22
43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Berdasarkan pengamatan awal sebelum dilakukan tindakan diketahui bahwa pembelajaran pemahaman membaca dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berlangsung di kelas V SD Negeri Kebowan 01 lebih bergantung pada bahan ajar cetak, LKS, dan metode ceramah. Fakta tersebut didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan sebelum dilakukan tindakan dengan beberapa siswa kelas V, mereka mengatakan bahwa mereka jarang mendapatkan bacaan diluar buku diktag yang di berikan oleh sekolah, guru hanya menyuruh mereka membaca bacaan yang ada pada buku diktag atau LKS yang mereka gunakan dan mengerjakan soal latihan, dan guru juga jarang membahas mengenai bacaan. Jika ada siswa yang kurang mengerti dengan bacaan atau ada siswa yang bertanya guru baru mulai menjelaskan isi bacaan yang di baca oleh siswa. Hal tersebut dapat mengakibatkan siswa menjadi malas membaca, dan setiap siswa mendapatkan tugas untuk memahami teks bacaan, para siswa mengeluh. Hal tersebut disebabkan karena bahan bacaan yang itu-itu saja dan mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari metode dan strategi mengajar yang mampu memfasilitasi seluruh siswa, jangan sampai ada siswa yang gagal hanya karena metode dan strategi mengajar guru yang dianggap guru sudah baik, tetapi pada kenyataannya tidak dapat meningkatan hasil pemahaman membaca siswa. Hasil pemahaman membaca siswa kelas V SD Negeri Kebowan 01 dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia belum sempurna yaitu dari 34 siswa masih ada 12 siswa yang belum mampu mencapai KKM (65) dengan persentase ketuntasan kelas 64,71% dengan rata-rata kelas 71,041. Secara lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

  • Upload
    vuxuyen

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Awal

Berdasarkan pengamatan awal sebelum dilakukan tindakan diketahui

bahwa pembelajaran pemahaman membaca dalam mata pelajaran Bahasa

Indonesia yang berlangsung di kelas V SD Negeri Kebowan 01 lebih

bergantung pada bahan ajar cetak, LKS, dan metode ceramah. Fakta tersebut

didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan sebelum dilakukan

tindakan dengan beberapa siswa kelas V, mereka mengatakan bahwa mereka

jarang mendapatkan bacaan diluar buku diktag yang di berikan oleh sekolah,

guru hanya menyuruh mereka membaca bacaan yang ada pada buku diktag

atau LKS yang mereka gunakan dan mengerjakan soal latihan, dan guru juga

jarang membahas mengenai bacaan. Jika ada siswa yang kurang mengerti

dengan bacaan atau ada siswa yang bertanya guru baru mulai menjelaskan isi

bacaan yang di baca oleh siswa.

Hal tersebut dapat mengakibatkan siswa menjadi malas membaca, dan

setiap siswa mendapatkan tugas untuk memahami teks bacaan, para siswa

mengeluh. Hal tersebut disebabkan karena bahan bacaan yang itu-itu saja dan

mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari metode dan

strategi mengajar yang mampu memfasilitasi seluruh siswa, jangan sampai

ada siswa yang gagal hanya karena metode dan strategi mengajar guru yang

dianggap guru sudah baik, tetapi pada kenyataannya tidak dapat meningkatan

hasil pemahaman membaca siswa.

Hasil pemahaman membaca siswa kelas V SD Negeri Kebowan 01

dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia belum sempurna yaitu dari 34 siswa

masih ada 12 siswa yang belum mampu mencapai KKM (65) dengan

persentase ketuntasan kelas 64,71% dengan rata-rata kelas 71,041. Secara

lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

44

Tabel 4.1

Hasil Pemahaman Membaca Bahasa Indonesia

Sebelum Dilakukan Tindakan

Pra Siklus

Rata-Rata 71,041

Nilai Tertinggi 95

Nilai Terendah 50

Persentase Ketuntasan 64,7%

Selain rata-rata kelas dan persentase ketuntasan kelas, dari tabel 4.1 dapat

dilihat adanya ketidakseimbangan yang sangat menonjol dari hasil

pemahaman membaca siswa. Ketidakseimbangan tersebut dapat dilihat dari

perbandingan nilai tertinggi yaitu 95 dengan nilai terendah kelas yaitu 50.

Sedangkan untuk persentase ketuntasan kelas secara jelas dapat dilihat dalam

diagram di bawah ini.

