8
2.1.8 Penatalaksanaan preeklampsia Penanganan preeklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal (Manuaba, 2010). Prinsip penatalaksanaan preeklampsia menurut Maryunani dan Yulianingsih (2012) adalah: a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah. b. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia. c. Mengatasi atau menurunkan risiko terhadap janin. d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama. Penatalaksanaan preeklampsia berdasarkan klasifikasinya: 1. Preeklampsia ringan Pengobatan hanya bersifat simptomatis. Selain rawat inap, penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu (Vincentia, 2010). a. Rawat jalan

bab2.2 preeklampsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tentang preeklampsi

Citation preview

Page 1: bab2.2 preeklampsi

2.1.8 Penatalaksanaan preeklampsia

Penanganan preeklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia

dan pertolongan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan

dengan trauma minimal (Manuaba, 2010). Prinsip penatalaksanaan preeklampsia menurut

Maryunani dan Yulianingsih (2012) adalah:

a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah.

b. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia.

c. Mengatasi atau menurunkan risiko terhadap janin.

d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah

matur atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika

persalinan ditunda lebih lama.

Penatalaksanaan preeklampsia berdasarkan klasifikasinya:

1. Preeklampsia ringan

Pengobatan hanya bersifat simptomatis. Selain rawat inap, penderita dapat dirawat

jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu (Vincentia,

2010).

a. Rawat jalan

Ibu hamil dianjurkan banyak istirahat (berbaring/tidur miring), tetapi tidak harus

mutlak selalu tirah baring. Pada preeklampsia tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang

fungsi ginjal masih normal. Diet yang mengandung 2 gr natrium atau 4-6 gr NaCl (garam

dapur) adalah cukup. Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam

secukupnya dan roboransia prenatal. Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi,

sedatif dan dilakukan pemeriksaan laboratorium hemoglobin, hematokrit, fungsi hati, urin

lengkap dan fungsi ginjal (Prawirohardjo, 2010).

b. Rawat inap (dirawat di rumah sakit)

Page 2: bab2.2 preeklampsi

Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsia ringan perlu dirawat di rumah

sakit dengan kriteria: (1) bila tidak ada perbaikan takanan darah dan kadar proteinuria selama

2 minggu; (2) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat; (3) kenaikan

berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama dua kali berturut-turut (2 minggu)

(Prawirohardjo, 2010). Evaluasi sistemik yang dilakukan mencakup pemeriksaan terinci

diikuti pemantauan setiap hari untuk mencari temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan

penglihatan, nyeri epigastrium dan pertambahan berat yang pesat. Dilakukan juga evaluasi

terhadap pertumbuhan janin dan volume cairan amnion, baik secara klinis maupun dengan

ultrasonografi (USG) (Cunningham, 2006).

c. Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya

Pada kehamilan preterm (<37 minggu), bila tekanan darah mencapai normotensif

selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm. Sedangkan pada kehamilan aterm

(>37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan

untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan (Prawirohardjo, 2010).

2. Preeklampsia berat

Ditinjau dari usia kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat

selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi: (1) Perawatan aktif yaitu kehamilan

segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medisinal; (2) Perawatan konservatif

yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal. Dasar pengobatannya

antara lain istirahat, diet, sedatif, obat-obat antihipertensi dan induksi persalinan

(Martaadisoebrata dkk., 2005).

a. Perawatan aktif

Indikasi perawatan aktif menurut Martaadisoebrata dkk., (2005) adalah:

1. Ibu

a. Kehamilan ≥37 minggu.

Page 3: bab2.2 preeklampsi

b. Adanya tanda-tanda/gejala impending eclampsia seperti sakit kepala yang hebat,

penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan dan hiperrefleks, serta kegagalan

terapi pada perawatan konservatif.

c. Setelah 6 jam sejak dimulainya pengobatan medisinal, terjadi kenaikan tekanan

darah.

d. Setelah 24 jam sejak dimulai perawatan medisinal, tidak ada perbaikan.

2. Janin

a. Terjadi gawat janin dan pertumbuhan janin terhambat (PJT).

b. Adanya tanda-tanda fetal distress.

