131
Bab IV PENYAJIAN, ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan perolehan penelitian di lapangan obyek penelitian. Bab ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu (A) Profil Institusi, yang terbagi dalam empat sub bagian yaitu: (1) Politeknik Negeri (ITB) Bandung, (2) Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung, (3) Politeknik Negeri (UI) Jakarta dan (4) Akademi Minyak dan Gas Bumi (Akamigas) PPT Migas Cepu; (B) Penyajian Hasil Penelitian, dipilah menjadi tiga sub bagian yaitu (1) Penyajian Hasil Variabel Profesional (Y) dan Karakteristik PBK (X), (2) Penyajian Hasil Variabel Tim pengajar dan Pengalaman lapangan, dan (3) Penyajian Hasil Variabel Pengelolaan Institusi; (c) Analisis Hasil Penelitian, yang meliputi tiga sub bagian yaitu (1) Analisis Hasil Variabel Profesional (Y) dan Karakteristik PBK (X), (2) Analisis Hasil Variabel Tim pengajar dan Pengalaman lapangan dan (3) Analisis Hasil Variabel Pengelolaan Institusi; dan (D) Interpretasi Hasil Penelitian, yang meliputi empat sub bagian yaitu (1) Interpretasi Variabel-variabel Kurikulum Pendidikan, (2) Interpretasi Variabel- variabel Program Pendidikan, (3) Interpretasi Variabel-variabel Manajemen Pendidikan, dan (4) Interpretasi Hubungan Antara Kurikulum, Program dan Manajemen Pendidikan. Penelitian yang dilaksanakan di empat Politeknik yang mewakili tiga Politeknik Depdikbud dan satu Politeknik Non Depdikbud. Ke empat Politeknik tersebut adalah Politeknik Negeri (ITB) Bandung di Bandung, Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung di Bandung, Politeknik Negeri (UI) Jakarta di Depok dan *7C

Bab IV yang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab IV yang

Bab IV

PENYAJIAN, ANALISIS DAN INTERPRETASI

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dikemukakan perolehan penelitian di lapangan obyek

penelitian. Bab ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu (A) Profil Institusi, yang

terbagi dalam empat sub bagian yaitu: (1) Politeknik Negeri (ITB) Bandung, (2)

Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung, (3) Politeknik Negeri (UI) Jakarta dan

(4) Akademi Minyak dan Gas Bumi (Akamigas) PPT Migas Cepu; (B) Penyajian

Hasil Penelitian, dipilah menjadi tiga sub bagian yaitu (1) Penyajian Hasil Variabel

Profesional (Y) dan Karakteristik PBK (X), (2) Penyajian Hasil Variabel Tim pengajar

dan Pengalaman lapangan, dan (3) Penyajian Hasil Variabel Pengelolaan Institusi; (c)

Analisis Hasil Penelitian, yang meliputi tiga sub bagian yaitu (1) Analisis Hasil

Variabel Profesional (Y) dan Karakteristik PBK (X), (2) Analisis Hasil Variabel Tim

pengajar dan Pengalaman lapangan dan (3) Analisis Hasil Variabel Pengelolaan

Institusi; dan (D) Interpretasi Hasil Penelitian, yang meliputi empat sub bagian yaitu

(1) Interpretasi Variabel-variabel Kurikulum Pendidikan, (2) Interpretasi Variabel-

variabel Program Pendidikan, (3) Interpretasi Variabel-variabel Manajemen

Pendidikan, dan (4) Interpretasi Hubungan Antara Kurikulum, Program dan

Manajemen Pendidikan.

Penelitian yang dilaksanakan di empat Politeknik yang mewakili tiga

Politeknik Depdikbud dan satu Politeknik Non Depdikbud. Ke empat Politeknik

tersebut adalah Politeknik Negeri (ITB) Bandung di Bandung, Politeknik Negeri

Manufaktur (ITB) Bandung di Bandung, Politeknik Negeri (UI) Jakarta di Depok dan

*7C

Page 2: Bab IV yang

77

Akademi Minyak dan Gas Bumi (Akamigas) PPT Migas di Cepu, Jawa Tengah.

Waktu pelaksanaan penelitian di bagi dalam dua periode. Periode pertama

dilaksanakan guna melakukan observasi ke Akamigas Cepu dan Politeknik Negeri

(ITB) Bandung untuk mendapatkan fenomena faktual yang merupakan bahan

penyusunan instrumen penelitian. Observasi ini dilaksanakan selama bulan Desember

1997 - Februari 1998. Periode kedua dilaksanakan untuk mendistribusikan kuesioner

yang telah disiapkan guna mendapatkan data-data kuantitatif maupun data deskriptif

di empat tempat obyek penelitian. Masa periode kedua ini dilaksanakan dari bulan Juli

-Nopember 1998.

A. Profil Institusi

Awal mula pendidikan Politeknik yang berada di bawah Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan dirintis mulai Desember 1973 dengan ditandatanganinya

kerjasama teknik antara Pemerintah Republik Indonesia (RI) dengan Konfederasi

Swiss untuk Pendidikan Politeknik Bidang Mekanik di Institut Teknologi Bandung

(ITB) dalam bentuk program yang menghasilkan lulusan jenjang Diploma Keahlian.

Tujuan program ini adalah dalam upaya menghasilkan tenaga-tenaga kerja manajer

tingkat menengah (middle level manager) bagi industri di Indonesia yang memiliki

kemampuan dan menguasai teori-teori serta keterampilan produksi terpakai sesuai

dengan penggunaannya di dunia industri.

Sesuai dengan hasil evaluasi dan umpan balik dari industri sebagai pemakai

lulusan Politeknik, Pilot Proyek Politeknik Mekanik Swiss-ITB dianggap berhasil

memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang sesuai dan diperlukan di industri. Kemudian,

pada tanggal 29 Desember 1978, ditandatangani Development Credit Agreemenl No.

869-IND untuk Politeknik antara Bank Dunia dengan Pemerintah RI, mencakup untuk

Page 3: Bab IV yang

78

pembangunan: (1) Sebuah pusat pengembangan pendidikan Politeknik di Bandung,

dan (2) Enam buah Politeknik yang masing-masing di Universitas Sumatera Utara,

Universitas Sriwijaya, Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas

Brawijaya, dan Institut Teknologi Bandung.

Pembangunan Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik dan enam

Politeknik, kemudian direalisasikan berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi No. 03/DJ/Kep/1979, tanggal 27 Januari 1979.

Selanjutnya bagian ini mengemukakan perkembangan pada masing-masing

institusi di bawah Depdikbud, yaitu (1) Politeknik Negeri (ITB) Bandung, (2)

Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung, dan (3) Politeknik Negeri (UI) Jakarta;

disamping itu juga (4) Akamigas PPT Migas-Cepu yang merupakan institusi di bawah

Depertemen Pertambangan dan Energi. Pada masing-masing institusi tersebut

dikemukakan empat hal ini, yaitu (a) Kurikulum, (b) Pengembangan Program, (c)

Keorganisasian, dan (d) Sarana Pendidikan.

1. Politeknik Negeri (ITB) Bandung

a. Kurikulum

Berlangsungnya proses perkuliahan pada pendidikan politeknik tidak terlepas

dari kurikulum yang digunakan. Kurikulum di politeknik ini selalu mengalami

perbaikan setiap dua tahun sekali dan kurikulum ini merupakan tolok ukur yang

digunakan oleh staf pengajar dalam perkuliahan. Kurikulum yang digunakan selalu

diupayakan untuk disesuaikan dengan tuntutan yang saat itu dibutuhkan, sehingga

perkembangan materi dan perubahan kurikulum sangat dinamis. Walaupun

dirasakan oleh staf pengajar bahwa perubahan dua tahunan dirasakan sangat lambat,

Page 4: Bab IV yang

79

Tabel 4.1: Struktur Kurikulum Jurusan Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin

Mata Kuliah Semester Jumlah

1 2 3 4 5 6 SKS

UMUM 6

Pendidikan Agama 2 2 Pendidikan Pancasila 2 2 Pendidikan Kewiraan 2 2

DASAR KEAHLIAN 42

Tata Tulis Laporan 2 2 Bahasa Inggris Teknik l, 11 2 2 4 Keselamatan & Kesehatan Kerja 2 2 Fisika Terapan 2 2 Kimia Terapan 2 2 Matematika Terapan 1,11 2 2 4 Gambar Teknik T+P 3 3 Teknologi Mekanik 1 1 1 Praktek Teknologi Mekanik 1 5 5 Pengetahuan Bahan Teknik 1 1 Mekanika Teknik f 2 2 Elemen Mesin i dan Tugas 2 2 Termodinamika Teknik 2 2 Mekanika Fluida 2 2 Teknik Pengukuran 1 1 1 Pemrograman Komputer T+P 2 2 Listrik & Elektronika Dasar 2 2 Lab. Listrik 1 1 Pengantar Manajemen 2 2

tetapi hal ini tidak menyebabkan sajian materi oleh staf pengajar menjadi statis. Staf

pengajar selalu merasa memiliki kesempatan untuk mengembangkan kurikulum setiap

saat dengan menambah muatan materi yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi sepanjang memungkinkan untuk melakukan perubahan dan

penambahan materi tanpa mengganggu tujuan yang telah digariskan dalam kurikulum

dan waktu yang tersedia

Kurikulum yang dikembangkan paling akhir yaitu Kurikulum tahun

1997/1998. Untuk Jurusan Teknik Mesin, khususnya Program Studi Teknik Mesin,

struktur kurikulum tahun akademik 1997/1998 yang digunakan seperti yang

dikemukan pada Tabel 4. L

Page 5: Bab IV yang

80

Mala Kuliah Semester Jumlah

1 2 3 4 5 6 SKS

KEAHLIAN 48

Teknologi Mekanik II, III 3 3 Praktek Teknologi Mekanik II, III 5 5 10 Gambar Mesin 1, II T+P 4 4 Mekanika Teknik II 2 2 Kinematika & Dinamika 2 2 Teknologi Bahan 3 3 Lab. Pengujian Bahan 2 2 Elemen Mesin II + Tugas 2 2 Teknik Pengukuran II 2 2 Laboratorium Pengukuran 2 2 Pneumatik & Hidrolik T+P 3 3 Mesin Perkakas CNC T+P 5 5 Mesin Konversi Energi I, II 2 2 4 Tugas Akhir 4 4

LOKAL 22

1. PRODUKSI

Teknik Produksi I, II 2 2 4 Praktek Teknik Produksi I, II 4 2 6 Perana Alat & Perkakas Bantu Prod. 1, II 2 2 4 Sistem Produksi 1, II 2 2 4 Bahasa Inggris Teknik III 2 2 Mekatronika 2 2

2. PERAWATAN

Teknik Perawatan & Perbaikan 1, II 2 2 4 Prak. Teknik Perawatan & Perbaikan 1, II 4 2 6 Perencanaan Instalasi Mesin 1, II 2 2 4 Manajemen Perawatan & Perbaikan 1, II 2 2 4 Bahasa Inggris Teknik III 2 2 Mekatronika 2 2

Sumber. Diolah diri Lampiran SK. No. 03ZToli-ITB/VHS!7, Jadwal Kuliah dan Ujian Akhir Semester Genap Tahun Akademik 197/1998, DatUr Nilai Mahasiswa Semesta- Ganjil Tahun Akademik 1997/1998, dan Katalog Kurikulum 1996

b. Pengembangan Program

Sampai dengan tahun Akedemik 1997/1998, Politeknik Negeri (ITB) Bandung

memiliki tujuh Jurusan dengan 13 Program Studi dengan jenjang Diploma III.

Pengembangan program pendidikan ini dilaksanakan dalam upaya untuk memenuhi

permintaan pasar tenaga kerja yang membutuhkan keahlian-keahlian tertentu,

walaupun dalam hal kapasitas daya tampung mahasiswa, Politeknik ini tidak

memungkinkan untuk menambahnya. Tentunya pertimbangan fasilitas pendidikan

Page 6: Bab IV yang

81

Tabel 4.2: Jurusan, Program Studi dan Daya Tampung Politeknik Negeri (ITB) Bandung

No Jurusan Program Studi/Konsentrasi Program Pendidikan

Daya tampung

1 Teknik Sipil RS Teknik Sipil a. Kons. Bangunan Air b. Kons. Bangunan Gedung c. Kons. Bangunan Transportasi

D-lll 46

2 Teknik Mesin 1. P. S Teknik Mesin a. Kons. Produksi b. Kons. Perawatan & Ratakan

2. P.S Teknk Retrigarast dan Tata Udara 3. P.S Teknik Energi

a. Kons. Konversi Energi b. Kons. Audit Energi

4. P.S Teknik Aeronautika

D-lll 45

40 45

23

3 Teknik Elektro 1. P.S Teknik Elektronika 2. P.S Teknik Listrik 3. P.S Teknik Telekomunikasi

D-lll 46 23 47

4 Teknik Kimia P.S Teknik Kimia a. Kons. Rekayasa Proses b. Kons. Pencegahan Pencem. Lingk.

D-ill 47

5 Teknik Komputer dan Informatika

P.S Teknik Informatika D-lll 47

6 Akuntasi 1. P.S Akuntansi 2, P.S Keuangan dan Perbankan

D-lll 40 44

7 Administrasi Niaga

P.S Kesekret. dan Adm. Perkantoran a. Kons. Kesekret & Adm. Perkantoran b. Kons. Pemasaran

D-lll 67

Sumber: Laporan Direktur Tentang Pelaksanaan PMB Politeknik Negeri Bandung ITB Tahun Akademik 1989/1999

yang menyebabkan hal ini. Langkah yang diambil untuk menampung aspirasi

masyarakat dalam pendidikan keteknikan ini ditanggapi oleh Politeknik ini dengan

membuka kelas paralel yang diselenggarakan sore hari dengan penyelenggara yang

dikelola secara swadana. Dalam observasi ini difokuskan pada program reguler.

Program pendidikan yang dikembangkan pada politeknik ini seperti yang diperlihatkan

pada Tabel 4.2.

Page 7: Bab IV yang

82

c. Keorganisasian

Sejak awal dicanangkannya program pendidikan Politeknik, ITB sebagai salah

satu institusi pendidikan tinggi yang memfokuskan pada keteknikan, dipercaya untuk

melakukan pengkajian dan penyusunan program pendidikan politeknik. Hal ini

direalisasikan dengan bentuk kerjasama dalam institusi Politeknik ITB-Swiss.

Perkembangan selanjutnya sejak dikeluarkannya SK Dirjen Dikti No. 03/DJ/Kep/

1979, maka program pendidikan politeknik di Indonesia mulai dikembangkan. Secara

resmi Politeknik Negeri Bandung berdiri sejak tahun 1982, bersama dengan 26

Politeknik yang lain hasil dari pengembangan yang dilakukan oleh Polytechnic

Education Development Center (PEDC).

Secara keorganisasian Politeknik Negeri Bandung (Poltek), sampai saat ini

masih merupakan salah satu bagian dari struktur keorganisasian ITB, dengan

kedudukan setingkat Fakultas. Keorganisasian pendidikan politeknik memiliki

perbedaan bila di bandingkan dengan keorganisasian Fakultas. Saat ini keorganisasian

untuk politeknik telah diatur tersendiri dalam PP No. 30 Tahun 1990 tentang

Pendidikan Tinggi. Politeknik dipimpin oleh seorang Direktur dan dibantu oleh

beberapa Pembantu Direktur, yang diangkat oleh Rektor ITB. Pada Politeknik Negeri

Bandung, Direktur dibantu oleh empat Pembantu Direktur yang memiliki kewenangan

dan tanggung jawab tugas yang berbeda. Struktur Organisasi Politeknik Negeri

Bandung, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.1

Page 8: Bab IV yang

DEWAN PENYANTUN DIREKTUR

PUDIRI PUDIRII PUDIRIII PUDIRIV

L"NIT RISET TERAPAN

UNIT PENGABDIAN MASYARAKAT

UNIT KERJASAMA LEMBAGA

PEMBINA KAMPUS

UPT PERPUSTAKAAN

UPT KOMPUTER 8 OLAHOAJA

UPT STUDIO GAMBAR

UPT PERAWATAN S PERBAtKAN

HUMAS

JURUSAN ADM NIAGA

JURUSAN AKUNTANSI

KOORDINATOR BIDANG MKDU

SENAT

BAGIAN ADMINI 3 TRAS/AKADEMIK

SUBAB. AKADEMIS

SUSAB. PERENCANAAN 4 SISTEM INFORMASI AKADEMIS

SUBAS. KEMAHASISWAAN

BAGIAN AOMINSTRASI UMUM

SUBAB. RT S TU

SUBAB. KEUANGAN

SUBAB KEPEGAWAIAN

SUBAB. PERLENGKAPAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER

KELOMPOK DOSEN

KELOMPOK DOSEN

KELOMPOK DOSEN

KELOMPOK DOSEN

Sumber : Dokumentasi PD II

Gambar 4.1: Struktur Organisasi Politeknik Negeri (ITB) Bandung

Page 9: Bab IV yang

84

d. Sarana Pendidikan

Politeknik ini menyesuaikan daya tampung mahasiswa dengan sarana yang

dimiliki. Ha! ini ideal untuk pendidikan yang memberi pelayanan fasilitas bagi

mahasiswanya.

Hingga saat ini Politeknik Negeri Bandung memiliki sarana pendidikan yang

cukup memadai bagi proses pendidikan, yang dalam hal ini adalah dalam rupa: (1)

Gedung Administrasi, (2) Auditorium, (3) Gedung perkuliahan masing-masing

jurusan, (4) Bengkel, Laboratorium dan studio, serta (5) Perpustakaan, yang memiliki

24.000 eksemplar koleksi buku dan berbagai fiksi, majalah, jurnal dan juga dilengkapi

dengan AVA (Audio Visual Aids).

2. Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung

Kerjasama antara pemerintah RI dengan pemerintah Konfederasi Swiss yang

melahirkan pendidikan Politeknik Mekanik Swiss-ITB pada tahun 1975, merupakan

cikal bakal Politeknik Manufaktur (Polman) saat ini. Setelah proyek kerjasama

tersebut selesai, maka proyek ini dilanjutkan dengan proyek pengembangan

pendidikan politeknik dengan dana yang berasal dari Bank Dunia. Politeknik Mekanik

Swiss-ITB dilanjutkan dan menjadi Politeknik Manufaktur pada tahun 1979.

a. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan merupakan kurikulum yang dikembangkan dengan

sistem Production Based Education, yaitu sejak awal tahun pertama, mahasiswa

sudah diperkenalkan dengan proses berproduksi. Dengan kebijakan pendidikannya

yang berorientasi pada pengembangan strategi dan keunggulan bidang industri

khususnya bidang teknologi manufaktur, maka pola pengembangan program

kurikulum juga tampak berbeda dengan institusi pendidikan politeknik yang lain. Dari

Page 10: Bab IV yang

struktur kurikulum yang digunakan pada Jurusan Perawatan Mesin yang menjadi

obyek penelitian, tampak jelas sekali penekanan-penekanan yang merupakan ciri khas

dari institusi pendidikan ini (Tabel 4.3a dan 4.3b)

Tabel 4.3a: Struktur Kurikulum Teori Jurusan Perawatan Mesin .

Subjects Semester SKS Subjects 1 2 3 4 5 6

SKS

GENERAL SUBJECTS 15

Slate Philosophy (P4) 1 1 National Relience 1 1 Pancasila 1 1 English 1 1 1 1 4 Basic Computer Prog. 1 1 2 Basic Management 1 1 Sport 0 0 0 Religion 1 1 Ethics 1 1 Bahasa Indonesia 1 1 Maint. Management 1 1 2

BASIC ENGINEERING SUBJECTS

Mathematics 2 2 1 1 6 Physics 2 2 4 Chemistry 1 1

ENGINEERING SUBJECTS 28

Machine Element 1 1 ! ! 4 Engineering Drawing 1 1 1 1 4 Safety Precaution 1 1 Strength of Materials 1 1 2 Engineering 1 1 2 Automation 1 1 2 Material Science 1 1 1 1 4 Production Planning 1 1 Machine Knowledge 1 1 Eledricity/Bectronics 1 1 2 Mechanics Technology 1 1 1 1 4 CNC/CAD/CAM 1 1

PROFESIONAL SUBJECTS 14

Bask: Mechanical Const. Mech. & Strength of Material Automation Maint. And Repair Tech. Production Planning Applied Electrical/Electronics Tool Design Machine Knowledge Mechanics Technology Diploma Examinations

1 1 2 1

1

2

2 2 3 2 1 2

2

Sumber: Institutional Profile Polman

Page 11: Bab IV yang

86

Tabel 4.3b: Struktur Kurikulum Praktek Jurusan Perawatan Mesin

Subjects Semester SKS Subjects 1 2 3 4 5 6

SKS

GENERAL SKILLS 15

Bench Work Hand Tool Linear Measuring Instruments

4 1

5

BASIC SKILLS

Drilling Taming CAM-CNC-CTS Milling Grinding Welding Electricity HandSaaping Special Machine Sheet Metal and Piping Heat Treatment Shaping Tools and Material Store Manufacturing Practice

11

i

9

5

1 1 1

30

SPECIAL SKILLS

Machine Building/Re-bwlding Spare Part Machine Repair Masing Machine Maintenance Manufacturing Practice Supervision Diploma Iff Examination

2 2 2 2 6 2 2

18

Sumba-. Insüluuoul Profile Pobnan

b. Pengembangan Program

Pengembangan program pendidikan dimulai sejak memiliki Mechanics

Engineering Technology Department dan Mechanical Drafting and Design

Engineering Technology Depertment pada tahun 1976 yang dikelola oleh

institusi Politeknik Mekanik Swiss-ITB,seteIah menjadi Politeknik Manufaktur

Negeri Bandung kemudian dikembangkan pada tahun 1986 dengan menambah satu

departemen lagi yaitu Foundry Engineering Technology dengan dua spesialisasi,

yaitu Pattern Making Technology dan Mould Making Technology, Tahun

Page 12: Bab IV yang

87

akademik 1995/1996, Polman membuka departemen baru yaitu Manufacturing

Automation & Mechatronics Engineering Technology. Dengan demikian sampai saat

ini Polman telah memiliki empat Departemen, atau Jurusan dengan 6 spesialisasi atau

program studi. Tabel 4.4 menunjukkan data jurusan dan program studi serta daya

tampung yang ada di Polman.

Tabel 4.4: Jurusan, Program Studi, Daya.Tampung dan Rasio Teori/Praktek di Politeknik Negeri Manufaktur Bandung

No Department Specialization Diploma Student intake

Theoty/Pract ice Rath

1 Mechanics Engineering Technology

1. Precision Tool Making Technology 2. Maintenance Mechanics Technology

D-lll D-lll

26 26

40/60 40/60

2 Mechanical Drafting and Design Engineering Technology

Mechanical Design Technology D-lll 24 40/60

3 Foundry Engineering Technology

1. Pattern Making Technology 2, Foundry Technology

D-lll D-lll

10 18

40/60 40/60

4 Manufacturing Automat­ion and Mechatronics Engineering Technology

Manufacturing Automation Technology D-lll 24 60/40

Sumber : Institutional Profil Polman

c. Keorganisasian

Secara organisasi Politeknik Negeri Manufaktur Bandung adalah berada di

bawah Rektor ITB, yang merupakan pula salah-satu bagian setingkat Fakultas, sama

halnya dengan Politeknik Negeri Bandung. Polman mempunyai ciri yang sangat

spesifik, yaitu menyelenggarakan pendidikan politeknik dalam bidang manufaktur dan

memberikan pelayanan kepada lembaga lain serta industri. Sesuai dengan tiga dimensi

yang dikembangkan Polman, yaitu Educational & Training Center, Engineering

Center, and Production & Prototyping Center, maka Polman tidak hanya

menghasilkan lulusan sumber daya manusia tetapi juga menghasilkan produk-produk

Page 13: Bab IV yang

DIRECTOR

AD I AD AD AD IV AD V

CENTER for EDUCATION AcBdwmc Planning, Conto! ana Dsvatpmenl

Un* Unii Student Affare

Um Acad. Planung S hb. System

DIVISION General Affare and Personnel

OMSQN Finance

Sub-Dracn General Altare

Sub-Druiacn Perecnnel

CENTER

INDUSTRIAL SERVICES

DIVISION Oapmfàent

MECHANICS

DIVISION DspBrúmií

FOUNDRY

CENTER ENGINEERING AND SYSTEM

DEVELOPMENT

DIVISION Department

DRAFTINGS DESIGN

DIVISION Oepattnent

MFG. AUTOMATION

Unit Unit SubOw S u b ­ SuMSv Unrl Unit SubOhi. Sub-Cm. Sub-Div. Unit Sabs and Program Program program Program Program Product Mfg. Program Program Program Program QA/QC Marketing Panning Tool Maintenance Pattern Foundry Design Syrtsin Tod aid General Mfg Mecha-

and Mating «ri Repair end Dewfcp Die Mechanics Automation tronics Coltro! Devefcp Design Design

Logistic Unit '

Mulimedia Unit '

Maintenance Unii '

Gambar 4.2: Organization Chart Bandung Polytechnic For Manufacturing

Olfwtor Assttants: * Technical Supporting Unit AD I :A»s. Director for Academic Affairs ADI I : Ass. Director for Aditi. Arid Finance AO III : Ass- Director for Student Affairs AD IV : Asa. Director for Production and Business Partnership AD V : Ass. Director for Small and Medium Enterprise Enhancement Cooperation

• Sumber : Manufacturing Integrated Education A Quality Education Innovation at The Bandung Pot/technic for Manufacturing Institute of Technology Bandung, Indonesia

Page 14: Bab IV yang

89

teknologi. Tujuan Polman tergambar pada implementasi manajemen yang sangat

berbeda dengan manajemen pendidikan politeknik lainnya. Hal ini dapat dilihat pada

skematika organisasi Polman yang diperlihatkan pada Gambar 4.2.

d. Sarana Pendidikan

Dengan spesialisasi manufaktur yang merupakan ciri dari Polman, institusi ini

memiliki berbagai sarana yang mampu menunjang program pendidikannya dan

program produksinya. Berbeda dengan sarana dan fasilitas pada institusi lain yang

mengelompokkan bengkel atau laboratorium berdasarkan kelompok program studi,

pada Polman pengelompokkannya berdasarkan pada jenis mesinnya. Hal ini

merupakan implementasi dari struktur kurikulum yang mencantumkan jenis mesin

sebagai mata kuliah praktek.

Fasilitas yang dimiliki dapat dikelompokan dalam 3 bagian yaitu: Engineering

FacilWes, Education Workshop Machining Facilities, dan Production Workshop

Machining Facilities. Lengkapnya fasilitas yang dimiliki digambarkan dalam bentuk

Tabel 4.5.

Di samping fasilitas bengkel yang dimiliki dan juga dilengkapi dengan sarana

gedung yang memadai (± 3000 m 2), Polman juga memiliki gedung administrasi dan

gedung perkuliahan yang representatif sebagai tempat belajar yang memadai, demikian

pula halnya dengan gedung perpustakaan yang nyaman yang dimilikinya Selain

fasilitas tersebut, masih pula dimiliki sarana khusus dan fasilitas untuk pengecoran

logam yang mencakup: Founchy Workshop, Storage and raw material, Pattern

making shop dan Offices and labs, dengan luas ± 2168 m2 yang keseluruhannya itu

juga dilengkapi dengan instalasi tenaga listrik yang mampu mensuplai daya sebesar

750 KV A.

Page 15: Bab IV yang

90

Tabel 4.5: Fasilitas Bengkel di Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung

FASILITAS MESIN PADA

ENGINEERING EDUCA HON WORKSHOP PRODUCTION WORKSHOP

1. PC-BasedCAD/CAM 1. Lathe Machines 1. Lathe Machines 2. Workstation-Based 2. Milling Machines 2. CNC Miffing Machines

Cm/CAM 3. Grinding Machines 3. Milling Machines 4. Shaping Machines A. Copy•Miffing/Engraving 5. Sawing Machines 5. Grinding Machines 6. Copy• Milling/Engraving 6. ElectricalDlsharge Machines 7. Drilling Machines 7. Shaphmg Machine 8. Hardening Furnace 8. Jig Boring Machine 9. Hand Forging Facilities 9. Table Drilling Machines 10. Sheet Metal Work 10. Sawing Machine 11. Welding 11. Press Machines 12. CNC-Lathe Machines 12. Plastic Injection Machine 13. CNC-Milling Machines 13. Sand Blasting Machine U.FMS 14. Filling Machine 15. Coordinate Measuring

Machines

Suitiber Institution Profite Polmsn

3. Politeknik Negeri (UI) Jakarta

a. Kurikulum

Kurikulum tertulis yang dikembangkan di Politeknik ini di dasarkan pada

Kurikulum Nasional (Kumas) yang dikembangkan oleh Proyek Pengembangan

Pendidikan Program Politeknik dan Diploma (PSD). Matakuliah yang dikembangkan

dibagi dalam empat kelompok, yaitu: (a) kelompok matakuliah Dasar Umum; (b)

kelompok matakuliah Dasar Keahlian; (c) kelompok matakuliah Keahlian; dan (d)

kelompok matakuliah Pilihan yang khusus untuk Jurusan Teknik Mesin Program Studi

Teknik Mesin dipilah menjadi tiga pilihan, yaitu (1) kelompok Produksi, (2) kelompok

Perawatan dan Instalasi, dan (3) kelompok Konstruksi dan Perancangan. Struktur

Kurikulum seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.6.

Page 16: Bab IV yang

91

Tabel 4.6. Struktur Kurikulum Jurusan Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin

Mata Kuliah Semester Jumlah

SKS Mata Kuliah

1 2 3 4 5 6

Jumlah

SKS

DASAR UMUM 12

Pancasila Agama Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2

2 1 1

1 2

2 2 2 2 2 2 2

DASAR KEAHLIAN 34

Bahasa Inggris Teknik 1 1 2 Matematika 2 2 4 Statistika 2 2 Fisika 2 2 Kimia 2 2 Program Komputer 1 2 3 Gambar Teknik 2 2 Pengetahuan Bahan Teknik 2 2 Mekanika Teknik 2 2 4 Dinamika Teknik 2 2 Thermodinamika 2 2 Mekanika Fluida 2 2 Pengukuran dan Sistem Kontrol 2 1 3 Teknik Pembentukan Dasar 2 2

KEAHLIAN 54

Teknologi Mekanik 1 1 2 4 Lab. Teknologi Mekanik 7 7 -7 21 Teknologi Bahan 1 1 Elemen Mesin 2 2 4 Gambar Mesin 2 2 4 Mesin Konversi Energi 2 1 3 Lab. Pneumatik/Hidrolik 2 1 3 Mesin Perkakas NC/CNC 2 2 Instalasi Mesin Perkakas 2 2 Manajemen Perusahaan 1 1 Lab. Teknik Mesin 2 2 4 Lab. Listrik Dasar dan Elektronika 2 2 Tugas Akhir 3 3

PAKET PILIHAN 18

1. PRODUKSI

Teknik Produksi Lab. Produksi Perancangan Alat dan Penempatan Manajemen Produksi Kendali Mutu

2. PERAWATAN DAN INSTALASI

Teknik Perawatan dan Perbaikan Lab. Perawatan dan Perbaikan Perencanaan dan Instalasi Pabrik

1 3 2

1 3 2

2 3 3 2 2

2 3 3

3 6 5 2 2

3 6 5

Page 17: Bab IV yang

92

Mata Kuliah Semester Jumlah

1 2 3 4 5 6 SKS

Manajemen Perawatan Inspeksi

2 2

2 2

3. KONTRUKSI DAN PERANCANGAN

Perancangan Mesin Lab. Perancangan Mesin Perancangan Instalasi Pabrik Sistem Produksi Pengembangan Produk Mesin Konversi Energi

1 3 2

2 3 3 2 2 2

3 6 5 2 4 2

Sumber Buku Pedoman Politeknik Universitas Indonesia Edisi 1*95/1996

b. Pengembangan Program

Politeknik Negeri ( U I ) Jakarta menerima mahasiswa baru sejak tahun

akademik 1982/1983, dengan 3 buah Jurusan dan 6 Program Studi, yaitu (a) Jurusan

Teknik Elektro, terdiri dari Program Studi Teknik Listrik dan Program Studi Teknik

Elektronika; (b) Jurusan Teknik Mesin, terdiri dari Program Studi Perawatan dan

Program Studi Mesin Produksi; dan (c) Jurusan Teknik Sipil, terdiri dari Program

Studi Konstruksi Bangunan Gedung dan Program Studi Konstruksi Bangunan Sipil.