Gambar 4.1 Diagram Presentase Tingkat Ketuntasan Siswa Pra Silus

Berdasarkan diagram tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang mampu

mencapai KKM (65) adalah 22 siswa atau 64,7% dari seluruh siswa kelas V

yang berjumlah 34 siswa. Sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah 12 siswa

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

tuntas tidak tuntas

12 siswa

22 siswa

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

45

atau 35,3% dari seluruh siswa kelas V. Karena kondisi inilah diperlukan

peningkatan pemahaman membaca dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan di kelas V SD Negeri

Kebowan 01 pada bulan Februari 2014. Penelitian ini dilakukan dalam dua

siklus dengan mengambil kompetensi dasar “membandingkan isi dua teks

yang dibaca dengan membaca sekilas”. Dalam siklus pertama dilakukan tiga

pertemuan dan tindakan, pengamatan dan refleksi. Data yang diperoleh

selama penelitian adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

Siklus pertama dilakukan dalam tiga pertemuan dan mengambil

dua indikator, yaitu:

a. Siswa membaca dua teks bertema sama dan dapat menjelaskan isi dari

teks bacaan

b. Siswa mebuat pertanyaan mengenai bacaan dan membuat

perbandingan antara dua bacaan.

Rincian tahapan dari siklus I adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan

Hasil refleksi dari kondisi pra siklus merupakan acuan untuk

merencanakan tindakan yang akan dilakukan di siklus I. Dalam tahan

perencanaan ini peneliti :

1) Menetapkan standar kompetensi yaitu “Memahami teks dengan

membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak”.

2) Memilih bahan bacaan dan membuat lembar kerja siswa sesuai

dengan SK dan KD yang bertemakan “Industri”.

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

diterapkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan strategi

pembelajaran SQ3R.

a) Survey : Siswa membaca sekilas isi bacaan yang diberikan.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

46

b) Question : Siswa mengungkapkan rasa ingin tahunya setelah

membaca sekilas dengan membuat pertanyaan.

c) Read : Siswa membaca kembali isi bacaan yang telah

mereka baca sekilas agar lebih paham dengan isi bacaan.

d) Recite : Mencermati kembali isi bacaan yang telah dibaca

dan pertanyaan yang dibuat pada tahap question telah terjawab

dari melakukan recite.

e) Review : Mengulang kembali untuk mengingat hal-hal

penting yang didaptkan dalam bacaan.

4) Mempersiapkan sumber, bahan, dan media yang dibutuhkan untuk

proses pembelajaran.

5) Menyusun kisi-kisi soal untuk siklus I.

6) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).

7) Membuat soal untuk evaluasi akhir siklus I.

8) Membuat pedoman observasi sistematik bagi kerja guru dan siswa

selama pelaksanaan siklus.

b. Proses Pelaksanaan Pembelajaran

1.) Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilakukan pada tanggal 10 Februari 2014.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi :

a.) Kegiatan awal

Sebelum memulai pelajaran guru memastikan seluruh siswa

sudah masuk kelas. Kemudian guru mulai bertanya kepada

siswa mengenai pemahaman membaca kepada siswa. “Bacaan

apa yang paling kalian sukai?”. Setelah itu guru kembali

mengajukan pertanyaan, “Kira-kira kalau kalian membaca ada

tidak hal yang membuat kalian sulit untuk memahami

bacaan?”. Kegiatan awal diakhiri dengan guru menyampaikan

tujuan pembelajaran.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

47

b.) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan tentang apa

itu SQ3R. Kemudian siswa diminta untuk membentuk

kelompok yang terdiri dari empat orang siswa untuk setiap

kelompok. Setelah siswa duduk dalam kelompok, guru

membagikan dua bacaan untuk masing-masing siswa.

Kemudian siswa diminta untuk membaca sekilas mengenai

bacaan yang diberikan. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan

survey.

Kegiatan selanjutnya dalam kelompok siswa diminta untuk

berdiskusi untuk membuat pertanyaan yang ingin mereka

ketahui dalam bacaan yang mereka belum jelas karena hanya

dibaca sekilas saja (question). Kemudian siswa diminta untuk

membaca kembali bacaan secara teliti agar mereka mengerti

dengan jelas isi bacaan (read). Setelah itu setiap kelompok

diminta untuk membacakan daftar pertanyaan yang telah

mereka buat. Kemudian bersama-sama guru, siswa mengecek

kembali pertanyaan apakah sudah terjawab belum dengan isi

bacaan yang telah mereka baca dengan teliti (recite).

c.) Kegiatan penutup

Siswa bersama dengan guru membahas kembali dan

menyimpulkan inti pelajaran di pertemuan pertama dan

melakukan refleksi tentang pelajaran yang telah dipelajari,

apakah ada kesulitan, apa saja yang disukai dan apa yang siswa

ingin lakukan dipelajaran selanjutnya (review).

