Upload
vocong
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Diskriptif Subjek Penelitian
Pada bab IV ini diuraikan tentang pengaruh disiplin belajar dan lingkungan keluarga tehadap
hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga. Data yang diperoleh meliputi disiplin
belajar dan lingkungan keluarga yang diambil dari angket. Selanjutnya data yang terkumpul
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan masing-masing
variabel, serta analisis regresi untuk pengujian hipotesis penelitian. Pada bab ini akan disajikan
gambaran umum objek penelitian dan responden pada penelitian ini serta proses menganalisis
data-data yang diberikan oleh responden tersebut untuk menjawab pertanyaan penelitian dan
hipotesis yang telah diajukan pada bab 2 dan bab 3.
Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda (multiple
regression) dengan bantuan sofware SPSS version 16.0 Sebelum sampai pada tahap pengujian
hipotesis yang bertujuan untuk melihat pengaruh antar variabel independen dengan variabel
dependen maka dilakukan terlebih dahulu uji validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas dan
reliabilitas bertujuan untuk melihat valid dan konsistennya indikator penelitian.
4.1.1 Gambaran Umum penelitian
Penyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 23 juni 2013. Kuesioner yang disebarkan
berjumlah 51 dan kuesioner yang disebarkan kembali 51. Hal ini sesuai dengan jumlah sampel
yang diharapkan pada setiap kelas. Kuesioner yang telah diisi dengan benar kemudian akan
diolah menjadi data penelitian. Jawaban responden memiliki nilai minimum 1 dan nilai
maksimum 5 pada setiap indikator.
65
4.1.2 Tempat Kedudukan
SMK PELITA Salatiga berkedudukan di Jl. Hasanudin Gg. Mangga RT. 02 RW. 6 Ngawen,
Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga
4.1.3 Sejarah Berdirinya SMK Pelita Salatiga
Seperti permasalahan yang sedang dihadapi beberapa daerah lainnya, di Kotamadya
Salatiga juga mengalami keterbatasan lembaga pendidikan Menengah Kejuruan jenjang atas.
Dengan keterbatasan daya tampung tersebut, banyak lulusan SMP dan anak-anak drop out yang
ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih atas baik kejuruan maupun umum di beberapa
kota sekitarnya. Berangkat dari kenyataan tersebut Bapak Drs. R. Soekamto yang sekarang
menjadi ketua yayasan ” PELITA” Salatiga, mempunyai gagasan untuk mendirikan Sekolah
Menengah Ekonomi Atas agar dapat menekan permasalahan tersebut.
- Untuk itu tepatnya pada hari jum’at kliwon tanggal 2 Mei 1969 berdirilah SMEA (Sesuai
kurikulum 1994, namanya menjadi SMK) PELITA Salatiga, dengan :
- Watak satria Gatutkaca ( pahlawan Amerta ) yang mempunyai pepatah ”Sepi ing pamrih
rame ing gawe” (gugur di medan perang Barathayudha).
Filsafat Tri Ratno yaitu :
Lahir pada hari pendidikan Naional yaitu 2 mei.
- Nama PELITA ( Pembangunan Lima Tahun ) dengan maksud mendapatkan filsafat Negara
Republik Indonesia.
- Lambang lilin menyala diapit oleh kapas artinya membuat terang dan membuat kemakmuran.
Semboyan : SUSILA ASTINA, yang berarti berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan
melakukan kemasyarakatan.
66
Sungguh gembiranya saat itu walaupun belum memiliki gedung sendiri namun sekolah tersebut
mendapat perhatian yang banyak dari masyarakat. Terbukti dengan banyaknya siswa-siswi yang
memasuki sekolah ini.