Hingga tahun akademik 1987/1988 Politeknik Negeri ( U I ) Jakarta telah mengelola

enam Jurusan dengan dua belas Program Studi, yang dikuatkan dengan Program

Perluasan Kampus Politeknik tahun 1985 dan Keputusan Menteri pendidikan dan

Kebudayaan No. 0313/071991. Jurusan, Program Studi, daya tampung yang ada di

Politeknik ini diperlihatkan seperti pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7: Jurusan, Program Studi dan Daya Tampung Politeknik Negeri (UI) Jakarta

No Jurusan Program Studi Program Pendidikan

Daya tampung

i Teknik Sipil 1. Konstruksi Bangunan Gedung D-lll 96 2. Konstruksi Bangunan Sipil D-lll 96

2 Teknik Mesin 1. Teknik Mesin D-lll 96 2. Teknik Energi D-lll 24

Page 18: Bab IV yang

93

No Jurusan Program Studi Program Pendidikan

Daya tampung

3 Teknik Elektro 1. Teknik Listrik Dili 48 2. Teknik Elektronika Industri D-ill 48 3. Teknik Sekomunikasi D-lll 24

4 Akuntasi 1. Akuntansi D-lll 72 2. Perbankan D-lll 72

5 Administrasi Niaga Kesekretariatan dan Administrasi D-lll 72 Perkantoran

6 Teknik Grafika 1. Teknik Grafika D-lll 27 2. Penerbitan D-lll 27

Sumber Buku Pedoman Polflttaik Negeri Jakarta UI

c. Keorganisasian

Struktur organisasi yang dikembangkan di Politeknik ini merupakan

penjabaran dari struktur organisasi yang diatur dalam PP No. 30 tahun 1990. Tampak

bahwa pengembangan struktur organisasi ini menyesuaikan dengan kemampuan dan

kebutuhan manajemen institusi ini. Pola struktur organisasinya seperti ditunjukkan

pada Gambar 4.3.

d. Sarana Pendidikan

Sarana yang digunakan pada Politeknik ini meliputi lahan milik negara di Desa

Kukusan, Depok Bogor, dengan fasilitas sarana sebagai berikut: (a) satu gedung

Administrasi, (b) satu gedung Jurusan dan Kantin, (c) satu gedung Serbaguna dan

Perpustakaan, (d) lima gedung perlailiahan, (e) tujuh gedung Bengkel dan

Laboratorium, dan (f) dua gedung Locker untuk mahasiswa. Prasarana lain yang

dimiliki yaitu: (a) enam laboratorium, tiga bengkel, dan satu studio Jurusan Teknik

Sipil; (b) 12 laboratorium, tiga bengkel, dan satu studio Jurusan Teknik Mesin; (c) 13

laboratorium, empat bengkel, dan satu studio Jurusan Teknik Elektro; (d) tiga

Page 19: Bab IV yang

DIREKTUR

PUDtRI PUD1R1I PUD1RIII PUDIRIV

KABAG. ADM. AKADEMIK & KEMAHASISWAAN

KABAG. AOM UMUM

KASUBAG. ADU KEMAHASISWAAN

KASUBAG. ADM AKADEMIK

KASUBAG. KEUANGAN

KASUBAG. KEPEGAWAIAN

KASUBAG. TATA USAHA 4 RUMAH TANGGA

KASUBAG. PERLENGKAPAN

SENAT

UPT. PERPUSTAKAAN

UPT. KOMPUTER

UPT. PERAWATAN DAN PERBAIKAN

UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAGIAN PROYEK

KAJUR. SIPIL

SEKJUR

STAF

KO. ILMU DASAR TEKNIK

KPS. SIPIL J

KPS. GEDUNG J

KA. BENGKEL -J

KA LAB.

KAJUR. MESIN

•i

KAJUR ELEKTRO

SEKJUR.

STAF

KA. LAB.

KA. BENGKEL -J

KPS. ENERGI

SEKJUR.

STAF

KA. LAB.

KA. BENGKEL

KPS. MESIN J I KPS. i

ELEKTONIKA INDUS

KPS. TELEKOMUNIKASI

KPS LISTRIK -1

KAJUR AKUNTANSI

SEKJUR

STAF

KA. LAB

KPS. PERBANKAN

KPS. AKUNTANSI J

KAJUR ADM NIAGA

SEKJUR

STAF

KA. LAB

KPS. KESEKRETARIATAN 8 DM. PERKANTORAN

KAJUR GRAFIKA

SEKJUR

STAF

KA LAB.

KA. BENGKEL

KPS. GRAGIKA

KPS. PENERBITAN

Gambar 4.3: Stuktur Organisasi Politeknik Negeri (UI) Jakarta

* Sumber: Buku Pedoman Politeknik Universitas Indonesia Edrsl 1995/1996

-U

Page 20: Bab IV yang

95

laboratorium Jurusan Akuntansi; (e) lima laboratorium Jurusan Administrasi Niaga; (f)

lima laboratorium Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan; dan (g) Unit Pelaksana

Teknis Perpustakaan dengan 8.371 eksemlpar buku, 1.652 eksemplar laporan tugas

akhir, 12 judul majalah, 4 judul koran, sejumlah joumal dan buku-buku referensi.

4. Akademi Minyak dan Gas Bumi (Akamigas) PPT Migas Cepu

Cepu sebagai pusat pendidikan dan latihan bagi tenaga perminyakan sudah

dimulai sejak jaman Belanda hingga tahun 1942, dengan nama Middelbare Petroleum

School. Jaman Jepang pendidikan untuk pengadaan tenaga perminyakan tetap di

laksanakan di Cepu dengan nama Sokogakko Perkembangan selanjutnya setelah

kemerdekaan RI, berbagai kebijakan dikeluarkan dalam menyiapkan tenaga-tenaga

kerja perminyakan. Dengan dikeluarkan SK No. 17/M/Migas/65, tertanggal 11 Juni

1965 oleh Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi, yang menetapkan berdirinya

Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas), memberi wewenang tugas pokok untuk

menyelenggarakan: (1) Pendidikan dan Latihan; (2) Penelitian (laboratorium); dan (3)

Dokumentasi, Publikasi, dan Perpustakaan. Dengan dikeluarkannya SK Direktur

Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 9I/DD/MIGAS/66 tanggal 24 Oktober 1966,

didirikanlah Akademi Minyak dan Gas Bumi (Akamigas) sebagai satu-satunya

pendidikan perminyakan.

a. Kurikulum

Kurikulum yang dikembangkan adalah berorientasi pada pekerjaan (Job

Orientied). Pembagian matakultah dikelompokkan menjadi tiga, dan masing-masing

Page 21: Bab IV yang

96

Tabel 4.8: Kriteria Pembagian Matakuliah di Akamigas

Mata Kuliah Program AKA (%)

i II III

Dasar Umum (MKDU) 10 10 10 Dasar Keahlian (MKDK) 15-20 15-20 20-25 Keahlian (M KK) 70-75 70-75 65-70

Teori 40 50 60 Praktek 60 50 40

Sumber Draf Peraturan Akademik Akamigas Tahun 1998

Struktur kurikulum Jurusan Mesin Produksi, Jurusan Teknik Mesin Kilang dan

Jurusan Teknik Mesin Lapangan, seperti yang tertera pada Tabel 4.9a dan Tabel 4.9b.

Tabel 4.9a: Struktur Kurikulum Jurusan Mesin Produksi

Mata Kuliah Program Akademi

Mata Kuliah AKA AKA f AKA II Mata Kuliah Sml

1 Sml

2 Jml SKS

Sml 1

Smt 2

Jml SKS

Sml 1

Sml 2

Jml SKS

DASAR UMUM 5 3 5

Agama 1 1 Pancasila 1 1 Keselam. & Kesehatan Kerja 1,2,3 2 2 2 2 2 2 Manajemen 1,2,3 1 1 1 1 1 1 Kewiraan 2 2

DASAR KEAHLIAN 12 14 10

Matematika 1,2,3,4.5,6 2 2 4 2 2 4 1 2 3 Kimia 1,2,3,4 1 1 2 1 1 2 Fisika 1,2,3,4 1 1 2 2 2 4 Menggambar Teknik 1 1 Teknik Mesin 1,2,3,4 1 1 2 1 1 2 Bahasa Inggris 1,2,3 1 1 1 1 1 1 2 Komputer 1,2 1 1 2 2 Instrumentasi 1,2 2 1 3

KEAHLIAN 24 24 26

Teknik Produksi 1,2,3,4,5,6 3 3 6 3 3 6 3 3 6

P.P. Produksi 1,2,3,4,5,6 2 3 5 2 2 4 2 2 4 Tek & PP Pemboran 1,2,3,4,5,6 2 2 4 2 2 4 2 2 4 Tek. Eksploitasi 1,2,3,4,5,6 2 2 4 2 2 4 2 2 4 Geologi 1,2,3,4,5 2 2 4 2 2 4 2 2 Proyek Diskusi 1,2,3,4,5 1 1 1 1 2 1 1 2 Statistika Perminyakan 2 2 Geothermat 2 2

Sumber Agenda Kurikuler & SKS Akamigas Angk. X IX Tahan Akademik 199S/1999

Page 22: Bab IV yang

97

Tabel 4.9b: Struktur Kurikulum Jurusan Teknik Mesin Kilang dan Teknik Mesin Lapangan

Mata Kuliah Program Akademi

Mata Kuliah AKA AKA II AKA II Mata Kuliah Sml

1 Sml 2

Jml SKS

Sml 1

Smt 2

Jml SKS

Smt 1

Sml 2

Jml SKS

DASAR UMUM 4 2 3

Agama 1 1 Pancasila 1 1 Kesetam. & Kesehatan Kerja 1,2,3 1 1 1 1 1 1 Manajemen 1,2,3 1 1 1 t 1 1 Kewiraan 1 1

DASAR KEAHLIAN 10 9 6

Matematika 1,2,3 1 1 2 2 1 1 Fisikal ,2 2 2 1 1 Temno. Tek. & Perpind. Panas 1,2 2 2 2 2 Mekanika Teknik 1, 1 1 2 Menggambar Teknik 1,2,3 2 2 1 1 2 2 Bahasa Inggris 1,2,3 1 1 1 1 1 1 Statistika 2 1 1 Mekanika Fluida 2 1 1 Komputer 2 2

KEAHLIAN 24 26 27

Penggerak Mula 1,2 3 3 3 3 3 3 Ketel Uap 1,2,3 2 2 2 2 2 2 Pompa & Kompresor 1,2,3 2 2 2 2 2 2 Peipipaan 1,2,3 2 2 2 2 2 2 Perig. Per. Industri Migas 1,2,3 2 2 2 2 3 1 4 Proses Industri Migas 1,2 2 2 2 2 Instrumentasi 1,2,3 2 2 2 2 2 2 Pesawat Angkat 1,2,3 2 2 2 2 2 2 Teknik Perbengkelan 1,2,3 1 2 3 2 2 2 2 Teknik Tenaga Listrik 1,2,3 2 2 2 2 2 2 Trans. Tenaga Mekanik 1,2 2 2 2 2 Teknik Konstruksi 2,3 1 1 1 1 Dasar Inspeksi &Adm. Perawatan 2 2 Analisa Getaran 1 1 Rekayasa S Rancang Bangun 3 3 Manajemen Pemeliharaan 1 1

Sumber Agenda Kurikuler & SKS Akamdgas Angk. XIX Tahun Akademik 1998/1999

b. Pengembangan Program

Pendidikan Akamigas diresmikan tanggal 7 Februari 1967, dengan membuka

empat jurusan, yaitu: (1) Eksplorasi, (2) Drilling, (3) Produksi, dan (4) Pengolahan,

dengan lulusan setingkat Diploma saat ini.

Page 23: Bab IV yang

98

Tabel ' . 10: Jurusan dan Tingkat/Program AKA di Akamigas

No Jurusan Tingkat/Program AKA

1 Eksplorasi I, M, III 2 Topografi 1, 11, III 3 Pem boran 1, II, III 4 Eksploitasi 1, N, III 5 Produksi 1, II, III 6 Pengolahan 1, II, III 7 Teknologi Gas 1, II. III 8 Laboratorium Pengolahan 1, II, III 9 Utilities 1, II, III 10 Instrumerrtsi dan Elektronika 1, II, Itl 11 Teknik Mesin Lapangan 1, II, III 12 Petrokimia 1, 11 13 Teknik Mesin Kilang 1, II, III 14 Teknik Listrik Perminyakan 1, II, III 15 Teknik Sipil Perminyakan 1. II, III 16 Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negeri 1, II, III 17 Logistik 1, II, III 18 Akuntansi Perminyakan 1, II, II) 19 Fire & Safety 1, II, III 20 Personalia 1, 11, III 21 Panas Bumi 1. N 22 Teknik Umum dan Pemeliharaan 1, II

Sumber: Drafl.Per*uiran Aludsiuk Akamigas tahun 1998

Tujuan didirikannya Akamigas adalah upaya pengembangan sumber daya

manusia perminyakan tingkat menengah dengan keahlian dan keterampilan yang

diperlukan oleh industri perminyakan. Persyaratan untuk menjadi mahasiswa adalah

berasal dari para karyawan perusahaan perminyakan, baik perusahaan perminyakan

asing, swasta maupun milik pemerintah. Akamigas selain sebagai institusi pendidikan

profesional juga dapat dikelompokkan sebagai institusi pendidikan kedinasan.

Hingga saat ini Akamigas memfasilitasi pendidikan dan latihan yang mencakup

bentuk pendidikan berjenjang setingkat Diploma dan kursus-kursus keahlian

perminyakan. Hingga tahun akademik 1997/1998, Akamigas telah membuka sebanyak

22 Jurusan. Implementasinya, tidak- setiap tahun akademik semua jurusan ini di

selenggarakan, tetapi setiap tahun akademik hanya menyelenggarakan pendidikan

dengan Jurusan yang dibutuhkan oleh user pada tahun akademik bersangkutan.

Jurusan-jurusan yang di selenggarakan seperti pada Tabel 4.10.

Page 24: Bab IV yang

99

Akamigas menerapkan pola pendidikan berjenjang sejak tahun 1977 yang

disebut Program Diploma non gelar. Implementasinya yaitu seseorang mahasiswa

yang telah menyelesaikan satu tingkat, akan dikembalikan ke lapangan pekerjaan atau

perusahaan yang mengirimnya, dan setelah bertugas minimal satu tahun dapat dikirim

atau masuk ke pendidikan untuk melanjutkan tingkat berikutnya di Akamigas.

Dasar penggunaan pola juga didukung oleh KepMen Depdikbud No. 0363/U/1983

tanggal 30 Agustus 1983 tentang Pola Dasar Program Pendidikan Diploma Non

Kependidikan. Dengan pola ini, Akamigas mengembangkan tiga program pendidikan,

yaitu: (1) AKA I, untuk menghasilkan Operator, (2) AKA II, untuk menghasilkan

Tenaga Pemuka; dan (3) AKA IH, untuk menghasilkan Asisten Pengawas. Setiap

program diselenggarakan selama dua semester atau satu tahun akademik.

c. Reorganisasian

Struktur organisasi yang merupakan jaringan manajemen di Akamigas,

berbeda dari struktur organisasi yang berada langsung di bawah pengawasan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Akamigas yang merupakan lembaga

pendidikan milik Departemen Energi dan Pertambangan, bertanggung jawab langsung

kepada Kepala PPT Migas. Sehingga struktur keorganisasian Akamigas merupakan

bagian dari struktur organisasi PPT Migas. Pimpinan Akamigas adalah Kepala Bidang

Pendidikan dan Latihan Akamigas. Dengan demikian maka proses pendidikan di

Akamigas tidak terlepas dari Bidang-Bidang lainnya sebagai pendukung pelaksanaan

pendidikan dan latihan di Akamigas. Dengan struktur demikian maka Kepala Bidang

Pendidikan dan Latihan Akamigas harus selalu berkoordinasi dengan Kepala-kepala

Bidang lainnya agar proses pendidikan dapat terintegrasi dengan baik. Struktur

organisasi Akamigas diperlihatkan seperti pada Gambar 4.4.

Page 25: Bab IV yang

PUSAT PENGEMBANGAN TENAGA PERMINYAKAN DAN GAS BUMI

BAGIAN TATA USAHA

BIDANG BINA PROGRAM DAN PENGEMBANGAN

PENDIDIKAN DAN LATIHAN

BIDANG PENDIDIKAN DAN LATIHAN

AKAMIGAS

SUBBAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM DAN

LAPORAN

SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN

SUBBAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN URUSAN DALAM

BIDANG BINA PELATIHAN

SEKSI TENAGA EKSPLORASI PRODUKSI

SEKSI TENAGA PROSES DAN APLIKASI

SEKSI TENAGA TEKNIK UMUM

SEKSI TENAGA MANAJEMEN DAN ADM

SEKSI PENYELENGGA­RAAN PENGAJAPAN

SEKSI PEMBINAAN KEMAHASISWAAN

SEKSI TATA USAHA PENDIDIKAN

SEKSI EVALUASI

SIDANG SARANA PENDIDIKAN DAN

LATIHAN PENGOLAHAN

SEKSI PENGAJARAN

SEKSI BIMBINGAN SISWA

SEKS TATA USAHA PENDIDIKAN

SEKSI EVALUASI DAN PELAPORAN

BIDANG SARANA PENDIDIKAN DAN LATIHAN LABORATORIUM

SEKSI KLANG

SEKSI UTILITIES

SEKSI PELAYANAN TEKNIK

SEKSI FIRE AND SAFETY

KELOMPOK FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN TENAGA

FUNGSIONAL LAINNYA

SEKS SARMIA1MU DASAR

SEKSI SARANA ILMU TERAPAN

SEKSI SARANA PRAK­TEK MEKANIK S MESIN

SEKSI SARANA PERPUSTAKAAN

Gambar 4.4: Struktur Organisasi Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan Dan Gas Bumi

Sumber: Lampiran'F-7" KeputusanMPE No. 1746Tahun is92Tanggal31 Desember 1992

Page 26: Bab IV yang

101

d. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang tersedia di PPT Migas untuk penyelenggaraan

pendidikan, sangat memadai untuk menunjang terlaksananya program-program yang

diselenggarakan.

Sarana laboratorium dan bengkel, terdiri dari 1) Sarana ilmu dasar, meliputi

Lab. Kimia, Lab Fisika, Lab Minyak Bumi, Lab Instrumentasi dan Elektronika, Lab

Geologi, Lab Produksi, dan Lab Biokonversi; 2) Sarana ilmu terapan, meliputi

Simulator proses, Simulator bor dan produksi, Kilang mini, Lab Mekanika Tanah,

Komputer, dan Lab Inspeksi Material; 3) Sarana praktek, untuk praktek Listrik,

Mesin, Las dan Tes logam, dan Mekanik; 4) Sarana laboratorium bahasa; dan 5)

Drilling Rig. Selain itu juga tersedia fasilitas untuk kerja lapangan yang meliputi 1)

Praktek kerja lapangan produksi; 2) Praktek kerja kilang; 3) Kerja praktek Utilities

dan Power Plant, 4) Bengkel; dan 5) Kerja praktek umum. Sarana dan fasilitas audio i

dan visual juga tersedia, di samping sarana perpustakaan yang menyediakan 24.200 i

koleksi buku ilmiah, 27.000 koleksi majalah ilmiah, 62 judul kaset video, 60 judul film i

dokumenter.

Fasilitas ruang yang tersedia meliputi 35 ruang kelas dengan kapasitas 615

orang, 2 ruang seminar dengan kapasitas 200 orang, ruang rapat dengan kapasitas 40

orang, 16 ruang administrasi, 6 unit asrama untuk 668 orang, 5 unit wisma untuk 173

orang, sarana olahraga dan 3 gedung pertemuan/aula.

B. Penyajian Hasil Penelitian

Penyajian hasil penelitian dalam bentuk data-data, di pilah dalam tiga bagian,

yaitu (1) Penyajian Hasil Variabel Profesional (Y) dan Karakteristik PBK (X), (2)

Penyajian Hasil Variabel Tim pengajar dan Pengalaman Lapangan, dan (3) Penyajian

Page 27: Bab IV yang

102

Hasil Variabel Pengelolaan Institusi. Data dari masing-masing hasil penjaringan data

dengan menggunakan kuesioner disertakan dalam Lampiran 3A-D.

1. Penyajian Hasil Variabel Profesional ( Y ) dan Karakteristik PBK ( X )

Perolehan data yang bersumber dari mahasiswa ditampilan pada Lampiran 3B.

Masing-masing tabel dalam Lampiran 3B menampilkan rangkuman perolehan skor

Variabel Y dan X mahasiswa berdasarkan institusinya. Variabel terikat ( Y ) yang

menggambarkan karakteristik profesional, terdiri dari: (a) perolehan indeks prestasi

(IP) untuk Pengetahuan ( Y i ) yang diperoleh dari nilai kelompok matakuliah teori;

(b) Keterampilan ( Y j ) yang merupakan nilai prestasi kelompok matakuliah praktek;

dan (c) Sikap ( Y 3 ) yang menggambarkan Nilai Kelakuan Komulatif (NKK) yang

diperoleh. Variabel bebas ( X ) yang menggambarkan karakteristik PBK, terdiri dari

lima variabel, masing-masing menunjukkan jumlah skor yang diperoleh oleh masing-

masing responden. Variabel bebas tersebut adalah (a) Belajar modul secara mandiri

( X i ) , (b) Pusat sumber belajar ( X 2 ) , (c) Pengalaman lapangan ( X 3 ) , (d) Strategi

personalisasi (X* ) , (e) Fasilitas komunikasi (Xs).

Data yang ditampilkan pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 4 dari Lampiran 3B,

dapat dibuat rangkuman profil masing-masing variabel. Profil ini merupakan gambaran

hasil perolehan data yang diambil dari rerata masing-masing variabel. Profil ini

digambarkan seperti pada Gambar 4.5a sampai dengan Gambar 4.5h, yang

menggambarkan profil variabel (a) Pengetahuan, (b) Keterampilan, (c) Sikap, (d)

Belajar modul secara mandiri, (e) Pusat sumber belajar, (f) Pengalaman lapangan, (g)

Strategi personalisasi, dan (h) Fasilitas komunikasi.

Page 28: Bab IV yang

103

Gambar 4.5a: Profil Variabel Pengetahuan

! Skor Pengetahuan

Pdtek Pdnwn Poli UI Akamigas

Institusi

1

P o M Pofman Poli UI Akemîgas

Institusi

Sunter. Data Kureonsr Mahasiswa (skor rBla-rata)

Page 29: Bab IV yang

104

Page 30: Bab IV yang

105

Gambar 4.5g: Profil Variabel Sftategi Personalisasi

Potleh Pdmsn PofiUl Akamiges

Institusi

Sumber Data Kuaeionet M*ssswa (skcr rata-rata)

2. Penyajian Hasil Variabel Tim Pengajar dan Pengalaman Lapangan

Rangkuman penyajian hasil variabel Tim pengajar dan Pengalaman lapangan

dari masing-masing institusi, yaitu Politeknik Negeri (ITB) Bandung (Poltek),

Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung (Polman), Politeknik Negeri (UI)

Jakarta (Poli UI) dan Akademi Minyak dan Gas Bumi (Akamigas) ditampilkan seperti

pada Tabel 4.11.

Page 31: Bab IV yang

Tabel 4.11: Penyajian Hasil Variabel Tim Pengajar dan Pengalaman Lapangan

ITEM ALTERNATIF SKOR POLTEK POLMAN POLI UI AKAMIGAS

No Pernyataan JAWABAN frek. % frek. % frek. % frek. % i Pengalaman mengajar 2-5 tahun i 5 20,8 i 20 0 0 2 22,2

6-10 tahun 2 10 41,7 2 40 2 18,2 0 0 11-15 tahun 3 9 29,2 0 0 9 81,8 0 0 > 16 tahun 4 2 8,3 2 40 0 0 7 77,8

2 Mina! kegiatan Organisasi 1 D 0 0 0 0 0 0 0 Pengabdian masyarakat 2 1 4,2 0 0 0 0 1 11,1 Penelitian 3 1 4.2 0 0 2 18,2 0 0 Pengajaran 4 22 91.7 5 100 9 81,8 8 88.9

3 Kehadiran i 2 hari/minggu 1 1 4,2 2 40 0 0 1 11.1 3 hari/minggu 2 6 25,0 0 0 4 36.4 1 11.1 4 hari/minggu 3 e 25,0 0 0 4 36,4 0 0 5 hari/m inaou 4 11 45,8 3 60 3 27,3 7 77.8

4 Kegiatan (ain Tenaga administratif 1 2 8,3 0 0 1 9,1 3 33.3 Pengabdian masyarakat 2 7 29,2 1 20 2 18,2 1 11,1 Berkarya 3 9 37,5 3 60 1 8,1 4 44,4 Penelitian 4 6 25.0 1 20 7 63,6 1 11.1

5 Motivasi tambahan Tidak ada pengaruh 1 1 4,2 0 0 1 9,1 0 0 peruMkan Fasilitas yang disediakan 2 0 0 D 0 0 0 0 0

Peningkatan karir 3 4 16,7 0 0 0 0 3 33,3 Menambah kemampuan diri 4 19 79,2 5 100 10 90,9 e 66.7

6 Jumlah tim pengajar Tidak ada 1 8 33.3 2 40 3 27,3 0 0 1 pengajar lain 2 4 16,7 0 0 3 27,3 4 44,4 2 pengajar lain 3 2 8.3 0 0 4 36,4 0 0 i 3 pengajar lain 4 10 41.7 3 60 1 9,1 5 55.6

7 Pola ketjasama ttm oengsuK TkJak ada tanggapan 1 9 37,5 2 40 5 45,5 1 11,1 Berdasar materi perkuliahan 2 3 12,5 0 0 2 18,2 5 55,6 Berdasar keahlian 3 8 33,3 3 60 4 36.4 1 11.1 Kesepakatan tim 4 4 16.7 0 0 0 0 2 22.2

8 Penilaian mahasiswa dalam Tidak ada tanggpen 1 7 29,2 2 40 3 27.3 0 0 tim Dari hasil ujian akhir 2 1 4,2 0 0 D 0 4 44,4

Rerata hasil evaluasi tiap staf pengajar 3 3 41.7 2 40 7 63,6 4 44,4 Hasil kesepakatan tim 4 4 25,0 1 20 1 9,1 1 11.1

9 Acuan program perkuliahan Intuisi dan empiris 1 0 0 0 0 0 0 0 0 Buku-buku referensi 2 1 4,2 0 0 1 9,1 0 0 Modul yang tersedia 3 1 4,2 1 20 0 0 0 0 Kurikulum 4 22 91,7 4 80 10 90,9 9 100

10 Koordinasi penyusunan Mandiri 1 6 25.0 1 20 2 18,2 1 11,1 program Terintegrasi dalam kurikulum 2 7 29,2 1 20 1 9,1 3 33,3

Koordinasi antar staf pengajar 3 4 16,7 0 0 8 72,7 3 33,3 Koordinasi d dalam tim penyusun prog 4 7 29.2 3 60 0 0 2 22,2

Page 32: Bab IV yang

ITEM ALTERNATIF SKCR POLTEK POLMAN POLI UI AKAMIGAS

No Pernyataan JAWABAN frek. % frek. % frek. % frek. % 11 Rutinitas penambahan Tidak ada 1 • 14 58,3 i 20 7 63,6 1 11,1

pengalaman lapangan Tiap> 12bulan sekali 2 4 16,7 1 20 1 9,1 4 44,4 Tiap 6-12 butan sekait 3 5 20,8 1 20 0 0 4 44,4 Tiap 1-6 butan sekali 4 1 4.2 2 40 3 27.3 0 0

12 Pelaksanaan pengalaman Penelitian 1 1 4,2 t 20 3 27,3 0 0 lapangan Pelatihan 2 2 8,3 1 20 1 9,1 6 66,7

Magang 3 17 70,8 1 20 5 45,5 3 33,3 Pendidikan 4 4 16.7 2 40 2 18,2 0 0

13 Pengalaman lapangan yang Penelitian 1 1 • 4,2 1 20 0 0 1 11,1 dilakukan Pelatihan 2 3 12,5 0 0 1 9,1 4 44,4

Magang 3 14 58,3 2 40 8 72,7 3 33,3 Pendidikan 4 8 25,0 2 40 2 18.2 1 11.1

14 Pendidikan sesuai bidang Diploma 1 O 0 2 40 0 0 0 0 sludi Sarjana 2 19 79,2 3 60 10 90,9 7 77,8

Magister 3 5 20,8 0 0 1 9,1 2 22,2 Doktor 4 O 0 0 0 0 0 0 0

15 Pendidikan dalam bidang Pelatihan 1 9 37,5 5 100 6 54,5 5 55.6 kependidikan Akta 2 8 33,3 0 0 0 0 2 22,2

Sarjana 3 5 20,8 0 0 5 45,5 2 22,2 Magister/Doktor 4 2 8,3 0 0 0 0 0 0

16 Pengalaman menebal Tidak pernah 1 9 37,5 3 60 6 54,5 0 0 Sekjur/Kaprog/Ka.Lab/Sek PSJKa.Ur 2 12 50,0 0 0 2 18,2 2 22,2 Kajur/KaSie 3 2 8,3 2 40 3 27,3 7 77,6 DirekturJPD/Ka.Bid. 4 1 4,2 0 0 0 0 0 0

17 Program perkuliahan Tidak (0%) 1 0 0 0 0 0 0 0 0 direncanakan awal Sebagian kecil (<50%) 2 2 8,3 0 0 1 9,1 0 0

Sebagian besar (>50*) 3 11 45,8 2 40 7 63.6 5 55,6 Ya (100%) 4 11 45,8 3 60 3 27.3 4 44.4

IB Modul sebagai sumber materi Tidak (0%) 1 O 0 0 0 0 0 0 0 perkuliahan Sebagian kecil (<50%) 2 3 12,5 0 0 1 9,1 0 0

Sebagian besar (>50%) 3 16 66,7 3 60 9 61,8 4 44,4 Ya (100%) 4 5 20,8 2 40 1 9.1 5 55.6

19 Program sesuai rencana Tidak (0%) 1 1 4,2 0 0 0 0 0 0 Sebagian kecil (<50%) 2 1 4,2 0 0 1 9,1 0 0 Sebagian besar (>50%) 3 12 so.o 4 80 8 72,7 2 22,2 Ya (100%) 4 10 41.7 1 20 2 18.2 7 77,8

20 Kecukupan waktu yang Tidak (0%) 1 1 4,2 0 0 0 • 0 0 tersedia Sebagian kecil (<50%) 2 O 0 0 0 2 18,2 0 0

Sebagian besar (>50%) 3 10 41.7 4 80 5 45,5 1 11.1 Ya (100%) 4 13 54.2 1 20 4 36.4 8 . 88.9

Page 33: Bab IV yang

ITEM ALTERNATIF SKCR POLTEK POLMAN POLI UI AKAMIGAS

No Pernyataan JAWABAN frek. % frek. % frek. % frek. %

21 Kehadiran staf pengajar Tidak [0%) 1 2 8,3 0 0 0 0 0 0 diperlukan Sebagian kecil (<50%) 2 O O 0 0 0 0 0 0

Sebagian besar (>50%( 3 5 20,a 0 0 2 18,2 1 11,1 Ya (100%) 4 17 70,8 5 100 9 81,8 8 88,9

22 Staf pengajar hanya mengajar Tidak {0%) 1 7 29,2 3 60 3 27.3 1 11.1 Sebagian kecil (<50%) 2 7 29,2 0 0 2 18.2 2 22,2 Sebagian besar (>50%) 3 e 3 3 3 2 40 5 45,5 5 55,6 Ya (100%) 4 2 8,3 0 0 1 9.1 1 11.1

23 Disisipkan materi kepribadian Tidak (0%) 1 O O 0 0 0 0 0 0 Sebagian kecil (<50%) 2 10 41,7 1 20 3 27,3 3 33,3 Sebagian besar (>SW) 3 6 33.3 1 20 1 9.1 2 22,2 Ya (100%) 4 6 25,0 3 60 7 63.6 4 44,4

24 Materi disusun dalam Tidak (0%) 1 3 12,5 0 0 1 9.1 0 0 di kiat/modul Sebagian kecil (<50%) 2 5 20,8 0 0 5 45,5 0 0

Sebagian besar (>Wfc) 3 11 45,8 2 40 1 9,1 1 11.1 Ya (100%) 4 5 20,8 3 60 4 36.4 8 88.9

25 Kesesuaian kebutuhan Tidak (0%) 1 O O 0 0 0 0 0 0 kompetensi Sebagian kecil (<60%) 2 2 B,3 • 0 0 0 1 11.1

Sebagian besar (>50%) 3 10 41,7 1 20 6 54,6 0 0 Ya (100%) 4 12 50,0 4 80 5 45,5 8 88,9

26 Materi berupa rincian Tidak (0%) 1 O O 0 0 0 0 0 0 kompetensi Sebagian kecil (<50%) 2 1 4,2 0 0 0 0 1 11.1

Sebagian besar (>50%) 3 12 50,0 2 40 6 54,5 2 22.2 Ya (100%) 4 11 45.8 3 60 S 45.5 6 66.7

27 Pengalaman staf pengajar Tidak (0%) 1 1 4,2 0 0 0 0 O ' 0 bermanfaat Sebagian kecil (<50%) 2 1 4,2 0 0 0 0 0 0

Sebagian besar (>5Q%) 3 6 25,0 2 40 3 27,3 2 22.2 Ya (100%) 4 16 66.7 3 60 8 72.7 7 77,8

Page 34: Bab IV yang

109

Gambar 4.6a: Profil Variabel Tim Pengajar

H S k o r Variabel

Tim Pengajar

PoHek Polman PofiUl ttamigas

Institusi

Sumber. Data Kwanner Stat Pengejar (siter ratsrata)

Gambar 4.6b: Pnfà Variabel Pengdaman Lapangan Staf Pengajar

3

ESI

Poto* Polman Poli UI Ak amigas

Institusi

Sumbar Data Kueaoner Sst Rangajar (star retatala)

3,1

3,0

2,9

2,6

27 I Skor Variabel Penga­

laman Lapangan

Dengan menggunakan perolehan hasil seperti pada Tabel 4.11, memberi

gambaran terhadap profil variabelnya. Profil Tim Pengajar dan Profil Pengalaman

Lapangan Staf Pengajar digambarkan dengan menampilkan rerata jumlah skor yang

diperoleh masing-masing institusi, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.6a dan

Gambar 4.6b, yang masing-masing menggambarkan (a) Profil Tim Pengajar, dan (b)

Profil Pengalaman Lapangan Staf Pengajar.

