Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang
sangat signifikan antara stres dengan Sleep Paralysis. Berdasarkan hal tersebut,
maka hipotesis yang menyatakanbahwa ada hubungan stres dengan sleep
paralysis pada santri Pondok Pesantren Darul ulum Jombang dapat diterima. Hal
ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat stres, maka semakin tinggi terjadinya
sleep paralysis pada santri. Sebaliknya semakin rendah tingkat stres, maka
semakin rendah terjadinya sleep paralysis pada santri.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dan pembahasan
sebelumnya, maka dikemukakan beberapa saran dan semoga bermanfaat bagi
semua pihak, antara lain :
1. Bagi santri remaja yang mengalami sleep paralysis
Suatu permasalahan perlu untuk seseorang menghadapi dan menerimanya
secara realistis. Mencoba berteman dan belajar mengelola stres dengan benar amat
membantu untuk hidup lebih baik. Beberapa solusi yang ditawarkan Islam dalam
mengatasi masalah stres, yaitu: Sholat; sabar, ikhlas, dan tawakal; Positive
Thingking; menjadi pribadi asertif; mencari dukungan sekitar; cerdas mengatur
86
ambang keinginan dan rencana; memanajemen waktu; mengatur pemasukan dan
pengeluaran belanja; dan relaksasi.
Pengetahuan memang sangat diperlukan namun belum tentu dapat
digunakan sebaik-baiknya dalam kehidupan seseorang. Ajaran Islam memberikan
solusi shalat yang memiliki manfaat bermacam-macam. Mulai dari manfaat untuk
kesehatan badan hingga spiritual. Kebanyakan orang telah mengetahui hingga
menjalankan kewajiban sholat namun tidak semua orang menjadikan sholat
adalah kebutuhan seseorang. padahal dengan sholat, seseorang dapat menciptakan
pribadi yang sehat secara fisik, mental maupun spiritual. manfaatkan waktu sholat
dengan sebaiknya, menyatulah seakan berdialog dengan Allah SWT karena esensi
dari sholat adalah berdoa. berdoa seakan benar-benar hamba yang tidak memiliki
apapun untuk meminta sesuatu yang diharapkan dan hamba yang sangat
membutuhkan kasih sayang Allah SWT. Yakin bahwa Allah benar-benar
pengampunan dan cinta kasih-Nya bahkan mampu memberikan apapun yang
diminta karena Allah Maha segalanya.
Selain itu tiga konsep yang saling berkaitan yaitu sabar, ikhlas dan
tawakkal. Pengetahuan ini tentunya telah mengakar pada santri namun belum
tentu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tiga konsep ini merupakan cara
yang tepat untuk mengatur emosi dan solusi yang diajarkan Islam untuk
menurunkan stres. Sabar berarti memiliki ketabahan dan keteguhan untuk
menghadapi beban, ujian, dan cobaan dengan penuh harap dan keyakinan yang
mendalam terhadap janji Allah, serta memiliki kemampuan untuk menerima
kenyataan hidup yang kurang menyenangkan atau bahkan yang menyakitkan
87
dengan lapang dada sehinga seseorang akan dapat menghadapi berbagai persoalan
yang sedang dihadapi dengan tetap tenang, tanpa emosional dengan tetap mencari
jalan keluar yang terbaik. Sabar adalah salah satu sifat yang dimiliki oleh orang
mukmin yang berkaitan erat dengan kuatnya keinginan. Seorang mukmin yang
sabar dan memiliki keinginan yang kuat akan bersabar ketika menghadapi
rintangan dan cobaan, dan hal itu tidak akan melemahkan keinginan tersebut.
Tegasnya, bahwa kesabaran adalah kekuatan menahan diri dan kemampuan untuk
menerima sesuatu yag tidak disenangi atau tidak diharapkan. Sikap hidup sabar ini
akan membentuk kepribadian yang tangguh dan teguh, tidak hilang harapan dan
putus asa, manakala dihadapkan pada kegagalan dan kekecewaan. Tentunya sabar
diiringi keikhlasan karena tidak semua apa yang kita harapkan tidak semua dapat
tercapai. Berserah diri atau tawakkal ini menyerahkan semua kepada Allah. Bukan
berarti berputus asa, orang yang bertawakkal tetap berusaha namun mengingat
semua adalah allah yang dapat mengatur dan memenuhi segalanya.