Begitu lahir sekolah ini disebut pahlawan, maksudnya begitu lahir langsung memiliki tiga kelas
dengan jumlah sebanyak 115 siswa yang terdiri dari :
Kelas I : 60 Siswa
Kelas II : 23 Siswa
Kelas III : 32 Siswa
Dipimpin Bapak Drs. R. Soekamto pada tanggal 16 April 1970 mendapat status tercatat dari
pemerintah. Adapun program kerjanya sebagai berikut :
Tahun 1969-1974 disebut masa menanam
Tahun 1974-1979 disebut masa memelihara
Tahun 1979-1984 disebut masa tunas
Tahun 1984-1989 disebut masa pembangunan tahap ke I
Tahun 1989-1994 disebut masa pembangunan tahap ke II
Tahun 1994-1999 disebut masa pembangunan tahap ke III
Kemudian pada tanggal 19 Februari 1970 Bapak Drs. R. Soekamto mendirikan Yayasan
Pendidikan PELITA (YPP) yang berdasarkan pendidikan, kebudayaan dan kesejahteraan,
berdasarkan pancasila, bertujuan membentuk masyarakat adil dan makmur di bidang pendidikan
serta mendapat pengesahan dari pemerintah dengan akte notari no. 1 tanggal 6 Maret 1970.
Berikut adalah daftar nama Kepala Sekolah SMK PELITA Salatiga :
1. Drs. R. Soekamto, pada saat berdiri sampai dengan bulan Agustus 1970.
2. Assok Kadjarso, BA. Mulai agustus 1970 sampai September 1972.
67
Programnya membuat kursi dan meja.
Dengan adanya kemajuan-kemajuan pendidikan di sekolah ini, pada tanggal 1 Januari 1972
statusnya dinaikkan menjadi terdaftar.
3. Goenadi, BA. Mulai September 1972 sampai Januari 1973.
4. Soekirni, BA. Mulai januari 1973 sampai bulan Maret 1976.
Programnya membuat kursi kayu.
5. Soekakdi, BA. Mulai Maret 1976 sampai April 1977.
Programnya membeli mesin ketik dan membuat kursi dari besi.
6. Isaac Sabuna Bth. Mulai April 1977 sampai Februari 1978.
Pada saat itu mengalami kritikan, Kepala Sekolah membangun sekolah kembali dan merintih
membeli mesin ketik, berakhir bulan juli 1980.
7. Soetano, MS. Mulai Juli 1980 sampai Juli 1982, programnya memperbaiki kursi bekas STM.
8. Isaac Sabuna Bth. Mulai Juli 1982 sampai 1985.
Programnya merintis membeli tanah. Walaupun sekolah mengalami krisis, namun sekolah ini
masih mempertahankan mutu pendidikannya, sehingga pada tanggal 10 Februari 1983 statusnya
dinaikkan menjadi diakui.
9. St. Arry maryono, BA. Mulai Juni 1985 sampai 1993.
Programnya membangun sekolah tahap I. Dilihat dari bangunannya semakin menanjak maka
tahun kemudian tepatnya 10 Februari 1986 setelah diakreditasi dapat mempertahankan statusnya,
diakui. Dengan melihat kenyataan tersebut maka pemerintah tidak segan-segan memberi bantuan
baik berupa dana maupun tenaga pengajar kepada SMK PELITA Salatiga.
10. Drs. Sutikno mulai Januari sampai 1996
11. Goenadi, BA. MulaiAgustus 1996
68
12. Wibisono, Bsc. Mulai 1998 sampai 2000
13. Drs. Sutikno, M.Pd. mulai 2000 sampai dengan sekarang.
Sekolah ini mengalami perpindahan tempat sebanyak 5 kali yitu :
1. Pada awal berdirinya menempati gedung SPG Negeri Salatiga di Jalan Kartini Salatiga.
Dengan masuk sore.
2. Menempati gedung SMA Negeri 1 salatiga di Jalan Kemiri I Salatiga dengan masuk
sore.
3. Menempati gedung SMEA NEGERI 1 SALATIGA di jalan Ahmad Yani Salatiga,
dengan masuk sore.
