Upload
vuongkhue
View
220
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
132
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
A. Konsep Dasar
Sesuai dengan pembahasan elaborasi tema pada bab sebelumnya, kata kunci
konsep dasar perancangan Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan
NARKOBA ini adalah aman dan nyaman. Aman disini bukan hanya memberikan
pengawasan bagi pasien dari pengaruh luar melainkan memberikan pengawasan
bagi pasien dari pengaruh dirinya sendiri. Pengaruh luar yang biasa terjadi yaitu
berupa tekanan untuk menggunakan kembali NARKOBA dari para pengedar
yang masih aktif dan pengaruh dirinya sendiri yaitu berupa tindakan-tindakan
negatif seperti bunuh diri. Teori Pengawasan Alami Oscar Newman dan Teori
Kenyamanan Edward T.Hall yang telah dijelaskan sebelumnya dalam elaborasi
tema sesuai dengan konsep dasar aman dan nyaman ini. Dengan penerapan
pengawasan alami, diharapkan pasien cukup merasa terawasi tanpa merasa
tertekan kejiwaannya. Hal ini juga akan meningkatkan sistem keamanan di dalam
bangunan guna menghindari hal-hal negatif yang mungkin dilakukan pasien.
Kenyamanan yang dibentuk merupakan tanggapan terhadap kondisi psikologis
pasien. Dengan penciptaan kondisi lingkungan dan fisik bangunan yang tanggap
terhadap kondisi psikologis pasien, diharapkan dapat tercipta sugesti positif dalam
diri pasien sehingga terbentuk suasana nyaman dalam ketidaknyamanan dan pada
akhirnya, proses penyembuhan pun menjadi lebih efektif.
B. Konsep Perencanaan Tapak
Konsep perencanaan tapak memiliki fungsi yang sangat penting dalam
menciptakan suasana lingkungan serta keterkaiatan suatu bangunan dengan
bangunan lainnya. Sesuai dengan konsep dasar perancangan “Aman & Nyaman”,
konsep tapak juga harus dapat mengimplementasikan konsep dasar tersebut.
133
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil analisis tapak lingkungan dan analisis bangunan yang
sebelumnya telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemintakatan
Pada area tapak Pusat Rehabilitasi, area bangunan dikelompokan menjadi
beberapa bagian sebagai berikut :
Tabel 5. 1.Pengelompokan Zona pada Tapak
Zona Nama Bangunan Besaran (%)
Privat Pelayanan Detoksifikasi
Pelayanan Rehabilitasi
Psikologis
Sarana Penunjang Rehabilitasi
24 %
Semi Publik Pelayanan Umum
UGD
Rawat Jalan
20%
Publik Rumah Dinas
Masjid Umum
Asrama Perawat
49%
Servis IPAL
GENSET
TPSS
IPSRS
7%
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
134
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 1. Konsep Pemintakatan Tapak
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
Pada Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan NARKOBA Pria yang dirancang,
tidak sembarang orang dapat masuk ke wilayah ini. Untuk tetap menjaga
kemanan, zona privat rehabilitasi diletakan paling jauh dari akses utama untuk
menjaga kemanan pasien dari pengaruh luar. Sementara zona semi publik yang
digunakan sebagai pelayanan pertama pada pasien diletakan pada bagian depan
untuk memudahkan akses pasien yang baru datang berobat. Area publik
diletakkan pada area yang terpisah dari kawasan rehabilitasi karena area ini
dikhususkan bagi fasilitas staf. Perletakan zona servis disesuaikan dengan
perletakan massa bangunan utama dan pintu masuk kawasan.
135
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Sirkulasi dan Parkir
Gambar 5. 2. Konsep Sirkulasi dan Parkir
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
Pada Pusat Rehabilitasi ini, sirkulasi tapak memiliki peran dalam menciptakan
kemanan bagi pasien. Untuk membentuk sistem keamanan yang baik, diperlukan
sirkulasi bangunan yang memadai. Pintu masuk menuju tapak terletak pada
bagian selatan, hal ini dikarenakan tingginya pengunjung yang datang dari arah
selatan yaitu dari arah jalan utama. Sedangkan pintu keluar tapak berada pada
bagian utara. Sirkulasi dalam tapak Pusat Rehabilitasi ini terbagai menjadi 2 jenis,
yaitu sirkulasi bagi pengunjung baik pejalan kaki maupun pengendara kendaraan
bermotor dan sirkulasi servis.
Sirkulasi untuk pengunjung hanya terletak pada bagian depan tapak yaitu pada
area semi publik. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan sistem keamanan bagi
pasien. Sedangkan sirkulasi servis dibuat mengelilingi setiap zona dengan tujuan
meminimalisir terjadinya penumpukan kendaraan dan juga untuk menciptakan
136
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sistem pengawasan alami terhadap bangunan dikelilinginya. Area Parkir sendiri
terletak pada area depan tapak (timur) yaitu pada lahan GSB dengan tujuan untuk
memaksimalkan penggunaan lahan.
C. Konsep Perancangan Bangunan
Berdasarkan hasil analisis dan kaji banding, diketahui bahwa pengobatan bagi
korban penyalahgunaan NARKOBA dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan-
tahapan inilah yang dijadikan sebagai dasar perancangan bangunan. Tahapan-
tahapan tersebut yaitu Pelayanan Umum, Pelayanan UGD, Pelayanan
Detoksifikasi, Pelayanan Rehabilitasi Psikologis, Pelayanan Rehabilitasi Sosial
dan Pelayanan Rawat Jalan. Setiap pelayanan yang diberikan memiliki
karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu untuk memaksimalkan karakteristik
tersebut, bangunan pun dibedakan bedasarkan jenis tahapan pelayanan.
