Upload
ticha-puri
View
221
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
ANALISIS PEKERJAAN KOLOM
4.1. Pekerjaan Pembetonan
Pelaksanaan pembetonan dikerjakan melalui beberapa tahapan pengerjaan
beton yang meliputi:
1. Pekerjaan persiapan,
2. Fabrikasi Penulangan,
3. Pemasangan Tulangan,
4. Pemasangan Bekisting,
5. Penuangan (pengecoran),
6. Pemadatan,
7. Pelepasan Bekisting,
8. Curing.
4.1.1. Pekerjaan Persiapan
Tahap pertama dari pengerjaan beton adalah pekerjaan persiapan.
Pekerjaan persiapan sangat penting untuk memastikan kelancaran pengerjaan
beton selanjutnya. Pekerjaan persiapan ini biasanya awal ini mencakup
pembersihan lahan atau tempat yang nantinya akan dijadikan kolom serta
penanadaan (marking) pada bagian footplate dan pada bagian plat baik itu
untuk penandaan letak bekisting, dan stek untuk braching bekisting, maupun
untuk kontrol pada saat pemsangan bekisting kolom. Pada sambungan setiap
lantainya harus tersedia stek kolom untuk pemasangan kolom berikutnya, untuk
mempermudah serta mengefisiensikan tenaga pekerja serta waktu pengerjaan.
4.1.2. Fabrikasi Tulangan
Fabrikasi ini bisa berjalan beriringan dengan pekerjaan awal, karena
fabrikasi biasanya di posisikan agak jauh dari struktur bangunan sehingga tidak
mengganggu jalannya pekerjaan konstruksi. Pekerjaan ini terfokuskan pada
pembuatan tulangan besi untuk kolom, desain tulangan disesuaikan dengan
desain yang telah dibuat sebelumnya pada shop drawing, berikut contoh shop
drawing serta fabrikasi penulangan :
Gambar 4.1. Fabrikasi Tulangan Kolom
Pada proyek Pengembangan Hotel Lorin Sentul ini terdiri dari 12
macam kolom yang digunakan, yakni :
4.1.3. Pemasangan Tulangan Kolom
Tulangan Kolom yang telah selesai di sambung selanjutnya akan
dipasang pada stek-stek kolom yang sebelumnya sudah dipasang.
Gambar 4.2. Stek Pada Tulangan Kolom
Tulangan ini nantinya akan disambung dengan menggukan kawat pada
stek-stek yang telah ada sebelumnya, lamanya pekerjaan berkisar 2-3 jam
untuk satu kolom. Dan pada bagian ini akan dipasangkan , beton dackting
dengan dimensi 2 cm pada beberapa bagian kolom agar memudahkan
memberi jarak antara bekisting dan tulangan yang nantinya akan diisi beton.
Gambar 4.3. Pemasanan Dackting Beton
4.1.3. Pemasangan Bekisting
Pada proyek Pengembangan Hotel Lorin Sentul digunakan 2 jenis
bekisting, yakni bekisting jenis kayu dan bekisting jenis hollow. Jumlah
bekisting yang ada di proyek ini berjumlah 10, dengan rincian bekisting kayu 5
dan bekisting hollow 5. Pemasangan bekisting baik jenis kayu maupun hollow
sebenarnya tidak ada perbedaan prinsip pada pemasangannya, pertama
beksting disusun sedemikian rupa sehingga telah membentuk sesuai dengan
desain shop drawing tetapi jangan terlebih dahulu di kencangkan, setelah
sesuai dengan desain maka bekisting akan di angkat menuju kolom yang akan
siap untuk di cor dengan menggunakan bantuan tower crane, setelah pada
posisi yang tepat beksting. Setelah terletak pada tempatnya perlu dilakukan
pengecekan vertikalitas bekisting agar kolom yang dihasilkan sesuai dengan
rencana, cek vertikalitas ini dibantu dengan menggunakan alat unting-unting
dan waterpass. Setelah vertikalitas sesuai dengan yang direncanakan
kencangkan baut yang terdapat pada bekisting dan pasang stek tambahan
yang telah ditentukan sebelumnya untuk keperluan braching agar bekisting
tidak terpisah ketika dilakukan pengecoran.
.
Pada dasarnya konstruksi bekisting menjalani 3 fungsi yaitu :
Bekisting harus mampu menentukan / mencetak bentuk beton yang
akan di buat sesuai rencana.tentunya semakin sederhana bentuk
sebuah konstruksi semakin sederhana pula bentuk konstruksi
bekisting yang di butuhkan.
Bekisting juga harus mampu meredam dengan aman beban yang
berasal dari spesi beton dan beban-beban luar lainnya serta
getaran yang bisa saja terjadi.tidak selamanya bekisting yang kita
rencanakan akan sesuai dengan yang kita inginkan karena dalam
pelaksanaannya mungkin saja bisa terjadi pergeseran atau
perubahan bentuk yang timbul dari beban dan getaran.perubahan
ini tidak menjadi masalah selama tidak melebihi dari batas toleransi
perencanaan.
