23
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Maret 2012. Sebelum memulai penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui data siswa. Hasil dari observasi itu adalah kelas eksperimen yaitu di kelas V SD Negeri 2 Krangganharjo ada 27 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan dan kelas kontrol yaitu di kelas V SD Negeri 3 Krangganharjo ada 22 siswa yang terdiri 12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Kelas kontrol diampu oleh guru dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Sedangkan kelas eksperimen diampu oleh guru dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik. Penelitian dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik dan konvensioanal dilakukan dengan kolaborasi yaitu oleh guru kelas V sebagai pengajar. Dalam penelitian ini khususnya di kelas eksperimen juga dibutuhkan guru observer sebagai pengamat jalannya pembelajaran sesuai apa yang diharapkan, guru observer dalam penelitian ini adalah guru kelas III. Peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pembuat RPP dan instrumen penelitian yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru kelas V SDN 2 Krangganharjo. Pelaksanaan uji coba tes kreativitas dilakukan pada hari Sabtu, 03 Maret 2012 dengan resonden 25 siswa kelas V SD Negeri 1 Krangganharjo sebagai SD uji coba. Setelah mendapatkan data tes kreativitas dari SD uji coba tersebut, peneliti menganalisis validitas dan reliabilitas. Soal yang valid nantinya akan diberikan sebagai soal pretes dan postes. Pelaksanaan uji coba atau triout tretmen atau perlakuan yaitu pembelajaran matematika realistik dilakukan pada hari Sabtu, 10 Maret 2012 di kelas III SDN 2 Krangganharjo yang dilakukan oleh guru kelas V yaitu Ibu Deri Aprilia. Uji coba tretmen ini dilakukan guru untuk mengetahui langkah- 48

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASANPENELITIAN 4.1 Pelaksanaan … · 2012. 11. 21. · 48 BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASANPENELITIAN . 4.1 Pelaksanaan Penelitian . Penelitian

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 48

    BAB IV

    PELAKSANAAN, HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

    4.1 Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Maret 2012.

    Sebelum memulai penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti

    melakukan observasi untuk mengetahui data siswa. Hasil dari observasi itu

    adalah kelas eksperimen yaitu di kelas V SD Negeri 2 Krangganharjo ada 27

    siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan dan kelas

    kontrol yaitu di kelas V SD Negeri 3 Krangganharjo ada 22 siswa yang terdiri

    12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

    Kelas kontrol diampu oleh guru dengan menggunakan pembelajaran

    konvensional. Sedangkan kelas eksperimen diampu oleh guru dengan

    menggunakan pembelajaran matematika realistik. Penelitian dengan

    menggunakan pembelajaran matematika realistik dan konvensioanal

    dilakukan dengan kolaborasi yaitu oleh guru kelas V sebagai pengajar. Dalam

    penelitian ini khususnya di kelas eksperimen juga dibutuhkan guru observer

    sebagai pengamat jalannya pembelajaran sesuai apa yang diharapkan, guru

    observer dalam penelitian ini adalah guru kelas III. Peneliti dalam penelitian

    ini adalah sebagai pembuat RPP dan instrumen penelitian yang

    dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru kelas V SDN 2

    Krangganharjo.

    Pelaksanaan uji coba tes kreativitas dilakukan pada hari Sabtu, 03

    Maret 2012 dengan resonden 25 siswa kelas V SD Negeri 1 Krangganharjo

    sebagai SD uji coba. Setelah mendapatkan data tes kreativitas dari SD uji

    coba tersebut, peneliti menganalisis validitas dan reliabilitas. Soal yang valid

    nantinya akan diberikan sebagai soal pretes dan postes.

    Pelaksanaan uji coba atau triout tretmen atau perlakuan yaitu

    pembelajaran matematika realistik dilakukan pada hari Sabtu, 10 Maret 2012

    di kelas III SDN 2 Krangganharjo yang dilakukan oleh guru kelas V yaitu Ibu

    Deri Aprilia. Uji coba tretmen ini dilakukan guru untuk mengetahui langkah-

    48

  • 49

    langkah pembelajaran matematika realistik. Dalam uji coba ini terlihat guru

    merasa lebih mudah dalam mengajar siswapun juga merasa lebih mudah

    dalam belajar. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. Setelah tretmen ini

    berhasil diuji cobakan atau ditrioutkan maka pelaksanaan penelitian pada

    kelas eksperimen dapat dilakukan.

    Peneliti membagikan pretest di kelas V SD Negeri 2 Krangganharjo

    sebagai kelas eksperimen dan di kelas V SD Negeri 3 Krangganharjo sebagai

    kelas kontrol pada hari Sabtu, 10 Maret 2012. Dari data pretes peneliti

    menganalisis normalitas dan homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas

    kontrol. Pada 16, 17 dan 24 Maret 2012 peneliti meneliti di kelas eksperimen

    dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik yang diampu oleh

    guru kelas V yaitu Ibu Deri Aprilia dan sebagai guru observer adalah guru

    kelas III yaitu Ibu Eta Puspasari. Pada tanggal 20, 21, dan 22 Maret 2012

    peneliti meneliti pada kelas kontrol yang diampu oleh Ibu Siti Solechah

    sebagai guru kelas dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

    Pembelajaran matematika realistik pertemuan pertama pada kelas

    eksperimen dilakukan pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2012 pada jam kedua

    dan jam ketiga. Pada pertemuan pertama kelas eksperimen membahas materi

    tentang sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, persegi panjang, dan

    jajargenjang. Ketika guru menyampaikan pokok materi, penyampaian dimulai

    dengan pengamatan benda berbentuk bangun datar yang ada di ruang kelas

    dilanjutkan dengan tanya jawab. Guru membentuk kelompok kemudian

    memberikan tugas berupa LKS untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun

    datar dari benda yang ada di ruang kelas melalui pemodelan menggunakan

    kertas yang berbentuk berbagai bangun datar dan alat yang telah disediakan

    guru. Guru mengamati dan memberikan bimbingan kepada siswa. Siswa

    mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka dan dari presentasi itu ada

    siswa atau kelompok lain yang menanggapi. Dengan bimbingan guru dari

    hasil diskusi dan presentasi siswa menemukan sendiri sifat-sifat bangun datar.

    Guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Sebagai evaluasi

    guru memberikan PR kepada siswa. Tetapi pada pertemuan pertama lembar

  • 50

    observasi yang diisi oleh guru observer, guru kelas lupa menyampaikan

    tujuan pembelajaran. Pada pertemuan pertama ini juga, siswa terlihat merasa

    asing dan malu karena di dalam kelas ada guru observer dan peneliti. Tetapi

    ketika kegiatan diskusi siswa mulai merasa nyaman di dalam kelas, siswa

    mulai aktif dalam diskusi.

    Pada pertemuan kedua kelas eksperimen dilakukan pada hari Sabtu

    tanggal 17 Maret 2012 pada kedua dan ketiga. Pada pertemuan kedua ini

    membahas tentang sifat-sifat bangun datar trapesium, belah ketupat, layang-

    layang, dan lingkaran. Pada pertemuan kedua sebelum penyampaian materi

    guru bersama siswa mengoreksi PR yang diberikan pada pertemuan pertama.

    Ketika guru menyampaikan materi, penyampaian dimulai dengan cerita dari

    guru, cerita itu berjudul Lebaran di Rumah Ami kemudian dilanjutkan tanya

    jawab. Guru membentuk kelompok kemudian memberikan tugas berupa

    LKS untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dari masalah yang ada

    dalam cerita itu yaitu sifat-sifat dari ketupat, mainan layang-layang, atap

    rumah, dan kue donat melalui pemodelan menggunakan kertas yang

    berbentuk berbagai bangun datar dan alat yang telah disediakan guru. Guru

    mengamati dan memberikan bimbingan kepada siswa. Siswa

    mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka dan dari presentasi itu ada

    siswa atau kelompok lain yang menanggapi. Dengan bimbingan guru dari

    hasil diskusi dan presentasi siswa menemukan sendiri sifat-sifat bangun datar.

    Guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Sebagai tindak

    lanjut guru juga memberikan PR. Pada pertemuan kedua aspek dalam lembar

    observasi semua sudah dilakukan oleh guru kelas. Pada pertemuan kedua ini

    siswapun sudah tidak merasa asing dan malu, siswa sudah merasa nyaman,

    aktif, dan tertarik dalam pembelajaran karena siswa belajar menemukan

    sendiri sehingga siswa merasa lebih bangga dan senang terhadap apa yang

    mereka pelajari.

    Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ketiga dilakukan pada hari Sabtu,

    24 Maret 2012 pada jam kedua dan ketiga. Pada pertemuan ini hanya

    mengulang semua materi sifat-sifat bangun datar yang disampaikan pada

  • 51

    pertemuan pertama dan kedua serta pemberian evaluasi berupa tes kreativitas

    sebagai postes.

    Pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan pada jam pertama dan

    kedua. Sama dengan kelas eksperimen kelas kontrol juga dilakukan dalam

    tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Selasa, 20 Maret

    2012. Pada pertemuan ini membahas materi tentang sifat-sifat bangun datar

    segitiga, persegi, persegi panjang, dan jajargenjang. Pertemuan kedua

    dilakukan pada hari Rabu, 21 Maret 2012. Pada pertemuan kedua membahas

    tentang sifat-sifat bangun datar trapesium, belah ketupat, layang-layang, dan

    lingkaran. Dan pertemuan ketiga dilakukan pada hari Kamis, 22 Maret 2012.

    Pertemuan terakhir ini mengulang semua materi pada pertemuan pertama dan

    kedua dilanjutkan dengan evaluasi berupa tes kreativitas sebagai postes. Pada

    kelas kontrol ini pembelajaran hanya terfokus oleh guru dan buku. Guru

    menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam pembelajaran ini

    guru menjelaskan siswa memperhatikan, guru bertanya siswa menjawab.

    Tetapi ada juga siswa ketika ditanya oleh guru siswa hanya diam saja.

    Setelah melakukan kegiatan pembelajaran yaitu pada pertemuan ketiga di

    kelas eksperimen, selanjutnya diadakan diskusi atas semua kegiatan

    pembelajaran matematika realistik. Untuk itu sebelum data dianalisis peneliti

    bersama guru kelas dan guru observer beserta beberapa siswa melakukan

    diskusi tentang pembelajaran matematika realistik yang telah dilakukan.

    Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran matematika

    realistik bagi guru kelas, guru observer, siswa, dan peneliti. Dari diskusi ini

    didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan pembelajaran matematika

    realistik mendapat pengalaman dan wawasan baru dalam pembelajaran serta

    guru merasa lebih mudah dalam mengajar, bagi siswa pembelajaran

    matematika realistik dirasa mudah diterima, dipahami dan lebih kreatif, serta

    bagi guru observer dan peneliti yang kelak menjadi guru juga mendapat

    pengalaman tentang pembelajaran matematika realistik.

  • 52

    Item-Total Statistics

    45.68 91.893 .906 .89445.28 97.960 .675 .94045.92 97.993 .673 .94145.76 92.690 .916 .89345.84 93.723 .939 .890

    No.3No.4No.6No.7No.10

    Scale Mean ifItem Deleted

    ScaleVariance if

    Item Deleted

    CorrectedItem-TotalCorrelation

    Cronbach'sAlpha if Item

    Deleted

    4.2 Hasil Penelitian

    4.2.1 Validitas Instrumen

    a. Pembelajaran Matematika Realistik

    Uji validitas instrumen tindakan pembelajaran matematika realistik

    menggunakan validitas konstruksi yaitu menggunakan pendapat para ahli

    (jugmen expert) dan disesuaikan dengan aspek-aspek yang akan diukur sesuai

    teori. Dari hasil dari para ahli yaitu Prof. Dr. Slameto, M.Pd sebagai dosen

    pembimbing dan Deri Aprilia sebagai guru kelas V SDN 2 Krangganharjo

    instrumen tindakan pembelajaran matematika realistik sudah sesuai dengan

    aspek dan teori yang digunakan.

    b. Soal Tes Kreativitas

    Uji validitas tes dihitung dengan cara mengkorelasikan antara nilai yang

    diperoleh dari setiap butir soal dengan keseluruhan yang diperoleh.