2.) Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilakukan pada tanggal 11 Februari 2014.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi :

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

48

a.) Kegiatan awal

Sebelum pelajaran dimulai guru memastikan bahwa semua

siswa sudah siap untuk melaksanakan proses pembelajaran

Setelah itu siswa dan guru melakukan sedikit tanya jawab

tentang materi di pertemuan sebelumnya untuk mengingatkan

kembali untuk memancing ingatan siswa dan rasa ingin tahu

siswa. Sebelum menuju ke inti pelajaran gur menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b.) Kegiatan inti

Siswa duduk dalam kelompok seperti pada pertemuan

sebelumnya. Setelah siswa duduk dalam kelompok, guru

membagikan dua bacaan untuk masing-masing siswa.

Kemudian siswa diminta untuk membaca sekilas mengenai

bacaan yang diberikan (survey).

Kegiatan selanjutnya dalam kelompok siswa diminta untuk

berdiskusi untuk membuat pertanyaan yang ingin mereka

ketahui dalam bacaan yang mereka belum jelas karena hanya

dibaca sekilas saja (question). Kemudian siswa diminta untuk

membaca kembali bacaan secara teliti agar mereka mengerti

dengan jelas isi bacaan (read). Setelah itu setiap kelompok

diminta untuk membacakan daftar pertanyaan yang telah

mereka buat. Kemudian bersama-sama guru, siswa mengecek

kembali pertanyaan apakah sudah terjawab belum dengan isi

bacaan yang telah mereka baca dengan teliti (recite). Setelah

itu siswa mengerti dengan isi bacaan, siswa diminta untuk

mengerjakan LKS yang sudah disiapkan oleh guru.

c.) Kegiatan penutup

Siswa bersama dengan guru membahas kembali dan

menyimpulkan inti pelajaran yang telah mereka pelajari dan

melakukan refleksi tentang pelajaran yang telah dipelajari,

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

49

apakah ada kesulitan, apa saja yang disukai dan apa yang siswa

ingin lakukan dipelajaran selanjutnya (review).

3.) Pertemuan Ketiga

Tindakan ini dilakukan pada tanggal 12 Februari 2014 dan

fokus pada tes evaluasi siklus I. Jumlah soal yang digunakan

adalah 8 soal yang valid dan reliabel dari 15 soal yang telah dibuat.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi :

a.) Kegiatan awal

Sebelum tes dimulai guru memastikan semua siswa

telah memasuki ruang kelas. Kemudian siswa dan guru

melakukan review secara sekilas tentang materi pelajaran yang

telah siswa pelajari dipertemuan sebelumnya. Dilanjutkan

dengan guru memberitahu aturan-aturan saat siswa

mengerjakan tes.

b.) Kegiatan inti

Karena pembelajaran hanya fokus pada tes evaluasi

sintaks strategi SQ3R tidak nampak dalam poses belajar

mengajar di pertemuan ketiga. Di kegiatan inti siswa

mengerjakan soal tes selama 30 menit.

c.) Kegiatan penutup

Kegiatan diakhiri dengan kegiatan mengevaluasi

siswa dengan melakukan tanya jawab bagaimana siswa

mengerjakan soal tes dengan mudah atau tidak

c. Pengamatan Hasil Tindakan

Hasil tindakan dari penelitian ini adalah pemahaman membaca

siswa melalui hasil belajar. Pemahaman membaca siswa diperoleh

setelah siswa mengerjakan tes akhir siklus di pertemuan ketiga.

Adapun hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

50

Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Pemahaman Membaca Siklus I

No Nilai Kategori Jumlah Siswa

Jumlah Persentase

1 <70 Belum tuntas 7 20,6%

2 ≥70 Tuntas 27 79,4%

Jumlah 34 100%

Erdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 12 siswa

yang belum mendapatkan nilai tuntas atau belum memenuhi nilai

KKM. Sedangkan 22 siswa telah memperoleh nilai lebih besar sama

dengan 70. Presentase ketuntasan siswa pada siklus I dapat dilihat

melalui diagram berikut.