Yakin untuk tetap berpikir positif. Selalu mengambil hikmah dari setiap
kejadian merupakan salah satu cara seseorang untuk mengambil pelajaran hidup
agar lebih baik. Karena apa yang dipikirkan akan berhubungan langsung pada
perasaan dan pada gilirannya juga mempengaruhi perilaku seseorang.
Menjadi pribadi yang asertif merupakan kemampuan seseorang
menyatakan diri, seperti pandangan terhadap dirinya, keinginan dan perasaannya
secara langsung, spontan, bebas dan jujur tanpa merugikan diri sendiri namun
tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Seringkali santri
sungkan untuk menyatakan hal yang bertentangan terhadap aturan yang dapat
88
menghambat santri untuk berkarya. Selama aturan itu tidak keluar dari ajaran
agama islam, santri dapat mengkomunikasikan hal-hal yang dipandangnya baik
dan benar. seperti memberikan masukan untuk ada hari dimana waktu untuk
diskusi ditiap kelas untuk membahas topik yang berbeda setiap minggunya agar
wawasan semakin bertambah. Mengingatkan dalam hal kebaikan atau amar
ma’ruf nahi mungkar tidak dapat dikatakan sesuatu yang buruk atau lancang.
Selama mengingatkan dengan ucapkan yang halus dan baik tidak sampai
menyakiti orang lain hal ini malah dapat manfaat baik dalam diri santri ataupun
orang lain. Selain itu, ajaran islam yang mengharuskan untuk taat pada perintah
ataupun aturan menjadikan santri seringkali tidak mampu menolak apa yang
menjadi ketidakmampuannya ataupun pandangannya yang dinilainya kurang baik.
Disinilah pribadi asertif diperlukan agar tidak menjadi gejolak pada diri santri.
Cobalah untuk mengkomunikasikan dengan pihak yang bersangkutan, mulailah
dengan obrolan ringan yang dilanjutkan dengan mendiskusikan antara aturan adan
pandangan-pandangan tersebut. Pribadi asertif ini juga dapat membuat seseorang
tegas memilah dan menentukan pilihan yang sesuai kemampuannya.
Supaya dapat menurunkan stres yaitu dengan mencari dukungan sekitar saat
memiliki masalah. Misalnya, berbicara tentang suatu persoalan, mengekspresikan
perasaan pada saat merasa kecewa. ataupun sekedar membicarakan topik yang
hangat, dapat membantu menenangkan hati. Dengan begitu, seseorang dapat
menurunkan tingkat stres dengan berbicara pada seorang pendengar yang baik
yang akan membantu untuk berpikir realistis ataupun mengambil sisi positif dari
suatu peristiwa. Mungkin dengan memulai untuk mencari seseorang yang dapat
89
menjadi pendengar yang baik. anggota keluarga, teman dekat, atau siapapun yang
membuat santri nyaman untuk berbagi dan yang dapat dipercaya.
Selain itu cerdas mengatur ambang keinginan dan rencana. Tidak pernah
ada larangan untuk bermimpi dan menginginkan sesuatu. Cita-cita dan harapan
bahkan dapat menjadi daya hidup yang menganggumkan namun perlu diketahui
seringkali stres muncul akibat ketidakmampuan menerima kenyataan yang
berbeda dengan keinginan atau harapan. Misalnya dengan cara membuat daftar
keinginan dan rencana, lihat juga sejauh mana ketidakmampuan pada diri. Selama
sudah melakukan upaya untuk merubah apa yang menjadi ketidakmampuan pada
diri dan ternyata tidak dapat dirubah lebih baik maka buat pilihan lain yang
mungkin serupa dengan keinginan atau harapan sebelumnya yang sesuai dengan
kemampuan. Hal ini mungkin tidak sebaik harapan sebelumnya, namun tetap
dapat memberikan kepuasan atas hasil upaya untuk tetap meraih harapan. Contoh
lain misalnya, keinginan kuat masa depan seperti mendapat nilai terbaik dan
menjadi juara satu. Hal ini bisa menjadi faktor penyebab stres jika tak diatur
dengan baik. Karena menginginkan semua dalam satu waktu atau seketika tanpa
berpijak pada realita yang ada. Oleh karena itu, penting untuk merencanakan dan
membatasi segala rencana yang dibuat dengan mempertimbangkan kemampuan
dan sumber daya atau peluang yang dimiliki hingga lebih siap dalam menghadapi
kenyataan nantinya. Menentukan prioritas apa yang terpenting dalam hidup,
membuat rencana realistis serta berlatih untuk berlapang dada menerima
kenyataan yang akan datang nantinya meski tak sesuai dengan keinginan adalah
cara cerdas berteman dan mengatur stres.