    Tekniknya dengan mencari koefisien corrected item total correlation.

    Menurut Budiyono (2003) menyatakan suatu item instrument penelitian

    dianggap valid jika memiliki koefisien corrected item total correlation > 0,3.

    Adapun hasil validitas instrumen tes kreativitas adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.1 Hasil Validitas Instrumen Tes Kreativitas di Kelas Uji Coba

    SDN 1 Krangganharjo

    Dari hasil perhitungan validitas 10 item soal di SD uji coba yaitu SD

    Negeri 1 Krangganharjo dengan jumlah responden 25 siswa adalah dari hasil

    validitas berdasarkan rentang koefisien validitas, dari 10 item soal adalah 5

    soal yang valid yaitu No. 3, No. 4, No. 6, No.7 karena corrected item to total

    correlation > 0,3.

  • 53

    Reliability Statistics

    .929 5

    Cronbach'sAlpha N of Items

    4.2.2 Reliabilitas Instrumen

    a. Pembelajaran Matematika Realistik

    Uji Reliabilitas instrumen tindakan pembelajaran matematika realistik

    adalah seperti uji validitas instrumen tindakan pembelajaran matematika yaitu

    menggunakan pendapat para ahli (jugmen expert) dan disesuaikan dengan

    aspek-aspek yang akan diukur sesuai teori. Dari hasil dari para ahli yaitu Prof.

    Dr. Slameto, M.Pd sebagai dosen pembimbing dan Deri Aprilia sebagai guru

    kelas V SDN 2 Krangganharjo instrumen tindakan pembalajaran matematika

    realistik sudah sesuai dengan aspek dan teori yang digunakan.

    b. Soal Tes Kreativitas

    Reliabilitas diukur dengan menghitung korelasi skor butir soal dengan

    komposit totalnya. Tingkat Reliabilitas instrumen menurut pedoman yang

    dikemukakan oleh Sekaran (Priyanto, 2009), yang didasarkan pada nilai

    koofisien Alpha Cronbach (α). Adapun hasil reliabilitas instrumen tes

    kreativitas adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.2 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes Kreativitas di Kelas Uji Coba

    SDN 1 Krangganharjo

    Hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes kreativitas di SD Negeri 1

    Krangganharjo menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha adalah 0.929

    yang artinya reliabilitas instrumen tes kreativitas adalah baik.

    4.2.3 Hasil Uji Prasyarat

    Sebelum dilakukan analisis data, maka dilakukan uji prasyarat analisis

    data. Dalam uji prasyarat ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

  • 54

    a. Normalitas Data Pretes

    Uji normalitas diambil dari nilai pretes sebelum dilakukan perlakuan

    pada kelas eksperimen dan pada Kelas Kontrol. Syarat suatu data dikatakan

    berdistribusi normal jika signifikansi > 0.05 Uji normalitas dilakukan dengan

    menggunakan uji kolmogorov smirnov dengan menggunakan bantuan

    program SPSS 16.0. Berikut adalah hasil analisis uji normalitas.

    Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pretes

    Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

    Dari tabel 4.3 terlihat uji normalitas data pretes kelas eksperimen dan

    kelas kontrol kelompok laki-laki nilai sig adalah 0,098 karena nilainya lebih

    dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa sebaran data berdistribusi normal.

    Untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol kelompok perempuan nilai sig

    adalah 0,168 karena nilainya lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa

    sebaran data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas

    menggunakan bantuan SPSS versi 16.0 diperoleh bahwa seluruh data

    berdistribusi normal.

    b. Homogenitas Data Pretes

    Uji homogenitas diambil dari nilai pretes pada kelas eksperimen dan

    pada Kelas Kontrol. Uji homogenitas berguna untuk menguji kesamaan

    sampel yaitu seragam atau tidak varian sampel yang diambil dari populasi.

    Syarat homogenitas adalah jika sig > 0,05 maka sampel dinyatakan

    homogen, jika sig < 0,05 maka sampel dikatakan tidak homogen. Uji

    homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0.

    Berikut adalah hasil analisis uji homogenitas.

    KELAS GENDER

    Kolmogorov-Smirnova

    Statistic df Sig.

    NILAI EKSPERIMEN L .154 27 .098

    KONTROL P .157 22 .168

  • 55

    Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes

    Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

    Dari tabel 4.4 terlihat hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa tingkat

    signifikansi atau probabilitas adalah 0,943 karena nilainya lebih dari 0,05, maka

    dapat dikatakan bahwa varians yang dimiliki oleh sampel yang bersangkutan adalah

    seragam.

    4.2.4 Pembelajaran Matematika Realistik

    Deskripsi pembelajaran matematika realistik didapat dari hasil

    observasi. Observasi dilaksanakan untuk memantau jalannya perlakuan dalam

    pembelajaran agar sesuai dengan ketentuan dan teori yang digunakan dan

    subjek dalam penelitian. Observasi tindakan dilakukan oleh guru kelas III

    yang memantau secara langsung proses pembelajaran pada kelas eksperimen

    yaitu dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik. Lebih

    jelasnya hasil observasi yang diisi oleh guru observer dapat dilihat pada tabel

    berikut.

    Tabel 4.5 Hasil Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik

    di Kelas Eksperimen

    Langkah-Langkah Deskripsi

    Pertemuan

    1 2 3

    Awal

    Guru mengawali pembelajaran dengan cara informal berupa stimulis-stimulus yang berkaitan dengan materi.

    √ √ √

    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. x √ √

    Inti

    Guru memberikan tugas berupa pertanyaan yang berhubungan dengan dunia nyata atau riil.

