21
41 Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa darah puasa (GDP) hewan uji, sehingga buah ini selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu bahan alternatif dalam terapi herbal, khususnya dalam pengelolaan penyakit diabetes melitus (DM) yang saat ini kasusnya banyak sekali dijumpai di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Buah tin yang masih segar diperoleh dari Kompleks Pesantren Qiro’atus Sab’ah, Limbangan, Garut, Jawa Barat. IV.1 Kegiatan Pendahuluan Sebagai kegiatan pendahuluan, dilakukan penapisan fitokimia terhadap ekstrak buah tin yang ditujukan untuk mengidentifikasi adanya kandungan metabolit sekunder di dalam buah tin. Metabolit sekunder yang dimaksud yaitu alkaloid, saponin, steroid dan triterpenoid. Hasil penapisan fitokimia ini hanya menunjukkan adanya senyawa triterpenoid, yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu setelah ekstrak eter buah tin ditetesi dengan pereaksi Liebermann– Burchard, seperti tampak pada Gambar IV.1. Sementara hasil penapisan fitokimia selengkapnya dapat dilihat pada Tabel IV.1. Gambar IV.1. Warna ungu yang terbentuk setelah ekstrak eter buah tin diuji dengan Liebermann–Burchard

Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

  • Upload
    vuthuy

  • View
    220

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

41

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu

merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.)

melalui penurunan kadar glukosa darah puasa (GDP) hewan uji, sehingga buah ini

selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu bahan alternatif dalam terapi

herbal, khususnya dalam pengelolaan penyakit diabetes melitus (DM) yang saat

ini kasusnya banyak sekali dijumpai di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Buah

tin yang masih segar diperoleh dari Kompleks Pesantren Qiro’atus Sab’ah,

Limbangan, Garut, Jawa Barat.

IV.1 Kegiatan Pendahuluan

Sebagai kegiatan pendahuluan, dilakukan penapisan fitokimia terhadap ekstrak

buah tin yang ditujukan untuk mengidentifikasi adanya kandungan metabolit

sekunder di dalam buah tin. Metabolit sekunder yang dimaksud yaitu alkaloid,

saponin, steroid dan triterpenoid. Hasil penapisan fitokimia ini hanya

menunjukkan adanya senyawa triterpenoid, yang ditandai dengan terbentuknya

warna ungu setelah ekstrak eter buah tin ditetesi dengan pereaksi Liebermann–

Burchard, seperti tampak pada Gambar IV.1. Sementara hasil penapisan fitokimia

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel IV.1.

Gambar IV.1. Warna ungu yang terbentuk setelah ekstrak eter buah tin diuji dengan Liebermann–Burchard

Page 2: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

42

Tabel IV.1. Pemeriksaan kandungan metabolit sekunder buah tin (Ficus carica L.) melalui penapisan fitokimia

No. Metabolit Sekunder Hasil

1 2 3 4

Alkaloid Saponin Steroid Triterpenoid

– – – +

Selain menggunakan buah tin sebagai bahan utama yang diselidiki aktivitas

hipoglikemiknya, dalam penelitian ini digunakan tikus putih jantan galur wistar

(Rattus norvegicus L.) sebagai hewan uji yang dikondisikan terlebih dahulu

sehingga menderita penyakit diabetes dengan cara diinduksi oleh larutan aloksan

monohidrat. Tikus diabetes ini merupakan representasi dari para pasien penderita

DM.

Kadar GDP dari semua hewan uji terus dipantau, baik sebelum maupun setelah

diberi perlakuan, selama 21 hari, hingga diperoleh data yang selanjutnya dapat

digunakan sebagai bukti ilmiah mengenai aktivitas hipoglikemik yang dimiliki

oleh buah tin. Dan sebagai perbandingan, dilakukan juga penentuan aktivitas

hipoglikemik dari salah satu obat antidiabetes oral yang sudah beredar di pasaran,

yaitu metformin, terhadap hewan uji yang sama. Hewan uji yang dimaksud

diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin,

Bandung, Jawa Barat.

IV.2 Pembuatan Ekstrak Air Buah Tin

Salah satu manfaat aplikatif yang ingin dicapai melalui penelitian ini yaitu para

penderita DM dapat langsung menggunakan buah tin sebagai obat antidiabetes

dengan cara yang praktis, tanpa harus susah payah mengisolasi zat aktif

antidiabetes terlebih dahulu. Misalnya, cukup dengan mengkonsumsi air rebusan

buah tin dengan dosis dan waktu penggunaan yang tepat, maka kadar GDP para

penderita DM dapat diarahkan hingga mencapai sasaran yang diinginkan. Untuk

kepentingan ini, ekstraksi buah tin dilakukan dengan cara perkolasi menggunakan

Page 3: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

43

air atau aquades sebagai pelarutnya. Namun, penggunaan air akan mengakibatkan

ekstrak buah tin mudah dan cepat ditumbuhi berbagai mikroba yang merugikan.

