9
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber. Daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Strategi utama dalam Pembangunan kesehatan, yaitu menggerakan dan memberdayakan masyarakat. Untuk hidup sehat, meningkat anak kesemasyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Yang berkualitas, meningkatkan system surveillence, pemantauan dan informasi. Kesehatan serta meningkatkan pembiayaan kesehatan. (Depkes, 2007). Millennium Development Goals (MDGs) berisikan delapan tujuan pembangunan millennium yang menjelaskan mengenai tujuan pembangunan manusia yang harus dicapai Indonesia pada tahun 2015. Dua dari delapan Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals – MDGs) berkaitan langsung dengan proses persalinan. Adapun tujuan yang dimaksudkan adalah tujuan 4 yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan tujuan 5 yaitu meningkatkan kesehatani ibu. Dimasukkannya proses persalinan dalam dua tujuan tersebut menambahkan makna dari persalinan itu sendiri, bahwa persalinan tidak hanya merupakan wujud regenerasi dari suatu keluarga ataupun bangsa namun juga penting untuk perkembangan manusia itu sendiri.

BAB1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

introduction

Citation preview

Page 1: BAB1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber. Daya manusia

yang dilakukan secara berkelanjutan. Strategi utama dalam Pembangunan kesehatan, yaitu

menggerakan dan memberdayakan masyarakat. Untuk hidup sehat, meningkat anak

kesemasyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Yang berkualitas, meningkatkan system

surveillence, pemantauan dan informasi. Kesehatan serta meningkatkan pembiayaan kesehatan.

(Depkes, 2007).

Millennium Development Goals (MDGs) berisikan delapan tujuan pembangunan

millennium yang menjelaskan mengenai tujuan pembangunan manusia yang harus dicapai

Indonesia pada tahun 2015. Dua dari delapan Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium

Development Goals – MDGs) berkaitan langsung dengan proses persalinan. Adapun tujuan yang

dimaksudkan adalah tujuan 4 yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan tujuan 5 yaitu

meningkatkan kesehatani ibu. Dimasukkannya proses persalinan dalam dua tujuan tersebut

menambahkan makna dari persalinan itu sendiri, bahwa persalinan tidak hanya merupakan wujud

regenerasi dari suatu keluarga ataupun bangsa namun juga penting untuk perkembangan manusia

itu sendiri.

The World Health Organization (2009) menyebutkan bahwa pada setiap hari terdapat 1500

perempuan meninggal karena komplikasi persalinan. Menurut WHO 2005 AngkaKematianIbu

(AKI) di Indonesia mencapai 200-499 per 100.000 kelahiran hidup.Keadaan ini tentunya jauh

dari sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2015, yaitu 102 kematian dari 100,000 kelahiran

hidup.

Berdasarkan laporan WHO 2008, kematian ibu di dunia disebabkan oleh 25% perdarahan,

20% penyebab tidak langsung, 15% infeksi, 13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8%

penyulit persalinan, dan 7% penyebab lainnya.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, kasus obstetriter banyak (56,09%)

Page 2: BAB1

disebabkan penyulit kehamilan, persalinan, dan masa nifas lainnya. Diikuti dengan kehamilan

yang berakhira abortus (26%). Penyebab kematian terbesar adalah eklamsia dan preeklamsia

dengan CFR (Case Fatality Rate) 2,35%, dengan proporsi kasusnya 4,91% dari keseluruhan

kasus obstetri.

Partus maju adalah persalinan yang disertai dengan his yang adekuat tetapi pembukaan cerviks

tidak menunjukkan kemajuan penurunan kepala dan putaran paksi selama 2jam terakhir

(MUCHTAR R,1998:384) Partus tak maju sering terjadi akibat terlalu banyak anak, partus pada

usia dini atau lanjut, jarak persalinan terlalu rapat, kehamilan pertama yang dikaitkan terjadinya

CPD (Chepalo Pelvis Disproporsi), tinggi badan < 150 cm, ukuran panggul yang kecil, riwayat

persalinan jelek dan petugas kesehatan tidak terlatih untuk mengenali persalinan macet yang

menyebabkan tingginya risiko kematian bayi.10 Penyebab utama lahir mati adalah gangguan

persalinan (25%), partus tak maju (19%), masalah kesehatan ibu menjelang persalinan (13%) dan

malpresentasi (12%). Partus tak maju akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi

pada ibu, kadang dapat terjadi atonia uteri yang dapat mengakibatkan pendarahan postpartum.

Menurut Depkes tahun 2004, ibu partus tak maju yang rawat inap di Rumah Sakit di

Indonesia diperoleh proporsi 4,3% yaitu 12.176 dari 281.050 persalinan dan CFR ibu akibat

partus tak maju 0,7%.12 Dari hasil penelitian Khan di RS Pemerintah Karachi tahun 1991-1994

diperoleh proporsi partus tak maju 2,6% yaitu 118 kasus dari 4.500 persalinan.13 Hasil

penelitian Daffalah dkk di RS Pendidikan Wad Medani Sudan tahun 1997-1999 diperoleh

proporsi partus tak maju 1,3% yaitu 207 kasus dari 16.221 persalinan.