Gambar 5. 3. Konsep Perancangan Bangunan
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
137
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain hal tersebut, dengan dibedakannya jenis bangunan ini, fungsi kegiatan
didalam bangunan pun menjadi lebih maksimal dan hirarki ruang pun menjadi
lebih jelas. Berdasarkan hal tersebut, terbentuklah bentuk dasar bangunan yaitu
bentuk bundar yang mengalir sesuai dengan tahapan pelayanan rehabilitasi.
D. Konsep Modul Perancangan
Sesuai dengan standar ruang bangunan rumah sakit menurut Neufert, terdapat
modul spesial untuk bangunan rumah sakit yaitu 120 cm. Namun, dikarenakan
modul ini terlalu kecil untuk ruangan yang membutuhkan area-area besar seperti
ruang operasi maka modul yang digunakan adalah kelipatan dari 120 cm yaitu
720 cm x 720 cm. Pemilihan modul 720 cm ini merupakan kelipatan dari standar
ukuran minimal pada ruang tindakan dan ruang intensif yaitu 240 cm sehingga
penempatan area tindakan dan area intensif menjadi lebih maksimal.
Gambar 5. 4. Standar Ukuran Minimal Ruang Tindakan dan Ruang Intensif
(Sumber: Metric Handbook Planning 3rd edition & Neufert Data Arsitek)
E. Konsep Bentuk, Fungsi, Ruang Interior
1. Konsep Bentuk
Bentuk dasar bangunan utama Pusat Rehabilitasi ini adalah lingkaran.
Bentuk lingkaran merupakan respon terhadap tahapan kegiatan rehabilitasi
yang dilalui pasien. Disisi lain, bentuk lingkaran juga memiliki karakteristik
138
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terpusat dan menimbulkan pengawasan ke segala arah sehingga sesuai dengan
konsep dasar kemananan dan kenyamanan.
Gambar 5. 5. Konsep Bentuk Lingkaran
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
Gambar 5. 6. Konsep Bentuk Lingkaran
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
Bentuk lingkaran ini mengalami perubahan berdasarkan respon terhadap
analisis tapak yang telah dilakukan dan kemudian diputuskan dan dianggap
menjadi solusi terbaik. Berikut merupakan tahapan perubahan tersebut:
139
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 7. Konsep Transformasi 1
(Sumber: Analisis Penulis,2015)
Bentuk dasar lingkaran pada awalnya diberikan ketebalan kearah dalam untuk
menciptakan batas antara area yang akan dijadikan massa bangunan dengan
yang bukan.
Gambar 5. 8. Konsep Transformasi 2
(Sumber: Analisis Penulis,2015)
Setelah terbentuk area massa bangunan, area tersebut kemudian diberikan
ketinggian sesuai dengan tinggi bangunan yang telah diperkirakan sehingga
tercipta massa bangunan yang memiliki volume.
140
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 9. Konsep Transformasi 3
(Sumber: Analisis Penulis,2015)
Massa bangunan yang telah terbentuk kemudian dibagi menjadi 6 bagian
sesuai dengan tahapan pelayanan rehabilitasi yaitu Pelayanan Umum, UGD,
Pelayanan Detoksifikasi, Pelayanan Rehabilitasi Psikologis, Pelayanan
Rehabilitasi Sosial, dan Pelayanan Rawat Jalan. Besaran massa bangunan
setiap bagian pun disesuaikan dengan besaran ruang yang telah dilakukan
pada analisis besaran ruang sebelumnya.
Gambar 5. 10. Konsep Transformasi 4
(Sumber: Analisis Penulis,2015)
141
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembagian massa bangunan juga disesuaikan dengan pemintakan yang telah
dilakukan sebelumnya yaitu area privat berada pada bagian belakang dan area
semi publik berada pada bagian depan.
Gambar 5. 11. Konsep Transformasi 5
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
Kemudian terdapat bagian yang dihilangkan sehingga bangunan menjadi
terpisah satu sama lain. Pemisahan bangunan ini dilakukan untuk
memaksimalkan kegiatan didalam bangunan dan membentuk hirarki
bangunan dengan jelas. Selain itu, pemisahan massa bangunan ini juga
merespon terhadap kondisi tapak yaitu arah angin.
Gambar 5. 12. Konsep Transformasi 6
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
142
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah terbentuk pemisahan bangunan, massa bangunan tersebut dibuat
merespon kondisi tapak seperti arah rotasi matahari, view, dan sirkulasi di
dalam tapak sehingga terdapat pergeseran letak massa bangunan dan
perubahan arah bangunan.
Gambar 5. 13. Konsep Transformasi Bentuk Atap
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
Pada bagian atap massa bangunan mengambil bentuk dasar atap sunda yaitu
tagog anjing, bentuk atap ini mengalami pemisahan dan permainan ketinggian
atap sehingga tercipta bentukan atap yang dinamis.
Gambar 5. 14. Konsep Muka Depan
143
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Sumber : Analisis Penulis,2015)
Muka depan bangunan harus diatur sedemikian rupa agar tetap menarik dan
dapat menimbulkan kesan positif baik bagi pasien maupun masyarakat
Permainan bentuk dan ukuran kusen jendela dapat menimbulkan kesan tidak
formal dan tidak kaku sehingga dapat mengubah persepsi orang tentang
penyalahgunaan NARKOBA. Permainan bata ekspos ditambah dengan
permainan maju mundur kolom dan dinding dapat dilakukan agar bangunan
tetap menarik. Penggunaan bata ekspos ini juga menimbulkan kesan alami
antara bangunan dengan lingkungan sekitar.