Page 35: Bab IV yang

110

Tabel 4.12: Rangkuman Penyajian Hasil Variabel Pengelolaan Institusi

D e s k r i p s i Tanggapan D e s k r i p s i

P o l t e k Polman Poli UI A k a m i g a s

1. Penentu struktur organisasi Depdkbudfdikti Komisi Senat Menteri

2. Pembuat peraturan dan tata

tertib

Pemerintah Komisi Senat Kapus

3. Pengangkat dan pernbernenti

pegawai

Pemerintah Direktur Putfirl MentetVKapus

4. Pengangkat dan pemberherrti

pengajar

Pemerintah Direktur Pudirl Kabid Akamigas

5. Pemberi sangsiftiadiah kpd

pegawai

Pimpinan Pembantu Direktur II Drektur Atasan langsung

6. Pemberi sangsi/hadiah kpd pengajar

Pimpinan Pembantu Direktur II Direktur Kabid Akamigas

7. Penentu jenjang pendkikan Dikti DirekhJrfPO UKatua jurusan

Direktur Drrjen/Kapus

8. Penentu program studi Dikti Direktur/PD UKatua kurusan

Direktur Dirjen/Kapus

9. Penyusun program

pendidikan

Dikti Komisi/Pembantu Direktur 1

Semua staf Kabid Akamigas

10. Penentu kebijakan akademik Pimpinan Direktur/Pembantu Direktur 1

Senat Kapus/ttm

11. Penentu persyaratan calon mahasiswa

Senat Komisi Adm. Pendidikan User + Akamigas

12.Peneiitu kurikulum Dikti rHWPembantu Direktur 1

Jurusan User + Akamigas

13. Penentu soal ujian Dosen Staf Pengajar Jurusan Dosen

14. Penentu ketulusan Jurusan Staf Pengajar/Staf Jurusan

Staf Pengajar Panitia

15. Penentu anggaran pendidikan Pimpinan Ketua Jurusan P u * II Kapus

16. Penentu uang pendidikan ITB ITB Pudrll Kapus

17. Pengesahan ijasah Rektor ITB Adm. Pendidikan rjiijen/Wendikbud

18. Usulan peralatan PDI Ketua Jurusan/PD II Direktur Ka PPT Migas

Rangkuman tersebut telah dilakukan penyeleksian yang paling mendekati pada

kesesuaian dengan konsep PBK (lihat Lampiran 3D). Pertimbangannya adalah bahwa

3. Penyajian Hasil Variabel Pengelolaan Institusi

Rangkuman penyajian hasil variabel pengelolaan institusi dari empat institusi

seperti ditampilkan pada Tabel 4.12.

Page 36: Bab IV yang

111

Gambar 4.7a: Profil $ur>Variabel Pengelolaan Organisasi

dalam pengambilan keputusan tentu telah melalui berbagai pertimbangan dan

termasuk di dalamnya sumbang saran dari berbagai pihak yang berkaitan. Sumbang

saran ini tentu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan yang

berlaku yang dimiliki oleh individu yang menjabat atau individu yang dimintai saran

tersebut. Sehingga dari ke empat institusi ini ditampilkan satu jawaban untuk masing-

masing pertanyaan. Hal ini dilakukan agar dalam satu institusi tidak terdapat

kerancuan kebijakan dalam analisis lebih lanjut. Perolehan ini dapat menggambarkan

profil terhadap pengelolaan organisasi dan pengelolaan program pendidikan yang

sesuai dengan konsep PBK. Profil tersebut seperti pada tampilan Gambar 4.7a dan

Gambar 4.7b.

Page 37: Bab IV yang

112

C. Analisis Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif dan data

deskriptif Data kuantitatif berkaitan dengan variabel karakteristik PBK (X), variabel

profesional (Y), variabel Tim pengajar, dan variabel Pengalaman lapangan staf

pengajar. Data kualitatif melalui wawancara dan sebagian observasi yang berkaitan

dengan profil institusi dan variabel pengelolaan institusi. Data kuantitatif dirangkum

dan diolah dengan statistik inferensial (analisis korelasi kanonik) dan statistik

deskriptif, sedangkan data kualitatif ditafsirkan sebagaimana adanya dengan

pertimbangan oleh peneliti berdasarkan kriteria yang ditentukan.

Dalam analisis hasil penelitian ini akan mencakup tiga bagian, yaitu (1)

Rangkuman Hasil Penelitian, (2) Analisis Hasil Variabel Profesional (Y) dan

Karakteristik PBK (X), (3) Analisis Hasil Variabel Tim pengajar dan Pengalaman

lapangan dan (4) Analisis Hasil Variabel Pengelolaan Institusi.

Page 38: Bab IV yang

1)3

1. Rangkuman Hasil Penelitian

Hasil rangkuman dan olahan data ditampilkan dalam tabel matriks kesesuaian

hasil penelitian dengan indikator PBK untuk masing-masing institusi. Dari perolehan

hasil penelitian tersebut dirangkumkan pada matriks tabel (Lampiran 1) sebagai

perolehan hasil penelitian kesesuaian dengan tolok ukur yang dikembangkan dari

pendekatan model PBK. Pencantuman perolehan hasil penelitian adalah didasarkan

pada perolehan skor tertinggi (4) yang merupakan respon dari responden masing-

masing institusi. Skor tertinggi merupakan skor yang ditentukan berdasarkan

pendekatan kesesuaian dengan indikator model PBK yang merupakan hasil kajian

penulis terhadap model PBK. Angka perolehan hasil penelitian dicantumkan dalam

persentase, yang diambil dari jumlah frekuensi responden yang memilih skor 4.

Persentse ini diharapkan memberi gambaran secara kuantitatif untuk setiap item

pertanyaan yang akan mendukung deskripsi analisis hasil penelitian yang akan

dilakukan dengan menggunakna Analisis Korelasi Kanonik, untuk data-data yang

diperoleh dari sumber mahasiswa, dan untuk data-data yang dijaring melalui staf

pengajar dan pejabat struktural, maka perolehan hasil penelitian tersebut merupakan

perolehan hasil penelitian yang dianalisis secara deskriptif Analisis dari hasil-hasil

penelitian ini menjadikan dasar penyusunan pengembangan konseptual model

pendidikan keteknikan dengan pendekatan model PBK. Pengembangan konseptual

model pendidikan ini merupakan hasil integrasi faktual yang diperoleh di institusi

penelitian dengan pendekatan model PBK yang menjadi dasar konsep pengembangan

penelitian ini dengan fokus tinjauannya adalah kurikulum, program dan manajemen.

Page 39: Bab IV yang

114

2. Analisis Hasil Variabel Profesional (Y) dan Karakteristik PBK (X)

Analisis Hasil Variabel Profesional (Y) dan Karakteristik PBK (X) dilakukan

dengan menggunakan analisis statistik inferensial berdasarkan Analisis Korelasi

Kanonik. Pada dasarnya teori korelasi kanonik merupakan perluasan dari regresi

ganda dengan variabel dependent (tak bebas) lebih dari satu (p buah) dan variabel

independent (bebas) sebanyak k buah. (Marascuilo, 1983; Cohen, 1983; Sudjana,

1992; Basilevsky, 1994). Pemikiran dasar korelasi kanonik adalah menggunakan

kombinasi linear yang dibentuk oleh Xp dan Yk, selanjutnya dengan menggunakan

metoda kuadrat terkecil dicari koefisien korelasi antara kedua kombinasi linear

tersebut. Koefisien korelasi yang diperoleh dengan cara demikian merupakan koefisien

korelasi kanonik yang akan dicari.

Dengan menggunakan analisis korelasi kanonik ini, dapat diketahui keterikatan

antar variabel yang masuk di dalam variat masing-masing kelompok, yaitu dengan

diketahuinya koefisien korelasi antar anggota variat dan dari hasil analisis antar variat

dapat diketahui seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan dari hubungan dan

keterikatan variat-variat tersebut, yaitu dengan diperolehnya koefisien korelasi

kanonik yang dasar perhitungannya tidak berbeda dengan analisis regresi untuk

mendapatkan koefisien korelasi ganda.

Perhitungan matematis dengan metode matriks dan determinan sangat kental

dalam perhitungan analisis korelasi kanonik ini. Untuk melakukan perhitungan dengan

tangan diperlukan penguasaan terhadap metode matriks dan determinan tersebut dan

akan memakan banyak waktu untuk menyelesaikannya. Walaupun dapat dilakukan

tetapi diperlukan kesabaran dan ketelitian yang sangat tinggi, hal ini sangat

menghambat bagi peneliti yang menggunakan analisis korelasi kanonik sebagai alat

Page 40: Bab IV yang

115

untuk penelitiannya. Oleh karena itu dalam penelitian ini, perhitungan analisis korelasi

kanonik menggunakan bantuan perangkat komputer dengan program statistik yang

digunakan yaitu SPSS (Statisncal Program for Social Science) ver. 6.0 for Windows.

Perintah program SPSS yang digunakan dan hasil cetak analisis korelasi kanonik

seperti yang diperlihatkan pada Lampiran 4A-B.

Untuk dapat menganalisis dengan korelasi kanonik, diperlukan asumsi yang

harus dipenuhi sebelum menentukan menggunakan analisis korelasi kanonik. Asumsi

pertama adalah bahwa sampel yang digunakan berasal dari seluruh populasi yang

ditentukan. Asumsi kedua adalah peneliti harus menjamin bahwa kelompok variabel

terikat dan variabel bebas tidak kolinier. Asumsi ketiga, yaitu bahwa ukuran sampel

(N) relatif lebih besar dari anggota variabel (P+Q).

Dalam penelitian ini, untuk memenuhi ketiga asumsi tersebut maka telah

dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: (1) Upaya mengantisipasi asumsi bahwa

sampel adalah berasal dari seluruh populasi, maka datam penentuan responden sebagai

sampel didasarkan atas indikator tertentu, yaitu mahasiswa Jurusan Teknik Mesin -

Program Studi Teknik Mesin - Kelas Semester V pada masing-masing institusi

penelitian. Dan jumlah berdasarkan rasio untuk tiap angkatan tidak lebih dari 24

mahasiswa per kelompok/kelas. (2) Upaya mengantisipasi asumsi bahwa kelompok

variabel terikat dan variabel bebas tidak kolenier, maka sejak awal penentuan variabel

dan lebih tegasnya dinyatakan dalam Kisi-kisi Instrumen (Tabel 3.1) dan paradigma

pengembangan model PBK (Gambar 3.2), di samping juga dilakukan pengujian secara

statistik dengan menggunakan uji Barlett (Lampiran 4B), (3) Upaya mengantisipasi

asumsi bahwa ukuran sampel (N) lebih besar dari anggota variabel (P+Q), maka

dengan mengupayakan penarikan sampel sesuai dengan indikator, hal ini dapat

Page 41: Bab IV yang

116

Correlation Coefficients

XI X2 X3 X4 X5 Yl Y2 Y3

XI 1,0000 ,3164 ,1493 ,5779** ,3951 -,2278 -,2216 ,1324 X2 ,3184 1,0000 -,0160 ,0944 ,2486 ,0915 -,2813 -,2300 X3 ,1493 -,0160 1,0000 ,1332 ,5248* ,1005 -,07B0 -,2161 X4 ,3779* • ,0M4 ,1332 1,0000 ,108» ,1874 -,2615 ,0030 X5 ,3951 ,2466 ,5248* ,1089 1,0000 ,1306 -,1106 -,2332 Yl -,2278 ,0915 ,1005 ,1874 ,1306 1,0000 ,1585 -.2975 Ï2 -.2216 -,Z813 -,0780 -,2615 -,1106 ,1585 1,0000 ,5323* Y3 ,1324 -,2300 -,2161 ,0030 -,2332 -,2975 ,5323* 1,0000

* _ Slgnlf. LE ,05 *• - SlgnlE . ix ,01 (2-ta.lled)

Pertama koefisien korelasi kanonik ditunjukkan oleh Ri = = 0,635 (Tabel

4.13b). Lebih jelasnya, R i 1 ~ Xi = 0,403 mengindikasikan bahwa 40,3% perbedaan

pada Y* adalah dijelaskan oleh hubungan linear antara X*1' dan Y ( 1 ) . Kedua variat

kanonik seperti yang dituliskan dalam bentuk skor standar, sebagai berikut:

Y*1' = 0,904 Z Y i - 0,386 Zn - 0,133 ZYS

% 1 1 = -1,149 2 X i + 0,491 Zx2 + 0,011 Zx3 + 0,985 Z X 4 + 0,521 Z X S

terpenuhi. Hal ini juga didukung oleh hasil uji random yang berdistribusi normal

(Lampiran 4B).

Dengan demikian maka Penyajian Hasil Variabel Profesional (Y) dan

Karakteristik PBK (X) yang terkumpul dari masing-masing institusi memenuhi

persyaratan asumsi yang diperlukan untuk melakukan analisis korelasi kanonik. Pada

bagian Analisis Hasil Variabel Profesional (Y) dan Karakteristik PBK (X) ini,

analisisnya akan dilakukan berdasarkan masing-masing institusi, yaitu (a) Politeknik

Negeri (ITB) Bandung, (b) Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung, (c)

Politeknik Negeri (UI) Jakarta, dan (d) Akamigas PPT Migas-Cepu.

a. Politeknik Negeri (ITB) Bandung

Tabel 4- 13a: Matrik Korelasi pada Politeknik Negeri (ITB) Bandung

Page 42: Bab IV yang

117

Tabel 4.13b: Bobot Baku dan Hubungan Statistik Variat Kanonik di Politeknik Negeri (ITB) Bandung

Sett A s. Set 2 A Set 3 Variabl

e X" Y" X2' X* Y3'

X, -1,149 0,529 -0,515 X, 0,491 - -0,091 - -0,700 -x3

0,011 - -0,214 - -0,514 -0,985 - 0,579 - 0,507 -0,521 - -0,372 ~ 0,127 -

y, — 0,904 - 0,363 - 0,690 Y, - -0,386 - -1,175 - 0,343 Y3 - -0,133 - 1,134 - 0,678

x„ 0.403 0,211 0,066 0,635 0,460 0,256

A 0,440 0,737 0,934

z' 12,725 4,730 1,058

of 15 8 3

Keterangan: Xp - Eigen value Rp - Canonical Correlation Coefficient A -Wîlks Level X2 - Chi-Square Score cff'• De^seofReaim

Menurut Darlington, Weinberg, dan Walberg (1973), menyarankan dua cara

menginterpretasikan pengaruh suatu variabel yang ditunjukkan pada variat kanonik.

Teknik yang kesatu, peneliti memfokuskan pada setiap variabel-variabel yang memberi

sumbangan pada variat kanonik dari pengujian yang diperoleh berdasarkan

pembobotan standar. Yang kedua adalah mencoba mengkarakteristikkan variat

kanonik pada saat pembobotan standarisasi dan selanjutnya dipolakan, yaitu dengan

cara menguji korelasi antara variat kanonik dari masing-masing variat kanonik. Pada

Adanya tanda negatif dan positif pada variât kanonik tersebut, tidak mempengaruhi

gambaran dalam interpretasi variât kanonik. Hal ini hanya menunjukkan bentuk

kebalikan atau refleksi dari yang ditunjukkan

Page 43: Bab IV yang

118

interpretasi hasil penelitian ini, selanjutnya digunakan cara yang pertama, yaitu cara

yang digunakan dalam perhitungan pada program SPSS.

Dari hasil ini maka yang diperlihatkan Y°*, bahwa Yi lebih besar dari Y 2 , dan

Y3 adalah yang terkecil. Hal ini memberi makna bahwa Yi dan Y2 memberi pengaruh

yang kuat hubungannya dengan ketercapaian hasil ke arah keprofesionalannya pada

pasangan yang pertama. Di sisi lain bahwa yang diberikan oleh X* l ), tampak yang

ditegaskan oleh Xi, yaitu Belajar modul secara mandiri. Ini agak mengherankan

dengan skor korelasi yang relatif kecil dari r y i x i = -0,2278. Diharapkan Belajar modul

secara mandiri dengan perkiraan yang tidak begitu baik, tidak mempengaruhi yang

lain secara umum. Lebih lanjut variabel X*1' juga ditunjukkan oleh X4, Strategi

personalisasi, Xj, Fasilitas komunikasi, dan X 2 , Pusat sumber belajar. Apabila ditinjau

korelasi terhadap variabel keprofesionalan, tampaknya tidak ada yang memiliki skor

yang signifikan pada taraf 0,05 dan dengan korelasi > 0,4. Bagaimanapun, apa yang

ditunjukkan ini adalah yang tampak dari hasil analisis korelasi kanonik.

Belajar modul secara mandiri bertanda positif pada Xi dan Pengetahuan yang

dicapai dalam Y t memiliki tanda negatif, artinya bahwa tingginya skor Belajar modul

secara mandiri tidak mempengaruhi tingginya skor Pengetahuan yang merupakan ciri

karakteristik keprofesionalan. Jadi Belajar modul secara mandiri yang

diimplementasikan kepada mahasiswa tidak langsung memberi kecenderungan

mendapat skbr yang tinggi pada tingkat Pengetahuan seperti yang diperlihatkan Y11*,

tetapi pada tingkat Keterampilan dan kematangan Sikap, walaupun total skornya

rendah. Ini erat hubungannya dengan apa yang diperlihatkan dari beberapa variabel

yang lain dan apa yang bisa dicapai mahasiswa dalam kinerja keprofesionalannya. Hal

ini berarti, bahwa tingginya Belajar modul secara mandiri tidak mampu membawa

Page 44: Bab IV yang

119

mahasiswa dalam mencapai total skor Pengetahuan, hal ini masih diperlukan adanya

variabel-variabel yang lain, yaitu variabel Strategi personalisasi, Fasilitas komunikasi,

Pusat sumber belajar dan Pengalaman lapangan, sehingga dalam analisis korelasi

kanonik menampakkan bahwa koefisien harapan perolehan skor Pengetahuan -

dipengaruhi secara tidak langsung oleh variabel Belajar modul secara mandiri sebagai

yang utama dengan pendampingan variabel-variabel yang lain.

Variabel X2, X 3 , X* dan X5 merupakan kelanjutan keseimbangan pembobotan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, hasil X2, X» dan Xj seperti yang diharapkan dari

hasil analisis korelasi kanonik. Yang dicapai oleh variabel-variabel tersebut, memiliki

hubungan proses yang kuat terhadap terciptanya Belajar modul secara mandiri.

Dipihak lain, tingkat korelasinya tidak semuanya signifikan, hanya r*^ = 0,5779 yang

signifikan pada taraf 0,01. Hal ini memberi makna bahwa diperolehnya skor

Pengetahuan yang diharapkan, selain ada pengaruh dari Belajar modul secara mandiri,

juga ada faktor yang memberi kontribusi terhadapnya, yaitu Strategi personalisasi.

Pada akhirnya, pola institusi ini tampak mengimplementasikan Pengalaman lapangan,

X 3 , yang sangat kecil terhadap X 0 ' dan Y 0 1 . Dari hasil analisis korelasi kanonik ini

dapat ditegaskan bahwa peran dari X*l) adalah sebagai prediksi proses pendidikan di

institusi; dan Y 0 1 sebagai tingkat ketercapaian keprofesionalan

Pada pasangan yang kedua, nilai signifikansi dari. R2 = = 0,460 yang

diijinkan untuk mempertahankan pasangan kedua dari variat kanonik, dari langkah

yang pertama. Definisi skor standar seperti Y*2) dan X 4 2 ' , adalah sebagai berikut:

Y*2' = 0,363 ZYI - 1,175 Zw + 1,134 ZYi dan

X*2' = 0,529 ZXi - 0,091 Zxi - 0,214 + 0,579 Z X4 - 0,372 Z y s

Page 45: Bab IV yang

120

Pembobotan seperti yang dikemukakan ini, Y*2' merupakan bentukan awal dari Y2,

skor Keterampilan, dan lebih jauh oleh Y 3 , skor Sikap. Pada saat yang sama, X*2)

adalah bentukan dari X(, Strategi personalisasi, dan X } , Belajar modul secara mandiri,

jika kecilnya kontribusi dari Yi, dariY 0 ' diabaikan, perhitungan akan terganggu untuk

dimensi yang kedua yaitu pada komponen Sikap, kontras dengan kuatnya komponen

Pengetahuan dalam pasangan variat kanonik yang pertama. Jadi, dengan

mempertimbangkan apa yang terjadi pada variabel keprofesionalan, ditemukan bahwa

y2 dan XA memiliki ketidak samaan tanda, dengan demikian bahwa Keterampilan yang

dimiliki mahasiswa cenderung tidak dipengaruhi oleh Strategi personalisasi di institusi

ini. Hal ini juga tampak dari perolehan hasil korelasi yang ditunjukkan dengan =

-0,2615 dan juga hasil korelasi yang mendekati nol yang diperoleh dari korelasi

dengan Sikap yang ditunjukkan oleh r y 3 ! t 4 adalah 0,0030, bagaimanapun juga, hal ini

tidak jauh berbeda dengan variat kanonik yang pertama. Oleh karena itu dalam

kesimpulan interpretasi ini, digunakan pasangan yang pertama, yaitu dengan harapan

signifikansi hasil korelasi kanonik sebesar 63,2%.

b. Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung

Dari hasil analisis statistikal dengan menggunakan analisis korelasi kanonik

dengan data mahasiswa yang diperoleh dari Politeknik Negeri Manufaktur (ITB)

Bandung, ditunjukkan dalam Tabel 4.14a dan Tabel 4.14b.

Page 46: Bab IV yang

121

Tabel 4.14a: Matrik Korelasi pada Politeknik Negeri Manufaktur Bandung (ITB)

correlation coefficients - -

XI X2 X3 X4 X5 Î1 Y2 T3

XI 1,0000 ,6147* ,2660 ,7436" ,6918** ,0640 -,3360 -,0O47 X2 ,6147* 1,0000 -,2377 ,6264** ,7056** ,0526 -,0402 -,0941 X3 ,2660 -,2377 1,0000 ,1227 -,2841 -,0790 -,3016 -,3080 X4 ,7436*« ,6264** ,1227 1,0000 ,5074* ,1881 ,0713 ,3243 X5 ,6918** ,7056** -,2841 ,5074* 1,0000 ,0705 -,1288 ,0357 XI ,0840 ,0526 -,0790 ,1881 ,0705 1,0000 ,4980* ,2112 Y2 -,3360 -,0402 -,3016 ,0713 -,12B8 ,4 980* 1,0000 ,2541 Ï3 -,0047 -,0B41 -,3080 ,3243 ,0357 ,2112 ,2541 1,0000

* - Slgnie. LE ,05 •* - slgnlf LE ,01 (2-tailed)

Tabel 4.14b: Bobot Baku dan Hubungan Statistik Variat Kanonik di Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung

Seti A. Set2 Set 3 Variable X" X* Y* X* yßj

X, -0,653 1,696 -0,434

x2 -0,730 - -0,910 - 0,911 -

x3 •0,645 - -0,623 - 0,352 -xt 1,323 - 0,004 - 0,529 -

xs 0,040 - -0,341 — -0,011 -y, - -0,180 - 0.609 - 0,970

Y* - 0,564 - -1,023 - 0,089

n - 0,767 - 0,601 -0,361

0,632 0,282 0,008 0,795 0,531 0,088

A 0,262 0,712 0,992

x! 14,064 3,567 0,084

df 15 8 3

Dengan analisis yang tidak berbeda dari analisis institusi Politeknik Negeri

(ITB) Bandung, maka terhadap hasil statistikal yang diperoleh dari institusi Politeknik

Negeri Manufaktur (ITB) Bandung dapat dianalisis sebagai berikut: koefisien korelasi

kanonik ditunjukkan oleh Ri = 0,795 dan Xi = 0,632 memberi makna bahwa 63,2%

perbedaan pada Y' adalah dijelaskan oleh hubungan linear antara X 0 1 dan Y*1'

Variat kanonik yang diperoleh dalam bentuk skor standar, adalah:

Page 47: Bab IV yang

122

Y*" = -0,180 Z Y i + 0,564 Zyi + 0,767 ZYB

X*11 = -0,653 Zxi - 0,730 Zxi - 0,645 ZJG + 1,323 Zx* + 0,040 Zxs

Dari hasil ini maka diperlihatkan Y™, bahwa Yj lebih besar dari Y 2 , dan Y t

adalah yang terkecil. Hal ini memberi makna bahwa Y3 dan Y2 memberi pengaruh

yang kuat hubungannya dengan ketercapaian hasil ke arah keprofesionalannya pada

pasangan yang pertama.

Hasil dari X * d i sini tampak bahwa XA, yaitu Strategi personalisasi memiliki

skor yang besar. Dipihak lain, sama halnya pada institusi Politeknik Negeri (ITB)

Bandung, korelasi dari r y i x 4 = 0,1881 yang relatif kecil. Lebih lanjut variabel X 1 1 ' juga

ditunjukkan oleh X 2 , yaitu Pusat sumber belajar, ini juga memperlihatkan harapan

dengan korelasi yang relatif rendah bahkan mendekati nol antara Pusat sumber

belajar dengan keprofesionalan, yaitu r^ = -0,0526, ry2*2 = -0,0402 dan r y 3 x 2=

0,0841.

Strategi personalisasi bertanda positif pada X*-1' dan ada satu variabel yang

s*

dicapai dalam Y* 0 memiliki tanda negatif, hal ini memberi arti yaitu dengan tingginya

nilai Strategi personalisasi berkaitan dengan tingginya nilai Y 4 1 ', maka Strategi

personalisasi yang diimplementasikan kepada mahasiswa, cenderung mendapat skor

yang tinggi pada tingkat Sikap, tetapi tidak pada tingkat Keterampilan bahkan

terhadap Pengetahuan yang memiliki tanda negatif. Ini erat hubungannya dengan apa

yang diperlihatkan dari beberapa variabel yang lain dan apa yang bisa dicapai

mahasiswa dalam kinerja keprofesionalannya. Hal ini berarti, bahwa tingginya Strategi

personalisasi tidak membawa mahasiswa mencapai skor Keterampilan dan

Pengetahuan yang tinggi, tetapi hal ini masih memerlukan adanya variabel lain yang

mampu memacu meningkatkan skor keprofesionalan yang rendah tersebut.

Page 48: Bab IV yang

123

Variabel Xi, X 3 , dan Xs merupakan kelanjutan keseimbangan pembobotan dari

dua variabel X yang telah dibahas di atas. Tentu saja hasil Xi dan X3 seperti yang

diharapkan dari hasil analisis korelasi kanonik. Dipihak lain, yang dicapai Fasilitas

komunikasi X 5 , dengan hasil korelasi kanonik yang sangat kecil. Ternyata dari hasi!

korelasi dengan keprofesionalan juga sangat kecil, yaitu ^ 1 * 5 = 0 , 0 7 0 5 , ry2S5 = - 0 , 1 2 8 8 ,

lyixs = 0 , 0 3 5 7 hal ini menunjukkan bahwa variabel Fasilitas komunikasi berkorelasi

yang relatif kecil dengan variabel-variabel keprofesionalan yang bersangkutan. Ini

memberi makna bahwa mahasiswa di institusi ini menganggap fasilitas komunikasi

tidak terlalu memberi pengaruh maupun kontribusi untuk meningkatkan Pengetahuan

dan Keterampilan tetapi memiliki pengaruh pada pembentukan Sikap mahasiswa.

Selain pengaruh Strategi personalisasi, tampak bahwa Pengalaman lapangan, X 3 ,

memberi faktor pengaruh yang relatif besar terhadap X 1", demikian halnya dengan

variabel Xi, Belajar modul secara mandiri. Dengan meninjau korelasi variabel-variabel

ini terhadap variabel utamanya, maka Xi dan X 2 , memberi pengaruh yang cukup tinggi

dengan perolehan sangat signifikan pada taraf 0 , 0 1 , yaitu r s U 4 = 0 , 7 4 3 6 , dan =

0 , 6 2 6 4 .

Selanjutnya, pada pasangan yang kedua dapat diinterpretsikan sebagai berikut:

nilai signifikansi dari R2 = 0 , 5 3 1 yang diijinkan untuk mempertahankan pasangan

kedua dari variat kanonik, dari langkah yang pertama. Definisi skor standar seperti

Y 1 ' dan X 1 2 ' , seperti ditunjukkan, masing-masing oleh:

Y* 2 ' = 0 , 6 0 9 ZYI - 1,023 Zy2 + 0 , 6 0 1 Z« dan

X*2' = 1 ,696 Z X 1 - 0 , 9 1 0 Zx2 - 0 , 6 2 3 Z» + 0 , 0 0 4 Z X * - 0 , 3 4 1 Z Y S

Pembobotan seperti yang dikemukakan ini, Y* 2 ' merupakan bentukan dengan

pengaruh yang memiliki skor yang relatif besar untuk ketiga variabel-varibelnya,

Page 49: Bab IV yang

1 2 4

dengan gambaran Y 2 , Keterampilan, yang terbesar kontribusinya terhadap Y* . Pada

saat yang sama, X 1 2 1 adalah bentukan dari Xi, Belajar modul secara mandiri, X 2 , Pusat

sumber belajar, X 3 , Pengaiaman lapangan Sedangkan kontribusi dari Yi, Y 2 , dan Yj,

ke Y ' 2 ' cukup signifikan, dibandingkan dengan pasangan variat kanonik yang pertama.

Jadi, dengan mempertimbangkan apa yang terjadi pada variabel keprofesionalan,

ditemukan bahwa Y2 dan Xi dengan ketidak samaan tanda, artinya bahwa

Keterampilan yang dimiliki mahasiswa cenderung tidak dipengaruhi oleh Belajar

modul secara mandiri di institusi ini. Di sini dukungan lebih lanjut oleh ditemukannya

ryhi = - 0 , 3 3 6 0 . Dipihak lain, hal ini bertolak belakang dengan Strategi personalisasi

dengan Pengetahuan yang berskor korelasi, r y i x i = 0 , 0 8 4 0 , dan dengan Sikap

korelasinya mendekati nol, ry3Xi = 0 , 0 0 4 7 .

