakhirnya
Pembacaan Alat
Nilai Tertinggi dan Terendah
Pembacaan Alat Rata-rata
Harian Mulai Berakhir Terendah Tertinggi
Pukul W/m2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 W/m
2
1 7 Mei 13 06.30 10 17.30 0 17.30 0 13.00 885 311,2
2 8 Mei 13 06.30 30 17.30 28 17.30 28 11.00 1052 220,44
3 9 Mei 13 06.30 12 17.30 35 06.30 12 12.30 959 338,36
4 10 Mei 13 06.30 60 17.30 59 17.30 59 11.30 1080 368,92
5 11 Mei 13 06.30 28 17.30 29 06.30 28 11.00 930 242,52
Rata-rata 296,288
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dibuatlah grafik rata-rata
harian intensitas radiasi matahari di Desa Tapadaa, seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.9 sebagai berikut:
Gambar 4.9 Grafik karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari
di Desa Tapadaa
Dari grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata harian intensitas radiasi
matahari tertinggi terjadi pada hari pertama dengan rata-rata harian 368,92
W/m2, sedangkan
intensitas radiasi matahari terendah terjadi pada hari kelima
dengan rata-rata harian 220,44 W/m2, dan rata-rata intensitas radiasi matahari
311.2
220.44
338.36368.92
242.52
0
100
200
300
400
1 2 3 4 5
(W/m
²)
Hari pengukuran
Intensitas Radiasi Matahari di Desa Tapadaa
44
di Desa Bongohulawa dalam 5 hari pengkuran adalah 296,288 W/m2. Untuk
data keseluruhan harian intensitas radiasi matahari dapat dilihat pada
lampiran 2.
2. Desa Polohungo
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di Desa Polohungo
selama 5 hari yaitu pada tanggal 13 Mei 2013 sampai dengan 17 Mei 2013
diperoleh data karateristik intensitas radiasi matahari sebagaimana terlampir
pada Lampiran 1. Berikut data pembacaan alat ditunjukkan pada Tabel 4.10
sebagai berikut:
Tabel 4.10 Data pembacaan alat di Desa Polohungo
No. Tanggal
Mulai dan Berakhirnya
Pembacaan Alat
Nilai Tertinggi dan Terendah
Pembacaan Alat Rata-rata
Harian Mulai Berakhir Terendah Tertinggi
Pukul W/m2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 W/m
2
1 13 Mei 13 06.30 240 17.30 21 17.30 21 10.00 965 289,68
2 14 Mei 13 06.30 69 17.30 39 17.30 39 12.00 960 337
3 15 Mei 13 06.30 80 17.30 29 17.30 29 10.30 987 399,08
4 16 Mei 13 06.30 215 17.30 30 17.30 30 11.00 940 306,36
5 17 Mei 13 06.30 0 17.30 19 06.30 0 13.00 846 408,16
Rata-rata 348,056
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dibuatlah grafik rata-rata
harian intensitas radiasi matahari di Desa Polohungo, seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.10 sebagai berikut.
Gambar 4.10 Grafik karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari
di Desa Polohungo
289.68337
399.08
306.36
408.16
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4 5
(W/m
²)
Hari Pengukuran
Intensitas Radiasi Matahari di Desa Polohungo
45
Dari grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata harian intensitas radiasi
matahari tertinggi terjadi pada hari pertama dengan rata-rata harian 408,16
W/m2, sedangkan
intensitas radiasi matahari terendah terjadi pada hari kelima
dengan rata-rata harian 289,68 W/m2, dan rata-rata intensitas radiasi matahari
di Desa Bongohulawa dalam 5 hari pengkuran adalah 348,056 W/m2. Untuk
data keseluruhan harian intensitas radiasi matahari dapat dilihat pada
lampiran 2.
4.2.2.5 Kabupaten Pohuwato
Untuk Daerah Kabupaten Pohuwato, penelitiaan dilakukan di 2 Lokasi
yaitu Desa Maleo dan Desa Molamahu.