Gambar 4.2 Presentase Ketuntasan Pemahaman Membaca Siswa Siklus I

Hasil pemahaman siswa yang ditunjukkan pada diagram diatas dari

tahap pra siklus sampai siklus I mengalami peningkatan yang cukup

baik jika dilihat dari nilai rata-rata yang muncul dan presentase

ketuntasan kelas. Berikut ini disajikan tabel perbandingan hasil

pemahaman membaca siswa pada tahap pra siklus dan siklus I.

79,40%

20,60%

Diagram Presentase

Ketuntasan Siswa Siklus I

tuntas

tidak tuntas

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

51

Tabel 4.3 Hasil Pemahaman Membaca Siswa Pra Siklus dan Siklus I

Pra Siklus Siklus I

Rata-Rata 71,041 75,05

Nilai Tertinggi 80 90

Nilai Terendah 50 60

Persentase Ketuntasan 64,7% 79,4%

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat

peningkatan pemahaman membaca siswa. Meskipun tingkat

ketuntasan siswa belum mencapai 100%, tingkat ketuntasan siswa

meningkat 14,7% dari 64,7% menjadi 79,4%. KKM pra siklus

adalah 65 sedangkan KKM pada siklus I ditingkatkan menjadi 70.

Dengan peningkatan nilai KKM persentase ketuntasan siswa juga

naik, hal ini menunjukkan bahwa ekspektasi guru juga

mempengaruhi peningkatan membaca siswa. Disamping itu nilai

terendah kelas pun tidak lagi 50 tapi meningkat menjadi 60.

Berikut ini diagram batang yang menunjukkan peningkatan

persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada tahap pra siklus ke

siklus I.

Gambar 4.3 Diagram Peningkatan Persentase Ketuntasan Tahap Pra

Siklus ke Siklus I

64,70%

79,40%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

persentase ketuntasan kelas

Diagram Peningkatan Siklus I

Pra Siklus Siklus I

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

52

d. Refleksi dan Tingkat Lanjut

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan sebenarnya metode

pengajaran SQ3R dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

membaca siswa. Namun guru juga harus benar-benar memastikan

bahwa siswa sudah mengerti dengan apa yang mereka kerjakan. Selain

itu sikap siswa yang kurang aktif cenderung pasif dalam proses

pembelajaran membuat rasa ingin tahun siswa kurang. Dalam sintaks

question, masih banyak siswa yang takut untuk bertanya untuk

menyampaikan pendapat mereka. Guru harus pandai-pandai membuat

suasana kelas menjadi menyenangkan dan tidak membuat siswa

merasa tertekan dengan pelajaran yang disampaikan dan membuat gur

menjadi teman bagi siswa agar mereka tidak takut untuk

mengemukakan pertanyaannya.

Dalam pelaksanaan pengajaran menggunakan metode SQ3R di

kelas V, kesulitan yang terlihat selama pelaksanaan adalah rasa berani

siswa dalam mengungkapkan dan menyampaikan pendapat mereka

masih kurang. Siswa kelas V masih merasa takut untuk menyampaikan

apa yang mereka ingin ungkapkan sehingga guru harus pintar-pintar

membujuk siswa untuk menyampaikan pendapatnya.

Beberapa siswa di kelas V cenderung tidak mempedulikan apa

yang disampaikan oleh guru, mereka sibuk dengan apa yang

dibicarakan sehingga hal tersebut mengganggu konsentrasi dalam

proses pembelajaran. Kadang mereka juga mengejek temannya dalam

menyampaikan pendapnya di depan kelas, sehingga membuat siswa

lain merasa terganggu dengan perilaku siswa tersebut. Dalam hal ini

guru harus berperan tegas terhadap siswa tersebut sehingga tidak

mengganggu konsentrasi siswa di kelas.

Pada siklus I masih ada 7 siswa yang nilai pemahaman membaca

mereka belum memenuhi KKM (70), dan beberapa dari mereka adalah

beberapa siswa yang termasuk siswa yang suka mengejek temannya di

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

53

kelas dan tidak memperhatikan instruksi guru. Ternyata hal tersebut

mempengaruhi nilai pemahaman siswa dalam membaca.

Pada siklus I ini, guru masih perlu pandai-pandai mengeolah waktu

dalam proses pembelajaran. Di karenakan waktu yang kurang

dikarenakan waktu cukup terbuang untuk diskusi dalam kelompok

yang terlalu lama, dan waktu siswa mengajukan pertanyaan di depan

kelas juga terlalu lama karena para siswa masih takut untuk

menyampaikan pertanyaannya. Tetapi pada pertemuan kedua

manajemen waktu lebih pas karena guru sudah mampu mengontrol

situasi kelas.