90
Mengatur waktu juga sangat diperlukan. Waktu yang selalu terasa sempit,
juga bisa menyebabkan stres. Oleh karena itu manajemen waktu menjadi
penting. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengelola waktu dengan
baik. Misalnya, tentukan hasil akhir dan jadikan skala prioritas, buat daftar
aktifitas dan prioritaskan tugas yang utama terlebih dahulu lalu buat
perencanaan sebelum melakukan pekerjaan tersebut. Satu pekerjaan yang
dikerjakan selama satu jam yang telah direncanakan akan lebih efektif daripada
mengerjakan pekerjaan selama 3-4 jam yang tidak rencanakan terlebih dahulu.
Perlu juga untuk mengerjakan tugas sesuai dengan waktu dimana seseorang
merasa produktif. Misal, santri akan lebih baik melakukan tugas pada pagi hari
dibandingkan sore hari namun juga perlu untuk membatasi gangguan seperti
adanya teman yang ingin mengobrol selama waktu-waktu produktif.
Hal yang seringkali diabaikan santri adalah waktu istirahat maka buat juga
jadwal waktu untuk beristirahat atau sekedar bersantai. Kadang hal ini
dikesampingkan namun menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan. Perhatikan
pola tidur seperti membiasakan tidur dengan waktu yang teratur, usahakan jam
tidur dan bangun tidur di waktu yang sama setiap harinya agar sesuai dengan
sistem didalam tubuh. Selain itu yang merupakan sunnah nabi yaitu tidur atau
istirahat siang (qailulah) juga termasuk kebiasaan yang menyehatkan asalkan
tidak berlebihan, akan menyegarkan badan dan membantu seseorang untuk
bangun shalat malam.Tempat tidur juga dibersihkan agar lebih nyaman, pikiran
buat tenang dengan tidak membawa pemasalahan saat hendak tidur. Posisi
tidur juga diatur bahkan Rasulullah memperhatikan masalah tidur yang kadang
91
dianggap remeh, seperti posisi tidur hendaknya menyamping ke kanan karena
inilah posisi tidur terbaik yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Pada saat tidur
dalam posisi ini jantung hanya akan terbebani oleh paru-paru kiri yang
berukuran kecil. Selain itu tidur dengan cara ini akan menenpatkan hati pada
posisi yang stabil. Selain itu posisi ini juga sangat baik bagi pencernaan,
makanan akan mampu dicerna oleh usus dalam 2,5 sampai 4,5 jam. Sedangkan
dalam posisi tidur yang lain makanan baru akan selesai dicerna setelah 5
sampai 8 jam.
Tidak mengherankan jika santri seringkali terbatas ekonomi, mengingat
uang saku terbatas hanya saat orang tua menjenguk sehingga santri perlu untuk
mengatur pemasukan dan pengeluaran. Penggunaan uang sebaiknya bersifat
produktif dan pengeluaran yang konsumtif sifatnya perlu dikendalikan dan
dibatasi. Misalnya santri yang diberi uang untuk membeli tas. Saat melihat-
lihat tas ternyata ada tas yang sangat menarik dan lucu namun tidak sesuai
kebutuhan atau kurang besar, sedangkan ada tas yang sesuai kebutuhan dan
muat untuk beberapa buku sekolah. Wajar apabila santri sangat menginginkan
tas yang menarik baginya. Disinilah perlunya untuk mengatur keuangan,
manfaatkan hal ini untuk mengatur keuangan sesuai kebutuhan
Mungkin bagi sebagian santri menganggap relaksasi seperti meditasi atau
yoga. Relaksasi dapat bermanfaat untuk mengatur pernafasan, untuk
melemaskan otot syaraf pada tubuh, bahkan apat meningkatkan kinerja atau
penampilan seseorang. Tidak hanya meditasi atau yoga, relaksasi ini dapat
92
dilakukan dengan latihan pelemasan tubuh, pijat, sambil mendengarkan iringan
musik lembut dan tenang atau alunan ayat suci.
2. Bagi Pengurus Pondok
Diharapkan untuk sering melakukan evaluasi kegiatan dalam pondok
pesantren sehingga dapat memonitoring para santri secara fisik maupun psikis.
Pengurus pondok diharapkan menyusun kegiatan yang sesuai dengan kondisi
perkembangan remaja, sehingga dapat mengurangi tingkat stres pada santri.
