Upload
dangthu
View
224
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
107
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
V.1. Gambaran Umum Konsep
Bangunan secara umum menanggapi isu yang ada, seperti perkembangan gaya
hidup sehat, isu perkembangan mall, dan menanggapi kebutuhan pasar.
Bagan 5.1 Bangunan Secara Umum Mampu Menanggapi Isu dan Masalah. Sumber: Pemikiran Penulis.
V.1.1. Konsep Penggunaan Bangunan
Penggunaan bangunan akan banyak di dominasi oleh event-event
keolahragaan dan event populer yang kini marak diadakan di mall, misalnya:
Nonton Bareng Pertandingan Sepak Bola
Pameran Otomotif
Pameran Seni
Lomba-lomba
Live Music
Cosplay
108
Event-event ini di kelola oleh pihak management mall dan akan mengisi ruang pada
atrium maupun plaza.
Gambar 5.1 Loop 3x3 Competition National Championship di Gandaria City Mall Jakarta. Sumber: http://ngobrolbasket.com/2015/10/10/32-tim-melaju-ke-fase-playoff-
loop-3x3-competition-national-championship/
Gambar 5.2 Salah satu acara Tifosi Futsal Club di Mall. Sumber:https://40.media.tumblr.com/e81185722b8c77184ae9bbf853e217b3/tu
mblr_ntkkgjGUEj1u136glo1_500.jpg
Gambar 5.3 Acara Nonton Bareng yang Rutin Digelar di La Piaza Mall Kelapa Gading. Sumber: http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/nobar-chelsea-vs-
liverpool_20150512_160706.jpg
109
Bahkan di Plaza utama Mall Kelapa Gading ini, yakni La Piazza, terdapat jadwal rutin
untuk pergelaran acara-acara baik dari sponsor maupun yang bersifat hiburan untuk
menarik pelanggan seperti Live Music, Fashion Fastival, Food Festival, Auto Show, Nite
Carnival dan lainnya.
Event pada mall merupakan salah satu elemen pembentuk atmosfir, yakni atmosfir meriah dah aktif.
Bagan 5.2 Atmosfir yang Ingin Diciptakan Pada Bangunan.
Sumber: Penulis.
Konsep penggunaan bangunan secara umum memiliki tujuan agar bangunan
menjadi pusat perbelanjaan sport kelas atas dan terpercaya sekaligus sebagai sentra
dari kegiatan dan hiburan sport.
Bagan 5.3 Tujuan Bangunan.
Sumber: Penulis.
110
Gambar 5.4 Contoh Pusat Perbelanjaan Sport: Dick’s Sporting Goods. Sumber: https://robertlooper3.files.wordpress.com/2014/06/dicks-sporting-
goods.jpg
Gambar 5.5 Contoh Pusat Perbelanjaan Sport: Dubai Sport Mall. Sumber: http://domeconsultant.com/project/sports-mall-dubai-2005/
V.1.2. Konsep Arsitektural
Konsep arsitektural meliputi elemen-elemen arsitektural agar bangunan
mampu digunakan dengan baik dan mampu memberikan suasana yang diinginkan.
Sebagai bangunan bertema sport, bangunan dituntut untuk dapat menciptakan
atmosfer aktif, meriah, dan rivalitas di dalamnya, namun sekaligus tetap menjadi
bangunan komersial yang menguntungkan investor dan penyewa retail, oleh sebab
itu bangunan bermaksud merangkul komunitas dan pecinta olahraga agar dapat
menjadi konsumen utama sekaligus konsumen untuk event dan acara di dalam mall.
111
Dengan demikian didapati konsep bangunan sebagai playing field, selain sebagai
salah satu penarik pembeli dan area peraga langsung dari retail, juga fungsi
bangunan mall sebagai ruang publik mampu berjalan dengan baik.
Gambar 5.6 Contoh Bangunan Sport Mall Sebagai Playing Field Sumber:http://montenbaik.com/wp-content/
Gambar 5.7 Contoh Bangunan Sport Mall Sebagai Playing Field Sumber: http://montenbaik.com/wp-content/
112
Selain itu, dalam pengolahan arsitekturnya, bangunan harus mampu
menunjukan totalitasnya dalam estetika arsitekturnya berkaitan dengan sport, seperti
elemen fasad, pelingkup bangunan, lantai, dan lain sebagainya sehingga atmosfir
yang ingin diciptakan tetap utuh dan kuat.
Pada elemen lantai misalnya, pada atrium mall biasa, umumnya hanya di buat
pola lantai yang indah seperti bunga dan lain sebagainya, namun pada bangunan
sport mall, lantai untuk atrium umumnya di berikan motif yang lebih sportif seperti
lapangan, track, dan lain sebagainya.
Gambar 5.8 Motif Lantai Pada Atrium Mall Fashion Sumber: http://farm1.static.flickr.com/213/505870733_8cfa3b3ffd.jpg?v=0
Gambar 5.9 Motif Lantai Pada Atrium Senayan City Mall. Sumber: https://c2.staticflickr.com/4/3347/3575386088_67ce18347c.jpg
113
Gambar 5.10 Motif Lantai Pada Atrium Beijing Shopping Mall Untuk Menyambut Event Basket Nasional.