Pertumbuhan mikroba di dalam ekstrak ini akan menimbulkan penyimpangan dari

hasil yang diperoleh. Oleh karena itu, ke dalam ekstrak air ditambahkan beberapa

tetes etanol 10% yang dimaksudkan supaya ekstrak air buah tin dapat bertahan

relatif lebih lama, karena kemungkinan mikroba tumbuh di dalam media yang

mengandung etanol sangat kecil. Dari proses perkolasi ini, diperoleh ekstrak air

buah tin yang berwarna merah kecokelatan sebanyak 94 mL seperti terlihat pada

Gambar IV.2, dengan kadar buah tin sebesar 1.064 mg/mL. Ekstrak ini

selanjutnya disimpan di dalam freezer untuk proses selanjutnya.

Gambar IV.2. Ekstrak air buah tin (Ficus carica L.)

IV.3 Perlakuan Terhadap Hewan Uji

Berdasarkan jenis perlakuannya, hewan uji dibagi menjadi tujuh kelompok.

Jumlah sampel, dalam hal ini hewan uji, untuk masing-masing kelompok dihitung

berdasarkan rumus Federer, dengan r sebagai jumlah sampel dan t sebagai jumlah

perlakuan, sebagaimana terlihat pada persamaan (4.1).(51)

(r – 1)(t – 1) ≥ 15 (4.1)

(r – 1)(7 – 1) ≥ 15

(r – 1)6 ≥ 15

6r ≥ 21

r ≥ 3,5

Page 4: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

44

Jadi jumlah minimal sampel untuk setiap kelompok adalah empat ekor hewan uji.

Dengan demikian, untuk memenuhi keperluan ini, dibutuhkan hewan uji sebanyak

28 ekor. Akan tetapi dalam penelitian ini digunakan hewan uji sebanyak 35 ekor,

dengan perkiraan ada hewan uji yang mati sebelum perlakuan selesai karena

kondisi hiperglikemia yang terlalu tinggi, sehingga diperlukan beberapa hewan uji

cadangan.

Hewan uji tikus yang disiapkan berusia 2 – 3 bulan, dan setelah ditimbang satu

per satu, diperoleh kisaran berat badan tikus antara 152 – 224 gram, dengan rata-

rata berat badan sebesar 194,82 gram. Berat badan ini sangat erat kaitannya

dengan jumlah zat yang akan dimasukkan ke dalam tubuh tikus. Semua tikus

perlu diadaptasikan terlebih dahulu selama tujuh hari. Hal ini diperlukan untuk

menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru, sehingga tikus tidak stres.

Dengan demikian, kondisi hiperglikemia yang disebabkan oleh tingginya tingkat

stres pada tikus dapat dihindari. Sejak hari pertama proses adaptasi tersebut,

semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya.

Tikus yang diberi perlakuan selanjutnya adalah tikus yang mempunyai nilai GDP

normal, yaitu nilai GDP di bawah 126 mg/mL, sedangkan tikus yang mempunyai

nilai GDP di atas normal tidak dipergunakan. Untuk mengetahui kondisi awal dari

semua tikus yang digunakan, maka dilakukan pemeriksaan GDP pra induksi

terlebih dahulu. Dari pemeriksaan tersebut, diperoleh kisaran GDP antara 80,40 –

111,23 mg/dL, dengan rata-rata kadar GDP sebesar 91,22 mg/dL. Berdasarkan

nilai GDP yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semua hewan uji yang

disiapkan sudah memenuhi kriteria untuk diberi perlakuan selanjutnya.

Mula-mula sebanyak empat ekor tikus dimasukkan ke dalam kelompok satu (K.1)

yang merupakan kontrol negatif. Artinya kadar GDP tikus-tikus di dalam

kelompok ini dibiarkan berada dalam kisaran normal. Sementara tikus-tikus yang

lain diinduksi dengan larutan aloksan monohidrat secara intravena dengan dosis

125 mg/kgBB. Dengan rata-rata berat badan tikus sebesar 194,82 gram, maka

banyaknya aloksan monohidrat yang diinduksikan ke dalam tubuh tikus adalah

Page 5: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

45

sebesar 25 mg. Artinya, diperlukan sebanyak 0,25 mL larutan aloksan monohidrat

100 mg/mL untuk menginduksi tikus sehingga menderita diabetes. Dipilihnya

dosis ini dengan pertimbangan berdasarkan penelusuran literatur yang telah

dilakukan, diperoleh informasi bahwa dosis aloksan monohidrat 125 mg/kgBB

merupakan dosis optimal yang dapat menghasilkan sebanyak 80% tikus diabetes

dengan kadar glukosa darah 200 – 400 mg/dL. Sementara dosis aloksan

monohidrat 175 mg/kg BB menghasilkan keadaan diabetes dengan kadar glukosa

darah 400 – 800 mg/dL dan tikus yang dapat bertahan hidup setelah 48 jam hanya

25%.(43) Proses induksi dengan aloksan monohidrat ini menyebabkan kerusakan

pada sel β pankreas sehingga sekresi insulin akan berkurang dan kadar glukosa

dalam darah pun akan meningkat, akibatnya tikus-tikus ini menjadi diabetes.