1. Desa Maleo
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di Desa Maleo selama 5
hari yaitu pada tanggal 19 Mei 2013 sampai dengan 23 Mei 2013 diperoleh
data karateristik intensitas radiasi matahari sebagaimana terlampir pada
Lampiran 1. Berikut data pembacaan alat ditunjukkan pada Tabel 4.11
sebagai berikut:
Tabel 4.11 Data pembacaan alat di Desa Maleo
No. Tanggal
Mulai dan Berakhirnya
Pembacaan Alat
Nilai Tertinggi dan Terendah
Pembacaan Alat Rata-rata
Harian Mulai Berakhir Terendah Tertinggi
Pukul W/m2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 W/m
2
1 19 Mei 13 06.30 48 17.30 22 17.30 22 10.30 880 428,24
2 20 Mei 13 06.30 19 17.30 38 06.30 19 10.30 970 305,2
3 21 Mei 13 06.30 12 17.30 55 06.30 12 11.30 920 415,24
4 22 Mei 13 06.30 23 17.30 52 06.30 23 11.30 1000 474,84
5 23 Mei 13 06.30 120 17.30 39 17.30 39 10.30 931 265,96
Rata-rata 377,896
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dibuatlah grafik rata-rata
harian intensitas radiasi matahari di Desa Maleo, seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.11 sebagai berikut:
46
Gambar 4.11 Grafik karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari
di Desa Maleo
Dari grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata harian intensitas radiasi
matahari tertinggi terjadi pada hari pertama dengan rata-rata harian 474,84
W/m2, sedangkan
intensitas radiasi matahari terendah terjadi pada hari kelima
dengan rata-rata harian 265,96 W/m2, dan rata-rata intensitas radiasi matahari
di Desa Maleo dalam 5 hari pengkuran adalah 377,896 W/m2. Untuk data
keseluruhan harian intensitas radiasi matahari dapat dilihat pada lampiran 2.
2. Desa Molamahu
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di Desa Molamahu
selama 5 hari yaitu pada tanggal 25 Mei 2013 sampai dengan 29 Mei 2013
diperoleh data karateristik intensitas radiasi matahari sebagaimana terlampir
pada Lampiran 1. Berikut data pembacaan alat ditunjukkan pada Tabel 4.12
sebagai berikut:
Tabel 4.12 Data pembacaan alat di Desa Molamahu
No. Tanggal
Mulai dan Berakhirnya
Pembacaan Alat
Nilai Tertinggi dan Terendah
Pembacaan Alat Rata-rata
Harian Mulai Berakhir Terendah Tertinggi
Pukul W/m2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 Pukul W/m
2 W/m
2
1 25 Mei 13 06.30 80 17.30 43 17.30 43 11.00 840 405,88
2 26 Mei 13 06.30 60 17.30 39 17.30 39 11.30 930 416,88
3 27 Mei 13 06.30 30 17.30 29 17.30 29 11.00 881 438,92
4 28 Mei 13 06.30 42 17.30 55 06.30 42 14.30 443 192,6
5 29 Mei 13 06.30 85 17.30 35 17.30 35 13.30 895 364,68
Rata-rata 363,792
428.24
305.2
415.24474.84
265.96
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4 5
(W/m
²)
Hari Pengukuran
Intensitas Radiasi Matahari di Desa Maleo
47
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dibuatlah grafik rata-rata
harian intensitas radiasi matahari di Desa Molamahu, seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.12 sebagai berikut.
Gambar 4.12 Grafik karakteristik rata-rata harian intensitas radiasi matahari
di Desa Molamahu
Dari grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata harian intensitas radiasi
matahari tertinggi terjadi pada hari pertama dengan rata-rata harian 438,92
W/m2, sedangkan
intensitas radiasi matahari terendah terjadi pada hari kelima
dengan rata-rata harian 192,6 W/m2, dan rata-rata intensitas radiasi matahari
di Desa Maleo dalam 5 hari pengkuran adalah 363,792 W/m2. Untuk data
keseluruhan harian intensitas radiasi matahari dapat dilihat pada lampiran 2.