Sedapat mungkin bekisting dirancang agar mudah di pasang,
dilepaskan dan dipindahkan.
Agar penggunaan bekisting di lapangan nantinya bisa lebih
efisien.setidaknya ada tiga hal penting yang harus di perhatikan dan di
pertimbangkan dalam merancang bekisting,yaitu :
1. Kualitas bekisting
Bekisting harus di model dan dibuat dengan
kekakuan (stifffness) dan keakurasian yang cukup sehingga
bentuk bekisting, ukuran bekisting, posisi bekisting, dan
penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan
toleransi yg diinginkan.
2. Keselamatan pekerja dan bekisting
Bekisting harus dipasang dengan kekuatan yang cukup dan
faktor keamanan yang memadai sehingga mampu menahan /
menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami
keruntuhan yang bisa membahayakan pekerja dan konstruksi
beton.
3. Biaya pembuatan yang Ekonomis
Bekisting harus dibuat se-efisien mungkin guna
meminimalisasi waktu dan biaya dalam proses pelaksanaan
sehingga sesuai dengan jadwal yang sudah di tetapkan demi
keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).
4.1.5. Penuangan (Pengecoran)
Pekerjaan pengecoran ini dibantu dengan alat bucket yang
berkapasitas 0.8 m3 yang telah disertai dengan alat buka tutup mulut bucket
serta pipa tremi yang terbuat dari plastik atau terpal agar jatuhnya beton
terpusat dan tidak terjadi segregasi akibat ketinggian, berikut tabel jenis kolom
serta volume beton yang dibutuhkan masing-masing kolom :
Gambar 4.3. Pengecoran/Storing Kolom
Tabel 4.1. Volume Kolom
NO
TYPE KOLOMUKURAN (m) TINGGI BEKISTING
(m)TOTAL VOLUME SATUA
Np x L
1 KOLOM C10.55
x 0.7 3 1.155m3
2 KOLOM C2.A 0.6 x 0.8 3 1.44 m3
3 KOLOM C2.B 0.6 x 0.8 3 1.44 m3
4 KOLOM C3.A 0.5 x 0.7 3 1.05 m3
5 KOLOM C3.B 0.5 x 0.7 3 1.05 m3
6 KOLOM C4 0.3 x 0.4 3 0.36 m3
7 KOLOM CL1 0.5 x 0.5 3 0.75 m3
8 KOLOM CL2 0.5 x 0.6 3 0.9 m3
9 KOLOM C50.5 x 0.1
33 0.195
m3
10 KOLOM C5.A0.31
x 0.13
3 0.1209m3
11 KOLOM C5.B0.55
x 0.13
3 0.2145m3
12 KOLOM C60.3 x 0.1
33 0.117
m3
Ketika akan dilakukan storing terlebih dahulu bagian kolom sebelumnya
diberikan conplas yang berfungsi seperti lem agar bagian kolom yang baru
dapat menempel kuat pada bagian kolom yang lama, pada saat pengecoran
dilakukan pemadatan dengan bantuan alat vibrator.
Cara penuangan (pengecoran) beton mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menghasilkan beton dengan mutu yang diinginkan. Beberapa
hal penting yang harus diperhatikan antara lain:
1. Beton yang dituang harus sesuai dengan kelecakan (workability)
yang diinginkan, agar dapat mengisi bekisting dengan baik dan
penuangan harus sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
segregasi. Segregasi adalah pemisahan butiran agregat kasar
dari adukan dan dapat menyebabkan sarang kerikil yang
mengakibatkan kekuatan beton berkurang.
2. Harus diperhatikan kesinambungan penuangan beton,
penuangan lapisan beton yang baru harus dilakukan sebelum
lapisan beton sebelumnya mencapai waktu setting awal (initial
setting time).
3. Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya dan beton
yang telah terkotori oleh bahan lain tidak boleh digunakan lagi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai cara penuangan beton supaya
tidak terjadi segregasi adalah:
1. Beton yang dicor harus pada posisi sedekat mungkin dengan
acuan, tinggi jatuh penuangan adukan maksimum 60 cm.
Gambar 3.4 Cara Penuangan yang Dapat Menghindari Segredasi
2. Untuk pengecoran kolom dan dinding penuangan dilakukan
melalui pipa penghantar (tremie) sampai di bawah kolom. Bila
penuangan dilakukan dari atas dengan ketinggian penuangan
mencapai 3 – 4 m, beton yang dituang akan menumbuk tulangan
dan bagian dasar, menyebabkan agregat kasar terlempar keluar
dari adukan sehingga terjadi segregasi.
3. Bila tidak menggunakan tremie, pengecoran dilakukan melalui
bukaan di dinding bekisting bagian bawah untuk mengurangi
tinggi jatuh penuangan.