Page 3: BAB1

Dari hasil penelitian Abdi di RSIA Badrul Aini Medan tahun 2002-2006 diperoleh proporsi partus tak maju 12,7% yaitu 411 kasus dari 3.225 persalinan dan CFR bayi akibat partus tak maju 0,2%.21 Hasil penelitian Simbolon di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007 diperoleh proporsi partus tak maju 21,7% yaitu 273 kasus dari 1.260 persalinan.22

Page 4: BAB1

Dari hasil penelitian Abdi di RSIA Badrul Aini Medan tahun 2002-2006 diperoleh proporsi partus tak maju 12,7% yaitu 411 kasus dari 3.225 persalinan dan CFR bayi akibat partus`1 tak maju 0,2%.21 Hasil penelitian Simbolon di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007 diperoleh proporsi partus tak maju 21,7% yaitu 273 kasus dari 1.260 persalinan.22

Page 5: BAB1

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 ditemukan proporsi partus tak maju 25,2% yaitu 615 kasus dari 2.436 persalinan. pada umumnya kehamilan yang sudah terdeteksi dengan risiko tinggi yang dapat menimbulkan partus tak maju harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit sehingga penanganan dapat segera dilakukan.

Page 6: BAB1

Hasil penelitian Orach di Uganda tahun 2000 diperoleh ibu yang meninggal akibat partus tak maju 324 orang dengan CFR 26%.15 Hasil penelitian Gessessew dan Mesfin di RS Adigrat Zonal tahun 2001 diperoleh proporsi partus tak maju 3,3% yaitu 195 kasus dari 5.980 persalinan dan CFR ibu akibat partus tak maju 3,6%. Proporsi penyebab partus tak maju yaitu CPD 64,9%, presentasi abnormal 32,5%, abnormalitas pada janin 2,1% dan mioma 0,5%.16 Dari hasil penelitian Mulidah dkk di RSUD Purworejo tahun 2000-2001 diperoleh proporsi partus tak maju 15,5% yaitu 82 kasus dari 529 persalinan.17 Hasil penelitian Rusydi di RSUP Palembang tahun 2000-2004 diperoleh proporsi partus tak maju 3,3% yaitu 350 kasus dari 10.593 persalinan.18 Dari hasil penelitian Syamsul di RSU Tanjung Pura Kabupaten Langkat dan RSU Kisaran Kabupaten Asahan Sumatera Utara tahun 2001, diperoleh di RSU Tanjung Pura proporsi partus tak maju 44,4% yaitu 139 kasus dari 313 kedaruratan obstetri, CFR ibu akibat partus tak maju 0,7% dan CFR bayi akibat partus tak maju 2,2%. Di RSU Kisaran proporsi partus tak maju 42,1% yaitu 118 kasus dari 280 kedaruratan obstetri dan CFR bayi akibat partus tak maju 3,5%.19 Hasil penelitian Yeni di RSU Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara tahun 2002, di Tapanuli Utara diperoleh proporsi partus tak maju 14,1% yaitu 30 dari 73 kasus kedaruratan obstetri. Di Tapanuli Selatan diperoleh proporsi partus tak maju 41,9% yaitu 31 dari 74 kasus kedaruratan obstetri, di Deli Serdang diperoleh proporsi partus tak maju 56% yaitu 37 dari 66 kasus kedaruratan obstetri.20

Seksio sesarea didefinisikan sebagai melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus (Cunningham,1995). Tindakan operasi seksio sesarea dilakukan jika ada indikasi pada dinibu dan janin (Wiknjosastro, 2000). Namun pada saat ini tindakan seksio sesarea menjadi alternatif persalinan yang dilakukan tanpa indikasi medis melainkan indikasi sosial. Alasan memilih persalinan secara seksio sesarea, ibu tidak akan mengalami rasa sakit (nyeri) seperti pada persalinan normal (Kasdu, 2005). Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan (Wall & Jones, 1991). Seksio sesarea merupakan salah satu tindakan operasi obstetrik yang secara sengaja dilakukan untuk menyayat bagian abdomen sehingga dapat menyebabkan perubahan kontinuitas jaringan. Pada proses operasi seksio sesarea ibu diberikan anastesi agar ibu tidak merasakan nyeri. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar, ia akan merasakan nyeri pada bagian tubuh yang mengalami pembedahan (Wall & Jones, 1991).

Menurut The International Association for the Study of Pain nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual (IASP, 1986, dikutip dari Carrol dan Browsher, 1993). Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu (Mahon,1994; dalam Potter & Perry,2005).

Dewasa ini,angka kejadian kematian fetus dan maternal salah satunya adalah partus tidak

maju iaitu atas factor fetus dan ibu,dan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan fetus.Hal ini yang

Page 7: BAB1

mendasari dilakukan penelitian mengenai Prevalensi Persalinan Seksio Sesarea atas indikasi

Partus Tidak Maju di RSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2012

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“Berapakah prevalensi persalinan seksio sesarea atas indikasi partus tidak maju di RSUD

DR.Pirngadi Medan tahun 2012?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui prevalensi persalinan seksio sesarea atas indikasi partus tidak maju di RSUD

DR.Pirngadi Medan tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:

1.Mengetahui prevalensi persalinan seksio sesarea di RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun

2012.

2.Mengetahui prevalensi kasus partus tidak maju(fetopelvik disporportion) di RSUD

DR.Pirngadi Medan pada tahun 2012.

3.Mengetahui luaran fetal dan luaran maternal outcome pada persalinan seksio sesarea

atas indikasi partus tidak maju di RSUD DR.Pirngadi Medan tahun 2012