    √ √ x

    Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan masalah atau soal yang belum √ √ x

    Nilai df1 df2 Sig

    Pretes 1 47 .943

  • 56

    Lanjutan Tabel 4.5 Hasil Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik di

    Kelas Eksperimen

    Langkah-Langkah Deskripsi

    Pertemuan

    1 2 3

    dipahami dan guru hanya memberikan petunjuk seperlunya.

    Siswa dengan kerja kelompok mendeskripsikan masalah riil, melakukan interpretasi aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud dan memikirkan strategi pemecahan masalah.

    √ √ x

    Siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya dan dengan pemanfaatan model atau alat peraga.

    √ √ x

    Inti

    Guru menunjuk siswa atau perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi. √ √ x

    Guru sebagai fasilitator dan moderator. √ √ x Siswa atau kelompok lain memberikan tanggapan dari hasil kelompok penyaji. √ √ x

    Akhir Guru menggunakan pendapat siswa untuk menarik kesimpulan bersama. √ √ x

    Melakukan evaluasi. √ √ √ Keterangan Tabel:

    √: jika deskripsi indikator dilakukan pada tiap pertemuan.

    x: jika deskripsi indikator tidak dilakukan tiap pertemuan.

    Dari tabel 4.5 di atas tentang hasil observasi, didapatkan bahwa

    pembelajaran menggunakan pembelajaran matematika realistik berlangsung

    dengan baik dan sesuai dengan prosedur dan teori yang digunakan hanya saja

    pada pertemuan pertama guru kelas lupa menyampaikan tujuan pembelajaran.

    Setelah adanya diskusi peneliti bertanya pada guru kelas kenapa lupa

    menyampaikan tujuan pembelajaran, ternyata guru merasa grogi karena

    adanya peneliti dan guru observer. Pertemuan kedua aspek yang diamati

    sudah terlaksana semua sesuai dengan pembelajaran matematika realistik.

    Pada pertemuan pertama dan kedua ini guru mengajar menggunakan

    pembelajaran matematika realistik. Sedangkan pada pertemuan ketiga hanya

    pengulangan kembali materi pada pertemuan pertama dan kedua diakhiri

  • 57

    dengan pemberian tes kreativitas sebagai postes. Pembelajaran telah

    dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

    4.2.5 Kreativitas

    Hasil Kreativitas ini ada 2 tahap yaitu pretes dan postes yang

    dilakukan melalui tes kreativitas. Dari nilai tes kreativitas tersebut nantinya

    akan dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu kreativitas sangat tinggi,

    kreativitas tinggi, kreativitas sedang, kreativitas rendah, dan kreativitas sangat

    rendah.

    Variabel kreativitas memiliki 5 item soal kreativitas, setiap item soal

    memiliki skor tertinggi 16 dan terendah 4. Hasil pengukuran variabel

    kreativitas diharapkan memiliki nilai tertinggi 100 dan terendah 25. Hasil

    pengukuran ini dikategorikan dalam 5 kategori. Untuk deskripsi variabel

    kreativitas siswa sesuai dengan kategori dalam penelitian ini dapat dilihat di

    bawah ini.

    a. Kelas Kontrol Deskripsi kreativitas kelas kontrol dapat dilihat dalam kolom berikut ini.

    Tabel 4.6 Deskripsi Variabel Kreativitas Kelas Kontrol

    Kreativitas Kelas Kontrol

    Tingkat Kreativitas Kategori Kreativitas Pretes Postes

    f % f % Sangat Tinggi 85-99 0 0 1 4,55 Tinggi 70-84 0 0 17 77,27 Sedang 55-69 12 54,55 4 18,18 Rendah 40-54 10 45,45 0 0 Sangat Rendah 25-39 0 0 0 0

    Jumlah 22 100 22 100 Mean 55,18 74,91

    Standar Deviasi 7,42 7,07 Nilai Maksimal 65 86 Nilai Minimal 40 56

    N 22 22 Berdasarkan data pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa distribusi

    frekuensi kreativitas ketika pretes kelas kontrol terbanyak berada pada

  • 58

    kategori kreativitas sedang atau pada rentang nilai 55-69 dengan frekuensi

    sebanyak 12 siswa dengan prosentase sebesar 54,55% kemudian diikuti oleh

    kategori kreativitas rendah. Kategori kreativitas rendah atau pada rentang 40-

    54 frekuensinya sebanyak 10 siswa dengan prosentase 45,45%. Hasil pretes

    pada kelas kontrol tidak ada siswa yang memiliki kreativitas sangat tinggi,

    tinggi, dan sangat rendah.

    Selain itu, pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa distribusi

    frekuensi kreativitas ketika postes kelas kontrol terbanyak berada pada

    kategori kreativitas tinggi atau pada rentang nilai 70-84 dengan frekuensi 17

    siswa dengan prosentase sebesar 77,27% kemudian diikuti oleh kategori

    kreativitas sedang atau pada rentang 55-69 frekuensinya sebanyak 4 siswa

    dengan prosentase 18,18% dan kategori kreativitas sangat tinggi atau pada

    rentang 85-99 frekuensinya sebanyak 1 siswa dengan prosentase 4,55%. Hasil

    postes tidak ada siswa yang memiliki kategori kreativitas rendah dan

    kreativitas sangat rendah.

    Pada tabel 4.6 diketahui pula bahwa mean kreativitas kelas kontrol

    mengalami peningkatan yaitu ketika pretes sebesar 52,92 dan ketika postes

    mean kelas kontrol sebesar 57,90 dengan standar deviasi ketika pretes 8,08

    dan ketika postes 5,78. Nilai minimal ketika pretes sebesar 40 dan ketika

    postes sebesar 56 serta nilai maksimal ketika pretes 65 dan ketika postes

    sebesar 86.