Sesuai uraian di atas pengukuran radiasi matahari itu sendiri dilakukan
selama 12 jam dimulai dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 WITA. Dari
rentang waktu tersebut alat yang digunakan untuk pengukuran intensitas radiasi
matahari (actinograph) mulai melakukan pembacaan terhadap adanya intensitas
radiasi matahari mulai dari pukul 06.30 sampai dengan 17.30 WITA. Sehingga
bisa dilihat untuk lamanya penyinaran matahari dalam 1 (satu) hari kurang lebih
mencapai waktu 11 jam.
Berdasarkan data intensitas radiasi harian matahari pada setiap lokasi
penelitian yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh besarnya nilai rata-rata
405.88 416.88 438.92
192.6
364.68
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4 5
(W/m
²)
Hasil Pengukuran
Intensitas Radiasi Matahari di Desa Molamahu
48
intensitas radiasi matahari di Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada tabel 4.13
sebagai berikut:
Tabel 4.13 Nilai rata-rata radiasi matahari tiap lokasi penelitian
No. Kabupaten Kecamatan Desa
Intensitas
Radiasi
Matahari
(W/m2)
Insolasi Harian
Matahari
(kWh/m2/hari)
1. GORUT Kwandang Pontolo Atas 440,72 4,85
Anggrek Tutuwoto 425,96 4,65
2. Bone
Bolango
Bulango U. Meranti 364,544 4,01
Tapa Tupa 342,416 3,77
3. Gorontalo Limboto Polohungo 353,384 3,89
Limboto Bongohulawa 415,32 4,57
4. Boalemo Botumoito Tapadaa 296,288 3,26
Dulupi Polohungo 348,056 3,83
5. Pohuwato Paguat Maleo 377,896 4.16
Paguat Molamahu 363,792 4,00
Rata-rata 372,84 4,099
4.2.3 Profil Penggunaan Mesin Pertanian
Dalam kegiatan pasca panen, dalam hal ini untuk pertanian jagung ada
teknologi yang memudahkan dan mempercepat kegiatan pasca panen yaitu
berupa mesin pertanian yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.14 Mesin pertanian pasca panen jagung
No. Mesin pertanian Spesifikasi Mesin
Type Mesin Penggerak
1. Pemipil jagung
(Cornsheller)
Cornsheller,
Merek/Model : MBI
CS 1500
Diesel, Merek Yanmar,
Model : TF 65 R, Daya
6,5Hp / 2200 rpm
2. Pengering jagung Bed Dryer, Model : BP
4200 J
Diesel, Merek Yanmar,
Daya 6,5 Hp / 2200 rpm
Sumber: Mitra Balai Industri
49
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani bahwa kebutuhan penggunaan
mesin pertanian dalam kegiatan pasca panen (jagung) lebih cenderung pada
pemipil jagung saja, sedangkan untuk proses pengeringan jagung memanfaatkan
sinar matahari. Sesuai data dalam MBI (Mitra Balai Industri) untuk mesin pasca
panen jagung terdapat dua mesin pertanian, yaitu pemipil dan pengering jagung.
Sehingga dalam hal ini untuk perhitungan beban yang harus disuplai adalah
besarnya energi listrik yang dibutuhkan dalam penggunaan mesin pertanian
tersebut.
