9
BAKTERIURIA ASIMTOMATIK PADA KEHAMILAN Definisi Bakteriuria asimtomatik adalah kolonisasi bakterial yang persisten pada traktus urinarius tanpa gejala simtomatik/klinis. Prevalensi bakteriuria asimtomatik adalah 5% sampai 10% pada wanita hamil. Patogenesis bakteriuria asimtomatik berlangsung seperti infeksi saluran kemih pada umumnya. Pada sosial ekonomi rendah, sickle cell anemia, kateterisasi dan diabetes mellitus, prevalensi bakteriuria asimtomatik meningkat. Mikroorganisme patogen yang menjadi penyebabnya terutama adalah Escherichia coli (75,2%- 86%), yang lainnya seperti Staphilococcus,, Streptoccocus, Klebsiella, Enterobacter, dan Proteus. Penelitian yang dilakukan terhadap wanita hamil menunjukan bahwa sekitar 7% memberikan hitung bakteri dalam urine > 100,000 cfu (colony forming unit) / ml. Sedangkan pada wanita yang tidak hamil frekuensinya berkisar antara 2,8%-22%. Infeksi nyata terjadi pada kehamilan antara 26 hingga 36 minggu dengan puncak insiden pada kehamilan 30-32 minggu. Bakteriuria asimtomatik dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah, kelahiran prematur, abortus dan kematian ibu dan janin. Risiko bakteriuria asimtomatik pada kehamilan bila tidak diobati adalah 20% sampai 30% menjadi pielonefritis akuta, yang dapat menybabkan sepsis, insufisiensi pernafasan, anemia,

Bakteriuria Asimtomatik Pada Kehamilan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bakteriuria Asimtomatik Pada Kehamilan

BAKTERIURIA ASIMTOMATIK PADA KEHAMILAN

Definisi

Bakteriuria asimtomatik adalah kolonisasi bakterial yang persisten pada traktus

urinarius tanpa gejala simtomatik/klinis. Prevalensi bakteriuria asimtomatik adalah 5%

sampai 10% pada wanita hamil. Patogenesis bakteriuria asimtomatik berlangsung seperti

infeksi saluran kemih pada umumnya. Pada sosial ekonomi rendah, sickle cell anemia,

kateterisasi dan diabetes mellitus, prevalensi bakteriuria asimtomatik meningkat.

Mikroorganisme patogen yang menjadi penyebabnya terutama adalah Escherichia coli

(75,2%- 86%), yang lainnya seperti Staphilococcus,, Streptoccocus, Klebsiella, Enterobacter,

dan Proteus.

Penelitian yang dilakukan terhadap wanita hamil menunjukan bahwa sekitar 7%

memberikan hitung bakteri dalam urine > 100,000 cfu (colony forming unit) / ml. Sedangkan

pada wanita yang tidak hamil frekuensinya berkisar antara 2,8%-22%. Infeksi nyata terjadi

pada kehamilan antara 26 hingga 36 minggu dengan puncak insiden pada kehamilan 30-32

minggu. Bakteriuria asimtomatik dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah,

kelahiran prematur, abortus dan kematian ibu dan janin.

Risiko bakteriuria asimtomatik pada kehamilan bila tidak diobati adalah 20% sampai

30% menjadi pielonefritis akuta, yang dapat menybabkan sepsis, insufisiensi pernafasan,

anemia, transient renal dysfunction, abortus, kelahiran prematur dan bayi lahir berat badan

rendah. Risiko abortus spontan pada bakteriuria asimtomatis pada ibu hamil 3,38 kali lebih

sering dari pada ibu hamil yang tidak menderita bakteriuria asimtomatis.

Patofisiologi

Pada kehamilan, terjadi perubahan fisiologik dan struktur traktus urinarius, berupa

pelebaran kalises, pelvis ginjal dan ureter di sebelah atas tulang pelvis. Kapasitas ureter yang

di luar kehamilan sekitar 2 - 4 ml akan meningkat sampai 50 ml atau lebih selama kehamilan,

kapasitas kandung kemih juga meningkat sampai 2 kali lipat pada kehamilan aterm.

Pelebaran tersebut terjadi akibat berkurangnya tonus otot polos traktus urinarius akibat kerja

progesteron dan kompresi ureter akibat pembesaran uterus, sehingga mekanisme

pengosongan vesika urinaria tidak sempurna dan terjadi stasis urine. Hal ini menyebabkan

Page 2: Bakteriuria Asimtomatik Pada Kehamilan

mudahnya bakteri berkembang biak dengan cepat pada vesika urinaria. Perubahan traktus

urinarius pada wanita hamil di mulai kehamilan 7 minggu dan keadaan menjadi normal

setelah 8 minggu kelahiran. Uretra pada wanita relatif pendek, panjangnya antara 3-4 cm dan

letaknya di ujung depan atas vagina di mana terdapat kolonisasi bakteri dari traktus

gastrointestinal. Bakteri tersebut (uropatogens) umumnya dapat diisolasi pada bakteriuria

asimtomatik, sistitis dan pielonefritis. Escherichia coli merupakan bakteri patogen utama

pada 65% sampai 80% kasus, bakteri lainnya Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis,

Enterobacter species, Staphylocooccus saprophyticus dan Streptoccus grup B.