Sumber: http://www.gettyimages.in/detail/news-photo/kids-play-basketball-on-a-court-
set-up-in-a-beijing-news-photo/51470939
Sedangkan konsep arsitektur pelingkup bangunan yang diinginkan adalah
yang mampu memperlihatkan sisi maskulin sport yang umumnya merujuk pada
arsitektur bergaya modern.
Gambar 5.11 Contoh Penerapan Pelingkup Bangunan Sport: F1 YAS Marina Circuit Sumber: http://hauteliving.com/wp-content/uploads/2010/11/abudhabi_2009.jpg
114
V.2. Luasan Ruang
Luasan ruang yang akan di gunakan mengacu pada standar dan kebutuhan ruang
serta mall kelas A pada umumnya.
1. Anchor Tenant
Ukuran retail berbanding anchor tenant pada NLA umumnya 60:40 sampai
50:50, sedangkan yang akan di pakai pada Mall ini ±60:40 merujuk pada
kebutuhan dan anchor tenant itu sendiri, yakni Supermarket (dimana terdapat
banyak supermarket di Yogyakarta dan adanya keberadaan pasar grosir modern
Indogrosir di dekat site sehingga supermarket harus mampu bersaing dan
merebut pasar pada menengah ke atas), Department Store Sport (Sportsmall,
Adidas, Nike, dll), Bioskop (sebagai mini anchor dimana pasar bioskop memiliki
permintaan yang tinggi namun tidak diimbangi dengan tersedianya bioskop yang
cukup di DIY, dan pasar bioskop memiliki rentang usia muda dan keluarga yang
menjadi pasar dari Sport Mall ini), Family Entertainment (sebagai mini anchor
seperti TimeZone, Kids Station, dan sejenisnya).
Anchor = 40% NLA
Anchor = 40% (50% GFA)
Anchor = 40% (14.000 m2)
Anchor = 5.600 m2
Total luas anchor tersebut akan terbagi menjadi 2 Anchot Tenant utama yang
akan menjadi anchor dari lantai dasar sampai 2, sedangkan mini anchor akan
mengisi 10% dari NLA yakni 1400 m2, yang terbagi menjadi 2 mini anchor.
2. Retail/Tenant
Ukuran retail pada mall kelas A berkisar antara 24m2 – 64m2. Dalam
perancangan Sport Mall ini, ukuran retail akan menggunakan modul struktur
umum yakni 8x8m. Dengan lebar muka tenant minimal 4m, maka retail akan
mengikuti modul 4x8m dan kelipatannya.
115
Gambar 5.12 Ilustrasi Panjang dan Lebar Retail. Sumber: Penulis.
Gambar 5.13 Ilustrasi Penyewa Lebih Dari Satu Retail. Sumber: Penulis.
Retail direncanakan akan mengisi 60% dari NLA, yakni 8400m2. Dengan asumsi
ukuran satu retail adalah 32m2, maka akan tersedia ±260 retail di dalam Sport
Mall ini, termasuk area foodcourt.
3. Stand Retail
Stand retail merupakan retail kecil yang terletak di jalur sirkulasi pengunjung.
Stand ini umumnya menjual pernak pernik kecil maupun makanan kecil (snack).
Stand retail umumnya terletak di jalur sirkulasi utama, sirkulasi pengunjung
dekat eskalator, maupun jembatan penghubung pada atrium. Stand retail
merupakan salah satu elemen penting dalam area komersial yang sering kali
terlupakan.
Stand retail menyewa permeter persegi dari tempat yang disediakan oleh pihak
marketing mall. Stand umumnya mengambil 2 sampai 3 meter persegi.
116
Gambar 5.14 Contoh Stand Retail. Sumber: http://myfunfoodiary.com/wp-content/uploads/2012/10/2012-10-13-
21.24rev.jpg
Gambar 5.15 Contoh Stand Retail. Sumber: http://www.tokominiature.com/timthumb.php?src=files/images/3-
mroCt-booth-stand-miniatur-kapal.jpg&w=800&h=600&zc=1
Dengan ukurannya yang hanya 2-3 m2 memanjang pada sirkulasi, maka ukuran
koridor dapat di tambahkan 1 meter persegi jika ingin di sewakan pada stand
retail.
4. Atrium
Setiap bangunan direncanakan memiliki atrium sebagai penghubung antar
lantai, sehingga lebar atrium harus cukup untuk dapat melihat ke toko pada
seberang atas maupun seberang bawah. Lebar atrium umum mall kelas A
117
minimal 6 meter. Direncanakan terdapat 2 atrium pada bangunan Ball Sport, 1
atrium pada bangunan Adventure Sport, dan 1 atrium pada bangunan Freestyle
Sport. Hal ini mengacu pada popularitas jenis olah raga dan kebutuhan ruang
untuk event.
Lebar Min. 6m
Gambar 5.16 Ilustrasi Lebar Minimal Atrium. Sumber: Penulis.
5. Basement
Basement akan digunakan untuk menampung minimal 517 mobil (466
Kebutuhan Mall dan 51 Kebutuhan Hotel), 300 sepeda motor, ruang-ruang
utilitas, ruang penunjang, dan kantor.
Basement akan menggunakan area seluas tapak bangunan (luas tapak dikurangi
sempadan jalan) dan diperkirakan dibutuhkan hingga 2 tingkat (±20.000 m2)
dengan ketinggian basement ke lantai di atasnya (floor to floor) ±4.2m.