    Berdasarkan nilai rata-rata ketika pretes dan postes kelas kontrol

    mengalami peningkatan. Tetapi ketika postes masih ada 4 siswa yang

    memiliki kreativitas sedang, setelah tanya jawab dengan guru kelas V

    ternyata 4 siswa tersebut memang siswa yang memiliki kemandirian belajar

    yang kurang dan cepat bosan dengan pembelajaran yang monoton. Ada 1

    siswa diantara mereka adalah siswa yang tinggal kelas, tidak memiliki orang

    tua hanya tinggal bersama nenek dan adiknya. Oleh karena itu untuk

    meningkatkan kreativitas keempat siswa tersebut guru perlu memberikan

    perhatian. Untuk mengatasi siswa yang cepat bosan dengan pembelajaran

    yang monoton, guru harus pandai mencari alternatif atau strategi

  • 59

    pembelajaran yang tepat agar siswa menjadi tertarik terhadap pembelajaran

    sehingga pembelajaran dapat membuat siswa nyaman dan senang dalam

    belajar di kelas. Dari itu semua diharapkan kreativitas siswa dapat meningkat

    jauh lebih baik.

    b. Kelas Eksperimen Deskripsi kreativitas kelas kontrol dapat dilihat dalam kolom berikut ini.

    Tabel 4.7 Deskripsi Variabel Kreativitas Kelas Eksperimen

    Kreativitas Kelas Eksperimen

    Tingkat Kreativitas Kategori Kreativitas

    Pretes

    Postes

    f % f % Sangat Tinggi 85-99 0 0 9 33,33 Tinggi 70-84 1 3,7 18 66,67 Sedang 55-69 12 44,44 0 0 Rendah 40-54 14 51,86 0 0 Sangat Rendah 25-39 0 0 0 0

    Jumlah 27 100 27 100 Mean 53,96 81,41

    Standar Deviasi 7,76 7,73 Nilai Maksimal 70 98 Nilai Minimal 40 71

    N 27 27 Berdasarkan data pada tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa distribusi

    frekuensi kreativitas ketika pretes kelas eksperimen terbanyak berada pada

    kategori kreativitas rendah atau pada rentang nilai 40-54 frekuensinya

    sebanyak 14 siswa dengan prosentasse 51,86% kemudian diikuti oleh

    kategori kreativitas sedang atau pada rentang nilai 55-69 yaitu dengan

    frekuensi sebanyak 12 dengan prosentase sebesar 44,44% dan kategori

    kreativitas tinggi atau pada rentang nilai 70-84 frekuensinya sebanyak 1 siswa

    dengan prosentase 3,7%. Hasil pretes pada kelas eksperimen tidak terdapat

    siswa dengan kategori kreativitas sangat tinggi, rendah, dan sangat rendah.

    Selain itu, pada tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

    kreativitas ketika postes kelas eksperimen terbanyak adalah pada kategori

    kreativitas tinggi atau pada rentang nilai 70-84 frekuensinya sebanyak 18

  • 60

    siswa dengan prosentase 66,67% dan diikuti oleh kategori kreativitas sangat

    tinggi atau pada rentang nilai 85-99 frekuensinya sebanyak 9 siswa dengan

    prosentase 33,33%.

    Pada tabel 4.7 diketahui pula bahwa mean kreativitas kelas eksperimen

    mengalami peningkatan yaitu ketika pretes sebesar 53,96 dan ketika postes

    mean kelas eksperimen sebesar 81,41 dengan standar deviasi ketika pretes

    7,76 dan ketika postes 7,73. Nilai minimal ketika pretes sebesar 40 dan ketika

    postes sebesar 71 serta nilai maksimal ketika pretes 70 dan ketika postes

    sebesar 98.

    Berdasarkan nilai rata-rata ketika pretes dan postes kelas eksperimen

    mengalami peningkatan dan semua siswa ketika postes memiliki kreativitas

    tinggi dan sangat tinggi, tidak ada lagi siswa yang memiliki kategori

    kreativitas sedang, kreativitas rendah, dan kreativitas sangat rendah. Ini

    artinya hasil kreativitas siswa dari postes lebih baik dari pada ketika pretes.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika realistik dapat

    meningkatkan semua kelompok siswa, baik yang memiliki kreativitas tinggi,

    sedang, ataupun rendah. Setelah tanya jawab dengan guru, siswa yang

    memiliki kreativitas tinggi ketika pretes adalah siswa yang pandai, ulet dan

    memiliki kemandirian belajar yang tinggi di kelas, sedangkan siswa yang

    memiliki kreativitas sedang ketika pretes adalah siswa yang kemampuan

    belajarnya berada pada rata-rata kelas, dan siswa yang memiliki kreativitas

    rendah ketika pretes adalah siswa yang cepat bosan dengan pembelajaran

    yang monoton dan memiliki kemandirian belajar yang kurang. Jadi

    pembelajaran matematika realistik cocok digunakan untuk siswa yang pandai,

    ulet, memiliki kemandirian belajar yang tinggi di kelas, siswa yang

    kemampuan belajarnya berada pada rata-rata kelas, siswa yang bosan dengan

    pembelajaran yang monoton dan siswa dengan kemandirian belajar yang

    kurang.

  • 61

    c. Deskripsi Kreativitas Berdasarkan Gender

    Deskripsi dalam penelitian ini adalah hasil dari variabel kreativitas

    berdasarkan variabel gender setelah adanya variabel tindakan. Adapun

    deskrispinya adalah sebagai berikut ini.

    Tabel 4.8 Deskripsi Silang Kreativitas Data Postes Kelas Eksperimen dan

    Kelas Kontrol Berdasarkan Gender

    Kreativitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

    Tingkat Katego-ri

    Kelas Eksperimen Kelas Kontrol L P L P

    f % f % f % f % Sangat Tinggi 85-99 5 18,52 4 14,81 0 0 1 4,55

    Tinggi 70-84 10 37,04 8 29,63 9 40,91 8 36,35 Sedang 55-69 0 0 0 0 3 13,64 1 4,55 Rendah 40-54 0 0 0 0 0 0 0 0 Sangat Rendah 25-39 0 0 0 0 0 0 0 0

    Jumlah 15 55,56 12 44,44 12 54,55 10 45,45 Mean 81,07 81,83 73,67 76,40

    Standar Deviasi 8,02 7,67 8,82 6,11 Nilai Maksimal 98 98 83 86 Nilai Minimal 71 73 56 64