144
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Fungsi
Gambar 5. 15. Fungsi Bangunan
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
a. Pemintakatan Gedung Pelayanan Umum dan Rawat Jalan
145
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 16. Pemintakatan Gedung Pelayanan Umum dan Rawat Jalan
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
b. Pemintakatan Gedung Detoksifikasi dan UGD
Gambar 5. 17. Pemintakatan Gedung Detoksifikasi dan UGD
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
c. Pemintakatan Gedung Rehabilitasi Psikologis
146
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 18. Pemintakatan Gedung Rehabilitasi Psikologis
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
d. Pemintakatan Rehabilitasi Sosial
Gambar 5. 19. Pemintakatan Gedung Rehabilitasi Sosial
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
147
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Ruang Interior
Sesuai dengan tema yang akan diterapkan, terdapat beberapa penekanan
dalam perancangan ruang interior bangunan Pusat Rehabilitasi ini. Adapun
penekanan-penekanan tersebut yaitu :
a. Ukuran ruang, disesuaikan dengan aktivitas yang terjadi dan kondisi
psikologis pasien dalamnya. Sedangkan untuk bentuk, disesuaikan
dengan perilaku yang ditimbulkan oleh pasien seperti penggunaan
bentuk lengkung yang bertujuan mengurangi sudut dan akan
menimbulkan kesan dinamis, riang dan gembira.
b. Penerapan peralatan disesuaikan dengan kebutuhan dan aktivitas
pengguna.
c. Warna yang digunakan dalam ruangan harus menimbulkan nilai positif
sehingga dapat mengubah dan mempengaruhi perilaku negatif.
Tabel 5. 2. Persepsi Warna Bagi Manusia
Warna Kesan Jarak Kesan Kehangatan Stimulasi Mental
Biru Menjauh Dingin Tenang
Hijau Menjauh dingin-netral sangat tenang
Merah Dekat Hangat Sangat membangkitkan
semangat
Jingga Sangat dekat sangat hangat
Membangkitkan semangat Kuning Dekat sangat hangat
Coklat sangat dekat Netral
Ungun sangat dekat Dingin Agresif, menekan
(Sumber : Kuliah Arsitektur Perilaku pertemuan ke-3 tentang Antropometri, Ergonomi, dan Perilaku
Spasial oleh Tutin Aryanti, Ph.D)
d. Beberapa ruangan pada area detoksifikasi dibuat kedap suara sehingga
pasien dapat beraktivitas dengan baik.
e. Suhu, sangatlah berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang didalam
ruangan. Untuk memaksimalkan aliran udara di dalam ruangan
digunakan AC central.
148
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. Pencahayaan dapat mempengaruhi psikologis pasien. Ruang dengan
pencahayaan yang minim menciptakan suasana yang malas sedangkan
ruang dengan pencahayaan yang berlebihan menyebabkan silau
sehingga pasien akan merasa tidak nyaman.
Gambar 5. 20. Sketsa Interior Kamar Inap Detoksifikasi
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
149
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 21. Sketsa Interior Ruang Isolasi
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
148
1. Karakter Ruang
a. Gedung Pelayanan Umum
Tabel 5. 3. Konsep Karakter Ruang Gedung Pelayanan Umum
Ruang Keamanan Ruang Karakter Ruang Keterangan
R. Penerimaan Sedang Terbuka/menerima, Nyaman Secara garis besar, area pelayanan
umum ini haruslah mencerminkan
nilai positif sehingga pandangan
awal pasien yang masuk menjadi
lebih tenang. Sebisa mungkin area
penerimaan ini terkesan seperti
kondisi rumah yang hangat.
Warna-warna yang digunakan
pada area ini yaitu warna hangat
seperti warna merah, jingga,
kuning, coklat. Selain itu, pada
area ini juga digunakan warna
putih guna memberikan kesan
bersih, terbuka dan menimbulkan
persepsi ruang yang luas.
R. Pendaftaran Rendah Terbuka,Informatif
R. Administrasi/
Umum
Sedang Tertutup, tidak semua orang
dapat masuk
R. Kepala Tinggi Tertutup
R. Pemeriksaan
Awal (Dokter Umum)
Rendah Tenang
R. Tunggu Rendah Terbuka, Nyaman
Kantin Rendah Terbuka
Wc Rendah Tertutup
Janitor Rendah Tertutup
(Sumber: Analisis Penulis,2015)
b. Gedung UGD (Unit Gawat Darurat)
Tabel 5. 4. Konsep Karakter Ruang Gedung UGD
Ruang Keamanan
Ruang Karakter Ruang Keterangan
R. Tindakan UGD Tinggi Tertutup, tenang Pada ruangan ini, kondisi ruang
haruslah tenang sehingga
psikologis pasien yang sedang
dirawat tidak terganggu. Warna
149
yang digunakan untuk
menimbulkan suasana tenang yaitu
warna biru dan hijau. Namun,
dengan penggunaan warna tersebut
juga, ruangan akan menimbulkan
suasana dingin oleh karena itu
diperlukan pula pengaturan suhu
pada ruangan ini.