4. Mendapat kontrakan di Jl. Hasanudin salatiga, sebagian masuk pagi dan sebagian lagi
masuk sore.
5. Sekarang menempati gedung sendiri di Jl. Hasanudin Gg. Mangga Salatiga yang telah
diresmikan oleh Bapak Wali kotamadya Salatiga, pada tanggal 18 Februari 1989.
Demikian sekilas tentang sejarah dan perkembangan SMK PELITA Salatiga sejak berdiri hingga
sekarang.
4.1.4 Program Keahlian / Jurusan
Ijin pertama kali sekolah diselenggarakan adalah untuk dua program keahlian yaitu
program studi Akuntansi dan Program Studi Manajemen Bisnis. Setelah adanya kesempatan
sekolah bisa membuka program keahlian yang baru dengan diadakan uji kelayakan. Mulai pada
tahun pelajaran 2006-2007 SMK PELITA Salatiga mempunyai 4 program keahlian/ Jurusan,
yakni ;
1. Akuntansi
2. Penjualan/ Pemasaran
69
3. Akomodasi Perhotelan
4. Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
4.1.6 Visi dan Misi
1. VISI
MENUJU TAHUN 2014 SEMUA LULUSAN SMK PELITA
SALATIGA TERSERAP DI LAPANGAN KERJA
2. MISI
- Mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan IPTEK.
- Mencetak tenaga terampil, profesional, dan sikap pakai dalam dunia kerja.
- Mutu tamatan yang berorientasi pada pasar kerja.
4.2 Diskripsi Data
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan sekolah dan dan persepsi
peran guru terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMK Pelita Salatiga. Data hasil penelitian
terdiri dari dua variabel bebas yaitu variabel Lingkungan Sekolah (X1), Persepsi Peran Guru
(X2), dan variabel terikat yaitu Motivasi belajar siswa (Y). Untuk mendeskripsikan dan menguji
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini, Data tersebut
dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh
dan dikumpulkan kemudian dianalisis dengan bantuan komputer program sofware SPSS versi
16.0.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Lingkungan sekolah, persepsi peran guru dan motivasi
belajar siswa kelas XI SMK Pelita Salatiga
Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003
70
N Valid 52 52 52
Missing 0 0 0
Mean 51.6346 43.6346 54.0000
Std. Deviation 8.80069 7.78895 8.84729
Variance 77.452 60.668 78.275
Range 50.00 44.00 44.00
Minimum 30.00 21.00 33.00
Maximum 80.00 65.00 77.00
Sum 2685.00 2269.00 2808.00
4.3 Analisis Diskriftif
4.3.1 Analisis Diskriftif Lingkungan Sekolah
Hasil deskriptif tentang variabel lingkungan sekolah (X1) dalam pengisisan angket
terdapat 52 siswa, dengan 18 item pernyataan, diperoleh skor paling rendah adalah 30 dan skor
maksimum dari data lingkungan sekolah yang tertinggi adalah 80 Sehingga dalam hal ini jarak
interval dapat dihitung sebagai berikut:
i=
R
k
Keterangan:
I = Interval kelas
R = Rentangan
K = Banyak kelas
i = R = 80-30 = 50 = 16,6 = 17
71
Distribusi frekuensilingkungan sekolah dapat dilihat pada tabel berikut.
Table 4.2 Distribusi frekuensi variable lingkungan sekolah tahun 2013/2014
Kategori Disiplin Belajar Frekuensi
F %
Rendah 30 – 47 11 21
Cukup 47– 64 39 75
Tinggi 64 – 81 4 8
Jumlah 52 100
Berdasar tabel 4.2 hasil analisa dapat disimpulkan lingkungan sekolah siswa
Kelas XI SMK Pelita Salatiga adalah sangat rendah menunjuk 11 responden ( 21,15%)
dengan skor 30 – 47 , untuk kategori cukup sebanyak 39 responden (75%) dengan skor
47 – 64 , kategori tinggi menunjuk 4 responden (7,69%) dengan skor 64 – 81.