    N 15 12 12 10

    Dari tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

    kreativitas kelas eksperimen berada pada kategori kreativitas sangat tinggi

    dan tinggi. Kreativitas sangat tinggi atau pada rentang nilai 85-99 yang terdiri

    dari frekuensi siswa laki-laki sebanyak 5 siswa dengan prosentase 18,52%

    dan frekuensi siswa perempuan sebanyak 4 siswa dengan prosentase siswa

    perempuan sebesar 14,81%. Kreativitas tinggi atau pada rentang nilai 70-84

    yang terdiri dari frekuensi siswa laki-laki sebanyak 10 siswa dengan

    prosentase 37,04% dan frekuensi siswa perempuan sebanyak 8 siswa dengan

    prosentase sebesar 14,81%. Hasil kreativitas siswa di kelas eksperimen

    menunjukkan tidak ada siswa dengan kategori kreativitas sedang, rendah,

    maupun kreativitas sangat rendah baik siswa laki-laki maupun perempuan.

  • 62

    Mean kelas eksperimen siswa laki-laki adalah 81,07 dan standar

    deviasinya adalah 8,02. Nilai maksimal kelas eksperimen siswa laki-laki

    adalah 98 dan nilai minimalnya adalah 71 dengan jumlah siswa adalah 15

    siswa. Rata-rata kelas eksperimen siswa perempuan adalah 81,83 dan standar

    deviasinya adalah 7,67. Nilai maksimal kelas eksperimen siswa perempuan

    adalah 98 dan nilai minimalnya adalah 73 dengan jumlah siswa adalah 12

    siswa.

    Selain itu, pada tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa distribusi

    frekuensi kreativitas kelas kontrol berada pada kategori kreativitas sangat

    tinggi, kreativitas tinggi, dan kreativitas sedang. Kreativitas sangat tinggi atau

    pada rentang nilai 85-99 yang hanya terdiri dari frekuensi siswa perempuan

    sebanyak 1 siswa dengan prosentase siswa perempuan sebesar 4,55%.

    Kreativitas tinggi atau pada rentang nilai 70-84 yang terdiri dari frekuensi

    siswa laki-laki sebanyak 9 siswa dengan prosentase 40,91% dan frekuensi

    siswa perempuan sebanyak 8 siswa dengan prosentase sebesar 36,35%.

    Kreativitas sedang atau pada rentang nilai 55-69 terdiri dari frekuensi siswa

    laki-laki sebanyak 3 siswa dengan prosentase 13,64% dan frekuensi siswa

    perempuan sebanyak 1 siswa dengan prosentase 4,55%. Hasil kreativitas

    siswa di kelas kontrol menunjukkan tidak ada siswa dengan kategori

    kreativitas rendah dan kreativitas sangat rendah baik siswa laki-laki maupun

    perempuan.

    Mean kelas kontrol siswa laki-laki adalah 73,67 dan standar deviasinya

    adalah 7,82. Nilai maksimal kelas kontrol siswa laki-laki adalah 83 dan nilai

    minimalnya adalah 56 dengan jumlah siswa adalah 12 siswa. Mean kelas

    kontrol siswa perempuan adalah 76,40 dan standar deviasinya adalah 6,11.

    Nilai maksimal kelas kontrol siswa perempuan adalah 86 dan nilai

    minimalnya adalah 64 dengan jumlah siswa adalah 10 siswa.

    Berdasarkan paparan di atas menunjukkan bahwa nilai mean atau rata-

    rata kreativitas kelas eksperimen lebih baik daripada Kelas Kontrol. Dilihat

    dari mean juga menunjukkan bahwa mean siswa perempuan lebih besar dari

    pada mean siswa laki-laki. Kategori kreativitas kelas eksperimen yaitu siswa

  • 63

    memiliki kreativitas sangat tinggi dan kreativitas tinggi baik siswa laki-laki

    maupun perempuan, sedangkan kelas kontrol masih ada 4 siswa dengan

    kategori kreativitas sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

    matematika realistik lebih baik daripada pembelajaran konvensional.

    4.2.6 Gender

    Gender disini hanya dibatasi pada perbedaan jenis kelamin, yaitu siswa

    laki-laki atau perempuan. Data gender diperoleh dengan penggunaan metode

    dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode

    dokumentasi untuk mendapatkan data jenis kelamin siswa kelas V di kelas

    eksperimen dan kelas kontrol melalui absensi siswa kelas V. Adapun rekap

    absensi siswa kelas V adalah sebagai berikut ini.

    Tabel 4.9 Rekap Daftar Hadir Kelas kontrol dan Kelas Eksperimen

    Kelompok Gender

    Total % L P Jumlah % Jumlah %

    Kontrol 12 54,55 10 45,45 22 100 Eksperimen 15 55,56 12 44,44 27 100

    Dari tabel 4.9 di atas terlihat bahwa kelas kontrol dengan jumlah siswa

    22 siswa yaitu siswa laki-laki sebanyak 12 siswa dengan prosentase 54,55%

    dan siswa perempuan sebanyak 10 siswa dengan prosentase 45,45%. Kelas

    eksperimen dengan jumlah 27 siswa yaitu 15 siswa laki-laki dengan

    prosentase 55,56% dan siswa perempuan sebanyak 12 siswa dengan

    prosentase 44,44%. Artinya 100% siswa baik dikelas kontrol maupun

    eksperimen siswa tidak ada yang ijin artinya siswa berangkat semua untuk

    mengikuti pembelajaran.

    4.2.7 Hasil Uji Hipotesis

    Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini diambil dari nilai kreativitas data

    postes kelas kontrol dan kelas eksperimen.

  • 64

    a. Hipotesis 1 Hipotesis 1 (ada perbedaan kreativitas kelompok siswa yang menggunakan

    pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang

    menggunakan pembelajaran konvensional).

    Dasar pengambilan keputusan berdasarkan signifikan (sig.) adalah:

    1. Apabila sig. > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

    2. Apabila sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

    Tabel 4.10 Hasil Analisis Anova Hipotesis 1

    Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

    KELAS 494.083 1 494.083 8.693 .005 Total 304986.000 49 Corrected Total 3114.245 48

    Ho: tidak ada perbedaan kreativitas antara siswa yang menggunakan

    pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang

    menggunakan pembelajaran konvensional.