3. Laboratorik

Sindrom HELLP.

b. Pengobatan Medisinal

1. Antikonvulsan

Terapi pilihan pada preeklampsia adalah magnesium sulfat (MgSO4) yang merupakan

agen paling efektif untuk pencegahan eklampsia pada wanita dengan preeklampsia. Studi

menunjukkan bahwa magnesium sulfat mengurangi indeks denyutan uterin, umbilikal, dan

arteri fetus pada wanita dengan preeklampsia (Eiland dkk., 2012). Pada kasus preeklampsia

yang berat dan eklampsia, magnesium sulfat yang diberikan secara parenteral adalah obat anti

kejang yang efektif tanpa menimbulkan depresi susunan saraf pusat baik pada ibu maupun

janinnya (Cunningham, 2006). Obat ini dapat diberikan secara intravena melalui infus

kontinu atau intramuskular dengan injeksi intermiten.

Infus intravena kontinu dengan cara: (1) Berikan dosis bolus 4-6 gr MgSO4 yang

diencerkan dalam 100 ml cairan intravena dan diberikan dalam 15-20 menit; (2) Mulai infus

rumatan dengan dosis 2 gr/jam dalam 100 ml cairan intravena; (3) Ukur kadar MgSO4 pada 4-

Page 4: bab2.2 preeklampsi

6 jam setelahnya dan sesuaikan kecepatan infus untuk mempertahankan kadar antara 4 dan 7

mEq/L (4,6-8,4 mg/dl); (4) MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir (Cunningham, 2006).

Injeksi intramuskular intermiten dengan cara: (1) Berikan 4 gr MgSO4 sebagai larutan

20% secara intravena dengan kecepatan tidak melebihi 1 gr/menit; (2) Lanjutkan segera

dengan 10 gr larutan MgSO4 50%, separuhnya (5 gr) disuntikkan dalam di kuadran lateral

atas bokong (penambahan 1 ml lidokain 2% dapat mengurangi nyeri); (3) Setiap 4 jam

sesudahnya berikan 5 gr larutan MgSO4 50% yang disuntikkan dalam ke kuadran lateral atas

bokong bergantian kiri-kanan, tetapi setelah dipastikan bahwa refleks patella masih baik,

tidak terdapat depresi pernafasan, pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya >100 ml; (4)

MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir (Cunningham, 2006).

Pemberian MgSO4 disertai beberapa persyaratan yaitu: (1) Harus tersedia antidotum,

yaitu kalsium glukonas 10% (1 gr dalam 10 cc); (2) Frekuensi pernafasan ≥16 kali/menit; (3)

Produksi urin ≥30 cc/jam (≥0,5 cc/kgBB/jam); (4) Refleks patella (+). Pemberiannya juga

bisa dihentikan apabila: (1) Ada tanda-tanda intoksikasi; (2) Setelah 24 jam pasca persalinan;

(3) Dalam 6 jam pasca persalinan, sudah terjadi perbaikan (normotensif) (Martaadisoebrata

dkk., 2005).

2. Antihipertensi

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists labetalol dan

hidralazin intravena adalah pengobatan pertama pada hipertensi dalam kehamilan dan wanita

postpartum dengan onset akut. Diberikan 5 mg intravena pelan-pelan selama 5 menit sampai

tekanan darah turun. Jika perlu pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam atau 12,5 mg

intramuskular setiap 2 jam. Jika hidralazin tidak tersedia dapat diberikan: (1) Nifedipin dosis

oral 10 mg yang diulang setiap 30 menit; (2) Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal,

Page 5: bab2.2 preeklampsi

jika tekanan darah tidak membaik dalam 10 menit, dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg

intravena.

3. Obat-obatan lain

Diuretikum, tidak diberikan kecuali bila ada edema paru, payah jantung kongestif, dan

edema anasarka. Dapat juga diberikan antipiretik bila ada demam, antibiotik bila ada infeksi

dan antinyeri bila pasien gelisah karena kesakitan (Martaadisoebrata dkk., 2005).

2.1.9 Komplikasi preeklampsia

Komplikasi yang terjadi tergantung berat atau ringannya penyakit tersebut. Berikut

beberapa penyulit yang disebabkan oleh preeklampsia menurut Prawirohardjo (2010):

1. Penyulit Ibu

a. Sistem saraf pusat: Perdarahan intrakranial, edema serebri, edema retina, trombosis

vena sentral.

b. Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.

c. Hematologi: Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), trombositopenia.

d. Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, cardiac arrest,

iskemia miokardium.

e. Lain-lain: asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendalikan.

2. Penyulit Janin

a. Intrauterine fetal growth restriction (IUGR).

b. Sindroma distres nafas.

c. Kematian janin intrauterin.

d. Cerebral palsy.

Solusio plasenta, prematuritas, sepsis, dll