Dalam kegiatan pasca panen (jagung) terhitung mulai pada pukul 08.00
sampai dengan pukul 16.00 WITA mesin pertanian akan membutuhkan energi
untuk mengoperasikanya. Apabila dikalkulasikan dari pengoperasian mesin
pertanian membutuhakan energi listrik secara keseluruhan ± 72,705 kWh per
hari. Pada tebel 4.15 akan diperlihatkan data pemakaian energi listrik dalam
penggunaan sebagai berikiut:
Tabel 4.15 Data penggunaan energi listrik
No. Mesin pertanian Spesifikasi Mesin
Hp kW kWh/hari
1. Perontok/Pemipil Jagung 6,5 4,847 33,929
2. Pengering Jagung 6,5 4,847 38,776
Total 9,694 72,705
4.3 Pembahasan
4.3.1 Perencanaan PLTS
4.3.1.1 Energi Listrik yang akan Disuplai PLTS
Dalam mendukung program agropolitan daerah potensi yang belum
mendapatkan aliran listrik PLN maka sudah pasti pengembangan PLTS pada
daerah potensi akan mensuplai energi listrik secara keseluruhan dari kebutuhan
50
energi yang digunakan untuk pengoperasian mesin pertanian dalam kegiatan
pasca panen (jagung). Dalam 1 (satu) jam energi yang dibutuhkan untuk
mengoperasikan dua jenis mesin pertanian tersebut adalah 9,694 kWh.
Sedangkan dalam sehari penggunaan mesin pertanian untuk mesin perontok
berkisar 7 jam dengan energi yang dibutuhkan 33,929 kWh per hari, untuk
mesin pengering jagung berkisar 8 jam dengan energi yang dibutuhkan 38,776
kWh per hari. Yaitu dihitung dari memulai kegiatan pada pukul 08.00 sampai
dengan pukul 16.00 WITA.
Dengan demikian besar pemakaian energi listrik (EL) pada daerah potensil
yang belum mendapatkan aliran listrik PLN dari kebutuhan penggunaan
mesin/alat-alat pertanian dihitung dari memulai kegiatan pada pukul 08.00
sampai dengan pukul 16.00 WITA, yang akan disuplai PLTS adalah sebesar
72,705 kWh per hari.
4.3.1.2 Menentukan Sistem PLTS
Diketahui bahwa dalam mendukung program agropolitan daerah potensi
yang belum mendapatkan aliran listrik PLN maka sudah pasti pengembangan
PLTS pada daerah potensi akan mensuplai energi listrik untuk mengoperasikan
mesin pertanian dalam kegiatan pasca panen (jagung) adalah sistem PLTS
Stand-Alone atau yang berdiri sendiri. Sistem PLTS yang berdiri sendiri ini
terdiri dari komponen PV array, Charge Controller, Baterai dan Inverter.
Sumber : Nafeh, 2009
Gambar 4.13 Sistem PLTS yang berdiri sendiri (Stand-Alone)
51
4.3.1.3 Daya yang Dibangkitkan Panel Surya (Watt peak)
4.3.1.3.1 Menghitung Area Array (PV area)
Luas area array diperhitungkan dengan menggunakan rumus 2.5 sebagai
berikut:
PV Area = 𝐸𝐿
𝐺𝑎𝑣 𝑥 𝜂𝑃𝑉 𝑥 𝑇𝐶𝐹 𝑥 𝜂𝑜𝑢𝑡
Berdasarkan pemakaian energi listrik (EL) daerah potensi yang akan
disuplai oleh PLTS adalah sebesar 72,705 kWh. Secara umum untuk nilai
insolasi harian matahari (Gav) akan dipergunakan nilai insolasi harian matahari
terendah dari hasil pengukuran pada setiap lokasi penelitian yaitu sebesar 3,26
kWh/m2 (data dapat dilihat pada tabel 4.13). Dengan tujuan pemilihan nilai
terendah dari intensitas radiasi matahari, agar pada saat radiasi matahari berada
pada nilai yang paling rendah, dengan harapan PLTS akan tetap dapat memenuhi
besar kapasitas yang dibangkitkan. Efisiensi panel surya (ηPV) yang akan
digunakan mengacu pada efisiensi panel surya Monokristal Silikon (Mono-
crystalline Silicon) yang memiliki efisiensi 14-18 %. Dalam hal ini diambil salah
satu dari type panel surya tersebut yaitu panel surya dengan type Mono-
crystalline Silicon dengan daya 100Wp.