R. Perawat UGD Sedang Tertutup -
R. Dokter Jaga Sedang Tertutup Ruang dokter dibuat nyaman
sehingga dokter dapat beristirahat
dengan benar. Selain itu, pada
ruangan ini juga harus
menimbulkan kesan akrab
sehingga dokter dapat
bersosialisasi dengan dokter
lainnya dengan nyaman. Warna
yang akan digunakan pada area ini
yaitu warna yang dapat
membangkitkan semangat namun
tidak menimbulkan kesan hangat
dan dingin sehingga dokter akan
tetap merasa fit. Oleh karena itu
dipilihlah warna coklat dengan
tambahan lantai bertekstur kayu
guna menimbulkan kesan hangat
dan akrab.
Wc Rendah Tertutup -
150
Janitor Rendah Tertutup - (Sumber:Analisis Penulis,2015)
c. Gedung Detoksifikasi
Tabel 5. 5. Konsep Karakter Ruang Gedung Detoksifikasi
Ruang Keamanan
Ruang Karakter Ruang Keterangan
R. Penerimaan Sedang Terbuka/menerima, Informatif Pada area penerimaan ini, ruangan
haruslah mencerminkan nilai
positif sehingga pandangan awal
pasien yang masuk menjadi lebih
tenang. Sebisa mungkin area
penerimaan ini terkesan seperti
kondisi rumah yang hangat.
Warna-warna yang digunakan
pada area ini yaitu warna hangat
seperti warna merah, jingga,
kuning, coklat. Selain itu, pada
area ini juga digunakan warna
putih guna memberikan kesan
bersih, terbuka dan menimbulkan
persepsi ruang yang luas.
R. Tunggu Rendah Terbuka, Nyaman -
R. Konseling Sedang Terbuka, Rileks Pada ruangan ini, diperlukan
suasana ruang yang nyaman serta
menimbulkan kesan akrab,
sehingga pasien yang datang tidak
akan merasa takut. Warna yang
dapat digunakan pada area ini
yaitu warna-warna hangat seperti
R. Psikiater Sedang Tertutup
151
warna merah, kuning, jingga, dan
coklat. Untuk mendukung kesan
tersebut juga, digunakanlah tektur
kayu sehingga selain hangat,
ruangan juga akan terkesan akrab.
Kamar Inap Tinggi Tenang, nyaman Pada ruangan ini, pasien dipisah
per ruangan. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan pengawasan.
Pemisahan ruangan ini juga
disesuaikan dengan kondisi
psikologis pasien.
R. Isolasi Tinggi Hening Ruangan ini merupakan ruangan
yang digunakan untuk pasien-
pasien dengan tingkat kecanduan
tinggi yang masih belum dapat
menahan emosinya. Pada ruangan
ini, hanya terdapat tempat tidur
dan wc kecil pada bagian pojok
ruangan. Bukaan yang
digunakanpun yaitu bukaan
vertikal sehingga pasien pun akan
merasakan kedakatannya dengan
sang pencipta. Kesan yang harus
ditimbulkan pada ruangan ini yaitu
kesan dingin sehingga pasien
dapat merenung, merefleksikan
diri, bahkan dapat mengontrol
emosinya. Warna yang sesuai
dengan kesan yang akan
152
ditimbulkan pada ruangan ini yaitu
warna hijau karena warna ini akan
menimbulkan kesan yang sangat
tenang dan membuat ruangan
menjadi lebih luas.
R. Periksa Medis Sedang Terbuka, Tenang -
Laboratorium Tinggi Tertutup Pada area ini, haruslah terhindar
dari cahaya matahari langsung.
Ruangan pun dibuat tertutup untuk
mencegah terjadinya kontaminasi
lewat udara. Warna yang
digunakan pada area ini yaitu
warna putih karena warna ini dapat
memberikan kesan bersih dan
terang sehingga dapat
memaksimalkan penggunaan
cahaya buatan.
R. Dokter Tinggi Tertutup Ruang dokter dibuat nyaman
sehingga dokter dapat beristirahat
dengan benar. Selain itu, pada
ruangan ini juga harus
menimbulkan kesan akrab
sehingga dokter dapat
bersosialisasi dengan dokter
lainnya dengan nyaman. Warna
yang akan digunakan pada area ini
yaitu warna yang dapat
membangkitkan semangat namun
tidak menimbulkan kesan hangat
153
dan dingin sehingga dokter akan
tetap merasa fit. Oleh karena itu
dipilihlah warna coklat dengan
tambahan lantai bertekstur kayu
guna menimbulkan kesan hangat
dan akrab.
Stasiun Perawat Tinggi Tertutup Stasiun perawat diletakkan
berdekatan dengan kamar inap
pasien untuk memudahkan akses.
Tekstur kayu digunakan pada
ruangan ini guna menimbulkan
suasana akrab antara pasien dan
perawat.
R. Perawat Tinggi Tertutup Ruang perawat dibuat nyaman
sehingga perawat dapat
beristirahat dengan benar. Selain
itu, pada ruangan ini juga harus
menimbulkan kesan akrab
sehingga perawat dapat
bersosialisasi dengan perawat
lainnya dengan nyaman. Warna
yang akan digunakan pada area ini
yaitu warna yang dapat
membangkitkan semangat Oleh
karena itu dipilihlah warna-warna
hangat seperti merah, kuning,
jingga, dan coklat.