Gambar 5.17 Ilustrasi Buildable Area dan Area Sempadan. Sumber: Penulis.
118
Gambar 5.18 Contoh Area Basement ITC Cempaka Mas Jakarta.
Sumber: Dokumentasi Penulis.
Gambar 5.19 Contoh Area Basement ITC Cempaka Mas Jakarta.
Sumber: Dokumentasi Penulis.
6. Ruangan dan Elemen Penunjang lain
Ruangan dan elemen penunjang lain menggunakan ukuran yang merujuk pada
standar ukuran dari data arsitek, metric handbook, maupun asumsi penulis
sendiri. Rincian luasan ruangan dapat dilihat di halaman 64 dan 65 pada tabel
4.6 dan tabel 4.7.
V.3. Organisasi Ruang
Organisasi ruang jika merujuk pada penataan massa yang membentuk sirkulasi
berdasarkan tipologi playing field pada BAB IV, maka yang akan cukup efisien untuk
digunakan adalah tipe 1,3, dan 5, sedangkan tipe 4 cocok untuk membuat cluster
dalam mall, yaitu belokan dari sirkulasi utama untuk menuju cluster barang tertentu.
119
Gambar 5.20 Organisasi Ruang Berdasarkan Playing Field. Sumber: Penulis.
Organisasi ruang berdasarkan playing field selanjutnya akan di transformasikan
menjadi penataan massa bangunan pada V.5.
Dalam organisasi ruang, terdapat hubungan antar ruang yang memperlihatkan
sirkulasi langsung dan tak langsung. Hubungan antar ruang terbagi menjadi
hubungan antar ruang horizontal dan vertikal. Hubungan antar ruang dapat
memperlihatkan ruang-ruang mana yang membutuhkan kedekatan, dan ruang mana
yang menjadi sirkulasi dan penghubung utama pada suatu perancangan bangunan.
120
Bagan 5.4 Organisasi Ruang Horizontal. Sumber: Pemikiran Penulis.
Pada penataan organisasi ruang dalam hubungannya dengan hubungan antar
ruang, organisasi ruang secara horizontal sangat penting, terutama untuk lantai
dengan ruang yang majemuk, dan beragam. Misalnya saja basement dan lantai dasar
pada Mall. Pada organisasi ruang horizontal ini dapat terlihat area plaza outdoor
merupakan akses utama menuju ke area-area vital lain, selain itu plaza merupakan
vista dari entrance yang terbentuk dari tatanan massa di sekitarnya.
121
Bagan 5.5 Organisasi Ruang Vertikal. Sumber: Pemikiran Penulis.
Sedangkan pada organisasi ruang vertikal, dapat terlihat potongan skematik
fungsi ruang pada tiap-tiap bangunan dan perletakan anchor pada bangunan.
Organisasi vertikal juga memperlihatkan potongan hotel dan hubungannya dengan
bangunan mall freestyle sport.
V.4. Zonasi
Zonasi membagi ruang dan memperlihatkan lokasi serta aktivitas yang
dilakukan pada ruang tersebut. Zonasi membagi zona ruang menjadi 4, yakni private,
semi-private, semi-public, dan public. Private memiliki tingkat privasi paling tinggi
sedangkan public memiliki tingkat privasi paling rendah.
122
Tabel 5.1 Pembagian Zonasi Ruangan.
RUANG SERVIS DAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENGELOLA
Fasilitas Lokasi Aktivitas Zona
Musholla Basement Ibadah Public
Loading Dock Basement Loading/unloading Semi-Private
Gudang Basement Menyimpan barang Private
R. Mechanical
Electrical Basement & Rooftop Aktivitas utilitas ME Private
R. Genset Basement Menyimpanan dan Merawat
Genset Private
R. Plumbing Basement Aktivitas utilitas plumbing Private
R. Telekomunikasi
& Transformer Basement & Rooftop
Aktivitas telekomunikasi
bangunan Private
R. Pengelolaan Air Basement & Rooftop Mengelola air bersih, kotor,
dan limbah Private
R. Pembuangan
Limbah Sementara Basement
Mengelola, memisahkan,
dan mengumpulkan sampah
dan limbah berbahaya
Private
R. Karyawan Basement Istirahat karyawan,
menyimpan loker karyawan Semi-Private
Toilet Basement Basement
Buang air besar, buang air
kecil, ganti pakaian
karyawan
Semi-Public
R. Security & CCTV Basement Mengawasi cctv, istirahat
security Private
Pos Security &
Ticketing Basement
Menjaga keamanan,
mengawasi kendaraan Semi-Private
R. Tamu Basement Menerima tamu Semi-Public
R. Rapat Basement Rapat pimpinan Semi-Private
R. General
Manager Basement GM bekerja Private
R. Sekertaris Basement Sekertaris bekerja Private
R. Marketing Basement
Marketing bekerja dan
menerima tamu
investor/penyewa
Semi-Public
R. Administrasi Basement Administrator bekerja Private
R. Teknisi Basement Teknisi bekerja Private
123
R. Kepala Teknisi Basement Kepala teknisi bekerja dan
menerima tamu Private
R. Arsip Basement Menyimpan arsip Private