Sama dengan hal yang digunakan pada institusi sebelumnya, maka lebih lanjut

yang menjadi kesimpulannya adalah hasil interpretasi dari analisis korelasi kanonik

pasangan pertama yang memiliki koefisien korelasi kanonik sebesar 0 , 7 9 5 .

c. Politeknik Negeri (UI) Jakarta

Sama halnya dengan institusi Politeknik Negeri (UI) Jakarta, hasil analisis yang

diperoleh melalui analisis, koefisien korelasi kanonik adalah sebagai berikut: Rf =

0 , 7 9 8 dan Xt = 0 , 6 3 6 memberi makna bahwa 6 3 , 6 % . Perolehan ini tidak jauh berbeda

dengan perolehan hasil analisis pada institusi Politeknik Negeri Manufaktur (ITB)

Bandung. Dipihak lain, variat dari variat kanonik yang diperoleh dalam bentuk skor

standar, seperti yang diperlihatkan berikut ini:

Y 0 ' = 0 , 0 9 9 ZYI - 0 , 8 3 7 Zn + 0 , 6 1 8 Z Y i

X°> = - 0 , 1 1 9 Z X , + 0 , 4 4 5 Zx2 - 0 , 6 1 4 2x3 - 0 , 6 3 5 Z X 4 + 0 , 0 3 9 Z X S

Page 50: Bab IV yang

1 2 5

Tabel 4.15a: Matriks Korelasi pada Politeknik Negeri (UI) Jakarta

- - Corrélation coefficients - -XI X2 X3 X4 X5 Yl Y2 Y3

XI 1,0000 -,1785 -,3867 -,4721 -,2976 -,1653 -,2955 ,0492 X2 -,17B5 1,0000 ,0016 ,3498 -,0523 ,0133 -,1956 ,0439 X3 -,3867 ,0016 1,0000 ,3875 -,3173 -,3278 ,4555 -,3965 X4 -.4721 ,3496 ,3875 1,0000 ,0879 -,0527 ,4091 -,2864 X5 -,2976 -,05Z3 -,3173 ,0879 1,0000 ,0849 -,0015 ,2293 Yl -,1653 ,0133 -,3278 -,0527 ,0849 1,0000 ,1315 ,5526* Y2 -,2955 -,1956 ,4555 ,4091 -,0015 ,13151 ,0000 ,1331 Y3 ,0492 ,0439 -,3965 -,2864 ,2293 ,5526* ,1331 1,0000

* - Signif. U ,05 ** - Signif LE ,01 t2-tail«d)

Tabet 4.15b: Bobot Baku dan Hubungan Statistik Variât Kanonik di Politeknik Negeri (UI) Jakarta

Dari hasil ini maka yang diperlihatkan Y/ 1 * adalah Y2 lebih besar dari Y 3 , dan

Yi adalah yang terkecil. Hal ini berarti bahwa Y 2 dan Y 3 mempunyai pengaruh yang

kuat hubungannya dengan ketercapaian hasil ke arah keprofesionalannya pada

pasangan yang pertama.

Hasil dari X 0*, di sini tampak bahwa X*, yaitu Strategi personalisasi memiliki

skor yang paling besar. Dipihak lain, berbeda dengan institusi-institusi di atas ,

korelasi dari rylx* = -0,4091 yang relatif besar. Lebih lanjut variabel X" juga

Page 51: Bab IV yang

126

ditunjukkan oieh X 3 , yaitu Pengalaman lapangan, ini juga memperlihatkan harapan

dengan korelasi yang relatif besar antara Pengalaman lapangan dengan

keprofesionalan, yaitu = -0,3278, r y 2 x 3 = 0,4555 dan r ,3x3= -0,3965.

Strategi personalisasi bertanda negatif pada X 0 ' dan Keterampilan dalam Y*1*

memiliki tanda negatif pula, hal ini memberi arti yaitu dengan tingginya nilai Strategi

personalisasi berkaitan dengan tingginya nilai Y*1', maka Strategi personalisasi yang

diimplementasikan kepada mahasiswa, cenderung mendapat skor yang tinggi pada

tingkat Keterampilan, tetapi dengan tanda negatif pada Sikap, memberi makna bahwa

cenderung tidak dipengaruhi Strategi personalisasi dengan taraf kontribusi yang

sangat kecil, tetapi tidak pada tingkat Pengetahuan yang relatif mendekati nol, justru

pengaruh Strategi personalisasi relatif kecil secara linier.

Variabel Xi, Xi, dan X5 merupakan kelanjutan keseimbangan pembobotan dari

dua variabel X yang telah dibahas di atas. Tentu saja hasil X2 seperti yang diharapkan

dari hasil analisis korelasi kanonik. Dipihak lain, yang dicapai Belajar modul secara

mandiri, X2, dan Fasilitas komunikasi, X 5 , dengan hasil korelasi kanonik yang sangat

kecil. Ternyata dari hasil korelasi dengan keprofesionalan, yaitu r^ = 0,0133, r y l X 2 =

-0,1956, T y i x 2 - 0,0439 dan r y l x 5 = 0,0849, r ^ = -0,0015, r y 3 x S -= 0,2293 yang relatif

kecil bahkan mendekati nol. Hal ini memberi makna bahwa korelasi yang relatif kecil

antara Belajar modul secara mandiri dan Fasilitas komunikasi dengan skor

keprofesionalan menunjukkan bahwa kedua variabel bebas tersebut tidak memberi

kontribusi yang berarti pada perolehan skor keprofesionalan yang diharapkan. Pola

pada institusi ini tampak mengimplementasikan Strategi personalisasi, X), dan s*

Pengalaman lapangan, X 3 , yang relatif besar terhadap X*11 sehingga diperoleh hasil

-N

yang tinggi pada keprofesionalan^ 1*, khususnya dalam Keterampilan dan Sikap.

Page 52: Bab IV yang

127

Nilai signifikansi dari R2 = 0,480 yang diijinkan untuk mempertahankan

pasangan kedua dari variat kanonik, dari langkah yang pertama. Definisi skor standar

seperti Y*2' dan X®, seperti ditunjukkan, masing-masing oleh:

Y*21 = 1,179 Z Y i + 0,101 ZY2 - 0,560 Z Y 3 dan

X*2' - -1,035 Z X i - 0,433 Zx2 - 1,054 Zx3 + 0,429 Z X 4 - 0,762 Z x ;

Pembobotan seperti yang dikemukakan ini, Y1 merupakan bentukan awal dari Yi,

skor Pengetahuan, dan lebih jauh oleh Y 3 , skor Sikap. Pada saat yang sama, X 1 2 '

adalah bentukan dari X 3 , Pengalaman lapangan, Xi, Belajar modul secara mandiri, X 5 ,

Fasilitas komunikasi, yang masing-masing dengan kontribusi yang tinggi, walaupun

dua variabel yang lain yaitu Pusat sumber belajar, X 2 , dan Strategi personalisasi,

juga memberi kontribusi yang cukup baik. Sedangkan kontribusi dari Yi, dan Y 3 , ke

A.

Y*2* cukup memadai, tetapi Y2 tidak memberi pengaruh yang memadai dengan hasil

yang relatif kecil. Jadi, dengan mempertimbangkan apa yang terjadi pada variabel

keprofesionalan, ditemukan bahwa Yi dan X3 memiliki kesamaan tanda, dengan

demikian bahwa Pengetahuan yang dimiliki mahasiswa cenderung dipengaruhi oleh

Pengalaman lapangan di institusi ini. Di sini dukungan lebih lanjut oleh ditemukannya

iyix3 = -0,3278. Dipihak lain, hal ini bertolak belakang dengan Pengalaman lapangan

dengan Pengetahuan dengan korelasi positif yang cukup tinggi, yaitu r ^ i = 0,4555,

dan hal ini juga tidak berbeda dengan Sikap, dengan korelasi yang memadai yaitu r y 3 l (i

adalah 0,3965.

Dari hasil analisis ini, maka pasangan pertama yang akan dijadikan tolok ukur

penyusunan konsep-konsep pengembangan. Hal ini juga didukung dengan perolehan

hasil analsisi, koefisien korelasi kanonik yang relatif besar 0,798.

Page 53: Bab IV yang

128

Correlation Coefflolents - -

XI xa X3 X4 X5 Yl Y2 Y3

XI 1,0000 ,2379 ,2472 -,0716 ,2725 ,4739» ,3439 ,04B3 X2 ,2379 1,0000 ,2966 -,0478 ,1303 ,0339 ,2948 ,2314 X3 ,2472 ,2966 1,0000 ,2332 ,1839 -,1736 ,0341 -,1018 X4 -,0716 -,0478 ,2332 1,0000 ,0704 -,3263 -,2294 ,1B98 X5 ,2725 ,1303 ,1839 ,0704 1,0000 ,3708 ,3320 ,4627* Yl ,4739* ,0339 -,1736 -,3263 ,3708 1,0000 ,7289** ,2965 Y2 ,3439 ,2948 ,0341 -,2294 ,3320 ,7289** 1,0000 ,4416* Y3 ,04B3 ,2314 -,1018 ,1898 ,4627* ,2965 ,4416* 1,0000

* - Signlf. LE ,05 ** - Signif LE ,01 (2-talled)

Tabel 4.16b: Bobot Baku dan Hubungan Statistik Variat Kanonik di Akamigas

set r A Set2 Set 3 A, Variabie 9" A» Y* X3' H*

X, 0,643 _ 0,369 _ 0,017 _ X, -0,128 - -0,500 — -0.722 —

x3 -0,478 - 0,415 — •0,432 —

X, -0,297 - -0,598 — 0,406 —

X5 0,517 - -0,650 — -0,022

Y, - 1,172 - 0,307 - 0,819 Y2 - -0,321 - 0,105 - -1,519 Y3 - 0,133 - -1,068 - 0,292

0.473 0.355 0,165

Rp 0,688 0,596 0,406

A 0,284 0,539 0,835

X' 19,511 9,580 2,795

O? 15 8 3

Koefisien korelasi kanonik yang diperoleh oleh Akamigas adalah seperti yang

ditunjukkan oleh R( = 0,688, dengan X t = 0,473 yang mengindikasikan bahwa 47,3%

perbedaan pada Y*" adalah dijelaskan oleh hubungan linear antara X 0 ' dan Y 0 ' .

Kedua variat kanonik seperti yang dituliskan dalam bentuk skor standar adalah

sebagai berikut.

d. Akamigas PPT Migas - Cepu

Hasil statistikal dengan analisis korelasi kanonik untuk institusi ini adalah

seperti yang ditampilkan dalam Tabel 4.16a dan Tabel 4.16b.

Tabel 4.16a: Matriks Korelasi pada Akamigas PPT Migas Cepu

Page 54: Bab IV yang

129

Y*1' = 1,172 Zyi - 0,321 Zyz + 0,133 Z Y 3

X*" = 0,643 Z X i - 0,128 ZM - 0,478 Zx3 - 0,297 ZXi + 0,517 Zxs

Dari hasil ini maka yang diperlihatkan Y* 1 ' , bahwa Yi lebih besar dari Y 2 , dan Y3

adalah yang terkecil. Hal ini berarti bahwa Yi memberi pengaruh yang sangat kuat

hubungannya dengan ketercapaian hasil ke arah keprofesionalannya pada pasangan

yang pertama

Hal ini berarti bahwa yang diberikan oleh X ( 1 ) , di sini tampak seperti yang

ditunjukkan oleh Xi, yaitu Belajar modul secara mandiri, dengan perolehan skor yang

paling besar, hal ini juga didukung oleh korelasi dari r y i x i = 0,4739 yang berkorelasi

secara signifikan pada taraf 95%. Lebih lanjut variabel X U ) juga ditunjukkan oleh X s ,

Fasilitas komunikasi, X 3 , Pengalaman lapangan dan X 4 , Strategi personalisasi

Belajar modul secara mandiri bertanda positif pada X*1' dan Pengetahuan yang

dicapai dalam Y*11 memiliki tanda positif, di sini memberi makna bahwa faktor yang

mempengaruhi besarnya skor perolehan Pengetahuan sebagian besar darinya adalah

kontribusi yang diperoleh dari variabel Belajar modul secara mandiri.

Variabel X 2 , X 3 , X» dan X s merupakan kelanjutan keseimbangan pembobotan.

Tentu saja hasil X s , dan X 3 , seperti yang diharapkan dari hasil analisis korelasi

kanonik. Yang dicapai Fasilitas komunikasi dan Pengalaman lapangan, memiliki

hubungan proses yang kuat terhadap terciptanya Belajar modul secara mandiri.

Ternyata hubungan ini tidak tampak terlihat korelasi yang kuat dengan perolehan hasil

seperti yang ditampilkan dari hasil korelasi antara Belajar modul secara mandiri

dengan Fasilitas komunikasi dan Pengalaman lapangan , yaitu: rxixi = 0,2725, r , ^ =

0,2472. Hal ini memberi makna bahwa tingginya perolehan skor Pengetahuan pada

institusi ini berkaitan dengan kontribusinya dipengaruhi oleh variabel Belajar modul

Page 55: Bab IV yang

130

secara mandiri, yang juga mendapat kontribusi dari variabel-variabel lain, yaitu

Fasilitas komunikasi, dan Pengalaman lapangan.

Pada pasangan yang kedua, nilai signifikansi dari R2 = 0,596 yang diijinkan

untuk mempertahankan pasangan kedua dari variat kanonik, dari pasangan variat

kanonik yang pertama. Definisi skor standar seperti Y 1 ' dan X* 2 ' , seperti ditunjukkan,

masing-masing oleh:

Y' 2 » = 0,307 Z Y ! + 0,105 Z V 2 - 1,068 Zys dan

X* 2 ) = 0,369 Zxi - 0,500 Zx2 + 0,415 ZJG - 0,598 Z X 4 - 0,650 Z Y s

Pembobotan seperti yang dikemukakan ini, Y 1 2 ' sangat dipengaruhi oleh bentukan

/s

awal dari Y S , Sikap, dan lebih jauh oleh Y , , Pengetahuan. Pada saat yang sama, X*

adalah bentukan dari semua variabel yang memberi kontribusinya dengan skor yang

memadai. Jadi, dengan mempertimbangkan apa yang terjadi pada variabel

keprofesionalan, ditemukan bahwa Y 3 dan X S memiliki kesamaan tanda, dengan

demikian bahwa Sikap yang dimiliki mahasiswa cenderung dipengaruhi oleh Fasilitas

komunikasi di institusi ini. Di sini dukungan lebih lanjut oleh ditemukannya r , 3 X 5 =

0,4627 yang memiliki taraf signifikan 0,05. Dipihak lain, pada koefisien korelasi

kanonik yang diperoleh tidak sebesar pada pasangan yang pertama. Oleh karena itu

seperti pada institusi yang lain, maka sebagai kesimpulan hasil masing-masing institusi

akan digunakan pasangan yang pertama, dengan koefisien korelasi kanonik sebesar

0,688.

3. Analisis Hasil Variabel Tim Pengajar dan Pengalaman Lapangan

Staf Pengajar merupakan salah satu komponen dari empat komponen yang

oleh Finch menentukan keberlangsungan proses pendidikan (Finch, 1979:137,141),

Keterlaksanaan proses yang sudah dipersiapkan melalui program-program pendidikan

Page 56: Bab IV yang

131

dan diurai dalam isi kurikulum terpusat pada bagaimana eksistensi staf pengajar

tersebut di dalam prosesnya. Berbagai metode mengajar telah dikembangkan dalam

upaya efektifitas dan efisiensi proses pengajaran dengan perolehan hasil yang optimal.

Upaya ini hingga saat ini terus dikembangkan pada berbagai jenis dan jenjang

pendidikan.

Karakteristik PBK mencantumkan metode tim pada proses pendidikannya.

Asumsinya bahwa pada tim akan dapat diatasi permasalahan-permasalahan yang

sifatnya individual dari staf pengajar. Digambarkan misalnya adalah faktor pribadi,

faktor penguasaan materi pengetahuan, faktor kemampuan keterampilan, faktor

pengalaman lapangan, faktor komunikasi, dan masih banyak faktor yang sifatnya

individual. Dengan metode tim, personal dalam tim dimungkinkan untuk saling

mengisi kekurangan-kekurangan yang sifatnya individual tersebut sehingga

performansi dalam tim dapat lebih dioptimalkan dalam upaya efektifitas, efisiensi dan

optimalisasi proses pendidikan.

Di samping hal tersebut kekhasan pada PBK adalah individual proses. Hal ini

memberi makna bahwa keberhasilan mahasiswa menguasai pengetahuan, keterampilan

dan memiliki kepribadian yang baik dalam proses pendidikan ini tergantung dari

dirinya sendiri. Staf pengajar dalam proses PBK bersifat mendampingi individu

mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya. Dengan demikian permasalahan,

kesulitan dan kendala yang dihadapi mahasiswa merupakan juga tanggung jawab staf

pengajar untuk membantu mencarikan jalan penyelesaiannya. Dalam tim staf pengajar

diharapkan segala permasalahan, kesulitan dan kendala dari individu mahasiswa dapat

diatasi agar proses pendidikan yang dijalankan mahasiswa tidak terhambat.

Page 57: Bab IV yang

1 3 2

Peran staf pengajar tidak hanya mentransfer materi atau ilmu saja. PBK

mengisyaratkan bahwa staf pengajar sebagai pendamping diartikan juga sebagai

mediator untuk bertanya dalam hal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan,

sebagai komunikator untuk menyelesaikan kesulitan dan permasalahan mahasiswa,

sebagai fasilitator untuk menemukan kebutuhan dan kepentingan mahasiswa, dan

sebagai konsultan untuk menemukan kepribadian diri mahasiswa (Hall, 1976, h.56,

Sukmadinata, 1997, h. 195). Peran yang demikian kompleks yang diperlukan staf

pengajar pada institusi keteknikan, sesuai dengan karakteristik pendidikan keteknikan

yang digambarkan oleh Finch (1979, h.9-13) sebagai karakteristik kurikulumnya,

yaitu bahwa pendidikan kejuruan dan keteknikan adalah (a) berorientasi pada proses

(aktifitas belajar) dan produk (pengalaman dan aktifitas yang membentuk lulusannya);

(b) ada kesesuaian antara yang diajarkan dengan yang dibutuhkan masyarakat; (c)

memantapkan mahasiswanya berkemampuan mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai-nilai dan mengintegrasikan kemampuan-kemampuan

yang diperolehnya dari proses belajarnya ke dalam pasangan dunia kerja; (d) apa yang

diperoleh di institusi pendidikannya merupakan hal yang standar diperlukan di dunia

kerja; (e) di luar institusi pendidikannya dapat sukses dalam berkarya; (f) selalu

melakukan hubungan yang erat dengan masyarakat; (g) melakukan kontak kerja sama

dengan pemerintah; (h) selalu menyesuaikan dengan perkembangan dunia kerja; (i)

memerlukan sarana dan prasarana operasional proses, (j) memerlukan biaya

operasional yang besar.

Kompleksnya peran Staf Pengajar pada pendidikan keteknikan perlu didukung

oleh kemampuan staf pengajar dalam upaya menjalankan fungsinya sebagai staf

pengajar tersebut. Latar belakang pribadi dan pengalaman sebagai staf pengajar akan

Page 58: Bab IV yang

133

menjadi tulang punggung keberhasilan staf pengajar menjalankan fungsinya. Latar

belakang pribadi tersebut meliputi aspek keilmuan yang harus dikuasai dalam konsteks

mentransfer keilmuan dan pengetahuan kepada mahasiswa, aspek pedagogi agar

tujuan dari pendidikan dapat tersajikan secara optimal, aspek administratif agar peran

sebagai staf pengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Di samping latar

belakang pribadi, pengalaman staf pengajar akan mendukung sekali dalam proses

pendidikan keteknikan ini. Pengalaman lapangan khususnya yang berkaitan dengan

spesialisasi yang menjadi tanggung jawabnya, sangat besar manfaatnya bagi institusi

secara komprehensif Keterkaitannya adalah bahwa pengalaman lapangan seorang staf

pengajar akan memberi pengaruh yang besar terhadap proses transfer ilmu dan

pengetahuan kepada mahasiswa, hal ini terkait erat dengan program dan kurikulum

yang dikembangkan dengan masukan-masukan yang berasal dari pengalaman staf

pengajar itu sendiri.

PBK dalam konteks karakteristiknya mencantumkan juga pengalaman

lapangan sebagai suatu hal yang penting, baik bagi staf pengajar maupun mahasiswa.

Kurikulum yang secara kontinyu harus terus menerus dikembangkan dan disesuaikan

dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu dan pengetahuan teknologi mutakhir

menjadi landasan utama mengapa pengalaman lapangan ini menjadi penting. Tanpa di

dukung oleh program yang harus terus menerus diperbaharui, baik pengetahuan

maupun kemampuan staf pengajar maka tujuan dari pendidikan keteknikan yang

menghasilkan lulusan yang profesional menjadi diragukan.

Pembahasan perolehan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

(1) Yang menarik dari pengalaman mengajar staf pangajar, adalah bahwa sebagian

besar staf pengajar berpengalaman diatas 5 tahun. Hal ini menggembirakan

Page 59: Bab IV yang

134

bahwa dengan pengalaman ini akan memiliki kemampuan yang lebih dalam

berbagai aspek proses pendidikan. Dipihak lain, Politeknik Negeri Jakarta UI

menunjukan 81.8% responden mempunyai pengalaman di atas 11 tahun, dan

Akamigas menunjukkan 77,8% responden mempunyai pengalaman di atas 16

tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pada prinsipnya staf pengajar di tiap institusi

berkemampuan untuk tetap menjaga eksistensi institusinya, dan berpotensi untuk

mengembangkan berbagai aspek yang diperlukan dalam upaya melaksanakan

proses pendidikan secara konsisten, serta secara kontinyu mampu memperbaharui

dan menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dengan apa yang dibutuhkan

oleh masyarakat, serta meningkatkan kualitas lulusannya dengan kompetensi

yang seharusnya dimilikinya setelah menyelesaikan pendidikan.

(2) Keempat institusi menunjukkan sebagian besar responden memiliki minat pada

pengajaran, Poltek (91,7%), Polman (100%), Poli UI (81,8%) dan Akamigas

(88,9%). Hal ini berarti bahwa tidak ada kendala apabila institusi berkehendak

untuk mengembangkan pola-pola atau metode-metode pengajaran. Ini

menunjukkan kendala yang dimungkinkan oleh aspek pribadi dapat diatasi oleh

staf pengajar itu sendiri karena adanya kesamaan minat yang sebagian besar

sama.

(3) Tuntutan PBK yang menghendaki bahwa staf pengajar selalu mendampingi

mahasiswa dalam proses pendidikan, khususnya dilokasi institusi bersangkutan,

ternyata tidak semua responden pada institusi penelitian memenuhinya. Bagian

terbanyak dari responden yang hadir 5 hari/minggu adalah Poltek (45,8%),

Polman (60%) dan Akamigas (77,8%). Hal ini memberi makna bahwa mahasiswa

memiliki kesempatan untuk berproses dengan melakukan kontak dengan staf

Page 60: Bab IV yang

135

pengajarnya dapat lebih banyak. Hal ini dapat diprediksikan bahwa kesempatan

kontak dengan staf pengajar dapat mempengaruhi mahasiswa untuk menimba

pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan mengendalikan sikapnya.

Walaupun tidak menjadi jaminan bahwa prestasi secara linier relevan dengan

kondisi kehadiran staf pengajar, tetapi proses individualisasi dapat tercipta secara

signifikan.

(4) Kegiatan lain dari staf pengajar dari kajian PBK adalah yang berkaitan dengan

kebermanfaatannya menambah pengetahuan yang dapat mendukung wawasan

keilmuan dan pengetahuan teknologi. Ini akan tergambar tentunya melalui

keberminatan seorang staf pangajar terhadap kegiatan lain di samping tugas

utamanya sebagai staf pengajar. Dari hasil yang diperoleh melalui penjaringan

kuesioner, Poli UI sebagian besar respondennya yaitu 63,6% berminat pada

penelitian. Hal ini berarti bahwa dengan penelitian yang diminati maka secara

komprehensif berbagai kajian keilmuan dapat termaktub di dalamnya. Sedangkan

pada Poltek (37,5%), Polman (60%) dan Akamigas (44.4%), respondennya

berminat dalam berkarya. Hal ini memberi makna bahwa sebagian besar

responden yang memilih berkarya memungkinkan pula menambah kemampuan

pengetahuannya yang mendukung tugas utamanya, tetapi lebih sempit wawasan

dan skopnya.

(5) Menambah kemampuan diri merupakan aspek yang menjadi motivasi untuk

meningkatkan tingkat pendidikannya, yaitu Poltek (79,2%), Polman (100%), Poli

UI (90,9%) dan Akamigas (66,7%). Hal ini berarti bahwa staf pengajar memiliki

motivasi pribadi yang menghendaki terus meningkatnya kemampuan dirinya,

Page 61: Bab IV yang

136

kemauan yang baik ini merupakan investasi bagi institusi terkait dalam kerangka

pengembangan institusinya secara optimal

(6) Tim pengajar sangat mendukung implementasi proses model PBK. Secara faktual

tidak semua responden berproses dalam tim, tetapi masih banyak yang menjadi

staf pengajar tunggal. Walau demikian sebagian besar dari staf pengajar berproses

dalam tim dengan jumlah anggota tim yang terbatas. Tim pengajar yang terdiri

dari lebih tiga pengajar untuk masing-masing institusi adalah Poltek (41,7%),

Poiman (60%), Poli UI (9,1%) dan Akamigas (55.6%). Hal ini berarti bahwa

semakin komprehensif ilmu pengetahuan dan keteknologian yang dapat digali

oleh mahasiswa melalui staf pengajarnya. Dengan demikian dapat pula dimaknai

bahwa keterbatasan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi dengan staf

pengajar yang satu masih memungkinkan untuk dioptimalkan oleh anggota tim

staf pengajar yang lain, sehingga mahasiswa mampu secara optimal menyerap apa

yang seharusnya diperoleh untuk mencapai kompetensi yang seharusnya.

(7) Pola kerjasama tim pengajar adalah ditentukan oleh tim itu sendiri. Kesepakatan

tim itulah yang merupakan pola kerja yang seharusnya dilakukan. Apakah itu

nantinya mendasarkan pada kemampuan materi dari masing-masing anggota tim

ataukah berdasarkan hal lain, tetapi secara faktual bahwa kesepakatan tim tidak

menjadi hal yang menarik bagi responden, tetapi lebih tertarik pada keahian

seorang staf pengajar selanjutnya dikelompokkan atau mengelompokkan diri

menjadi wujud menyerupai tim. Hal ini tampak bukan lagi sebuah tim pengajar

tetapi kelompok pengajar, seperti tanggapan responden yang sebagian besar

mempolakan kerjasamanya berdasarkan keahlian, yaitu Poltek (33,3 %) , Poiman

Page 62: Bab IV yang

137

(60%), dan Poli UT (36,4%), sedangkan Akamigas (55,6%) respondennya

mengelompokkan diri berdasarkan materi perkuliahan yang diajarkan.

(8) Tidak berbeda dengan no. 7 di atas. Kesepakatan tim adalah juga termasuk dalam

bagaimana menentukan penilaian terhadap mahasiswa. Dipihak lain, pola kerja

yang ada pada no. 7 tersebut, lebih cenderung bekerja secara mengelompok,

bukan dalam kerja tim, dalam menentukan nilai mahasiswa inipun terekspresikan

melalui bagaimana cara menentukan nilai bagi mahasiswa, yaitu sebagian

responden dari keempat institusi cenderung menentukan nilai mahasiswa

berdasarkan rata-rata hasil evaluasi dari masing-masing anggota kelompok

tersebut, yaitu Poltek (41,7%), Polman (40%), Poli UI (63,7%) dan Akamigas

(44,4%).

(9) Bagian terbesar respon dari masing-masing institusi memastikan bahwa

kurikulumlah acuan program perkuliahan yang mereka gunakan. Hal ini memberi

makna bahwa responden menyepakati kurikulum sebagai program perkuliahan

yang dapat diandalkan agar tidak terjadi tumpang tindih dan duplikasi yang lebih

pada kecenderungan kemubaziran. Kesepakatan pada kurikulum sebagai acuan

programnya tentu tidak terlepas dari makna kurikulum secara komprehensif

dalam proses pendidikan tersebut. Di sini memberi makna pula bahwa kurikulum

menjadi fokus dari proses pengajaran yang terintegrasi antar staf pengajar, hal ini

ditunjukkan dari perolehan kuesioner sebagai berikut: Poltek (91,7%), Polman

(80%), Poli UI (90,9%) dan Akamigas (100%).

(10) Selain acuan program perkuliahan diambil dari kurikulum, ada kemungkinan

materi yang disajikan terjadi tumpang tindih atau terlewati. Untuk mencegah hal

tersebut kurikulum perlu dilengkapi dengan silabus inti dengan garis besar materi

Page 63: Bab IV yang

138

yang diprogramkan. Konsep PBK menyampaikan materi dalam bentuk modul

atau paket program yang terintegrasi, dan untuk itu diperlukan adanya

koordinasi. Koordinasi yang efektif adalah dalam pola kerja tim yang menyusun

program perkuliahan, dengan demikian modul atau paket yang menjadi bahan

materi untuk mahasiswa sudah merupakan hasil analisis dari kurikulum,

koordinasi antar staf pengajar dan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan

dengan perubahan atau perkembangan materi yang diperlukan. Hasil perolehan

kuesioner staf pengajar menggambarkan bahwa sebagian besar responden dari

tiga institusi tidak memanfaatkan koordinasi dengan tim penyusun program

bahkan Poli UI, 72,7% melakukan koordinasi antar staf pengajarnya saja,

demikian pula di Akamigas (33,3%). Berbeda dengan Poltek, yang

penyebarannya merata, tetapi Polman, 60% respondennya mengkoordinasikan

dengan tim penyusun program dalam penyusunan program perkuliahannya. Hal

ini memberi makna bahwa setiap program yang disajikan diupayakan selalu

terkoordinasi sehingga apa yang seharusnya sebagai tujuan dari program tersebut

secara optimal dapat tercapai.

(11) Dalam upaya menjaga eksistensi institusi dengan keunggulan yang dimiliki oleh

masing-masing institusi, penambahan pengalaman lapangan bagi staf pengajar

sebagai upaya peningkatan pengetahuan terhadap perkembangan ilmu dan

teknologi serta meningkatkan kemampuan keterampilan yang dimiliki staf

pengajar, maka program penambahan pengalaman lapangan bagai staf pengajar

ini menjadi hal yang penting. Implementasi dari penambahan pengalaman

lapangan bagi staf pengajar bagi kepentingan institusi adalah sangat luas.

Pengembangan kurikulum yang harus selalu dilakukan, pengembangan program

Page 64: Bab IV yang

139

pendidikan yang diperlukan masyarakat, kompetensi yang harus dimiliki oleh

lulusan, kesemuanya dapat diperoleh dari program penambahan lapangan bagi

staf pengajar ini. Ide dan kreatifitas yang berasal dari penambahan pengalaman

lapangan bagi staf pengajar dapat menjadi pengembangan institusi yang inovatif,

apabila proses kelanjutannya dimanfaatkan oleh manajemen untuk program

pengembangan insititusi. Dari fakta yang diperoleh menunjukkan bahwa

miskinnya faktor penambahan pengalaman lapangan pada beberapa institusi

menonjol sekali. Bahkan pada Poltek dan Poli UI, hasil penjaringan menunjukkan

masing-masing 58,3% dan 63,6% tidak ada program rutin penambahan

pengalaman lapangan ini. Dipihak lain, 40% responden Polman merasa

penambahan pengalaman lapangan ini menjadi hal rutin di institusinya setiap 1-6

bulan sekali, demikian pula di Poltek, Poli UI dan Akamigas masing-masing

dengan 4,2%, 27,3% dan 0%. Dan selebihnya responden merasakan bahwa

kerutinitasan penambahan pengalaman lapangan ini dilakukan setiap 6-12 bulan

sekali atau bahkan tidak secara rutin dilakukan.

(12) Dari apa yang dialami oleh responden dalam program penambahan lapangan,

sebagian besar mengalami program magang sebagai bentuk pelaksanaan

penambahan pengalaman lapangan bagi staf pengajar, hal ini ditunjukkan dengan

perolehan hasil responden seperti berikut Poltek (70.8%), Polman (20%), Poli UI

(45,5%) dan Akamigas (33,3%). Apa makna dari kecenderungan ini, adalah

keterbatasan pengembangan kemampuan staf pengajar hanya pada lingkup yang

sempit, yaitu lingkup tempat dimana staf pengajar tersebut melakukan

pemagangan, yang artinya pula bahwa implementasi yang dapat dilakukan setelah

itu adalah dalam wawasan yang sangat terbatas pula.

Page 65: Bab IV yang

140

(13) Pendidikan adalah bentuk pengalaman lapangan yang paling komprehensif dan

luas wawasannya. Pendidikan akan mencakup tiga hal utama yaitu adanya unsur

pengetahuan dan unsur keterampilan dan unsur sikap. Faktualnya bahwa

responden yang menganggap bahwa pendidikan sebagai bentuk pelaksanaan

penambahan pengalaman lapangan tidak sebanyak responden yang menganggap

bahwa penambahan pengalaman lapangan yang mereka butuhkan adalah

permagangan. Hal ini ditunjukkan dari perolehan hasil penjaringan kuesioner

yang memilih permagangan sebagai yang mereka butuhkan dalam program

penambahan pengalaman lapangan, yaitu Poltek (58,3%), Polman (40%). Poli UI

(72,7%) dan Akamigas (33,3%). Walaupun ada sebagian responden yang merasa

bahwa pendidikan adalah sebagai penambahan pengalaman lapangan yang mereka

perlukan, hal ini ditunjukkan dengan perolehan hasil penjaringan kuesioner

sebesar, Poltek (25%), Polman (40%), Poli UI (18,2%) dan Akamigas (11,1%).