Setelah dibiarkan selama tiga hari, GDP hewan uji tikus diperiksa kembali

sehingga diperoleh data kadar GDP pasca induksi pada T0. Tikus yang

mempunyai kadar GDP di atas 126 mg/dL dipilih sebagai tikus diabetes. Semua

tikus diabetes dikelompokkan menjadi enam kelompok secara acak, masing-

masing terdiri dari empat ekor. Jadi secara keseluruhan terdapat tujuh kelompok

tikus dengan perlakuan yang berbeda yaitu: kelompok K.1 sebagai kontrol negatif;

kelompok K.2 sebagai kontrol positif, hanya diberi Amidis® 1 mL per oral setiap

hari; kelompok K.3 sebagai kelompok pembanding, diberi metformin 50

mg/kgBB per oral setiap hari; serta kelompok K.4, K.5, K.6 dan K.7 sebagai

kelompok pengujian, masing-masing diberi ekstrak air buah tin dengan dosis

berturut-turut sebesar 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB dan 200

mg/kgBB per oral setiap hari.

IV.4 Pemeriksaan Kadar GDP

Pemeriksaan GDP dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan menggunakan

glukotester elektrik Life Scan tipe Smart Scan. Kedua, dengan menggunakan

metoda Somogyi–Nelson, yang didasarkan pada pengukuran absorbansi pada

panjang gelombang 660 nm dengan spektrofotometer Spectronic–Genesys 20.

Masing-masing metoda mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.

Kelebihan pemeriksaan kadar GDP dengan menggunakan glukotester elektrik di

Page 6: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

46

antaranya yaitu cepat dan praktis. Cukup dengan meneteskan sedikit cuplikan

darah yang diambil dari bagian ekor tikus ke atas strip yang sudah terpasang pada

bagian tertentu dari glukotester elektrik, maka nilai kadar GDP dalam mg/dL

dapat dilihat pada layar setelah 15 detik. Akan tetapi terbatasnya nilai kadar GDP

yang terjangkau menjadi salah satu kelemahan dari metoda ini. Glukotester

elektrik Life Scan tipe Smart Scan yang digunakan dalam penelitian ini hanya

dapat menjangkau nilai GDP sampai 600 mg/dL. Sementara nilai di atas 600

mg/dL tidak dapat terdeteksi dan pada layar akan muncul tulisan HI, artinya kadar

GDP sudah terlalu tinggi (high level). Dengan demikian, diperlukan pemeriksaan

GDP dengan metoda lain yang dapat menjangkau nilai GDP yang lebih luas.

Untuk kepentingan tersebut, pemeriksaan GDP ditentukan pula dengan metoda

Somogyi–Nelson. Meskipun kurang praktis dan relatif lebih lama, akan tetapi

nilai GDP yang dapat dijangkau melalui metoda ini lebih luas. Selain itu, nilai

GDP yang terukur melalui metoda Somogyi–Nelson tidak jauh berbeda dengan

nilai GDP yang terukur melalui glukotester elektrik. Oleh karena itu, untuk

kepentingan uji statistik dari data-data yang diperoleh, maka data yang dianalisis

dalam penelitian ini adalah data hasil pemeriksaan dengan metoda Somogyi–

Nelson. Pemeriksaan kadar GDP, baik dengan glukotester maupun dengan metoda

Somogyi–Nelson, dilakukan terhadap tikus yang sudah dipuasakan terlebih

dahulu selama 12 jam.

Penentuan kadar glukosa dengan metoda Somogyi–Nelson didasarkan pada reaksi

redoks antara gula pereduksi dengan ion tembaga serta reaksi redoks ion tembaga

dengan ion molibdenum. Reaksi redoks antara gula pereduksi dengan ion tembaga

berlangsung dalam suasana basa. Dalam suasana basa ion kompleks Cu2+ akan

membentuk Cu(OH)2 yang mudah mengendap. Untuk mengatasi supaya tidak

terbentuk endapan, maka ion Cu2+ direduksi menjadi Cu+ oleh gugus aldehid dari

gula pereduksi dengan bantuan pemanasan. Hasil reaksi terlihat dengan

munculnya endapan berwarna merah bata. Persamaan reaksi reduksi ion kompleks

Cu2+ oleh gugus aldehid dapat dilihat melalui persamaan (4.2) berikut:

Page 7: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

47

+ 2OH– ⎯→ + H2O + 2e

2Cu2+ + 2e ⎯→ 2Cu+

2Cu+ + 2OH– ⎯→ Cu2O + H2O

R–CHO + 2Cu2+ + 4OH– ⎯→ R–COOH + Cu2O + 2H2O (4.2)

Warna yang dihasilkan pada reaksi di atas memiliki intensitas yang sangat rendah

untuk dapat diukur dengan spektrofotometer. Oleh karena itu ditambahkan reagen

arsenomolibdat untuk meningkatkan intensitas warna senyawa yang akan diukur.