R. Tunggu Sopir Basement Sopir menunggu dan
beristirahat Semi-Public
Kantin Karyawan Basement Makan, minum, istirahat Semi-Public
R. P3K/Medis Basement Menangani kasus medis
ringan Semi-Public
R. Laundry Hotel Basement Mencuci, mengeringkan,
menyetrika kain Private
Supermarket Lantai Dasar Menjual kebutuhan sehari-
hari secara besar Public
Anchor Tenant Lantai Dasar – 2 Menjual kebutuhan primer,
sekunder, dan tersier Public
Mini Anchor Lantai Dasar – 2 Menghibur, bermain dan
berrekreasi Public
Outdoor Plaza Lantai Dasar Berkumpul dan
bersosialisasi, meeting point Public
Atrium Lantai 1-3 Melihat aktivitas ruang di
seberang, atas, dan bawah Public
Food Court Lantai 3 Makan, minum, istirahat,
bersosialisasi Public
Bioskop Lantai 3 Menonton film Public
Retail Lantai Dasar – 3 Berbelanja Public
Cafe/Restaurant Lantai Dasar – 3 Makan, minum, istirahat,
bersosialisasi Public
Drop off Area Lantai Dasar Menunggu kendaraan,
turun dari kendaraan Public
Lobby Lantai Dasar Meeting point, menunggu
kerabat Public
Eskalator Basement – Lantai 3 Naik/turun Public
Elevator Basement – Lantai 3 Naik/turun Public
Lift Barang Basement – Lantai 3 Naik/turun, mengankut
barang Semi-Private
Conveyor Basement – Lantai
Dasar
Naik/turun, dapat
digunakan untuk troli
belanja
Public
Tangga Basement – Lantai 3 Naik/turun Public
124
Sport Exhibition
Area Lantai Dasar Menonton pertunjukan Public
Taxi Line Lantai Dasar Menunggu taxi, area parkir
taxi Public
ATM Center Lantai Dasar Bertransaksi Public
Stand Retail Lantai Dasar – 2 Berbelanja Semi-Public
Sirkulasi Lantai Dasar – 3 Berjalan Public
Toilet (P&W) Lantai Dasar – 3 Buang air besar, buang air
kecil, berrias Public
Rest Area Lantai 2 Istirahat Public
Ruang AHU Lantai Dasar – 3 Mengecek AHU Private
R. Janitor Lantai Dasar – 3 Ruang penyimpanan alat
kebersihan Semi-Private
Taman Lantai Dasar Istirahat, bermain, jogging Public
Kolam Renang Rooftop Renang Semi-Private
Lobby Hotel Lantai Dasar Menunggu, meeting point Public
R. Informasi Basement – Lantai 3 Mencari informasi Public
Parkir Mobil Basement Parkir Mobil Public
Parkir Motor Basement Parkir Motor Public
Parkir Sepeda Lantai Dasar Parkir Sepeda Public
Sumber: Penulis.
V.5. Tata Massa Bangunan
Penataan massa mengikuti pola playground dengan beberapa atraksi utama
yang tersebar sesuai minat pengunjung. Penataan ini juga berdasarkan pada
pengelompokan olahraga yang ada agar memiliki atrium yang dapat digunakan
bersama secara lebih mudah, selain itu pada setiap bangunan di pilih olahraga favorit
dari pengelompokan tersebut, misalnya futsal dan baseket pada area ball sport.
Gambar 5.21 Organisasi Ruang Playing Field No.3.
Sumber: Penulis.
125
Penataan massa bangunan dibagi berdasarkan axis dan vista menuju ke pusat
site dari setiap sudut. Pembagian ini didasarkan pada arah kendaraan agar
memudahkan untuk masuk ke dalam bangunan, selain itu garis axis juga disesuaikan
dengan perempatan dan terminal jombor agar bangunan memiliki orientasi yang
baik terhadap lingkungan.
Gambar 5.22 Pembagian Massa Berdasarkan Axis Lingkungan dan Site. Sumber: Penulis.
Gambar 5.23 Ilustrasi Pembagian Massa.
Sumber: Penulis.
Gambar 5.24 Pembagian Massa dan Fungsinya.
Sumber: Penulis.
126
Sedangkan penataan massa hotel diletakan pada sisi timur dengan pertimbangan
adanya side entrance dan akses yang cukup baik. Penataan massa hotel akan
menempel pada sisi timur dan atas bangunan free style sport.
Gambar 5.25 Pembagian Massa dan Fungsinya.
Sumber: Penulis.
V.6. Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan mall akan dibentuk menyesuaikan vista menuju ke plaza
dari main entrance (sisi perempatan dan tol jombor), dan side entrance. Bangunan
sebagai corner site akan menghadap ke dua sisi, sedangkan orientasi hotel akan lebih
banyak lebar pada bagian utara-selatan, dimana pada bagian barat-timur hanya
sebagian kecil untuk mengurangi cooling load.
Gambar 5.26 Ilustrasi Orientasi Bangunan. Sumber: Oasis+ Panel 4, SML YAC 2014 BSD Mall http://sayembara-iai.org
127
Orientasi seperti itu akan menghasilkan panas yang cukup besar pada atap pada siang
hari, namun sisi bangunan hotel yang sebagian besar menghadap utara-selatan dapat
lebih terjaga dari panas.