Misalnya setiap setahun sekali menyebarkan angket untuk melihat kebutuhan
dan harapan santri. Hal ini dapat membantu pengurus ataupun pengasuh untuk
melihat keefektifan dalam beberapa kegiatan yang telah disusun. Dapat pula
memakai hari dimana khusus untuk melakukan diskusi terbuka untuk dapat
mendengar apa yang menjadi pandangan santri, mungkin dari beberapa ide
yang ada dapat membantu kegiatan menjadi lebih efektif dan menarik.
Pengurus pondok diharapkan menyediakan layanan yang membantu
permasalahan santri ketika berada di pondok pesantren seperti layanan
konseling. Pelayanan konseling dapat membantu beberapa santri yang
mungkin tidak dapat mengkomunikasikan apa yang ada dalam dirinya pada
teman atau orang lain. Mengingat tidak semua orang percaya dan mampu
menceritakan pada orang yang menurutnya kurang tepat.
Seminar perlu diadakan untuk menambah wawasan santri terhadap
beberapa permasalahan. Misalnya mengadakan seminar untuk cara mengolah
stres, membangkitkan motivasi, membangkitkan ESQ (Emotional Spiritual
Quotient). Dengan seminar tersebut setidaknya santri remaja mampu
93
menambah wawasan sehingga memiliki beberapa cara untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
Pengurus pondok diharapkan dapat memberikan informasi secara ilmiah
terhadap pengetahuan yang dianggap mitos, sehingga tidak menjadi keyakinan
yang turun temurun dan dianggap hal gaib, namun sebenarnya kejadian sleep
paralysis disebabkan salah satu faktor penyebabnya adalah stres. Misalnya
mengadakan diskusi untuk membahas sleep paralysis atau mengadakan
seminar untuk mengubah persepsi atau keyakinan yang dianggap santri
memiliki kaitan dengan mahluk gaib.
3. Bagi Keluarga
Bagi keluarga khususnya orangtua, diharapkan mampu memberikan
wawasan maupun informasi tentang sleep paralysis sehingga orang tua ikut
berperan terhadap perkembangan psikologis maupun fisik anak yang sedang
dialami. Bahwasanya fenomena sleep paralysis bukan terjadi karena
keyakinan ataupun cerita turun-menurun melainkan ini berpengaruh juga
terhadap masalah apa yang sedang dialami anak.
Orangtua diharapkan untuk lebih peka terhadap sifat, sikap, dan kebiasaan
remaja yang berubah sehingga bisa mengetahui bahwa remaja berada dalam
tekanan atau stres. Ada baiknya orangtua dapat menjadi contoh yang positif
bagi anak remaja terutama dalam menghadapi sebuah masalah misalnya
memotivasi remaja untuk lebih bisa membicarakan masalahnya terhadap
orangtua dan mengajarkan remaja untuk menyelesaikan masalahnya tidak
dengan setengah-setengah. Peran keluarga yang demikian akan mampu
94
mengurangi tingkat stres terhadap santri. Santri akan merasa nyaman dan
terbuka terhadap masalah yang dihadapi. Misalnya memanfaatkan waktu saat
bersama anak dengan mengobrol. Awali dengan obrolan ringan dan diselingi
dengan candaan, selanjutnya tanyakan apapun yang dirasakan tanpa menyela
dengan beberapa nasehat karena saat disela, seringkali santri menjadi tertutup.
Menasehati memang perlu dilakukan namun mendengarkan seluruh apa yang
dirasakan anak menjadi penting untuk dapat secara tepat menasehati anak.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti
selanjutnya. Selain itu dapat meneliti lebih lanjut mengenai jenis sleep
paralysis dan perbedaan jenis halusinasi pada beberapa kultur di Indonesia.
Diharapkan penelitan selanjutnya mampu mengambil responden yang berbeda.
Penelitian selanjutnya mampu memperkirakan waktu dalam pengambilan
data yang disesuaikan waktu responden dengan jadwal yang cukup padat.
Selain itu, penelitian selanjutnya menyertakan dan mampu mengidentifikasi
hubungan komponen tambahan terkait karakteristik tingkatan kependudukan,
suku, jenis kelamin, dan umur kecemasan sehingga lebih menunjang,
memperkuat, ataupun memperoleh hasil yang lebih rinci dalam pembahasan
hasil penelitian.
95
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Sleep Medicine. 2005. International Classification of
Sleep Disorder: Diagnostic and Coding Manual, 2nd ed. Chicago:
Westchester, IL.