Hal ini berarti bahwa ada kemungkinan bahwa penambahan pengalaman

lapangan melalui pendidikan yang banyak bersifat non gelar merupakan hal yang

tidak dianggap terlalu penting atau bahkan mungkin akan mengganggu program

lain yang siratnya pribadi. Kemungkinan-kemungkinan ini tentunya akan

merugikan institusi dalam jangkauan waktu yang akan datang, dan dampaknya

adalah eksistensi institusi yang diragukan dalam menghasilkan lulusan yang

mempunyai kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.

(14) Staf pengajar dengan pendidikan yang memadai dan menguasai bidang yang

sesuai dengan bidang tanggung jawabnya adalah persyaratan yang tidak bisa

dikesampingkan. Pendidikan bidang keteknikan tidak hanya membutuhkan staf

pengajar yang memiliki pengetahuan yang memadai, tetapi diperlukan pula

Page 66: Bab IV yang

141

keahlian keterampilan yang dapat diandalkan, apalagi di institusi yang

mengkhususkan pada bidang pendidikan kejuruan seperti pada politeknik-

politeknik dan Akamigas. Maka staf pengajar dengan latar belakang pendidikan

yang sesuai menjadi sangat penting agar dalam melaksanakan fungsinya sebagai

staf pengajar dapat berproses sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Secara

faktual, ternyata sebagian besar staf pengajar memiliki pendidikan yang setara

dengan yang dipersyaratkan. Dipihak lain, akan lebih baik bila tingkat pendidikan

staf pengajar berada pada tingkat yang setinggi-tingginya, walaupun dari keempat

institusi ini responden yang terjaring tidak ada yang mencapai pendidikan

doktoral (0%), tetapi sudah ada yang memiliki pendidikan sampai dengan

magisteral, yaitu Poltek (20,6%), Poli UI (9,1%), dan Akamigas (22,2%). Dan

dari latar belakang pendidikan yang sesuai dengan studinya maka staf pengajar

yang memiliki pendidikan tingkat sarjana saja menempati urutan yang paling

banyak dari sebagian besar responden, masing-masing sebesar: Poltek (79,2%),

Polman (50%), Poli UI (90,9%) dan Akamigas (77,5%). Hal ini berarti bahwa

tingkat pendidikan yang dimiliki staf pengajar sudah memberikan kontribusi

tersendiri terhadap tingkat keluasan penguasaan pengetahuan pada bidangnya,

yang diharapkan telah dimilikinya kemampuan rasional untuk mentrampilkan diri

dengan kemampuan-kemampuan psikomotorik yang mampu ditampilkan dalam

proses tugasnya, sehingga memacu mahasiswa untuk meningkatkan memampuan

dirinya dalam berproses yaitu berkompetensi.

(15) Yang masih menjadi kendala pada institusi penelitian ini/a^al^'fcsle^kimya

sumber daya staf pengajar yang memiliki latar bemkjicjjg ,dal%r. bidang

\'\ i v v $ J v ' . kependidikan di samping latar belakang pendidikan yangWs^^e^g^V.Kd^S i^ '

Y ' • ^

Page 67: Bab IV yang

142

studinya. Dari perolehan penjaringan kuesioner menunjukkan bahwa sebagian

besar dari responden yaitu Poltek (37,5%), Polman (100%), Poli UI (54,5%) dan

Akamigas (55,6%) hanya pernah mengikuti pelatihan Metodologi Pengajaran

atau sejenisnya, dan termasuk di dalamnya hanyalah didasarkan pada pengalaman

pengajaran yang pernah dialaminya. Dipihak lain, sedikit sekali dari responden

yang memiliki Akta mengajar yaitu Poltek 33,3% dan Akamigas (22,2%)

sedangkan yang lain 0%, walaupun ada responden yang memiliki tingkat

pendidikan Sarjana Pendidikan, yaitu Poltek 20,6%, Poli UI 45,5% dan

Akamigas 22,2% dan Magister Pendidikan, yaitu Poltek 8,3% saja. Hal ini

memberi makna bahwa staf pengajar yang ada sangat minim sekali bekal

Pedagogi-nya untuk memberdayakan mahasiswa lebih dari yang hanya dicapai

saat ini. Walaupun dengan berbekal latar belakang pendidikan bidang

kependidikan yang minimal, proses pendidikan dapat dijalankan, tetapi apabila

setiap staf pengajar membekali diri dengan kemampuan penguasaan Pedagogi,

maka pengoptimalan proses pendidikan akan dapat dijangkau. Implikasinya

adalah pada hasil didik yang memiliki kemampuan dan kompetensi yang lebih dari

yang mampu dicapai saat ini.

(16) Pengalaman menjabat pada jabatan struktural mungkin tidak dialami oleh semua

staf pengajar, tetapi memiliki pengalaman dalam jabatan struktural memberi

manfaat yang lebih besar dalam pengembangan program yang menjadi tanggung

jawabnya sebagai staf pengajar. Sehingga koordinasi dan kerjasama akan lebih

mudah dilakukan dengan pola kerja yang sama berdasarkan pengalaman-

pengalaman yang pernah diperolehnya sewaktu menjabat. Implikasi lainnya

adalah memungkinkan permasalahan-permasalahan administratif dapat segera

Page 68: Bab IV yang

143

diatasi, tanpa harus berlarut-larut karena ketidak pahaman staf pengajar terhadap

peradminstrasian. Dipihak lain, yang menarik dari hasil peroleh kuesioner adalah

bahwa sebagian besar responden politeknik-politeknik tidak pernah menjabat

jabatan struktural, yaitu Poltek (37,5%), Poiman (60%), Poli UI (54,5%),

sedangkan Akamigas (0%), yang artinya dari seluruh responden pernah

memegang jabatan struktural. Memang yang diharapkan dari staf pengajar

dengan model PBK ini adalah pemahaman terhadap sistem adminstrasinya.

Sehingga selain staf pengajar memahami tugas utamanya akan lebih diperlancar

dengan memahami sistem administrasi dalam konteks untuk pengembangan diri,

program, institusi dan hal yang lebih luas lagi yaitu pendidikan.

(17) Hasil evaluasi diri harus dijadikan suatu pedoman untuk untuk menyusun

program berikutnya, dan hal ini berlaku pada individu staf pengajar yang selalu

berupaya untuk meningkatkan performansi dirinya Implikasi dari hasil evaluasi

ini adalah dalam rencana program perkuliahannya. Sejak awal perkuliahan harus

sudah merencanakan program yang akan disampaikan dalam proses

pengajarannya agar apa yang hendak dicapai pada perkuliahan tersebut memberi

kontribusi yang optimal dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan

tersebut. Secara faktual staf pengajar pada institusi penelitian mengekpresikan

bahwa sebagian besar program perkuliahan direncanakan sejak awal, dengan

respon 100% staf pengajar merencakan di awal perkuliahan, yaitu Poltek

(45,6%), Poiman (60%), Poli UI (27,3%) dan Akamigas (44,4%), dan dengan

respon pilihan sebagian besar (>50%) untuk masing-masing insititusi yaitu:

Poltek (45,6%), Poiman (40%), Poli UI (63,5%) dan Akamigas (55,6%).

Sedangkan yang merespon sebagian kecil (<50%) staf pengajar yang

Page 69: Bab IV yang

144

merencanakan programnya di awal perkuliahan, yaitu Poltek (8,3%), dan Poli UI

(9,1%). Dipihak lain, tidak ada sama sekali dari responden staf pengajar ini yang

tidak merencanakan program perkuliahan sejak awal dimulainya perkuliahan. Hal

ini berarti bahwa sebenarnya staf pengajar tahu apa yang menjadi tugasnya

sebagai staf pengajar dan memahami apa yang harus dikerjakan untuk mencapai

tujuan dalam proses pendidikan ini. Hanya saja mungkin intensitas kontinuitas

untuk terus melakukan evaluasi diri dan meningkatkan kinerja perlu dilakukan

pembaharuan dan perlu penghargaan yang mampu memberi motivasi lebih dari

yang apa sudah dilakukan selama ini.

(18) Modul merupakan sumber materi yang terintegrasi dari berbagai referensi dan

dikemas dalam satuan-satuan modul, pada konsepsi PBK menjadi acuan utama

dalam proses penyampaian materi perkuliahan. Dengan strategi modularisasi ini

maka diharapkan mahasiswa mendapatkan keuntungan untuk lebih

berkemampuan mengelola dirinya sendiri dalam proses pendidikannya Dengan

pendampingan staf pengajar, maka diharapkan apa yang dijadikan tujuan

pendidikan dapat dicapai dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki oleh

masing-masing individu mahasiswa untuk menyerap isi materi dalam modul.

Secara faktual, modul sebagai sumber materi perkuliahan untuk masing-masing

institusi sangat bervariasi, tetapi yang memanfaatkan modul sebagai sumber

materi perkuliahan dapat digambarkan sebagai berikut: Poltek (20,8%), Polman

(40%), Poli UI (9,1%) dan Akamigas (55,6%). Dari keempat institusi yang

merespon jawaban 100% paling tinggi diantara respondennya adalah Akamigas.

Hal ini berarti bahwa materi apa yang hendak disampaikan telah dipersiapkan

dalam bentuk modul atau diktat yang memberi makna pula bahwa program

Page 70: Bab IV yang

145

pendidikan yang dilaksanakan telah lebih dulu direncanakan secara rinci dengan

harapan tujuan pendidikan dapat dicapai secara optimal sesuai dengan yang telah

diprogramkan, sehingga akan dengan mudah untuk melakukan evaluasi sedini

mungkin apabila terdapat penyimpangan dari program yang telah direncanakan.

(19) Program perkuliahan dalam perencanaan semestinya melalui berbagai aspek yang

menjadi pertimbangan staf pengajar yang merencanakannya. Salah satu aspek

yang menjadi fokus disini adalah ketercapaian program dalam proses

implementasinya. Satu aspek ketercapaian program tentu saja tidak terlepas dari

aspek-aspek lain yang juga saling berkaitan, seperti aspek waktu, aspek

lingkungan, aspek sarana, dan aspek-aspek lain yang mungkin menjadi kendala

dalam proses harus menjadi pertimbangan yang terintegrasi agar segala aspek

yang menjadi kendala tersebut dapat diantisipasi sedini mungkin agar tujuan dan

sasaran perkuliahan dapat dicapai seoptimal mungkin. Fakta menunjukkan bahwa

sebagian besar (>50%) program yang direncanakan sesuai, hal ini merupakan

ekspresi terbanyak yang direspon oleh staf pengajar di tiga institusi yaitu Poltek

(50%), Polman (80%) dan Poli UI (72,7%). Dipihak lain, Akamigas sebagian

besar respondennya - 77,8% - merespon bahwa 100% apa yang dijalankan sesuai

dengan program yang telah direncanakan. Hal ini memberi makna bahwa

program perkuliahan yang direncanakan dengan baik oleh staf pengajar akan

mampu dilaksanakan sesuai dengan apa yang disiratkan pada program tersebut,

sehingga secara terkendali sasaran yang menjadi tujuan perkuliah ini dapat

dicapai secara optimal.

(20) Dengan pertimbangan aspek yang terintegratif seperti pada no. 19 di atas, maka

program yang telah direncanakan sudah termasuk didalamnya adalah

Page 71: Bab IV yang

146

pertimbangan waktu yang menjadi salah satu aspeknya. Yang menarik dari fakta

di lapangan bahwa apa yang telah diprogramkan sebagian besar adalah telah

menyesuaikan dengan waktu yang disediakan, dan hal ini menarik karena dengan

demikian program menjadi harus benar-benar dipersiapkan dengan sebaik-

baiknya. Seperti apa yang responden siratkan dalam responnya bahwa Poltek

(54,2%) dan Akamigas (88,9%) respondennya menyatakan bahwa waktu yang

disediakan cukup, sedangkan Polman (80%) dan Poli UI (45,5%) merespon

sebagian besar (>50%) dari apa yang direncanakan sesuai dengan waktu yang

tersedia. Hal ini memberi makna bahwa adanya ketidak cukupan waktu yang

disediakan bisa jadi merupakan kendala yang perlu menjadi pertimbangan

evaluasi dan persiapan penyusunan program pada masa berikutnya bagi staf

pengajar yang bersangkutan,

(21) Seperti apa yang telah dikemukakan pada no. 19, bahwa konsepsi model PBK

yang menekankan pada pembelajaran dengan menggunakan modul tidak berarti

bahwa staf pengajar tidak memiliki peran di sini. Dipihak lain, peran staf pengajar

sebagai pendamping justru mempunyai tugas yang lebih berat, dimana staf

pengajar dituntut mampu menguasai isi modul dan mampu memberi solusi

kendala yang dihadapi oleh mahasiswa atau permasalahan-permasalahan yang

menghadangnya dalam berproses melalui modul tersebut. Fakta di institusi

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden merespon bahwa

kehadiran staf pengajar diperlukan oleh mahasiswa dengan mengekpresikan

responnya pada respon, Ya (100%), untuk masing-masing institusi sebesar Poltek

(70,8%), Polman (100%), Poli UI (81,8%) dan Akamigas (88,9%). Apa artinya?

Bahwa kenyataan di lapangan menunjukkan mahasiswa masih membutuhkan

Page 72: Bab IV yang

147

kehadiran staf pengajar untuk berproses dalam perkuliahannya. Hal ini bisa jadi

karena disebabkan bahwa tidak semua staf pengajar menyiapkan program

perkuliahannya dalam bentuk modul atau paket, tetapi ada hal yang memang

tidak bisa ditiadakan pada pendidikan keteknikan ini adalah untuk perkuliahan

praktikum, bengkel dan studio. Pada perkuliahan ini sangat diperlukan kehadiran

staf pengajar, apalagi yang menggunakan berbagai jenis peralatan yang

membutuhkan pengawasan yang ketat untuk menjaga keselamatan diri mahasiswa

maupun sarana-sarana lain yang tidak terkait langsung dengan mahasiswa

tersebut. Oleh sebab itulah walaupun modul atau paket bisa diimlementasikan di

pendidikan keteknikan tetapi staf pengajar tetap diperlukan untuk selalu

mendampingi mahasiswanya berproses di institusi tersebut.

(22) Staf pengajar pada pendidikan keteknikan perlu menanamkan disiplin yang tinggi

kepada para mahasiswanya, hai ini sangat diperlukan berkaitan dangan faktor

keselamatan kerja mahasiswa yang banyak menggunakan sarana dan peralatan

yang memungkinkan untuk mencelakakan si penggunanya, yaitu mahasiswa.

Penanaman disiplin terhadap mahasiswa agar benar-benar menjadi kepribadiannya

sejalan dengan konsepsi model PBK yang menekankan disiplin diri untuk

mengatasi permasalahan dan berkemampuan untuk mengelola dirinya sendiri. Hal

ini juga merupakan tuntutan untuk menjadi profesional yang berprofesi pada

bidang keteknikan. Dan pada fakta yang diperoleh dari penjaringan responden di

institusi penelitian memperlihatkan respon responden bahwa staf pengajar dalam

mengajar tidak hanya menyampaikan materi tetapi juga menanamkan nilai-nilai

kepribadian yang perlu dijadikan kepribadian seorang teknolog, dengan respon

sebagai berikut: Polman (60%) staf pengajarnya merespon, Ya (100%), tidak

Page 73: Bab IV yang

148

hanya mengajar, Poltek (33,3%), Poli UI (45,5%) dan Akamigas (55,6%) staf

pengajarnya merespon, sebagian besar (>50%), mereka hanya mengajar saja. Hal

ini memberi makna bahwa fakta yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar

staf pengajar tidak menyadari arti pendidikan dari segi pedagogik. Bisa saja hal

ini disebabkan karena kekurang pahaman dari hal tersebut karena memang

sebagian besar dari latar belakang pendidikan yang mereka miliki hanya sebagian

kecil yang mempunyai latar belakang pendidikan bidang kependidikan. Dipihak

lain, justru terbalik dengan respon dari responden Polman, yang 100%

respondennya tidak mempunyai latar belakang bidang kependidikan justru

sebagian besar dari staf pengajarnya hadir tidak hanya untuk mengajar dan

menyampaikan materi pengetahuan dan keterampilan saja.

(23) Merupakan suatu rangkaian analisis dengan no. 22 di atas bahwa menyisipkan

sajian di dalam perkuliahan untuk pembentukan kepribadian merupakan hal yang

sangat penting untuk menanamkan jiwa profesional sebagai seorang teknolog.

Melihat kenyataan yang ada bahwa tidak ada satupun responden yang tidak

menyisipkan materi kepribadian dan sebagian besar responden menyatakan

persetujuannya, Ya (100%), menyisipkan materi kepribadian untuk masing-

masing institusi diapresiasikan sebagai berikut. Polman (60%), Poli UI (63,6%)

dan Akamigas (44,4%). Dipihak lain, Poltek (41,7%) respondenya yang

sebagian besar mengekspresikan dengan merespon, sebagian kecil (<50%). Hal

ini berarti bahwa staf pengajar hanya mengajar materi yang berkaitan dengan

pengetahuan dan keterampilan saja tanpa berupaya menyisipkan materi-materi

kepribadian yang merupakan faktor pembentuk keprofesionalan seseorang pada

profesi keteknikan.

Page 74: Bab IV yang

149

(24) Seperti yang dikemukakan pada no. 19, bahwa modul atau diktat merupakan

rincian materi yang disusun secara terintegrasi dengan mempertimbangkan

berbagai aspek agar modul atau diktat dapat diimplementasikan sesuai dengan

program pendidikan yang telah direncanakan, dan hal ini adalah konsepsi model

PBK yang hendak dikemukakan di sini. Fakta di tempat penelitian menunjukkan

variasi respon dari responden dalam pemanfaatan modul sebagai sumber materi.

Secara konsisten responden terbanyak yang menyatakan bahwa materi disusun

dalam bentuk diktat atau modul tidak berbeda dengan responden yang

menyatakan bahwa bahwa modul sebagai sumber materi, hal ini dapat

ditunjukkan dari perolehan penjaringan kuesioner pada masing-masing institusi

dengan pilihan responden terbanyak adalah sebagai berikut: Polman (60%) dan

Akamigas (88,9%) menyatakan, Ya (100%), materi disusun dalam diktat atau

modul, Poltek (45,8) responden menyatakan, sebagian besar (>50%), materi

disusun dalam bentuk diktat atau modul, dan Poli UI (45,5%) responden

merespon, sebagian kecil (<50%), materi disusun dalam bentuk diktat atau

modul. Hal ini memberi makna bahwa masih ada staf pengajar yang

merencanakan materi yang hendak disajikan tidak terinci sejak awal, tetapi tetap

mereka memprogramkannya dalam bentuk kisi-kisi atau garis-garis besar materi

yang hendak disampaikan pada proses perkuliahan. Hal ini menunjukkan pula

bahwa ada kemungkinan adanya perkembangan lain dalam rincian yang saat itu

disajikan, yang dianggap memungkinkan untuk melakukan penyesuaian-

penyesuaian materi berdasarkan situasi yang berkembang saat itu. Dipihak lain,

dengan hal ini akan menjadi sulit untuk melakukan evaluasi baik isi materi

terhadap ketercapaian sasaran dan tujuan perkuliahan, demikian juga evaluasi diri

Page 75: Bab IV yang

150

sebagai masukan perbaikan materi perkuliahan atau pengembangan kurikulum

secara holistik.

(25) Tujuan diselenggarakan pendidikan keteknikan ini adalah menyiapkan sumber

daya manusia tingkat menengah yang siap terjun ke masyarakat yang

membutuhkannya (dalam hal ini adalah masyarakat perindustrian, masyarakat

keteknikan dan sejenisnya). Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu

dilakukan rencana program pendidikan yang mendukung ketercapaian tujuan

tersebut. Hal yang penting menjadi pertimbangan utama adalah inventarisasi

kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut. Walaupun banyak cara

yang dapat ditempuh untuk mendapatkan hal tersebut, tetapi yang utama adalah

bagaimana rincian materi yang disajikan sudah menggambarkan kebutuhan

kompetensi tersebut. Hasil penjaringan kuesioner kepada staf pengajar di institusi

penelitian menunjukkan hal sebagai berikut Poltek (50%), Poiman (80%) dan

Akamigas (88,9%), respondennya merespon bahwa, Ya (100%), materi yang

disajikan adalah sesuai dengan kebutuhan kompetensi di masyarakat. Poli UI

(54,6%) respondenya menyatakan bahwa, sebagian besar (>50%), materi yang

disajikan sesuai dengan kebutuhan kompetensi di masyarakat. Hal ini berarti

bahwa masih ada staf pengajar yang tidak menyesuaikan diri dengan perencanaan

program yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang ada di masyarakat.

Dengan demikian maka perlu kiranya pengimplementasian pengajaran dilakukan

evaluasi dalam upaya program pengembangan kurikulum dan pengembangan

institusi secara menyeluruh agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran institusi

dapat tercapai secara optimal.

Page 76: Bab IV yang

151

(26) Materi yang tersusun dalam modul atau diktat merupakan sarana untuk

mengendalikan sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam proses perkuliahan

atau pendidikan tersebut. Apa yang merupakan sasaran kompetensi bagi

mahasiswa seharusnya dapat dikontrol melalui hasil evaluasi terhadap penguasaan

modul - yang dalam model PBK menggunakan metode belajar tunatas - yang

artinya adalah bahwa mahasiswa yang mempelajari melalui modul atau diktat

sudah mengetahui sejauh mana penguasaan terhadap kompetensi yang seharusnya

dikuasai dan dipahami. Oleh karena itu modul yang disusun secara rinci

mencakup rincian-rincian kompetensi yang menjadi sasaran dan tujuan proses

perkuliahan tersebut. Dipihak lain, bagaimana dengan kondisi faktual yang ada di

tempat penelitian? Menunjukkan bahwa ketidak konsistensian penggunaan modul

sebagai sumber materi yang digunakan mahasiswa tampak pada respon terhadap

materi yang disajikan merupakan rincian dari kompetensi yang seharusnya

dikuasai oleh mahasiswa. Polman (60%) dan Akamigas (66,7%), respondennya

terbanyak merespon bahwa, Ya (100%), materi yang disajikan merupakan rincian

kompetensi, dan Poltek (50%) dan Poli UI (54,5%) terbanyak merespon bahwa,

sebagian besar (>50%), materi yang disajikan merupakan rincian kompetensi

yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini berarti bahwa tujuan institusi yang

menyiapkan sumber daya manusia tingkat menengah yang siap untuk bekerja,

dari hasil penjaringan kuesioner ini masih memperlihatkan adanya kesenjangan

kompetensi yang diperlukan oleh masyarakat yang terkait, dan kesenjangan ini

merupakan suatu kendala yang menyebabkan institusi tersebut tidak sepenuhnya

berkemampuan untuk menyesuaikan dengan keadaan dan mungkin

perkembangan di masyarakat yang membutuhkan lulusannya. Konsepsi

Page 77: Bab IV yang

152

pengembangan program dan kurikulum pada institusi tersebut tentunya perlu

ditinjau kembali untuk mengupayakan dimana terdapat kesenjangan tersebut

sehingga mampu untuk diatasi dan mengkonstruksikan kembali program-

programnya.

(27) Staf pengajar yang telah menyiapkan program pengajaran atau perkuliahan

dengan seoptimal mungkin dengan berbagai kemungkinan kendala yang mampu

diatasi tentunya semuanya ini didukung oleh kemampuan individu staf pengajar

yang cukup memadai, sehingga implementasi program yang telah direncanakan

dapat berhasil Salah satu aspek yang mendukung itu semua adalah dimilikinya

pengalaman lapangan yang sesuai dengan bidang studinya secara memadai.

Perencanaan program yang matang tidak akan terlepas dari bekal itu, dimana

hasil dari pengalaman lapangan itu menjadi aspek pertimbangan dalam

penyusunan materi perkuliahan yang akan disajikan dalam rincian materi sesuai

dengan komptensi yang dibutuhkan masyarakat. Dengan pengalaman yang cukup

memadai ini pulalah dapat dikembangkan program-program yang berkaitan

dengan proses pembelajaran bagi mahasiswa. Dan kehadiran staf pengajar yang

memiliki latar belakang yang kaya akan pengalaman di lapangan, menjadi suatu

kebutuhan yang dirasakan perlu oleh mahasiswa. Transfer pengalaman yang

dilakukan oleh staf pengajar kepada mahasiswa inilah yang merupakan inspirasi

bagi mahasiswa, sehingga merasakan betul manfaat yang dapat digali dari staf

pengajarnya. Ditinjau dari fakta yang dialami oleh staf pengajaran

memperlihatkan bahwa sebagian besar responden merasakan bahwa pengalaman

lapangan yang mereka miliki sangat dibutuhkan oleh mahasiswa, dengan respon

yang dapat dijaring menunjukkan hal sebagai berikut: Poltek (66,7%), Polman

Page 78: Bab IV yang

153

(60%), Poli UI (72,7%), dan Akamigas (77,8%) respondennya menyatakan

bahwa, Ya (100%), pengalaman lapangan yang dimiliki staf pengajar sangat

bermanfaat bagi mahasiswa dalam proses pembelajarannya. Hal ini memberi

makna bahwa staf pengajar masih sangat dibutuhkan oleh mahasiswa dalam

upayanya untuk menggali ilmu, pengetahuan, keterampilan dan kepribadian yang

oleh mahasiswa dirasakan tidak akan mungkin diperoleh selama masa proses

pendidikannya tanpa kehadiran dan dampingan dari staf pengajar. Di samping itu,

mahasiswa yang merasa memerlukan kehadiran staf pengajar, selayaknya

direspon pula oleh staf pengajar dengan memberikan pelayanan yang lebih dari

apa yang hanya menjadi harapan mahasiswa. Di sinilah tampak pentingnya

evaluasi diri bagi staf pengajar untuk terus menerus secara konsisten

mengembangkan fungsi tugas-tugasnya dengan berbagai alternatif pola dan cara

yang memungkinkan untuk pengembangan yang lebih luas yaitu menghasilkan

sumber daya manusia yang tepat bagi kebutuhan masyarakat luas, sesuai dengan

tujuan institusi dimana staf pengajar tersebut berkarya.

4, Analisis Hasil Variabel Pengelolaan Institusi.

Pejabat struktural adalah pejabat yang mempunyai kewenangan sesuai dengan

posisinya yang diatur dalam struktur keorganisasian dan uraian tugas yang

menyertainya. Keorganisasian Politeknik untuk di Indonesia sudah memiliki aturan

yang digariskan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 30 Tahun 1990. Dalam PP

tentang Pendidikan Tinggi, antara lain mencakup hal yang mengatur secara garis besar

tugas dan kewenangan dari pejabat-pejabat pengelola pada tingkat institusi yang

diakui oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 79: Bab IV yang

SÉNAT

JURUSAN

J : KETUAJURUSAN

SEKRETARIS JURUSAN U

KETUA PROGRAM STUDI

KEPALA LAB. & STUDIO

KELOMPOK DOSEN

DIREKTUR

PEMBANTU DIREKTUR 1

PEMBANTU DIREKTUR II

PEMBANTU DIREKTUR III

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

L LEMBAGA PENELITIAN

BAGIAN ADMINISTRASI AKADEMIK

BAGIAN ADMINISTRASI KEUANGAN

_ BAGIAN ADMINISTRASI UMUM

BAGIAN ADMINISTRASI PERENCANAAN

BAGIAN SISTEM INFORMASI

UPT PERPUSTAKAAN

UFT LABORATORI U M/STUDIO

UPT BENGKEL

_ UFT PUSAT KOMPUTER

Gambar 4.8: Struktur Organisasi Politeknik Berdasar PP No. 30 Tahun 1990

' Sumber: Sistem Pendidikan di Indonesia, Buku Pegangan Dosen Penatar, Depdlkbud Ditjen Dikti, 1997.

-t*

Page 80: Bab IV yang

155

Tabel 4.17: Uraian Tugas Berdasarkan PPNo. 30 Tahun 1990

• Unsur Pimpinan (1) Direktur, adalah penanggungjawab utama penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran,

penelitian, pengabdian kepada masyarakat, membina tenaga kependidikan, tenaga administrasi dan administrasi politeknik, mahasiswa serta menjalin hubungan dengan lingkungannya.

Bilamana Direktur berhalangan tidak tetap, Pembantu Direktur bidang Akademik bertindak sebagai Pelaksana Harian Direktur, apabila berhalangan tetap penyelenggaraan politeknik mengangkat Pejabat Direktur sebelum diangkat Direktur yang baru.

(2) Pembantu Direktur, adalah unsur pimpinan yang bertanggungjawab kepada Direktur. Pembatu Direktur bidang Akademik membantu Direktur dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pembantu Direktur bidang Administrasi Umum membantu Direktur dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang keuangan dan administrasi umum. Pembantu Direktur bidang Kemahasiswaan membantu Direktur dalam memimpin pelaksanaan kegiatan pengembangan kemahasiswaan dan pelayanan kesejahteraan mahasiswa.

Direktur dan Pembantu Direktur politeknik diangkat dan diberhentikan oleh Mendikbud, Menteri lain atau pimpinan lembaga pemerintah lain setelah mendapat pertimbangan Senat politeknik yang bersangkutan.

Direktur dan Pembantu Direktur politeknik perguruan tinggi swasta (PTS) diangkat dan diberhentikan oleh badan penyelenggara pendidikan (yayasan) setelah mendapat pertimbangan Senat politeknik yang bersangkutan dengan persetujuan Mendikbud, Menteri lain. Pimpinan atau anggota badan penyelenggara pendidikan (yayasan) tidak dibenarkan menjadi Direktur atau Pembantu Direktur politeknik.

Masa jabatan Direktur dan Pembantu Direktur politeknik selama 4 (empat) tahun, dapat diangkat kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali masa jabatan berturut-turut.

Senar" Politeknik, adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi pada politeknik yang bersangkutan. Senat politeknik mempunyai tugas pokok, sebagai berikut: (a) Merumuskan kebijakan akademik dan pengembangan politeknik; (b) Merumuskan kebijakan penilaian pretasi akademik dan pengembangan kecakapan

serta kepribadian sivitas akademika; (c) Merumuskan norma dan tolok ukur penyelenggaraan politeknik; (d) Memberikan persetujuan atas Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja akademi

yang diajukan oleh pimpinan politeknik; (e) Menilai pertanggungjawaban pimpinan politeknik atas pelaksanaan kebijakan yang

ditetapkan;

Sesuai dengan keorganisasian yang merupakan gambaran dari isi PP No. 30

Tahun 1990, struktur keorganisasian pada Pendidikan Tinggi khususnya pada institusi

Politeknik yang dipimpin oleh seorang Direktur dan dibantu oleh Pembantu Direktur,

seperti yang di diperlihatkan pada Gambar 4.7.

Masing-masing posisi jabatan tersebut memiliki kewenangan dan tugas yang

dideskripsikan dalam uraian tugas seperti yang pada Tabel 4.17.

Page 81: Bab IV yang

156

(f) Merumuskan norma dan peraturan pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan pada politeknik yang bersangkutan;

(g) Memberikan pertimbangan kepada penyelenggara politeknik berkenaan dengan calon-calon yang diusulkan untuk diangkat menjadi Direktur politeknik yang bersangkutan, dan dosen yang dicalonkan memangku jabatan akademik di atas lektor; dan

(h) Menegakkan norma-norma yang bedaku bagi sivitas akademika.

Senat politeknik terdiri atas, pimpinan politeknik, ketua jurusan, dan wakil dosen. Senat politeknik diketuai oleh Direktur yang didampingi oleh seorang Sekretaris Senat yang dipilih diarit a ra anggota senat.

Dalam pelaksanaan tugas Senat politeknik dapat membentuk komisi-komisi yang anggotanya terdiri dari anggota Senat dan kalau dianggap perlu ditambah anggota lain. Tata cara pengambilan keputusan dalam rapat Senat politeknik diatur dalam statuta politeknik yang bersangkutan.

(3) Ketua Jurusan, adalah unsur pelaksana akademik yang bertanggungjawab kepada Direktur, dalam melaksanakan program pendidikan profesional dalam sebagian atau satu cabang ilmu pengetahuan.

(4) Sekretaris Jurusan, adalah unsur pelaksana akademik yang bertanggungjawab kepada Ketua Jurusan dalam penyelenggaraan pendidikan.

(5) Kepala Laboratorium/Studio, adalah unsur pelaksana akademik yang bertanggungjawab kepada Ketua Jurusan, apabila dalam jurusan mempunyai laboratorium/studio.

Ketua, Sekretaris Jurusan dan Kepala Laboratorium/Studio diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan politeknik setelah mendapat pertimbangan Senat politeknik.