Gambar 5.27 Ilustrasi Insolation Diagram Pada Bangunan.
Sumber: Oasis+ Panel 4, SML YAC 2014 BSD Mall http://sayembara-iai.org
Orientasi utama mall di gambarkan oleh tanda panah merah yang mengarah pada
pusat keramaian dan tol jombor, sedankan panah warna biru menunjukan orientasi
sekunder mall, yang dapat terlihat dari pemukiman dan terminal sekitarnya.
Gambar 5.28 Site dan Sekitarnya.
Sumber: Penulis.
128
V.7. Sirkulasi
Sirkulasi pada bangunan menurut letaknya dibedakan menjadi sirkulasi
dalam bangunan dan sirkulasi luar bangunan. Sedangkan sirkulasi bangunan
menurut kebutuhannya dibedakan berdasarkan 4 pengguna utama pada bangunan,
yakni pengunjung mall, penyewa retail, pengelola mall, dan pihak ketiga berupa
mobil box pengantar barang dan pengangkut limbah.
1. Pengunjung Mall (Pembeli, Pemain, Penyewa Lapangan, Sekedar Pengunjung).
Bagan 5.6 Skema Sirkulasi Pengunjung Mall.
Sumber: Pemikiran Penulis.
2. Penyewa Retail (dan karyawannya).
Bagan 5.7 Skema Sirkulasi Penyewa Retail Mall. Sumber: Pemikiran Penulis.
Datang
Parkir
Basement
Taman/Plaza Lantai 1
Lantai Lainnya Pulang
Pulang Taman/Plaza/ Foodcourt
Pulang
Basement
Datang
Parkir
Basement
Taman/Plaza
Toko masing-masing
Parkir
Basement
Taman/Plaza
Pulang
129
3. Pengelola Mall (dan karywannya).
Bagan 5.8 Skema Sirkulasi Pengelola Mall.
Sumber: Pemikiran Penulis.
4. Pihak ke-3 (mobil box, loading/unloading item)
Bagan 5.9 Skema Sirkulasi Pihak ke 3. Sumber: Pemikiran Penulis.
Sirkulasi pada bagian luar mall akan di tambahkan pada bagian utara sebagai jalur
keluar mobil agar lebih memudahkan sirkulasi.
Gambar 5.29 Ilustrasi Sirkulasi Existing.
Sumber: Penulis.
Datang
Parkir
Basement
Taman/Plaza
Pulang
Kantor Basement-Ke Pos
Kerja
Parkir
Basement
Plaza
Datang Basement Area Loading/Unloading
Lift Barang
Gudang Toko
Masing-masing
Pulang
Diambil
Karyawan
Toko
130
Gambar 5.30 Ilustrasi Sirkulasi Perencanaan.
Sumber: Penulis.
Sirkulasi menurut letaknya, yakni sirkulasi dalam bangunan meliputi sirkulasi
koridor retail dan pergerakan di dalam mall, dan sirkulasi di luar bangunan meliputi
sirkulasi entrance mall untuk pejalan kaki dan kendaraan.
1. Sirkulasi luar bangunan, pejalan kaki.
Gambar 5.31 Ilustrasi Sirkulasi Pejalan Kaki.
Sumber: Penulis.
2. Sirkulasi luar bangunan, kendaraan bermotor.
Gambar 5.32 Ilustrasi Sirkulasi Kendaraan Bermotor.
Sumber: Penulis.
131
3. Sirkulasi luar bangunan, akses menuju bangunan.
Gambar 5.33 Ilustrasi Sirkulasi Kendaraan Menuju Bangunan.
Sumber: Penulis.
4. Sirkulasi luar bangunan, akses keluar bangunan.
Gambar 5.34 Ilustrasi Sirkulasi Kendaraan Keluar Bangunan.
Sumber: Penulis.
132
5. Sirkulasi dalam bangunan, konsep sirkulasi koridor.
Konsep sirkulasi yang mampu membuat pengunjung lebih aktif dan terpacu dalam
semangat sportifitas. Sirkulasi dapat diberikan gambar berupa jalur, maupun
gambaran playing field lainnya.
Gambar 5.35 Contoh Koridor Mall yang Memacu Keaktivan Pengunjung. Sumber: http://www.herworldplus.com/lifestyle/stuff-do/5-fun-free-things-do-new-
sports-hub
Gambar 5.36 Contoh Koridor Gang yang Dijadikan Playing Field.
Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-
U9CjRMzfE14/VaEmgiUzPTI/AAAAAAAAC0I/6UBQ5vgQk4k/s1600/20150709_121645
.jpg
133
6. Sirkulasi dalam bangunan, pergerakan di dalam mall.
Atrium sebagai pusat pergerakan di dalam mall sekaligus konektivitas antar lantai.
Pada atrium di letakan eskalator naik dan turun pada sisi yang berbeda dan juga
lift untuk membuat pergerakan mengitari Mall.
Gambar 5.37 Atrium Sebagai Pusat Pergerakan.
Sumber: Penulis.
Gambar 5.38 Perletakan Eskalator dan Elevator pada Atrium Membantu Pergerakan Sirkulasi Mengitari Atrium.