Tabel 4.16 Data spesifikasi panel surya 100 Wp
Sell Type Monocrystalline
Max Power (Pmax) 100 W
Voltage at Pmax (Vmpp) 17,4 V
Current at Pmax (Impp) 5,75 A
Short circuit current (Isc) 6,33 A
Open circuit voltage (Voc) 21,6 V
Dimension 1200 x 540 x 30 mm
Number of cells 36 cells
Weight 8,5 kg
Sumber: Sentradaya
52
Dengan melihat spesifikasi panel surya di atas maka efisiensi panel surya
tersebut dapat dihitung menggunakan rumus 2.1, sebagai berikut:
η = 𝑃𝑀𝑃𝑃
𝐺 𝑥 𝐴 x 100%
= 100
1000 𝑊/𝑚2 𝑥 0,65 𝑚2 x 100%
= 15,38%
Sebuah panel surya dapat bekerja secara maksimum jika temperatur yang
diterimanya tetap normal 25oC. Seperti yang dinyatakan dalam (Foster dkk.,
2010) panel surya akan beroperasi secara maksimum jika temperatur yang
diterimanya tetap normal yaitu pada temperatur 25oC. Kenaikan temperatur lebih
tinggi dari temperatur normal pada panel surya akan mempengaruhi
berkurangnya tegangan (Voc) yang dihasilkan oleh panel surya. Setiap kenaikan
temperatur panel surya 1oC dari suhu normalnya (25
oC) maka kinerja panel
surya akan berkurang sekitar 0,5% pada total tenaga (daya) yang dihasilkan.
Data temperatur maksimum untuk daerah Provinsi Gorontalo pada tabel
4.1 yang menunjukan bahwa selama tahun 2010, temperatur paling maksimum
untuk daerah Provinsi Gorontalo adalah sebesar 34,2oC data temperatur tersebut
memperlihatkan bahwa ada peningkatan suhu sebesar 9,2oC dari suhu standar
panel surya (25oC).
Besarnya daya yang berkurang pada saat temperatur di sekitar panel surya
mengalami kenaikan 9,2oC dari temperatur standarnya, diperhitungkan dengan
mempergunakan rumus 2.2 sebagai berikut :
Psaat t naik oC = 0,5% /
oC x PMPP x kenaikan temperatur (
oC)
= 0,5% /oC x 100 x 9,2
oC
= 4,6 W
53
Sehingga untuk daya maksimum yang dikeluarkan panel surya disaat
temperaturnya mengalami kenaikan menjadi 34,2oC dapat dihitung
menggunakan rumus 2.3 sebagai berikut :
PMPP saat naik menjadi toC = PMPP - Psaat t naik
oC
= 100 W – 4,6 W
= 95,4 W
Maka nilai TCF dapat dihitung dengan rumus 2.4 sebagai berikut:
TCF = PMPP saat naik menjadi t oC / PMPP
= 95,4 W
100 W
= 0,95
Untuk nilai (ηout) dihitung berdasarkan efisiensi komponen-komponen
yang melengkapi sistem PLTS. Dalam sistem PLTS Stand-Alone yaitu yang
berdiri sendiri yakni dilengkapi dengan Charge Controller, Baterai dan Inverter
maka besar nilai (ηout) adalah hasil perkalian dari efisiensi Charge Controller,
Baterai dan Inverter yaitu sebagai berikut:
ηout = ηc x ηb x ηi = 0,95 x 0,9 x 0,9 = 0,77
Sehingga apabila EL, Gav, ηPV, TCF dan ηout dimasukan ke dalam rumus
2.5, akan diperoleh hasil sebagai berikut:
PV Area = 𝐸𝐿
𝐺𝑎𝑣 𝑥 𝜂𝑃𝑉 𝑥 𝑇𝐶𝐹 𝑥 𝜂𝑜𝑢𝑡
= 72,705 kWh
3,26 kWh /m2𝑥 0,1538 𝑥 0,95 𝑥 0,77
= 198,23 m2
54
Dengan menggunakan rumus di atas, maka luas area array panel surya
untuk tiap lokasi pengukuran intensitas radiasi matahari(lahan pertanian tempat