Berdasarkan tabel di atas disimpulkan tingkat lingkungan sekolah siswa SMK kelas XI
Pelita Salatiga dikategorikan rendah.
4.3.2 Analisis Diskriftif Persepsi Peran Guru
Hasil deskriptif tentang variabel persepsi peran guru (X2) dalam pengisisan angket
terdapat 52 siswa, dengan 13 item pernyataan, diperoleh skor paling rendah adalah 21
dan skor maksimum dari data lingkungan sekolah yang tertinggi adalah 65 Sehingga
dalam hal ini jarak interval dapat dihitung sebagai berikut:
k 3 3
I =
R
k
72
Distribusi frekuensi persepsi
peran guru dapat dilihat pada tabel
berikut:
Table 4.3 Distribusi frekuensi variable
persepsi peran guru tahun 2013/2014
Kategori Disiplin Belajar Frekuensi
F %
Rendah 21 – 36 5 10
Cukup 36 – 51 36 69
Tinggi 51 – 66 11 21
Jumlah 52 100
Berdasar tabel 4. hasil analisa dapat disimpulkan persepsi peran guru terhadap
siswa Kelas XI SMK Pelita Salatiga adalah sangat rendah menunjuk 5 responden (
9,61%) dengan skor 21 – 36, untuk kategori cukup sebanyak 36 responden (69,2%)
dengan skor 39 – 51 , kategori tinggi menunjuk 11 responden (21,15%) dengan skor 51 –
66. Berdasarkan tabel di atas disimpulkan tingkat lingkungan sekolah siswa SMK kelas
XI Pelita Salatiga dikategorikan tinggi.
4.3.3 Analisis Diskriftif Motivasi Belajar
Hasil deskriptif tentang variabel persepsi peran guru (X2) dalam pengisisan angket
terdapat 52 siswa, dengan 21 item pernyataan, diperoleh skor paling rendah adalah 33
dan skor maksimum dari data lingkungan sekolah yang tertinggi adalah 77 Sehingga
dalam hal ini jarak interval dapat dihitung sebagai berikut:
Keterangan:
I = Interval kelas
R = Rentangan
K = Banyak kelas
i =
R
=
65-21
=
44
= 14,6 = 15
k 3 3
73
Distribusi frekuensi motivasi
belajar dapat dilihat pada tabel
berikut.
Table 4.4 Distribusi frekuensi
variable motivasi belajar
tahun 2013/2014
Kategori Disiplin Belajar Frekuensi
F %
Rendah 33 – 48 12 23
Cukup 48 – 63 32 62
Tinggi 63 – 78 8 15
Jumlah 52 100
Berdasar tabel 4. hasil analisa dapat disimpulkan lingkungan sekolah siswa Kelas XI
SMK Pelita Salatiga adalah sangat rendah menunjuk 12 responden ( 23,07%) dengan skor
33 – 48, untuk kategori cukup sebanyak 32 responden (61,53%) dengan skor 48 – 63 ,
kategori tinggi menunjuk 8 responden (15,38%) dengan skor 63 – 78. Berdasarkan tabel
di atas disimpulkan tingkat lingkungan sekolah siswa SMK kelas XI Pelita Salatiga
dikategorikan tinggi.
4.3.4 Uji Prasyarat Analisis Regresi
1. Uji Normalitas
i=
R
k
Keterangan:
I = Interval kelas
R = Rentangan
K = Banyak kelas
i =
R
=
77-33
=
44
= 14,6 = 15
k 3 3
74
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji kenormalan data. Jika data berdistribusi
normal, maka uji hipotesis menggunakan statistik parametik, sedangkan jika data tidak
berdistribusi normal, maka uji hipotesis menggunakan statistik non parametik. Data
berdistribusi normal jika taraf signifikan hitung lebih dari taraf signifikan yang digunakan
yaitu 0,05.