Sumber: http://static.flickr.com/23/182910907_67a8c09503.jpg
V.8. Tata Ruang Dalam
Penataan ruang dalam dilakukan berdasarkan Tipologi Playfield Pertama,
yaitu Tipologi Stadium. Tipologi ini dirasa paling cocok dengan bangunan mall
134
karena dapat membuat pergerakan memutar pada atrium yang menjadi pusat
perhatian utama, terutama jika ada event.
Gambar 5.39 Transformasi Playing Field Stadium Menjadi Penataan Dalam Mall. Sumber: Penulis.
Gambar 5.40 Contoh Penerapan Transformasi Playing Field Stadium. Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-
fBMDWAri6Co/U19YM4vzBZI/AAAAAAAAAPs/o2V33K8c6Z4/s1600/Ice_skating_Mall_Taman_Anggrek.jpg
Sedangkan pada atrium pada setiap bangunan akan diberikan konsep atrium yang
berbeda sesuai dengan olahraga populer yang ada pada wilayah tersebut, jenis
olahraga, dan fleksibilitas bagi kebutuhan pelaksanaan event. Atrium Ball sport akan
di gunakan untuk futsal dan basket, sedangkan adventure menganut sistem share
space untuk olah raga populer karena jenis yang mirip, sedangkan pada freestyle
adalah flexible space untuk musik dan lain sebagainya.
Commercial
Spectator
Playing
Field
135
Gambar 5.41 Konsep Atrium Berdasarkan Olahraga Populer. Sumber: Penulis.
Gambar 5.42 Contoh Sharing Space untuk Olahraga Sepeda, Sepatu Roda, Skateboard. Sumber: http://montenbaik.com/wp-content/uploads/2009/12/IMG_0230.jpg
Gambar 5.43 Contoh Pemanfaatan Ruang Sisa Untuk Playing Field. Sumber: http://montenbaik.com/wp-content/uploads/2009/12/IMG_0230.jpg
2 ATRIUM 1 ATRIUM 1 ATRIUM
136
V.9. Tata Ruang Luar
Penataan ruang luar meliputi lanskap sekitar bangunan, taman, RTH, dan
bagian luar lain yang digunakan seperti rooftop bangunan. Penataan ruang luar akan
turut mempengaruhi citra bangunan, terutama aktivitas pada ruang luar.
1. Outdoor Plaza
Gambar 5.44 Contoh Suasana Outdoor Plaza Sebagai Taman Hijau.
Sumber: Desain Penulis.
Gambar 5.45 Contoh Suasana Outdoor Plaza Sebagai Ruang Komersial.
Sumber: Oasis+ Panel 12, SML YAC 2014 BSD Mall http://sayembara-iai.org
Gambar 5.46 Contoh Suasana Outdoor Plaza Sebagai Ruang Komunitas.
Sumber: The GreenAxis Panel 11, SML YAC 2015 BSD ITC http://sayembara-iai.org
137
Dari beberapa contoh penataan outdoor plaza tersebut, outdoor plaza sebagai ruang
komunitas dirasa lebih cocok dengan konsep bangunan. Outdoor plaza dapat
menjadi pusat pergerakan utama sekaligus meeting point. Pada outdoor plaza dapat
diletakan amphiteatre sebagai rest area.
2. Sempadan Bangunan
Sempadan sekitar bangunan mall dapat digunakan sebagai taman, jogging
track, dan akses masuk menuju basement.
Gambar 5.47 Contoh Jogging Track di Sekitar Bangunan. Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons
Gambar 5.48 Contoh Sempadan Mall Sebagai Taman. Sumber: Desain Penulis.
138
Gambar 5.49 Contoh Sempadan Mall Akses Kendaraan. Sumber: The Origin Panel 12, SML YAC 2015 BSD ITC http://sayembara-iai.org
Dalam penerapannya, sempadan akan di maximalkan untuk memenuhi RTH sebagai
taman dengan jogging track syang mengelilinginya sebagai area jogging public
sekaligus penarik perhatian masyarakat, kemudian juga sebagai akses masuk dan
keluar kendaraan dari dan menuju drop off dan basement.
3. Rooftop Bangunan
Rooftop pada bangunan merupakan ruang luar yang sangat terhubung
dengan ruang dalam bangunan karena akses menuju rooftop harus melalui ruang
dalam bangunan.
Gambar 5.50 Contoh Rooftop Bangunan Sebagai Kolam Renang. Sumber: Desain Penulis.
139
Gambar 5.51 Contoh Rooftop Bangunan Sebagai Taman. Sumber: Desain Penulis.
Gambar 5.52 Contoh Rooftop Bangunan Sebagai Taman. Sumber: The Lungs Panel1, SML YAC 2014 BSD Mall http://sayembara-iai.org
Dalam penerapannya, Rooftop akan digunakan sebagai kolam renang hotel pada
rooftop bangunan freestyle sport, dan rooftop bagian lain akan digunakan sebagai
outdoor cafe dan taman untuk memenuhi RTH.
V.10. Konsep Citra Bangunan
Konsep citra bangunan meliputi warna bangunan, elemen fasad, serta citra
bangunan yang diinginkan yang sesuai dengan lingkungan dan keadaan sekitar
bangunan. Adanya flyover jombor membuat bangunan harus mampu terlihat dengan
140
baik dari seberang flyover, namun tidak membuat pejalan kaki disekitarnya sesak
karena ketinggian bangunan yang menghimpit tinggi, oleh karena itu massa
bangunan direncanakan memiliki ketinggian yang bertahap dengan tetap
memperhatikan kebutuhan luasan bangunan.