2. Siklus II

Siklus kedua dilakukan dalam dua pertemuan dan masih

mengambil dua indikator sama seperti siklus I, yaitu:

a) Siswa membaca dua teks bertema sama dan dapat menjelaskan isi

dari teks bacaan

b) Siswa mebuat pertanyaan mengenai bacaan dan membuat

perbandingan antara dua bacaan.

Rincian tahapan dari siklus II adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Hasil refleksi pada siklus I dengan teman observer menjadi salah

satu pertimbangan untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik

lagi di siklus II. Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan

pertemuan pada siklus II ini adalah:

1) Menetapkan standar kompetensi yaitu “Memahami teks dengan

membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak”.

2) Memilih bahan bacaan dan membuat lembar kerja siswa sesuai

dengan SK dan KD yang bertemakan “Informasi”.

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

diterapkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan strategi

pembelajaran SQ3R.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

54

4) Menentukan indikator pencapaian yaitu KKM (70) dan persentase

kriteria ketuntasan kelas mencapai 100%.

5) Menyusun kisi-kisi soal untuk siklus I.

6) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).

7) Membuat soal untuk evaluasi akhir siklus I.

8) Membuat pedoman observasi sistematik bagi kerja guru dan siswa

selama pelaksanaan siklus.

b. Proses Pelaksanaan Pembelajaran

1.) Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilakukan pada tanggal 17 Februari 2014.

Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi:

a.) Kegiatan awal

Sebelum pelajaran dimulai guru memastikan bahwa semua

siswa sudah siap untuk melaksanakan proses pembelajaran.

Lalu guru membagikan hasil tes evaluasi siklus I kepada para

siswa. Setelah itu siswa dan guru melakukan sedikit tanya

jawab tentang materi di pertemuan sebelumnya untuk

mengingatkan kembali untuk memancing ingatan siswa dan

rasa ingin tahu siswa. Sebelum menuju ke inti pelajaran guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b.) Kegiatan inti

Siswa duduk dalam kelompok seperti pada pertemuan

sebelumnya. Setelah siswa duduk dalam kelompok, guru

membagikan dua bacaan untuk masing-masing siswa.

Kemudian siswa diminta untuk membaca sekilas mengenai

bacaan yang diberikan (survey).

Kegiatan selanjutnya dalam kelompok siswa diminta untuk

berdiskusi untuk membuat pertanyaan yang ingin mereka

ketahui dalam bacaan yang mereka belum jelas karena hanya

dibaca sekilas saja (question). Kemudian siswa diminta untuk

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

55

membaca kembali bacaan secara teliti agar mereka mengerti

dengan jelas isi bacaan (read). Setelah itu setiap kelompok

diminta untuk membacakan daftar pertanyaan yang telah

mereka buat. Kemudian bersama-sama guru, siswa mengecek

kembali pertanyaan apakah sudah terjawab belum dengan isi

bacaan yang telah mereka baca dengan teliti (recite). Setelah

itu siswa mengerti dengan isi bacaan, siswa diminta untuk

mengerjakan LKS yang sudah disiapkan oleh guru.

c.) Kegiatan penutup

Siswa bersama dengan guru membahas kembali dan

menyimpulkan inti pelajaran yang telah mereka pelajari dan

melakukan refleksi tentang pelajaran yang telah dipelajari,

apakah ada kesulitan, apa saja yang disukai dan apa yang

siswa ingin lakukan dipelajaran selanjutnya (review).

2.) Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilakukan pada tanggal 18 Februari 2014 dan

fokus pada tes evaluasi siklus II. Jumlah soal yang digunakan

adalah 8 soal yang valid dan reliabel dari 15 soal yang telah

dibuat. Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi :

a.) Kegiatan awal

Sebelum tes dimulai guru memastikan semua siswa

telah memasuki ruang kelas. Kemudian siswa dan guru

melakukan review secara sekilas tentang materi pelajaran yang

telah siswa pelajari dipertemuan sebelumnya. Dilanjutkan

dengan guru memberitahu aturan-aturan saat siswa

mengerjakan tes.

b.) Kegiatan inti

Karena pembelajaran hanya fokus pada tes evaluasi

sintaks strategi SQ3R tidak nampak dalam poses belajar

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

56

mengajar di pertemuan ketiga. Di kegiatan inti siswa

mengerjakan soal tes selama 30 menit.