Tabel.4.5 Uji Normalitas Lingkungan sekolah, Persepsi Peran Guru dan Motivasi Belajar
Siswa
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 52
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 7.72800070
Most Extreme Differences Absolute .069
Positive .051
Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .496
Asymp. Sig. (2-tailed) .967
a. Test distribution is Normal.
Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan rumus One-Sample Kolmogrov
Smirnov Test dengan perhitungan program SPSS for windows release 16.0 dan berdasarkan
penggitungan SPSS for windows release bahwa harga One-Sample Kolmogrov Smirnov Test
untuk ketiga variabel ini tidak bisa di uji normalitasnya karena skor untuk variabel lingkungan
sekolah sangat rendah, sehingga pengujian data di lakukan secara 2 tahap, dan hasil pengujian
masih rendah. Pengujian normalitas residual adalah hasil dari meregresikan ketiga variabel X1
, X2, dan Y, dengan hasil One-Sample Kolmogrov Smirnov Test 0,496.
3. Uji Multikolinearitas
75
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas
antara variabel bebas. Hasil uji multikolinearitas antara variabel menunjukan interkorelasi
antara variabel bebas tidak ada yang melebihi 0.800 sehingga dapat dikatakan tidak terjadi
Multikolinearitas.
Tabel.4.6 Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 29.851 6.881 4.338 .000
Lingkungan Sekolah .001 .187 .001 .007 .995 .448 2.234
Persepsi Peran Guru .552 .212 .486 2.605 .012 .448 2.234
a. Dependent Variable: Motivasi
Belajar
Nilai VIF XI adalah 2,234, VIF X2 adalah 2,234. Semua lebih kecil dari 10,sehingga
tidak ada masalah multikolinearitas.
4.4 Analisis Regresi
1.4.1 Analisis Regresi Berganda
Menurut Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro (2008 : 83), regresi adalah suatu
proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi dimasa
yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimilki agar
kesalahannya dapat diperkecil. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah disiplin
belajar dan lingkungan keluarga mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar. Penghitungan
regresi berganda menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows release 16.0
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil analisis regresi berganda
76
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.387 4.113 2.525 .015
Lingkungan Sekolah -.092 .112 -.174 -.824 .414
Persepsi Peran Guru .011 .127 .018 .085 .932
a. Dependent Variable: abs_res
Y = a + b1X1 + b2X2
Y = 10,387 + (-0,092X1) +0,011X2
Y = 10,387 + -0,092X1 + 0,011X2
Keterangan :
Y = Variabel terikat
a = Konstanta
b1, b2 = Koefisien regresi
X1 = Lingkungan sekolah
X2 = Persepsi peran guru
Persamaan regresi tersebut dapat dinterpretasikan sebagai berikut:
- Konstanta sebesar 10,387: atrtinya jika lingkungan sekolah (X1) dan persepsi peran guru
(X2) nilainya adalah 0, maka motivasi belajar siswa (Y) nilainya adalah 10,387.
- Koefisien regresi variabel lingkungan sekolah (X1) sebesar –0,092: artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan lingkungan sekolah mengalami kenaikan 1%, maka
motivasi belajar siswa (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,092. Koefisien bernilai
negatif artinya terjadi hubungan negatif antara lingkungan sekolah dan motivasi belajar
77
siswa, semakin naik nilai lingkungan sekolah maka semakin turun nilai motivasi belajar
siswa.
- Koefisien regresi variabel persepsi peran guru (X2) sebesar 0,011: artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan persepsi peran guru mengalami kenaikan 1%, maka
variabel motivasi belajar (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,011. Koefisien
bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara persepsi peran guru dengan motivasi
belajar, semakin naik persepsi peran guru maka semakin meningkat motivasi belajar siswa.