Masa jabatan Ketua, Sekretaris Jurusan dan Ketua Laboratorium/Studio selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali.

(6) Ketua Program Studi, adalah unsur pelaksana akademik yang bertanggungjawab kepada Ketua Jurusan dalam penyelenggaraan program studi.

Ketua Program Studi diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan politeknik atas usul pimpinan satuan pelaksana akademik yang membawahinya.

Masa jabatan Ketua Program Studi selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali.

• Unsur Pelaksana Administrasi

(7) Kepala Bagian, adalah unsur pelaksana administrasi yang diangkat dan bertanggung jawab kepada pimpinan politeknik dalam menyelenggarakan pelayanan teknis dan administrasi yang meliputi : administrasi akademik dan kemahasiswaan serta administrasi umum.

• Unsur Penunjang

(8) Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT), adalah unsur penunjang yang diangkat dan bertanggungjawab kepada pimpinan politeknik, dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Unit Pelaksana Teknis yang dimiliki oleh politeknik meliputi : perpustakaan, laboratorium/studio, bengkel dan unsur penunjang lainnya.

Sumber: Sistem Pendidikan di Indonesia, Buku Pegangan Dosen Penatar, Depdikbud Ditjen Dikti, 1997.

Prinsip manajemen klasik yang menjadi dasar prinsip-prinsip keorganisasian

yang masih banyak dipakai sampai saat ini, adalah Perencanaan, Pengorganisasian,

Page 82: Bab IV yang

157

Menggerakkan, dan Pengawasan (Wtnardi, 1979, h.34-38). Dengan prinsip tersebut

maka suatu organisasi dalam melakukan pengelolaannya mempunyai dasar yang utuh

mulai dari merencanakan hingga mampu melakukan revisi dalam kapasitas

pengembangan organisasi tersebut. Tidak berbeda dengan prinsip manajemen yang

seharusnya digunakan dalam institusi pendidikan. Kewenangan dan otonomi untuk

mengelola organisasi diperlukan untuk dap3t menampilkan unjuk kerja yang optimal

dari jajaran manajemennya.

Upaya mencapai kearah unjuk kerja manajemen yang optimal diperlukan

adanya kewenangan dan otonomi yang besar pada tingkat menajeman untuk

mengelolanya. Prinsip otonomi keorganisasian yang tepat adalah desentralisasi.

Desentralisasi tidak berarti bahwa keseluruhan prinsip manajemen sepenuhnya

diserahkan pada tingkat manajemen tanpa ada kontrol, tetapi kewenangan untuk

mengembangkan performasi keorganisasian berada pada tingkat manajemen tersebut

dan kewenangan kontrol dilembagakan dengan tugas utama pengawasan dan evaluasi

terhadap manajemen sebagai yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan. Dengan

demikian maka manajemen tetap memiliki kewenangan untuk berkreasi dengan

pengawasan agar selalu dalam konteks yang telah digariskan bersama.

Konsep PBK mengarah pada pengorganisasian yang membutuhkan

kewenangan untuk berkreasi dalam mengembangkan program dan kurikulumnya.

Kewenangan manajemen untuk mengambil kebijakan yang diperlukan perlu didukung

oleh struktur keorganisasian yang memungkinkan pengambilan kebijakan tersebut.

Prinsip otonomi desentralisasi memang merupakan dasar dari konsepsi yang tepat

untuk manajemen PBK. Dipihak lain, hal ini tidak tampak adanya kesesuaian dengan

keorganisasian yang telah dikembangkan pada PP No. 30 Tahun 1990. Direktur

Page 83: Bab IV yang

158

sebagai pimpinan politeknik hanya mempunyai kewenangan menyelenggarakan

program-program yang sudah ditentukan. Walaupun ada peluang otonomi untuk

merencanakan program pengembangan, tetapi melalui jalur yang tidak mudah, yaitu

melalui Senat. Pada kenyataannya Sehat Politeknik masih diragukan eksistensi dan

kewenangan yang telah digariskan dalam PP tersebut. Banyak langkah-langkah yang

masih rancu antara kewenangan yang dimiliki pada Senat dengan kebijakan yang

berasal dari pusat, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Hal inilah yang menyebabkan bagaimana

kondisi pada institusi tersebut yang menjadi semakin lemah untuk berkreasi dan

mengembangkan kemampuan yang sebenarnya institusi politeknik memiliki

kemampuan untuk mengembangkan diri lebih dari kondisi saat ini, tetapi sangat

dikendalai oleh adanya kewenangan yang melingkupinya melalui kebijakan-kebijakan

yang dikeluarkan oleh pusat dan pasal-pasal dari PP ini.

Pada uraian tugas-tugas yang termaktub pada PP No. 30 Tahun 1990, juga

memiliki kewenangan desentralisasi yang luas. Hanya saja tingkat kewenangan tidak

menjadi jelas dengan posisi untuk politeknik negeri. Karena Direktur yang seharusnya

diawasi oleh Senat, duduk sebagai Ketua Senat. Berbeda dengan Politeknik yang

dikelola oleh swasta yang menentukan bahwa Direktur tidak dapat merangkap pada

lembaga yang mengawasi (Yayasan). Kerancuan ini menyebabkan hilangnya lembaga

pengawasan dan evaluasi yang seharusnya dimiliki oleh keorganisasian tersebut. Hal

ini tampak sekali dari struktur organisasi dari Politeknik Negeri (ITB) Bandung dan

Politeknik Negeri (UT) Jakarta. Meskipun Rektor ITB dan Rektor UI memiliki

kewenangan mengawasi dan melakukan evaluasi, tetapi hal ini menyebabkan jalur

Page 84: Bab IV yang

159

kebijakan yang lebih panjang, dan pengawasan serta evaluasi yang semakin sempit

hanya pada batas Direksi.

Diperlukan suatu keberanian pada pimpinan institusi melalui jalur yang ada

untuk memiliki otonomi dan kewenangan yang lebih besar, seperti halnya yang

dikembangkan dalam struktur organisasi Politeknik Negeri Manufatur (ITB)

Bandung. Dimana pada struktur keorganisasiannya, Direktur memiliki kewenangan

untuk mengelola - tidak hanya menyelenggarakan - dan mempertanggung jawabkan-

nya kepada Rektor ITB, tetapi dengan adanya Lembaga Konsultasi, maka Lembaga

Konsultasi ini juga merupakan lembaga yang melakukan pengawasan dan evaluasi

dengan memberi masukan-masukan yang dapat digunakan oleh Direktur untuk

mengembangkan institusinya. Tampak sekali dari struktur organisasi yang

dikembangkan di Polman, tidak sama dengan yang diatur dalam PP No. 30 Tahun

1990. Dipihak lain, justru tampak sekali keunggulan performansi yang dapat ditun­

jukkan sebagai suatu institusi yang memiliki kekhasan dan spesialisasi yang menjadi

kebanggaan karena kemampuan diri yang mampu ditonjolkan dan mempertahankan

diri untuk terus menjadi lebih unggul dalam kekhasannya dan spesialisasinya.

Berbeda dengan keorganisasian yang dikembangkan pada Akamigas.

Keterikatan dengan Departemen induknya, yaitu Departemen Pertambangan dan

Energi, menyebabkan struktur organisasi yang dikembangkan berbeda dengan struktur

organisasi yang dikembangkan berdasarkan PP No. 30 Tahun 1990. Manajemen

Akamigas tidak memiliki kewenangan lain selain menjadi koordinator

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Hal ini ditunjukkan dalam posisi pimpinan

Akamigas pada tingkat Bidang dari Keorganisasian Pusat Pengembangan Tenaga

Perminyakan dan Gas Bumi (PPT Migas). Posisi Kepala Bidang yang dibantu oleh

Page 85: Bab IV yang

160

Kepala Seksi yang masing-masing membidangi bidang yang tidak berbeda dengan

Pembantu Direktur pada Politeknik di bawah Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, sangat terbatas kewenangannya, tetapi sebagai koordinator pendidikan

dan pelatihan mempunyai kewenangan untuk menyiapkan dan mengusulkan kebijakan-

kebijakan dan strategi-strategi pendidikan yang diajukan kepada Kepala Pusat - dalam

hal ini Kepala PPT Migas. Pada posisi Kepala Pusat inilah sebenarnya dimilikinya

kewenangan otonomi dalam berkreasi dan unjuk kerja yang dapat ditonjolkan melalui

masukan-masukan yang diajukan oleh Kepala-kepala Bidang. Jalur ini pendek dan

mampu mengambil kebijakan dengan cepat. Kepala Bidang Akamigas yang dibantu

oleh Kepala-kepala Bidang yang lain, dengan pengawasan yang dilakukan oleh Kepala

Pusat dan di evaluasi oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi yang membawahi

langsung Kepala PPT Migas. Apa yang menjadi konsep manajemen, yaitu

Perencanaan, Pengorganisasian, Menggerakkan dan Pengawasan; tampak jelas pada

jalur struktur organisasi di Akamigas PPT Migas.

D. Interpretasi Hasil Penelitian

Hasil analisis yang telah dirinci pada bagian yang terdahulu, telah memberikan

gambaran parsial untuk masing-masing variabelnya, dan belum mengarah secara

komprehensif kepada konsepsi pengembangan model PBK. Bagian ini mengemukakan

interpretasi secara komprehensif terhadap konsepsi model PBK, dan dibagi menjadi

empat subbagian, yaitu (1) Interpretasi Variabel-variabel Kurikulum Pendidikan; (2)

Interpretasi Variabel-variabel Program Pendidikan; (3) Interpretasi Variabel-variabel

Manajemen Pendidikan; dan (4) Interpretasi Hubungan Antar Kurikulum, Program,

dan Manajemen Pendidikan. Interpretasi ini merupakan penjabaran dari hasil penelitian

seperti yang di pertunjukkan pada Tabel 4.18.

Page 86: Bab IV yang

Tabel 4.18: Matriks Hasil Penelitian

Komponen PBK

Karakteristik PBK

Variabel Sub Variabel

Analisis Deskriptif

I M U

Kurikulum A. Belajar modul secara mandiri 1. Modul 22,8 29,0 16,8 33,8

2. Aktivitas 19,1 22,5 13,8 16.2

3. Proses 19,7 24.8 12,1 26,5

B. Strategi personalisasi 1. Bentuk personalisasi 25,4 20,9 20,9 9.5

2. Program 8,7 11,5 8,4 6,4

Program A. Pusat sumber belajar 1. Sumber Pengajaran 18,1 6,3 21,3 20,9

2. Organisasi 30,2 14,6 15,7 34,1

B. Pengalaman Lapangan

(fasilitas)

1. Orientasi 29,0 29,4 20.7 52,9

2. Manfaat 29,8 28,6 23,5 13,1

C. Fasilitas komunikasi 1. Fungsi 15,5 10,2 14.1 B,6

2. Program 12,7 8.3 6,3 6,3

3. Bentuk 1,2 6,3 14,1 3,6

Manajemen A. Pengelolaan Institusi 1. Pengelolaan Organisasi 33,3 100 83,3 50

2. Pengelolaan Program 37,5 100 37,5 75

3. Kewajiban Keuangan 100 100 100 100

4. Kewajiban Administrasi 50 100 50 50

B. Tim pengajar 1. Faktor Pribadi 55,6 54,4 50,5 65,4

2. Faktor Kemampuan 47,5 68,0 43,7 73,3

Keterangan: I - Politeknik Negeri (ITB) Bandung M - Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung U - Politeknik Negeri (UI) Jakarta A - Akamigas PPT Migas Cepu

Perolehan data dalam % Z frekuensi skor tertinggi (4) Analisis Statistika adalah Koefisien Korelasi Kanonik (FP) untuk Yp

Page 87: Bab IV yang

162

1. Interpretasi Variabel-variabel Kurikulum Pendidikan

Interpretasi Variabel-variabel kurikulum model PBK dapat dikaji mendasarkan

pada dua variabel yaitu (a) Belajar modul secara mandiri yang dipilah menjadi tiga

sub variabel, ialah pertama, Modul: kedua, Aktivitas, ketiga, Proses. Selanjutnya, (b)

Strategi personalisasi, yang dipilah menjadi dua sub variabel, ialah pertama, Bentuk

Personalisasi; dan kedua, Program. Interpretasi variabel-variabel manajemen model

PBK seperti berikut ini.

(a) Belajar Modul secara Mandiri

Pertama, Modul

Modularisasi pengajaran telah dikemukakan oleh pendidik-pendidik tertentu

sebagai alternatif yang layak untuk tujuan pengaturan pengajaran. Pendekatan ini

berdasarkan premis bahwa mahasiswa lebih mampu belajar apabila mereka

melakukannya pada kecepatanya sendiri dan mempelajari bidang-bidang yang

langsung berfokus pada penguasaan tujuan tertentu. Premis ini juga didukung oleh

konsep teori belajar yang dikemukakan oleh Merril (1978, p.4)) bahwa

proses belajar itu berlangsung dalam diri seseorang. Bahwa ada faktor yang

mempengaruhi dalam proses belajar antara jumlah waktu yang digunakan untuk

mempelajari bahan pelajaran dengan jumlah bahan pelajaran yang benar-benar

berhasil dipelajari (Gagne, 1978.p.62) menunjukkan bahwa kemampuan individual

dalam proses belajar tidaklah sama dilihat dari segi waktu untuk memproses materi

yang dipelajari menjadi suatu kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa.

Ada beberapa manfaat yang jelas yang dapat ditawarkan oleh pendekatan

modul. Meskipun manfaat-manfaat ini terdapat dalam derajat yang berbeda-beda

dalam lingkup pendidikan yang berbeda, masing-masing dapat dipandang sebagai

Page 88: Bab IV yang

163

keunggulan dasar saat pendekatan modul diimplementasikan. Manfaat-manfaat

tersebut adalah 1) Fokus kepada siswa secara perorangan. Ketika modul dipadukan ke

dalam proses pengajaran, pengajar akan mulai memperhatikan suatu perubahan di

dalam peranrtya. Sebagai pengganti ceramah kepada kelompok-kelompok, pengajar

menjadi lebih terlibat di dalam memperlancar, mengelola, dan mengevaluasi

pengalaman belajar modul dan berperan sebagai nara sumber bagi mahasiswa. Waktu

yang mungkin biasanya dihabiskan berbicara kepada kelompok mahasiswa, sekarang

dipakai untuk membantu mahasiswa secara perorangan yang memerlukan bimbingan.

Seseorang mahasiswa mungkin bekerja dari modul ke modul dengan kecepatan yang

agak tinggi dan dengan sedikit bantuan, sementara yang lain mungkin perlu bantuan

berkali-kali dan bekerja secara pelan-pelan. Kenyataannya adalah bahwa, karena

mahasiswa mampu bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas kegiatanya,

pengajar dapat lebih sering ketemu dengan masing-masing mahasiswa, menentukan

bagaimana kemajuannya dan memutuskan bantuan apa yang diperlukan. 2) Kontrol

kualitas. Meski kebutuhan akan kontrol kualitas ekstensial dalam pendidikan diakui

baik, pemaduan konsep ini dalam kurikulum agak sulit. Sering pengajar merasa bahwa

mahasiswa dapat menunjukkan kompetensi dalam bidang tertentu tetapi masih ada

kekurangan dalam hal sistem yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa hal ini benar.

Karena dalam proses pengajaran konvensional mungkin tidak memungkinkan masing-

masing mahasiswa memperlihatkan tingkat kemampuanya, beberapa orang mahasiswa

mungkin tidak pernah di tuntut untuk mempertunjukkan keterampilan mereka. Di

dalam keadaan yang ekstrem, situasi ini dapat menyebabkan perkembangan lulusan

yang berkisar dari yang paling efektif kepada yang benar-benar tidak mampu. Tentu

saja modul tidak dapat memecahkan semua masalah yang berkaitan dengan pengajaran

Page 89: Bab IV yang

164

pendidikan profesional tetapi mungkin dapat meningkatkan proses kontrol kualitas,

terutama ketika mahasiswa bergerak ke arah penyelesaian bahan kurikulum. Meskipun

beberapa orang mahasiswa mungkin bergerak lebih cepat daripada yang lain

dan mampu menyelesaikan sejumlah pengalaman belajar, pasd selalu ada tingkat

kompetensi minimal yang berkaitan dengan penyelesaian bahan pelajaran secara

berhasil. Dengan menggunakan standar-standar yang ditetapkan di dalam setiap

modul, pengajar diberi kesempatan untuk merinci standar-standar ini dan memberikan­

nya kepada mahasiswa. Jadi masing-masing mahasiswa tahu secara pasti standar apa

yang diharapkan dan dapat bekerja menuju pencapaiannya. 3) Relevansi di dalam

kurikulum. Manfaat terakhir pemakaian modul adalah relevansi yang meningkat.

Tetapi bagaimana relevansi ditingkatkan dalam sebuah kurikulum, terutama dari

pandangan mahasiswa? Karena masing-masing modul dirancang untuk membantu

mahasiswa untuk menguasai tujuan-tujuan yang telah ditentukan, pengaruh-pengaruh

pendekatan ini kepada mahasiswa agak mudah dinilai. Mahasiswa harus dengan

mudah melihat bahwa tujuan-tujuan benar-benar dideskripsikan dan panduan yang

rinci mengenai pencapaian tujuan-tujuan itu diberikan. Jadi masing-masing mahasiswa

harus mampu memperhatikan hubungan antara pengajaran dengan hasil.

Dari uraian tersebut, dalam konteks PBK menggambarkan bahwa modul

merupakan sistem penyampaian pengajaran yang berisi satuan pelajaran dengan

tujuan-tujuan yang dideskripsikan, dan berisi aktivitas-aktivitas belajar yang dilengkapi

dengan pretes dan evaluasi untuk mengukur keberhasilan belajar.

Perolehan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat institusi tampak

konsepsi modul yang dikembangkan sangat kecil sekali. Seperti yang diperlihatkan

dari perolehan sebagai berikut: Poltek = 22,8%, Polman = 29,0 %, Poli UI - 16,8%,

Page 90: Bab IV yang

165

dan Akamigas = 33,8%. Hal ini berarti bahwa institusi pendidikan tersebut hanya

sebagian kecil mengimplementasikan konsep modul dalam aktivitas proses belajar

mahasiswa dalam bentuk uraian kompetensi yang menjadi kewajiban mahasiswa untuk

menguasainya. Hal ini merupakan indikasi bahwa perlu pembenahan kurikulum secara

menyeluruh untuk mengaplikasikan model pendidikan yang dikembangkan berdasar

PBK, khususnya dalam penyusunan materi ke dalam bentuk modul yang telah

disesuaikan dengan berbagai aspek dan kebutuhan kompetensi yang harus dikuasai

oleh lulusannya dalam konteks sesuai bidang keprofesionalannya.

Kedua, Aktivitas

Meskipun pendekatan modul mungkin dapat berfungsi sebagai wahana untuk

mengimplementasikan PBK, harus diakui bahwa hanya karena pengajaran dimodulkan

tidak berarti pengajaran tersebut berdasar kompetensi. Misalnya, satu perangkat

modul mungkin dikembangkan berfokus pada peningkatan pencapaian tujuan-tujuan

sampingan mahasiswa. Sementara modul ini mungkin bernilai tinggi, modul-modul

tersebut tidak secara otomatis dan langsung berfokus pada pengembangan

kompetensi-kompetensi pendidikan profesional (yaitu, tugas-tugas, keterampilan-

keterampilan, sikap-sikap, nilai-nilai dan apresiasi-apresiasi) yang diidentifikasi sebagai

hal yang sangat menentukan bagi pekerjaan yang berhasil. Kiranya sangatlah penting

untuk membuat pembedaan ini, karena waktu dan tenaga yang dikerahkan untuk

pengembangan modul mungkin akan sia-sia apabila pengembangannya tidak memberi

perimbangan awal kepada kompetensi-kompetensi yang merupakan fokus modul itu.

Modul dapat dikembangkan untuk membantu mahasiswa dalam mencapai

sejumlah besar tujuan. Namun, harus diketahui bahwa tidak semua modul berdasar

Page 91: Bab IV yang

166

kompetensi. Hanya modul yang berfokus langsung kepada pengembangan

kompetensi aktual dapat dikelompokkan sebagai modul berdasar kompetensi.

Pada dasarnya mengembangkan suatu modul yang berkualitas sama dengan

mempersiapkan suatu pengajaran yang baik. Isinya harus berkaitan dengan tujuan-

tujuan dalam cara yang bermakna dan ditata dalam cara sedemikian rupa sehingga

kegiatan belajar bisa dimaksimalkan. Namun karena modul digunakan untuk belajar

secara mandiri, maka pengembangan modul harus melihat bahwa kesalahan-kesalahan

yang dibuat bisa berbahaya untuk mahasiswa.

Uraian bagaimana aktivitas modul dan penyusunan menjadi sebuah modul

yang berdasar kompetensi seperti yang dideskripsikan di atas, maka hasil penelitian

menunjukkan aktivitas yang hampir tidak relevan dengan yang digambarkan tersebut.

Perolehan masing-masing institusi adalah sebagai berikut: Poltek = 19,2%, Polman =

22,5%, Poli UI 13,8% dan Akamigas = 16,2%. Hal ini memberi makna bahwa modul

tidak sepenuhnya diimplementasikan, digambarkan pada perolehan poin (1) tentang

modul, mengakibatkan aktivitas terhadap permodulan juga tidak tampak. Sehingga hal

ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diimplementasikan tidak

menggambarkan adanya pemanfaatan modul dalam aktivitas mahasiswanya. Implikasi

dari perolehan ini adalah bahwa pengembangan modul yang sesuai dengan konsepsi

modularisasi model PBK menjadi prioritas dalam pengembangan kurikulum

pengembangan model PBK.

Ketiga, Proses

Modul mempunyai keterbatasan-keterbatasan potensial, karena di dalam

banyak hal, masalah-masalah dapat dikurangi atau bahkan ditiadakan apabila upaya

yang serempak dilakukan kearah ini. Keterbatasan utama penggunaan modul meliputi:

Page 92: Bab IV yang

167

1) Pengembangan Modul. Suatu keharusan bahwa semua modul yang digunakan

dalam kurikulum berkualitas tinggi dari segi pengajaran dan isi pelajarannya. Masalah-

masalah di dalam bidang ini tentu saja akan menyebabkan siswa bereaksi secara

negatif. Keterbatasan yang ada dalam hubungan ini adalah kemampuan seseorang

menulis. Apabila pengajar dapat berkomunikasi dengan baik secara tertulis, kreatif

dan tepat, pembuatan modul yang berkualitas tidak akan merupakan suatu masalah.

Namun apabila ia tidak bisa mengembangkan dan menyusun materi pembelajaran

sehingga materi pembelajaran itu mengalir dengan lancar, logis dan merangsang

mahasiswa untuk menguasai tujuan-tujuan, maka produk akhirnya tidak akan

diterima oleh mahasiswa. Keterbatasan lain ialah waktu. Sering sekali, pengajar

pendidikan profesional memiliki sejumlah besar tanggung jawab di samping menulis

paket pengajaran. Sehingga menulis sebuah modul menjadi prioritas yang lebih

rendah. Ketiadaan waktu ini dapat dengan pasti mempengaruhi kualitas modul, karena

banyak waktu yang harus digunakan untuk pembuatan modul supaya produk

akhirnya dapat diterima dan dipakai. 2) Proses penjadwalan dan penilaian.

Beberapa proses yang berkaitan dengan pangajaran tradisional dapat membatasi

penggunaan modul. Meski seorang pengajar ingin mengembangkan sebuah program

individual dan berdasar kompetensi, persyaratan penjadwalan mungkin menentukan

lain. Penyelesaian program menyebabkan kesulitan bagi seorang pengajar untuk

melaksanakan pengajaran yang benar-benar memenuhi kebutuhan individu. Penilaian

dapat pula menjadi masalah yang berarti. Karena masing-masing modul dirancang

untuk membantu mahasiswa memperoleh penguasaan tujuan-tujuannya. Pengajar yang

memutuskan untuk menggunakan modul harus yakin bahwa penguasaan modul

sesuai dengan skema penilaian. Barangkali tingkat penguasaan yang berbeda dapat

Page 93: Bab IV yang

168

dinyatakan, yang pada gilirannya berkaitan dengan nilai-nilai yang berbeda-beda; atau

mungkin pengajar dapat mencatat pencapaian menurut jumlah modul yang

diselesaikan oleh mahasiswa. Bagaimanapun juga, selama nilai digunakan di institusi

pendidikan, harus dibuat suatu aturan mengenai kesesuaian dengan pelajaran modul.

3) Dukungan Pengajaran. Individualisasi pengajaran sering di tingkatkan oleh film,

penyajian slide, dan tipe-tipe media lain; dan peningkatan inilah yang menjadi masalah

bagi pengajar. Media sering agak mahal dan mungkin mengharuskan penggunaan

peralatan yang mahal yang tidak mampu untuk disediakan oleh pengajar atau sekolah,

meskipun barang itu sendiri dapat memberi kontribusi yang berarti terhadap proses

belajar. Oleh sebab itu dukungan pengajaran dapat menjadi masalah utama ketika kita

memutuskan untuk melaksanakan pengajaran individualisasi berdasarkan kompetensi.

Ini berkaitan dengan dukungan keuangan dan logistik. Apakah sebuah sumber belajar

diperlukan untuk membantu siswa di dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka

sumber belajar itu harus diperoleh dan tersedia bagi mereka. Kalau tidak, beberapa

mahasiswa mungkin tidak mampu mencapai tujuan dan akan menderita karena

kurangnya prestasi mereka ini.

Konsepsi proses belajar dengan kecepatannya sendiri menggunakan modul,

dengan meninjau berbagai aspek seperti yang dideskripsikan di atas, tidak jauh

berbeda dengan perolehan hasil penelitian di institusi obyek penelitian. Hasil penelitian

sebagai berikut: Poltek = 19,7%, Polman = 24,6%, Poli UI = 12,1%, dan Akamigas =

26,5%, ternyata diperoleh angka yang konsisten dengan subvariabel-subvariabel

sebelumnya. Hal ini berarti bahwa proses belajar menggunakan modul yang

didasarkan pada konsep kemampuan mahasiswa sendiri untuk memahami materi

modul, diimplementasikan dalam kapasistas yang sangat rendah. Implikasinya adalah

Page 94: Bab IV yang

169

bahwa konsepsi individualisasi tidak tampak menonjol, dan pembelajaran klasikal yang

lebih menekankan pada penyamaan kecepatan belajar menjadi lebih menonjol,

walaupun indikasi kearah itu tidak tampak dari hasil perolehan data.

Dari gambaran ketiga subvariabel di atas, dengan meninjau hasil analisis

korelasi kanonik, ternyata bahwa konsepsi Belajar modul secara mandiri memberi

harapan yang cukup menonjol bagi mahasiswa Poltek dan Akamigas dalam perolehan

kemampuan Pengetahuannya. 63,5% kemampuan Pengetahuan mahasiswa Poltek

digambarkan sebagai kontribusi yang diperoleh dari kemampuan mereka mempelajari

materi pembelajaran berdasarkan kemampuan sendiri. Demikian halnya dengan

Akamigas, 68,8% perolehan Pengetahuan merupakan kontribusi yang diberikan dari

konsepsi Belajar modul secara mandiri Kedua perolehan tersebut merupakan

gambaran harapan tertinggi di samping dari kontribusi variabel-variabel yang lain.

Hasil temuan ini memberi makna bahwa konsepsi Belajar modul secara mandiri

dalam proses pembelajaran ini, sebagai suatu konsep yang dapat dikembangkan untuk

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam Pengetahuan yang harus mereka miliki.

Gambaran ini juga merupakan suatu harapan bahwa modul yang terintegrasi dengan

rincian deskripsi kompetensi yang faktual masih menjadi faktor dominan yang

diperlukan oleh mahasiswa.

Di samping ku ternyata bahwa Belajar modul secara mandiri juga memberi

harapan yang cukup besar (53,1%) bagi mahasiswa untuk penguasaan Keterampilan,

ini seperti yang ditunjukkan mahasiswa Polman dengan kontribusi yang cukup besar.

Harapan ini artinya bahwa penguasaan Keterampilan juga merupakan faktor yang

dipengaruhi oleh kemampuan individu dalam memacu dirinya sendiri untuk

mendapatkan kemampuan tersebut.

Page 95: Bab IV yang

170

Hasil temuan ini memberi indikasi bahwa untuk meningkatkan kemampuan

Pengetahuan dan Keterampilan, kontribusi Belajar modul secara mandiri tidak dapat

diabaikan. Hal ini berarti bahwa konsepsi pengembangan kurikulum berdasarkan

model PBK masih sangat relevan di masa kini

(b) Strategi personalisasi

Pertama, Bentuk Personalisasi

Unsur-unsur yang paling sering ditemukan didalam program PBK meliputi;

pertama, individualisasi; kedua, teknologi pengajaran; dan ketiga, sistematika.

Unsur pertama dalam program PBK adalah Individualisasi. Konsepsi

pengajaran individual sekarang ini mempunyai fokus yang lebih komprehensif

(ImpelUtteri dan Finch, 1971; Finch, 1974). Pengajaran individual seperti yang

disiapkan di dalam kurikulum pendidikan kontemporer terdiri dari 5 komponen

dasar, yaitu (a) mahasiswa, (b) lingkungan pengajaran, (c) isi pengajaran, (d) media

pengajaran, dan (e) strategi pengajaran. Dari kelima komponen tersebut mahasiswa

berperan sentral, dan komponen lainnya dirancang untuk memaksimumkan hasil

belajar mahasiswa.

Komponen-komponen tersebut dalam pengajaran individual tidak dapat

ditangani satu persatu, tetapi harus diteliti, diorganisasi, dan digunakan secara

serempak. Pengajar harus menjamin agar semua faktor yang mungkin berkontribusi

pada kegiatan belajar mahasiswa dipertimbangkan. Isi pengajaran, media, lingkungan,

dan strategi yang di seleksi dan digunakan dalam pengajaran individual, mahasiswa

harus selalu difungsikan sebagai titik fokus utama.

Oleh karena PBK secara inheren dirancang untuk memenuhi kebutuhan

mahasiswa, maka tidaklah mengherankan bahwa kebanyakan kurikulum berdasar

Page 96: Bab IV yang

171

kompetensi adalah juga merupakan model pengajaran individual. Ini dapat dibuktikan

dengan komitmen dasar pengajar untuk membantu masing-masing mahasiswa

di dalam mencapai penguasaan kompetensi-kompetensi yang sudah dirinci. Namun

harus diingat bahwa pendidikan individual dan pendidikan berdasar kompetensi

tidaklah mempunyai makna yang sama. Seseorang dapat mengembangkan sebuah

program individual yang hebat dan berfokus pada pengembangan apresiasi yang

mungkin tidak selalu membantu seorang mahasiswa dalam membentuk kompetensi

yang diperlukan untuk dapat dipekerjakan di dalam sebuah pekerjaan tertentu. Oleh

sebab itu individualisasi di lihat sebagai cara untuk meningkatkan pengajaran berdasar

kompetensi sehingga terdapat jaminan untuk memenuhi kebutuhan individual

mahasiswa dan memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kecakapan pribadi

mahasiswa.

Dengan membuat sebuah komitmen kepada pengajaran individual, pengajar

dapat mengatakan bahwa ia akan memberikan aturan apapun yang diperlukan untuk

menjamin agar masing-masing mahasiswa memungkinkan secara konstan terlibat di

dalam memperlajari hal-hal yang memiliki nilai paling tinggi bagi dirinya sendiri. Inilah

yang membuat individualisasi menjadi suatu kontributor yang paling bermakna kepada

tujuan-tujuan PBK.

Unsur kedua dalam program PBK adalah teknologi pengajaran. PBK dapat

dilaksanakan dengan menggunakan materi dan media pengajaran yang sama dengan

yang digunakan seseorang pengajar untuk membantu mahasiswa di dalam memenuhi

tujuan-tujuan khusus. Bisa berupa perangkat keras (seperti kaset, komputer, film),

perangkat lunak (misalnya pengajaran berprogram, booklet, modul) atau kombinasi

dari media-media ini. Harus diingat bahwa pemakaian teknologi pengajaran tidak

Page 97: Bab IV yang

172

otomatis menyebabkan terlaksananya individualisasi atau PBK. Teknologi harus

digunakan untuk benar-benar membantu mahasiswa di dalam mengembangkan

kompetensi. Karena apabila teknologi digunakan tanpa melihat perbedaan-perbedaan

diantaranya, hasilnya akan jauh lebih buruk daripada tidak menggunakannya sama

sekali.

Unsur ketiga dalam program PBK adalah sistematika. Banyak perancang

kurikulum berdasar kompetensi memberi cara tertentu untuk mensistematikakan

penyampaian dan pengelolaan pengajaran. Orang-orang yang terlibat di dalam PBK

menemukan bahwa program dapat dilaksanakan secara lebih efisien dan efektif apabila

suatu jenis pengajaran tertentu digunakan sebagai suatu bagian integral kurikulum.