c.) Kegiatan penutup

Kegiatan diakhiri dengan kegiatan mengevaluasi

siswa dengan melakukan tanya jawab bagaimana siswa

mengerjakan soal tes dengan mudah atau tidak

c. Pengamatan Hasil Tindakan

Setelah dilakukan tes akhir siklus II diperoleh data bahwa ternyata

semua siswa mendapatkan hasil pemahaman bacaan yang sudah

memenuhi KKM 70. Dengan kata lain tingkat ketuntasan belajar

siswa mencapai 100%. Berikut disajikan tabel persentase ketuntasan

hasil belajar siklus II.

Tabel 4.4 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

No Nilai Kategori Jumlah Siswa

Jumlah Persentase

1 <70 Belum tuntas 0 0%

2 ≥70 Tuntas 34 100%

Jumlah 34 100%

Dari tabel tersebut dapat diketahui sebanyak 34 orang siswa atau

100% siswa sudah mencapai KKM yakni 70. Diagram berikut

menampilkan persentase ketuntasan nilai hasil pemahaman membaca

siswa pada siklus II.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

57

Gambar 4.4 Persentase Ketuntasan Pemahaman Membaca Siklus II

Nilai pemahaman membaca yang didapat setelah pelasksanaan

perbaikan pembelajaran pada sillus II ini selama 2 kali pertemuan

mengalami peningkatan dalam nilai pemahaman membaca yang

didapat siswa pada siklus I. Nilai pemahaman membaca tersebut dapat

disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.5 Nilai Pemahaman Membaca Siswa Siklus I dan Siklus II

Siklus I Siklus II

Rata-Rata 75,05 83,53

Nilai Tertinggi 90 100

Nilai Terendah 60 70

Persentase Ketuntasan 79,4% 100%

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa ketuntasan pemahaman

membaca siswa yang diperoleh mengalami peningkatan sebesar

20,6% dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 79,4% menjadi 100%.

Berikut ini adalah diagram batang yang menunjukkan persentase

ketuntasan pemahaman membaca siswa pada siklus I dan siklus II.

34 siswa

100 %

Persentase Ketuntasan Pemahaman

Membaca Siklus II

Tuntas

Tidak Tuntas

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

58

Gambar 4.5 Persentase Ketuntasan Pemahaman Membaca Siswa Siklus I

dan Siklus II

d. Refleksi

Berdasarkan pengalaman yang dilakukan dari siklus I, pelasnaan

siklus II lebih baik. Pengontrolan kelas yang dilakukan lebih baik, hal

ini terbukti karena siswa yang tadinya tidak memperhatikan guru pada

saat menjelaskan, mereka sudah memperhatikan guru dalam proses

pembelajaran. Dalam hal ini guru memang harus tegas dalam

menghadapi siswa yang berperilaku seperti itu.

Guru juga harus menjadi guru yang flesibel dalam proses

pembelajaran, tidak tergantung dengan RPP yang dibuat, jika situasi

pembelajaran mulai membosankan atau terjadi sesuatu dalam kelas

guru harus menjadi seorang guru yang fleksibel agar dapat

mengontrol situasi dan kondisi di dalam kelas.

Diskusi juga masih dilakukan dalam siklus II, dan manajemen

waktu yang digunakan pada siklus II juga lebih baik dibandingkan

siklus I. Siswa yang tadinya di siklus I masih merasa takut untuk

mengungkapkan hasil diskusinya di depan kelas, pada siklus II tiap

kelompok mulai berebut untuk menyampaikan hasil diskusinya.

Presentase Ketuntasan

Siklus I 82,35%

Siklus II 100%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

Diagram Persentase Ketuntasan Pemahaman

Membaca Pada Siklus I dan Siklus II

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

59

Adanya peningkatan pemahaman membaca siswa dari kondisi

awal, siklus I, dan Siklus II. Dari pelaksanaan tindakan yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode

pembelajaran SQ3R dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mampu

meningkatkan pemahaman membaca siswa di SD N Kebowan 01. Hal

ini dikarenakan terjadi peningkatan hasil belajar pemahaman

membaca dari kondisi awal diketahui rata-rata hasil belajar

pemahaman membaca sebesar 71,041 menjadi 75,05 pada siklus I,

dan meningkat lagi menjadi 83,53 pada siklus II. Jumlah siswa yang

tuntas juga meningkat menjadi 34 siswa atau semua siswa di kelas V

dapat mencapai KKM (70). Jadi, persentase ketuntasan kelas yang

dicapai pada siklus II yaitu 100% telah mampu mencapai indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 100% sehingga dapat

dikatakan bahwa penelitian ini bisa dihentikan pada siklus II.