- Koefisien regresi variabel lingkungan sekolah (X1) sebesar -0,092, dan persepsi peran guru
(X2) 0,011, artinya jika kedua variabel independen nilainya tetap dan lingkungan sekolah,
pesrsepsi peran guru berpengaruh secara bersama-sama mengalami kenaikan 1%, maka
variabel motivasi belajar siswa (Y) akan mengalami peningkatan.
Sedangkan residual (unstandardized residual) adalah selisih antara motivasi belajar
siswa dengan predicted value,, dan std.residual. ini adalah nilai residual yang telah
terstandarisasi (nilai semakin mendekati 0 maka model regresi semakin baik
da;ammelakukan prediksi, sebaliknya semakin menjauhi 0 atau lebih dari 1 atau -1 makan
semakin tidak baik model regresi dalam melakukan prediksi).
1.4.2 Uji Hipotesis
a. Uji t
Tabel 4.8. Hasil analisis uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.387 4.113 2.525 .015
78
Lingkungan Sekolah -.092 .112 -.174 -.824 .414
Persepsi Peran Guru .011 .127 .018 .085 .932
a. Dependent Variable: abs_res
1.4.3 Pengujian koefisien regresi variabel Lingkungan Sekolah
a. Menentukan Hipotesis
H0 : Motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga adalah tinggi yaitu
lebih dari sama dengan 75%.
H1 : Motivasi belajar siswa kelas XI di SMK Pelita Salatiga adalah rendah yaitu
kurang dari 75%
Tingkat signifikan menggunakan α = 5%. Berdasarkan tabel diperolah t hitung sebesar –
0,284.
b. Menentukan t hitung
Tabel distribusi t dicari pada α =5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)dengan derajat kebebasan
(df) n-k-1 atau 27-2-1 = 24 (n adalah jumlah khasusdan k adalah jumlah vareabel
independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025). Hasil diperoleh untuk t
tabel sebesar 1,648.
c. Kriteria pengujian
H0 ditrima jika –t tabel < t hitung > t tabel, H0 ditolak jika – t hitung < -t tabel atau t
hitung > t tabel. Membandingkan t hitung dan t tabel nilai – t hitung < -t tabel (-0,824
< 1,648) maka H0 ditolak. Oleh karena itu nilai –t hitung > -t tabel (-0,824 > -1,648)
maka Ha diterima, artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara
lingkungan sekolah dengan motivasi belajar siswa. Jadi dari kasus ini tidak
berpengaruh antara lingkungan sekolah dan motivasi belajar siswa.
1.4.4 Pengujian Koefisiens Variabel Peran Guru
79
1. Menentukan Hipotesis
b. Tabel distribusi t dicari pada α =5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)dengan derajat
kebebasan (df) n-k-1 atau 27-2-1 = 24 (n adalah jumlah khasusdan k adalah
jumlah vareabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025).
Hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1,648.
c. Kriteria pengujian
H0 ditrima jika –t tabel < t hitung > t tabel, H0 ditolak jika – t hitung < -t tabel
atau t hitung > t tabel. Membandingkan t hitung dan t tabel nilai – t hitung < -t
tabel (0,085 > -1,648) maka H0 diterima. Oleh karena itu nilai –t hitung > -t tabel
(0,085 > 1,648) maka Ha ditolak, artinya secara parsial tidak ada pengaruh
signifikan antara peran guru dengan motivasi belajar siswa. Jadi dari kasus ini
tidak berpengaruh antara persepsi peran guru dan motivasi belajar siswa.