Bentuk personalisasi yang dideskripsikan di atas, merupakan penjabaran

konsepsi pengembangan model PBK, khususnya pengembangan kurikulum yang

mendasarkan pada kompetensi. Dari perolehan hasil penjaringan data di empat

institusi, gambaran terhadap personalisasi menunjukkan bahwa; Poltek = 25,4%,

Polman = 20,9%, Poli UI = 20,9 %, dan Akamigas = 9,5%, mengimplementasikannya

dalam proses pembelajarannya sebagai bagian dari kurikulumnya. Kecilnya angka

perolehan ini memberi makna bahwa konsepsi individualisasi tidak berkembang dan

bahkan tidak dikembangkan sebagai konsepsi di institusi tersebut untuk

mengoptimalkan kompetensi mahasiswanya. Kecilnya implementasi konsep ini tidak

berarti tidak tersirat dikeseluruhan proses, tetapi konsepsi ini tidak dilaksanakan

secara menyeluruh dalam prosesnya.

Kedua, Program.

Apabila hendak menetapkan suatu kurikulum yang berkualitas, seyogyanya

memeriksa lebih dahulu pendekatan-pendekatan pendidikan baik yang konvensional

Page 98: Bab IV yang

173

maupun yang sedang bermunculan. Salah satu dari pendekatan itu adalah pendidikan

individualisasi berdasarkan kompetensi dengan menggunakan modul. Modul telah

digunakan secara efektif sekali sebagai sebuah alternatif dari pendidikan konvensional.

Ini terutama berlaku ketika digunakan dalam kaitannya dengan pendidikan

berdasarkan kompetensi.

Di dalam pengertian yang luas, semua cara mengajar bertujuan atau harus

bertujuan kepada kompetensi mahasiswa dan lulusanya. PBK tidak berbeda dengan

cara-cara pendidikan lain dari segi tujuannya. Akan tetapi PBK memiliki keunikan

yang mendasarinya dan pendekatan-pendekatan yang mencirikannya.

Inti PBK adalah kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan

melakukan sesuatu yang dibedakan dengan kemampuan tradisional untuk

memperlihatkan penguasaan pengetahuan. Khasnya, kompetensi untuk pendidikan

profesional adalah tugas-tugas, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, nilai-nilai,

dan apresiasi-apresiasi yang dipandang sangat menentukan bagi pekerjaan yang

berhasil. Hanya karena sesuatu dilaksanakan oleh seorang profesional, tidak berarti

bahwa tugas itu otomatis dapat dikelompokkan sebagai sebuah kompetensi. Seorang

profesional harus membuktikan bahwa kompetensi ini adalah suatu segi yang

sangat menentukan di dalam kemungkinannya untuk dapat dikerjakan di dalam

sesuatu pekerjaan. Oleh sebab itu, masing-masing kompetensi berkembang dari

pernyataan-pernyataan eksplisit mengenai peranan-peranan profesional dan karena

kompetensi-kompetensi sangat erat hubungannya dengan pekerjaan profesional,

kompetensi mahasiswa pada akhirnya dinilai dengan cara yang sama dengan

kompetensi seorang profesional. Untuk menjamin bahwa penilaian itu adil bagi

mahasiswa, semua kompetensi dirinci dan disediakan untuk diperiksa semua pihak.

Page 99: Bab IV yang

174

Di dalam penilaian kompetensi, tidak bisa hanya meminta mahasiswa

memperlihatkan kinerjanya secara umum. Staf pengajar harus siap dengan kriteria-

kriteria khusus yang menjelaskan masing-masing kompetensi. Untuk menilai

kompetensi secara tepat, seseorang harus mengetahui standar-standar apa yang harus

dipenuhi. Kriteria yang berhubungan dengan masing-masing kompetensi harus

mencerminkan kinerja yang akseptabel dan kondisi-kondisi yang berkaitan dengan

kinerja itu. Seperti halnya dengan kompetensi, kriteria juga disiapkan kepada masing-

masing mahasiswa sehingga tidak ada pertanyaan mengenai apa yang merupakan

unsur-unsur dari penguasaan terhadap sesuatu.

Ketika kompetensi mahasiswa sedang dinilai, pertimbangan pertama

harus diberikan adalah pada penerapannya. Meski tidaklah mungkin bagi semua

mahasiswa pendidikan profesional dinilai ketika mereka kerja di dalam pasangan kerja

yang sebenarnya, ini merupakan lingkungan evaluasi terakhir yang harus diupayakan,

oleh karena ini paling realistik. Meski mungkin tidak bisa menilai kompetensi

mengenai pekerjaan, masing-masing mahasiswa harus dievaluasi seobjektif mungkin

dengan cara paling realistik. Berbeda dengan beberapa cara pangajaran tradisional,

kompetensi mahasiswa bukan nilai yang memberi bukti utama suatu pencapaian.

Akibatnya, staf pengajar dituntut untuk meninggalkan alat ukur tipe pengetahuan

tradisional seperti tes pilihan ganda dan ujian esai yang berfokus pada penilaian

dengan mengkaitkan kompetensi pekerjaan di dalam dunia nyata.

Pendidikan berdasar kompetensi menggunakan kompetensi yang diperlihatkan

sebagai penentu dari kemajuan mahasiswa ke arah penyelesaian program. Ini

memungkinkan mahasiswa untuk maju dalam suatu program pada kecepatannya

Page 100: Bab IV yang

175

sendiri berdasarkan kemampuan individu mereka, sehingga menguasai kompetensi-

kompetensi yang telah dirinci dalam jangka waktu yang lebih pendek atau lebih lama.

Maksud eksplisit pendidikan berdasar kompetensi ialah untuk memperlancar

pencapaian kompetensi oleh mahasiswa yang dijelaskan secara rinci di dalam program.

Masing-masing pengajar berkewajiban memberikan variasi pengalaman belajar yang

memadai sehingga mahasiswa memperoleh kesempatan untuk menguasai suatu

kompetensi minimal dan akibatnya, pengajar dapat diminta bertanggung jawab

terhadap pencapaian mahasiswa. Selain itu, pengajar bertanggung jawab menyediakan

bagi mahasiswa pengalaman-pengalaman yang memperlancar pengembangan

keterampilan. Ini mungkin meliputi penggunaan kegiatan-kegiatan simulasi lainya, di

luar nara sumber, dan teknik-teknik lain yang meningkatkan dan membantu

pencapaian kompetensi masing-masing mahasiswa.

Gambaran program yang begitu rinci dan operasional seperti di deskripsikan di

atas, tidak begitu diperoleh di institusi penelitian. Implementasi program Strategi

personalisasi tidak tampak menjadi bagian dari proses pendidikan di keempat institusi

tersebut. Poltek = 8,7%, Polman = 11,5%, Poli UI = 8,4%, dan Akamigas = 6,4%,

artinya bahwa program-program konsepsi Strategi personalisasi tidak dirasakan

kontribusinya oleh mahasiswa secara eksplisit dan menyeluruh yang diaplikasikan oleh

staf pengajar, hanya sebagian kecil mereka merasakan adanya kontribusi Strategi

personalisasi selama berproses dalam pembelajarannya.

Kecilnya perolehan angka subvariabel-subvariabel dari variabel Strategi

personalisasi yang sesuai dengan konsepsi model PBK, ternyata Strategi personalisasi

memberi kontribusi harapan yang cukup besar kepada mahasiswa untuk kemampuan

Keterampilannya, yaitu: 79,8% mahasiswa Poli UI dan 46% mahasiswa Poltek

Page 101: Bab IV yang

176

menyatakan bahwa kemampuan Keterampilan diperoleh dari kontribusi variabel

Strategi personalisasi. Kontribusi ini adalah yang paling tinggi dinyatakan oleh

mahasiswa Poli UI. Hal ini berarti bahwa kemampuan Keterampilan lebih cenderung

terkuasai dengan pola konsepsi Strategi personalisasi. Tentunya, akan lebih dapat

diakselerasikan apabila ketersediaan fasilitas yang mencukupi, karena persyaratan

Strategi personalisasi adalah individual.

Berbeda dengan Polman, Strategi personalisasi merupakan bentuk konsepsi

yang paling tinggi memberi kontribusi terhadap pembentukan Sikap. Ini ditunjukkan

dengan perolehan koefisien korelasi kanonik sebesar 0,795. Kontribusi ini

mengartikan bahwa pola strategi pengajaran personal akan mempengaruhi

terbentuknya sikap pada diri mahasiswa dengan harapan sebesar 79,5%. Secara tidak

langsung sikap staf pengajar di institusi ini menjadi teladan bagi mahasiswa selama

proses pembelajaran berlangsung, dan ini membentuk dirinya dengan sifat dan

karakter yang diteladani dari para staf pengajarnya.

Hasil temuan ini memberi indikasi bahwa untuk meningkatkan kemampuan

Keterampilan dan Sikap, kontribusi Strategi personalisasi tidak dapat diabaikan. Hal

ini berarti bahwa konsepsi Strategi personalisasi pada pengembangan kurikulum

berdasarkan model PBK masih sangat relevan.

2. Interpretasi Variabel-variabel Program Pendidikan

Interpretasi variabel-variabel program pendidikan dikaji dengan melihat pada

tiga variabel yaitu (a) Pusat sumber belajar, yang dipilah menjadi dua sub variabel,

ialah pertama, Sumber Pengajaran; kedua, Organisasi, (b) Pengalaman Lapangan,

yang dipilah menjadi dua sub variabel, ialah pertama, Orientasi; kedua, Manfaat.

Selanjutnya, (c) Fasilitas komunikasi yang dipilah menjadi tiga sub variabel, ialah

Page 102: Bab IV yang

177

pertama, Fungsi; kedua, Program; dan ketiga, Bentuk. Interpretasi variabel-variabel

program pendidikan seperti berikut ini.

(a) Pusat Sumber Belajar

Pertama, Sumber Pengajaran

Wallington (1970) menyatakan bahwa peran utama sumber belajar adalah

membawa atau menyalurkan stimulus dan informasi kepada siswa. Torkleson (1965)

menyatakan pendapatnya tentang sumber belajar yaitu bahwa segala sesuatu yang

dipergunakan untuk kepentingan mahasiswa.

Sumber belajar dapat dipandang sebagai suatu sistem karena merupakan satu

kesatuan yang di dalamnya terdapat komponen-komponen dan faktor-faktor yang

berhubungan dan saling berpengaruh satu sama lainnya. Baik sumber belajar yang

dirancang maupun sumber belajar yang digunakan, selalu dapat dipandang sebagai

satu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Yang

dimaksudkan dengan komponen adalah bagian-bagian yang selalu ada di dalam

sumber belajar itu, dan bagian-bagian itu merupakan satu kesatuan yang sulit berdiri

sendiri-sendiri sekalipun mungkin dapat dipergunakan secara terpisah.

Menanggapi konsepsi sumber pengajaran yang beragam jenis sumber seperti

yang dikemukakan di atas, dari hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: Poltek

= 18,1%, Polman = 6,3%, Poli UI » 21,3%, dan Akamigas = 20,9%. Hal ini

menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja mahasiswa menanggapi sumber

pengajaran atau belajar yang dapat diperolehnya dari sumber lain - di luar sumber

materi yang dipersiapkan dan diberikan oleh staf pengajar - yang memberi kontribusi

terhadap hasil yang dapat dicapai oleh mahasiswa dalam menyiapkan diri untuk

memiliki kompetensi-kompetensi yang relevan. Arti ini juga menggambarkan bahwa

Page 103: Bab IV yang

178

sedikit sekali institusi (staf pengajar dan mahasiswa) menggunakan media sumber

belajar untuk berproses selama mereka melakukan interaksi untuk mencapai ketujuan

pembelajaran secara komprehensif

Kedua, Organisasi

Sudjana (1997), menyatakan bahwa sumber belajar adalah segala daya yang

dapat dimanfaatikan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya.

Lebih lanjut diuraikan bahwa sumber belajar memberi fungsi sebagai (a) sumber

belajar yang dirancang untuk dipergunakan membantu proses belajar, dan (b) sumber

belajar yang dimanfaatkan untuk memberi kemudahan kepada seseorang dalam

belajar.

Fungsi sumber belajar dalam upaya pemanfaatannya, harus dipertimbangkan

faktor-faktor sebagai berikut: (a) perkembangan teknologi, (b) nilai-nilai, (c) Keadaan

ekonomi, dan (d) keadaan pemakai. Faktor-faktor tersebut juga tidak terlepas dari

fungsi penggunaan sumber belajar tersebut berdasarkan fungsi sumber belajar, yaitu

(a) sebagai sumber belajar guna memotivasi, (b) sebagai sumber belajar untuk tujuan

pengajaran, (c) sebagai sumber belajar untuk penelitian, (d) sumber belajar untuk

memecahkan masalah, dan (e) sebagai sumber belajar untuk presentasi.

Dari apa yang telah diuraikan di atas, jelas bahwa pusat sumber belajar

memberi makna yang besar dalam membantu terlaksananya proses belajar bagi

mahasiswa dengan manfaat yang bervariasi dan berasal dari sumber yang sangat luas,

seperti yang dikemukakan oleh Torkleson (1965) bahwa sumber belajar demikian

luasnya, bisa meliputi segala sesuatu yang dipergunakan untuk kepentingan proses

belajar, yaitu segala apa yang ada di masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.

Berkaitan dengan ini, maka beragamnya jenis, fungsi dan faktor dari sumber belajar

Page 104: Bab IV yang

179

perlu diorganisasikan untuk manfaat yang lebih dapat dioptimalkan untuk kepentingan

belajar pada suatu institusi pendidikan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan Pusat sumber belajar

yang terorganisir sangatlah minim sekali. Tampaknya kesempatan-kesempatan yang

dapat dilakukan staf pengajar untuk membagi pengalaman dan keluasan pengetahuan

terhadap perkembangan bidang ilmu yang didalaminya tidak memanfaatkan organisasi

Pusat sumber belajar, selain melalui jalur kelas, yaitu menyampaikan secara tertutup di

dalam perkuliahannya. Hal ini dirasakan oleh mahasiswa dengan perolehan hasil

penjaringan data sebagai berikut: Poltek = 30,2%, Polman = 14,6%, Poli UI = 15,7%,

dan Akamigas = 34,1%. Mengkaji angka-angka perolehan ini, memberi makna bahwa

Pusat sumber belajar belum mendapatkan perhatian yang besar dalam memberi materi

tambahan kepada mahasiswa selain materi yang disajikan oleh staf pengajar

Walaupun ada pula yang memanfaatkan untuk kepentingan perluasan pengetahuan

yang dapat dimiliki mahasiswa, tetapi masih sangat terbatas dalam hubungan

individual saja.

Tinjauan terhadap konsep Pusat sumber belajar dan kajian terhadap perolehan

data, ternyata tidak jauh berbeda dengan harapan hasil yang diperoleh oleh

mahasiswa. Dari hasil analisis korelasi kanonik menunjukkan bahwa 40,6%

Keterampilan mahasiswa Akamigas diperoleh dari hasil kontribusi konsepsi Pusat

sumber belajar, angka harapan ini cukup besar. Tetapi berbeda dengan apa yang

dialami oleh mahasiswa Poltek, bahwa 25,6% yang mereka alami dengan konsepsi

Pusat sumber belajar memberi kontribusi terhadap Sikap mereka. Di samping itu juga

berkontribusi sangat kecil, yaitu 8.8% pada pembentukan Pengetahuan bagi

mahasiswa Polman. Angka harapan yang kecil ini dapat diartikan tidak memberi

Page 105: Bab IV yang

180

pengaruh terhadap konsepsi Pusat sumber belajar terhadap terbentuknya Sikap

maupun Pengetahuan. Hal ini dirasakan janggal, karena konsepsi Pusat sumber belajar

adalah sebagai salah satu karakter PBK yang mampu memacu mahasiswa untuk

mendapatkan kompetensi yang lebih dari hanya yang dipelajari melalui modul atau

interaksi dengan staf pengajar.

Apa yang diperoleh dari analisis di sini, dapat secara lugas dikatakan bahwa

konsepsi Pusat sumber belajar masih dirasakan hal yang asing dan belum masuk ke

dalam konsepsi program yang dikembangkan di institusi. Dengan kata lain bahwa

konsepsi Pusat sumber belajar menjadi hal yang sangat diperlukan untuk

pengembangan program yang mendasarkan pada pengembangan model PBK.

(b) Pengalaman Lapangan

Pertama, Orientasi

Setelah tujuan-tujuan pendidikan ditetapkan, kebijaksanaan umum dan

operasional tentang penyelenggaraan sistem pendidikan serta program-program

pendidikannya diformulasikan, selanjutnya adalah menyusun program-program

kurikululer. Yang menjadi masalah di sini ialah bagaimana menetapkan pengalaman-

pengalaman belajar yang harus tersedia, karena melalui pengalaman-pengalaman ini

belajar akan terjadi dan tujuan pendidikan dapat dicapai. Pengalaman belajar tidak

sama dengan isi materi perkuliahan atau kegiatan yang dijalankan oleh staf pengajar.

Istilah pengalaman belajar mengacu kepada interaksi antara mahasiswa dengan kondisi

eksternal dalam lingkungan yang sesuai dengan bidang studinya, dalam kaitannya

dengan ini maka pengalaman belajar mahasiswa adalah implisit pengalaman lapangan

yang harus dimiliki dan dijalankan dalam proses belajarnya. Belajar terjadi melalui

perilaku aktif dari mahasiswa, apa yang dipelajari adalah apa yang mahasiswa perbuat,

Page 106: Bab IV yang

181

bukan apa yang diperbuat staf pengajar. Masalahnya bagaimana memilih jenis

pengalaman belajar yang bisa menghasilkan ketercapaian tujuan pendidikan dan juga

bagaimana membangun situasi yang akan membangkitkan mahasiswa menginginkan

jenis pengalaman belajar tersebut.

Setiap pengalaman bisa menghasilkan lebih dari satu tujuan belajar. Suatu

perangkat pengalaman belajar yang dirancang dengan baik akan terdiri dari

pengalaman-pengalaman yang pada waktu yang sama akan bermanfaat dalam

mencapai beberapa tujuan. Walaupun begitu staf pengajar harus selalu waspada

terhadap hasil-hasil yang tidak diinginkan yang mungkin berkembang dari suatu

pengalaman belajar yang dirancang untuk maksud lain. Pengalaman menunjukkan

bahwa hasil dan efek sampingan yang berakibat negatif ini sering terjadi dalam proses

mengajar belajar itu.

Orientasi pada Pengalaman lapangan adalah bagian pengayaan wawasan yang

tidak hanya diperoleh mahasiswa apa adanya dari modul atau materi yang disajikan

oleh staf pengajar, tetapi dapat memperoleh wawasan yang berbeda dari apa yang

dialami mahasiswa itu sendiri. Pengalaman yang direncanakan akan membantu

mahasiswa untuk lebih mencapai pada sasaran tujuan proses pembelajaran itu sendiri.

Keterkaitan perencanaan pengalaman lapangan ini juga tidak terlepas dari pengaruh

keluasan staf pengajar terhadap pengalaman lapangan itu sendiri. Dengan kata lain

peran staf pengajar terhadap pengalaman lapangan mahasiswa sangat relevan dan

signifikan, hal ini seperti apa yang digambarkan dalam konsepsi Pengalaman lapangan

pada mode! PBK.

Di institusi pendidikan yang dijaring untuk mendapatkan masukan informasi ini

menunjukkan perolehan sebagai berikut: Poltek = 29%, Polman = 29,4%, Poli UI =

Page 107: Bab IV yang

182

20,7%, dan Akamigas = 52,9%, yaitu skor mahasiswa yang menangggapi bahwa

mereka mengalami terjadinya pengalaman lapangan tersebut dalam proses

pembelajarannya dan memberi manfaat terhadap proses pembelajarannya. Ada hal

yang menarik dari perolehan ini yaitu apa yang diperoleh dari Akamigas. Di sini

menunjukkan arti bahwa Pengalaman lapangan sangat menjadi perhatian dalam proses

pembelajaran, dan sebagaian besar mahasiswa merasakan pengalaman lapangan inilah

yang mereka alami dalam proses pendidikannya dan menuntut hal itu.

Kedua, Manfaat

Walaupun pengalaman belajar yang spesifik dan sesuai dengan tujuan

pendidikan sulit akan tercapai, ada prinsip-prinsip umum tertentu yang berlaku dalam

memilih pengalaman belajar, apapun tujuannya. Prinsip-prinsip umum ini menurut

Tyler (1949), adalah a) bagaimana tercapainya suatu tujuan tertentu; b) Pengalaman

belajar itu harus begitu rupa sehingga mahasiswa memperoleh kepuasan dari

melanjutkan jenis perilaku yang disarankan oleh tujuan itu; c) Reaksi-reaksi yang

dikehendaki dalam pengalaman itu hendaknya di dalam batas-batas yang

memungkinkan mahasiswa terlibat; d) Ada banyak pengalaman khusus yang bisa

dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, selama pengalaman-pengalaman

pendidikan memenuhi kriteria efektif disajikan bagi mahasiswa dan mencapai tujuan-

tujuan yang dikehendaki itu; dan e) Pengalaman belajar yang sama biasanya akan

membawa beberapa hasil.

Hasil penelitian diperoleh angka-angka manfaat sebagai berikut: Poltek =

29,8%, Polman = 26,6%, Poli UI = 23,5%, dan Akamigas = 13,1%. Hal ini berarti

bahwa manfaat dari Pengalaman lapangan yang dialami relatif kecil dengan demikian

maka perlu ditinjau lebih jauh, apakah implementasi Pengalaman lapangan, seperti

Page 108: Bab IV yang

183

yang diharapkan dari konsepsi model PBK telah diprogramkan sebagai bagian dari

proses pembelajaran, seperti yang digambarkan oleh Tyler.

Interpretasi terhadap hasil analisis korelasi kanonik menunjukkan bahwa

Pengalaman lapangan memberi harapan terhadap kemampuan Pengetahuan bagi

mahasiswa di Poli UI, yaitu dengan angka harapan sebesar 48%, walaupun hal ini

bukan merupakan harapan yang terbesar dari tinjauan konsepsi PBK yang diperoleh.

Tetapi angka ini cukup memberi kontribusi nyata, bahwa Pengetahuan yang

diperolehnya merupakan kontribusi dari proses Pengalaman lapangannya.

Temuan ini menunjukkan bahwa Pengalaman lapangan juga memberi

kontribusi yang relatif cukup besar terhadap terbentuknya sasaran Pengetahuan pada

pendidikan yang mendasarkan pada konsepsi pengembangan model PBK.

(c) Fasilitas komunikasi

Pertama, Fungsi

Komunikasi merupakan proses yang dinamis, menunjukkan unsur-unsur yang

saling berhubungan, lebih bermakna daripada sekadar bahan dalam menyampaikan

pesan dari sumber kepada penerima pesan. Unsur sumber di sini adalah staf pengajar

atau materi perkuliahan. Komunikasi edukatif bersifat interaktif yang tersusun dalam

suatu cara penyajian terintegrasi sehingga menjadi rupa kegiatan dalam proses

pengajaran yang mampu mengotimalkan pendayagunaan fasilitas dalam proses

pengajaran tersebut. Dengan pengertian ini maka komunikasi merupakan suatu sistem

dalam proses pengajaran.

Sebagai suatu sistem proses pengajaran, komunikasi dapat dipilah menjadi

beberapa unsur, yaitu adanya metodik, individualistik, interaktif, inisiatif dan kreatif

(Sudjana, 1997, h.60). Unsur-unsur ini perlu dikembangkan oleh sumber yaitu staf

Page 109: Bab IV yang

184

pengajar dalam upaya penyampaian pesan-pesan yang harus diterima oleh mahasiswa.

Penerima pesan yaitu mahasiswa harus merasakan komunikasi dari sumber tersebut

sebagai suatu fasilitas untuk mengembangkannya menjadi suatu masukan mencapai

tujuan dari proses pengajaran. Inplikasi fasilitas komunikasi yang efektif antara

sumber dan penerima secara konseptual menciptakan lahirnya bentuk-bentuk

perubahan pada si penerima, yaitu dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan

kepribadian sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh sumber tersebut.

Hasil penelitian terhadap karakteristik Fasilitas komunikasi, khususnya

terhadap fungsi dan manfaat dari fasilitas komunikasi yang dapat menjembatani

terhadap optimalisasi hasil pembelajaran menunjukkan angka-angka sebagai berikut:

Poltek = 15,5%, Polman = 10,2%, Poli UI = 14,1%, dan Akamigas = 6,6%, memberi

makna bahwa proses pembelajaran dengan memanfaatkan fasilitas komunikasi yang

dapat diciptakan dan diperoleh tidak termanfaatkan dengan baik oleh mahasiswa.

Peran komunikasi yang ada dengan kecenderungan perolehan yang relatif kecil,

menunjukkan bahwa komunikasi formal masih mendominasi dalam proses pendidikan.

Hal ini mengakibatkan ketidak berfungsian fasilitas komunikasi ini, sehingga tidak

tersiratkan adanya tanggapan positif mahasiswa terhadap penjaringan data ini, sebagai

fasilitas yang dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan prestasi yang dapat

diperoleh selama berproses dalam institusinya.

Kedua, Program

Diantara semua variabel yang mempengaruhi komunikasi dapat dikatakan

bahwa kelakuan manusia merupakan hal yang paling penting. Komunikasi berlangsung

antara orang-orang dan ia dipengaruhi oleh semua pengaruh yang menentukan

kelakuan manusia. Sewaktu berkomunikasi , orang-orang mempunyai aneka macam

Page 110: Bab IV yang

185

motif - untuk melakukan persuasi, untuk menerangkan, untuk menghibur dan untuk

memperkuat ide-ide. Enthusiasme dan minat yang ditunjukkan sangat mempengaruhi

komunikasi.

Penerapan program-program yang mengembangkan fasilitas komunikasi,

tampaknya tidak dirasakan oleh mahasiswa. Hal ini tercermin dari perolehan hasil

penelitian, sebagai berikut: Poltek = 12,7%, Polman = 8,3%, Poli UI dan Akamigas =

6,3%, artinya bahwa program komunikasi tidak terprogramkan sebagai salah satu

sarana dalam interaksi proses pendidikan. Seperti yang dikemukakan dalam tinjauan

fungsi di atas, menunjukkan bahwa proses pendidikan yang terjadi masih sangat kental

dengan komunikasi format antara staf pengajar dan mahasiswa. Padahal menurut

konsepsi individualisasi, faktor komunikasi harus berjalan tanpa pembatasan-

pembatasan formal yang menimbulkan kesenj angan-kesenjangan dengan akibat

tersekatnya komunikasi antara staf pengajar dan mahasiswa, sehinga proses

individualisasi dalam pendidikan tidak berjalan.

Ketiga, Bentuk

Pada hakekatnya komunikasi adalah sebuah transaksi manusia dan pengaruh

serta pentingnya kelakuan manusia dihadapi oleh setiap orang yang ingin

berkomunikasi dengan pihak lain. Dengan kata lain bahwa komunikasi hanyalah suatu

alat yang digunakan untuk memberitahukan sesuatu tentang dirinya (perilaku, ide,

perasaan) kepada orang lain, dan hal ini merupakan suatu seni untuk

mentransaksikannya.

Implementasi dari bentuk komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk-

bentuk media yang sangat bervariasi, mulai dari wawancara, pertemuan, media masa,

buku, publikasi, laporan dan masih banyak lagi jenis media komunikasi. Dari hasil

Page 111: Bab IV yang

186

studi dikatakan oleh Terry dalam buku Principies o/ management, bahwa media

komunikasi yang paling kurang efektif adalah memo, surat dan papan pengumuman.

Komunikasi muka lebih efektif dibandingkan dengan media cetak. Dari hasil studi ini

dapat ditarik suatu gambaran bahwa efektifitas komunikasi antar individu adalah

adanya kejadian interaksi langsung dan dalam bentuk yang cenderung tidak formal.

Tentunya komunikasi dalam proses belajar tidak jauh berbeda dari hasil studi tersebut,

dimana interaksi non formal dapat lebih meningkatkan makna dari komunikasi yang

menjadi tujuannya.

Terhadap hasil penelitian menunjukkan angka sebagai berikut: Poltek = 1,2%,

Polman = 6,3%, Poli UI = 14,1%, dan Akamigas. = 3,6%. Perolehan ini memberi arti

bahwa pemanfaatan terhadap sarana-sarana komunikasi yang bisa di lakukan oleh staf

pengajar dan mahasiswa tidak berjalan, sehingga tergambar adanya kesenjangan-

kesenjangan yang tersirat dari perolehan ini.

Menanggapi gambaran hasil dari subvariabel-subvariabel yang diperoleh dan

relatif kecil, dilain pihak mahasiswa merasakan adanya kontribusi dari peran Fasilitas

komunikasi terhadap pembentukan Sikap mahasiswa. Hal ini disiratkan dalam angka

harapan dari hasil analisis korelasi kanonik yang tergambar dari perolehan koefisien

korelasi kanonik sebesar 0,596 pada Akamigas, berarti bahwa mereka merasakan

fasilitas komunikasi yang dikembangkan oleh institusi pendidikan memberi kontribusi

yang relatif tinggi pada pembentukan Sikap mereka. Walaupun tidak seperti angka

harapan yang diperoleh Akamigas, mahasiswa Poli UI juga memberi angka harapan

fasilitas komunikasi terhadap kontribusinya pada pembentukan sikap mereka sebesar

20%.

Page 112: Bab IV yang

187

Kontribusi yang diilustrasikan dari hasil temuan ini menunjukkan bahwa

perolehan data yang terjaring dari variabel Fasilitas komunikasi, walaupun relatif keciL

tetapi harapan sumbangan yang dapat diperoleh untuk pembentukan Sikap memberi

arti yang cukup berarti. Dari sini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa konsepsi

pengembangan program model PBK, dengan salah satu karakteristiknya yaitu

pemanfaatan fasilitas komunikasi, perlu mendapat perhatian, karena memiliki relevansi

yang cukup tinggi untuk mengembangkan sisi Sikap mahasiswa, yaitu salah satu aspek

keprofesionalan.

3. Interpretasi Variabel-variabel Manajemen Pendidikan

Alur pelaksanaan studi pengembangan model pendidikan ini dikaji dari hasil

penelitian dengan konsepsi manajemen pendidikan yang ditinjau dari dua variabel,

yaitu (a) Pengelolaan institusi yang dipilah menjadi empat sub variabel, ialah

pertama, Pengelolaan Organisasi; kedua, Pengelolaan Program Pendidikan; ketiga,

Kewajiban Keuangan; keempat, Kewajiban Administrasi; dan (b) Tim Pengajar, yang

dipilah menjadi dua sub variabel, ialah pertama, Faktor Pribadi; kedua, Faktor

Kemampuan. Interpretasi variabel-variabel manajemen pendidikan seperti yang

diuraikan berikut.

(a) Variabel Pengelolaan institusi

Pertama, Pengelolaan Organisasi

Unsur yang merupakan bagian dari pengelolaan organisasi adalah unsur

penentu struktur organisasi, unsur penentu tata tertib dan peraturan, unsur

pengangkat/pemberhentian pegawai, serta unsur sangsi dan hadiah bagi pegawai.

Struktur keorganisasian memiliki peran dalam dinamika dan kinerja dari suatu

organisasi. Peran yang paling menonjol dari struktur organisasi ini adalah terjadinya

Page 113: Bab IV yang

188

interaksi antar komponen-komponen yang terstruktur. Interaksi yang terjadi akan

mempengaruhi dinamika kerja organisasi yang akan ditampilkan dalam kinerja

produk-produk interaksi yang terjadi dari keorganisasian tersebut. Hal ini memiliki

implikasi bahwa penentu struktur organisasi memegang peranan yang sangat

menentukan. Kinerja dalam pengelolaan, dinamika dalam proses yang diharapkan akan

sangat tergantung dari kebijakan-kebijakan yang mendasari dari penentuan struktur

keorganisasian. Implementasinya penentu struktur organisasi tidak hanya bersifat

individual, tetapi yang lebih memiliki kemampuan adalah tim. Tim ini terdiri dari

individu-individu yang memiliki kapasitas yang mampu menerawang visi dan mampu

mengaplikasikannya menjadi misi.