Diagnosis

Untuk mendeteksi bakteriuria diperlukan pemeriksaan bakteriologik yang secara

konvensional dilakukan dengan metode biakan dan ditemukannya jumlah kuman > l00,000

colony forming unit/ml urine. Metode biakan ini tidak selalu dapat dilakukan laboratorium

sederhana, karena tidak semua laboratorium mempunyai kemampuan untuk pembiakan itu,

yang biayanya cukup tinggi dan membutuhkan waktu yang lama. Yang dapat dilakukan

adalah pemeriksaan mikroskopik pewarnaan secara Gram, dengan ditemukannya kuman

batang Gram negatif. Namun cara ini membutuhkan keahlian khusus. Selain itu dapat

dilakukan dengan hitung jumlah lekosit dalam urine untuk membantu diagnosis bakteriuria

yang infektif. Bahan pemeriksaan adalah urine arus-tengah pagi hari, urine diambil sebelum

subyek minum sesuatu untuk menghindarkan efek pengenceran. Kepada subyek dijelaskan

mengenai cara-cara menampung dan mengirim sampel urine yang dibutuhkan yaitu: sebelum

berkemih genitalia eksterna dibersihkan dahulu dengan air sabun kemudian dibilas dengan

air. Air kemih awal dibiarkan terbuang dan yang di tengahtengah ditampung sebanyak 20 ml

di dalam tempat steril yang telah disediakan. Subyek juga diminta untuk menjaga agar tempat

tampung urine tidak menyentuh paha, genitalia atau pakaian, dan tidak memegang bagian

dalam dari tempat tampung. Sampel urine setelah diperoleh, dimasukkan ke dalam kantong

plastik berisi potongan-potongan es dan segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

Pemeriksaan Bakteriologis :

Pemeriksaan mikroskopis langsung dilakukan terhadap sediaan hapus yang dibuat dari

sampel urine yang tidak disentrifugasi, dipulas dengan pewarnaan Gram dan dihitung

jumlah kuman yang tampak per lapangan pandangan besar (LPB) serta dicatat ada atau

tidaknya lekosit. Pewarnaan Gram adalah metode pemeriksaan penyaring yang cepat dan

sering dilakukan dengan hasil sensitivitas 90% dan sepesifisitas 88%. Bilamana pada

Page 3: Bakteriuria Asimtomatik Pada Kehamilan

pemeriksaan mikroskopik urine dari subyek wanita didapatkan banyak sel epitel skuamosa

dengan flora normal vagina maka sampel urine tersebut menggambarkan adanya

kontaminasi.

Biakan kuman cara konvensional untuk hitung koloni dilakukan secara kuantitatif. Untuk

biakan ini, 0,00l ml urine yang tidak di sentrifugasi diambil dengan memakai sengkelit

baku (1/1000) atau dengan cara pengenceran urine terlebih dahulu dengan buffered water

dan kemudian ditanamkan pada lempeng agar darah dan MacConkey. Urine pada lempeng

agar tersebut disebar merata dengan spatel gelas dan lempeng agar itu kemudian

diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-20 jam. Koloni-koloni yang tumbuh dihitung dan

dicatat. Identifikasi koloni-koloni kuman dilakukan menurut metode baku yang berlaku.

Interpretasi hitung koloni bakteri jika pada lempeng agar darah didapatkan jumlah koloni

bakteri < 10, kemungkinan besar ini karena suatu kontaminasi dan identifikasi bakteri

tidak dilakukan. Dalam hal ini sediaan pulasan Gram urine harus memberikan hasil kuman

Gram negatif. Jika terdapat bakteri pada sediaan Gram maka lempeng agar diinkubasi

kembali untuk semalam karena mungkin bakteri tumbuh lambat. Jumlah koloni pada

lempeng agar di antara 10-100 juga tidak dianggap suatu bakteriuri, melainkan mungkin

karena pengambilan dan penanganan sampel yang tidak betul. Hitung koloni kuman yang

menghasilkan jumlah kuman pada lempeng agar > 100 dianggap bermakna sebagai

bakteriuria dan organisme yang tumbuh akan diidentifikasi.