Andarini, S. R., & Fatma, A. 2013. Hubungan antara Distress dan Dukungan
Sosial dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa dalam
Menyusun Skripsi. Jurnal. Universitas Sahid Surakarta. Retrieved
April, 19 2013 from
www.jurnal.usahidsolo.ac.id/index.php/talenta/article/view/72/63.
Anna, L. K. 2013. Sleep Paralysis, Panik dan Merasa Lumpuh Saat Tidur.
Retrieved Maret, 28 2013. From http://health.kompas.com/read
2013/03/28/09571365/Sleep.Paralysis.Panik.dan.Merasa.Lumpuh.Saat
. Tidur
Ardiningsih, U. 2012 Stres: Dampak dan Upaya Penanggulangannya. Retrieved
May, 28 2013 from http://pranaindonesia.wordpress.com/artikel-
2/dampak-stres/
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Azwar, S. 2012. Penyusunan Skala Psikologi(2nd
ed). Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Cheyne, J. A., Rueffer, S. D., & Newby-Clark, I. R. 1999. Hypnagogic and
hypnopompic hallucinations during sleep paralysis: neurological and
cultural construction of the nightmare. Journal. Consciousness and
Cognition, 8, 319-337. Retrieved Oct, 19 2013 From
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10487786.
96
Cheyne, J.A., Newby-Clark, I. R., & Rueffer, S. D. 1999. Sleep Paralysis and
associated Hypnagogic and Hypnopompic experiences. Journal.
Journal of Sleep Research, 8, 313-318. Retrieved October, 19 2013
Cheyne, J. A. 1999. Relations Among Hypnagogic and Hypnapompic
Experiences Associated with Sleep Paralysis. Journal. Journal
Research, 8, 313-317. Retrieved October, 7 2013
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10646172.
Cheyne, J. A. 2002. Situational Factors Affecting Sleep Paralysis and Associated
Hallucinations: Position and Timing Effects. Canada: Journal of Sleep
Research, 11, 169-177. Retrieved May, 9 2013 from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12028482.
Cheyne, J. A. 2002. Waterloo unusual sleep experiences questionnaire-VIIIa.
Retrieved May 19, 2013 from
http://watarts.uwaterloo.ca/_acheyne/spquest01.html.
Cheyne, J. A. 2003. Sleep Paralysis and the Structure of Waking-Nighmare
Hallucination. Journal. Dreaming, 13, 163-179. Retrieved May, 19
2013
Fromhttp://link.springer.com/article/10.1023%2FA%3A10253734127
22.
Cheyne, J. A. 2005. Sleep Paralysis Episode Frecuency and Number, Types, and
Structure of Associated Halusination. Journal. Journal of Sleep
Research, 14, 319-324. Retrieved May, 18 2013 From
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16120108.
Cheyne, J. A. 2006. Sleep Paralysis: State Transition Distrubtion and Narcolepsy.
In C, Basseti & E. Migot (Eds), Narcolepsy and Hipersomnia (pp.
109-117). NewYork : Dekker.
Cheyne, J. A., & Pennycook, G. 2013. Sleep Paralysis Postepisode Distress :
Modeling Potential Effects of Episode Characteristics, General
Psychological Distress, Beliefs, and Cognitive Style. Journal. Clinical
97
Psychological Science, 1, 135. Retrieved May 18, 2013. from
http://cpx.sagepub.com/content/1/2/135.
Darma, A. A. G. B. W., Wiranata, A. A., Nadiasa, M. 2013. Analisis Sistem
Pengadaan Bahan dan Peralatan pada Proyek Konstruksi Jembatan
Tukad Penet Di Badung Bali. Jurnal Ilmiah Elektronik Infrastruktur
Teknik Sipil. Denpasar: Universitas Udayana. Retrieved May, 19 2013
from ojs.unud.ac.id/index.php/jieits/article/download/5618/4262.
Divasari. 2012. Stres: Jenis, Aspek, Penyebab, Reaksi Fisik-Psikologis,
Klasifikasi dan Bagaimana Mengelolanya Retrieved April, 17 2013
http://deevashare.blogspot.com/2012/05/stres-jenis-aspek-penyebab-
reaksi-fisik.html.
Eva. 2010. Memahami Fenomena Sleep Paralysis. Retrieved March, 17 2013 from
http://xfile-enigma.blogspot.com/2010/03/memahami-fenomena-
sleep-paralysis.html.
Goliszek, A. 2005. 60 second manajemen stres. Jakarta: Grasindo.