R.Staf Tinggi Tertutup Ruangan ini harus dapat
menimbulkan suasana tenang R. Kepala Bagian Tinggi Tertutup
154
R. Rapat Tinggi Tertutup sehingga staf dapat bekerja dengan
fokus. Warna yang dapat
digunakan pada area ini yaitu
warna putih karena warna ini
memberikan kesan tenang dan
menimbulkan kesan ruangan yang
luas sehingga staf pun dapat
beraktivitas dengan nyaman.
Untuk menimbulkan kesan akrab
antar sesama staf, pada lantai
ruangan ini digunakan lantai
bertekstur kayu.
Pantri Rendah Terbuka -
R. Linen Rendah Tertutup -
Wc Tinggi Tertutup Wc pada area detoksifikasi ini
perlu mendapatkan pengawasan
yang sangat ketat dengan resiko
sisi kemanusiaan pasien dikurangi,
karena pada tahap ini pasien masih
belum dapat mengontrol dirinya.
Janitor Tinggi Tertutup - (Sumber:Analisis Penulis,2015)
Pada bagian pelayanan detoksifikasi ini juga, kamar inap pasien terbagi menjadi 3 kelompok (Kamar Inap A, Kamar Inap B,
Kamar Inap C) yang di dasarkan terhadap penggolongan efek jenis zat yang digunakan oleh pasien. Berikut merupakan
pengelompokan kamar inap tersebut.
155
Tabel 5. 6. Pengelompokan Kamar Inap Gedung Detoksifikasi
Efek Amfetamin Alkohol Kokain Benzodiazepi
n
Kanabis Opioda Volatile
Substance
Susah tidur x x x x X x x
Berbicara berlebihan x x x
Cemas x x
Berperilaku kasar x x x X x x
Paranoid x x x X x
Psikosis (halusinasi) x x X x
Sulit berkonsentrasi x x x X x x
Rasa senang tinggi x x x x
Depresi x x x X x
Pandangan Kabur x x
Fotophobia (takut cahaya) x
Hiperakuisis (sensitif suara) x
Kamar Inap A Kamar Inap B Kamar Inap C
Nyaman untuk tidur Nyaman untuk tidur Nyaman untuk tidur
Kedap suara Penggunaan warna cerah pada
dinding
Ruangan cukup besar
Ruang tidak terlalu besar Ruangan tertutup (minim cahaya) Pencahayaan yang baik
Pencahayaan yang baik Kedap suara Material/furniture yang tidak
membahayakan
Material/furniture yang tidak Pasien pada ruangan ini mebutuhkan Pasien pada ruangan ini membutuhkan
156
membahayakan ketenangan yang sangat tinggi karena
pasien sangat sensitif terhadap suara
yang ada disekitarnya. Oleh karena
itu, warna yang dapat digunakan pada
area ini yaitu warna jingga karena
warna ini dapat menimbulkan kesan
ruangan yang sangat tenang.
suasana ruangan yang tenang ditambah
dengan luas ruangan yang cukup besar
karena pasien pada ruangan ini cenderung
memiliki rasa senang yang tinggi sehingga
mereka cenderung beraktivitas berlebihan.
Warna yang digunakan pada area ini yaitu
warna hijau karena warna ini
menimbulkan kesan jarak yang jauh
sehingga ruangan terasa lebih besar
namun tetap menimbulkan susana tenang.
Pasien pada ruangan ini membutuhkan
suasana yang tenang dengan ruangan yang
tidak terlalu besar karena pasien cenderung
berbicara berlebihan. Warna yang pada
area ini yaitu warna kuning karena warna
ini dapat menimbulkan kesan ruangan
menjadi lebih dekat, suasana tenang, dan
membuat ruangan menjadi lebih terang.
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
d. Gedung Rawat Jalan
Tabel 5. 7. Konsep Karakter Ruang Gedung Rawat Jalan
Ruang Keamanan
Ruang Karakter Ruang Keterangan
R. Penerimaan Sedang Terbuka/menerima, Informatif Pada area penerimaan ini, ruangan
haruslah mencerminkan nilai
positif sehingga pandangan awal
pasien yang masuk menjadi lebih
tenang. Sebisa mungkin area
penerimaan ini terkesan seperti
kondisi rumah yang hangat.
Warna-warna yang digunakan
pada area ini yaitu warna hangat
seperti warna merah, jingga,
kuning, coklat. Selain itu, pada
area ini juga digunakan warna
putih guna memberikan kesan
157
bersih, terbuka dan menimbulkan
persepsi ruang yang luas.
R. Pendaftaran Rendah Terbuka,Informatif Ruangan ini harus menimbulkan
kesan akrab sehingga pasien
merasa terperhatikan saat
melakukan pendaftaran. Warna
coklat dengan tektur kayu dapat
menimbulkan kesan sangat dengan
dan akrab.
R.Administrasi/
Umum
Sedang Tertutup, tidak semua orang
dapat masuk
Ruangan ini harus dapat
menimbulkan suasana tenang
sehingga staf dapat bekerja dengan
fokus. Warna yang dapat
digunakan pada area ini yaitu
warna putih karena warna ini
memberikan kesan tenang dan
menimbulkan kesan ruangan yang
luas sehingga staf pun dapat
beraktivitas dengan nyaman.
Untuk menimbulkan kesan akrab
antar sesama staf, pada lantai
ruangan ini digunakan lantai
bertekstur kayu.