pengambilan data) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.17 Area array panel surya tiap lokasi pengambilan data
No. Kabupaten Desa
Intensitas
Radiasi
Matahari
(W/m2)
Insolasi Harian
Matahari
(kWh/m2/hari)
PV Area
(m2)
1. GORUT Pontolo Atas 440,72 4,85 133,25
Tutuwoto 425,96 4,65 139,25
2. Bone
Bolango
Meranti 364,544 4,01 161,16
Tupa 342,416 3,77 171,42
3. Gorontalo Polohungo 353,384 3,89 166,13
Bongohulawa 415,32 4,57 141,41
4. Boalemo Tapadaa 296,288 3,26 198,23
Polohungo 348,056 3,83 168,73
5. Pohuwato Maleo 377,896 4.16 155,35
Molamahu 363,792 4,00 161,56
4.3.1.4 Menghitung Kapasitas Komponen PLTS
4.3.1.4.1 Menghitung Jumlah Panel Surya
Untuk mengetahui jumlah panel surya dengan luas area array 198,23 m2
untuk spesifikasi panel surya 100 Wp, terlebih dahulu diketahui berapa daya
yang dibangkitkan area array panel surya tersebut (Watt peak). Yaitu dengan
menggunakan rumus 2.6 sebagai berikut:
PWatt peak = area array x PSI x ηPV
Diketahui nilai area array adalah 198,23 m2, dengan Peak Sun Insolation
(PSI) adalah 1000 W/m2 dan efisiensi panel surya adalah 15,38% maka:
55
PWatt peak = 198,23 m2 x 1000 W/m
2 x 0,1538
= 30487,8 Watt peak
Dengan demikian untuk panel surya yang memiliki spesifikasi PMPP =
100Wp dengan luas area array 198,23 m2, maka jumlah panel surya dapat
diperhitungkan dengan rumus 2.7 sebagai berikut :
Jumlah Panel Surya = PWatt 𝑝𝑒𝑎𝑘
PMPP
= 30487 ,8 W
100 W
= 304,88 panel surya
Sesuai dengan persamaan di atas, maka jumlah panel surya untuk tiap
lokasi pengukuran intensitas radiasi matahari (lahan pertanian tempat
pengambilan data) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.18 Jumlah panel surya tiap lokasi pengambilan data
No. Desa
Intensitas
Radiasi
Matahari
(W/m2)
Insolasi
Harian
Matahari
(kWh/m2/hari)
PV Area
(m2)
Jumlah
Panel
Surya
1. Pontolo Atas 440,72 4,85 133,25 204,94
Tutuwoto 425,96 4,65 139,25 214,17
2. Meranti 364,544 4,01 161,16 247,86
Tupa 342,416 3,77 171,42 263,64
3. Polohungo 353,384 3,89 166,13 255,51
Bongohulawa 415,32 4,57 141,41 217,49
4. Tapadaa 296,288 3,26 198,23 304,88
Polohungo 348,056 3,83 168,73 259,51
5. Maleo 377,896 4.16 155,35 238,92
Molamahu 363,792 4,00 161,56 248,48
56
4.3.1.4.2 Menghitung Kapasitas Baterai
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi energi harian besar kapasitas
baterai dapat ditentukan menggunakan rumus 2.8, dengan menentukan hari
otonomi satu hari dengan artian baterai hanya mensuplai energi hanya pada hari
itu saja. Besarnya Deep Of Discharge (DOD) pada baterai adalah 80% (Mark
Hankins, 1991:68 dalam Bien, dkk. 2008) sebagai berikut:
C = N x Ed / DOD x ηinv
= 1 x 72,705 kWh
0,8 x 0,9
= 100,98 kWh
Jika baterai yang digunakan dalam sistem PLTS dengan tegangan 12 V,
maka kapasitas Ah baterai yang diperlukan adalah 100980/12 = 8415 Ah.