Biakan kuman dapat juga dilakukan dengan cara Filter Paper Dilution system dari Novel.

Caranya dengan menggunakan 3 lapis filter yang dibawahnya adalah agar untuk

pembiakan kuman. Cara ini dapat untuk mendeteksi kuman Gram positif dan Gram negatif

dengan hasil yang memuaskan. Untuk kuman Gram negatif hasilnya dibandingkan dengan

kultur konvensional, ternyata sensitivitasnya 98,2 % dan spesifisitasnya 87,4%. Sedangkan

untuk kuman Gram positif, sensitivitasnya 91,2% dan spesifisitasnya 99,2%.

Pemeriksaan Leukosit Pada Urine :

Sepuluh ml sampel urine yang telah dikocok merata dan disentrifugasi dengan kecepatan

1500-2000 rpm selama 5 menit. Cairan yang terdapat di atas tabung pemusing dibuang,

ditinggalkan endapannya. Satu tetes dari endapan diletakkan di atas kaca objek, kemudian

ditutup dengan kaca penutup. Pertama kali dilihat di bawah mikroskop dengan lapangan

pandang kecil (LPK), kemudian dengan lapangan pandang besar (LPB). Penilaian

Page 4: Bakteriuria Asimtomatik Pada Kehamilan

dilakukan dengan melihat beberapa kali dalam beberapa LPB. Laporan didasarkan pada

sedikitnya 3 LPB yang dianggap dapat mewakili sediaan. Piuria terjadi bila dijumpai lebih

dari 5 leukosit/LPB.

Tehnik Pemeriksaan Lain :

Teknik pemeriksaan baru dengan teknik penyaring cepat yaitu Uricult dipslide paddle

(Orion Diagnostica, Helsinki, Finland), Cult- Dip Plus (Merck, Gemany), Uristat test

(Shields Diagnostics Ltd, Scotland) dan Bioluminescence assay. Walaupun dengan cepat

dapat mendiagnosis bakteriuria, namum masih ada kekurangan dan tidak memenuhi tes

penyaring yang baik. Tes lain yaitu Uriscreen (Diatech Diagnostics Ltd, Kiryat

Weizmann, Ness Ziona, Israel), dengan enzymatic rapid screening test ini dalam beberapa

menit hasilnya dapat dibaca. Hasilnya dibandingkan dengan biakan positif. Ternyata

Uriscreen mempunyai sensitivitas 100% dan spesifisitas 81%, Cara ini baik untuk

screening sampel dalam jumlah yang besar.

Pengobatan

Pengobatan bakteriuria asimtomatik pada kehamilan perlu diberikan, sebab menurut

penelitian Elder dkk, dengan memberikan pengobatan bakteriuria asimtomatik pada

kehamilan dapat menurunkan insiden bakteriuria dari 86% menjadi 11%. Komplikasi

pielonefritis akuta dapat berkurang hingga 80% setelah diberikan pengobatan pada

bakteriuria asimtomatik, juga dapat menurunkan angka kelahiran prematur dan lahir berat

badan rendah. Pengobatan dengan dosis tunggal dapat mendukung pengobatan bakteriuria

asimtomatik dan menghemat biaya pengobatan. Obat dosis tunggal yang dapat digunakan

antara lain :

1. Nitrofurantoin 100 mg / 4x sehari

2. Amoxillin 500 mg / 3x sehari

3. Cephalexin 250-500 mg / 4x sehari

4. Sulfisoxazole 500 mg / 4x sehari

Dalam pemilihan obat perlu diperhatikan efek samping dari obat-obat tersebut.

Misalnya penisilin dan sefalosporin dapat menyebabkan reaksi anafilaktik, sulfonamida dapat

menyebabkan fetal hyperbilirubinemia, nitrofurantoin dapat menyebabkan defisiensi glucose-

6-phosphate dehydrogenase, trimethoprim adalah kontraindikasi relatif untuk kehamilan

trimester pertama dan dapat bersifat teratogenik.

Page 5: Bakteriuria Asimtomatik Pada Kehamilan

Kesimpulan

Infeksi saluran kemih pada kehamilan perlu diperhatikan karena dapat memberikan

komplikasi abortus, bayi lahir prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah sehingga

deteksi dini bakteriuria pada kehamilan sangat bermanfaat untuk pencegahan dan

penanggulangan komplikasi bakteriuria pada kehamilan.

TUGAS MANDIRI

Page 6: Bakteriuria Asimtomatik Pada Kehamilan

BAKTERIURIA ASIMTOMATIK

PADA KEHAMILAN

OLEH

RIZA WARDHILAH

0808151257

Pembimbing :

dr. EDDY PANGARIBUAN, Sp.OG (K)

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2013