Dalam suasana asam, ion Cu+ akan kembali teroksidasi menjadi ion Cu2+,

sedangkan molibdenum dengan bilangan oksidasi (VI) akan tereduksi menjadi

molibdenum dengan bilangan oksidasi (IV). Reaksi ini menghasilkan senyawa

berwarna yang dapat diukur dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang

gelombang 660 nm. Dipilihnya panjang gelombang ini karena serapan maksimum

terjadi pada panjang gelombang tersebut. Konsentrasi molibdenum yang tereduksi

sebanding dengan konsentrasi Cu2O, sedangkan konsentrasi Cu2O sebanding

dengan konsentrasi senyawa gula pereduksi.(49)

IV.5 Hasil Pemeriksaan Kadar GDP

Perlakuan terhadap hewan uji dilakukan selama 21 hari, sehingga diperoleh data

kadar GDP pasca induksi pada T0, T7, T14 dan T21. Data hasil pemeriksaan kadar

GDP pra induksi, pasca induksi, baik pada T0, T7, T14 maupun pada T21 dapat

dilihat pada Tabel IV.2.

endapan merah bata

CH

O

R C

O

R OH

Page 8: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

48

Tabel IV.2. Data hasil pemeriksaan GDP hewan uji pra induksi dan pasca induksi pada T0, T7, T14 dan T21

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL) Pasca Induksi Kelompok No.

Pra Induksi T0 T7 T14 T21

K.1

1.1 1.2 1.3 1.4

87,68 80,81

102,54 94,93

91,72 83,64 101,09 90,22

88,08 76,77 98,55 88,77

87,68 79,60 103,26 86,59

84,44 75,15

107,25 90,94

Rata-rata 91,49 91,66 88,04 89,28 89,45

K.2

2.1 2.2 2.3 2.4

88,08 80,40 84,04 82,83

638,30 549,36 619,15 537,02

651,49 637,02 645,53 594,04

662,13 649,79 665,11 635,32

Rata-rata 83,84 585,96 632,02 653,09

K.3

3.1 3.2 3.3 3.4

84,04 93,74 99,28 94,14

665,53 440,04 562,55 659,15

543,40 419,81 541,28 224,95

65,00 55,45 50,00 57,73

367,39 566,38 567,66 546,81

Rata-rata 92,80 581,82 432,36 57,05 512,06

K.4

4.1 4.2 4.3 4.4

80,81 91,31 84,04 89,70

674,04 640,00 679,57 636,60

452,84 221,97 356,66 271,88

95,29 123,19 97,46 72,32

543,40 538,30 540,85 236,50

Rata-rata 86,46 657,55 325,84 97,07 464,76

K.5

5.1 5.2 5.3 5.4

89,70 104,71 80,81

106,16

357,48 608,51 452,84 482,56

251,77 399,59 363,26 391,74

57,73 71,92 69,49 56,36

239,85 454,90 466,46 553,19

Rata-rata 95,34 475,35 351,59 63,88 428,60

K.6

6.1 6.2 6.3 6.4

88,89 80,40

110,51 97,10

581,28 637,87 622,55 481,32

348,40 374,82 425,59 274,12

77,58 52,73 100,00 143,84

466,05 545,53 371,93 316,62

Rata-rata 94,23 580,76 355,73 93,54 425,03

K.7

7.1 7.2 7.3 7.4

111,23 91,72 86,87 87,68

602,98 453,25 373,58 553,62

363,67 355,42 131,88 316,62

77,98 67,73 118,48 92,53

438,80 430,55 371,10 480,91

Rata-rata 94,37 495,86 291,90 89,18 430,34

Data hasil pemeriksaan kadar GDP pra induksi, pasca induksi, baik pada T0, T7,

T14 maupun pada T21 tergambar lebih jelas pada Gambar IV.3 sampai Gambar

IV.9.