    Ha: ada perbedaan kreativitas antara siswa yang menggunakan

    pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang

    menggunakan pembelajaran konvensional.

    Dari tabel 4.10 hasil Anova menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,005

    karena nilainya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang

    berarti dalam penelitian ini ada perbedaan kreativitas antara kelompok siswa

    yang menggunakan pembelajaran matematika realistik dengan kelompok

    siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

    b. Hipotesis 2 Hipotesis 2 (ada perbedaan kreativitas antara kelompok siswa laki-laki

    dengan kelompok siswa perempuan).

    Dasar pengambilan keputusan berdasarkan signifikan (sig.) adalah:

    1. Apabila sig. > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

    2. Apabila sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

  • 65

    Tabel 4.11 Hasil Analisis Anova Hipotesis 2

    Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

    GENDER 36.750 1 36.750 .647 .426 Total 304986.000 49 Corrected Total 3114.245 48

    Ho: tidak ada perbedaan kreativitas antara kelompok siswa siswa laki-

    laki dan perempuan.

    Ha: ada perbedaan kreativitas antara kelompok siswa laki-laki dan

    perempuan.

    Dari tabel 4.11 hasil Anova menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,426

    karena nilainya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang

    berarti dalam penelitian ini tidak ada perbedaan kreativitas antara kelompok

    siswa laki-laki dengan kelompok siswa perempuan.

    c. Hipotesis 3 Uji Hipotesis 3 (ada pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik terhadap

    kreativitas berdasarkan gender siswa pada pokok bahasan mengidentifikasi

    sifat-sifat bangun datar kelas V SD semester 2 gugus Ki Hajar Dewantara

    kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012).

    Dasar pengambilan keputusan berdasarkan signifikan (sig.) adalah:

    1. Apabila sig. > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

    2. Apabila sig. < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

    Tabel 4.12 Hasil Analisis Anova Hipotesis 3

    Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    KELAS * GENDER 11.603 1 11.603 .204 .654 Total 304986.000 49 Corrected Total 3114.245 48

    Ho: tidak ada pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap

    kreativitas berdasarkan gender siswa pada pokok bahasan mengidentifikasi

  • 66

    sifat-sifat bangun datar kelas V SD semester 2 gugus Ki Hajar Dewantara

    kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012

    Ha: ada pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap kreativitas

    berdasarkan gender siswa pada pokok bahasan mengidentifikasi sifat-sifat

    bangun datar kelas V SD semester 2 gugus Ki Hajar Dewantara kabupaten

    Grobogan tahun pelajaran 2011/2012.

    Dari tabel 4.12 hasil Anova menunjukkan bahwa nilai sig. adalah 0,654

    karena nilainya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang

    berarti dalam penelitian ini tidak ada pengaruh pembelajaran matematika

    realistik terhadap kreativitas berdasarkan gender siswa pada pokok bahasan

    mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar kelas V SD semester 2 gugus Ki

    Hajar Dewantara kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012.

    4.3 Pembahasan

    Dari hasil uji hipotesis dapat dilihat bahwa dari ketiga hipotesis yang

    dibuat oleh peneliti ternyata pada hipotesis pertama diterima yaitu ada

    perbedaan kreativitas kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran

    matematika realistik dengan kelompok siswa yang menggunakan

    pembelajaran konvensional, ini dibuktikan secara statistik nilai sig. 0,005

    karena nilainya lebih kecil dari probabilitas (0,05). Dilihat dari rata-rata

    kreativitas kelas eksperimen adalah 81,41 dan rata-rata kelas kontrol adalah

    74,91 ini berarti kelas eksperimen dengan pembelajaran matematika realistik

    lebih baik daripada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran

    konvensional, dengan kata lain treatment atau perlakuan yang diberikan

    dalam pembelajaran itu mempengaruhi kreativitas siswa. Kreativitas siswa

    kelas V SD N 2 Krangganharjo setelah pembelajaran matematika realistik

    tidak ada yang memiliki kreativitas sedang, rendah, dan sangat rendah

    melainkan hanya memiliki kreativitas sangat tinggi dan kreativitas tinggi,

    maka dari itu pembelajaran matematika realistik cocok digunakan untuk

    semua siswa yang semula yang memiliki kreativitas tinggi, sedang, maupun

    rendah. Baik siswa yang pandai, ulet, memiliki kemandirian belajar yang

  • 67

    tinggi di kelas, siswa yang kemampuan belajarnya berada pada rata-rata

    kelas, siswa yang bosan dengan pembelajaran yang monoton dan siswa

    dengan kemandirian belajar yang kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian

    yang dilakukan Hasratuddin (2010) yang berjudul Meningkatkan

    Kemampuan Berpikir Kritis dan Emosional Siswa SMP melalui Pembelajaran

    Matematika Realistik, bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan

    berpikir kritis siswa antara yang diberi pembelajaran matematka realistik

    dengan pembelajaran biasa.

    Hasil hipotesis kedua didapatkan ada perbedaan kreativitas antara

    kelompok siswa laki-laki dengan kelompok siswa perempuan, ini dibuktikan

    dengan nilai rata-rata siswa laki-laki 77,78 dan rata-rata siswa perempuan

    79,36 tetapi secara statistik dilihat nilai sig. 0,426 (lebih besar dari 0,05)

    artinya tidak signifikan. Artinya gender tidak mempengaruhi kreativitas

    siswa. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hasratuddin (2010) yang

    berjudul Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Emosional Siswa

    SMP melalui Pembelajaran Matematika Realistik, bahwa terdapat perbedaan

    peningkatan kemampuan kritis siswa berdasarkan gender. Tetapi hasil

    penelitian ini sejalan dengan teori Munandar (2004) yang menyatakan bahwa

    kreativitas tidak dipengaruhi oleh gender.