R. Kepala Bagian Tinggi Tertutup
R. Staff Tinggi Tertutup
R. File Tinggi Tertutup
Pantri Rendah Terbuka -
R. Psikososial Sedang Terbuka, nyaman Pada ruangan ini, diperlukan
suasana ruang yang nyaman serta
menimbulkan kesan akrab,
sehingga pasien yang datang tidak
akan merasa takut. Warna yang
R. Ketergantungan NARKOBA Sedang Terbuka, nyaman
R. Spesialis penyakit dalam Sedang Terbuka, nyaman
R. Penyakit syaraf Sedang Terbuka, nyaman
R. Penyakit jiwa Sedang Terbuka, nyaman
158
R. Terapi rumatan metadon Sedang Terbuka, nyaman dapat digunakan pada area ini
yaitu warna-warna hangat seperti
warna merah, kuning, jingga, dan
coklat. Untuk mendukung kesan
tersebut juga, digunakanlah tektur
kayu sehingga selain hangat,
ruangan juga akan terkesan akrab.
R. konseling Sedang Terbuka, nyaman
R. radiologi Sedang Terbuka, nyaman Pada area medis ini, digunakan
warna yang menimbulkan kesan
bersih dan terang sehingga nilai
positif timbul dalam diri pasien.
Warna yang digunakan yaitu
warna putih. Selain itu, pada
ruangan ini tetap harus
menimbulkan kesan akrab agar
pasien tidak merasa ketakutan oleh
karena itu digunakan pula tektur
kayu baik pada lantai maupun
pada langit-langit.
R. farmasi Sedang Terbuka, nyaman
R. Fisioterapi Sedang Terbuka, nyaman
R. Gigi Sedang Terbuka, nyaman
R. Radiologi Sedang Terbuka, nyaman
R. Perawat Tinggi Tertutup Ruang perawat dibuat nyaman
sehingga perawat dapat
beristirahat dengan benar. Selain
itu, pada ruangan ini juga harus
menimbulkan kesan akrab
sehingga perawat dapat
bersosialisasi dengan perawat
lainnya dengan nyaman. Warna
yang akan digunakan pada area ini
yaitu warna yang dapat
159
membangkitkan semangat Oleh
karena itu dipilihlah warna-warna
hangat seperti merah, kuning,
jingga, dan coklat.
R. Linen Rendah Tertutup -
R. Dokter Tinggi Tertutup Ruang dokter dibuat nyaman
sehingga dokter dapat beristirahat
dengan benar. Selain itu, pada
ruangan ini juga harus
menimbulkan kesan akrab
sehingga dokter dapat
bersosialisasi dengan dokter
lainnya dengan nyaman. Warna
yang akan digunakan pada area ini
yaitu warna yang dapat
membangkitkan semangat namun
tidak menimbulkan kesan hangat
dan dingin sehingga dokter akan
tetap merasa fit. Oleh karena itu
dipilihlah warna coklat dengan
tambahan lantai bertekstur kayu
guna menimbulkan kesan hangat
dan akrab.
R. Konseling Sedang Terbuka, Rileks Pada ruangan ini, diperlukan
suasana ruang yang nyaman
sehingga dapat mempengaruhi
kondisi psikologis pasien.
R. Psikiater Tinggi Tertutup
Wc Sedang Tertutup -
160
Janitor Rendah Tertutup - (Sumber:Analisis Penulis,2015)
e. Gedung Rehabilitasi Psikologis
Tabel 5. 8. Konsep Karakter Ruang Gedung Rehabilitasi Psikologis
Ruang Keamanan
Ruang Karakter Ruang Keterangan
R. Penerimaan Sedang Terbuka/menerima, Informatif Pada area penerimaan ini, ruangan
haruslah mencerminkan nilai
positif sehingga pandangan awal
pasien yang masuk menjadi lebih
tenang. Sebisa mungkin area
penerimaan ini terkesan seperti
kondisi rumah yang hangat.
Warna-warna yang digunakan
pada area ini yaitu warna hangat
seperti warna merah, jingga,
kuning, coklat. Selain itu, pada
area ini juga digunakan warna
putih guna memberikan kesan
bersih, terbuka dan menimbulkan
persepsi ruang yang luas.
R. Resepsionis Tinggi Informatif, terbuka -
R. Pengelola TInggi Tertutup -
R. Periksa Sedang Terbuka, Tenang Ruang dokter dibuat nyaman
sehingga dokter dapat beristirahat
dengan benar. Selain itu, pada
ruangan ini juga harus
menimbulkan kesan akrab
sehingga dokter dapat
R. Dokter Tinggi Tertutup
161
bersosialisasi dengan dokter
lainnya dengan nyaman. Warna
yang akan digunakan pada area ini
yaitu warna yang dapat
membangkitkan semangat namun
tidak menimbulkan kesan hangat
dan dingin sehingga dokter akan
tetap merasa fit. Oleh karena itu
dipilihlah warna coklat dengan
tambahan lantai bertekstur kayu
guna menimbulkan kesan hangat
dan akrab.
R. Rapat Tinggi Tertutup -
R. Konseling Sedang Terbuka, Rileks Pada ruangan ini, diperlukan
suasana ruang yang nyaman serta
menimbulkan kesan akrab,
sehingga pasien yang datang tidak
akan merasa takut. Warna yang
dapat digunakan pada area ini
yaitu warna-warna hangat seperti
warna merah, kuning, jingga, dan
coklat. Untuk mendukung kesan
tersebut juga, digunakanlah tektur
kayu sehingga selain hangat,
ruangan juga akan terkesan akrab.