Hadi, S. 2000. Metedologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Handayani, S. W. R. I. 2012. Hubungan Konsep Diri dan Stres dengan
Prokrastinasi akademik pada Mahasiswa. Tesis, tidak diterbitkan.
Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945.
Harifudianto, I. S. 2012. Pengaruh Hipnoterapi dan Meditasi terhadap Stres. Tesis,
tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945.
Harnowo, P. A. 2012. Tingkat Stres Naik Dari Tahun ke Tahun Sejak 1983.
Retrieved April, 07 2013 from
http://health.detik.com/read/2012/06/15/172827/1942486/763
tingkat-stres-naik-dari-tahun-ke-tahun-sejak-1983.
98
Herman, J., 1997. Literature and Sleep: An Instance of Sleep Paralysis in Moby-
Dick. Journal. American Sleep Disordes Association Research
Society, 7, 577-579. Retrieved May, 21 2013 from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9322274.
Hurd, R. 2013. The Sleep Paralysis Report: Symtoms, Causes, and How to Treat it
Naturally. Retrieved May 19, 2013 from www.dreamstudies.org.
Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Mitchell
Beazley
Hurlock. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Stres. Retrieved March 17, 2013
http://en.wikipedia.org/wiki/Sleep_paralysis. Retrieved March 17, 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelumpuhan_tidur. Retrieved March 17, 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Santri Retrieved May, 19 2014
http://indonesiaindonesia.com/f/59010-sleep-paralysis/. Retrieved April 19 2013
http://www.thesleepparalysisproject.org/about-sleep-paralysis/culture-and-
history/. Retrieved April 19 2013
99
http://health.kompas.com/read/2013/03/28/09571365/Sleep.Paralysis.Panik.dan.M
erasa.Lumpuh.Saat.Tidur. Retrieved Maret, 28 2013
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003211.htm. Retrieved March,
14 2013
Kumala, P. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
Larasaty, R. 2012. Hubungan Tingkat Stres dDengan Kejadian Sleep Paralysis
Pada Mahasiswa FIK UI Angkatan 2008. Skripsi. Depok: Universitas
Indonesia. Retrieved April 26, 2013 from
www.lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308815.
Hidayah, L. 2014. Hubungan antara self-esteem dengan kecenderungan body
dysmorphic disorder pada lesbian remaja. Skripsi, tidak diterbitkan.
Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945.
Maramis, W.F. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Mandas, A. L. 2014. Hubungan antara emotion-focused coping dengan
kecenderungan tindakan self-poisoning pada remaja di Surabaya
Skripsi, tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945.
Medlineplus of the U.S. National Library of Medicine
National Institutes of Health (2014). Stress and anxiety. Retrived
March, 14 2013 from
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003211.htm.
Murphy, G., & Egan, J. 2010. Sleep Paralysis and Hallucinations: What Clinical
Need to Know. Article. The Irish Psychologist, 36 (5) 95. Retrieved
May 5, 2013 from www.lenus.ie/hse/bitstream/.../IPMarch2010.pdf.
100
Morgan, Clifford, T., King, R. A., Weizz, J. R., Schopler, J. 1986 Introduction to
Psychology. New York. Mc. Graw Hill co.
Noor, T. 2011 Hubungan Stres dan Motivasi Kerja dengan Perilaku Prokrastinasi
Guru SMK. Tesis, tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas 17 Agustus
1945.
Pestonjee, D. M. 1992. Stres dan Coping. Jakarta. Erlangga.
Peters. B. 2012. What Causes Sleep Paralysis : Triggers Include Sleep
Deprivation, Sleeping on Back. Retrieved April 18, 2013 from
http://sleepdisorders.about.com/od/causesofsleepdisorder1/a/What-
CausesSleepParalysis.htmhttp://xfileenigma.blogspot.com/2010/03/m
emahami-fenomena-sleep-paralysis.html.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, Praktik. (edisi 4), (Asih, Yasmin; Penerjemah).
Jakarta: EGC. (sumber asli diterbitkan 1997).
Rafknowlege. 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Santrock, J. W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga
Santrock, J. W. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga. Sigar.
Latifah, M. 2008. Pertumbuhan Fisik & Kesehatan Remaja. Retrieved March 11,
2013, from
http://tumbuhkembanganak.edublogs.org/2008/05/26/pertumbuhan-
fisik-kesehatan-remaja/
Sarafino, E. P. 2008. Health Psychology : Biopsychological Interactions. New
York. John Wiley & Sons Incorporated