Dewan Komisi Pendidikan adalah dewan yang terdiri dari para ahli dalam

bidang ilmu-ilmu yang terkait. Kumpulan ahli-ahli dengan latar belakang kepakaran

yang bervariasi dan relevan dengan bidang studi institusi tersebut, yang memiliki

banyak pengalaman dalam bidangnya dan kaya akan pemikiran-pemikiran yang

cemerlang merupakan komisi yang pantas menyandang sebagai Dewan Komisi

Pendidikan. Dewan inilah yang sepantasnya memiliki kapasitas sebagai penentu

kebijakan keorganisasian, hal ini sesuai dengan konsepsi model PBK bahwa dewan

pendidikan adalah yang menentukan arah kebijakan pendidikan dan pelaksana -

direktur - bertanggung jawab kepadanya (HaIL 1976:p.247).

Dengan demikian maka struktur organisasi merupakan sarana untuk

menjalankan arah kebijakan pendidikan. PBK mendasarkan pada kerja tim yang

memiliki kewenangan khusus dan menuntut pertanggung jawaban yang jelas secara

kontinyu Hal ini melahirkan suatu skema organisasi yang pendek rentangan

vertikalnya tetapi bisa lebar rentangan horizontalnya. Dengan adanya deskripsi yang

Page 114: Bab IV yang

189

PrograrrVProyek

1

-M-2

3 a

4 i-

a - Ö -

5

6

e —T-

Dinsktur

Pembantu Direktur

Ketua Program/Proyek

Staf Pengajar dan mahasiswa

Gambar 4.9: Matriks Struktur Organisasi PBK

Dari keempat institusi penelitian terlukiskan adanya kesamaan pada Politeknik

Negeri (UI) Jakarta (Poli-UI) dan Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung

(Polman) yang sepola dengan konsepsi UU No. 30 Tahun 1990. Pola matriks

organisasi seperti pada Gambar 4.10.

Merupakan pola tersendiri struktur yang digunakan oleh Politeknik Negeri

(ITB) Bandung (Poltek), yaitu dengan menempatkan posisi kelompok dosen (staf

pengajar) berada langsung di bawah kendali Direktur. Kendali yang di artikan adalah

jelas untuk masing-masing unsur keorganisasian, maka akan lebih kuat dalam hal

pengawasan kerja melalui pertanggung jawaban yang disampaikan oleh masing-

masing unsur tersebut. Matriks organisasi yang menurut Hall (1976) memiliki

optimistik dan potensial untuk menjalankan program-program PBK, di gambarkan

pada Gambar 4.9.

Page 115: Bab IV yang

190

1 2 3 4

Staf Administrasi Bidang Akademik & Kemahasiswaan

Direktur dan Pembantu Direktur

Staf Administrasi Bidang Umum/ UPT

Ketua Jurusan

Ketua Program/

Kepala Lab/

Kepala Bengkel/

Kelompok Dosen

Gambar 4.10: Pola 1 Matriks Organisasi Polman dan Poli-UI (sesuai dengan PP No.30 Tahun 1990)

Staf Administrasi Bidang Akademik & Kemahasiswaan

Kelompok Dosen

1 2 3 4

Direktur dan Pembantu Direktur

Staf Administrasi Bidang Umum/ UPT

Ketua Jurusan

Ketua Program

Kepala Lab

Kepala Bengkel

Gambar 4.11: Pola 2 Matriks Organisasi Poltek

kendali fungsi sebagai staf pengajar dengan memilahkan berdasarkan kelompok kerja

yang didasarkan pada penempatannya di Jurusan-jurusan. Pola matriks organisasi

Poltek seperti yang digambarkan pada Gambar 4.11.

Page 116: Bab IV yang

191

Kelompok Staf Pengajar

4

_t_

_2_

4

1 2 3 4

2_

4

Kepala

Bagian Administrasi Sub Bagian Administrasi

Bidang

Seksi

/y

Gambar 4.12 : Pola 3 Matriks Organisasi Akamigas / 'c» >v'

V

Pola matriks organisasi ketiga adalah struktur organisasi yang dipakai di

Akamigas Cepu. Institusi Akamigas adalah bagian dari organisasi yang dikendalikan

oleh Lembaga Pusat (PPT Migas) yang dilaksanakan bersama-sama dengan bidang

yang setingkat dengan Akamigas dalam fungsi koordinasi. Oleh karena itu dalam

struktur organisasi yang ada, maka Akamigas berfungsi sebagai koordinator

penyelenggara pendidikan dan menggunakan fasilitas pendidikan yang berada dt

bawah bidang yang lain yang mempunyai kedudukan struktural setingkat dengan

Bidang Akamigas. Demikian halnya dengan sumber daya pendidiknya (staf pengajar),

berada di bawah kendali fungsi Lembaga Pusat dengan koordinasi tugas yang

dilakukan oleh bidang Akamigas. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa bidang

Akamigas mendapatkan kewenangan tugas sebagai pelaksana dari Kepala Lembaga

Pusat. Pola matriksnya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4. 12

Page 117: Bab IV yang

192

Dari ketiga pola tersebut, dengan melihat pada pola yang dikemukakan oleh

Hall (1976), tampak bahwa pola matriks 1, memiliki kesamaan. Hat ini memberi

makna bahwa pola pengendalian pada pola matrik 1 seperti yang dikemukakan Hall

memiliki keoptimisan untuk mengembangkan program PBK dengan sukses.

Kedua, Pengelolaan Program Pendidikan

Program pendidikan, khususnya program pendidikan yang komprehensif,

merupakan suatu bidang baru bagi para pembuat keputusan dihidang pendidikan.

Kegagalan lembaga-lembaga pendidikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan

pendidikan telah menimbulkan kesangsian yaitu yang berkaitan tentang kebutuhan

dalam masyarakat yang diharapkan dapat dipenuhi oleh pendidikan, tentang sifat

proses pendidikan secara keseluruhan dan tentang kemampuan para pendidik.

Kesangsian ini telah memaksa para pendidik untuk memeriksa kembali program-

program pendidikan yang ada sekarang serta pengaruhnya dalam memecahkan

masalah-masalah masyarakat. Peristiwa ini telah menimbulkan kesadaran baru tentang

pentingnya perencanaan pendidikan.

Dalam masyarakat yang sedang membangun, kebutuhan akan pendidikan

bermunculan terus. Suatu program pendidikan yang spesifik tidak bisa diharapkan

akan memuaskan untuk waktu yang lama. Penilaian program pendidikan serta

pelayanannya hendaknya dilakukan secara periodik dan terus menerus. Bila terdapat

kelemahan atau kesukaran, maka kebutuhan akan perencanaan dapat segera

dilakukan. Perencanaan, merupakan kebutuhan yang berlanjut pada semua organisasi

pendidikan, hal ini disebabkan karena mereka berurusan dengan kebutuhan manusia

dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat.

Page 118: Bab IV yang

193

Dari ke empat institusi, tampak adanya perkembangan yang terus menerus

dilakukan terhadap penyesuaian kebutuhan masyarakat akan spesialisasi pendidikan

yang diperlukan. Penambahan program studi yang berimplikasi terhadap ketersediaan

fasilitas pendukung merupakan kendala yang menjadi pertimbangan para pemegang

keputusan pendidikan untuk melakukan perluasan program studi yang hingga saat ini

sulit diprediksi akselerasi kemajuannya secara linear. Walaupun hal ini dirasakan oleh

masing-masing institusi bahwa mereka sudah mengembangkan secara optimal, tetapi

tidak berarti bahhwa upaya tersebut optimal dalam hal produk atau lulusannya.

Kesenjangan yang terjadi merupakan kelemahan yang harus diantisipasi secara

kontinyu untuk penyesuaian-penyesuaian dari segala aspek yang fisible. Perolehan

hasil mengutarakan bahwa upaya pertama yang harus dilakukan adalah menyadarkan

pada pemegang jabatan struktural akan tugas yang harus dilaksanakan dalam

rangkaian pengembangan institusi. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan angka yang

relatif rendah pada Poltek dan Poli UL masing-masing 37,5%, yang artinya bahwa apa

yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya kurang atau bahkan tidak mendapat

perhatian, terutama yang berkaitan dengan kewajiban mereka melakukan evaluasi

program pendidikan secara komprehensif dengan mempertimbangkan aspek

kebutuhan masyarakat. Disamping itu adalah institusi belum berupaya meminimalkan

kesenjangan-kesenjangan yang harus diantisipasi untuk menebalkan kepercayaan

masyarakat terhadap institusi pendidikan itu sendiri.

Ketiga, Kewajiban Keuangan

Setiap keorganisasian membutuhkan dana untuk membiayai kegiatannya.

Termasuk institusi pendidikan melakukan perencanaan anggaran secara berkala untuk

mengalokasi dana yang tersedia agar dana itu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Page 119: Bab IV yang

194

Umumnya perencanaan anggaran pada institusi pendidikan dimulai pada awal kegiatan

akademik yaitu setiap awal tahun akademik. Anggaran pendidikan menurut Pidarta

(1988) diklasifikasikan menjadi anggaran rutin dan anggaran proyek (pembangunan).

Kegiatan rutin hampir sama dari waktu ke waktu, sehingga pengaturan anggaran rutin

tidak banyak variasi dan bergantung kepada dana yang tersedia. Kegiatan proyek

banyak ragamnya dari waktu ke waktu, oleh karena itu perencanaan anggaran proyek

berubah sesuai dengan rencana proyek yang diperlukan.

Dengan meninjau masalah pengelolaan keuangan tersebut, fakta di lapangan

menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dalam hal keuangan ini. Tugas dan

kewajiban para pejabat yang terkait, memahami betul apa yang mereka harus lakukan.

Dengan perolehan 100% mereka memahami, menunjukkan makna bahwa apapun yang

dikelola berkaitan dengan keuangan, prinsipnya adalah dalam upaya pengembangan

pendidikan. Tentunya hal ini sesuai dengan pernyataan McAshan yang kedua (bab II,

hal 63), bahwa perencanaan anggaran hendaknya untuk memajukan diri,

mengantisipasi perubahan dan menjalankan fungsinya sebagai pusat pembaharu bagi

lingkungannya. Dan ini sejalan dengan konsepsi manajemen model PBK.

Keempat, Kewajiban administrasi

Administrasi ialah keseluruhan proses sumber-sumber manusia dan materiil

yang sesuai, bertugas dan berproses secara efektif dan efisien bagi pencapaian

maksud-maksud organisasi (Sutisna, 1986, h.30). Proses menunjuk kepada kegiatan-

kegiatan mengambil keputusan, merencanakan, mengorganisasi, mengkoordinasi,

mengkomunikastkan yang dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas pokok

administrasi secara efisien dengan dan melalui orang lain. Tugas menunjuk kepada

bidang-bidang operasional dari administrasi.

Page 120: Bab IV yang

195

Hasil penelitian terhadap kewajiban administrasi dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa masih ada pejabat struktural yang tidak memahami akan

keterkaitan tugas antar anggota yang terstruktur dalam lingkup kerjanya. Walaupun

perolehan ini tidak terlalu kecil, yaitu Poltek, Poli UI dan Akamigas, masing-masing

50%, tetapi hal ini memberi suatu gambaran perlunya seseorang yang menduduki

suatu jabatan struktural memahami kewajiban dan tugas yang diembannya serta

hubungan kewajiban dan tugas dari komponen struktural yang lain, sehingga kendala

dan ketidak sinkronan tindakan keorganisasian dapat dihindari. Hal ini diupayakan

untuk pengembangan pendidikan secara komprehensif dan mengoptimalkan kinerja

organisasi.

(b) Tim pengajar

Staf pengajar adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya

diangkat oleh penyelenggara perguruan tinggi dengan tugas utama mengajar pada

perguruan tinggi yang bersangkutan (PP No. 30 Tahun 1990). Dari apa yang

dimaksud staf pengajar tersebut terkandung dua hal utama yaitu memiliki latar

belakang pendidikan atau keahlian dan bertugas mengajar dengan arti yang lebih luas

adalah sebagai pendidik. Hal ini tentunya merupakan pandangan yang sifatnya pribadi

pada sosok seorang staf pengajar. Berikut merupakan tinjauan terhadap sosok staf

pengajar dari (1) faktor pribadi, dan (2) Faktor kemampuan.

Pertama, Faktor Pribadi

Kebanyakan program dalam lingkup pendidikan memerlukan pengembangan

profesional pengajar, sehingga mereka memahami tugas-tugas yang akan

diimplementasikan. Staf pengajar menjadi aktor utama dalam mentransfer

Page 121: Bab IV yang

196

keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai sosial pada subjek didik. Menurut Pullin

(1994, h. 5 2 ) Peran dan kapasitas pengajar dalam kegiatan pengajaran adalah

mengimplementasikan program secara utuh dan elemen-elemen penting yang tercakup

di dalamnya.

Pendidikan staf pengajar lembaga pendidikan profesional harus disesuaikan

dengan bidang keahliannya. Penyesuaian kebutuhan dan tingkat atau jenjang yang

sesuai dengan bidang keahlian seorang tenaga pengajar dalam pendidikan profesional,

akan sangat berpengaruh pada kualitas mengajar dalam mengembangkan kemampuan-

kemampuan yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Jenjang pendidikan dalam satu

jenis keahlian merupakan cermin kualitas tenaga pengajar ditinjau dari sudut formal.

Sertifikasi, gelar, atau ijazah dari suatu jenjang pendidikan dapat dijadikan bukti dan

landasan formal bahwa individu mempunyai keterampilan-keterampilan atau

kemampuan khusus sesuai dengan bidang keahliannya. Dengan kemampuan dasar

seperti ini, diharapkan individu pengajar itu dapat menyelenggarakan proses

pengajaran sesuai keahliannya.

Pemahaman pengajar terhadap keterampilan minimum dalam suatu lapangan

kerja diperlukan untuk dapat memberikan gambaran dan wawasan industri kepada

subjek didiknya. Kemampuan dan kecerdasan pengajar dalam bidang keahliannya

diperlukan untuk mempersiapkan keterampilan-keterampilan akademik dan kognitif

subjek didik sesuai dengan bidang keahlian yang digelutinya. Begitu juga tentang pola

mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan serta materi pembelajaran yag

adaptabel terhadap tuntutan kerja merupakan kompetensi tersendiri dalam jabatan staf

pengajar di lingkungan pendidikan keteknikan. Standar minimum penguasaan atas

Page 122: Bab IV yang

197

pengetahuan dan wawasan itu dapat diidentifikasi melalui sertifikasi atau standar

formal jenjang pendidikan individu pengajar.

Evaluasi digunakan untuk membuat kebijakan keberhasilan suatu proses

pengajaran. Evaluasi yang dikembangkan berupa evaluasi sumatif dan formatif.

Evaluasi sumatif digunakan dengan acuan norma yang membandingkan mahasiswa

yang satu dengan yang lain. Kelompok norma diberlakukan dan digunakan sebagai

ukuran untuk mengidentifikasi apakah perolehan mahasiswa di atas atau di bawah

rata-rata kelompok. Norma ini kadang dibangun setelah tes diberikan; pada waktu lain

norma diidentifikasi dengan menggunakan data hasil tes. Respon untuk menghasilkan

tingkat antar mahasiswa sangat bervariasi dan hal ini seperti tampak dalam

kemampuan seorang mahasiswa yang cerdas membutuhkan waktu singkat untuk

menuntaskan suatu materi. Di pihak lain, ada mahasiswa yang membutuhkan waktu

yang lebih lama untuk menuntaskan materi yang sama. Semua ini dapat dijadikan

pertimbangan dalam menentukan norma perbandingan evaluasi sumatif.

Membandingkan kemampuan mahasiswa dengan kriteria yang sudah ditentukan

sebelumnya, disebut evaluasi formatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi dari

prospektif pembuat kebijakan. Sistem acuan kriteria, tidak lagi membandingkan

prestasi mahasiswa yang satu dengan yang lain, tetapi mempertentangkan sasaran-

sasaran yang telah dirumuskan. Evaluasi merupakan intervensi pada mahasiswa, bukan

untuk melengkapi kegiatan mengajar. Hasil evaluasi formatif diperlukan untuk

mengetahui dari mana proses pengajaran harus dilakukan, bisa dilakukan, saling

berhubungan dan dapat dipercaya.

Demikian kompleknya kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang staf

pengajar pada suatu institusi pendidikan, hal ini menggambarkan bahwa pendidikan

Page 123: Bab IV yang

198

memerlukan pribadi-pribadi yang unggul dan mapan untuk menjadi seorang pendidik.

Dari hasil penelitian yang diperoleh menggambarkan seberapa besar kemapanan staf

pengajar masing-masing institusi ditinjau dari faktor pribadi yang sangat kompleks.

Hasil yang ditunjukkan adalah sebagai berikut: Poltek = 55,6%, Polman = 54,4%, Poli

UI = 50,5% dan Akamigas = 65,4%. Maknanya bahwa masih ada sebagian dari staf

pengajar dari faktor pribadi yang perlu ditingkatkan. Peningkatan faktor pribadi

tentunya merupakan bagian dari pengembangan program pendidikan. Fungsi

pengembangan program ini adalah pada dampak dalam cakupan yang luas, tidak

hanya meningkatkan kemampuan dan kompetensi bagi mahasiswa, tetapi

pengembangan institusi secara menyeluruh untuk mengantisipasi akselerasi

perkembangan masyarakat yang harus diantisipasi oleh institusi pendidikan.

Kedua, Faktor Kemampuan

Pada dasarnya rencana pengajaran sudah ada dalam program kurikulum

seperti: tujuan pengajaran, unit pokok, topik dan subtopik, alternatif strategi

mengajar, alternatif sumber belajar, persyaratan kemampuan bagi siswa, desain

penilaian dan standar keberhasilan. Leithwood (1982) menyebutkan rencana

pengajaran itu dengan dimensi-dimensi kurikulum. Clark dan Peterson (1986)

mengemukakan bahwa, yang termasuk dalam perencanaan staf pengajar adalah alokasi

waktu pengajaran untuk bahan ajar, individu atau kelompok mahasiswa, mengkaji dan

mengulas isi pengajaran, mengorganisasikan kegiatan harian, mingguan dan jadwal

waktu; rapat pertanggungjawaban administratif dan mengakomodasikan pada sesama

staf pengajar (Wittrock, 1986:267). Pada tinjauan lain, rencana pengajaran itu dapat

diklasifikasikan atas dua kategori, yaitu rencana pengajaran tingkat makro dan di

tingkat mikro (Nasution, 1989:106). Pada tingkat makro, rencana pengajaran ada

Page 124: Bab IV yang

1 9 9

dalam program kurikulum, sedangkan pada tingkat mikro rencana pengajaran adalah

rencana staf pengajar untuk mengajar. Rencana pengajaran ditelaah dari orientasi

perencanaan yang berpusat pada mata pelajaran (subject-centered) atau berpusat pada

siswa (student-centered). Dengan mengetahui orientasi perencanaan maka akan febih

mudah mengidentifikasi komponen-komponen lain yang tercakup dalam perencanaan,

seperti: perumusan tujuan, pemilihan isi, pemilihan metode, sumber belajar dan desain

evaluasi.

Kemampuan staf pengajar dalam merencanakan dan mengimplementasikan

program-program yang terpadu dalam proses belajar di institusi pendidikan

keteknikan, dituntut sangat tinggi. Berbagai aspek yang mendasari konsep-konsep

pedagogi harus dikuasai. Teori belajar yang harus diimplementasikan harus mampu

diimplementasikan. Performansi yang tinggi ini, tampak merupakan tuntutan yang

harus dipenuhi oleh staf pengajar pada institusi ini. Ditinjau dari hasil penelitian

menunjukkan sebagai berikut: Poltek = 47,5%, Polman = 68,0%, Poli UI = 43,7%,

dan Akamigas ~ 73,3%. Maknanya adalah bahwa dari hasil di lapangan menunjukan

tidak semua institusi, staf pengajarnya memiliki performansi yang cukup baik dalam

pengembangan konsep model PBK yang menuntut performansi staf pengajar untuk

merencanakan dan mengimplementasikan program-programnya berdasarkan

kompetensi yang dipersiapkan dengan baik berdasarkan atas analisis staf pengajar

terhadap kecenderungan tuntutan yang berkembang di masyarakat yang membutuhkan

sumber tenaga manusia tersebut. Gambaran ini mengimplikasikan perlunya

pengembangan program intem staf pengajar yang mampu meningkatkan kemampuan

staf pengajar terhadap perencanaan dan pengimplementasian program pengajarannya

berdasarkan karakteristik model pendidikan kompetensi.

Page 125: Bab IV yang

2 0 0

4. Interpretasi Hubungan Antara Kurikulum, Program, dan Manajemen

Pendidikan

Model PBK adalah model pendidikan yang memfokuskan pada kompetensi

yang seharusnya dimiliki oleh lulusan yang mengalami proses pendidikan ini. Proses

pendidikan tersebut tidak terlepas dari tiga unsur utama yang menjadi penopang

berjalannya pendidikan, yaitu kurikulum, program, dan manajemen pendidikan seperti

yang telah dijabarkan pada Bab II. Ketiga unsur ini menjadi suatu sistem yang

terintegrasi antara yang satu dengan lainnya untuk mencapai sasaran pendidikan

kompetensi itu sendiri

Interpretasi hubungan antar kurikulum, program dan manajemen pendidikan

dikaji dengan melihat implementasi proses pendidikan faktual pada keempat institusi

dan interpretasi secara komprehensif terhadap hubungan antar kurikulum, program

dan manajemen pendidikan. Oleh karena itu, pada bagian ini kajiannya meliputi

interpretasi terhadap: (a) Politeknik Negeri (ITB) Bandung; (b) Politeknik Negeri

Manufaktur (ITB) Bandung; (c) Politeknik Negeri (UI) Jakarta; (d) Akamigas PPT

Migas-Cepu; dan (e) Hubungan Kurikulum, Program dan Manajemen Pendidikan.

(a) Politeknik Negeri (ITB) Bandung

Proses pendidikan yang dilaksanakan di institusi ini, seperti dikemukakan pada

interpretasi bagian (1), (2) dan (3) di atas, lebih didominasi oleh peranan staf

pengajar. Peranan staf pengajar tampak sudah menyusup ke seluruh bagian proses

pendidikan, seperti yang diperlihatkan oleh hasil penelitian yang relatif kecil untuk

semua unsur baik kurikulum, program maupun manajemen pendidikan. Walaupun dari

perolehan hasil pada bagian-bagian unsur tertentu tampak adanya penonjolan-

penonjolan yang menjadi kekhasan institusi ini.

Page 126: Bab IV yang

201

Kekhasan yang tampak pada institusi ini, yaitu Strategi personalisasi dalam hal

pengaplikasian bentuk personalisasi yang relatif lebih tinggi dibanding dengan institusi

yang lain. Di samping itu, Pengalaman lapangan memperlihatkan penonjolan pada

faktor manfaat, dan Fasilitas komunikasi lebih menekankan pada fungsi dan program.

Kekhasan ini ternyata membawa angka kontribusi harapan terhadap hasil prestasi yang

dapat diperoleh adalah sebagai berikut: Pengetahuan (0,635), Keterampilan (0,460),

dan Sikap (0,256).

Gambaran di atas menegaskan bahwa peranan staf pengajar yang relatif besar,

menghasilkan lulusan dengan tingkat pengetahuan yang relatif tinggi. Di lain pihak,

Sikap yang merupakan sasaran keprofesionalan menjadi rendah, walaupun dipihak lain

keterampilan yang diperolehnya tidak terlalu rendah. Hal ini tentunya harus menjadi

pertimbangan dalam pengembangan pendidikan, agar paling tidak dapat dihasilkan

lulusan yang profesional dengan keseimbangan komponen yang seharusnya dimiliki

oleh lulusannya.

(b) Politeknik Negeri Manufaktur (ITB) Bandung

Pada institusi ini proses pendidikan, khususnya dalam transfer ilmu, peranan

staf pengajar relatif mendominasi. Walaupun proses pendidikan secara komprehensif

tidak hanya didominasi oleh peranan staf pengajar saja, tetapi juga oleh manajemen

yang di institusi ini tampak menonjol dan memberi pengaruh terhadap proses

pendidikan secara keseluruhan, yang meliputi kurikulum, program maupun manajemen

pendidikan.

Kekhasan yang tampak pada institusi ini, yaitu Belajar modul secara mandiri,

khususnya dalam hal aktivitas penyampaian materi, Strategi personalisasi, khususnya

dalam aplikasi program-program proses pendidikan; Pengelolaan institusi. Kekhasan

Page 127: Bab IV yang

2 0 2

ini ternyata memberi angka kontribusi harapan terhadap hasil prestasi sebagai berikut:

Sikap (0,795), Keterampilan (0,531) dan Pengetahuan (0,088).

Gambaran di atas menegaskan bahwa kekhasan yang dikembangkan pada

institusi ini belum mampu menunjukkan angka kontribusi harapan terhadap

keprofesionalan yang cukup memadai. Walaupun tampak bahwa angka kontribusi

harapan relatif tinggi pada terbentuknya Sikap dan Keterampilan mahasiswa, tetapi

kontribusi harapan untuk pengetahuan relatif kecil. Hal ini tentunya harus menjadi

perhatian manajemen dalam pengembangan pendidikan, bagaimana mengantisipasi

kelemahan yang tampak di sini agar dapat dihasilkan lulusan yang profesional dengan

keseimbangan komponen yang seharusnya dimiliki oleh lulusannya.

(c) Politeknik Negeri (UI) Jakar ta

Tidak berbeda dengan institusi sebelumnya, di institusi ini, peranan staf

pengajar cenderung mendominasi proses pendidikan. Walaupun tampak dari perolehan

hasil penelitian ada bagian-bagian unsur yang menonjol, yang menjadi kekhasan

institusi ini.

Kekhasan yang tampak pada institusi ini, yaitu Pusat sumber belajar,

khususnya dalam hal ketersediaan sumber pengajarannya yang relatif lebih tinggi

dibanding dengan institusi yang lain. Di samping itu, Fasilitas komunikasi yang lebih

menekankan pada bentuk yang diaplikasikannya. Kekhasan ini ternyata membawa

angka kontribusi harapan terhadap hasil prestasi yang dapat diperoleh adalah sebagai

berikut: Keterampilan (0,798), Pengetahuan (0,480), dan Sikap (0,200).

Gambaran di atas menegaskan bahwa walaupun peranan staf pengajar dalam

proses pendidikan relatif besar, tetapi mampu menghasilkan lulusan dengan tingkat

Keterampilan yang tinggi. Di lain pihak, Sikap yang merupakan sasaran

Page 128: Bab IV yang

203

keprofesionalan masih rendah. Hal ini harus dipertimbangkan dalam mengantisipasi

pengembangan pendidikan, agar paling tidak dapat dihasilkan lulusan yang profesional

dengan keseimbangan komponen yang seharusnya dimiliki oleh lulusannya.

(d) Akamigas PPT Migas-Cepu

Berbeda dengan institusi yang lain, pada institusi ini khususnya dalam transfer

ilmu, staf pengajar relatif tidak mendominasi proses pendidikan. Di samping itu

tampak adanya penonjolan pada kemandirian mahasiswa yang menjadi landasan dalam

proses pendidikan secara komprehensif, sehingga pada institusi pendidikan ini staf

pengajar lebih berperan sebagai fasilitator bagi mahasiswa dalam mencapai tujuan

pendidikan. Penonjolan-penonjolan dari hasil analisis milah yang tampak menjadi ciri

khas dari institusi pendidikan ini.

Kekhasan yang tampak pada institusi ini, yaitu pada Belajar modul secara

mandiri, khususnya dalam hal materi pembelajaran yang telah disiapkan dalam modul

dan proses yang diimplementasikan sesuai dengan yang telah direncanakan; Pusat

sumber belajar, khususnya pengorganisasian untuk kepentingan proses pendidikan;

Pengalaman lapangan, khususnya dalam hal orientasi yang lebih banyak

mengutamakan diperolehnya pengalaman lapangan dalam proses pendidikannya; dan

Tim pengajar yang dipersiapkan dengan baik untuk proses pendidikan di institusi ini.

Kekhasan ini ternyata membawa pengaruh pada angka kontribusi harapan terhadap

hasil prestasi mahasiswa yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut: Pengetahuan

(0,688), Sikap (0,596) dan Keterampilan (0,406).

Secara eksplisit dapat dikemukakan bahwa kekhasan yang menonjol pada

institusi ini, mampu menunjukkan hasil prestasi mahasiswanya dengan angka

kontribusi harapan yang relatif sama (seimbang). Walaupun angka kontribusi harapan

Page 129: Bab IV yang

204

yang diperoleh belum menunjukkan hasil yang optimal, tetapi hal ini dapat

memberikan gambaran bahwa kekhasan yang dikembangkan pada institusi ini masih

dapat dioptimalkan apabila variabel-variabel lain yang belum menunjukkan

keoptimalan dalam implementasinya menjadi perhatian dalam upaya mengembangkan

institusi pendidikan ini, agar dapat dihasilkan lulusan yang profesional dengan

keseimbangan komponen yang sesuai, yang dapat dimiliki oleh lulusannya.

(e) Hubungan Kurikulum, Program dan Manajemen Pendidikan

Kurikulum dalam pendidikan merupakan suatu pedoman pelaksanaan proses

pendidikan secara sistematis, antara staf pengajar dengan mahasiswa dalam suatu

komunikasi dan interaksi dinamis antara kurun waktu tertentu yang difasilitasi oleh

adanya sarana dan prasarana yang disiapkan untuk proses tersebut dalam upaya

mencapai sasaran kompetensi yang digariskan. Secara eksplisit dapat dikatakan bahwa

kurikulum adalah sejumlah aktivitas dan pengalaman yang diperoleh mahasiswa

dengan bantuan dan petunjuk yang terencana di institusi pendidikan untuk

mendapatkan kompetensi yang menjadi sasarannya.

Program pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dikembangkan agar

proses pendidikan dapat terselenggara dengan memanfaatkan sumber-sumber yang

dapat dikelola dalam aktivitas pendidikan agar upaya pelaksanaan proses pendidikan

dapat berlangsung sesuai dengan sasarannya. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa program pendidikan adalah suatu perencanaan kegiatan yang mampu

mengantisipasi kebutuhan yang bervariasi dan luas untuk jangka panjang dengan

menggunakan sumber-sumber yang tersedia dan paling baik untuk mencapai tujuan-

tujuan pendidikan.

Page 130: Bab IV yang

205

Manajemen pendidikan merupakan fasilitator yang menopang pelaksanaan dan

penyelenggaraan proses pendidikan yang terpadu, sistematis dan kontinyu. Dalam hal

ini, manajemen pendidikan lebih lanjut dijabarkan sebagai suatu proses yang terdiri

dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan

pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah

ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.

Ulasan di atas menggambarkan bahwa terselenggaranya pendidikan tidak

terlepas dari terlaksananya kurikulum, berjalannya kegiatan program-program, dan

berfungsinya manajemen dalam proses pendidikan. Ketiga komponen ini membentuk

suatu sistem tertutup dengan intinya adalah kurikulum yang didukung dengan

program-program dan dikelola oleh suatu manajemen yang terpadu.

Dari hasil penelitian, tampak bahwa ketiga unsur (kurikulum, program dan

manajemen pendidikan) dengan masing-masing variabelnya yang dikembangkan dari

karakteristik PBK, memberi angka harapan kontribusi pada perolehan hasil prestasi

mahasiswa (pengetahuan, keterampilan dan sikap - sebagai karakteristik

keprofesionalan) yang menjadi sasaran pengembangan model PBK ini, relatif

bervariasi untuk masing-masing institusi. Perolehan angka kontribusi harapan untuk

masing-masing institusi tidak terlepas dari ciri khas yang dikembangkan oleh institusi

bersangkutan. Secara faktual implementasi model pendidikan yang sesuai dengan

model PBK yang dapat digambarkan dari hasil penelitian untuk masing-masing

institusi, adalah sebagai berikut: Poltek (30,84%), Polman (40,70%), Poli-UI

(30,71%o) dan Akamigas (35,76%). Implikasi faktual ini menyebabkan berfluktuasinya

perolehan angka kontribusi harapan yang dapat dimiliki oleh lulusan masing-masing

institusi, implisit dengan penonjolan-penonjolan yang menjadi kekhasan masing-

Page 131: Bab IV yang

206

masing. Angka kontribusi harapan pada variabel pengetahuan, keterampilan dan sikap

pada unsur kurikulum dan program dari hasil analisis korelasi kanonik yang dilakukan

menggambarkan unsur kurikulum dan program yang diimplementasinya, tetapi hal

tersebut tidak terlepas dari fasilitas sarana dan prasarana yang dapat dikelola oleh

manajemen institusi tersebut.

Hasil penelitian ini menggambarkan hasil faktual yang relatif belum optimal

dan perlu diantisipasi secara komprehensif dalam konteks pengembangan institusi

dengan lebih mengupayakan terintegrasinya kurikulum, program, dan manajemen

pendidikan dengan mengaplikasikan model pengembangan pendidikan yang

didasarkan atas model PBK dalam implementasi proses pendidikan di institusi

pendidikan keteknikan.