R. Psikiater Tinggi Tertutup
R. Bersama Sedang Nyaman Pada area ini, ruangan dibuat luas
sehingga pasien dapat beristirahat
setelah melakukan kegiatan
kesehariannya. Warna yang
162
digunakan pada area ini yaitu
warna biru, karena warna ini dapat
menimbulkan suasana ruang yang
tenang sehingga dapat
mengembalikan kondisi pasien
setelah beraktifitas seharian.
R. Konsultasi
Kelompok
Sedang Terbuka, Rileks Pada ruangan ini, diperlukan
suasana ruang yang nyaman serta
menimbulkan kesan akrab,
sehingga pasien yang datang tidak
akan merasa takut. Warna yang
dapat digunakan pada area ini
yaitu warna-warna hangat seperti
warna merah, kuning, jingga, dan
coklat. Untuk mendukung kesan
tersebut juga, digunakanlah tektur
kayu sehingga selain hangat,
ruangan juga akan terkesan akrab.
R. Makan Sedang Terbuka, Rileks Pada ruang makan diletakan pada
bagian luar bangunan sehingga
tercipta suasana yang natural.
Pantri Sedang Terbuka -
Laundri Sedang Terbuka -
T. Jemur Tinggi Terbuka -
Wc Sedang Tertutup Wc pada area Rehabilitasi
Psikologis ini perlu mendapatkan
pengawasan yang cukup ketat
namun tetap memperhatikan sisi
kemanusiaan pasien, karena pada
163
tahap ini pasien sudah mulai bisa
mengontrol dirinya.
Janitor Rendah Tertutup - (Sumber:Analisis Penulis,2015)
f. Gedung Rehabilitasi Sosial
Tabel 5. 9. Konsep Karakter Ruang Gedung Rehabilitasi Sosial
Ruang Keamanan
Ruang Karakter Ruang Keterangan
R. Penerimaan Sedang Terbuka/menerima, Informatif Pada ruangan ini, diperlukan
suasana ruang yang nyaman serta
menimbulkan kesan akrab,
sehingga pasien yang datang tidak
akan merasa takut. Warna yang
dapat digunakan pada area ini
yaitu warna-warna hangat seperti
warna merah, kuning, jingga, dan
coklat. Untuk mendukung kesan
tersebut juga, digunakanlah tektur
kayu sehingga selain hangat,
ruangan juga akan terkesan akrab.
R. Resepsionis Tinggi Informatif, terbuka -
R. Pengelolaan Tinggi Tertutup -
R. Rapat Tinggi Tertutup -
R. Konseling Sedang Terbuka, Rileks Pada ruangan ini, diperlukan
suasana ruang yang nyaman serta
menimbulkan kesan akrab,
sehingga pasien yang datang tidak
akan merasa takut. Warna yang
dapat digunakan pada area ini
R. Pertemuan
Keluarga
Tinggi Tertutup, tenang
R. Serbaguna Tinggi Tertutup, tenang
164
yaitu warna-warna hangat seperti
warna merah, kuning, jingga, dan
coklat. Untuk mendukung kesan
tersebut juga, digunakanlah tektur
kayu sehingga selain hangat,
ruangan juga akan terkesan akrab.
R. Pelatihan Tinggi Terbuka, nyaman -
Wc Tinggi Tertutup Wc pada area rehabilitasi sosial ini
pengawasan dilakukan hanya
antara pasien dengan pasien
karena pada tahap ini pasien dirasa
sudah dapat mengontrol dirinya.
Janitor Rendah Tertutup - (Sumber:Analisis Penulis,2015)
165
F. Konsep Struktur dan Konstruksi
Struktur yang digunakan pada bangunan-bangunan utama menerapkan sistem
rangka dengan penggunaan kolom dan balok beton bertulang. Hal ini didasarkan
kepada kebutuhan jumlah lantai dan kemudahan dalam proses pembangunan.
Gambar 5. 22. Konsep Struktur dan Konstruksi
(Sumber : Analisis Penulis,2015)
Modul yang dipakai pada bangunan ini yaitu 720m x 720m, namun
dikarenakan bangunan yang dirancang hanya berjumlah 1 lantai maka besaran
kolom yang digunakan adalah 25cm x 25cm, sedangkan balok menggunakan
ukuran 15cm x 20cm. Pada bagian atap menggunakan material baja H dengan
sistem baja truss dengan gording baja kanal C. Pada bagian pondasi
menggunakan pondasi batu kali.
G. Konsep Bahan Bangunan
Pada bagian kolom bangunan, digunakan bahan bangunan beton bertulang.
Pada bagian dinding terdapat 2 jenis bahan bangunan yaitu bata dan bata ekspos.
Bahan bangunan bata digunakan pada dinding bagian dalam sedangkan bata
ekspos digunakan pada dinding bagian luar. Selain itu, terdapat beberapa ruangan
yang menggunakan vinyl kayu pada beberapa bagian dinding untuk menciptakan
166
suasana ruang. Pada bagian atapnya sendiri digunakan penutup atap berbahan
aspal atau yang biasa dikenal dengan merk tegola. Material penutup atap jenis ini
lebih fleksibel sehingga dapat menyesuaikan dengan bentuk atap yang
melengkung.
H. Konsep Pencahayaan dan Penghawaan
Sistem pencahayaan dan penghawaan pada bangunan ini diutamakan
menggunakan sistem bukaan alami. Penggunaan jendela dengan sistem sirkulasi
silang pada setiap ruangan diharapkan mampu menghemat pemakaian listrik
didalam bangunan dan menciptakan susasana alami. Meskipun demikian, terdapat
beberapa ruangan yang sengaja dibuat dengan jendela mati guna memaksimalkan
sistem keamanan bagi pasien.