4.3 Analisis Data Rekapitulasi Pra siklus, Siklus I, Siklus II

Hasil belajar siswa dari tahap pra siklus , siklus I dan siklus II

mengalami peningkatan. Berikut ini merupakan rekapitulasi data hasil

belajar siswa sebelum tindakan, siklus I dan siklus II pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia kelas 3 SD Negeri Kebowan 01.

Tabel 4.6

Perbandingan hasil belajar siswa sebelum tindakan, siklus I dan siklus II

Kategori

Nilai*

Kondisi Awal

(Pra Siklus) Siklus I Siklus II

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Tuntas 22 64,7% 27 79,4% 34 100%

Belum

Tuntas 12 35,3% 7 20,6% 0 0%

*Kriteria Ketuntasan Minimal Pra Siklus= 65

Kriteria Ketuntasan Minimal Siklus I dan Siklus II = 70

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

60

Pada tahap pra siklus jumlah siswa yang belum tuntas adalah 12 orang

dengan KKM 65 kemudian pada siklus I menurun menjadi 7 orang dengan

KKM 70 dan pada akhir siklus II tidak ada lagi siswa yang nilainya di

bawah 70. Persentase ketuntasan kelas meningkat dari siklus ke siklus.

Peningkatan pertama adalah sebesar 14,7%, dari yang semula adalah

64,7% di tahap pra siklus menjadi 79,4% di siklus I. Selanjutnya dari

siklus I ke siklus II meningkat 20,6% menjadi 100%. Untuk melihat

peningkatan dengan lebih jelas berikut ini adalah diagram perbandingan

persentase ketuntasan hasil belajar tahap pra siklus, siklus I, dan siklus II

Gambar 4.6 Diagram perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar tahap pra

siklus, siklus I, dan siklus II

4.4 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran

Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil observasi

yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Apakah dalam

pelaksanaan tindakan sintaks strategi SQ3R sudah terlaksana semuanya

atau belum. Berikut ini disajikan hasil penilaian lembar observasi dari

pelaksanaan tindakan pada siklus I sampai siklus II. Tabel 4.7

menunjukkan hasil penilaian aktivitas guru dan siswa pada pertemuan

pertama di siklus I.

64,70%

79,40%

100%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

Perbandingan persentase ketuntasan hasilbelajar pra siklus, siklus ke I dan siklus ke II

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

61

Tabel 4.7

Data Pencapaian Tujuan Pembelajaran Pertemuan Pertama Siklus I

Aktivitas Skor Skor

Maks Persentase Kualifikasi

Tingkat Keberhasilan

aktivitas dalam

pembelajaran

Siswa 38 50 76% Baik (B) Berhasil

Guru 89 110 80,9% Baik (B) Berhasil

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa

adalah 39 dari 50, jika dinyatakan dalam bentuk persen adalah 78%.

Sedangkan skor aktivitas guru adalah 89 dari 110 atau 80,9% jika

dinyatakan dalam bentuk persen. Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah

ditentukan aktivitas siswa dan guru masuk dalam kategori baik yang

menunjukkan bahwa aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran

berhasil. Selanjutnya hasil penilaian aktivitas guru dan siswa pada

pertemuan kedua di siklus I dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8

Data Pencapaian Tujuan Pembelajaran Pertemuan Kedua Siklus I

Aktivitas Skor Skor

Maks Persentase Kualifikasi

Tingkat Keberhasilan

aktivitas dalam

pembelajaran

Siswa 42 50 84% Baik (B) Berhasil

Guru 93 110 84,5% Baik (B) Berhasil

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa

adalah 42 dari 50, jika dinyatakan dalam bentuk persen adalah 84%.

Sedangkan skor aktivitas guru adalah 93 dari 110 atau 84,5% jika

dinyatakan dalam bentuk persen. Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah

ditentukan aktivitas siswa dan guru masuk dalam kategori baik yang

menunjukkan bahwa aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran

berhasil. Satu lagi data lembar observasi yang diperoleh selama proses

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

62

tindakan dilakukan yaitu data lembar aktivitas guru dan siswa pada

pertemuan pertama di siklus II.