Page 9: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

49

Gambar IV.3. Perbandingan GDP tikus kelompok 1 pra induksi dan pasca induksi pada T0, T7, T14 dan T21

Gambar IV.4. Perbandingan GDP tikus kelompok 2 pra induksi dan pasca

induksi pada T0, T7, T14 dan T21

Page 10: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

50

Gambar IV.5. Perbandingan GDP tikus kelompok 3 pra induksi dan pasca

induksi pada T0, T7, T14 dan T21

Gambar IV.6. Perbandingan GDP tikus kelompok 4 pra induksi dan pasca

induksi pada T0, T7, T14 dan T21

Page 11: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

51

Gambar IV.7. Perbandingan GDP tikus kelompok 5 pra induksi dan pasca

induksi pada T0, T7, T14 dan T21

Gambar IV.8. Perbandingan GDP tikus kelompok 6 pra induksi dan pasca

induksi pada T0, T7, T14 dan T21

Page 12: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

52

Gambar IV.9. Perbandingan GDP tikus kelompok 7 pra induksi dan pasca

induksi pada T0, T7, T14 dan T21

Berdasarkan data yang tertera pada Tabel IV.2 dan grafik pada Gambar IV.3

sampai Gambar IV.9 di atas, dapat dilihat bahwa pada kelompok 1 relatif tidak

terdapat perubahan antara nilai GDP pra induksi dan pasca induksi, mengingat

kelompok 1 ini merupakan kontrol negatif, yaitu kelompok yang tidak diinduksi

dengan aloksan monohidrat. Akibatnya hingga pemeriksaan pada T21, nilai GDP

mereka relatif konstan dan berada pada kisaran normal, dengan rata-rata kadar

GDP sebesar 89,98 mg/dL.

Begitu juga yang terjadi pada semua hewan uji pada kelompok 2 sampai

kelompok 7. Sebelum diinduksi dengan aloksan monohidrat, semua hewan uji

pada kelompok-kelompok tersebut menunjukkan nilai GDP yang normal. Akan

tetapi setelah diinduksi aloksan dengan dosis 125 mg/kgBB, terjadi kenaikan GDP

yang cukup drastis. Nilai GDP hewan uji pada kelompok 2 semakin lama semakin

tinggi. Pada T0, T7 dan T14, rata-rata kadar GDP kelompok 2 berturut-turut adalah

sebesar 585,96 mg/dL; 632,02 mg/dL; dan 653,09 mg/dL. Bahkan pada T21 semua

hewan uji pada kelompok ini mati karena kondisi hiperglikemia yang terlalu

tinggi. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa kelompok 2 merupakan kontrol positif,

yaitu kelompok yang tidak diberi obat hipoglikemik apa pun setelah diinduksi

dengan aloksan monohidrat, melainkan hanya diberi makan dan minum serta

diberi Amidis® 1 mL per oral setiap hari. Dengan demikian, dapat disimpulkan

Page 13: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

53

bahwa pemberian Amidis® tanpa pemberian obat hipoglikemik ini tidak mampu

menurunkan kadar GDP pada hewan uji.

Lain halnya yang terjadi pada kelompok 3 sampai kelompok 7. Telah disebutkan

sebelumnya bahwa kelompok 3 merupakan kelompok pembanding, yaitu

kelompok yang diberi salah satu obat hipoglikemik komersil yang sudah beredar

di pasaran, yaitu metformin, setelah diinduksi dengan aloksan monohidrat.

Sementara hewan uji pada kelompok 4 sampai kelompok 7 diberi ekstrak air buah

tin dengan dosis yang berbeda-beda. Dan berdasarkan data yang diperoleh, semua

hewan uji pada kelompok 3 sampai kelompok 7 menunjukkan kemiripan

perubahan nilai GDP, baik pada T0, T7, T14 maupun pada T21.

Sebelumnya telah disebutkan bahwa proses induksi aloksan pada hewan uji tikus

menyebabkan terjadinya kenaikan nilai GDP yang drastis. Berdasarkan data yang

diperoleh pada T0, diketahui bahwa rata-rata kadar GDP hewan uji pada kelompok

3 sampai kelompok 7 berturut-turut sebesar 581,82 mg/dL; 657,55 mg/dL; 475,35

mg/dL; 580,76 mg/dL; dan 495,86 mg/dL. Akan tetapi setelah diberi perlakuan

hingga T7, nilai GDP hewan uji pada kelompok 3 sampai kelompok 7 mengalami

penurunan dengan rata-rata kadar GDP berturut-turut sebesar 432,36 mg/dL;

325,84 mg/dL; 351,59 mg/dL; 355,73 mg/dL; dan 291,90 mg/dL. Nilai GDP tikus

pada kelompok 3 sampai kelompok 7 kembali mengalami penurunan yang lebih

signifikan lagi hingga T14. Bahkan nilai GDP pada saat itu lebih rendah daripada

nilai GDP pra induksi, dengan rata-rata kadar GDP tikus pada kelompok 3 sampai

kelompok 7 pada T14 berturut-turut sebesar 57,05 mg/dL; 97,07 mg/dL; 63,88

mg/dL; 93,54 mg/dL; dan 89,18 mg/dL. Namun, kadar GDP dari semua hewan uji

pada kelompok 3 sampai kelompok 7 kembali mengalami kenaikan yang cukup

drastis pada T21, dengan rata-rata kadar GDP berturut-turut sebesar 512,06 mg/dL;

464,76 mg/dL; 428,60 mg/dL; 425,03 mg/dL; dan 430,34 mg/dL. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian obat hipoglikemik, baik metformin

maupun ekstrak air buah tin terhadap hewan uji yang sudah diinduksi aloksan,

efektif dilakukan sampai T14.