    Sedangkan hasil hipotesis ketiga didapatkan tidak ada pengaruh atau

    interaksi pembelajaran matematika realistik terhadap kreativitas berdasarkan

    gender siswa pada pokok bahasan mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar

    kelas V SD, ini dibuktikan secara statistik yaitu nilai sig. 0,654 (lebih besar

    dari 0,05). Ini sejalan dengan penelitian Hasratuddin (2010) yang berjudul

    Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Emosional Siswa SMP

    melalui Pembelajaran Matematika Realistik, bahwa tidak terdapat interaksi

    antara pembelajaran matematika realistik dengan gender terhadap

    kemampuan berpikir kritis siswa.

    Munandar (2004), mengatakan kreativitas dapat terwujud dimana saja

    dan oleh siapa saja, tidak tergantung pada jenis kelamin, sosial-ekonomi, atau

    tingkat pendidikan tertentu. Menurut Eleanor Maccoby dan Carol Jaklin

  • 68

    (Santrock, J. W., 2007), dalam pembahasan klasik mengenai gender,

    menyimpulkan bahwa laki-laki memiliki kemampuan matematika lebih baik

    dari pada perempuan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti

    ternyata kreativitas siswa tidak dipengaruhi oleh gender. Kreativitas antara

    siswa laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Jadi hasil penelitian ini

    sejalan dengan teori Munandar (2004) yang menyatakan bahwa kreativitas

    tidak dipengaruhi oleh gender. Sedangkan teori Eleanor Maccoby dan Carol

    Jaklin (Santrock, J. W., 2007) yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki

    kemampuan matematika lebih baik daripada perempuan tidak sejalan dengan

    hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dapat dilihat dari hasil

    penelitian dapat terlihat bahwa rata-rata kreativitas siswa laki-laki dan

    perempuan tidak jauh berbeda bahkan sedikit lebih baik siswa perempuan, ini

    dibuktikan dengan rata-rata kelompok siswa laki-laki pada kelas eksperimen

    adalah 81,07 dan perempuan 81,83. Artinya kemampuan matematika

    perempuan sedikit lebih baik daripada laki-laki ini membuktikan bahwa

    kemampuan matematika laki-laki tidak lebih baik dari pada perempuan.

    Tetapi secara statistik tidak ada perbedaan kreativitas dilihat berdasarkan

    gender.

    Pembelajaran Matematika Realistik merupakan strategi mengajar yang

    ditekankan pada siswa. Sehingga siswa harus diberi kesempatan untuk

    mengkonstruksikan pengetahuan matematikanya, dimana siswa menemukan

    kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah

    nyata. Pembelajaran Matematika Realistik, dimulai dari hal-hal yang dekat

    dengan kehidupan sehari-hari siswa yang sifatnya konkrit. Dengan begitu

    siswa akan tertarik dalam pembelajaran sehingga terjadi pembelajaran yang

    aktif karena tahu hal apa yang mereka pelajari dan dapat mereka bayangkan.

    Dengan demikian siswa laki-laki ataupun perempuan tidak lagi dipandang

    sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan

    kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru. Dengan kata

    lain kreativitas siswa baik laki-laki maupun perempuan dapat meningkat.

  • 69

    Berdasarkan pembahasan di atas berikut ini peneliti sampaikan implikasi.

    Adapun implikasinya adalah implikasi secara teoritis dan implikasi praktis.

    a. Implikasi Teoritis

    Implikasi teoritis ini berhubungan dengan kontribusi penelitian bagi

    pendidikan. Adapun implikasi teoritisnya adalah sebagai berikut:

    1) Pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah sehari-hari

    sebagai sumber belajar atau pada hal-hal nyata bagi siswa, siswa

    mengkontruksi sendiri melalui model atau alat peraga, hasil pemecahan

    masalah adalah kontribusi dari siswa sehingga siswa dapat membuat

    pembelajaran menjadi kontruktif dan produktif, siswa belajar dalam

    interaksi sosial, serta pembelajaran terjadi adanya keterkaitan topik.

    Setelah pembelajaran matematika realistik disesuaikan dengan standar

    proses maka pembelajaran matematika realistik lebih mudah digunakan

    oleh guru, karena sudah mengalami perubahan dari teori pembelajaran

    matematika realistik. Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa

    kreativitas siswa dengan pembelajaran matematika realistik lebih baik

    dari pada pembelajaran konvensional.

    2) Munandar (2004) yang menyatakan bahwa kreativitas dapat terwujud

    dimana saja dan oleh siapa saja tidak tergantung pada jenis kelamin,

    sosial, dan tingkat pendidikan tertentu. Hasil penelitian membuktikan

    bahwa secara signifikan kreativitas tidak dipengaruhi oleh geder siswa.

    b. Implikasi Praktis

    Implikasi praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1) Ada perbedaan kreativitas kelompok siswa yang menggunakan

    pembelajaran matematika realistik dengan kelompok siswa yang

    menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini sejalan dengan

    penelitian yang dilakukan Hasratuddin (2010) yang berjudul

    Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Emosional Siswa SMP

    melalui Pembelajaran Matematika Realistik, bahwa terdapat perbedaan

    peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa antara yang diberi

    pembelajaran matematka realistik dengan pembelajaran biasa.

  • 70

    2) Secara Signifikan tidak ada perbedaan kreativitas antara kelompok siswa

    laki-laki dengan kelompok siswa perempuan. Hal ini tidak sejalan

    dengan penelitian Hasratuddin (2010) yang berjudul Meningkatkan

    Kemampuan Berpikir Kritis dan Emosional Siswa SMP melalui

    Pembelajaran Matematika Realistik, bahwa terdapat perbedaan

    peningkatan kemampuan kritis siswa berdasarkan gender.

    3) Tidak ada pengaruh pembelajaran matematika realistik terhadap

    kreativitas berdasarkan gender siswa. Ini sejalan dengan penelitian

    Hasratuddin (2010) yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Berpikir

    Kritis dan Emosional Siswa SMP melalui Pembelajaran Matematika

    Realistik, bahwa tidak terdapat interaksi antara pembelajaran matematika

    realistik dengan gender terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.