Gambar 3.5 Penuangan Melalui Jendela pada Bekisting Kolom
4. Pada pengecoran pelat lantai dan balok, penuangan sebaiknya
dilakukan berlawanan terhadap arah pengecoran atau
menghadap beton yang telah dituang.
5. Beton yang dituang harus menyebar, tidak boleh ditimbun pada
suatu tempat tertentu dan dibiarkan mengalir ke dalam bekisting.
6. Arah penuangan adukan pada permukaan yang miring harus
dilakukan dari bawah ke atas, sehingga kepadatan bertambah
sejalan dengan bertambahnya berat adukan beton yang baru
ditambahkan.
4.1.6. Pemadatan
Pemadatan beton pada pelaksanaan merupakan suatu pekerjaan yang
sangat penting dalam menentukan kekuatan dan ketahanan beton yang telah
mengeras.
Pemadatan beton harus dilakukan segera setelah beton dituang, dan
sebelum terjadi waktu setting awal dari beton segar. Setting beton segar di
lapangan dapat diperiksa dengan menusuk tongkat ke dalam beton tanpa
kekuatan dan dapat masuk 10 cm. Tujuan pemadatan beton segar adalah untuk
menghilangkan rongga-rongga udara sehingga dapat mencapai kepadatan
maksimal. Tingkat kepadatan yang dapat dicapai bergantung pada:
1. Komposisi bahan beton.
2. Cara dan usaha pemadatan di lapangan.
Komposisi bahan yang perlu diperhatikan adalah:
1. Kelecakan (workability) dari adukan yang ditentukan oleh nilai
slump-nya. Dengan nilai slump yang sesuai, bekisting akan terisi
dengan baik.
2. Campuran yang terlalu banyak air akan menyebabkan segregasi.
3. Campuran yang gemuk (banyak semen) akan membuat beton yang
lebih plastis, sehingga campuran lebih kompak.
Cara dan usaha pemadatan sangat dipengaruhi oleh kelecakan betonnya.
Semakin lecak semakin mudah pemadatannya, makin rendah slump-nya makin
sulit pemadatannya. Pemadatan secara mekanis lebih padat dibandingkan
dengan cara manual. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan pemadatan
adalah:
1. Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1
sampai 4 jam bergantung apakah ada pemakaian admixture.
2. Alat pemadat tidak boleh menggetar pembesian, karena akan
menghilangkan/melepaskan kuat lekat antara besi dengan beton
yang baru dicor dan memasuki tahap waktu setting (setting time).
3. Pemadatan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding,
yaitu naiknya air atau pasta semen ke atas permukaan beton dan
meningggalkan agregat di bagian bawah. Hal ini dapat
menimbulkan permukaan kasar (honeycomb) di bagian bawah, dan
beton yang lemah di dekat permukaan karena hanya terdiri dari
pasta semen.
4. Untuk pengecoran bagian yang sangat tebal atau pengecoran
massal, penuangan dan pemadatan dilakukan berlapis-lapis. Tebal
setiap lapisan tidak boleh lebih dari 500 mm.
Gambar 3.6 Pemadatkan dengan Vibrator
Gambar 3.7 Alat Vibrator
Pemadatan dengan cara menual dapat dilakukan dengan menusukkan
sebatang tongkat atau besi tulangan ke dalam secara berulang-ulang, atau
dengan menumbuk beton segar dengan alat penumbuk.
4.1.7. Pelepasan Bekisting
Setelah ± 8 jam setelah pengecoran kolom bekisting dapat dibuka,
lamanya pelepasan bekisting tergantung pada proses setting dan admixture
yang ditambahkan pada campuran beton. Setelah pelepasan bekisting, perlu
dilakukan curing pada kolom beton tersebut terutama ketika pelepasan
dilakukan siang hari. Curing dapet dilakukan dengan cara menyiram kolom
dengan air atau dengan menggunakan karung goni yang telah diberi air agar
ketika sudah benar-benar kering tidak terjadi keretakan pada beton.
4.1.8. Pekerjaan Perawatan (Curing)
Tujuan perawatan beton adalah memelihara beton dalam kondisi tertentu
pasca-pembukaan bekisting (demoulding of form work) agar optimasi kekuatan
beton dapat dicapai mendekati kekuatan yang telah direncanakan. Perawatan
ini berupa pencegahan atau mengurangi kehilangan/penguapan air dari dalam
beton yang ternyata masih diperlukan untuk kelanjutan proses hidrasi. Bila
terjadi kekurangan/kehilangan air maka proses hidrasi akan terganggu/terhenti
dan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan perkembangan kekuatan
beton, terutama penurunan kuat tekan (Lubis, 1986; Mulyono, 2004; dan Amri,
2005).
3.3. Tinjauan Umum Proyek
Sumber: http://bestananda.blogspot.com/2012/07/pengecoran-
kolom.html#ixzz33j6COSkY