Tabel 4.9

Data Pencapaian Tujuan Pembelajaran Pertemuan Pertama Siklus II

Aktivitas Skor Skor

Maks Persentase Kualifikasi

Tingkat Keberhasilan

aktivitas dalam

pembelajaran

Siswa 45 50 90% Sangat Baik

(SB) Berhasil

Guru 100 110 90,9% Sangat Baik

(SB) Berhasil

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa adalah 45

dari 50, jika dinyatakan dalam bentuk persen adalah 90%. Sedangkan skor

aktivitas guru adalah 100 dari 110 atau 90,9% jika dinyatakan dalam

bentuk persen. Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah ditentukan aktivitas

siswa dan guru masuk dalam kategori sangat baik dan bisa dikatakan

bahwa aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran berhasil.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan metode SQ3R

sebagai metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam

meningkatkan pemahaman membaca, dapat dinyatakan kemampuan

pemahaman membaca siswa meningkat. Peningkatan pemahaman

membaca ini ditandai oleh:

a) Kemampuan siswa menemukan ide pokok bacaan

Ide pokok bacaan merupakan hal pertama yang harus diketahui

pembaca untuk memahami isi bacaan, karena ide pokok merupakan

inti dari bacaan. Peningkatan kemampuan ini terlihat dari hasil analisis

tes pemahaman isi pada aspek kemampuan menemukan ide pokok

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

63

bacaan, jumlah siswa yang menjawab benar pada aspek ini meningkat

pada tiap siklusnya. Peningkatan ini disebabkan tahap question pada

penerapan metode SQ3R membuat siswa dapat berpikir kritis dan

cepat menangkap makna bacaan (Rahmat Husein, dkk. 2006: 3).

b) Kemampuan siswa menarik kesimpulan bacaan

Kemampuan menarik kesimpulan bacaan penting pengaruhnya

terhadap kemampuan pemahaman membaca siswa. Penerapan metode

SQ3R dengan menggunakan teknik diskusi pada siklus Idan siklus II

telah mampu meningkatkan kemampuan siswa menarik kesimpulan

bacaan. Hal ini disebabkan proses diskusi yang dilakukan merupakan

langkah strategis memperoleh pemahaman yang lebih baik dalam

membaca (Darmiyati Zuchdi, 2007: 164).

c) Kemampuan siswa membuat rangkuman.

Menurut pendapat Darmiyati Zuchdi (2007: 123) bahwa tidak ada

kemampuan yang lebih esensial bagi pelajar masa kini daripada

kemampuan membuat rangkuman yang efektif tentang apa yang

dibacanya. Penerapan metode SQ3R membuat siswa berpikir

sistematis, padahal konsep berpikir sistematis ini sangat diperlukan

seseorang dalam membuat rangkuman. Sehingga berakibat

meningkatnya kemampuan siswa membuat rangkuman.

d) Kemampuan siswa mencapai KKM yaitu mendapat nilai ≥70

Nilai yang diperoleh siswa meningkat pada tiap siklusnya. Peneliti

menetapkan batas minimal ketuntasan belajar yang semula 65 menjadi

70. Nilai rata-rata siswa meningkat dalam tiap siklus, yaitu kondisi

awal diketahui rata-rata hasil belajar pemahaman membaca sebesar

71,041 menjadi 75,05 pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 83,53

pada siklus II.

Peningkatan tersebut membuktikan bahwa metode SQ3R sangat

tepat untuk membantu meningkatkan pemahaman membaca siswa

dengan metode SQ3R, meskipun dilaksanakan secara bertahap. Namun

demikian, usaha penerapan metode SQ3R secara bertahap pada siklus

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8264/4/T1_292010504_BAB IV.pdf · mentode pengajaran guru yang monoton. Guru perlu mencari

64

I- III membawa dampak positif yang sangat memuaskan (Suyatmi,

Sumarwati, dan Rohmadi, 2005: 40).

Dampak positif ini disebabkan, secara tidak langsung bahwa

sesuatu yang masih asing tidak akan dapat dicerna dengan mudah.

Oleh karena itu diperlukan proses secara berangsur-angsur untuk

memahaminya.

Tahap metode SQ3R yang harus dilakukan pembaca yang

mencakup kegiatan survey, tanya jawab (question), read, membuat

ikhtisar (recite), dan klarifikasi (review) dapat membantu pembaca

untuk lebih mengerti isi teks. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Reongudee (2002: 38). Siswa yang diajarkan

dengan metode ini menyebabkan nilai membaca siswa lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang tidak diterapkan metode tersebut.