Gambar 5. 23. Sistem AC Central
(Sumber : http://i1.wp.com/cvastro.com/wp-content/uploads/2010/04/sistem_ducting.jpg?resize=463%)
Untuk sistem penghawaan terbagi menjadi 2 jenis yaitu sistem penghawaan
alami menggunakan bukaan dari jendela dan sistem AC Central. Penggunaan AC
Central ini ditempatkan pada ruangan-ruangan yang minim bukaan alami seperti
area detoksifikasi. Penggunaan AC Central ini juga untuk memudahkan
pengaturan oleh perawat.
167
I. Konsep Utilitas
Sumber air bersih berasal dari sumur artesis, yang kemudian ditampung di
dalam bak reservoir yang berada pada area dengan kontur tertinggi sehingga dapat
dialirkan menggunakan pipa secara langsung ke setiap ruangan menggunakan
gaya gravitasi. Air hujan yang turun dari tritisan atap akan jatuh pada rabat air
yang kemudian diserap ke dalam tanah dan untuk sistem pengolahan air limbah
digunakan sistem dengan skema sebagai berikut :
Diagram 5. 1. Skema Utilitas Air Limbah
(Sumber : Analisis Penulis,2015)
168
J. Konsep Elektrikal
Sistem elektrikal menggunakan sumber utama dari PLN ditambah dengan
generator set ketika listrik padam. Adapun skema elektikal pada bangunan
rehabilitasi ini adalah sebagai berikut :
Diagram 5. 2. Skema Distribusi Elektrikal
(Sumber:Analisis Penulis,2015)
Keterangan :
ATS : Automatic Switch Tranfer, alat pengubah jalur ketika aliran listrik
mati.
EMD : Electrical Main Distribution, pusat distribusi listrik sebelum ke unit
bangunan dan unit ruang.
K. Konsep Perancangan Lansekap
Penataan lansekap memiliki peranan yang mendukung terciptanya suasana
yang sesuai dengan fungsi sekitar. Peranan tersebut adalah :
1. Tanaman Peneduh.
Elemen lansekap yang digunakan sebagai tanaman peneduh adalah pohon
yang memiliki tajuk sekitar 3-10 meter. Pohon peneduh ini ditempatkan di
beberapa lokasi yang dianggap memerlukan bayangan pohon untuk
menghindari sinar matahari langsung seperti area parkir, area olahraga, area
rehabilitasi, dan area berkumpul.
Pohon peneduh yang cocok digunakan pada area parkir yaitu pohon yang
memiliki tajuk sekitar 8-10 meter dengan ketinggian pohon sekitar 10 meter.
169
Jenis pohon yang digunakan adalah pohon angsana (Pterocarpus indicus) dan
Trembesi (Albizia Saman).
Gambar 5. 24. Pohon Angsana (Pterocarpus indicus)
(Sumber: http://rajabenih.com/wp-content/uploads/2010/04/pohon-trembesi1.jpg)
Gambar 5. 25. Pohon Trembesi (Albizia Saman)
(Sumber :
http://1.bp.blogspot.com/_K9g4uYnZNeE/TMkeLsASrvI/AAAAAAM/qalky2Xu4GI/s1600/trembesi.png)
Sedangkan pohon yang cocok digunakan pada area olahraga dan berkumpul
yaitu pohon yang memiliki tajuk tidak lebih dari 3 meter sehingga
memungkinkan penggunanya dapat beteduh setelah berolahraga dan
menciptakan suasana akrab antar pasien. Jenis pohon yang dapat digunakan
adalah pohon dadap merah (Erythrina crista-galli).
170
Gambar 5. 26. Pohon Dadap Merah (Erythrina crista-galli)
(Sumber : http://www.jualbibitunggul.com/wp-content/uploads/2014/11/bibit-dadap-merah-va-270x0.jpg)
Penggunaan pohon peneduh pada area yang berdekatan dengan pelayanan
rehabilitasi bertujuan untuk menciptakan efek bayangan sehingga menciptakan
suasana rileks bagi pasien. Selain itu, suasana rileks ini juga dapat timbul dari
suara gesekan pohon-pohon. Pohon yang cocok digunakan pada area ini adalah
pohon dengan tajuk lebar sekitar 8-10 meter, memiliki percabangan diatas 3
meter, dan memiliki daun-daun kecil salah satunya yaitu pohon asam kranji
(Dialium Indium).
Gambar 5. 27. Asam Kranji (Dialium Indium)
(Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-
JpGkAicNou4/TesbSMbd0zI/AAAAAAAACAc/1LFyzIPf708/s1600/erithrina01.png)
171
2. Tanaman Pembatas
Penunjuk pembatas yang dimaksud adalah tanaman yang dijadikan sebagai
pembatas visual dan pembatas akses. Untuk pembatas visual dan akses dapat
digunakan pohon cemara (casuarinaceae) dan tanaman jenis perdu seperti
pohon soka (Ixora javanica).
Gambar 5. 28. Pohon Cemara (Casuarinaceae)
(Sumber : https://corlena.files.wordpress.com/2012/10/dsc_0714.jpg)
Gambar 5. 29. Tanaman Soka (Ixora Javanica)
(Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-
JpGkAicNou4/TesbSMbd0zI/AAAAAAAACAc/1LFyzIPf708/s1600/erithrina01.png)