1. Uji F
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Kriteria dari uji F
yaitu apabila Fhitung> Ftabel maka H0 ditolak (menerima Ha) yang berarti variabel
lingkungan sekolah dan peran guru secara bersama-sama mempengaruhi motivasi
belajar siswa, dan sebaliknya apabila Fhitung< Ftabel maka H0 diterima (Ha ditolak) yang
berarti lingkungan sekolah dan persepsi peran guru secara bersama-sama tidak
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Hasil analisis uji F sebagai berikut:
Tabel 4.9 Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 28.866 2 14.433 .650 .527a
80
Residual 1088.307 49 22.210
Total 1117.174 51
a. Predictors: (Constant), Persepsi Peran Guru , Lingkungan Sekolah
b. Dependent Variable: abs_res
Berdasarkan data hasil pengujian uji Fdengan menggunakan program SPSS for
windows release 16.0 diperoleh Fhitung= 0,650 dengan harga signifikansi sebesar 0,527
sedangkan Ftabel untuk nilai n = 52 sebesar 21,48 sehingga didapat Fhitung > Ftabel dan nilai
signifikansinya < α (0,05) oleh karena itu Fhitung (0,650) > Ftabel ( dan nilai signifikansi
(0,527) < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai Fhitung yang diperoleh tersebut signifikan sehingga hipotesis
kerja (Ha) yang diuji dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh yang positif dan signifikan
antara lingkungan sekolah dan persepsi peran guru dalam proses pembelajaran
terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMK pelita salatiga.
2. Koefisien Diterminasi (R)
1) Pengaruh variabel lingkungan sekolah dan guru terhadap motivasi belajar siswa.
Tabel.4.10. Koefisien determinasi peran guru dan lingkungan sekolah
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .161a .026 -.014 4.71279
a. Predictors: (Constant), Persepsi Peran Guru , Lingkungan Sekolah
Besarnya pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa dapat
diketahui melalui koefisien determinan RSquare. Hasil penghitungan koefisien regresi
diproleh sebesar RSquare 0,026 Hal ini menunjukan bahwa sebesar 02,6% variasi dari
81
hasil belajar dapat dijelaskan oleh disiplin belajar. Sedangkan sebesar 97,4% lainya
dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
1.5 Pembahasan Hasil Analisis
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah lingkungan sekolah dan
persepsi peran guru memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMK
Pelita Salatiga. Mengacu pada perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh apakah lingkungan sekolah dan persepsi peran guru memiliki
pengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMK Pelita Salatiga.
Menurut Tulus Tu’u (2004:1) dalam buku Peran disiplin pada perilaku dan prestasi
siswa. Lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, dimana ditempat
inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan
dikembangkankepada anak didik. Lingkungan sekolah sangat erat kaitannya dengan
motivasi belajar. Banyak faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar. Kutikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode mengajar, dan
tugas rumah. Dari lingkungan sekolah yang baik akan menimbulkan dan mendorong
motivasi siswa SMK Pelita Salatiga semakin baik.
Berdasarkan pengertian lingkungan, pengertian sekolah, dan pengertian lingkungan
sekolah, maka dapat disimpulkan pengertian lingkungan sekolah adalah jumlah semua
benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada didalam lembaga pendidikan untuk
membantu siswa mengembangkan potensinya dengan program pendidikan untuk membantu
siswa mengembangkan potensinya dengan dibiasakan nilai-nilai tata tertip sekolah serta
nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi.
82
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan pengujian secara
statistik yaitu pengujian regresi berganda yang meliputi pengujian secara bersama-sama
yang sebelumnya diuji dengan uji prasyarat diperoleh hasil sebagai berikut: Y = 10,387 + -
0,092X1 +0,011X2 dari persamaan tersebut maka dapat diartikan bahwa satu satuan nilai hasil
oleh lingkungan sekolah 0,092 dan persepsi peran guru 0,011 dan konstanta 10,387. Jika
lingkungan sekolah dan persepsi peran guru adalah 0 maka motivasi belajar adalah sebesar
10,387 di SMK Pelita salatiga.
Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukanlah
satu tujuan, akan tetapi merupakan satu proses untuk mencapai tujuan. Dari belajar bukan
merupakan suatu peristiwa secara otomatis terjadi dari menyampaikan sejumlah informasi
dan sumber belajar kedalam diri peserta didik, akan tetapi memerlukan suatu proses
keterlibatan mental dan tindakan nyata dari peserta didik itu sendiri.