Page 14: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

54

IV.5.1 Analisis Data Hasil Pemeriksaan GDP Pra Induksi

Berdasarkan analisis varian oneway ANOVA, diperoleh nilai F hitung sebesar

0,890 dengan nilai sig 0,520. Nilai sig (0,520) > 0,05 sehingga pengujian tidak

memberikan hasil yang signifikan, artinya ketujuh kelompok perlakuan pada

waktu pra induksi menunjukkan nilai rata-rata kadar GDP yang tidak berbeda satu

sama lainnya. Dan berdasarkan uji jarak berganda DUNCAN, diketahui bahwa

semua kelompok berada pada satu grup yang sama. Artinya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara kadar GDP dari ketujuh kelompok perlakuan

yang diuji.

IV.5.2 Analisis Data Hasil Pemeriksaan GDP pada T0

Berdasarkan analisis varian oneway ANOVA, diperoleh nilai F hitung sebesar

24,533 dengan nilai sig 0,000. Nilai sig (0,000) < 0,05 sehingga pengujian

memberikan hasil yang signifikan, artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata kadar

GDP di antara ketujuh kelompok perlakuan pada waktu T0. Dan berdasarkan uji

jarak berganda DUNCAN, diketahui terdapat tiga grup yang berbeda signifikan

satu sama lain. Grup satu terdiri atas kelompok 1, yang menunjukkan nilai rata-

rata kadar GDP terendah pada waktu T0. Di grup kedua ada kelompok 5,

kelompok 7, kelompok 6, kelompok 3 dan kelompok 2. Sedangkan di grup ketiga

ada kelompok 6, kelompok 3, kelompok 2 dan kelompok 4. Dengan demikian,

kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengujian kadar GDP pada T0 adalah:

a. rata-rata kadar GDP tertinggi dihasilkan oleh kelompok 4 sebesar 657,55

mg/dL dan terendah dihasilkan oleh kelompok 1 sebesar 91,66 mg/dL;

b. kelompok 1 berbeda signifkan dengan 6 kelompok lainnya;

c. kelompok 5, kelompok 7, kelompok 6, kelompok 3 dan kelompok 2 tidak

berbeda satu sama lainnya;

d. kelompok 6, kelompok 3, kelompok 2 dan kelompok 4 tidak berbeda satu

sama lainnya;

e. kelompok 5 dan kelompok 7 keduanya berbeda signifikan dengan kelompok

6, kelompok 3, kelompok 2 dan kelompok 4; dan

f. kelompok 4 berbeda signifikan dengan kelompok 5, kelompok 7, kelompok

6, kelompok 3 dan kelompok 2.

Page 15: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

55

IV.5.3 Analisis Data Hasil Pemeriksaan GDP pada T7

Berdasarkan analisis varian oneway ANOVA, diperoleh nilai F hitung sebesar

13,744 dengan nilai sig 0,000. Nilai sig (0,000) < 0,05 sehingga pengujian

memberikan hasil yang signifikan, artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata kadar

GDP di antara ketujuh kelompok perlakuan pada waktu T7. Dan berdasarkan uji

jarak berganda DUNCAN, diketahui terdapat tiga grup yang berbeda signifikan

satu sama lain. Grup satu terdiri atas kelompok 1, yang menunjukkan nilai rata-

rata kadar GDP terendah pada waktu T7. Di grup kedua ada kelompok 7,

kelompok 4, kelompok 5, kelompok 6 dan kelompok 3. Sedangkan di grup ketiga

hanya ada kelompok 2. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari

hasil pengujian kadar GDP pada T7 adalah:

a. rata-rata kadar GDP tertinggi dihasilkan oleh kelompok 2 sebesar 632,02

mg/dL dan terendah dihasilkan oleh kelompok 1 sebesar 88,04 mg/dL;

b. kelompok 1 berbeda signifkan dengan 6 kelompok lainnya; dan

c. kelompok 7, kelompok 4, kelompok 5, kelompok 6 dan kelompok 3 tidak

berbeda satu sama lainnya dan berbeda signifikan dengan kelompok 1

maupun kelompok 2.