4.3.1.4.3 Menghitung Kapasitas Charge Controller
Beban pada sebuah sistem PLTS dari baterai akan dan melewati Charge
Controller. Dengan mengetahui spesifikasi dan jumlah panel surya yang
digunakan, maka kapasitas arus yang mengalir pada Charge Controller. Yaitu
dengan nilai Short Circuit Current (Isc) = 6,33 A pada panel surya dikalikan
dengan jumlah panel yang digunakan yaitu 304,88 buah panel surya. Maka
dapat dikalkulasikan sebagai berikut: (Isc) = 6,33 x 304,88 = 1929,89 Ampere.
Maka besar kapasitas Charge Controller untuk setiap lokasi pengukuran
intensitas radiasi matahari (lahan pertanian tempat pengambilan data) adalah
dengan mengalikan jumlah panel surya tiap lokasi penelitian dengan nilai Short
Circuit Current (Isc) panel surya yang digunakan yaitu sebagai berikut:
57
Tabel 4.19 Kapasitas Charge Controller tiap lokasi pengambilan data
No. Kabupaten Desa Jumlah Panel
Surya
Kapasitas Charger
Controller (Ampere)
1. GORUT Pontolo Atas 204,94 1297,27
Tutuwoto 214,17 1355,69
2. Bone
Bolango
Meranti 247,86 1568,95
Tupa 263,64 1668,84
3. Gorontalo Polohungo 255,51 1617,38
Bongohulawa 217,49 1376,71
4. Boalemo Tapadaa 304,88 1929,89
Polohungo 259,51 1642,69
5. Pohuwato Maleo 238,92 1512,36
Molamahu 248,48 1572,88
4.3.1.4.4 Menghitung Kapasitas Inverter
Dalam pemilihan inverter, diusahakan kapasitas daya dari inverter
mendekati kapasitas daya yang dilayani. Dengan maksud agar efisiensi kerja
inverter akan menjadi maksimal. Sesuai dengan spesifikasi penel surya yang
memiliki VMPP = 17,4V, IMPP = 5,75A dan PMPP = 100Wp per panel dan jumlah
panel surya yang digunakan 304,88 panel, maka kapasitas inverter yang
digunakan adalah 17,4V x 5,75A x 304,88 = 30503,24 W.
Dengan demikian kapasitas untuk setiap lokasi pengukuran intensitas
radiasi matahari (lahan pertanian tempat pengambilan data) adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.20 Kapasitas inverter tiap lokasi pengambilan data
No. Kabupaten Desa Jumlah Panel
Surya
Kapasitas Inverter
(Watt)
1. GORUT Pontolo Atas 204,94 20504,25
Tutuwoto 214,17 21427,71
2. Bone
Bolango
Meranti 247,86 24798,39
Tupa 263,64 26377,18
3. Gorontalo Polohungo 255,51 25563,78
Bongohulawa 217,49 21759,88
4. Boalemo Tapadaa 304,88 30503,24
Polohungo 259,51 25963,98
5. Pohuwato Maleo 238,92 23903,95
Molamahu 248,48 24860,42
58
4.3.1.5 Pemasangan Panel Surya
Orientasi dari rangkaian panel surya (array) ke arah matahari adalah hal
yang penting untuk diperhatikan, agar panel surya (array) dapat menghasilkan
energi maksimum. Letak geografis Provinsi Gorontalo antara 0o19’ – 1
o15’
Lintang Utara dan 121o
23’ –123o
43’ Bujur Timur, menunjukan bahwa wilayah
Provinsi Gorontalo terletak di belahan bumi bagian Utara. Dengan demikian
untuk pemasangan panel surya (array) untuk wilayah Provinsi Gorontalo
berorientasi mengarah ke Selatan dengan sudut kemiringan berkisar 0o – 1
o.