Secara fisik fasilitas di lingkungan sekolah juga sangat mendukung kelancaran proses
belajar dan mengajar. Dengan sarana dan fasilitas yang memadai, siswa akan lebih
bersemangat dalam belajar. Sehingga akan memacu dirinya untuk meningkatkan motivasi
belajarnya.
Guru adalah tenaga profesional dalam bidang pembelajaran wajib memiliki kualitas yang
sesuai dengan syarat-syarat khusus yaitu guru harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan
pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan
melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Guru juga harus mampu
menciptakan susasana belajar yang menyenangkan di dalam kelas, jika guru berhasil
83
menciptakan suasana, siswa akan merasa senang baik dengan guru itu sendiri dan dengan
mata pelajarannya.
Peran guru dalam lingkungan sekolah SMK Pelita harus bisa membangun hubungan
relasi yang baik dengan siswa, terutama hubungan komunikasi terhadap siswa, siswa yang
dekat dengan guru, dan sering berkomunikasi dapat membangun motivasi ekstrisik dari
dalam siswa. Hubungan guru dengan motivasi sangat berpengaruh erat dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa, siswa akan bersemangat dalam belajar karena siswa sudah
menyenangi guru dan mata pelajaran yang sudah diberikan.
Berdasarkan hasil analisis regresi, diketahui bahwa ada pengaruh positif dan signifikan
lingkungan sekolah dan persepsi peran guru terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMK
Pelita Salatiga.
Hasil penghitungan koefisien regresi diproleh sebesar RSquare 0,026 Hal ini
menunjukan bahwa sebesar 02,6% variasi dari hasil belajar dapat dijelaskan oleh disiplin
belajar.
Hasil pengujian dengan menggunakan regresi berganda, variabel persepsi peran guru
terhadap variabel motivasi belajar siswa menunujukan koefisien regresi berganda
menunjukan 0,011, koesfisien ini bernilai positif yang artinya ada pengaruh positif antara
disiplin belajar terhadap motivasi belajar. Sedangkan untuk nilai signifikansinya sebesar
0,257 > α (0,05).
Besarnya skor lingkungan sekolah dan skor persepsi peran guru terhadap skor
motivasi belajar siswa dapat diketahui melalui penghitungan koefisien regresi diproleh
sebesar RSquare 0,026 hal ini menunjukan bahwa sebesar 2,6% variasi dari motivasi belajar
dapat dijelaskan oleh lingkungan sekolah dan persepsi peran guru.
84
Motivasi merupakan kebutuhan yang memberikan dorongan dari seseorang atau dari diri
sendiri untuk melakukan hal-hal yang baik dalam berbagai hal kehidupan dan membuat
dirinya berharga. Motivasi berhubungan dengan kemampuan mengatasi rintangan dan
memelihara semangat berusaha yang tinggi, bersaing melalui kerja keras, baik didorong
karena adanya harapan untuk sukses ataupun karena takut kegagalan.
Oleh sebab itu bila seseorang siswa berada di lingkungan sekolah yang baik, dan dengan
peran guru yang baik dalam memotivasi belajar, siswa akan mempunyai motivasi atau
semangat belajar yang tinggi siswa akan menghasilkan pencacapain yang terbaik dan optimal.
Berdasarkan hasil analisis regresi, diketahui bahwa ada pengaruh positif dan signifikan
lingkungan sekolah dan persepsi peran guru terhadap motivasi belajar siswa SMK Pelita
Salatiga.
Keterangan :
X1 : lingkungan sekolah
X2 : persepsi peran guru
Y : motivasi belajar siswa
Y
X2
X1
r = -0,174
th = -0,824
(ρ =0,000)
th = 3,596
(ρ = 0,001)
r = 0,818
th = 0,085
(ρ = 0,000)