IV.5.4 Analisis Data Hasil Pemeriksaan GDP pada T14

Berdasarkan analisis varian oneway ANOVA, diperoleh nilai F hitung sebesar

468,608 dengan nilai sig 0,000. Nilai sig (0,000) < 0,05 sehingga pengujian

memberikan hasil yang signifikan, artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata kadar

GDP di antara ketujuh kelompok perlakuan pada waktu T14. Dan berdasarkan uji

jarak berganda DUNCAN, diketahui terdapat empat grup yang berbeda signifikan

satu sama lain. Grup satu terdiri atas kelompok 3 dan kelompok 5. Di grup kedua

ada kelompok 5, kelompok 7, kelompok 1 dan kelompok 6. Di grup ketiga ada

kelompok 7, kelompok 1, kelompok 6 dan kelompok 4. Sedangkan di grup empat

hanya ada kelompok 2. Dengan demikian, berdasarkan pengujian kadar GDP pada

T14, dapat dinyatakan bahwa rata-rata kadar GDP tertinggi dihasilkan oleh

kelompok 2 sebesar 653,08 mg/dL dan terendah dihasilkan oleh kelompok 3

sebesar 57,04 mg/dL.

Page 16: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

56

IV.6 Penurunan Kadar GDP dari T0 ke T14

Tabel IV.3 menunjukkan penurunan nilai GDP pasca induksi yang terjadi pada

semua hewan uji, antara pra perlakuan pada T0 dan pasca perlakuan pada T14.

Berdasarkan data pada Tabel IV.3, terlihat bahwa pada kelompok 1 dan 2 relatif

tidak terdapat perubahan antara GDP pada T0 dan T14, sedangkan pada kelompok

3 sampai kelompok 7 terlihat penurunan GDP yang sangat besar.

Tabel IV.3. Data penurunan kadar GDP hewan uji pasca induksi pada T0 (pra perlakuan) dan T14 (pasca perlakuan)

Kadar GDP (mg/dL) Kelompok No.

T0 T14 ΔGDP

(mg/dL) Rata-rata ΔGDP

(mg/dL)

K.1 kontrol negatif

1.1 1.2 1.3 1.4

91,72 83,64

101,09 90,22

87,68 79,60

103,26 86,59

4,04 4,04

–2,17 3,63

2,39

K.2 kontrol positif

2.1 2.2 2.3 2.4

638,30 549,36 619,15 537,02

662,13 649,79 665,11 635,32

–23,83 –100,43

–45,96 –98,30

–67,13

K.3 metformin

50 mg/kgBB

3.1 3.2 3.3 3.4

665,53 440,04 562,55 659,15

65,00 55,45 50,00 57,73

600,53 384,59 512,55 601,42

524,77

K.4 ekstrak buah tin

25 mg/kgBB

4.1 4.2 4.3 4.4

674,04 640,00 679,57 636,60

95,29 123,19 97,46 72,32

578,75 516,81 582,11 564,28

560,49

K.5 ekstrak buah tin

50 mg/kgBB

5.1 5.2 5.3 5.4

357,48 608,51 452,84 482,56

57,73 71,92 69,49 56,36

299,75 536,59 383,35 426,20

411,47

K.6 ekstrak buah tin 100 mg/kgBB

6.1 6.2 6.3 6.4

581,28 637,87 622,55 481,32

77,58 52,73

100,00 143,84

503,70 585,14 522,55 337,48

487,22

K.7 ekstrak buah tin 200 mg/kgBB

7.1 7.2 7.3 7.4

602,98 453,25 373,58 553,62

77,98 67,73

118,48 92,53

525,00 385,52 255,10 461,09

406,68

Gambaran lebih jelas untuk penurunan GDP tiap kelompok dapat dilihat pada

Gambar IV.10 sampai Gambar IV.16.

Page 17: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

57

Gambar IV.10. Perbandingan GDP kelompok 1 pasca induksi pada T0 dan T14

Gambar IV.11. Perbandingan GDP kelompok 2 pasca induksi pada T0 dan T14

Gambar IV.12. Perbandingan GDP kelompok 3 pasca induksi pada T0 dan T14

Page 18: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

58

Gambar IV.13. Perbandingan GDP kelompok 4 pasca induksi pada T0 dan T14

Gambar IV.14. Perbandingan GDP kelompok 5 pasca induksi pada T0 dan T14

Gambar IV.15. Perbandingan GDP kelompok 6 pasca induksi pada T0 dan T14

Page 19: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

59

Gambar IV.16. Perbandingan GDP kelompok 7 pasca induksi pada T0 dan T14

Berdasarkan data yang tertera pada Tabel IV.3 dan grafik pada Gambar IV.10

sampai IV.16 di atas, dapat dilihat bahwa penurunan kadar GDP yang terjadi

secara drastis antara T0 dan T14 dialami oleh kelompok 3 sampai kelompok 7,

dengan persentase penurunan rata-rata kadar GDP berturut-turut sebesar 90,20%;

85,24%; 86,56%; 83,89%; dan 82,02%.