Gambar 5.53 Flyover Jombor. Sumber: http://images.solopos.com/2015/01/feature-flyover-jombor-Yogyakarta-dalam-
aksara-jawa-04.jpg
Gambar 5.54 Contoh Mall Dengan Massa Ketinggian Bertahap. Sumber: http://dvastudio.com/wp-content/uploads/2015/10/Bella-Terra-Family-Mall-
Kelapa-Gading-3-460x345.jpg
141
Gambar 5.55 Contoh Mall Dengan Massa Ketinggian Bertahap. Sumber: The GreenAxis Panel 11, SML YAC 2015 BSD ITC http://sayembara-iai.org
Sedangkan untuk fasad bangunan, konsep aktif sebagai bangunan sport tetap
dipertahankan, namun di tambahkan warna material yang lebih sejuk dan luas agar
pengunjung merasa lebih nyaman dengan elemen fasad yang lebih dinamis dan
mendukung atmosfir aktif sesuai dengan tema bangunan.
Gambar 5.56 Konsep Warna. Sumber: https://cdn.tutsplus.com/gamedev/
Gambar 5.57 Contoh Fasad Mall yang Aktif dan Berwarna Semangat. Sumber: http://i-doadv.com/project_images/gallery/image_624.jpg
AKTIF SEMANGAT
SEJUK LUAS
142
Gambar 5.58 Contoh Penggunaan Warna Yang Sejuk.
Sumber: http://www.archdaily.com/116112/arthur-rimbaud-medialibrary-and-cultural-centre-dacbert-cochet-chapellier-architects/
Elemen fasad lain adalah area promosi. Area promosi seringkali mengganggu citra
bangunan, sehingga perlu dilakukan penataan area promosi yang terintegrasi dengan fasad
bangunan.
Gambar 5.59 Ilustrasi Fasad Mall
Sumber: Penulis.
Gambar 5.60 Ilustrasi Fasad Terintegrasi Dengan Area Promosi.
Sumber: Penulis.
143
Gambar 5.61 Ilustrasi Fasad Terintegrasi Dengan Area Promosi. Sumber: Penulis.
Gambar 5.62 Contoh Material Untuk Double Facade dan Pemantul Cahaya Yang Baik.
Sumber: http://img.diytrade.com/smimg/604296/9049034-149926-0/nn/2cf5.jpg
Gambar 5.63 Contoh Material Yang Cocok Untuk Double Facade.
Sumber: http://www.frame2frame.co.za/images/aluminum.jpg
144
V.11. Sistem Struktur Bangunan
Sistem struktur menggunakan kolom dan balok seperti pada bangunan
umumnya, namun portal mengikuti bentuk mall, sedangkan atap menggunakan
green roof dengan sistem panen air hujan, dan pondasi menggunakan pondasi
footplate untuk bangunan yang rendah dan tiang pancang sampai tanah keras untuk
bangunan yang tinggi seperti hotel.
Gambar 5.64 Struktur kolom, balok, dan footplate. Sumber: http://www.tatasteelconstruction.com/
Gambar 5.65 Detail Struktur Green Roof. Sumber: http://dcgreenworks.org/wp-content/uploads/2011/12/green-roof-
layers2.jpg
145
V.12. Sistem Penghawaan Bangunan
Sistem penghawaan bangunan menggunakan AC central yang dialirkan pada
retail. Dari retail aliran udara dingin akan mengalir keluar dan udara yang lebih
panas akan naik melalui atrium. Selanjutnya udara akan di sedot oleh inlet pada
bagian lantai atas untuk direcycle.
Sedangkan untuk hotel tetap menggunakan AC Central yang suhunya dapat
di atur perkamar menggunakan pengaturan bukaan AC.
Bagan 5.10 Sistem Penghawaan Pada Bangunan. Sumber: Penulis.
Gambar 5.66 AHU, HVAC System. Sumber: http://pureduct.co.in/files/cache/
RETAIL CORRIDOR ATRIUM
AC
LANTAI
TERATAS Outlet
Inlet
146
V.13. Sistem Pencahayaan Bangunan
Sistem pencahayaan menggunakan bantuan pencahayaan alami pada siang
hari dengan memanfaatkan skylight yang dimasukan melalui atrium, sedangkan
pencahayaan buatan menggunakan lampu LED dan bersifat memberikan arah dan
sebagai penghias pada koridor.
Gambar 5.67 Pencahayaan Alami Pada Mall Melalui Atrium.
Sumber: http://www.eneltec-led.com/
Gambar 5.68 Pencahayaan Buatan Bersifat Mengarahkan.
Sumber: http://www.ledcornbulbs.com/upload/file/images/20130627010705.jpg
Gambar 5.69 Pencahayaan Buatan Bersifat Mengarahkan.
Sumber: http://archinect.com/thelightingpractice/project/northshore-mall
147
V.14. Sistem Utilitas Bangunan
V.14.1. Sistem Jaringan Listrik
Jaringan Listrik menggunakan PLN sebagai pemasok listrik utama
sedangkan listrik cadangan menggunakan genset dengan ruang genset berada di
basement. Jaringan listrik menggunakan tray yang disembunyikan diatas plafon
bersama sistem AC.