IV.7 Analisis Data Penurunan Kadar GDP dari T0 ke T14

Untuk melihat apakah penurunan kadar GDP dari ketujuh kelompok pengamatan

berbeda signifikan atau tidak, terlebih dahulu dicari selisih kadar GDP antara T0

dengan T14, seperti yang dapat dilihat kembali pada Tabel IV.3. Dipilihnya T14 ini

adalah karena pada waktu tersebut rata-rata kadar GDP telah memenuhi

persyaratan efek yang diinginkan.

Berdasarkan analisis varian oneway ANOVA, diperoleh nilai F hitung sebesar

38,878 dan sig sebesar 0,000. Nilai sig (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa penurunan kadar GDP ketujuh kelompok pengamatan berbeda signifikan.

Dan berdasarkan uji jarak berganda DUNCAN, diketahui bahwa kelompok 2,

sebagai kontrol positif, memiliki rata-rata penurunan kadar GDP yang negatif,

artinya sejak saat induksi hingga hari ke-14 terjadi kenaikan GDP dengan rata-rata

sebesar 67,13 mg/dL. Kelompok kontrol negatif memiliki rata-rata penurunan

GDP hanya sebesar 2,38.

Page 20: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

60

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa semua kelompok perlakuan yang

diberi ekstrak air buah tin, baik pada dosis 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, 100

mg/kgBB maupun 200 mg/kgBB per oral dikategorikan dapat memberikan

penurunan kadar GDP yang tidak berbeda signifikan dengan kelompok yang

diberi obat pembanding metformin dengan dosis 50 mg/kgBB. Namun terdapat

perbedaan yang signifikan antara penurunan kadar GDP pada kelompok 7 dengan

kelompok 4. Perbedaan yang signifikan terdapat pula di antara kelompok 5 dan

kelompok 4. Penurunan kadar GDP tertinggi diberikan oleh kelompok 4 yang

diberi ekstrak air buah tin dengan dosis 25 mg/kgBB per oral. Penurunan kadar

GDP pada kelompok ini mempunyai rata-rata sebesar 560,49 mg/dL dan lebih

tinggi daripada kelompok 3, sebagai kelompok pembanding yang diberi

metformin dengan dosis 50 mg/kgBB per oral, dengan rata-rata penurunan GDP

sebesar 524,77 mg/dL. Kelompok 6 yang diberi ekstrak air buah tin sebesar 100

mg/kgBB memberikan rata-rata penurunan kadar GDP yang mendekati rata-rata

penurunan kadar GDP pada kelompok 3 sebagai pembanding, dengan rata-rata

penurunan kadar GDP sebesar 487,22 mg/dL. Angka ini tidak berbeda signifikan

dengan rata-rata penurunan kadar GDP yang diberikan oleh kelompok 3 sebagai

kelompok pembanding.

Perbandingan rata-rata penurunan kadar GDP dari semua kelompok hewan uji ini

lebih jelas terlihat melalui grafik pada Gambar IV.17.

Gambar IV.17. Perbandingan rata-rata penurunan kadar glukosa darah puasa kelompok hewan uji

Page 21: Bab IV Hasil dan Pembahasan - Perpustakaan Digital ITB ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/627/jbptitbpp-gdl...semua tikus diberi makanan pelet dan minuman secukupnya. Tikus yang diberi

61

Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa ekstrak air buah tin

dapat menurunkan kadar GDP, baik pada dosis 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, 100

mg/kgBB maupun 200 mg/kgBB per oral. Hasil secara keseluruhan menunjukkan

bahwa penurunan kadar GDP yang ditunjukkan oleh keempat dosis ekstrak tin

tersebut tidak berbeda nyata dengan penurunan kadar GDP yang ditunjukkan oleh

kelompok 3 yang diberi obat pembanding berupa metformin dengan dosis 50

mg/kgBB per oral. Namun, ekstrak air buah tin dengan dosis 25 mg/kgBB per oral

memberikan penurunan yang lebih tinggi dari kelompok 3 tersebut. Dosis ekstrak

air buah tin di atas 25 mg/kgBB per oral memberikan nilai penurunan kadar GDP

yang lebih rendah. Sehingga dosis ekstrak air buah tin 25 mg/kgBB per oral

adalah dosis terbaik untuk menurunkan kadar GDP dalam waktu 14 hari.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa pola fluktuasi kadar GDP pada semua

kelompok pengujian yang diberi ekstrak air buah tin mirip dengan kelompok

pembanding yang diberi metformin. Dengan demikian, dapat diduga bahwa

mekanisme kerja senyawa aktif antidiabetes yang terkandung dalam ekstrak air

buah tin adalah melalui peningkatan sensitivitas terhadap insulin dengan cara

menurunkan kadar glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa ke dalam

sel otot yang dirangsang oleh insulin, memperbaiki ambilan glukosa, menurunkan

produksi glukosa hati dengan jalan mengurangi glikolisis dan glukoneogenesis

dan meningkatkan jumlah reseptor insulin.