Pembagian listrik dari sumber utama melalui MDP kemudian SDP, Ruang SDP
akan menjadi satu pada setiap lantai bersama ruang utilitas AHU di dekat ruang toilet.
Gambar 5.70 Tray Jaringan Listrik. Sumber: http://images3.cableorganizer.com/cable-tray/overview-with-cables.gif
Gambar 5.71 Sub Distribution Panel.
Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-dtuFc2U5EyA/T2BoO6u6JhI/AAAAAAAABfc/0WBoBpBTExQ/s720/panel%2520lv%2520
mdp.jpg
148
V.14.2. Sistem Air Bersih
Sistem air bersih disalurkan oleh PDAM dan disimpan pada ground water
tank di basement kemudian disalurkan ke roof water tank pada rooftop. Sistem air
bersih di gunakan untuk memenuhi kebutuhan air pada toilet mall, dapur-dapur
mall, hotel, dan kolam renang.
Sistem air bersih juga menggunakan sistem panen air hujan melalui green
roof top yang disalurkan oleh pipa floor drain untuk di recycle untuk memenuhi
kebutuhan air kolam renang. Air hujan akan memasuki tangki penyeimbang (tempat
tampungan air kolam yang meluap) dan selanjutnya masuk sand filter dan mendapat
pengawasan kadar chlorine untuk selanjutnya dipakai lagi pada kolam.
Gambar 5.72 Sistem Panen Air Hujan. Sumber: http://www.conteches.com/portals/0/Images/
V.14.3. Sistem Air Kotor
Sistem air kotor adalah sistem pemurnian air limbah sebelum dibuang ke riol
kota. Air kotor adalah air limbah yang dihasilkan oleh bangunan dengan aktivitas di
dalamnya. Air ini kemudian diolah agar tidak berbahaya bagi kesehatan dan
lingkungan. Air lemak termasuk air kotor dan harus di oleh di bak lemak. Air lemak
akan banyak di hasilkan melalui dapur foodcourt, wastafel, dan restaurant.
Ruang utilitas pengolah air kotor berada di basement, umumnya STP dapat di
letakan di bawah ramps basement untuk kendaraan agar menghemat ruang.
149
Bagan 5.11 Skema Kerja Bak Lemak Sumber: Penulis.
Bagan 5.12 Skema Pengolahan Air Kotor
Sumber: Penulis.
EQUALIZING TANK berfungsi untuk menyamakan (homogenisasi) semua jenis air
limbah yang masuk agar mudah dalam proses pengolahan
AERATION TANK, di dalam tangki ini air kotor dicampur dengan bioorganisme.
Untuk mendukung kehidupan dan pembiakan bakteri, tangki di beri udara/oksigen.
SETTLING TANK, berfungsi untuk memisahkan endapan padat dan cair dalam air
limbah
SLUDGE TANK, berfungsi untuk menampung hasil endapan/lumpur
CHLORINE TANK , dalam pengolahan air klorin bertujuan untuk membunuh kuman
dan mengoksidasi bahan – bahan kimia dalam air.
CLEAR TANK, merupakan tangki penampungan terakhir sebelum dipompa ke riol
kota.
V.14.4. Sistem Penanggulangan Bencana
Sistem penanggulangan bahaya bencana, umumnya adalah bencana gempa
dan kebakaran. Bencana gempa diserahkan pada struktur bangunan, terutama core
sebagai tempat berlindung pertama, sedangkan pada kebakaran, terdapat beberapa
150
elemen penting, diantaranya CCTV, Water Sprinkler, Speaker, Smoke and Heat
Detector, Emergency Lamp, Hydran, Fire Extinguisher, dan Tangga Darurat.
Gambar 5.73 Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran. Sumber: Dokumentasi Penulis Pada Novotel Yogyakarta.
Pemadaman sederhana dapat dilakukan dengan fire extinguisher sedangkan
pemadaman tingkat berat dapat dilakukan dengan hydran dan pipa pemadam yang
ada pada hydrant panel. Untuk menggunakan air dari hydrant panel dibutuhkan
pompa tambahan yang cukup kuat, yakni jocket pump.
Bagan 5.13 Skema Pompa Air Untuk Hydrant Sumber: Penulis.
151
V.14.5. Sistem Pembuangan Sampah
Sistem pembuangan sampah terbagi menjadi limbah biasa dan limbah
berbahaya. Untuk limbah biasa umumnya ditampung pada tempat sampah dengan
pemilahan sampah. Pemilahan dapat dikelola oleh pihak mall maupun pihak ke-3,
sedangkan untuk limbah berbahaya diletakan pada ruangan khusus untuk
selanjutnya dikelola pihak ke-3 untuk dimusnahkan.
Gambar 5.74 Sistem Pemilahan Sampah. Sumber: Dokumentasi Penulis Pada Novotel Yogyakarta.
BIRU adalah untuk can and tin (kaleng/logam)
PUTIH adalah untuk china ware (keramik)
ABU ABU adalah untuk paper and plastic (kertas dan plastik)
HIJAU adalah untuk sampah organik (daun, sisa makanan)
KUNING adalah untuk bottle (botol mudah daur ulang)
MERAH adalah untuk wood (kayu-kayu sisa).